Professional Documents
Culture Documents
Indonesia memiliki hamparan perkebunan kelapa terluas di dunia, namun belum diolah secara maksimal.
Salah satu kabupaten di Provinsi Riau, yaitu Indragiri Hilir, memiliki hamparan perkebunan kelapa yang cukup
luas, bahkan potensi kelapanya jauh lebih besar dibanding penduduknya namun hasil produksinya masih
rendah. Selama ini petani kelapa Indragiri Hilir mengolah kelapanya menjadi kopra dengan teknik tradisional.
Bahkan di sebagian tempat, hasil kelapa dibiarkan jatuh membusuk. Hal ini disebabkan nilai tambah yang
diperoleh dari kopra tidak cukup menarik secara ekonomi.
Disisi lain, limbah yang dihasilkan dari buah kelapa, seperti sabut dan tempurung, belum banyak dimanfaatkan
oleh masyarakat. Padahal limbah tersebut bisa mendatangkan tambahan pendapatan. Walaupun ada yang
mengusahakan arang tempurung namun dengan peralatan yang masih sangat sederhana dan produksinya
pun masih rendah.
Struktur bangunan yang dimodifikasi terbuat dari besi plat ketebalan 3 mm, diameter 150 cm berbentuk
silinder yang diberi penutup. Dilengkapi dengan tiga buah cerobong setinggi 200 cm dengan diameter 10 cm
sebagai outlet dan tiga buah inlet. Bagian permanen yang dihilangkan oleh Tarmizi adalah lapisan batu bata
setinggi selinder sebagai dinding dan lantai dasar selinder.
Modifikasi alat yang dilakukan Tarmizi, pemuda asal Desa Rumabai Jaya Kec. Kempas Kab. Indragiri Hilir ini,
mengubah bangunan permanen menjadi bangunan yang fleksibel (dapat dipindah–pindah sesuai kebutuhan).
Alat pembakar arang tempurung terdiri dari tabung silinder pembakaran, pada bagian atasnya dibuat tempat
dudukan cerobong yang terhubung dengan tempat keluar masuk udara dan diberi pintu pengaturan udara.
Ruang pembakaran berbentuk silinder yang tidak beralas diberi penutup dari bahan besi plat.
Penggunaan alat pembakar tempurung hasil modifikasi ini sangat sederhana dengan kualitas hasil
pembakaran sangat baik. Operasionalisasinya pun tidak terlalu susah. Alat pembakar ditempatkan pada
bidang tanah yang datar, kemudian seluruh bagian pinggir bawah ditutup dengan tanah lembek atau lempung,
atau dapat juga menggunakan pasir agar alat pembakar kedap udara. Api dihidupkan pada bagian titik tengah,
kemudian tempurung diisi setengah bagian. Sebelum api mulai membesar pasang penutup alat, buka pintu
penambahan tempurung dan semua pintu input/inlet udara. Periksa semua celah yang mengeluarkan asap
pada bagian penutup alat tutup dengan tanah lembek atau lempung kemudian pasang cerobong asap.
Cerobong dibuka dan ditutup menggunakan penutup yang sudah ada. Tutup semua pintu input/inlet udara dan
bila terdapat celah yang mengeluarkan asap tutup dengan tanah lembek/lempung.
Setelah tempurung mulai menyusut tambahkan tempurung sampai penuh melalui lubang penambahan yang
terdapat pada bagian tengah pintu penutup. Bila penambahan tempurung dirasa sudah cukup penuh, tutup
pintu penambahan. Proses pembakaran berlangsung selama 6-8 jam. Proses pembakaran berakhir ditandai
dengan keluarnya asap tipis dari lubang cerobong.
Proses pendinginan dilakukan selama tiga jam. Setelah dingin, penutup alat pembakar dibuka dan kemudian
alat direbahkan untuk mengambil arang tempurung yang sudah jadi. Tempurung pun siap untuk dikemas.
Suhendri SP, detaser Prima Tani Indragiri Hilir yang mendampingi Tarmizi, mengungkapkan selama proses
pembakaran ada beberapa hal yang perlu diamati terutama perimbangan besaran asap yang keluar dari
cerobong. Bila terjadi hanya dua cerobong yang mengeluarkan asap harus dilakukan pembukaan input/inlet
udara pada sisi cerobong yang satunya itu, begitu juga sebaliknya. Bila hal ini dibiarkan akan sangat
berpengaruh terhadap hasil terutama ada bagian-bagian tempurung yang tidak terbakar dengan sempurna
sehingga tempurung masih ada yang berwarna hitam kecoklatan.
Tarmizi sangat antusias melihat hasil yang dicapai dengan menggunakan alat pembakar yang baru
dimodifikasi olehnya. Menurut Tarmizi selama mengusahakan arang tempurung, baru sekarang ini ia
mendapatkan alat yang sangat baik terutama dari segi kualitas hasil.
”Dengan alat ini saya dapat menghasilkan arang tempurung kelapa yang baik dan sangat minim abu sisa
pembakarannya, kalau memungkinkan, Prima Tani dapat menjembatani kelompok tani dengan pihak
perbankan untuk pengembangan usaha ini”, harapnya.
Jenis Persyaratan
o
Bagian yang hilang pada pemanasan 950 C. Maksimum 15%
Air Maksimum 10%
Abu Maksimum 2,5%
Bagian yang tidak diperarang Tidak nyata
Daya serap terhadap larutan I Minimum 20%
Karbon aktif terbagi atas 2 tipe yaitu arang aktif sebagai pemucat dan arang aktif sebagai penyerap uap.
1. Arang aktif sebagai pemucat.
Biasanya berbentuk serbuk yang sangat halus dengan diameter pori mencapai 1000 A0 yang digunakan
dalam fase cair. Umumnya berfungsi untuk memindahkan zat-zat penganggu yang menyebabkan warna dan
bau yang tidak diharapkan dan membebaskan pelarut dari zat – zat penganggu dan kegunaan yang lainnya
pada industri kimia dan industri baru. Arang aktif ini diperoleh dari serbuk – serbuk gergaji, ampas pembuatan
kertas atau dari bahan baku yang mempunyai densitas kecil dan mempunyai struktur yang lemah.
2. Arang aktif sebagai penyerap uap.
Biasanya berbentuk granula atau pellet yang sangat keras dengan diameter pori berkisar antara 10-200 A0.
Tipe porinya lebih halus dan digunakan dalam fase gas yang berfungsi untuk memperoleh kembali pelarut
atau katalis pada pemisahan dan pemurnian gas. Umumnya arang ini dapat diperoleh dari tempurung kelapa,
tulang, batu bata atau bahan baku yang mempunyai struktur keras.
Sehubungan dengan bahan baku yang digunakan dalam pembuatan arang aktif untuk masing- masing tipe,
pernyataan diatas bukan merupakan suatu keharusan.
Dengan proses oksidasi karbon aktif yang dihasilkan terdiri dari dua jenis, yaitu :
1. L-karb on (L-A C)
Karbon aktif yang dibuat dengan oksidasi pada suhu 300oC – 400oC (570o-750oF) dengan menggunakan
udara atau oksidasi kimia. L-AC sangat cocok dalam mengadsorbsi ion terlarut dari logam berat basa seperti
Pb2+, Cu2+, Cd2+, Hg2+. Karakter permukaannya yang bersifat asam akan berinteraksi dengan logam basa.
Regenerasi dari L-AC dapat dilakukan menggunakan asam atau garam seperti NaCl yang hampir sama
perlakuannya pada pertukaran ion.
2. H-karbo n (H -AC)
Karbon aktif yang dihasilkan dari proses pemasakan pada suhu 800o-1000oC (1470o-1830oF) kemudian
didinginkan pada atmosfer inersial. H-AC memiliki permukaan yang bersifat basa sehingga tidak efektif dalam
mengadsorbsi logam berat alkali pada suatu larutan air tetapi sangat lebih effisien dalam mengadsorbsi kimia
organik, partikulat hidrofobik, dan senyawa kimia yang mempunyai kelarutan yang rendah dalam air. Akan
tetapi H-AC dapat dimodifikasi dengan menaikan angka asiditas. Permukaan yang netral akan mengakibatkan
tidak efektifnya dalam mereduksi dan mengadsorbsi kimia organik sehingga efektif mengadsorbsi ion logam
berat dengan kompleks khelat zat organik alami maupun sintetik dengan menetralkannya.
Dalam aplikasi karbon aktif baik yang digunakan sebagai media adsorbsi, pemberat atau media filtrasi dengan
titik injeksi tertentu, maka kriteria desain titik pembubuhan karbon aktif perlu diperhatikan, yaitu :
1. Karbon yang terdapat didalam kantong langsung dimasukkan kedalam tangki penyimpanan dan dicampur
dengan air untuk disiapkan menjadi larutan yang mengandung 0,1 kg karbon aktif bubuk per 1 liter larutan.
Lebih baik lagi apabila suatu instalasi memiliki 2 tangki larutan, maka persediaan larutan karbon aktif untuk
dibubuhkan dapat ditempatkan dalam 2 tangki, jika larutan didalam satu tangki sudah kosong, maka sudah
tersedia larutan didalam tangki yang lain untuk dibubuhkan, tanpa harus menunggu persiapan larutan karbon
aktif yang baru.
2. Agitator mekanik harus disediakan dalam tangki penyimpanan untuk menjaga larutan karbon aktif tetap
“tersuspensi” didalam larutan atau menjaga larutan agar tidak memadat
3. Larutan biasanya dipompakan kedalam tangki yang menampung sejumlah larutan dan akan diumpankan
untuk lebih dari beberapa jam berikutnya. Tanki tersebut harus mudah dibersihkan dan dipelihara. Tangki ini
harus mempunyai lapisan anti karat seperti cat epoxy atau bitumastik untuk melindunginya dari pengkaratan.
4. Pipa pembawa larutan karbon aktif bubuk harus dipasang menurun/landai menuju tempat pembubuhan,
dengan perlengkapan untuk mendorong karbon yang mungkin mengendap dan menyumbat didalam pipa.
Pipa harus terbuat dari bahan bebas karat dan bebas erosi seperti karet, plastik dan besi baja. Pendorong
pipa dan mata pisau pencampur dalam tangki penyimpanan dan tangki harus terbuat dari besi baja untuk
menahan karat dan erosi.
5. Masalah yang paling umum dalam pengoperasian karbon aktif bubuk adalah penanganan bahan kimia.
Karena berbentuk bubuk, maka debu merupakan masalah utama, khususnya jika sistem pencampuran kering
digunakan.
6. Jika karbon aktif bubuk digunakan secara terus menerus atau jika sejumlah besar digunakan dalam waktu
tertentu, pengalihan ke sistem basah harus dipertimbangkan
7. Pada instalasi pengolahan air, karbon aktif yang mengalir melewati saringan dan memasuki sistem
distribusi dapat menghasilkan “air hitam”. Air hitam biasanya disebabkan oleh koagulasi yang tidak sempurna
atau dosis karbon aktif yang tinggi ditambahkan sesaat sebelum penyaringan. Untuk memecahkan masalah
tersebut, titik pembubuhan harus dipindahkan ke sistem penyadap air baku atau ke dalam bak pengadukan
cepat.
Arang aktif yang merupakan adsorben adalah suatu padatan berpori, yang sebagian besar terdiri dari unsur
karbon bebas dan masing- masing berikatan secara kovalen. Dengan demikian, permukaan arang aktif
bersifat non polar. Selain komposisi dan polaritas, struktur pori juga merupakan faktor yang penting
diperhatikan. Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan, semakin kecil pori-pori arang aktif,
mengakibatkan luas permukaan semakin besar. Dengan demikian kecepatan adsorpsi bertambah. Untuk
meningkatkan kecepatan adsorpsi, dianjurkan agar menggunakan arang aktif yang telah dihaluskan. Sifat
arang aktif yang paling penting adalah daya serap. Dalam hal ini, ada beberapa faktor yang mempengaruhi
daya serap adsorpsi, yaitu :
1. Sifat S erap an
Banyak senyawa yang dapat diadsorpsi oleh arang aktif, tetapi kemampuannya untuk mengadsorpsi berbeda
untuk masing- masing senyawa. Adsorpsi akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya ukuran
molekul serapan dari sturktur yang sama, seperti dalam deret homolog. Adsorbsi juga dipengaruhi oleh gugus
fungsi, posisi gugus fungsi, ikatan rangkap, struktur rantai dari senyawa serapan.
2. Temp eratur
Dalam pemakaian arang aktif dianjurkan untuk mengamati temperatur pada saat berlangsungnya proses.
Faktor yang mempengaruhi temperatur proses adsoprsi adalah viskositas dan stabilitas thermal senyawa
serapan. Jika pemanasan tidak mempengaruhi sifat-sifat senyawa serapan, seperti terjadi perubahan warna
maupun dekomposisi, maka perlakuan dilakukan pada titik didihnya. Untuk senyawa volatil, adsorpsi
dilakukan pada temperatur kamar atau bila memungkinkan pada temperatur yang lebih rendah.
3. pH (D eraj at Ke asaman ).
Untuk asam-asam organik, adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan, yaitu dengan penambahan asam-
asam mineral. Ini disebabkan karena kemampuan asam mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik
tersebut. Sebaliknya bila pH asam organik dinaikkan yaitu dengan menambahkan alkali, adsorpsi akan
berkurang sebagai akibat terbentuknya garam.
4. Waktu Sin ggun g
Bila arang aktif ditambahkan dalam suatu cairan, dibutuhkan waktu untuk mencapai kesetimbangan. Waktu
yang dibutuhkan berbanding terbalik dengan jumlah arang yang digunakan. Selisih ditentukan oleh dosis
arang aktif, pengadukan juga mempengaruhi waktu singgung. Pengadukan dimaksudkan untuk memberi
kesempatan pada partikel arang aktif untuk bersinggungan dengan senyawa serapan. Untuk larutan yang
mempunyai viskositas tinggi, dibutuhkan waktu singgung yang lebih lama.
Karbon aktif merupakan bahan yang multifungsi dimana hampir sebagian besar telah dipakai penggunaannya
oleh berbagai macam jenis industri. Aplikasi terhadap penggunaan karbon aktif dapat dilihat dari tabel
dibawah ini:
Tabel.2 Aplikasi penggunaan karbon aktif dalam industri.
Tabel.2 Aplikasi penggunaan karbon aktif dalam industri.
No. Pem akai Ke guna an Jenis/ Mesh
1. Industri obat dan makanan Menyaring, penghilangan bau dan 8×30, 325
rasa
2. Minuman keras dan ringan Penghilangan warna, bau pada 4×8, 4×12
minuman
3. Kimia perminyakan Penyulingan bahan mentah 4×8, 4×12, 8×30
Salah satu produk yang bemilai ekonomi yang dibuat dan tempurung kelapa adalah arang aktif. Pembuatan
arang aktif belum banyak yang melakukannya, padahal potensi bahan baku, dan penggunaan dan arang
aktif ini serta potensi pasar cukup besar.
Arang aktif adalah arang yang diproses sedemikian rupa sehingga mempunyai daya serap/adsorpsi yang
tinggi terhadap bahan yang berbentuk larutan atau uap.
Arang aktif dapat dibuat dan bahan yang mengandung karbon baik organik atau anorganik, tetapi yang biasa
beredar di pasaran berasal dan tempurung kelapa, kayu, dan batubara.
Saat ini, arang aktif telah digunakan secara luas dalam industri kimia, makanan/minuman dan farmasi. Pada
umumnya arang aktif digunakan sebagai bahan penyerap, dan penjernih. Dalam jumlah kecil digunakan juga
sebagai katalisator (lihat tabel 1).
Maksud/Tujuan Pemakaian
I. UNTUK GAS
1. Pemurnian gas Desulfurisasi, menghilangkan gas beracun, bau busuk, asap,
menyerap racun
2. Pengolahan LNG Desulfurisasi dan penyaringan berbagai bahan mentah dan reaksi
gas
3. Katalisator Reaksi katalisator atau pengangkut vinil kiorida, dan vinil acetat
4. Lain-lain Menghilangkan bau dalam kamar pendingin dan mobil
III. LAIN-LAIN
1. Pengolahan pulp Pemumian, menghilangkan bau
2. Pengolahan pupuk Pemurnian
3. Pengolahan emas Pemurnian
4. Penyaringan minyak makan dan Menghilangkan bau, warna, dan rasa tidak enak
glukosa
Menurut Standard Industri Indonesia (SlI No. 0258-79) persyaratan arang aktif adalah sebagai berikut :
Jenis Uji Satuan Persyaratan
1. Bagian yang hilang pada pemanasan
% Maksimum 15
950°C
2. Air % Maksimum 10
3. Abu % Maksimum 2,5
4. Bagian yang tidak mengarang % Tidak ternyata
5. Daya serap terhadap larutan I2 % Maksimum 20
PROSES PEMBUATAN
Pembuatan arang aktif dari tempurung kelapa terdiri dari 2 tahapan, yaitu :
I. Proses pembuatan arang dari tempurung kelapa
II. Proses pembuatan arang aktif dari arang
Rendemen arang aktif dari tempurung kelapa sekitar 25% dan tar 6%
2. Proses pembuatan arang aktif dari arang Proses pembuatan arang aktif dilakukan dengan cara "Destilasi
kering" yaitu pembakaran tanpa adanya oksigen pada temperatur tinggi. Untuk kegiatan ini dibutuhkan
prototype tungku aktivasi (alat destilasi) yang merupakan kisi-kisi tempat arang yang diaktifkan dengan
kapasitas 250 kg arang. Proses aktivasi dilakukan hanya dengan mengontrol temperatur selama waktu
tertentu.
Alat :
Nama alat Jumlah Kapasitas
· Tungku aktivasi *) 2 set 250 kg
· Gilingan 1 buah -
· Ayakan 10 mesh 1 buah -
· Pompa air 1 buah -
· Menara air 1 buah 5 m3
· Kunci 2 set -
· Thermocouple 2 buah -
*) Tungku aktivasi (alat destilasi) lengkap dengan alat pendingin dan penampung destilat
Cara Kerja
1. Arang dimasukkan ke dalam tungku (aktivasi), kemudian ditutup rapat sampai tidak terdapat
kebocoran.
2. Hubungan pipa pengeluaran hasil suling dari tungku aktivasi dengan pendingin yang ujungnya
dicelupkan kedalam air. Tujuannya adalah agar oksigen tidak masuk kedalam tungku aktivasi
sewaktu dilakukan pendinginan dan sekaligus menampung hasil sulingnya (destilat).
3. Pasang thermocouple untuk mengamati temperatur selama proses aktivasi berlangsung.
4. Air pendingin dialirkan, kemudian dilakukan pembakaran dengan menggunakan minyak tanah yang
disemprotkan. Mula-mula dengan api kecil, kemudian api dibesarkan dengan jalan menambah
bahan bakar dan menaikkan tekanan kompresor.
5. Lakukan pengamatan terhadap kerja dari tungku aktivasi dengan mengamati kenaikan temperatur.
Temperatur selama proses sekitar 600°C apabila temperatur telah mencapai 600°C dan juga terlihat
pada ujung pendingin tidak adanya tar (cairan berwarna coklat) yang keluar, ditandai dengan adanya
gelembung air, maka pembakaran dipertahankan selama 3 jam. Setelah waktu tersebut proses telah
selesai.
6. Api dimatikan dan tungku aktivasi (alat destilasi) dibiarkan masih tertutup dan sampai dingin. Setelah
dingin tungku dibuka dan arang yang telah diaktifkan dikeluarkan. Lakukan penggilingan untuk
mendapatkan partikel yang lebih halus, kemudian diayak dan dikemas.
Alat :
Nama alat Jumlah Kapasitas
- Drum minyak tanah 0,75 20
-
m buah*)
- Sekop 4 buah -
- Timbangan 1 buah 500 kg
- Roda dorong 1 buah -
- Minyak tanah (bahan 10 buah -
bakar)
- Tabung/silinder minyak 3 buah -
tanah
*)10 tungku bekerja bergantian
1. Tungku pengarangan dibuat dari drum minyak tanah. Bagian drum yang tidak berlobang
dipotong sekelilingnya dan dipisahkan. Tutup yang ada lubangnya ditambah dua lubang lagi
dengan ukuran 2 x 2,5 inci.
2. Waktu pengarangan, drum diletakkan diatas dua buah pipa dengan bagian yang ada
lubangnya berada dibawah. Sebelum pengarangan, pada lantai drum diberi bahan bakar
seperti daun kering, jerami, sabut kelapa secara merata atau menggunakan minyak tanah
sebagai bahan bakarnya, dengan pertolongan alat brander.
3. Tempurung kelapa disusun tegak atau vertical didalam drum. Api dinyalakan, lubang-lubang
udara dibiarkan terbuka.
Selama karbonisasi (pengarang) perlu diperhatikan asap yang terbentuk :
o Jika asap tebal dan putih, berarti tempurung sedang mongering.
o Jika asap tebal dan kuning, berarti pengkarbonan sedang berlangsung. Pada fase ini
sebaiknya tungku ditutup dengan maksud agar oksigen pada ruang pengarangan
serendah-rendahnya sehingga diperoleh hasil arang yang baik. Untuk pengaturan
udara di dalam tungku bias diatur dengan melepaskan atau memasang pipa dibawah
drum.
o Jika asap semakin menipis dan berwarna biru, berarti pengarangan hampir selesai.
Kemudian drum dibalik dan proses pembakaran selesai.
o Tunggu samapi arang menjadi dingin. Setelah dingin arang bisa di bongkar.
Pustaka
1. Ladang, Putra
Arang batok
Trubus, 12(138) 1981:226-227
2. Kaeke, Hilda F,G.; Lumingkewas, Meiske S.Y.
Pembuatan arang aktif dari tempurung kelapa dengan cara pemanasan pada suhu tinggi
Majalah Ilmiah BIMN, (5) 1992/1993: 1-5
3. Pohan, Hitles guring
Pemanfaatan tempurung kelapa untuk arang aktif sebagai hasil samping pengolahan kopra
Seminar Penelitian Pascapanen Pertanian, Prosiding, Bogor, 1-2 Feb. 1998
4. Profil industri kecil "Arang Aktip"
Jakarta: Direktorat Jenderal Industri Kecil, Departemen Perindustrian, 1984.
5. Sudrajat, R
Pengaruh beberapa faktor pengolahan terhadap sifat arang aktif
Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 2 (2) 1985.