Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Edy Santosa, Biro Telematika Lemhannas RI
1. Latar Belakang
Pancasila sesuai dengan ketetapan MPR No. XVIII tahun 1998 telah di
tetapkan sebagai dasar negara, ideologi nasional dan falsafah pandangan hidup
bangsa. Sebagai ideologi nasional, Pancasila berfungsi menggerakkan masyarakat
untuk membangun bangsa dengan usaha-usaha yang meliputi semua bidang
kehidupan. Pancasila tidak menentukan secara apriori sistem ekonomi dan politik,
tetapi sistem apapun yang dipilih harus mampu menyalurkan aspirasi untuk
kepentingan seluruh masyarakat Indonesia.
2. Pembahasan
Pada tanggal 1 Juni 1945 para founding fathers berkumpul dalam forum
persidangan BPUPKI untuk merumuskan dasar negara bagi Indonesia Merdeka
yang akan segera dicapai. Hal yang sungguh luar biasa pada momentum itu adalah
sikap negarawan dan visi ke depan yang universal dari para pemimpin politik kita
jauh melampaui masanya. Wujud nyata dari keberhasilan itu adalah dirumuskannya
prinsip–prinsip ber-negara dan ber-bangsa, yang digali dari Nilai-nilai Luhur Bangsa
Indonesia, dan terciptanya harmoni atas perbedaan pandangan ditengah
Keragaman Budaya dan Latar Belakang Pemikiran demi tercapainya Indonesia
Merdeka yang mereka cita-citakan dan perjuangkan bersama. Rumusan hasil
sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945 berupa konsensus sosial inilah yang
kemudian kita kenal dengan Pancasila. Pancasila terlahir sebagai kristalisasi
perjalanan sejarah dan komitmen kebangsaan segenap pemimpin politik pada waktu
itu, dan sekaligus menjadi cita-cita kolektif tentang terselenggaranya tata kehidupan
masyarakat baru yang lebih beradab, adil makmur, dan sejahtera materil maupun
spirituil dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
1
Yanuar Arifin, Revitalisasi Pancasila dan Redefinisi Nasionalisme Keindonesiaan’ Jakarta 2 Juni 2008.
belaka. Proses sebagai nilai penentuan hasil cenderung dibaikan, tak pelak lebih
mudah menerima hal yang instan dan cepat saji. Rakyat dan realitasnya diabaikan
perannya sebagai unsur emansipatoris bersama pemerintah dan negara, untuk
menggunakan Pancasila dalam menilai pembangunan bangsa dan negara. Pada
prinsipnya kedua praktik penyimpangan, adalah praktik korupsi, terutama terhadap
nilai, yang kini telah melahirkan ketidakadilan, diskriminasi, dan cenderung
menggunakan kekerasan daripada berdialog dan bertoleransi karena pluralitas
masyarakat dan budayanya yang hidup dalam satu negara yang berdaulta di era
globalisasi.
2
Palar Batubara, Pancasila Sebagai Ideologi Nasional Dan Sumber Nilai Dalam Praksis Sosial Dan
Kebangsaan, Jakarta 2008
mengenai bagaimana kerjasama ekonomi dapat mempererat integrasi regional.
"ASEAN berada dalam posisi yang unik sebagai ‘regional sub de facto’ bagi
kerjasama dan integrasi ekonomi di kawasan Asia Timur dan pada akhirnya seluruh
Asia,"3. Kuroda menambahkan bahwa penandatanganan Piagam ASEAN menjadi
satu pencapaian yang paling penting dalam proses evolusi ASEAN. Piagam ASEAN
akan mengubah kerangka institusi ASEAN menjadi salah satu yang berbasis pada
peraturan, namun masih pragmatis, dengan kesadaran bahwa pembangunan
ekonomi nasional dan prioritas nasional itu bervariasi di setiap negara.
Apabila mencermati pemikiran Adam Smith yang telah menulis The teory of
Moral Sentiments (1759), di dalam salah satu karyanya, terdapatlah ajaran asli
Bapak Ilmu Ekonomi ini bahwa ekonomi sama sekali tidak lepas dari faktor-faktor
etika. Dalam buku ini Adam Smith mencoba mengembangkan ilmu ekonomi yang
tidak saja bermoral namun juga mendesain aspek kelembagaannya. Dari sinilah
keberadaan Ekonomi Pancasila parallel dengan pemikiran Smith.
3
Kunjungan Mr. Haruhiko Kuroda (Presiden ADB) ke Bappenas. 22/11/2008.
4
Situs Resmi Bank Pembangunan Asia (ADB).
5
Mubyarto & Budiono, 1980, Ekonomi Pancasila, Badan Penerbit FE-UGM, Yogyakarta.
c. Ada kehendak sosial yang kuat kearah egalitarianisme dan
kemerataan sosial.
d. Prioritas utama kebijakan diletakan pada penyususnan perekonomian
nasional yang tangguh.
e. Pengandalan pada sistem desentralisasi dalam pelaksanaan kegiatan-
kegiatan ekonomi, diimbangi dengan perencanaan yang kuat sebagai
pemberi arah bagi perkembangan ekonomi seperti yang dicerminkan dalam
cita-cita koperasi.
3. Penutup
a. Kesimpulan
6
Pidato Presiden SBY dalam memperingati hari kelahiran Pancasila 1 Juni 2006.
yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila tidak hanya
bergerak pada proses konseptualisasi yang semakin mantap, tetapi
juga mempunyai peran dalam kegiatan empirik sebagai visi, orientasi
dan perangkat kritik dalam kehidupan praktis berbangsa dan bernegara
khususnya dalam pembangunan ekonomi nasional.
b. Saran
Implementasi Pancasila tidak hanya sekedar abtraksi teoritis,
tetapi semakin emansipatif berupa tindakan–tindakan praktis termasuk
dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional. Para pemimpin
elit politik yang ada pada supra dan infra struktur politik, memegang
peran strategis untuk mengintegrasikan Pancasila dalam semua
dimensi kehidupan sebagai upaya menjawab berbagai persoalan yang
dihadapi bangsa. Oleh karenanya elit politik harus berani memutar
haluan, kembali pada Pancasila sebagai pedoman dalam perilaku
politik secara nyata dengan mendukung kebijakan-kebijakan di bidang
ekonomi yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila untuk mencapai
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia melalui kegiatan
pembangunan ekonomi nasional.
DAFTAR BACAAN
Muladi Prof, DR, SH, 2006. Menemukan Kembali Hakekat dan Jati Diri Indonesia.
Disampaikan pada Seminar Reinvesi KeIndonesiaan. Bandung.
Rachbini, J. 2001. Mitos dan Implikasi Globalisasi: Catatan untuk Bidang Ekonomi
dan Keuangan
Said Ali, A. 2005. Penyegaran Pemahaman terhadap Pancasila. Harian Umum Sinar
Harapan