Professional Documents
Culture Documents
Persamaan diferensial parsial dijumpai dalam kaitan dengan berbagai masalah fisik dan geometris bila
fungsi yang terlibat tergantung pada dua atau lebih peubah bebas. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa
hanya sistem fisik yang paling sederhana yang dapat dimodelkan dengan persamaan diferensial biasa
mekanika fluida dan mekanika padat, transfer panas, teori elektromagnetik dan berbagai bidang fisika
lainnya penuh dengan masalah-masalah yang harus dimodelkan dengan persamaan differensial parsial.
Yang sesungguhnya, kisaran penerapan persamaan diferensial parsial sangatlah besar, dibandingkan dengan
kisaran penerapan persamaan diferensial biasa. Peubah-peubah bebas dapat berupa waktu dan satu atau
lebih koordinat di dalam ruang. Bab ini akan ditujukan untuk beberapa persmaan diferensial parsial paling
penting yang dijumpai di dalam penerapan rekayasa. Kita akan menurunkan persamaan itu sebagai model
dari sistem fisik dan mengupas cara-cara untuk memecahkan masalah nilai awal dan masalah nilai batas,
dengan kata lain metode untuk memperoleh solusi bagi persamaan yang berkaitan dengan masalah fisik
yang dihadapi.
Di dalam pasal 11.1, kita akan mendefinisikan pengertian solusi persamaan diferensial Parsial.
Pasal 11.2 – 11.4 akan ditujukan untuk persamaan gelombang berdimensi-satu, yang mengatur gerak seutas
dawai yang bervibrasi. Persamaan panas akan dibahas dalam pasal 11.5 dan 11.6; persamaan gelombang
berdimensi-dua (membran bervibrasi) dalam pasal 11.7 – 11.10, dan persamaan Laplace dalam pasal 11.11
dan 11.12.
Di dalam pasal 11.13 dan 11.14 kita akan melihat bahwa persamaan diferensial parsial dapat juga
dipecahkan melalui transformasi Lapace (lihat Bab 5) atau transformasi Fourier (lihat pasal 10.10-10.12).
Metode numerik untuk persamaan diferensial parsial akan disajikan dalam pasal 20.4-20.7.
Prasyarat untuk Bab ini: persamaan diferensial biasa (Bab 2) dan deret Fourier (Bab 10).
Pasa-pasal yang dapat dilewati untuk kuliah yang lebih singkat : 11.6, 11.9, 11.10.
Persamaan yang mengandung satu atau lebih turunan parsial suatu fungsi (yang
diketahui) dengan dua atau lebih peubah bebas dinamakan persamaan diferensial
parsial. Ordo turunan tertinggi dinamakan ordo persamaan tersebut. Seperti pada
persamaan diferensial parsial biasa, kita katakan bahwa suatu persamaan diferensial
parsial linear jika persamaan itu berderajat satu dalam peubah biasanya dan turunan
parsialnya. Jika setiap suku persamaan demikian ini mengandung peubah takbebasnya
atau salah satu dari turunannya, persamaan itu dikatakan homogen; bila tidak, persamaan
itu dikatakan tak homogen.
2u 2 u
2
c persamaan gelombang dimensi-satu
u 2 x 2
u 2 u
2
c persamaan panas berdimensi-satu
t x 2
2u 2u
f ( x, y ) persamaan poisson berdimensi-dua
x 2 y 2
2u 2u 2u
0 persamaan Laplace berdimensi-tiga
x 2 y 2 z 2
Dalam hal ini c adalah konstanta, t adalah waktu, x y z adalah adalah koordinat Kartesius.
Persamaan 4 dengan ( f ≠ 0) adalah tak homogen, sedangkan persamaan-persamaan
lainnya homogen.
Yang dimaksud dengan solusi suatu persamaan diferensial pada suatu daerah R di
dalam ruang peubah (-peubah) bebasnya ialah fungsi yang memiliki turunan parsial yang
muncul di dalam persamaan itu, yang didefenisikan pada suatu domain mengandung R
dan yang memenuhi persamaan itu dimana-mana di dalam R. Ada kalanya orang hanya
menyaratkan bahwa fungsi tersebut kontinu pada batas daerah R, mempunyai turunan-
turunan tersebut di dalam interior daerah R, dan memenuhi persamaan itu di dalam
interior daerah R.)
Secara umum, keseluruhan solusi suatu persamaan diferensial adalah sangat besar.
Misalnya, fungsi-fungsi
Yang berbeda sama sekali satu sama lain, semuanya merupakan solusi bagi (3), sebagai
pembaca dapat menverifikasi sendiri. Kita akan melihat nanti bahwa solusi tunggal suatu
persamaan diferensial parsial yang berasal dari suatu masalah fisik tertentu akan
diperoleh dengan memanfaatkan informasi tambahan dari dari situasi fisik tersebut.
Misalnya, sering kali nilai solusi yang diinginkan pada batas domainnya diketahui
(“syarat atau kondisi batas”); dalam kasus lain, bila t menyatakan waktu, nilai solusi
pada t = 0 adakalanya diberikan (”syarat awal”).
Kita tahu bahwa jika suatu persamaan diferensial biasa bersifat linear dan
homogen, maka dari solusi yang diketahui dapat diperoleh solusi-solusi lain melalui
superposisi. Pada kasus persamaan diferensial parsial linear, keadaannya sangat serupa.
Dan memang, teorema berikut ini berlaku.
dengan c1 dan c2 sembarang konstanta, juga merupakan solusi bagi persamaan itu dalam
daerah tersebut.
Bukti teorema penting ini mudah dan sangat mirip dengan bukti untuk Teorema 1 Pasal
2.1 dan disediakan untuk pembaca.
Di dalam pasal berikut, kita akan memulai pembahasan dengan persamaan
penting pertama yang dicantumkan pada Teladan 1, yaitu persamaan gelombang
berdimensi satu. Istilah ”berdimensi satu” menunjukkan bahwa persamaan itu
mengandung hanya satu peubah ruang, yaitu x. Persamaan ini mengatur gerak seutas
dawai elastik, misalnya dawai biola.
Soal-soal Latihan untuk Pasal 11.1
1. Buktikan Teorema Dasar 1 untuk persamaan diferensial ordo-kedua dalam
dua dan tiga peubah bebas.
2. Verifikasi bahwa fungsi-fungsi (6) merupakan solusi bagi ( 3).
Verifikasi bahwa fungsi-fungsi berikut merupakan solusi bagi persamaan
gelombang (1) untuk nilai konstan c di dalam (1) yang sesuai.
3. u x t 4. u x 9t 5. u sin t sin x
2 2 2 2
Laplace (5).
23. Tentukan potensial elektrostatik [soluis bagi (5)] antara dua bola konsentrik
z x, y bagi yz x xz y 0
40. Tunjukkanbahw solusi merepresentasikan
permukaan benda-benda putar. Berikan contoh ilustrasinya. Petunjuk. Ambil
x r cos , y r sin dan kemudian tunjukkan bahwa persamaan itu menjadi z0 c .
11.2Pemodelan: Dawai Bervibrasi, Persamaan Gelombang
Berdimensi-Satu
Berbagai persamaan diferensial parsial penting yang pertama, Marilah kita turunkan
persamaan yang mengatur vibrasi pada seutas dawai elastis, yang diregangkan sampai
panjang L dan diikatkan pada kedua ujungnya. Misalkan kemudian dawai itu ditarik dan
diganggu dan kemudian dilepaskan pada t = 0 agar bergetar. Masalahnya adalah
menentukan vibrasi dawai tersebut, dengan kata lain menentukan penyimpangannya u(x,
t) pada sembarang titik x dan waktu t > 0; lihat gambarar 265.
P
Q
a
T
1
T
2
b
x
X+Δx
L
T
2
T
1
u
P
Q
a
b
0
Gambar 265 Dawai yang bervibrasi
Bila menurunkan suatu persamaan diferensial yang bersumber pada suatu masalah
fiska tertentu, biasanya kita harus menyederhanakan asumsi-asumsi untuk menjamin agar
persamaan yang dihasilkan tidak menjadi terlalu rumit. Kenyataan penting telah kita
peroleh ketika kita mempelajari persamaan diferensial biasa, dan hal yang sama pun
berlaku untuk persamaan diferensial parsial.
Asumsi-asumsi itu sedemikian rupa sehingga sehingga kita dapat berharap bahwa solusi
u(x, t) bagi persamaan diferensial yang diperoleh dapat menerangkan dengan cukup baik
vibrasi kecil dawai ”nonideal” yang bermassa kecil dan homogen yang mengalami
tegangan besar.
Untuk memperoleh persamaan diferensialnya, kita simak gaya-gaya yang bekerja pada
suatu bagian kecil dawai tersebut (gambar 265). Karena dawai itu tidak memberi
perlawanan terhadap pelengkungan (does not offer resistance to bending), maka tegangan
bersifat tangensial terhadap kurva dawai itu pada setiap titik. Misalkan T1 dan T2 adalah
tegangan di kedua titik ujng P dan Q dari bagian kecil tersebut. Karena tidak ada gerak
dalam arah horisontal, berarti komponen horisontal tegangan ini pasti konstan. Dengan
menggunakan notasi seperti pada gambar 265, kita memperoleh
Pada arah vartikal terdapat dua gaya, yaitu komponen vertikal –T1 sin α dari T1 dan T2 sin
β dari T2; tanda minus disini berarti bahwa komponen yang bersangkutan di P arah ke
bawah. Menurut hukum kedua Newton, resultan kedua gaya tersebut sama dengan massa
bagian itu, px, kali percepatannya, 2u/ t2, dihitung pada suatu titik daerah x dan x + Δx;
dalam hal ini p adalah massa dawai yang tidak terdefleksi persatuan panjang, sedangkan
Δx adalah panjang bagian dawai yang tidak terdefleksi persatuan panjang, sedangkan Δx
adalah panjang bagian dawai yang tidak terdefleksi.
2u
T2 sin T1 sin x
(2) t 2
Sekarang tan α dan tan β adalah kemiringan kurva dawai itu di titk x dan x + Δx :
u u
tan dan tan
x x x x x
Di sini kita harus menuliskan turunan parsial sebab u juga tergantung pada t.
Pembagian (2) dengan Δx menghasilkan
1 u u 2u
x x x x x x T t 2
2u 2 u
2 T
c c2
t 2 x 2 .
Di dalam pasal sebelumnya kta telah menunjukkan bahwa vibrasi seutas dawai, misalnya
dawai bola, mengikuti persamaan gelombang berdimensi-satu
2u 2 u
2
c
(1) t 2 x 2 ,
dengan u(x ,t) adalah defleksi dawai tersebut. Untuk mengetahui bagaimana dawai itu
bergerak, kita harus memecahkan persamaaan ini; lebih tepatnya, kita tentukan solusi u
bagi (1) yang juga memenuhi syarat yang dikenakan oleh sistem fisik bersangkutan.
Karena dawai itu diikat pada kedua ujung x = 0 dan x = L, kita kenai dua syarat batas
Bentuk gerak dawai itu akan tergantung pada defleksi awalnya (defleksi pada t =0) dan
pada kecepatan awalnya (kecepatan pada t = 0). Jika f(x) adalah defleksi awalnya dan
g(x) adalah kecepatan awalnya, maka kita akan memperoleh kedua syarat awal
u ( x, 0) f ( x)
(3)
dan
u
g ( x).
t t 0
(4)
Masalah kita sekarang adalah menemukan solusi bagi (1) yang memenuhi syarat (2)-(4).
Langkah-langkah yang akan kita tempuh adalah sebagai berikut.
Langkah Pertama. Dengan menerapkan apa yang dinamakan metode pemisahan
peubah atau metode hasil kali, kita akan memperoleh dua persamaan diferensial
biasa.
Langkah Kedua. Kita akan menetukan solusi bagi kedua persamaan itu yang
memenuhi syarat batas yang ditentukan.
Langkah Ketiga. Solusi-solusi itu akan digabungkan sedemikian rupa sehingga
hasilnya merupakan solusi persamaan gelombang (1) memenuhi syarat awal yang
diberikan.
Rinciannya adalah sebagai berikut.
(5)
yang merupakan hasil kali dua fungsi, masing-masing tergantung pada salah satu peubah
x atau t. Akan kita lihat nanti bahwa metode ini mempunyai banyak penerapan di dalam
matematika rekayasa. Dengan mendiferensialkan (5), kita memperoleh
2u 2u
F G dan F '' G
t 2 x 2
Dengan tanda dua titik di atas melambangkan turunan terhadap t, sedangkan tanda aksen
melambangkan turunan terhadap x. Dengan menyisipkan ini ke dalam persamaan
diferensial (1), kita memperoleh
F G c 2 F ''G
Dengan membagi dengan c2FG kita akan memperoleh
G F ''
c 2G F .
Ruas kiri hanya mengandung fungsi yang tergantung hanya pada t sedangkan ruas kanan
mengandung fungsi yang tergantung hanya pada x. Ini berarti ruas kanan maupun ruas
kiri sama dengan suatu konstanta, maka pengubahan t akan mengubah nilai ruas ini
namun jelas tidak mengubah nilai ruas kanan, sebab ruas kanan tidak tergantung pada t
begitu pula, jika ruas kanan tidak sama dengan konstanta, maka pengubahan x akan
mengubah nilai ruas ini namun jelas tidak mengubah nilai ruas kiri. Jadi,
G F ''
k
c 2G F .
(6) F '' kF 0
dan
(7) G c 2 kG 0
Kita sekarang akan menentukan solusi Fungsi dan G bagi (6) dan (7) sedemikian rupa
sehingga u = FG memenuhi syarat batas (2); dengan kata lain
untuk semua t.
Jelaslah, jika G ≡ 0, maka u ≡ 0, sama sekali tidak menarik. Jadi, kita meginginkan G ≡
0, sehingga haruslah
Untuk k = 0, solusi umum bagi (6) adalah F = ax + b, sehingga dari (8) kita
memperoleh a = b = 0. Dengan demikian F ≡ 0, juga tidak menarik sebab akibatnya G ≡
0. Untuk k = m2 positif, solusi umum bagi (5) adalah
F Ae x Be x ,
dan dari (8) kita memperoleh F ≡ 0, seperti sebelumnya. Sekarang, kita tinggal
kemungkinan mengambil k negatif k = -p2 . persamaan (6) sekarang mempunyai bentuk
F " p 2 F 0.
dengan solusi umum adalah
Kita harus mengambil B 0 sebab jika tidak demikian F ≡ 0. ini berarti sin pL = 0.
Akibatnya ,
n
pL n atau p (n bilangan bulat).
(9) L
Dengan mengambil B = 1, kita memperoleh tak hingga banyaknya solusi F(x) = Fn(x),
dengan
n
Fn ( x) sin x n = 1,2,...
(10) L
Solusi-solusi itu memenuhi (8). Untuk bilangan bulat negatif n kita memperoleh
solusi yang pada hakekatnya sama, kecuali tandanya, sebab sin (-α) =
- sin α.
Bilangan k sekarang terbatas pada nilai-nilai k = -p2 = -(np/L)2, yang berasal dari
(9). Untuk nilai-nilai k tersebut, persamaan (7) mempunyai bentuk
cn
G n 2G 0 dengan n
L
Suatu solusi umumnya adalah
Gn (t ) Bn cos n t Bn* sin n t .
n
u n ( x, t ) ( Bn cos n t Bn* sin n t )sin
x (n =1,2,...)
(11) L ,
Merupakan solusi-solusi bagi (1) yang memenuhi syarat batas (2). Fungsi-fungsi itu
dinamakan fungsi-eigen, atau fungsi ciri, dan nilai λn = cnp/L dinamakan nilai-eigen,
atau nilai ciri, dari dawai yang bervibrasi tersebut. Himpunan (λ1, λ2, ...)
dinamalan spektrum.
yang memiliki frekuensi λn /2 λn = cn/2L siklus per satuan waktu. Gerak ini
dinamakan modus normal ke-n dawai tersebut. Modus normal pertama dikenal sebagai
modus dasar (fundemental mode) (n=1), sedangkan yang lain dikenal sebagai overtone,
pada musik, modus-modus tersebut menghasikan oktaf, oktaf plus seperlima, dan
seterusnya. Karena di dalam (11)
n L 2L n 1
sin x 0 pada x , ,..., L
L n n n ,
Modus normal ke-n memiliki n-1 apa yang dinamakan simpul (nodes), yaitu pada dawaii
yang tidak bergerak (Gambar 266).
0
L
0
L
0
L
0
L
N=1
N=2
N=3
N=4
Gambar 267 memperlihatkan modus normal kedua untuk berbagai nilai t. Pada tiap saat
dawai itu berbentuk gelombang sinus. Bila bagian kiri dawai itu bergerak dibawah, maka
bagian yang bergerak ke atas, dan sebaliknya. Untuk modus yang lain, keadaannya
serupa.
L
x
Jelaslah, satu solusi un(x, t) pada umunya tidak memenuhi syarat awal (3) dan (4).
Sekarang, karena persamaan (1) linier dan hmogen, maka menurut Teorema Dasai 1
Pada pasal 11.1 jumlah terhingga banyaknya solusi un juga merupakan solusi bagi (1).
Untuk memperoleh solusi yang memenuhi (3) dan (4), kita simak
n
u n ( x, t ) ( Bn cos n t Bn* sin n t )sin x
(12) n 1 L
Dengan λn = cnp/L seperti sebelumnya. Dari sini dan syarat awal (3), kita memperoleh
n
u n ( x, 0) sin x f ( x).
(13) n 1 L
Jadi, agar (12) memenuhi (3), koefisien-koefisien Bn harus diambil sedemikian rupa
sehingga u(x, 0) menjadi uraian separuh-kisaran (half-range expansion) bagi f(x); yaitu
deret sinus Fourier bagi f(x). Jadi [lihat (4) pasal 10.5],
n
L
2
Bn
L0 f ( x ) sin
L
dx n=1,2,...
(14)
Begitu pula, dengan mendiferensialkan (12) terhadap t dengan menggunakan syarat awal
kedua, yaitu (4), kita memperoleh
u
n x
t t 0
n 1
( Bn n sin n t Bn* cos n t )sin
L t 0
n x
Bn*n sin g ( x).
n 1 L
Oleh karena itu, agar (12) memenuhi (4), koefisien-koefisien Bn* harus dipilih sedemikian
rupa sehingga, untuk t=0, turunan u/ t menjadi deret sinus Fourier bagi g(x); jadi
menurut (4) pasal 10.5.
n
L
2
Bn n g ( x) sin
*
dx
L0 L
Atau, karena λn = cnp/L,
n
L
2
Bn*n
cn 0
g ( x ) sin
L
dx
(15) n = 1, 2, ...
Akibatnya, u(x, t) yang diberkan leh (12) dengan koefisien-koefisien (14) dan (15)
merupakan salah satu solusi bagi (1) yang memenuhi syarat (2)-(4), asalkan deret (12)
tersebut konvergen dan juga asalkan deret yang diperoleh meleui pen diferensialan (12)
suku-demensi-suku terhadap x dan i konvergen dan mempunyai jumlah bertut-turut, yang
bersifat kontinu.
Jadi, solusi (12) masih berupa ekspresi formal belaka, kita masih harus
membuktikannya. Untuk kemudahan, kita hanya akan menyimak kasusu bila kecepatan
awalnya g(x) sama dengan nol. Ini berimplikasi Bn* sama dengan nol dan (12) tereduksi
menjadi
n cn
u ( x, t ) Bn cos n t sin , n = .
(16) n 1 L L
Sekarang kita akan mejumlahkan deret ini, artinya menuliskan hasilnya dalam bentuk
tertutup atau terhingga. Untuk maksud ini, kita gunakan rumus [lihat (11dalam apendiks
3.1]
cn n 1 n n
cos t sin x = sin ( x ct ) sin ( x ct ) .
L L 2 L L
1 *
u ( x, t ) f x ct f * x ct
(17) 2
Dengan f* adalah perluasan periodik ganjil fungsi f dengan periode 2L (Gambar 268).
Karena defleksi awal f(x) kontinu pada selang 0 x L dan bernilai nol di kedua titik
ujngnya, maka dari (17) kita dapat menyimpulkan bahwa u(x, t) merupakan suatu fungsi
kontinu untuk semua niai x dan t. Dengan mendiferensialkan (17) kita lihat bahwa u(x, t)
merupakan salah satu solusi bagi (1), asalkan f (x) dideferensialkan dua kali pada selang 0
< x < L, dan memiliki turunan kedua satu-arah (one sided second derivatives) di x = 0,
yang bernilai nol. Di bawah kondisi tersebut, terbuktilah bahwa u(x, t) merupakan salah
satu bagi (1) yang memenuhi 1-(4)
0
L
x
Jika f’(x) dan f”(x) hanya kontinue sepotong-sepotong (Lihat Pasal 1.5), atau jika
turunan-turunan satu arah itu tidak nol, maka untuk setiap t akan ada terhingga
banyaknya nilai x yang pada nilai-nilai itu turunan kedua fungsi u yang muncul di dalam
(1) tidak ada. Kecuali pada titik-titik tersebut, persamaan gelombang masih terpenuhi,
dan kita dapat memandang u(x, t) sebagai solusi bagi masalah kita dalam pengertian yang
lebih luas. Misalnya, dalam kasus defleksi awal yang berbentuk segi tiga (teladan 1 di
bawah ini) menghasilkan solusi jenis ini.
Kiranya perlu dikemukakan suatu tafsiran fisik yang sangat menarik bagi (17).
Grafik f*(x + ct) diperoleh dari grafik f*(x) dengan cara menggeserkan yang terakhir ini
ct satuan ke kanan (gambar 269). Ini berarti bahwa f*(x – ct ) (c > 0) merepresentasikan
suatu gelombang yang bergerak ke kanan sejalan dengan naiknya t. Begitu pula, f* (x +
ct) merepresentasikan suatu gelombang yang bergerak ke kiri, dan u(x, t) merupakan
superposisi kedua gelombang tersebut.
ct
x
f *(x)
f *(x - ct)
Tentukan solusi persamaan gelombang (1) jika defleksi awalnya berbentuk segi tiga
2K
x jika 0 x
L
f ( x)
L
2
L
2K
x L
L
( L x ) jika
2
dan kecepatan awalnya nol. (gambar 270 memperlihatkan f(x) = u(x, 0) di puncaknya.)
jawab. Karena g(x) ≡ 0, kita memperoleh Bn* = 0 di dalam (12), dan dari Teladan 1
dalam pasal 10.5 kita melihat bahwa Bn ditentukan oleh (5) Pasal 10.5. Jadi, (12)
mempunyai bentuk
8k 1 c 1 3 3 c
u ( x, t )
2 2
sin x cos t 2 sin x cos t ..... .
1 L L 3 L L
Untuk memplotkan grafik solusi itu, kita dapat memanfaatkan u(x, 0) = f(x) dan tafsiran
kedua fungsi di dalam representasi (17). Ini menghasilkan grafik dalam gambar 270.
Sangat menarik bahwa solusi (17) juga dapat diperoleh dengan cepat melalui
transformasi yang sesuai terhadap persamaan gelombang itu, mengikuti gagasan cerdik
d’Alembert yang kita akan bahas dalam pasal berikutnya.
Soal-soal Latihan untuk Pasal 11.3
1. Bagaimanakah pengaruh pelipatduaan tegangan terhadap titik nada (pitch) hada dasar
(fundamental tone) dawai tersebut ?
u x, t
2. Tentukan defleksi dawai yang bervibrasi (panjang L = p, kedua ujungnya
terikat , dan c2 = T/p = 1) jika kecepatan awalnya nol dan defleksi awalnya adalah:
5. 0.01x x
6. 0.01x x 2 2
7. k x
2 2
8. 9. 10.
u x, t
Gambar 270. Solusi dalam Teladan 1 untuk bebagai nilai t (bagan kanan
gambar) yang diperoleh melalui superposisi gelombang yang bergerak ke kanan
(garis putus-putus) dengan gelombang yang bergerak ke kiri (bagian kiri gambar).
11. Berapakah nisba atau rasioa antara amplitudo modus dasar dengan amplitudo
a / a 2 a22 ...
overtune kedua didalam Soal 5 ? Nisbah 1 1
? Petunjuk. Gunakan (7) dalam
Pasal 10.8 dengan tanda sama dengan.
12. Bagaimanakah ketergantungan frekuensi modus dasar dawai yang bervariasi pada
panjang dawai, tegangan, dan massa dawai persamaan satuan panjang ?
Tentukan defleksi u(k, t) dawai yang bervibrasi (Panjang L = p, kedua ujungnya terikat,
c2 = 1) jika defleksi awalnya f(x) dan kecepatan awalnya g(x) adalah :
13. f = 0, g(x) = 0.1 sin 2x
1 1
0 x , g x 0.01 x jika x .
14. f = 0, g(x) = 0.01x jika 2 2
15. f(x) = 0,1 sin x, g(x) = -0,2 sin x
Dengan memisahkan peubah-peubahnya tentukan solusi u(x, y) bagi persamaan-
persamaan berikut.
16. u x yu y 17. u x uy 0 18. u x u y
19. u x u y 2 x y =0 20. ayu x bxu y 21. xu x yu y
22. x 2u xy 3 y 2u 0 23. u xy u 24. u xx u yy 0
25. Tunjukkan bahwa suatu masalah (1) – (4) dengan syarat batas lebih rumit, katakanlah
u 0, t 0, u L, t b t ,
dapat direduksi menjadi suatu masalah pencarian fungsi baru
v 0, t v L, t 0, v x, 0 f1 x , vt x, 0 g1 x
v yang memenuhi syrat , namun
suatu persamaan gelombang yang tak homogen. Petunjuk. Ambil u = v + w dan
tentukan w yang cocok.
Menarik untuk dicatat bahwa solusi (17) Pasal 11.3 bagi persamaan gelombang
2u 2 u
2
T
c c2
(1) t 2 x 2
dapat diperoleh dengan cepat mentransformasikan (1) secara cerdik, yaitu dengan
memperkenalkan dua peubah bebas baru1
(2) v x ct , z x - ct.
Dengan demikian u menjadi fungsi dari v dan z, dan turunan-turunan di dalam (1) dapat
diucapkan dalam turunan terhadap v dan z melalui penerapan kaida rantai dalam Pasal
8.7. Dengan melambangkan turunan parsial dengan subskrip, kita lihat dari (2) bahwa vx =
1 dan zx = 1 . Untuk kemudahan marilah lambangkan u(x, t), sebagai suatu fungsi dari v
dan z, dengan huruf yang sama u . dengan demikian
u x vv vz u z z x uv u z
Dengan menerapkan kaidah rantai terhadap ruas kanan dan memanfaatkan kenyataan
bahwa vx = 1 zx = 1 , kita memperoleh
u x x uv u z v vx uv u z z z x uvv 2uvz u zz
Kita transformasikan turunan satu lagi di dalam (1) dengan cara yang sama , kita peroleh
utt c 2 uvv 2uvz u zz .
Dengan menyisipkan kedua hasil itu kedalam (1) kita memperoleh (lihat catatan kaki 1
dalam apendiks 3.1)
2u
uvz
0.
(3) zv
jelaslah, maksud pendekatan ini adalah agar (3) yang dihasilkannya dapat segera
dipecahkan dengan mengintegralkan dua kali berturut-turut. Dengan mengintegralkan
terhadap z , kita memperoleh
perlu dikemukakan bahwa teori umum persaman diferensial parsial memberikan suatu cara bersistem untuk
1
menemukan transformasi ini, yang dapat menyderhanakan persamaannya. Lihat acuan [C 14] dalam Apendiks 1
u
h v
v
u h v dv z
dengan y(z) adalah suatu fungsi dari z. Karena integral itu merupakan fungsi dari v,
gunakanlah (v), maka solusi u berbentuk u = (v) + y(z). Karena (2), maka
(4) u (x, t) = f(x + ct) + y(x - ct).
u
c x ct c ' x ct
t f’
Dengan tanda aksen melambang turunan masing-masing terhadap keseluruhan argumen x
+ ct dan x – ct. Dari (4) dan (5) dan syarat awal, kita memperoleh
u ( x, 0) ( x ) ( x) f ( x )
ut ( x, 0) c '( x ) c '( x) 0
Dari persamaan terakhir, kita peroleh y’ = ’. Oleh karena itu, y = + k, dan dari sini
dan persamaan pertama, kita peroleh 2 + k = f = (f - k)/2.Dengan fungsi –fungsi
dan y tersebut, solusi (4) menjadi
1
u(x, t) = 2 f [(x + ct) + f(x – ct) ],
sesuai dengan (17) dalam Pasal 11.3. Pembaca dapat mennjukkan bahwa karena syarat
batas (2) dala pasal tersebut, fungsi f haruslah ganjil dan berperiode 2L, jika kecepatan
awal g(x) tidak identik dengan nol, alih-alih (6) kita akan memperoleh
x ct
1 1
2c x ct
u ( x, t ) [ f ( x ct ) f ( x ct )] g ( s )ds.
2
(7)
Hasil kita ini menunjukkan bahwa syarat awal dan syarat batas menentukan solsinya
secara tunggal.
Solusi persamaan gelombang mealui transformasi Laplace dan transformasi linier
Solusi persamaan gelombang melalui transformasi Laplace dan transformasi Fourier akan
dibahas dalam Pasal 11.13 dan 11.14.
Di dalam pasal berikut, kita akan menengok pada persamaan panas, yang merupakan
persamaan diferensial sangat penting lainnya.
Dengan menggunakan (6), buatlah gambar (sejenis Gambar 2.70 dalam Pasal 11.3)
defleksi u(x, t) dari waktu bervibrasi (panjang L = 1, kedua ujungnya terikat) jika
kecepatan awalnya nol dan defleksi awalnya f(x), k sebuah bilangan kecil, misalkan k =
0.01.
1. f x k sin x 2. f x kx 1 x
3. f x k x x 3
4. f x k x 2 x 4 5. f x k 1 cos 2 x 6. f x k sin 2 x
Dengan menggunakan transformasi yang diberikan, pecahkan persamaan diferensial
berikut.
7. u xy u xx v y, z x y
8. yu xy xu xx u x v y, z xy
9. u xx 2u xy u yy 0 v y, z x y
10. u yy u yy v y x, z 2 y x
11. u xx 4u xy 0 v x y, z 3 x y
Au xx 2 Bu xy Cu yy F x, y , u x , u y
(8)
dikatakan eliptik jika AC B 0, hiperbolik jika AC B 0. Di sini A, B, C,
2 2
mungkin merupakan fungsi dari x dan y, dan jenis (8) mungkin berbeda di bagian-bagian
bidang –xy yang berbeda.
Gambar 271. Balok yang tidak mengalami perubahan bentuk dalam Soal 17
Vibrasi sebuah balok. Dapat diperlihatkan bahwa vibrasi vertikal bebas dari suatu balok
seragam (Gambar 271) mengikuti persamaan orde-empat
2u 2 4u
c 0
(9) t 2 x 4 (Acuan [C14]).
Dengan dalam hal ini c EI / pA (E = modulus elastisitas Young, I = momen inersia
2
F x
22. Tunjukkan bahwa dalam Soal 17 memenuhu syarat-syarat dalam Soal 21 jika
L adalah akar persamaan
24. Jika balok itu dijepit di ujung kirinya dan dibiarkan bebas di ujung kanannya
(Gambar 274), maka syarat-syarat batasnya adalah
u 0, t 0, u x 0, t 0, u xx L, t 0, u xxx L, t 0.
Tunjukkan F(x) dalam Soal 17 memenuhi syarat-syarat itu jika L adalah akar
persamaan
(11) cosh L cos L 1 .
Dengan u(x, y, z, t) adalah suhu di dalam benda tersebut, K adalah konduktivias termal, s
adalah panas jenis dan r adalah kerapatan benda, v2 u adalah Laplacian dari u, dan relatif
terhadap koordinat Kartesius x, y, z
2 2 u 2u 2 u
u .
x 2 y 2 z 2
Sebagai salah satu penerapan penting, marilah kita simak suhu pada suatu batang
atau kawat tipis panjang, yang irisan melintangnya konstan dan terbuat dari bahan yang
homogen, dan terletak pada sumbu-x. Maka u tergantung hanya pada x dan waktu t dan
persamaan panasnyan menjadi apa yang dinamakan persamaan panas berdemensi-satu.
u 2u
c2 2
t x
x
L
Kita akan memecahkan (1) untuk beberapa jenis syarat batas dan syarat awal yang
penting. Prosedur penyeleseiannya akan mirip dengan pada kasus persamaan gelombang.
Perilaku solusinya akan sama sekali berbeda dibandingkan dengan perilaku persamaan
gelombang, sebab (1) melibatkan uu. (Klasifikasi dalam soal 13 pada pasal sebelumnya
bukan cuma untuk formalitas belaka, namun mempunyai konsekuensi yang dalam relatif
terhadap perilaku umum solusinya.)
Perhatikan bahwa ini mempunyai bentuk yang sama dengan (2) Pasal 11.3. Jika f(x)
adalah suhu awal batang tersebut, maka syarat awalnya adalah
u ( x, t ) f ( x ) [f ( x) diketahui].
Kita akan menentukan solusi u(x, t) bagi (1) yang memenuhi (2) dan (3).
Ruas kiri hanya tergantung pada t, sedangkan ruas kanan hanya tergantung pada x.
Seperti pada pasal 11.3, kita simpulkan bahwa kedua ruas itu pasti sama dengan suatu
konstanta, katakanlah k. Pembaca dapat memperlihatkan bahwa untuk k 0, satu-satunya
solusi u = -p2 yang negatif, kita memperoleh dari (5)
g
"
G F
2
. p2.
cG F
Kita lihat bahwa ini menghasilkan dua buah persamaan diferensial biasa
(7) G c 2 p 2G 0
F(L) = b sin pL
Haruslah b 0, sebab jika tidak F ≡ 0. oleh karena itu syarat F(L) = 0 membawa pada
n
sin pL 0, sehingga p, n 1, 2,...
L
Dengan mengambil B = 1, kita memperoleh solusi bagi (6) yang memenuhi (2):
n x
Fn ( x) sin , n = 1,2,...
L
(Seperti pada Pasal 11.3, kita tidak perlu menyimak nilai-nilai n yang bulat negatif)
Sekarang kita simak persamaan diferensial (7). Untuk nilai-nilai p = np/L yang baru
diperoleh, persamaan ini mempunyai bentuk
g cn
G n 2G 0 dengan n .
L
Seperti halnya pada pasal sebelumnya, untuk memperoleh solusi bagi masalah
perubahannya, kita akan menggunakan deret tak hingga.
Langkah ketiga. Untuk memperoleh solusi yang juga memenuhi (3), kita perhatikan
n x n2t cn
u n ( x, t ) un ( x, t ) Bn sin L
e , n
L
.
(10) n=1 n 1
Agar (10) memenuhi (3), koefisien-koefisien Bn harus dipilih sedemikian rupah hingga
u(x, 0) merupakan uraian separuh-kisaran bagi f(x), yaitu deret sinus bagi f(x); dengan
kata lain [lihat (4) Pasal 10.5)],
n x
L
2
Bn
L0 f ( x) sin
L
dx n 1, 2,...,
(11)
3
ihat catatan kaki 7 di dalam Pasal 10.2.
Solusi bagi masalah kita ini dapat dibuktikan dengan mengasumsikan bahwa f(x) itu
sepotong-sepotong pada selang 0 x L (lihat pasal 5.1), dan memiliki satu arah3 di
semua ttik interior selang tersebut; artinya, di bawah asumsi-asumsi tersebut, deret (10)
dengan koefisien-koefisien (11) merupakan solusi bagi masalah fisik yang kita hadapi.
Buktinya, yang membutuhkan pengetahuan tentang konvergenan seragam, akan diberikan
pada kesempatan nanti (soal 21, 22 di akhi pasal 14.8).
Karena adanya faktor eksponensial, semua suku di dalam (10) mendekati nol jika
t mendekati tak hingga. Laju penurunan suhu semakin cepat sejalan dengan naiknya n.
Misalkan suhu u(x, t) di dalam sebatang tembaga yang telah diisolasi yang panjang 80
cm suhu awalnya adalah 100 sin (px/80)o C dan ujung-ujungnya dipertahankan pada suhu
0oC berapa lama sampai suhu maksimum di dalam batang tembaga itu turun menjadi
50oC? Mula-mula kira-kiralah, dan kemudian hitunglah. Data fisik untuk tembaga:
kerapatan 8.92 gm/cm3, panas jenis 0,092 kal/gm oC konduktifitas termal 0.95 kal/cm det
oC.
Jawab. Syarat awal menghasilkan
n x x
u ( x, 0) Bn sin f ( x) 100sin .
n 1 80 80
Dengan demikian, dengan melihat begitu saja atau dari (10) kita memperoleh B1 = 100,
B2 = B3 = ... = 0. Di dalam (10) kita membutuhkan λ12 = c2p2/ L2, dengan c2 = K/sp
= 0.95/(0.092)(8.92) = 1.158 [cm2/det]. Jadi, kita memperoleh l12 =
(1.158)(9.870)/6400 = 0.001785 [det-1]. Solusi bagi (10) adalah
3 x 0.001785t
u ( x, t ) 100sin e .
80
Selanjutnya, 100 -0.001785t = 50 jika t = (ln 0.5)/(-0.001785) = 388 [detik] 6.5 [menit].
Pecahkan soal pada Teladan jika suhu awalnya adalah 100 sin (3px/80) oC dan data
lainnya sama
Jawab. Di dalam Pasal (10), alih-alih n = 1 sekarang n =3, dan l32 = 32l12 = 9(0.001785) =
0.01607, sehingga solusinya adalah
3 x 0.01607 t
u ( x, t ) 100sin e .
80
l =0
x
π
u
l =0.5
x
π
u
l =2
x
π
u
l =0.1
x
π
u
Jika aliran panas itu stabil atau stasioner (tidak tergantung waktu), maka dy / t = 0
sehingga persamaan panas ini berubah menjdi persamaan Laplace4
2u 2u
2 0
2u = x y
2
Jadi suatu masalah panas rediri atas persamaan ini yang harus disimak pada suatu daerah
R pada bidang-xy dan suatu syarat batas pada kurva yang menjadi batas daerah R tesebut.
Masalah ini dinamakan masalah nilai batas (boundary value problem). Orang
menyebutnya
masalah Dirichlet jika u ditentukan pada C.
masalah Neumann jika turunan normalnya un = u / n ditentukan pada .
masalah campuran jika u ditentukan pada sebagian dari C sedangkan un pada
sebagian lain dari C.
Sekarang kita simak suatu masalah Dirichlet pada suatu persegi panjang R(Gambar 77),
dengan mengasumsikan bahwa suhu u(x, y) sama dengan suatu fungsi f(x) tertentu di sisi
atas dan sama dengan 0 di ketiga sisi lainnya.
4
Persamaan sangat penting muncul dalam pasal 9.7 dan akan dibahas lebih lanjut dalam pasal-pasal 11.9, 11.11, 11.12,
12.5 dan dalam Bab 17
Sekarang syrat batas u = 0 di sisi bawah persegi panjang R berimplikasi bahwa Gn(0);
n y
Gn ( y ) An (en y / a bn e n y / a ) 2 An sinh
.
a
Dari sini dan (14), dengan menuliskan 2an*, kita memperoleh ”fungsi –eigen” bagi
masalah kita
n x n y
u ( x , y ) f ( x )G ( y ) A sin .
(15) n n n n sin a a
Fungsi-fungsi ini memenuhi syarat batas u = 0 pada sisi kiri, sisi kanan, dan sisi bawah
persegi panjang R. Untuk memperoleh solusi yang juga memenuhi syarat batas
(16) u ( x, b ) f ( x )
Pada sisi atas persegi panjang R, kita perhatikan deret tak hingga
u ( x, y) n 1 un ( x, y )
dari ini, (16) dan (15) dengan y = b, kita memperoleh
n x n b
An sin
a
sinh
a
u(x, b) = f(x) = n 1
kita dapat menuliskan ini dalam bentuk
n b n x
u x, b An sinh sinh
n 1 a a
Ini menunjukkan bahwa eksperesi di dalam tanda kurung harus merupakan koefisien
Fourier bn bagi f(x); dengan kata lain, menurut (4) dalam pasal 10.5.
n b 2 n x
a
bn An sinh f ( x) sin dx
a a0 a
dari ini dan (15) kita memperoleh solusi bagi masalah kita, yaitu
n x n y
u x, y An sin sinh
(17) n 1 a a
Dengan
2 a n x
An
a sinh n b / a f x sin a dx
0
(18)
Solusi ini, yang diperoleh tanpa memperhatikan konvergen dan jumlah deret bentuk u,
uxx dan uyy, dapat dibuktikan bila f dan f’ kontinu dan f” kontinu sepotong-sepotong pada
selang 0 x a. Buktinya agak rumit dan didasarkan pada konvrgenan seragam (uniform
konvegen); bukti ini dapat anda temukan di dalam Acuan [C2] yang di cantumkan di
dalam Apendiks 1.
Tegangan Elektrostatis
1. Bandingkan Gambar 270 dengan Gambar 276, dan jelaskan perbedaan perilaku solusi
kedua persaman itu .
2. Bagaimanakah ketergantungan laju penurunan suhu (9) untuk n tetap tertentu pada
panas jenisnya, kerapatannya, dan konduktifitas termalnya?
3. Gambarkan grafik u1, u2, u3, [lihat (9) dengan Bn 1, c 1, L ] sebagai fungsi dari x
untuk nilai-nilai t = 0, 1, 2, 3. Bandingkan perilaku fungsi-fungsi tersebut.
Tentukan suhu x(x, t) di dalam sebuah batang perak (panjang 10 cm, luas irisan melintang
1 cm2, kecepatan 10.6 gm/cm3, kondukvifitas termal 1.04 kal/cm detoC, panas jenis 0.056
kal/gm oC) yang terisolasi sempurna, ujung-ujungnya dipertahankan pada suhu 0 oC dan
yang suhu awalnya (dalam oC) adalah f(x), jika
4. f x sin 0.2 x 5. f x sin 0.1 x
x jika 0 x 5 x jika 0 x 5
6. f x 7. f x =
0 jika 5<x 10 10 x jika 5 x 10
8. f x x 100 x 2 9. f x = 10 x
10. f x = x jika 0 x 2.5, f x =2.5 jika 5 x 7.5, f x = 10 x
jika 7.5 x 10
11. Misalkan sebuah batang memenuhi asumsi-asumsi yang dinyatakan di dalam buku ini
dan kedua ujungnya dipertahankan pada suhu konstan yang berbeda
u 0, t U1 dan u L, t U 2 .
Tentukan suhu U1(x) di dalam batang setelah waktu yang
lama (secara teoritis, untuk t ).
12. Di dalam Soal 11, misalkan suhu awalnya adalah u(x, 0) = f(x). Tunjukkan bahwa
t 0 adalah u x, t u1 ( x) u11 x, t ,
suhunya pada sembarang waktu dengan u1
sepertisebelumnya dan
n x cn / L 2 t ,
u11 Bn sin e
n 1 L
Dengan
n x
L
2
Bn f x u1 x sin dx
L0 L
2 n x 2
f x sin [ 1 U 2 U1 ].
n
dx
L L n
13. (Ujung0ujung terisolasi, syarat batas diabatik) Tentukan suhu u(x, t) di dalam
sebuah batang yang panjang L yang terisolasi sempurna, juga kedua ujungnya pada x = 0
dan x = L, dsg mengasumsikan bahwa u(x, 0) = f(x). infomasi fisik: fluks panas yang
melalui permukaan kedua ujungnya sebanding dengan nilai u / x di kedua titik
tersebut. Tunjukklan bahwa situasi ini dapat diucapkan secara matematis dalam bentuk
syatrat-syarat berikut:
u x 0, t 0, u x L, t 0 u x 0, t f x.
22. Perhatikan batang dalam Soalp-Soal 4-10. Jika ujung-ujungnya dipertahankan pada
suhu 100 oC untuk waktu yang lama, maka pada suatu saat, katakanlah pada t = 0,
suhu di x = L tiba-tiba perubahan menjadi 0 oC dan tetap pada suhu ini, tengah batang
pada t = 1, 2, 3, 10, 50, detik?
23. (Pemancaran di ujung batang) Perhatikan sebuah batang yang terisolasi secara
memanjang, yang panjangnya p dan sedemikian rupa sehingga c = 1 di dalam (1),
yang ujung kirinya dipertahankan pada suhu 0 oC dan yang ujung kanannya dibiarkan
bebas memancarkan panas ke udara yang suhunya dijaga 0 oC. Informasi fisik. ”syarat
batas radiasi” ini adalah
u z , t k[u , t u0 ],
dengan u0 = 0 adalah suhu udara di sekitar dan k adalah konstanta, misalkanlah k =
1 untuk mudahnya. Tunjukkan bahwa suatu solusi yang memenuhi syarat batas tersebut
p 2t
adalah u ( x, t ) sin px e , dengan p adalah solusi bagi tan p p . Tunjukkan secara
grafis bahwa persamaan ini memiliki tak hingga banyaknya solusi positif
p2 , p2 , p3 ,..., dengan
1 1
pn n dan pn n 0.
2 2
24. (Persamaan panas tak homogen) Perhatikan masaah yang terdiri atas persamaan
ut c 2u xx Ne x
dan syarat-syarat (2), (3). Di sini suku di atas kanan dapat merepresentasikan
hilangnya panas akibat memancarnya panas keluar. Tunjukkan bahwa masalah dapat
diubah menjadi suatu masalah yang dengan persamaan homogen sebagai berikut. Ambil
u x, t v x, t w( x)
dan tentukan w( x) sehingga v memenuhi persamaan homogen
v 0, t v L, t 0, v x, 0 f x w( x).
itu dan syarat
25. (Pemancaran) Jika batang yang dinyatakan di dalam buku dibiarkan memancarkan
panas ke medium di sekitarnya yang dijaga pada suhu konstan nol, maka persamaan
menjadi
vt c 2 vxx v.
Tunjukkan bahwa persamaan ini dapat direduksi ke bentuk (1) dengan mengambil
v x, t u x, t w(t )
.
Masalah Berdemensi-Dua
26. (Persamaan Laplace) Tentukan tegangan di dalam bujur sangkar
1
sin x
0 x 3, 0 y 3 jika sisi atas dijaga pada tegangan 3 sedangkan sisi yang
lain dipertahankan pada tegangan nol.
27. Tentukan tegangan di dalam persegi panjang 0 x 20, 0 y 40 yang sisi atasnya
dipertahankan pada tegangan 110 volt dan yang sisi-sisi lainnya dihubungkan dengan
tanah.
28. (Aliran Panas pada plat) Permukaan suatu plat tipis berbentuk bujur sangkar
(Gambar 278, dengan a = 12) diisolasi sempurna. Sisi atas dipertahankan pada suhu 100
oC sedangkan sisi lainnya dipertahankan pada 0 oC . Tentukan suhu keadaan-stabil
u x, y
pada plat tersebut.
x
y
a
a
29. Tentukan rumus yang serupa dengan (17) dan (18) untuk distribusi suhu di dalam
persegi panjang R yang digambarkan di dalam buku bila sisi bawah R diperhatikan
pada suhu f(x) sedangkan sisi lainnya dipertahankan pada 0.
30. Tentukan rumus yang serupa dengan (17) dan (18) untuk distribusi suhu di dalam
persegi panjang R yang digambarkan dalam buku bila sisi bawah R dipertahankan
pada suhu f(x) sedangkan sisi lainnya dipertahankan pada 0.
Pada suatu batang yang memanjang tak hingga pada keda ujungnya (dan terisolasi
mebujur, seperti sebelumnya). Dalam kasus demikian, tidak ada syarat batas, yang ada
hanyalah syrat awal
(2) u ( x, 0) f ( x) [ x ]
dengan f(x) adalah suhu awal batang tersebut.
Untuk memecahkan masalah ini, kita mulai pada pasal sebelumnya; kita mensubsitusikan
u(x, t) = F(x)G(t) ke dalam (1). Ini menghasilkan persamaan diferensial biasa
dalam hal ini A dan B adalah sembarang komstanta. Jadi, salah satu solusi bagi (1) adalah
u x, t ; p FG A cos px B sin px e c
2 2
p t
.
[Seperti pada soal sebelumnya, kita haurs mengambil konstanta pemisah k yang negatif, k
= -p2, sebab nilai k positif menghasilkan fngsi eksponensial yang naik di dalam (5),
sesuatu yang tidak ada makna fisikanya.]
Sembarang deret untuk fungsi (5), yang diperoleh melalui cara bisa dengan
mengambil p sebagai kelipatan sebuah bilangan tertentu, akan menghasilakan sesuatu
fungsi periodik, di dalam x bila t = 0. Akan tetapi, karena f(x) di dalam (2) tida
diasumsikan periodik, maka amat wajarlah untuk menggunakan integral Fourier sebagai
ganti deret Fourier.
Karena A dan B di dalam (5) adalah sembarang, kita dapat memandang kedua
kuantitas itu sebagai fungsi dari p dan menuliskan A = A(p) dan B = B(p). Karena
persamaan panas di atas linier dan homogen, maka fungsi
u ( x, t ) u ( x, t ; p )dp [ A( p ) cos px B ( p) sin px]e c
2 2
p t
dp
(6) 0 0
merupakan solusi bagi (1), asalkan integral ini ada dan dapat didiferensialkan dua kali
terhadap x dan sekali terhadap t.
Dengan menggunakan (4) dan (5) dalam pasal 10.9, kita memperoleh
1 1
0
A( p) f (v) cos pvdv, B( p ) f (v)sin pv dv.
(8) 0
Menurut ( 1 ) dalam pasal 10.11, integral Fourier ini dapat dituliskan sebagai
1
u x, 0 f v cos px pv dv dp
0 ,
1
u x, t f v cos px pv e
0
c 2 p 2t
dv dp.
1
u x, t f v ec p t cos px pv dp dv.
2 2
0
(9)
kita hitung integral sebelah dalam dengan menggunakan rumus
b2
0
s2
e cos 2 bs ds e
2
(10)
Yang akan diturunkan dalam pasal 15.4 (soal 13). Untuk maksud ini, kita dikenalkan di
dalam (10) suatu peubah integrasi baru p dengan mengambil s = t dan menetapkan
xv
b
2c t
2bs x v dan ds = c t dp,
Dengan demikian sehingga (10) menjadi
x v / 4c t 2 2
e
c 2 p 2t
cos px pv dp
e .
0 2c t
dengan menyisipkan ini ke dalam (9) kita memperoleh reprentasi
x v
2
1
u x, t f v exp dv.
2c t 4c 2t
pada titk-titik x = 0.5 1 dan 1.5 sebagai fungsi dari t. Apakah hasil sesuai dengan
intuisi fisik anda?
2. Jika f(x) = 1 untuk x > 0 dan f (x) = 0 untuk x < 0?, tunjukkan bahwa (12) tereduksi
menjadi
1
2
u ( x, t ) e z dz (t 0)
x / 2c t
3. Perlihatkan bahwa untuk x = 0, solusi pada Soal 2 tidak tergantung pada t. Apakah
hasil ini sudah dapat diperkirakan sebelumnya bedasarkan alasan fisik?
4. Jika batangnya semi tak-hingga, memanjang dari nol sampai , ujungnya pada x 0
dipertahankan pada suhu 0 dan suhu awalnya adalah f ( x), tunjukkan bahwa
1
u ( x, t ) f ( x w)e 2
dw f ( x w) e 2
dw ,
x /
(14)
4. Turunkan (14) dari (11) dengan mengasumsikan bahwa f(v) di dalam (11) adalah
ganjil .
5. Jika f(x) = 1 dalam Soal 4, tunjukkan bahwa
2 x /
u ( x, t )
0
e dw (t 0)
6. Bagaimanakah bentuk (14) akan berubah jika f(x) = 1 untuk a x b(a 0) dan
f(x) = 0 untuk selainnya?
7. Tunjukkan bahwa hasil pada Soal 6, dapat diperoleh dari (11) dan (12) dengan
menggunakan f(x) = 1 bila x > 0, dan f(x) = -1 bila x < 0. Apakh alasan yang
mendasarinya?
8. Tunjukkan bahwa pada Soal 6, waktu yang dibutuhkan agar dua titik mencapai suhu
yang sama sebanding dengan kuadrat jarak keduanya pada batas x = 0.
Fungsi ini sangat penting bagi matematika rekayasa. Agar terbiasa dengan fungsi ini,
pembaca dipersilahkan memecahkan soal-soal berikut. (Berapa rumus diperikan pada
apendiks 3.1; lihat (35)-(37). Lihat juga teladan 1 dalam Pasal 18.6.)
10. Gambar integral fungsi erf x (yang dinamakan kurva bentuk-bel).
11. Tunjukkan bahwa erf x ganjil.
12. Tunjukkan bahwa erf x ganjil
13. Tunjukkan bahwa (13) dapat dituliskan dalam bentuk
U0 1 x 1 x
u ( x, t )
2 erf 2c t erf 2c t (t 0).
b b
2 2
e dw (erf b erf a ), e dw= erf b.
16. Tunjukkan bahwa a 2 a
x 2 2 / 2
2 0
x e d .
17. Tunjukkan bahwa erf
18. Tentukan deret Maclaurin bagi erf x pengintegralan suku-demi-suku terhadap deret
Maclaurin bagi integral erf x tersebut.
2
Sebagai masalah penting lain yang masih berkaitan dengan vibrasi, marilah kita simak
gerak suatu membran yang teregang, misalnya pada sebuah gendang. Pembaca akan
mengetahui bahwa pembahasan kita ini sangat mirip dengan pada kasus dawai bervibrasi
pada pasal 11.2.
Kita memberlakukan asumsi-asumsi beriku:
1. Massa memberan per satuan luas adalah konstan (”membran homogen”).
Memberannya feleksibel sempurna dan begitu tipisnya sehingga tidak melawan
terhadap pelengkungan.
2. Membrang itu diregangkan dan kemudian di-fixed-kan sepanjang batasnya
pada bidang x-y. Tegangan per satuan panjang T yang disebabkan oleh
peregangan membran itu sama di semua tritik dan dalam semua arah, dan
tidak berubah selama gerak tersebut.
3. Deflexi u(x, y, t) membran itu selama gerak tersebut relatif kecil dibandingkan
dengan besarnya membran, dan semua sudut inkilinasi adalah kecil.
Meskipun asumsi-asumsi itu tidak mungkin terpenuhi di dalam praktek, vibrasi tranversal
kecil dari suatu membran tipis akan memenuhi asumsi-asumsi itu relatif cukup teliti.
Untuk menurunkan persamaan diferensial yang mengatur gerak membran
demikian ini, kita perhatukan gaya-gaya yang bekerja pada suatu bagian kecil membran
itu, seperti pada Gambar 281. karena defleksi membran itu dan sudut inklinasinya kecil,
sisi-sisi bagian kecil tersebut kira-kira sama dengan Dx dan Dy. Tegangan T adalah gaya
per satuan panjang. Oleh karena itu, gaya-gaya yang bekerja pada sisi-sisi bagian kecil
tersebut kira-kira sama dengan T Dx dan T Dy. Karena membrannya feleksibel sempurna,
gaya-gaya itu berarah tangen (menyinggung) membran tersebut.
Pertama-pertama marilah kita simak komponene horisontal gaya-gaya tersebut.
Komponen ini diperoleh melalui penggandaan gaya-gaya itu dengan kosinus sudut
inklinasinya. karena sudutnya kecil, kosinus dekat pada 1, sehingga komponen horisontal
gaya ini pada sisi yang berhadapan kira-kira sama. Akibatnya, gerak partikel memberan
tersebut dalam arah horisontal dapat diabaikan. Dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa
gerak membran tersebut dapat dianggap tranversal; artinya, setiap partkel bergerak
vertikel.
Dalam hal ini subskrip x melambangkan turunan parsial, sedangkan parsial, sedangkan
y1 dan y2 mempunyai nilai antara y dan y + Dy. Begitu pula, resultan komponen vertikal
dari gaya-gaya yang bekerja pada kedua sisi lainnya adalah
(2) T x[u y (x1 , y y ) u y (x2 , y )]
dalam hal ini turunan dari ruas kiri dihitung pada titik tertentu (??) pada bagian kecil
tersebut. Pembagian dengan p Dx Dy menghasilkan
2u T u x x x u x x, y2 u y x1 y u y x2 , y2
t 2 x y
R
x
y
a
b
(5) u ( x, y , t ) F ( x, y )G (t ) .
karena fungsi –fungsi ini di ruas kiri tergantung hanya pada t sedangkan fungsi –fungsi di
ruas kanan tidak tergantung pada t, berarti masing-masing ruas itu sama dengan suatu
konstanta. Dengan sedikit upaya dapay ditunjukkan bahwa hanya nilai-nilai negatif
sajalah yang akan menghasilkan solusi yang memenuhi (2) tanpa harus identik dengan
nol; ini sama dengan prosedur Pasal 11.3. dengan melambangkan konstanta negatif ini
dengan –v2, kita memperoleh
G 1
2
Fxx Fyy v 2 .
cG F
Dari sini kita memperoleh dua persamaan, diferensial biasa
(6) G 2G 0 dengan cv
(8) F ( x, y ) H ( x)Q( y )
yang bernilai nol pada batas memberan tersebut. Kita substitusikan (8) ke dalam (7):
1 d 2H d 2Q 2
2
Q H 2
v HQ .
H dx dy
Fungsi di sebelah kiri hanya tergantung pada x, sedangkan fungsi di sebelah kanan hanya
tergantung pada y. Karena itu, ekspresi dari kedua ruas harus sama dengan sebuah
konstanta. Konstanta ini harus negatif, misalnya, -k2, karena hanya nilai negatif yang
akan memberikan solusi yang memenuhi (2) dan tidak identik dengan nol. Jadi,
1 d 2H 1 d 2Q 2
2
2
v HQ k 2 .
H dx Q dy
Dengan A, B, C, dan D adalah konstanta. Dari (5) dan (2) haruslah fungsi F = HQ sama
dengan nol pada batas tersebut, yaitu x = 0, x = a, y = 0 dan y = b; lihat gambar 282. Ini
menghasilkan syrat
H (0) 0, H (a ) 0, Q (0) 0, Q (b) 0
Oleh karena itu, H(0) = A = 0, sehingga
H (a) B sin ka 0.
Kita harus mengambil B 0, sebab jika tidak H 0 dan F 0 dengan demikian sin ka =
0 sehingga ka = mp, atau
m
k
a (m bilangan bulat)
Dengan cara yang persis sama, kita akan memperoleh C = 0 dan membatasi nilai-nilai p =
np/b dengan n bilangan bulat. Adi, kita memperoleh solusi
m x m x
H m ( x) sin dan Qn ( y ) sin m 1, 2, ,
a b
n 1, 2, , .
(Seperti halnya pada kasus dawai yang bervibrasi, kita perlu memprhatikan m, n = -1,
-2, ... sebab solusi yang dihasilkan pada hakekatnya sama dengan solusi untuk m dan n
positif, kecuali perbedaan tanda.) Ini berarti bahwa fungsi
m x m x
Fmn ( x, y ) H m ( x)Qn ( y ) sin sin m 1, 2,3, ,
a b
(11) n 1, 2,3, ,
Merupakan solusi persamaan (7) yang bernilai nol pada batas membran persegi panjang
tersebut.
c k 2 p2 .
m2 n2
mn c
(12) a 2 b2 m = 1, 2, ...
n = 1, 2, ...
Ini berakibat bahwa fungsi –fungsi umn (x, y, t) = Fmn(x, y)Gmn(t) yaitu
m x m y
umn ( x, y, t ) ( Bmn cos mnt Bmn
sin mnt )sin
sin
(13) a b
dengan lmn dihitung menurut (12) merupakan solusi bagi persamaan gelombang (1) yang
bernilai nol pada batas memberan persegi panjang dalam gambar 282. Fungsi –fungsi
tersebut dinamakan Fungsi-eigen (eigenfunction). Atau fungsi-ciri (characteristik
funnction), sedangkan bilangan-bilangan lmn dinamakan nilai eigen (eigenvalue) atau
nilai-ciri (characteristik value) dari membran yang bervibrasi. Frekuensi dari umn adalah
lmn/2p.
Menarik untuk dicatat bahwa, tergantung antara a dan b, berapa fungsi Fmn
mungkin saja berasal dari nilai-eigen yang sama. Ditinjau dari segi fisik, ini berarti
bahwa mungkin saja ada vibrasi yang memiliki frekuensi yang sama namun dengan garis
simpul (nodal lines) (kurva titik pada memberan yang tidak bergerak) .
Marilah kita ilustrasikan ini dengan sebuah teladan.
(14) mn c m n .
2 2
Dengan demikian
mn nm
namun untuk m n fungsi-fungsi
Fmn sin m x sin n y dan Fnm sin n x sin m y
dan
u21 ( B21 cos c 5t B21
sin c 5t ) F21
masing-masing mempunyai garis simpul y = 1/2 dan x = 1/2(lihat gambar 283). Dengan
mengambil B12 = 1 dan B12 = B21 = 0, kita memperoleh
Ini terjadi karena 65 dapat dinyatakan sebagai jumlah dua kuadrat bilangan asli dalam
beberapa cara. Menurut sebuah teorema oleh Gauss, ini berlaku untuk setiap jumlah dua
kuadrat bilangan asli yang diantara faktor-faktor primanya terdapat sedikitnya dua faktor
yang berbeda yang berbentuk 4n + 1, n bilangan bulat positif. Dalam kasus kita, 65 =
(5)(13) = (4 + 1)(12 +1).
U11
U12
U21
U22
U13
U31
B21 10
B21 1
B21 05
B21 0
B21 0.5
Gambar 283. Garis simpul bagi solusi- Gambar 284. Garis-garis simpul
U U , U 21 , U 22 , U13 , U 31
solusi 11, 12 pada solusi (15) untuk beberapa nilai B21
kasus membran berbentuk bujur sangkar.
Untuk memperoleh solusi yang juga memenuhihi syarat batas awal (3) dan (4), kita akan
menempuh jalan seperti pada pasal 11.3. marilah kita simak deret ganda dua6
u ( x, y, t ) umn ( x, y, t )
(17) m1 n 1
m x m n y
( Bmn cos mn t Bmn
sin mn t )sin sin .
m 1 n 1 a b sin b
6
Kita tidak dapat menyinggung masalah kekonvergenan dan ketunggalan.
deret ini dinamakan deret Fourier ganda. Jika f(x, y) dapat diuraikan menjadi deret
demikian ini7, maka koefisien-koefisien Fourier Bmn bagi f(x, y) di dalam (18) dapat
ditentukan sebagai berikut. Jika kita ambil
m y
K m ( y ) Bmn sin
(19) m 1 b
Maka (18) dapat kita tulis dalam bentuk
m x
f ( x, y ) K m ( y ) sin .
m 1 a
untuk nilai y tertentu, ini merupakan deret sinus Fourier bagi f(x, y), dipandang sebagai
sutu fungsi dari x, dan dari (4) dalam pasal 10.5 kita dapat melihat bahwa koefisien-
koefisien uraian ini adalah
2 a m x
(20)
K m ( y)
a 0
f ( x, y ) sin
a
dx.
Lebih lanjut, (19) merupakan deret sinus Fourier bagi Km(y), dan dari (4) pasal 10.5 kita
memperoleh koefisien-koefisien tersebut, yaitu
2 a m y
Bmn
b 0
K m ( y )sin
b
dy.
bagi koefisien-koefisien Fourier untuk f(x, y) di dalam deret Fourier ganda (18) Bmn di
dalam (17) ternyata sekarang ditentukan dalam f(x, y). Untuk menentukan B*mn, kita
diferensialkan (17) suku-demi-suku terhadap t; dengan menggunakan (4) kita
memperoleh
u
m x m y
t t 0
B
m 1 n i
mn mn sin
a
sin
b
=g x , y .
jika g(x, y) dapat diuraikan menjadi deret Fourier ganda, maka dengan menempuh
langkah-langkah sebelumnya kita memperoleh
n x n y
b a
4
g x, y sin
(22) B mn sin dxdy m 1, 2, ,
abmn 0 0
a b
n 1, 2, ,
Kesimpulannya adalah agar (17) memenuhi syarat-ayarat awalnya, maka koefisien-
koefisien Bmn dan Bmn harus ditentukan menurut (21) dan (22).
m x m y
4 2
1
= (4 x x 2 )sin dx (2 y y 2 ) dy
20 0 4 0
2
Dua kali pengintegralan bagian-demi-bagian terhadap integral yang pertama
menghasilkan
128 256
1 1 3 3 m ganjil
m
3 3
m m
1 5 m x m x
u ( x, y, t ) 0.426050 3 3
cos m 2 4n 2 sin sin
m. n vdd m n 4 4 2
5 5 x y 1 5 37 x 3 y
(24) 0.426050 cos sin sin cos sin sin
4 4 2 27 4 4 2
1 5 13 3 x y 1 5 45 3 x 3 y
cos sin sin cos sin sin ...
27 4 4 2 729 4 4 2
2. Tentukan dan gambarkan grafik garis simpul bagi solusi (130 untuk m 1, 2,3, 4 dan
n 1, 2,3, 4 jika a b 1.
3. Kerjakan tugas yang sama seperti pada Soal dua namun jika a 2 dan b 1.
4. Tentukan nilai-eigen lain bagi membran bujur sangkar dengan sisi 1 sedemikian rupa
sehingga setiap nilai-eigen bagi membran bujur sangkar dengan sisi 1 sedemikian rupa
sehingga setiap nilai-eigen menghasilkan emapat fungsi-eigen yang bebeda.
5. Tentukan nilai-eigen bagi membran perasegi panjang dengan sisi a 2, b, 1
sedemikian rupa sehingga setiap nilai-eigen itu menghasilkan dua atau lebih fungsi-eigen
yang berbeda
6. Tunjukkan bahwa diantara semua semua membran persegi panjang dengan luas yang
sama A ab dan c yang sama, u11 [lihat(13)] dari membran bujur sangkar mempunyai
frekuensi terendah.
7. Carilah hasil seperti pada Soal 6 bigi frekuensi solusi (13) dengan m dan n tetap
tertentu.
8. Dapatkah andah memvisualisasikan f ( x, y ) pada teladan 2? Dapatkah anda melihat
bahwa suku pertama pada deret (24) telah menghampiri f ( x, y ) dengan sangat baiknya?
Apa kira-kira alasannya?
9. Dengan mengintegralkan bagian-demi-bagian, verifikasi perhitungan Bmn pada teladan
2.
10. Bmn pada Teladan 2 merupakan hasil kali dua integral. Carilah ke fungsi-fungsi mana
integral itu bepedanan pada verifikasi nilai-nilai integral itu dengan metode loncatan
(Pasal 10.6) .
11. Dalam kasus apakah Bmn di dalam (21) merupakan hasil kali dua integral (seperti
pada Teladan 2)?
Deret Fourier ganda. nyatakanlah f ( x, y ) sebagai suatu deret Fourier ganda yang
berbentuk (18) dengan 0 x , 0 y .
12. f ( x, y ) 1 13. f ( x, y ) x
14. f ( x, y ) y 15. f ( x, y ) xy
1 jika /2<x, y
1 jika 0 x / 2
f ( x, y )
f ( x, y )
0 jika /2<x
0 selainnya.
16. 17.
18. f 1 19. f ( x, y ) x
20. f x y 21. f xy (a x )(b y )
22. f ( x 1)( y 1) 23. f xy (a 2 x 2 )(b 2 y 2 )
Dalam kaitan dengan masalah nilai batas untuk persaman diferensial parsial, menjadi
suatu perinsip umum untuk menggunakan suatu sistem koordinat yang dapat
mengucapakan batas daerah yang dipelajari menjadi rumus sederhana. Pada pasal berikut,
kita akan membahas membran lingkaran. Dalam kaitan dengan ini, koordinat kutub r dan
q yang didefenisikan sebagai
x r cos , y r sin
cepat untuk digunakan, sebab batas memberannya dapat dinyatakan dalam persamaan
sederhana r = konstanta
Bila menggunakan r dan q, kita harus mengubah Laplacian
2u 2u
2u
x 2 y 2
di dalam persamaan gelombang ke dalam koordinat baru tersebut.
Transformasi bentuk-bentuk diferensial dari sistem koordinat yang satu ke sistem
koordinat yang lain sering digunakan di dalam penerapan. Oleh karena itu pembaca harus
menyimak pembahasan berikut ini dengan penuh perhatian.
Seperti pada pasal 11.4, kita akan menggunakan kaidah rantai. Untuk kemudahan,
kita akan melambangkan turunan parsial dengan subskrip dan u(x, y, t) sebagai fungsi
dari r, q, t dengan huruf yang sama u. Dengan menerapkan kaidah rantai (4) pasal 8.7,
kita memperoleh
u z ur rx u x
(1)
u xx ur rx (u x ) x
=(ur ) x rx ur rxx (u ) x x u xx .
y
r x2 y2 dan = arc tan ,
x
Dan hasilnya adalah
x x 1 y y
rx x 2
2.
1 y / x
2
x y 2 2 r x r
Dengan mendiferensialkan kedua rumus itu sekali lagi, kita memperoleh
r xrx 1 x 2 y 2 2 2 xy
rxx 3 3, xx y r 4 .
3 x
r2 r r r r r
Sekarang kita subsitusikan semua ekspresi itu ke dalam (1). Jika turunan-turunan parsial
pertama dan kedua itu kontinu, kita memperoleh ur u r , dan setelah penyederanaan,
x2 xy y2 y2 xy
u
2 rr
u xx
2 u
3 r
u
4
u 2 4 u .
3 r
(2) r r r r r
Dengan cara yang sama akan kita peroleh
y2 xy x2 x2 xy
u yy 2 urr 2 3 ur 4 u 3 ur 2 4 u .
(3) r r r r r
Dengan menjumlahkan (2) dan (3) kita memperoleh Laplacian dari u dalam koordinat
kutub
2u 1 u 1 2u
u 2
2
.
(4) x r r r 2 2
2 u u x x x u y y y .
bahwa
Ucapkan u dalam koordinat-koordinat x ax b, y cy d , jika x, y
2
7.
adalah koordinat Kartesius.
Tunjukkan bahwa un r cos n , un r sin n , n 0,1..., adalah solusi bagi
n n
8.
2u 0 dengan 2u dinyatakan oleh (4).
9. Tentukan solusi bagi persamaan laplcian di dalam cakram yang berjari-jari-jari 1
dengan nilai batas f ( ) 10cos .
2
persamaan panas ut c u (lihat Pasal 1.5) tereduksi menjadi persamaan Laplace jika
2 2
15. u ( ) 15. u ( ) 2
17. Tentukan tegangan elektrostatis di dalam separuh cakram r 1, 0 , yang sama
dengan 110q ( ) pada separuh lingkaran r = 1 yang merupakan batasnya dan sama
dengan 0 pada ruas garis 1 x 1.
18. Tentukan suhu keadaan-stabil u pada olat tipis separuh lingkaran r a, 0 < < , jika
separuh lingkaran r = a dijaga pada suhu tetap u sedangkan ruas garis a x a dijaga
o
pada suhu tetap u = 0. (Gunakan pemisahan peubah.)
19. Tentukan rumus bagi tegangan u pada sunbu-x di dalam Soal 15. gunakan empat suku
pertama deret ini untuk menghitung u di x 0.75, 5, 0.25, 0, 0.25, 0.5, 0.75 (dua
desimal).
20. Tentukan rumus bagi tegangan u pada sumbu-y dalam Soal 15.
2
2u urr ur .
r
22. (Laplacian di dalam koordinat bola) Tunjukkan bahwa Laplacian di dalam
koordinat bola r , , yang didefinisikan di dalam Soal 21 adalah
2 1 cot 1
2u urr ur 2 u 2 u 2 2 u .
r r r r sin
dalam bola itu adalah f(r), tunjukkan bahwa suhu u(r, t) di dalam bola adalah solusi
2
ut c 2 (urr ur ),
r yang memenuhi syarat u ( R, t ) 0, u (r , 0) f (r ).
24. Tunjukkan bahwa dengan mengambil v ru , rumus-rumus dalam Soal 23 mengambil
bentuk vt c vrr , v( R, t ) 0, v(r , 0) rf (r ). sertakan syarat v(0, t ) 0 (yang berlaku
2
sebab u harus terbatas pada r = 0), dan pecahkan masalah ini melalui pemisahan peubah.
25. (Laplacian dalam koordinat tanbung) Tentukan bahwa Laplacian dalam koordinat
tabung (cylindrical coordinates) yang didefinisikan oleh x r cos , y r sin , z z
adalah
1 1
2u urr ur 2 u u zz .
r r
y
x
R
Kita akan mengupas solusi u(r, t) bagi persamaan ini yang setangkup secara radial
(radially symmetric)8, artinya tidak tergantung pada q. Dengan demikian, persamaan
gelombang itu tereduksi menjadi
2u 2 u 1 u
2
c .
t 2
t
2
r r
(1)
Karena membran itu diletakkan (fikxed) sepanjang batasnya r = r, kita mempunyai syrat
batas
u R, t 0 untuk semua t 0
(2) kondisi yang tidak
tegantung pada q akan diperoleh jka syarat awal tidak tergantung pada q, dengan kata
lain syarat awal itu berbentuk
u r, 0 f r defleksi awal f r
(3)
dan
u
g (r ) kecepatan awal g r
(4) t t 0
u (r , t ) W (r )G (t ).
8
Untuk solusi yang tergantung pada q, lihat soal-soal latihan.
dengan mendefinisikan dan menyisipkan (5) ke dalam (1) dan membagi persamaan yang
dihasikannya dengan c2WG kita memperoleh.
gg
G 1 1
2
W " W '
cG W r
dalam hal ini dua-titik di atas huruf menandakan turunan terhadap t, sedangkan tanda
aksen menandakan turunan terhadap t. Eksperesi di kedua ruas itu pasti sama dengan
suatu konstanta, dan konstanta ini harus negatif, katakanlah –k2, agar diperoleh solusi
yang memenuhi syarat batas dan dan tidak idetentik dengan nol. Jadi, Ini menghasilkan
dua persamaan diferensial linear biasa
gg
(6) G 2G 0 dengan = ck
Dan
1
W " W ' k 2W 0
(7) r
dW dW ds dW d 2W 2
W ' k dan W"= k .
dr ds dr ds ds 2
Dengan mensubsitusikan ini ke dalam (7) dan menghapus faktor sekutu k2, kita
memperoleh
d 2W 1 dW
W 0
ds 2 s ds
Ini tidak lain adalah persamaan Bessel (1), Pasal 4.5, dengan v = 0. solusi umum adalah
(lihat pasal 4.6)
W c1 j0 s c2 y0 s
dengan J0 dan Y0 masing-masing adalah fungsi Bessel jenis pertama dan kedua yang
berordo nol. Karena defleksi membran selalu terhingga, sedangkan Y0 menjadi tak hingga
dengan m 1, 2, , adalah solusi bagi persamaan gelombang (1) yang memenuhi syarat
batas (2). Fungsi-fungsi itu tidak lain adalah fungsi-aigen bagi masalah kita dengan
nilai-eigennya m
Vibrasi membran yang menghasilkan um dinamakan modus normal ke-m; vibrasi
ini memilki frekuensi m / 2 siklus per satuan waktu. Karena nilai nol dari J tidak
0
berjarak sama (not regularly spaced) pada sumbu tersebut (berbeda dengan nilai nol
fungsi sinus yang muncul dalam kasus vibrasi dawai), ini berakibat suar drum/gendang
sama sekali bebeda dengan suara biola. Bentuk modus normal dapat diperoleh dengan
mudah dari Gambar 286 dan ditunjukkan dalam Gambar 287. Untuk m = 1, semua titik
membran bergerak ke atas (atau ke bawah) pada saat yang sama. Untuk m = 2,
keadaannya sebagai berikut. Fungsi
W2 r J 0 2 r
R
bernilai nol jika 2 r / R 1 atau r =1 R / 2 . Dengan demikian, lingkaran r =1 R / 2
merupakan garis simpul, sehingga ketika pada suatu saat bagian tengah membran itu
bergerak ke atas, maka bagian luar (r 1 R / 2 ) bergerak ke bawah, dan begitu
sebaliknya. Solusi um (r , t ) mempunyai m – 1 garis simpul, yang berupa lingkaran-
lingkaran konsentris (Gambar 287).
m
u r , 0 am j0 r f r
(13) m 1 R
9
Kita tidak akan menyinggung maalah konvergenan dan ketunggalan
mempresentasikan f(r) dalamJ0 (amr/R); dengan kata lain [lihat (9) pasal 4.9],
m
R
2
rf r j
am 2 2 0 R r dr m =1, 2, ...
R j1 m 0
f (r ) 1 r 2 [ft].
Jawab. c2 T/p = 8/2 = 4 [ft2/det2]. Karena kecepatan awalnya 0, maka bm = 0. Dari (14)
dan dalam pasal 4.9, karena R = 1,
2
1
4 j
am
j1 m 0
2
r 1 r 2 j0 m r dr 22 m
j1 m
Menggunakan tabel-tabe dalam Acuan (1) hlm. 390 – 394, kita menghitung
m am J1(am) J2(am) am
Kiat lihat bahwa koefisien-koefisien itu turunan relatif lambat. Jumlah koefisien-
koefisien yang diuraikan dalam tabel di atas adalah 1.004. jumlah semua koefisien-
koefisien adalah 1.(Mengapa?)
Karena lm = ckm = cam/R = 2am, maka dari (12) kita memperoleh solusi (dengan r
diukur dalam kaki (feet) dan t dalam detik)
13. Mungkinkah untuk nilai c dan R tertentu, dua atau lebih fungsi um [lihat (11) yang
memiliki garis simpul yang berbeda berpedanan dengan nilai-eigen yang sama?
Vibrasi suatu Membran Lingkaran yang Bergantung pada jari-jari r
dan
14. Tnjukkan bahwa substitusi u F (r , )G (t ) ke dalam persamaan gelombang
1 1
utt c 2 urr 2 u
(16) r r
menghasilkan
(17) G 2G 0, dengan ck ,
1 1
Frr Fr 2 F k 2 F 0.
(18) r r
15. Tunjukkan bahwa subtitusi F W (r )Q( ) ke dalam (18) menghasilkan
(19) Q " n 2Q 0
(20) r 2W 2 rW ' (k 2 r 2 n 2 )W 0.
16. Tunjukkan bahwa Q(q)memounyai perioda 2 , sehingga oleh karena itu n 0, 1,...
di dalam (19) dan (20). Tunjukkan bahwa ini menghasilkan solusi
Qn sin n , Wn J n (kr ), n 0, 1,...
17. Tunjukkan bahwa syarat batas
(21) u (r , , t ) 0
18. Tunujukkan bahwa solusi bagi (16) yang memenuhi (21) adalah
19. Tunjukkan bahwa umo 0 dan umo identik dengan (11) dalam Pasal ini.
20. Tunjukkan bahwa umo mempunyai m n 1 garis simpul.
Gambar garis simpul solusi-solusi berikut ini.
21. u3n , n 1, 2, 3 22. u4 n , n 1, 2, 3 23. umn m, n 1, 2, 3
(22)
25. Tunjukkan bahwa u11 mempresentasikan modus dasar (fundamental mode) suatu
membran seperuh lingkaran dan tentukan frekuensinya jika c 1 dan R = 1.
2
u11
u12
u13
(1) 2u 0
(2) x x y z
Teori tentang solusi persaman Laplace dinamakan teori potensial. Solusi bagi (1) yang
memiliki turunan parsial orde-kedua yang kontinu dinamakan fungsi harmonik.
Kasus berdimensi dua, bila u bergantung hanya pada dua peubah saja, paling
cocok dipecahkan melalui metode analisis kompleks dan akan dibahas dalam pasal 12.5
dan Bab 17.
Persamaan Laplace dijumpai dalam kaitan dengan gaya gravitasi. Pada teladan
pasal 8.8, kita telah melihat bahwa jika sebuah partikel A yang bermassa M berada pada
titik (X, Y, Z) dan sebuah partikel lain B yang bermassa m berada pada titik (x, y, z), maka
A dan B saling tari-menarik sebesar gradien fungsi skalar
c
u(x, y, z) = r , c = GMm = const,
( x X )2 ( y Y )2 ( z Z )2
r= (> 0).
Perluasan ke potensial dan gaya yang disebabkan oleh distribussi massa yang
kontinu tidaklah sulit. Jika suatu massa yang berkerapatan p(X, Y, Z) didistribusikan di
seluruh daerah T di dalam ruang, maka potensialnya u pada suatu titik (x, y, z) yang tidak
diduduki oleh massa itu didefenisikan sebagai
u x, y , z k dx dy dz k >0
(3) T
r
Dalam hal ini r diberikan oleh rumus sebelum ini. Karena 1/r (r > 0) merupakan solusi
bagi (1) , artinya 2(1/r) = 0, dan tidak bergantung pada x, y, z maka kita memperoleh
1
2u k 2 dx dy dz =0;
T r
Ini berarti potensial gravitasi yang didefenisikan oleh (3) memenuhi persamaan Laplace
pada sembarang titik yang ditempati oleh massa tersebut.
Di dalam bab 17, kita akan melihat bahwa persamaan Laplace juga dijumpai
dalam teori aliran fluida yang tak termanpatkan (theory of incompressible fluid flow).
ut c 2 2u
Lebih jauh, persaman pokok di dalam konduksi panas adalah persaaman panas
(lihat pasal 9.7 dan pasal 11.5). jika suhunya u tidak tergantung pada waktu t (“keadaan-
stabil”), maka persaman ini tereduksi menjadi persaman Laplace; lihat pasal 11.5.
Pada sebagian besar penerapan yang membawa pada persaman Laplace, kita
diharuskan memecahkan sesuatu masalah nilai batas, artiny menentukan solusi bagi (1)
yang memenuhi syarat batas yang diberikan pada permukaan S yang menjadi batas
daerah T yang merupakan daerah defenisi persaman tersebut. Ini dinamakan:
(I) Masalah nilai batas pertama atau masalah Dirichlet jika u ditentukan
pada S
(II) Masalah nilai batas kedua atau masalah Neumann jika turunan normal
un u / n ditentukan pada S.
(III) Masakah nilai batas ketiga atau campuran jika u ditentukan pada suatu
bagian dari S dan un ditentukan pada bagian sisanya dari S.
Selanjutnya kita perlu menggunakan koordinat di dalam ruang yang membuat S dapat
diucapkan dalam rumus yang sederhana. Ini mengharuskan kita melakukan transformasi
terhadap Laplace (2) ke dalam sistem koordinat lain. Tentu saja,
x
z
y
r
q
(r, q, z)
x
z
y
r
q
(r, q, f)
transformasi demikian ini sangat serupa dengan transformasi pada kasus Laplacian suatu
fungsi dua peubah (lihat Pasal 11.9
Dari (4) Pasal 11.9 dapat ditunjukkan bahwa Laplacian sebuah fungsi u dalam
koordinat tabung (clinderical koordinates)10 (lihat gambar 289)
y
x 2
y 2
(4) r= . q = arc tan x , z = z
adalah
2u 1 u 1 2u 2u
2u 2 .
(5) r 2 r r r 2 z 2
2u 2 u 1 2u cot u 1 2u
2u .
(7) r 2 r r r 2 2 r 2 r 2 sin 2 2
1 2 1 u 1 2u
2u r sin .
r2 r r sin sin 2 2
(7’)
Rumus ini diturunkan dengan cara yang sama seperti pada Pasal 11 rinciannya disediakan
sebagai latihan bagi pembaca.
Di dalam Pasal berikut, kita akan menunjukkan bahwa pemisahan peubah pada
koordinat bola akan menghasilkan persamaan Legendre, yang telah kita bahas pada
Pasal 43.
3. x 2 y 2 4. xy 5. y(x 2 y 2 )
6. x 3 - 3 xy 2 7. x / (x 2 y 2 ) 8. (x 2 y 2 )(x 2 y 2 ) 2
13. Tentukan tegangan elektrostatis antara dua tabung koaksial yang berjari-jari r1 2 cm
dan r2 10 cm yang masing-masing dipertahankan pada tegangan U1 110 volt dan
U 2 0 volt .
Gambarkan grafiknya dan bandingkan solusi Soal 11 dengan solusi Soal 13.
14. Ucapkan koordinat bola yang didefinisikan oleh (6) dalam koordinat Kartesius.
15. Verifikasi (5) dengan mentransformasikan u 0 kembali ke koordinat Kartesius.
2
17. Antara dua tabung lingkaran koaksial yang berjari-jari-jari r0 dan r1 yang masing-
masing dijaga pada suhu u1 dan u0 .
18. Antara dua balok konsentris yang berjari-jari-jari r0 dan r1 yang masing-masing
dijaga pada suhu u1 dan u0 .
it
19. (persamaan Helmholts 11) Tunjukkan bahwa substitusi u U ( x, y, z )e
(i 1) ke dalam persamaan gelombang berdemensi-tiga utt c u menghasilkan
2 2
2U k 2U 0 k /c
20. Misalkan r , , adalah koordinat-kordinat bola. Jika (r, q, ) memenuhi
2u 0 , tunjukkan bahwa v(r, q, ) = r-1u(r-1, q, ) memenuhi 2u 0 .
Marilah kita simak suatu masalah nilai batas tipikal yang melibatkan persamaan Laplace
dalam koordinat bola. Misalnya sebuah bola S yang berjari-jari r dipertahankan pada
suatu distribusi tegangan listrik tertentu
2 u 1 u
r sin 0.
(2) r r sin
11
HERMANN VON HELMHOLTZ (1821-1894),seoran fisikawan jerman, dikenal krena karya-karya pentingnya dalam
bidan termodinamika, hidrodinamika dan akustika.
Lebih lanjut, di tak hingga tegangannya akan sama dengan nol; artinya, haruslah
lim u r , 0.
(3) r
Kita akan memecahkan masalah nilai batas yang terdiri atas persamaan (2) syarat
batas (1) dan syarat (3) di tak hingga dengan menggunakan metode pemisahan peubah.
Dengan mensubstitusikan solusi yang berbentuk
u r, G r H
Melalui penalaran seperti biasa, kedua ruas persamaan harus sama dengan sebaran
Konstanta, katakanlah k, sehingga
1 d dh 1 d 2 dG
sin kH 0 dan r k.
(4) sin d d G dr dr
1 2 n n 1 r 0.
Nilai nol dari ekspresi yang di dalam kurung siku adalah n 1. jadi, kita
memperoleh solusi
1
Gn r r n dan Gn r = n+1
.
(6) r
k n n 1
Dengan menyisipkan ke dalam (4) dan mengambil
cos w .
d d dw d
sin .
d dw d dw
atau
d 2H dH
(7 ') 1-w 2 dw 2
2w
dw
n n 1 H 0.
Bn
un r , An r n pn cos , nn r , pn cos
(8*) r n 1
u r , An r n Pn cos .
(8) n 0
u R, An R n Pn cos f ;
(9) n0
artinya (9) haruslah merupakan deret Fourier umum bagi f( ) dalam polinum Legendre
Dari (6) dan (7) Pasal 4.7 dan (2) Pasal 4.9, dapat diperlihatkan bahwa
1 :
2 1
An R n n
n
2 R 1
f w P w dw
n
2 1
An n n f Pn cos sin d , n 0, 1, .
2R 0
Jadi, deret (8) dengan koefisien (10) merupakan solusi bagi masalah kita untuk titik
dalam bola.
Untuk memperoleh solusi eksterior terhadap bola (titik diluar bola), kita tidak
dapat menggunakan fungsi un(r, ) sebab dalam hal ini fungsi-fungsi itu tidak memenuhi
(3), namun kita dapat menggunakan fungsi-fungsi un (r, ), yang memenuhi (3), dan
dapat menempuh langkah-langkah seperti sebelumnya. ini menghasilkan solusi
Bn
u r, n 1 n
P cos r R
(11) n0 r
Dengan koefisien-koefisien
x
y
z
110 volt
110 jika 0 / 2
f
0 jika /2< .
Jika kita ambil w = Cos , maka Pn (cos f) sin d = -Pn (w) dw dan kemudian kita
integralkan dari 1 sampai 0.Tanda minus dapat kita buang dengan mengintegralkan dari 0
sampai 1.Dengan demikian ,dari (11) dalam Pasal 4.3.
M
An 55 2n 1 1
m
2n 2m ! .
m0 2 n m ! n m ! n 2 m !
Dengan M =n/2 untuk n genap dan M =(n - 1)/2 unuk n ganjil. Integral diatas sama
dengan 1/(n - 2m + 1.Jadi
55 2n 1 M m
2n 2m !
An
2n
1
m0 m ! n m ! n 2m !
.
(13)
dan seterusnya. Jadi tegangan (8) di dalam bola itu adalah (karena Po = 1)
165 385 3
u r , 55 rP1 cos r P3 coc ,
2 8
dalam hal ini P1, P3, ... diberikan oleh (11’) paal 4.3. Karena R = 1, kita peroleh dari (10)
dan (12) dalam pasal ini Bn = An, sehinggga (11) menghasilkan tegangan di luar bola
55 165 385
u r, 2 P1 cos 4 P3 coc
r 2r 8r
Jumlah parsial kedua deret itu sekarang dapat digunakan untuk menghitung nilai
hampiran bagi tegangan tersebut. Selain itu, menarik untuk dilihat di bahwa jauh dari
bola tersebut, tegangannya kira-kira sama dengan satu muatan titik, yaitu 55/r (lihat
Teladan 4 pasal 8.8).
Di dalam dua pasal terakhir bab ini, kita akan menunjukkan bahwa masalah
melibatkan persamaan diferensial dapat juga dipecahkan melalui metode operasional
(transformasi Laplace dan trasformasi Fourier).
24. (Persamaan saluran frekuensi-tinggi ) Tunjukkan bahwa dalam kasus arus bolak-
balik berfrekuensi tinggo, persamaan dalam Soal 22 dan persamaan analoginya bagi
arus i dapat dihampiri dengan apa yang dinamakan persamaan saluran frekuensi-
tinggi (high-frekuncy line equation)
u xx LCuv , ixx LCitt .
25. Pecahkan persamaan saluran frekuensi-tinggi yang pertama dengan mengasumsikan
bahwa tegangan awalnya adalah U 0 sin( x / l ), ut ( x,0) 0 dan u 0 di kedua ujung
x 0 dan x 1 untuk semua t.
11.13 Penerapan Transformasi Laplace pada Persamaan
Differensial Parsial
Pecahkan masalah
w w
0, u x, t 0, w 0, t t
(1) x t
Jawab. Kita ambil transform Laplace bagi (1) terhadap t.menurut (1) dalam Pasal 5.
w
x sl w w x, 0 0,
(2) L x
Dalam hal ini w(x, o) = 0. Di dalam suku yang pertama kita mengasumsikan bahwa kita
boleh saling menukarkan perintegralan pendiferensialan dan pendiferensialan:
w st w
e dt e st w x, t dt w x, t .
(3) L x 0
x x 0 x
W
xsW 0.
x
Ini dapat dipandang sebagai suatu perasamaan diferensial biasa dengan x sebagai peubah
bebasnya ,sebab turunan terhadap s tidak muncul di dalam persamaan itu. solusi
umumnya adalah (Pasal 1.7).
W x, s c s e sx
2
/ 2
.
sin t jika 0 t 2
x2 1
w x, t t u (t x 2 )
2 2
(4)
0 selainnya
Karena kita mengikuti rumus-rumus saja, kita masih harus memverifikasi bahwa (4)
memenuhi (1). Penulis serahkan kepada pembaca.
Teladan 2. Dawai semi takhingga
Tentukan pergeseran (displacement) w(x, t) sebuah dawai elastis yang kenai syarat-syarat
berikut.
(i) Dawai ini mula-mula diam dan terletak pada sumbu –x dari x = 0 sampai
(”dawai semi-takhingga”).
(ii) Pada waktu t > 0, ujung kiri dawai itu digerakkan seperti pada Gambar
293
jika 0 t 2
sin t
w 0, t f t
0 selainnya
Tentu saja tidak ada dawai takhingga, namun model kini dapat diterapkan pada dawai
atau tali yang panjang sekali (yang beratnya dapat diabaikan) dengan ujung kanannya
diikatkan jauh pada sumbu –x (sekali lagi kita gunakan w sebab u kita perlukan untuk
melambangkan fungsi tangga satuan.
Jawab. Kita harus memecahkan persamaan gelombang (Pasal 11.2)
2 w c 2 w .
2
(5) t 2 t
Untuk x dan t positif, dengan ”syarat batas”
w 0, t f t lim w x, t = 0 (t 0).
(6) x
1
-1
f( t )
p
2p
t
w x, 0 0
(7)
w
0
t 0
t
(8)
Kita ambil transform Laplace terhadap t.menurut (2) Pasal 5.2
2w w 2w
2
s2 w sw x, 0 c2 .
t t t
L L t 0
L
Berdasarkan (7) dan (8), dua suku hilang.diruas kanan kita mangasumsikan bahwa kita
boleh saling menukarkan perintegralan dan perdiferensial :
2W st 2W 2
2
2
0 e dt e st x, t dt
L x x 2 x 2 0
x 2
L
W x, t .
Dengan menuliskan,
W x, s
L
w x, t , kita memperoleh
2W
s 2W c 2 2
x
Atau
2W s 2
W 0.
x 2 c 2
Karena ini mengandung hanya turunan terhadap x, maka persamaan ini dapat dipandang
W x, s ,
sebagai sebuah persamaan diferensial biasa bagi dengan memandang terakhir
ini sebagai fungsi dari x. Solusi umumnya adalah
W x, s A( s )e sx / c B ( s)e sx / c .
(9)
F s f t ,
Dari (6) kita memperoleh, dengan menulisnya L
W 0, s w 0, t f t F s
L L
dan, dengan mengasumsikan bahwa uraian pengintegralan terhadap t dan pengambilan
limt untuk x 0 dapat saling dipertukarkan.
x x
lim W x, s lim e s w x, t dt e st lim w x, t dt 0
x x x
0 0
A s 0
Ini berimplikasi di dalam (9) sebab c 0, sehingga untuk setiap s positif tertentu
naik dengan naiknya x. Perhatikan bahwa kita dapat mengasumsikan s 0
xs / c
fungsi e
sebab transforman Laplace ada untuk semua s yang lebih besar daripada suatu tertentu
(Pasal 5). Oleh karena itu kita memperoleh
W 0, s B s F s .
Sehingga
W x, s F s e sx / c .
x x
w x, t f t u t .
(10) c c
(t = 0)
(t = 2p)
(t = 4p)
(t = 6p)
2pc
x
x
x
x
yang berarti
x x x
w x, t sin t jika < t < 2 atau ct x t 2 c
c c c
dan nol solusinya. Ini merupakan gelombang sinus tunggal yang bergerak ke kanan
dengan kecepatan c. Perhatikan bahwa sembarang titik x tetap diam sampai t = x/c, waktu
yang dibutuhkan untuk mencapai x tersebut jika kita berangkat pada t = 0 (awal gerak
ujung kiri) dan bergerak dengan kecpatan c. Hasilnya sesuai dengan intuisi fisik kita.
Karena kita hanya mengikuti rumus-rumus saja, kita masih harus memverifikasi bahwa
(10) memenuhi syarat -syarat yang ditetapkan. Pembaca penulis persilahkan untuk
melakukannya sendiri .
1. Buatlah Gambar seperti pada Gambar 294 jika c 1 dan f adalah ”segi tiga” seperti
pada Teladan 1 pasal 11.3 dengan k L / 2 1.
2. Bagaimanakah kecepatan gelombang pada Teladan 2 tergantung pada tegangan dan
massa dawai tersebut?
3. Verifikasi solusi pada Teladan 2. Gelombang berjalan apakah yang akan kita peroleh
pada Teladan 2 jka kita menganakan suatu gerak sinusoidal (yang tidak henti-hentinya) di
ujung kiri mulai pada t = 0?
Pecahkan melalui transformasi Laplace:
u u
2x 2 x, u ( x, 0) 1, u (0, t ) 1
4. x x
u u
x xt , u ( x, 0) 0 jika x 0, u (0, t ) 0 jika x 0.
5. x t
6. Pecahkan Soal 5 dengan cara lain.
Tentukan suhu w( x, t ) di dalam sebuah batang semi-takhingga, yang di isolasi
memanjang mulai dari x 0 sepanjang sumbu-x sampai , jika diasumsikan bahwa suhu
awalnya adalah 0, w( x, t ) untuk setiap nilai t 0 tertentu, dan w( x, t ) f ( x).
Tempulah langkah-langkah berikut ini.
7. Buatlah modelnya dan tunjukkan bahwa transformasi Laplace menghasilkan
2w
sW ( x, s ) c 2 W
x 2 L{w}
dan
W ( x , s ) F ( s )e s x /c
F L{f}
8. Dengan menerapkan teorema konvolusi pada soal 7, tunjukkan bahwa
t
x
3/ 2 x 2 / 4 c 2
w( x, t ) f (t ) e d .
2c 0
1
w0 ( x, t ) e s x / c
s
dan teorema konvolusi menghasilkan rumus Duhamel
t
w0
w( x, t ) f (t ) d .
0
Misalkan u F
u melambangkan transform Fourier bagi u, dipandang sebagai
suatu fungsi dari x. Dari (10) dalam Pasal 10.11, kita melihat bahwa (4) menghasilkan
u c 2 F u c 2 w2 u .
F t
Di ruas kiri, dengan mengasumsikan bahwa kita boleh saling menukarkan urutan
perdiferensialan dan perintegralan, kita memperoleh
1 1 u
ut ut e dx 2 t u e dx t
i x i x
2
F
Sehingga
u
c 2 w 2 u .
t
Karena ini melibatkan hanya turunan terhadp t dan tidak melibatkan turunan terhadap w,
berarti persamaan ini merupakan persamaan diferensial biasa orde-pertama dengan t
sebagai peubah bebasnya dan w prameter. Dengan memishkan peubah (Pasal 1.2) kita
memperoleh solusi umum
u w, t C w e c t .
2 2
C w
dengan dalam hal ini ”konstanta” tergantung pada prameter w . Syrat awal (1)
u w, 0 C ( w) f ( w) f , sehingga kita memperoleh
menghasilkan F
u w, t f w e c t .
2 2
1
u x, t f v e
c 2 2 t i wx wv
e dw dv.
2 0
Menurt rumus Euler (3) Pasal 10.11 integral yang di dalam kurung siku sama dengan
e c t cos wy wv ie c t sin wx wv .
2 2 2 2
Ini menunjukkan bahwa bagian khayalnya merupakan suatu fungsi ganjil dari w, sehingg
integral15 bagian ini sama dengan 0, sedangkan bagian nyatanya adalah genap, sehingga
integralnya sama dengan dua kali integral dari nol sampai ;
1
c 2 2 t
u x, t f v e cos wx wv dw dv.
2 0
Ini sesuai dengan (9) Pasal 11.6, dan menghasilkan rumus-rumus (11) dan (13) dalam
Pasal 11.6
(5) 2
Sekarang kita sampai pada gagasan metode konvolusi. Kita mengenali bahwa ini
bebentuk (13) Pasal 10.11, yaitu
u x, t f g x f w g w ei x dw
(6 )
dengan dalan hal ini
1 c2t
e . g w
(7) 2
Karena, menurut definisi konvolusi[(1) Pasal 10.11],
f g x f p g x p dp.
(8)
maka sebagai langkah beriktnya kita harus menentukan transformasi Fourier kebalikan g
bagi g . Untuk ini kita dapat menggunakan rumus 9 dalam Tabel III Pasal 10.12 (yang
telah dibuktikan dalam Teladan 2 Pasal 110.11),
Sesungguhnya, bagian utama integral ini; lihat Pasal 15.3.
15
1 u 2 / 4 a
(e ar )
e
F 2a
dengan a yang sesuai. Dengan menggunakan (7) dengan c2t = 1/4a atau a = 1/4c2t, kita
memperoleh
e
x 2 / 4 c 2t
4c 2t ec t 2c 2 t 2 g w .
2 2
F
u x, t f x 0 r
Dan syarat batasnya di ujung kiri adalah
u 0, t 0 t 0
Jawab. Alih-alih transformasi Fourier, sekarang kita akan menerapkan transformasi sinus
Fourier (Pasal 10.10), karena x berkisar antara 0 sampai . Dengan menemouh jalan
seperti pada Teladan 1, dari persamaan panas (9b) Pasal 10.10, karena f (0) u (0, 0) 0,
kita memperoleh
u
ut s c 2 u xx c 2 w2 u c 2 w2 u s w, t .
F
s
t F Fs
Solusi persamaan diferensial bias orde-pertama ini adalah
us w, t w e c t .
2 2
u x, 0 f x us w, 0 f s w C w .
Dari syarat awal = , kita memperoleh Dengan
demikian
us w, t f s w e c t .
2 2
00
(10)
u u tt c 2 F utt c 2 w2 u .
F tt
sehingga
u tt c 2 w2 u 0.
Karena turunan terhadap w tidak muncul, berarti ini merupakan suatu persamaan
diferensial biasa ordo-kedua dengan koefisien c2w2 ”konstanta” (tidak tergantung pada t).
Solusi umumnya adalah
Karena F
u x, 0 u w, 0 , maka kita peroleh dari syarat awal, untuk
u w, 0 A w f w
ut w, 0 AcwB w 0
Jadi
u w, t f w 0
Ingat bahwa kita ingin mencari u. Ini perlu akal. Untuk ini kita ucapkan kosinus itu dalam
fungsi eksponensial dan kemudian kita terapkan rumus pergeseran
(11) F
x a eia F f x .
yang merupakan akibat langsung dari definisi transformasi Fourier dengan mengambil
x a p, x p a, dx dp, sehingga
1 1
f x a 2
f p ei x dx
2
f p e
i p a
dp
F
1 1 a
e f p e i p dp.
2
1
Jadi, f ( w) cos cwt f ( w) eict e ict
2
mempunyai transformasi Fourier kebalikan
1
u x, t f x ct f x ct .
(12) 2
Ini tidak lain adalah adalah solusi d'Alembert (6), Pasal 11.4
Ini akhir Bab 11. di dalam Bab ini kita telah memusatkan perhatian pada
persamaan-persamaan diferensial parsia paling penting di dalam fisika dan rekayasanya
sekaligus, ini juga merupakan akhir bagian C tentang analisa Fourier dan persamaan
diferensial parsial. Di dalam bagian D (Bab 12-Bab 17), kita akan menjelajahi suatu
cabang yang sama sekali berbeda sifatnya, analisis kompleks, yang juga sangat penting
bagi rekayasawan, sebagaian akan diperlihatkan oleh teladan-teladan dan soal-soal
latihan yang akan diberikan.
1. Apakah prinsip superposisi itu? Pada jeis persamaan bagaimanakah prinsip ini
berlaku?
persamaan Laplace.
2 2
u x2 y 2 / x2 y 2 dan u 2 x / x 2 y 2
sin x sinh y
10.Verifiaksi bahwa
merupakan solusi bagi persamaan Laplace.
13. Apa yang dimaksud dengan persamaan eliptik? Persamaan elptik manakah yang
paling penting?
15. Berapa persamaan diferensial yang sederhana dapat dipecahkan dengan cara yang
biasa digunakan untuk persamaan diferensial biasa. Jelaskan. Berikan teladan.
16. Apakah fungsi galat itu? Dalam kaitan dengan apa fungsi ini muncul dalam bab ini?
17. Mengapa fungsi Bessel dan polinom Lagendre muncul di dalam bab ini?
18. Mengapa deret Fourier memainkan peranan pokok di dalam bab ini, walaupun fungsi
yang diberikan yang secara fisik menarik tidak bersifat periodik?
19. Atas pertimbangan apakah integral Fourier muncul di dalam bab ini?
2 A(1 cos n )
Gn (t ) Bn cos n Bn sin nn G n n t sin t.
n (n2 2 )
K / 1.158cm 2 / det),
yang panjangnya 50 cm dan irisan melintannya constan, yang
ujung-ujungnya pada x = 0 dan x = 50 dipertahankan pada suhu 0 oC dan yang suhu
awalnya adalah
41. f ( x) sin( x / 50) 42. f ( x) 100sin( x / 250)
43. f ( x) sin 3 ( x /10) 44. f ( x) x(50 x)
45. f ( x) x jika 0 x 25, f ( x) 50 x jika 25 x 50
Kita ingat dari Pasal 11.5 bahwa untuk syarat batas adiabatik, suhu u ( x, t ) di dalam
sebuah batang yang diisolasi memanjang dengan panjang L adalah
n x c x 2
u ( x, t ) A0 An cos exp t .
n 1 L L
Jika L dan c 1, tentukan dari ini sousi yang memenuhi syarat awal
46. f ( x) 30 x 2 47. f ( x) 95cos 2 x
10 jika 0<x< /2
4x jika o<x< /2
47. f ( x) 49. f ( x)
0 jika /2<x< 4( x ) jika /2<x<
50. Dengan menggunakan tabel A2 di dalam Aapendiks 4 dan interpolasi linear dan
koefisien-koefisien yang duberikan pada Teladan 1 Pasal 11.10, tunjukkan bahwa
f (0.5) 0.7498. beraapa nilai pastinya?
Ringkasan Bab 11
Persamaan Diferensial Parsial
Bila persamaan diferensial parsial biasa (Bab 1-Bab 5) merupakan model bagi masalah
rekayasa sederhana yang melibatkan suatu peubah bebas, masalah yang melibatkan dua
atau lebih peubah bebas (peubah ruang, atau waktu t dan satu atau lebih peubah ruangan)
menghasilkan persamaan diferensial parsial. Ini menunjukkkan bahwa pentingnya
persamaan-persamaan itu bagi rekayasawan dan fisikawan tidak dapat diabaikan.
Di dalam bab ini kita terutama mengupas persamaan-persamaan diferensial
parsial paling penting di dalam fisika dan rekayasa, yaitu:
(1) uu c u xx
2
Persamaan gelombang berdimensi-satu
(Pasal 11.2-Pasal 11.4)
uu c 2 u xx u yy
(2) Persamaan gelombang berdemens-dua
(Pasal 11.7-Pasal 11.10)
(3) ut c u xx
2
Persamaan panas bedemensi-satu
(Pasal 11.5, Pasal 11.6)
u u xx u yy 0
(4) Persamaan Laplace berdemensi-dua
(pasl 11.5, Pasal 11.9)
2u u xx u yy u zz 0
(5) Persamaan Laplace berdemensi-tiga
(Pasal 11.11, Pasal 11.12)
(1) dan (2) adalah hiperbolik, (3) adalah parabolik, (4) dan (5) adalah elptik. (Lihat Soal-
soal Latihan untuk Pasal 11.4.)
Di dalam praktek, biasnya kita ingin memperoleh solusi persaman demikian ini
pada suatu daerah tertentu yang memenuhi syarat-syarat tambahan, misalnya syarat awal
(syarat pada waktu t = 0) atau syarat batas (nilai tertentu bagi solusi u atau turunannya
pada permukaan batas S, atau kurva batas C dari darah di atas) atau keduanya. Pada (1)
dan (2) kita menetapkan dua syarat awal (pergeseran awal dan kecepatan awal). Pada (3),
kita menetapkan distribusi suhu awal. Pada (4) atau (5) kita menetapkan suatu syarat
batas dan menamakan masalah tersebut
Masalah Dirichlet jika u ditetapkan pada S,
u x, t Fn x Gn t ;
merupakan solusi bagi persamaan diferensial parsial di atas yang memenuhi syarat batas
yang diberikan. Itu adalah fungsi-eigen bagi masalah tersebut, sedangkan nilaiaigen-nya
menentukan frekuensi vibrasinya (atau kecepatan turunnya suhu dalam kasusu persamaan
panas, dan lain sebagainya). Agar juga memenuhi syarat awal, kita harus menyimak deret
takhinggan bagi un, yang koefisien-koefisiennya ternyata adalah koefisien Fourier fungsi
f dan g yang merepresentasikan syarat awal yang diberikan (Pasal-Pasal 11.3, 11.5). oleh
karena itu, deret Fourier (dan integral Fourier) sangat penting di sini (Pasal-Pasal 11.3,
11.5, 11.6, 11.8)
Masalah keadaan-stabil atau stasioner adalah masalah yang solusinya tidak
tergantung pada waktu t. Untuk masalah demikian ini, persamaan panas ut = c2 2u
menjadi persamaan Laplace (Pasal 11.5).
Sebelum memecahkan suatu masalah nilai awal atau masalah nilai batas, kita
sering mentransformasi persamaan itu ke dalam koordinat-koordinat sehingga batas
daerahnya dapat diucapkan dalam rumus yang sederhana. Dalam koordinat kutub yang
didefinisikan oleh x = r cos q, y = r sin q, Laplacian menjadi (pasal 11.9)
1 1
2u urr ur 2 umr
(6) r r
Sedangkan dalam koordinat bola, lihat pasal 11.11. kalau kemudian kita terapkan metode
pemisahan peubah, maka akan kita peroleh persamaan Bessel dari (2) dan (6) (membran
lingkaran bervinrasi, pasal 11.10) dan persaman Legendre dari (5) yang ditransformasi
ke dalam koordinat bola (pasal 11.12).
Metode operasional (trnformasi Laplace, transformasi fourier)sangat membantu
untuk memecahkan persaman diferensial parsial dalam daerah tak hingga (pasal-pasal
11.12, 11.13), khususnya jika koefisien-koefisien persamaan itu adalah konstanta atau
tergantung hanya pada satu peubah.
110 jika 0 / 2
f
0 jika /2< .
sin t jika 0 t 2
x 2
1
w x, t t u (t x 2 )
2 2
0 selainnya