You are on page 1of 4

Kiat Menulis Resensi Buku

A. Ernest Nugroho, S.Pd

Menulis resensi atau kritik buku sebenarnya nggak sulit. Kalau mau, kamu juga bisa. Nah,
berikut ini ada beberapa tips agar kamu piawai menulis resensi.

* Tulisan resensi yang menggambarkan sinopsis harus sesuai dengan isi buku. Banyak peserta
yang terdaftar dalam kompetisi ini ternyata kurang memahami isi buku sehingga sinopsis mereka
berbeda dengan isi buku.

* Ketajaman analisa. Setelah memahami isi buku, kamu harus bisa menilai apakah isi buku
bermanfaat atau tidak ? Jika memang bagus, beri penjelasan di mana letak sisi bagus itu. Begitu
pun sebaliknya. Di samping itu, kamu harus pula menguasai pengetahuan lain sebagai bahan
pembanding isi buku yang hendak kamu kritisi itu, termasuk di dalamnya menyikapi masalah
yang ditampilkan buku tersebut.

Asal kamu tahu, prosentase terbesar kriteria penilaian ada pada ketajaman analisa. Di sini, kamu
harus bisa mengaitkan masalah lain yang ada dengan masalah yang diangkat buku itu. Dari sini,
gagasan kamu dan isi buku mengenai masalah yang sama, bisa bertemu. Tentu saja kamu bisa
mengungkapkan ketidaksetujuan atas gagasan penulis buku yang bersangkutan. Pada saat yang
sama, kamu juga harus menawarkan argumen untuk mendukung pendapatmu.

* Gunakan bahasa yang terstruktur, lugas, dan jelas sehingga memudahkan pembaca memahami
maksud kamu. Melalui bahasa semacam itu, kamu bisa menulis ulang isi atau materi yang
terkandung dalam buku, kemudian mengkritisi isinya jika ada yang dinilai kurang tepat. Selain
itu, penulis resensi juga harus memiliki kemampuan memahami isi buku secara benar.

* Terakhir, hindari penggunaan kalimat yang panjang dan bertele-tele. Kalimat panjang bisa
mengaburkan pesan yang akan disampaikan. Jangan lupa, pilih kata-kata yang tepat untuk
merangkai tulisan resensimu. Dengan cara ini, niscaya pembaca akan gampang memahami
maksud kamu. Tidak sulit, kan? Oke deh, selamat mencoba. berbagai sumber/cho
Resensi ialah tulisan yang isinya menimbang atau menilai sebuah karya yang dikarang atau
dicipta orang lain. Resensi itu asal katanya dari bahasa Belanda recensie. Dalam bahasa Inggris,
padanan katanya adalah istilah review (ini juga berasal dari bahasa Latin: revidere; re “kembali”,
videre “melihat”). Karya yang dinilai dalam tulisan resensi meliputi buku, film, teater, lagu, dan
semacamnya.

Secara umum, resensi dibagi menjadi 3, yaitu:


1. Deskriptif : menggambarkan dan menjelaskan tentang karya seseorang secara menyeluruh,
baik dari segi isi, penulisannya, maupun penciptanya (creator). Resensi deskriptif ini tidak
sampai pada penilaian kritik (bagus/tidak) si penulis terhadap karya yang dia resensi. Dia
hanya menjelaskan secara singkat tentang isi, proses, dan pencipta sebuah karya.
2. Deskriptif-evaluatif : resensi dengan karakter kedua ini melakukan penilaian terhadap sebuah
karya lebih dalam dari yang pertama. Dia tidak hanya menggambarkan, tapi menilai sebuah
karya secara keseluruhan dengan kritis dan argumentatif. Sehingga ada kesimpulan pada akhir
resensi, apakah karya yang diresensi baik kualitasnya atau tidak.
3. Deskriptif-komparatif : resensi yang ketiga ini lebih sulit lagi daripada macam resensi yang
kedua. Resensi macam ketiga ini mencoba melakukan penilaian pada sebuah karya dengan
cara membandingkan karya orang lain yang memiliki kesamaan atau keterkaitan secara isi dan
materi. Disebut sulit, sebab selain membutuhkan analisa mendalam dan kritis, resensi macam
ketiga ini membutuhkan pengetahuan dan wawasan luas. Tidak hanya satu karya yang harus
dia pahami, namun karya-karya lain yang berhubungan dengan karya yang dia resensi harus
pula dia pahami.

Tujuan resensi buku adalah mengomunikasikan penilaian yang sudah ditimbang masak-masak
ada pembaca lain, agar mereka memutuskan ingin membaca buku tersebut atau tidak. Penting
menyajikan resensi yang mudah dipahami pembaca, mampu memenuhi kebutuhan dan
karakteristik mereka. Dan sebagai saran seorang kawan, pembaca diharapkan akan
mempertimbangkan pula masukan tersebut. Ingat, seorang kawan tak akan memaksa; andaipun
terkesan memaksa, itu pasti demi kebaikan atau karena rasa sayang. Bila saran itu dirasa datang
dari seorang kawan baik, orang yang tak akan mencelakakan, yakinlah saran
itu akan berpengaruh, setidak-tidaknya karena ada seseorang telah bersaksi bahwa sebuah buku
itu sungguh-sungguh layak diperhatikan. Asma Nadia menyebutkan lima alasan kenapa kita
harus menulis resensi.
Berikut ini kutipan apa yang ia tulis :
1. Sebagai upaya mengikat makna. Dengan menulis kamu mengikat apa yang kamu baca.
Dengan mengikatnya maka kamu tidak akan cepat lupa pada hal-hal yang mungkin baik yang
ada di buku itu.
2. Menulis resensi juga merupakan latihan yang baik untuk mengapresiasi sebuah tulisan, dengan
elemen-elemennya. Resensi tentu saja bukan sekumpulan pujian terhadap satu buku. Resensi
boleh saja merupakan deretan kritikan terhadap buku itu. Sah-sah saja. Tapi dengan
meresensinya maka kamu akan memikirkan baik buruknya buku yang kamu baca, dengan
lebih dalam. Yang pada berikutnya akan memberimu masukan secara pribadi, kekurangan-
kekurangan penulis yang tidak boleh dibiarkan ada pada tulisanmu nanti, maupun mencoba
mengambil kelebihan-kelebihan si penulis, agar juga menjadi milikmu. Khususnya jika kamu
ingin menjadi seorang penulis.
3. Menulis resensi seperti juga buku harian, surat pembaca, atau blogging, merupakan latihan
yang sangat baik untuk menulis. Dengan menulis resensi kamu belajar mengungkapkan
gagasan dengan lebih baik.
4. Menulis resensi, juga membantumu mengingat buku-buku apa yang telah kamu baca.
Daripada sekadar membaca, toh kamu sudah membeli buku itu, kenapa tidak sekalian menulis
apa kesanmu, apa yang bisa kamu ambil, apa protesmu tentang buku itu. Ini bisa jadi cara baik
untuk mengajak temanmu yang lain membaca. Apalagi kalau diam-diam kamu punya koleksi
resensi dari semua buku yang kamu baca.
5. Menulis resensi juga bisa pembelajaran untuk bernalar dalam mentranskripsi teks yang sangat
luas ke dalam teks lebih ringkas dengan mengembangkan analisis prioritas terhadap teks yang
akan diresensi. Dengan demikian, kecerdasan otak kanan juga lebih terasah.

Untuk resensi buku, berikut beberapa kiat yang bisa membantu kita untuk mempermudah
penulisannya.
1. Baca isi buku dengan pemahaman keilmuan yang kita miliki. Seorang yang tidak menguasai
teori sastra sama sekali, jelas akan kesulitan menganalisa buku sastra. Apakah peresensi harus
seorang ahli/ilmuwan? Tentu tidak. Tapi, minimal menguasai dasar-dasar suatu ilmu
pengetahuan yang ada dalam isi buku tersebut.
2. Peresensi yang baik seyogianya membaca isi buku secara lengkap, jika perlu berulang-ulang
dan membandingkan dengan beberapa buku serupa. Tapi ini akan merepotkan dan
menghabiskan energi. Peresensi yang demikian biasanya untuk penulisan jenis resensi kritik.
Untuk jenis resensi informatif atau deskriptif, kita hanya mencari bagian-bagian point of view
dari tema buku, termasuk kata pengantar dan epilog. Namun demikian, hanya bisa diterapkan
untuk mengulas buku ilmiah yang mana bab per babnya disusun secara baku dan teratur.
Untuk buku jenis novel jelas tidak bisa diterapkan.
3.Pilih tema pokok yang ingin anda jelaskan dalam resensi. Point of view, atau angle tidak boleh
lebih dari satu. Hal ini untuk menghindari melebarnya pembahasan dari tema pokok.
4. Kutip beberapa materi dari isi buku sebagai data ulasan.
5. Berikan penjelasan pada lead tulisan secara singkat dan deskriptif isi buku.
6. Materi isi buku dijabarkan pada bagian struktur/badan penulisan.
7. Akhiri penulisan dengan komentar singkat. Peresensi yang baik akan menyanjung dan
mengkritik secara objektif dan proporsional. Ingat, posisi peresensi dalam hal ini adalah sama
dengan seorang ilmuwan. Tak boleh subjektif dan distortif dalam menyampaikan ulasan.

You might also like