Professional Documents
Culture Documents
Diusulkan Oleh:
Disusun oleh :
1. Nama : ANUGERAH WIDHI PUTRANTO
NIM : 051510101134
Jurusan : Budidaya Pertanian
Prodi : Agronomi
Fakultas : Pertanian
2. Nama : BERNET AGUNG SAPUTRA
NIM : 051510101046
Jurusan : Budidaya Pertanian
Prodi : Agronomi
Fakultas : Pertanian
3. Nama : RENY FAJARWATI
NIM : 051510101160
Jurusan : Budidaya Pertanian
Prodi : Agronomi
Fakultas : Pertanian
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1.4 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui pemanfaatan pulp lidah buaya sebagai zat perangsang tumbuh
(ZPT) dan bio pestisida pada bahan stek.
2. Mengetahui pengaruh tingkat kedewasaan pulp lidah buaya terhadap
kepekatan gel yang berpengaruh pada kandungan pulp lidah buaya.
1.5. Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk memanfaatkan lidah buaya sebagai zat pengatur tumbuh (ZPT) dan
pestisida alami, sehingga dapat mengurangi penggunaan ZPT dan pestisida
sintetik karena harganya mahal dan susah didapatkan serta dapat
mencemari lingkungan sekaligus untuk mendukung pertanian berwawasan
lingkungan dan berkelanjutan.
2. Sebagai sumbangan pemikiran dalam pengembangan ubi jalar sebagai
bahan pangan alternatif guna mendukung ketahanan pangan nasional.
3. Memanfaatkan limbah prosessing industri makanan, minuman nata de aloe
vera sebagai ZPT alami.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
3.2 Waktu
Karya tulis ilmiah ini disusun mulai tanggal 1 Maret 2007 sampai 5 Maret
2007.
Dewasa ini tanaman lidah buaya menjadi salah satu komoditas pertanian
yang berpeluang sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia sebagai usaha
agribisnis. Beberapa daerah terutama di Pulau Jawa dan Kalimantan telah
membuktikan keberhasilannya dalam memproduksi lidah buaya.
Pemanfaatan lidah buaya semakin lama semakin berkembang. Seluruh
bagian dari tanaman lidah buaya mengandung unsur-unsur penting yang dapat
dimanfaatkan. Bagian-bagian tanaman lidah buaya yang umum dimanfaatkan
adalah: (a) daun, yang dapat digunakan langsung, baik secara tradisional maupun
dalam bentuk ekstrak, (b) eksudat (getah daun yang keluar bila dipotong, berasa
pahit dan kental), secara tradisional biasanya digunakan langsung untuk
pemeliharaan rambut, penyembuhan luka, dan sebagainya. Proses
pemotongan/pemisahan daging lidah buaya dan kulit bagian luar tertera pada
gambar berikut.
Lidah buaya pada awalnya hanya dikenal dalam bidang kesehatan yaitu
sebagai obat luar, dengan berbagai kegunaan lainnya. Manfaat tersebut
diantaranya sebagai penyubur rambut, penyembuh luka (luka bakar/tersiram air
panas), obat bisul, jerawat/noda hitam, pelembab alami, antiperadangan,
antipenuaan, serta tabir surya alami. Potensi sebagai penyembuh luka dapat pula
dimanfaatkan sebagai biopestisida pada stek ubi jalar untuk mengendalikan
serangan penyakit. Hal ini disebabkan getah pulp mengandung enzim pemecah
protein.
Belakangan ini, lidah buaya dibudidayakan secara besar-besaran untuk
tujuan industri, baik industri pangan maupun non-pangan. Daging daun lidah
buaya dapat diolah menjadi berbagai produk makanan/minuman kesehatan,
berupa sejenis jeli, minuman segar sejenis jus, nata de aloe, dan lain-lain.
Makanan dan minuman hasil olahan lidah buaya sangat berpotensi sebagai
makanan/minuman. Hal tersebut dikarenakan kandungan zat gizi dan non-gizi
yang memiliki khasiat untuk meningkatkan kesehatan.
Yang menjadi titik permasalahan saat ini adalah masalah pengolahan lidah
buaya yang kurang optimal. Selama ini bagian yang dimanfaatkan dari lidah
buaya hanya terfokus pada bagian daging lidah buaya saja, sehingga pemanfaatan
bagian-bagian lain dari lidah buaya belum optimal. Dalam bidang industri
makanan dan minuman limbah daging lidah buaya tidak dimanfaatkan lebih
lanjut. Bagian daging lidah buaaya tersebut dibuang dan menjadi limbah yang
berpotensi menjadi bahan pencemar lingkungan. Salah satu bagian dari lidah
buaya yang dibuang sebagai limbah industri adalah getah pulp daun lidah buaya.
Padahal kandungan unsur-unsur yang terdapat dalam getah pulp lidah buaya
merupakan unsur-unsur penting yang memiliki kandungan gizi yang sangat tinggi.
Selain itu, daun lidah buaya diketahui mengandung aloin (cairan daun) dan getah
pulp yang mengandung asam krisofan, berfungsi dalam mendorong penyembuhan
sel yang rusak. Asam amino membantu menyusun protein pengganti sel-sel yang
rusak. Kandungan yang lain adalah vitamin dan mineral yang dapat menjadi
pemicu rangkaian proses biokimia yang diperlukan dalam penyembuhan luka.
Selain itu, glukomanan yang terdapat dalam getah pulp lidah buaya dapat
bekerjasama dengan enzim protease memecah bakteri penganggu sehingga dapat
bertindak sebagai biopestisida.
Getah pulp (gel) mengandung polisaksakarida (terutama glukomanan),
asam-asam amino (lisin, valin, metionin, leusin, isoleusin, fenilalanin), enzim-
enzim pemecah protein (enzim protease). Selain itu masih pula ditemukan asam
krisofan, sejumlah vitamin (A, B6, B12, C, E, niasinamid, kolin) dan mineral
(kalium, kalsium, natrium, seng, kobalt dan krom). Sebagian besar senyawa dan
unsur-unsur tersebut merupakan unsur essensial yang diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman.
Pemanfaatan getah pulp di bidang pertanian masih jarang sekali dilakukan.
Penelitian tersebut pertama kali dilakukan pada tahun 1994. Hasil penelitian
Sundahri (1994) menyimpulkan bahwa aplikasi gel lidah buaya pada stek kumis
kucing secara linier cenderung meningkatkan pertumbuhan akar stek pada
konsentrasi gel lidah buaya antara 0% hingga 12%, dengan perendaman bahan
stek selama 10 jam. Hal ini diduga karena gel lidah buaya mengandung zat
pengatur tumbuh alami, terutama auksin, yang relatif tinggi di samping senyawa-
senyawa penyembuh luka. Penelitian selanjutnya Tri Hartatik dan Sundahri
(1995) melanjutkan bahwa dalam pengaplikasiaanya getah pulp lidah buaya tidak
diperlukan pengolahan lebih lanjut, karena bentuknya yang cair memudahkan
pemanfaatannya sebagai zat pengatur tumbuh (ZPT), hanya yang perlu mendapat
perhatian adalah penentuan konsentrasinya. Konsentrasi yang dianjurkan adalah
10% dengan perendaman bahan stek selama 10 jam. Bahan stek sebaiknya
dipotong menjadi satu ruas untuk menghemat pemakaian bahan tanam. Kendala
yang dihadapi pada stek satu ruas yaitu kandungan cadangan zat pengatur tumbuh
yang lebih sedikit dibandingkan dengan stek yang berukuran panjang. Oleh karena
itu diperlukan penambahan cadangan dengan ZPT eksogen. Penambahan ini dapat
dilakukan dengan memanfaatkan getah pulp lidah buaya.
Zat pengatur tumbuh (ZPT) pada tanaman adalah senyawa bukan hara yang
dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat, dan merubah proses
fisiologis tanaman. Zat pengatur tumbuh tersebut mengawali reaksi-reaksi
biokimia dan mengubah komposisi di dalam tanaman. Sebagai akibat pengubahan
komposisi kimia maka terjadi pembentukan dan pertumbuhan organ-organ
tanaman seperti akar, tunas, daun, bunga.
Ubi jalar memiliki kemungkinan sangat besar bila dikembangkan sebagai
sumber pangan alternatif jika dibandingkan dengan ubi kayu atau singkong.
Pertama, ubi jalar dapat ditanamkan pada lahan kering seperti halnya ubi kayu.
Kedua, ubi jalar dapat ditanamkan pada lahan sawah seperti umumnya yang
banyak dilakukan oleh para petani. Ketiga, kalau di dalam ubi kayu terdapat
senyawa cyanida yang bersifat racun atau dikenal dengan istilah weureu sampeu
(keracunan singkong) pada manusia dan hewan ternak seperti domba, kambing,
sapi, dan sebagainya, sedangkan pada ubi jalar tidak mengandung senyawa
tersebut. Keempat, daun ubi jalar mengandung vitamin C paling tinggi di antara
daun-daunan lainnya, sehingga layak untuk dijadikan bahan makanan, seperti
umumnya dilakukan oleh masyarakat tani di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Vitamin C pada daun ubi jalar sekitar 45-62 mg, sedang pada daun/pucuk
singkong hanya sekitar 23 mg saja.
Salah satu cara yang paling efektif dan efisien untuk perbanyakan ubi jalar
adalah dengan pembiakan vegetatif yaitu stek. Dalam pembiakan vegetatif dengan
stek, auksin berperan mendorong pembesaran sel, penghambatan mata tunas
samping, absisi (pengguguran daun), pembelahan sel-sel di daerah kambium dan
pertumbuhan akar (Sukmadjaja, 2003).
Pertumbuhan akar stek pada ubi jalar dirangsang oleh ZPT endogen (dari
dalam) yang berasal dari tunas, yaitu auksin dan dapat lebih dirangsang dengan
pemberian ZPT eksogen (dari luar) yaitu dengan pemberian getah pulp lidah
buaya yang berfungsi sebagai ZPT. Zat pengatur tumbuh dapat merangsang
pertumbuhan akar stek pada kadar tertentu, karena pada kadar yang tinggi dapat
menghambat pertumbuhan akar dan tunas, sedang pada kadar yang terlalu rendah
kurang berdayaguna (efektif) (Kusumo, 1990).
Zat pengatur tumbuh yang banyak terkandung dalam getah pulp lidah buaya
adalah auksin. Auksin dapat merangsang dan mempercepat pembentukan akar,
serta meningkatkan jumlah dan kualitas akar pada ubi jalar. Auksin berpengaruh
sangat nyata terhadap pembentukan akar stek ubi jalar. Auksin berfungsi dalam
differensiasi sel daun dan batang maupun sel akar di dasar stek ubi jalar. Auksin
dapat menaikkan tekanan osmotik, meningkatkan permeabilitas sel terhadap air,
menyebabkan pengurangan tekanan pada dinding sel, meningkatkan sintesis
protein, dan dapat meningkatkan plastisitas dan pengembangan dinding sel
(Thimann, 1969).
Asam krisofan yang terkandung dalam getah pulp lidah buaya berfungsi
mendorong penyembuhan sel-sel yang rusak akibat sayatan/luka pada stek. Asam
amino membantu menyusun protein pengganti sel-sel yang rusak akibat sayatan
stek ubi jalar. Vitamin dan mineral menjadi pemicu pendorong rangkaian proses
biokimia yang diperlukan dalam penyembuhan luka dan pembentukan sel-sel
baru. Glukomanan bekerjasama dengan enzim pemecah protein (enzim protease)
memecah patogen yang menyerang luka, sehingga stek ubi jalar lebih aman dari
gangguan penyakit. Pengaruh sinergetik zat-zat tersebut menyebabkan getah pulp
lidah buaya mampu bertindak sebagai pendorong koagulasi yang kuat, pendorong
perbaikan sel-sel yang rusak akibat luka sayatan, yang dapat merangsang
tumbuhnya siatem perakaran pada stek umbi jalar.
Tingkat kedewasaan pulp juga mempengaruhi hasil stekan ubi jalar.
Pengaruh tingkat kedewasaan pulp lidah buaya erat hubungannya dengan
kepekatan gel, sedang kepekatan gel erat kaitannya dengan zat-zat yang
terkandung di dalam pulp daun lidah buaya. Pulp daun bagian bawah memberikan
hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan penggunaan pulp daun bagian
pucuk. Hal ini dikarenakan semakin dewasa daun lidah buaya, kepekatan gelnya
akan semakin tinggi. Penggunaan gel dari pulp daun bagian pucuk memberikan
hasil yang rendah karena pulp daun yang muda kepekatan gelnya masih rendah,
sehingga zat-zat yang terkandung dalam gel tidak berada pada kondisi yang
optimal.
Mengingat cara dalam mengaplikasikan penggunaan getah pulp lidah buaya
sebagai zat pengatur tumbuh (ZPT) sangat mudah dan tidak diperlukan
pengolahan lebih lanjut, dikarenakan bentuknya yang cair, maka cara ini dapat
digunakan sebagai inovasi baru dalam mengurangi pengunaan ZPT dan pestisida
sintetis menjadi penggunaan ZPT alami yang lebih aman, ramah lingkungan dan
tentunya dapat dijangkau oleh masyarakat karena sangat mudah untuk
memperolehnya.
Pada akhirnya penggunaan getah pulp lidah buaya pada stek ubi jalar dapat
memecahkan dua persoalan utama dalam penyetekan yaitu :
a) Gel lidah buaya dapat menjadi alternatif dalam mendorong pertumbuhan stek
karena dapat berfungsi sebagai bioregulator pertumbuhan stek. Hal ini
disebabkan karena gel tersebut mengandung auksin, vitamin, protein/asam
amino dan nutrisi yang sangat diperlukan dalam pertumbuhan dan
perkembangan stek ubi jalar.
b) Gel lidah buaya dapat berfungsi sebagai biopestisida pada stek ubi jalar karena
didalam gel tersebut mengandung enzim protease yang dapat memecah protein
jasad pengganggu sehingga prosentase kematian stek dapat ditekan.
Seluruh upaya diatas diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan
produksi pengembangan ubi jalar di tanah air sehingga pada akhirnya diharapkan
pula ubi jalar memberi kontribusi signifikan terhadap pemenuhan gizi masyarakat
untuk mendukung ketahanan pangan nasional
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan rumusan masalah yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan:
a) Limbah industri makanan dan minuman yang berupa getah (gel) pulp lidah
buaya dapat dimanfaatkan sebagai bioregulator pada stek ubi jalar karena
mengandung zat pengatur tumbuh alami auksin.
b) Pulp lidah buaya mengandung polisaksakarida (terutama glukuomanan),
asam-asam amino (lisin, valin, metionin, leusin, isoleusin, fenilalanin),
enzim-enzim pemecah protein (enzim protease) yang dapat dimanfaatkan
sebagai biopestisida. Selain itu masih pula ditemukan asam krisorfan,
sejumlah vitamin (A, B6, B12, C, E, niasinamid, kolin) , mineral (kalium,
kalsium, natrium, seng, kobalt dan krom) dan sumber nutrisi sehingga
dapat dimanfaatkan sebagai zat pengatur tumbuh (ZPT) pada tanaman.
c) Penggunaan gel lidah buaya berpotensi untuk merangsang dan
mempercepat pembentukan akar, serta meningkatkan kuantitas dan
kualitas akar pada ubi jalar.
d) Daun lidah buaya yang sudah dewasa/tua mempunyai perbedaan kadar
nutrisi dengan daun lidah buaya yang masih muda. Daun lidah buaya yang
sudah dewasa mempunyai kepekatan gel lebih tinggi dibanding daun lidah
buaya yang masih muda. Kepekatan gel yang tinggi menandakan
kandungan nutrisi yang lebih besar.
e) Ubi jalar memiliki kemungkinan sangat besar bila dikembangkan sebagai
sumber pangan alternatif karena kandungan gizi ubi jalar cukup banyak,
meliputi vitamin A, C, karbohidrat, betakaroten, dan oligosakarida. Selain
itu ubi jalar aman untuk dikonsumsi dan ubi jalar dapat ditanam pada
lahan kering.
5.2 Saran
Lidah buaya (Aloe vera L.) merupakan tanaman serbaguna, seluruh bagian
tanaman terutama bagian daun sangat banyak kegunaannya.. Pemanfaatan lidah
buaya hendaknya dilakukan secara optimal, baik dari pemanfaatan daging maupun
limbah lidah buaya yang berupa getah pulp yang dapat untuk digunakan sebagai
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT). Untuk menghindari oksidasi, setelah dipanen, daun
lidah buaya harus segera diolah, tidak melalui pengawetan dengan pemanasan
atau bahan kimia
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, S. 2002. teknik perbanyakan bibit ubi jalar secara mudah dan murah.
http:// www.pustaka.deptan.go.idpublicationbt072028.pdf. Diakses tanggal 4
Maret 2007
Sundahri. 1994. Efektifitas Gel Lidah Buaya Terhadap Perakaran Stek Kumis
Kucing. Laporan Penelitian Fakulatas Pertanian Universitas Jember. Jember.
Thimann, K.V. (tth). The Auxins In Wilkins, M.B. (Ed. 1969). The Physiology of
Plant Growth and Development. Tata Mc. Graw-Hill, Londom.