You are on page 1of 17

TUGAS LANDASAN PEMBELAJARAN SKENARIO PEMBELAJARAN BERDASARKAN TEORI BELAJAR AUSUBEL

OELH: AGUS TUT ARYANA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2014

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Belajar pada hakekatnya merupakan proses kegiatan secara berkelanjutan dalam rangka perubahan prilaku peserta didik secara kontruktif. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Sistem pendidikan Nasional nomor 20 Tahun 2003 yang menyatakan, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengedalian diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Perubahan prilaku dalam belajar mencakup seluruh aspek pribadi peserta didik, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Untuk itu proses belajar menjadi sangat penting dalam perkembangan peserta didik. Perkembangan peserta didik dipengaruhi berbagai faktor yang terjadi terhadap peserta didik tersebut. Salah satunya adalah proses pembelajaran disekolah. Proses pembelajaran disekolah tergantung pada kemampuan pendidik dalam menjadikan ruang kelas adalah tempat pembelajaran yang menarik sehingga peserta didik merasa nyaman dalam belajar. Proses belajar disekolah merupakan proses belajar singkat yang didapat oleh peserta didik namun dengan cakupan materi yang sangat luas. Untuk itu peranan pendidik dalam mengelola kelas menjadi tempat belajar menyenangkan namun tetap pada tatanan materi yang harus diselesaikan adalah tugas pendidik sebenarnya. Bukan hanya menyelesaikan materi namun pendidik juga harus memperhatikan tingkat pemahaman peserta didik sehingga apa yang dipelajari di sekolah menjadi bekal bagi peserta didik dalam kehidupannya sehari-hari. Kemampuan mengorganisasikan kelas menjadi kemampuan yang harus dimiliki oleh pendidik, untuk itu pengetahuan tentang teori-teori dalam proses pembelajaran perlu untuk dipahamai oleh pendidik, sehingga pendidik mampu mengkondisikan kelas menjadi tempat belajar yang sesuai dengan kemampuan peserta didik serta sesuai dengan kepadatan materi yang harus diselesaikan dalam

proses pembelajaran. Mengorganisasikan kelas menjadi tugas seorang pendidik agar pembelajaran dikelas menjadi menyenangkan. Dalam bab ini akan dibahas salah satu teori belajar yaitu teori belajar Ausubel yang dikemukan David Ausubel (1963) beliau merupakan seorang psikolog pendidikan, beliau melakukan beberapa penelitian rintisan menarik diwaktu yang hampir sama dengan Burner, beliau sangat tertarik dengan cara mengorganisasikan berbagai ide. Beliau menjelaskan bahwa dalam diri seorang pelajar sudah ada organisasi dan kejalasan tentang pengetahuan dibidang subjek tertentu. Beliau menyebut organisasi ini sebagai struktur kognitif dan percaya bahwa struktur ini menentukan kemampuan pelajar untuk menangani berbagai ide dan hubungan baru. Makna dapat muncul dari materi baru hanya bila materi itu terkait dengan struktur kognitif dari pembelajaran sebelumnya.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut. 1. Apakah yang dimaksud dengan teori belajar Ausubel? 2. Bagaimana proses pembelajaran menurut teori belajar Ausubel? 3. Bagaimana skenario pembelajaran Ausubel dalam pembelajaran

matematika kelas VIII materi Lingkaran?

C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diketahui tujuan dari pembuatan makalah berikut. 1. Mengetahui teori belajar Ausubel 2. Proses pembelajaran menurut teori belajar Ausubel 3. Skenario pembelajaran Ausubel dalam pembelajaran matematika kelas VIII materi Lingkaran

BAB II PEMBAHASAN

A. Teori Belajar Ausubel David Ausubel (1963) merupakan seorang psikolog pendidikan, melakukan beberapa penelitian rintisan menarik di waktu yang hampir sama dengan Burner, Ia sangat tertarik dengan cara mengorganisasikan berbagai ide. Ia menjelaskan bahwa dalam diri seorang pelajar sudah ada organisasi dan kejalasan tentang pengetahuan dibidang subjek tertentu. Ia menyebut organisasi ini sebagai struktur kognitif dan percaya bahwa struktur ini menentukan kemampuan pelajar untuk menangani berbagai ide dan hubungan baru. Makna dapat muncul dari materi baru hanya bila materi itu terkait dengan struktur kognitif dari pembelajaran sebelumnya. David Ausubel terkenal dengan teori belajar yang dibawanya yaitu teori belajar bermakna (meaningful learning). Menurut Ausubel belajar bermakna terjadi jika suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang, selanjutnya bila tidak ada usaha yang dilakukan untuk mengasimilasikan pengertian baru pada konsepkonsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif, maka akan terjadi belajar hafalan. Menurut Ausubel ada dua jenis belajar : (1) Belajar bermakna (meaningful learning) dan (2) belajar menghafal (rote learning). Belajar bermakna adalah suatu proses belajar di mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Sedangkan belajar menghafal adalah siswa berusaha menerima dan menguasai bahan yang diberikan oleh guru atau yang dibaca tanpa makna. Ausubel menaruh perhatian besar pada siswa di sekolah, dengan

memperhatikan/memberikan tekanan-tekanan pada unsur kebermaknaan dalam belajar melalui bahasa (meaningful verbal learning). Kebermaknaan diartikan sebagai kombinasi dari informasi verbal, konsep, kaidah dan prinsip, bila ditinjau bersama-sama. Oleh karena itu belajar dengan prestasi hafalan saja tidak dianggap sebagai belajar bermakna. Maka, menurut Ausubel supaya proses belajar siswa

menghasilkan sesuatu yang bermakna, tidak harus siswa menemukan sendiri semuanya. Pemerolehan informasi merupakan tujuan pembelajaran yang penting dan dalam hal-hal tertentu dapat mengarahkan guru untuk menyampaikan informasi kepada siswa. Dalam hal ini guru bertanggung jawab untuk mengorganisasikan dan mempresentasikan apa yang perlu dipelajari oleh siswa, sedangkan peran siswa di sini adalah menguasai yang disampaikan gurunya. Belajar dikatakan menjadi bermakna (meaningful learning) yang dikemukakan oleh Ausubel adalah bila informasi yang akan dipelajari peserta didik disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik itu sehingga peserta didik itu mampu mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Dua syarat untuk materi yang dipelajari di asimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dipunyai sebelumnya. \ a. Materi yang secara potensial bermakna dan dipilih oleh guru dan harus sesuai dengan didik. b. Diberikan dalam situasi belajar yang bermakna, faktor motivasional memegang peranan penting dalam hal ini, sebab peserta didik tidak akan mengasimilasikan materi baru tersebut apabila mereka tidak mempunyai keinginan dan pengetahuan bagaimana melakukannya. Sehingga hal ini perlu diatur oleh guru, agar materi tidak dipelajari secara hafalan. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru ke dalam skema yang telah ia punya. Dalam prosesnya siswa mengkonstruksi apa yang ia pelajari dan ditekankan pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam system pengertian yang telah dipunyainya. Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar bermakna. Mereka yang berada pada tingkat pendidikan dasar, akan lebih bermanfaat jika siswa diajak beraktivitas, dilibatkan langsung dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan pada tingkat tingkat perkembangan dan pengetahuan masa lalu peserta

pendidikan yang lebih tinggi, akan lebih efektif jika menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram dan ilustrasi. Empat tipe belajar menurut Ausubel, yaitu. a. Belajar dengan penemuan yang bermakna, yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajarinya atau siswa menemukan pengetahuannya dari apa yang ia pelajari kemudian pengetahuan baru itu ia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada. b. Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna, yaitu pelajaran yang dipelajari ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan. c. Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna, materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudia pengetahuan yang baru itu dikaitkan dengan pengetahuan yang ia miliki. d. Belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna, yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudia pengetahuan yang baru itu dihafalkan tanpa mengaitkannya dengan pengetahuan yang ia miliki. Berdasarkan uraian di atas maka, belajar bermakna menurut Ausubel adalah suatu proses belajar di mana peserta didik dapat menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dan agar pembelajaran bermakna, diperlukan 2 hal yakni pilihan materi yang bermakna sesuai tingkat pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki siswa dan situasi belajar yang bermakna yang dipengaruhi oleh motivasi. Dengan demikian kunci keberhasilan belajar terletak pada kebermaknaan bahan ajar yang diterima atau yang dipelajari oleh siswa. Ausubel tidak setuju dengan pendapat bahwa kegiatan belajar penemuan (discovery learning) lebih bermakna daripada kegiatan belajar penerimaan (reception learning). Sehingga dengan ceramahpun, asalkan informasinya bermakna bagi peserta didik, apalagi penyajiannya sistematis, akan dihasilkan belajar yang baik Teori belajar bermakna Ausubel ini sangat dekat dengan inti pokok konstruktivisme. Keduanya menekankan pentingnya siswa mengasosiasikan

pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah dipunyai. Keduanya menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian yang sudah dipunyai sisw. Keduanya mengandalkan bahwa dalam pembelajaran itu aktif. David Ausubel banyak mencurahkan perhatiannya pada pentingnya mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar bermakna (meaningful learning) dan belajar verbal yang dikenal dengan expository learning. Pandangan Ausubel tentang belajar ini sangat bertentangan dengan ahli psikologi kognitif lainnya, yaitu Bruner dan Piaget. Menurut Ausubel, pada dasarnya orang memperoleh pengetahuan melalui penerimaan, bukan melalui penemuan. Konsepkonsep, prinsip, dan ide-ide yang disajikan pada siswa akan diterima oleh siswa. Dapat juga konsep ini ditemukan sendiri oleh siswa. (Gagne/Berliner, 322). Suatu konsep mempunyai arti bila sama dengan ide yang telah dimiliki, yang ada dalam struktur kognitifnya. Agar konsepkonsep yang diajarkan berarti, harus ada sesuatu di dalam kesadaran siswa yang bisa disamakan. Sesuatu itu adalah "struktur kognitif'. Belajar bermakna adalah belajar yang disertai dengan pengertian. Belajar bermakna akan terjadi apabila informasi yang baru diterima siswa mempunyai kaitan erat dengan konsep yang sudah ada/diterima sebelumnya dan tersimpan wan, struktur kognitifnya. Informasi baru ini juga dapat diterima atau pelajari siswa tanpa menghubungkannya dengan konsep atau pengetahuan a.ng sudah ada. Cara belajar seperti ini disebut belajar menghapal. Ausubel mengklasifikasikan makna belajar ke dalam dua dimensi seperti tampak pada gambar berikut. Dimensi pertama berhubungan dengan cara bagaimana informasi atau materi pelajaran disajikan kepada siswa, apakah `melalui penerimaan atau melalui penemuan. Belajar menurut dimensi ini `diperoleh melalui pemberian informasi dengan cara dikomunikasikan kepada siswa. dalam bentuk belajar penerimaan dan menyajikan informasi itu dalam bentuk final, ataupun dalam bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri keseluruhan informasi yang harus diterimanya. Cara kedua berhubungan dengan bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi yang diterima dengan struktur kognitif yang sudah dimilikinya. Dalam hal ini siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi yang diterima dengan pengetahuan

yang telah dimilikinya, itulah yang dikatakan belajar bermakna. Siswa dapat juga mencoba-coba menghapal informasi baru tanpa menghubungkan dengan konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya. Itu disebut belajar menghapal. Kedua dimensi itu tidak menunjukkan dikotomi yang sederhana, tetapi lebih merupakan suatu kontinum, sebagai tampak dalam gambar berikut. Menurutnya, belajar penerimaan tidak sama dengan belajar hapalan. Belajar penerimaan dapat dibuat bermakna, yaitu dengan cara menjelaskan hubungan antara konsep-konsep.

B. Proses Pembelajaran Menurut Teori Ausubel Untuk menerapkan teori Ausubel dalam mengajar, ada beberapa prinsipprinsip dan konsep-konsep yang perlu kita perhatikan, yaitu. 1. Pengatur awal (Advance Organizer) Pengatur awal mengarahkan para siswa ke materi yang akan mereka pelajari, dan menolong mereka untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan yang dapat digunakan untuk membantu menanamkan pengetahuan baru. Suatu pengatur awal dapat dianggap sebagai pertolongan mental dan disajikan sebelum materi baru.

2. Diferensiasi Progresif (Progressive Differentiation) Selama belajar bermakna berlangsung, perlu terjadi pengembangan dan elaborasi konsep. Pengembangan konsep berlangsung paling baik,bila unsurunsur yang paling umum diperkenalkan terlebih dulu, baru kemudian hal-hal yang lebih khusus dan detail dari konsep tersebut.

3. Belajar Superordinat Belajar superordinat terjadi, bila konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya dikenal sebagai unsur-unsur dari suatu konsep yang lebih luas, lebih inklusif.

4. Penyesuaian integratif (Integrative Reconciliation) Dalam mengajar, bukan hanya urutan menurut diferensiasi progresif yang diperhatikan, melainkan juga harus diperlihatkan bagaimana konsep-konsep baru dihubungkan pada konsep-konsep superordinat. Kita harus

memperlihatkan secara eksplisit bagaimana arti-arti baru dihubungkan dan dipertentangkan dengan arti-arti sebelumnya yang lebih sempit dan bagaimana konsep-konsep yang tingkatnya lebih tinggi sekarang mengambil arti baru.

5. Consolidation Guru memberikan suatu konfirmasi yang tujuannya untuk memantapkan materi yang baru yang telah peserta didik peroleh guna memudahkan peserta didik dalam mempelajari materi berikutnya.

C. Skenario Pembelajaran Ausubel Dalam Pembelajaran Matematika Kelas VIII Materi Lingkaran

SKENARIO PEMBELAJARAN Mata Pelajaran Materi Pokok Kelas Waktu Pertemuan : Matematika : Geometri dan Pengukuran : VIII : 2 x 40 Menit : ke-1

Standar Kompetensi : Geometri dan Pengukuran

Kompetensi Dasar Indikator

: Menentukan unsur dan bagian-bagian lingkaran. : Menyebutkan unsur-unsur dan bagian-bagian lingkaran: pusat lingkaran, jari-jari, diameter, busur, tali busur, tembereng, juring, apotema.

Tujuan Pembelajaran : Peserta didik dapat Menyebutkan unsur-unsur dan bagianbagian lingkaran: pusat lingkaran, jari-jari, diameter, busur, tali busur, tembereng, juring, apotema.

Media Pembelajaran : Power Point (Lingkaran) dan penampang lingkaran (berupa kertas berbentuk lingkatan, Penggaris, Pensil dan Pulpen

Pendekatan pembelajaran :

dengan menggunakan metode pembelajaran

berdasarkan pada teori belajar Ausubel

Langkah pembelajaran : No Fase Kegiatan Peserta Didik 1. Guru menyiapan kondisi 1. Peserta didik siswa hingga siswa siap menyiapkan dalam belajar peralatan yang akan mereka gunakan dalam proses pembelajaran Kegiatan guru 2. Guru memberikan salam 2. Peserta kepada siswa memberikan kepada guru didik salam

3. Guru mengabsen siswa 1 Kegiatan Awal

3. Peserta didik mendengarkan absen yang dibacakan oleh guru

4. Guru menyampaikan 4. Peserta didik tujuan pembelajaran mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru memberikan 5. Peserta didik mendengarkan apersepsi yang disampaiakn oleh guru 1. Guru menyampaikan 1. Peserta didik peta konsep tentang mendengarkan peta pembelajaran geometri konsep yang dan pengukuran disampaikan oleh (lingkaran) sembari guru dan mencoba menyampaikan kepada menghubungkan peserta didik guna peta konsep yang mengaitkan apa yang disampaikan akan dipelajari dengan dengan yang telah mereka pengetahuan dasar ketahui, khususnya yang telah mereka tentang unsur-unsur miliki tentang lingkaran unsur-unsur lingkaran 2. Guru sedikit menjelaskan konsep dari 2. Siswa mendengarkan 5. Guru apersepsi

Kegiatan Inti

No

Fase

Kegiatan guru unsur-unsur lingkaran yang akan dipelajari oleh peserta didik

Kegiatan Peserta Didik penjelasnan guru tentang konsep dari unsur-unsur lingkaran yang akan dipelajari

3. Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok guna lebih memahami konsep dari unsur-unsur lingkaran 4. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukan unsur-unsur lingkaran dari penampang yang telah dibagikan

3. Peserta didik membentuk kelompok sesuai dengan arahan guru 4. Peserta didik menunjukan unsurunsur lingkaran pada penampang yang telah diberikan oleh guru

5. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menanyakan hal-hal yang tidak mereka mengerti

5. Beberapa peserta didik yang tidak mengerti menanyakan kepada guru tentang unsurunsur lingkaran yang sedang mereka pelajari 6. Peserta didik mendengarkan penjelasan guru tentang konsep yang baru mereka pelajari 1. Peseeta didik mendengarkan konfirmasi yang disampaikan oleh guru tentang apa yang telah mereka pelajari

6. Guru menjelaskan kembali tentang unsurunsur dari lingkaran yang baru saja dipelajari

Kegiatan Akhir

1. Guru memberikan konfirmasi tentang apa yang baru saja mereka pelajari

No

Fase

Kegiatan guru 2. Guru mengevaluasi secara lisan hasil dari apa yang telah mereka pelajari

Kegiatan Peserta Didik 2. Siswa mendengarkan hasil evaluasi yang disampaikan oleh guru tentang apa yang telah mereka pelajari

3. Guru memberikan penilaian atas apa yang telah dipelajari dan tanang ketercapaian atas tujuan pembelajaran yang baru saja dipelajari 4. Guru memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengulang apa yang telah mereka pelajari disekolah dirumah guna memperkuat pengetahuan mereka tentang unsur-unsur lingkaran

3. Siswa mendengarkan penilaian yang disampaikan oleh guru

4. Peserta didik mendengarkan motivasi yang diberikan oleh buru

5. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya

5. Peserta didik mendengarkan penyampaian materi apa yang akan mereka pelajari pada pertemuan berikutnya yang disampaiakan oleh guru 6. Guru bersama siswa menutup pembelajaran yang telah mereka lakukan

6. Guru bersama siswa menutup pembelajaran yang telah mereka lakukan

PETA KONSEP PEMBELAJARAN LINGKARAN

MATERI PEMBELAJARAN

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

berdasarkan teori belajar Ausubel pembelajaran itu adalah pembelajaran bermakna. Intiknya guru terlebih dahulu harus mengetahui tingkat kemampuan peserta didik tentang apa yang akan mereka pelajari sebelum guru memasukan pengetahuan baru yang lebih luas tentang materi tersebut. Selain mengetahui kemampuan dasar peserta didik, sebelum memberikan tugas yang akan dikerjakan harus sesuai dengan tingkat kognitif peserta didik sehingga peserta didik tidak merasa bosan dengan materi yang dipelajari. Kebermaknaan ini akan tumbuh dengan memberikan pengetahuan baru dengan tingkat yang lebih tinggi dari kemampuan yang telah dimilikki peserta didik \ B. Saran Sebaiknya bagi para guru mengetahui tentang teori-teori belajar yang sesuai dengan kondisi peserta didik dan kondisi materi yang akan dijelaskan kepada peserta didik.

You might also like