You are on page 1of 84

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA'

SALINAN

PERATURANMENTERI KEUANGAN REPUBLIKINDONESIA NOMOR


7/PMK.02/2014

TENTANG TATACARAREVISI ANGGARAN TAHUNANGGARAN2014 DENGAN RAHMAT TUHANYANGMAHAESA MENTERI KEUANGANREPUBLIKINDONESIA, Menimbang bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal : 17 ayat (6), Pasal 27, Pasal 30 ayat (3), Pasal 31 ayat (4), dan Pasal 32 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014 jo. Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 29 Tahun 2013 tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Tahun Anggaran 2014, dan Pasal 15 ayat (5) Peraturan Pernerintah Nomor 90 . Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan Anggaran Kementerian NegarajLembaga, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2014; 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara [Lembaran Negara Republik Indonesia. Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tarnbahari Lernbarari Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 23' Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5462); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4405); 5. Pe.raturan Pernerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan Anggaran Kementerian Negare./Lembaga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5178); 6. Keputusan Presiden Nomor 29 Tahun 2013 tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Tahun Anggaran 2014;

Mengingat

'--

_.

MENTERI KEUANGAN HEPUBLIK INPONESIA

-2-. 7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 94jPMK.02/2013 ten tang Petunjuk Penyusunan Dan Penelaahan .Rencana Kerja Dan ..Anggaran Kementerian Negara/Lembaga sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 194 /PMK.02/20 13; 8. "Peraturan .. Menteri Keuangan Norrior 171/PMK.02/2013 . tentang Petunjuk Penyusunan Dan Pengesahan Daftar Isian ,Pelaksanaan Anggaran; MEMUTUSKAN: Menetapkan PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUNANGGARAN2014. BAB I KETENTUANUMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:


, .

1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yang selanjutnya disingkat APBN' adalah rencana keuangan tahunan '. pemeriritahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan , Rakyat. .'. . 2.' Revisi .Anggaran adalah perubahan 'rmClan' anggaran yang .telah ditetapkan berdasarkan APBN' Tahun Anggaran 2014 'dan disahkan 'dalain Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2014. . ' . 3. ' Kernenterian Negara, yang selanjutnya ad'alah, perangkat Pemerintah yang .tertentu dalam pemerintahan. disebut Kemerrterian membidangi urusan

"

,'a

:4.: Lembaga adalah organisasi non Kementerian dan instansi -lain


pengguna anggaran yang dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara , Republik 'Indonesia Tahun 1945 atau peraturan perundangundanganlainnya. ' 5: Bagian Anggaran Bendahara UmumNegara, yang selanjutnya disingkat BA BUN adalah bagian anggaran yang tidak dikelompokkan dalam Bagian Anggaran Kementerian/ Lembaga (BAK/L). 6. Pernbantu Pengguna Anggaran Bendahara Umum Negara, yang selanjutnya disingkat PPA BUN adalah unit organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan bertanggung jawab atas pengelolaan anggaran yang berasal dari BA BUN.

MENTEHI f(EUANGAN F~EPUBLlI< INDONESIA

-37. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran, yang selanjutnya disingkat DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh Pengguna Anggaran /Kuasa Pengguna Anggaran. 8. Pagu Anggaran adalah alokasi anggaran yang ditetapkan untuk mendanai 'belanja pemerintah pusat dany atau perribiayaan anggaran dalam APBNTahun Anggaran 2014 .
.,

. 9. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian .Negare./Lembaga, yang selanjutnya disingkat RKA-K/L adalah dokumen rencana keuangan tahunan Kementerian/Lembaga yang disusun menurut bagian anggaran Kementeriarr/Lembaga. 10. Satuan Kerja, yang selanjutnya disebut Satker adalah bagian dari suatu unit organisasi pada Kementerian/Lembaga yang . melaksanakan 1 (satu) atau beberapa program/kegiatan dan membebani dana APBN. 11. Daftar Basil Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementeriarr/Lembaga, yang .selanjutnya disingkat DHP RKA-K/L adalah alokasi anggaran yang ditetapkan menurut unit organisasi dan program yang dirinci ke dalam Satker-Satker berdasarkan hasil penelaahan RKA-K/L. 12. Daftar Hasil Penelaahan Rencana Dana Pengeluaran Bendahara Umum Negara, yang selanjutnya disingkat DHP RDP BUN adalah dokumen hasil penelaahan RDP BUN yang memuat alokasi anggaran menurut program dan ditetapkan oleh Direktur Jenderal Anggaran atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Anggaran. 13. Program adalah penjabaran dari kebijakan sesuai dengan visi dan rrnsi Kementerian/Lembaga' yang rumusannya mencerminkan tugas dan fungsi unit eselon I atau unit Kementerian/Lembaga yang berisi kegiatan untuk mencapai Hasil dengan indikator Kinerja yang terukur. 14. Basil (Outcome) adalah kinerja atau sasaran yang. akan dicapai dari suatu pengerahan sumber daya dan anggaran pada suatu program. ' 15. Kegiatan adalah penjabaran dari Program yang rumusannya mencerminkan tugas dan fungsi unit eselon II/ Satuan Kerja atau penugasan tertentu Kementerian/Lembaga yang. berisi komponen kegiatan untuk mencapai Keluaran dengan indikator Kinerja yang terukur. 16. Keluaran adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program serta kebijakan.

MENTEI~I f(EUANGAN REPUBLIK INDONESIA

-4 17. Kegiatan Prioritas Nasional adalah kegiatan yang ditetapkan di dalam Buku I Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2014 yang menjadi tanggung jawab Kementerian/Lembaga yang bersangkutan. 18. Kebijakan Prioritas Pemerintah Yang Telah Ditetapkan adalah Program/Kegiatarr/Keluaran yang ditetapkan oleh Pemerintah setelah Rencana Kerja Pemerintah Tahun. 2014 ditetapkan darr/ atau ditetapkan pada tahun anggaran berjalan. 19. Kegiatan Prioritas Kementerian/Lembaga adalah kegiatankegiatan selain. kegiatan prioritas . nasional darr/ atau Kebijakan Prioritas Pemerintah Yang Telah Ditetapkan. 20. Biaya Operasional adalah anggaran yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan sebuah Satker dalam melaksanakan. tugas dan fungsinya meliputi pembayaran. gaji, tunjangan yang melekat pada gaji, uang makan, dan pembayarari yang terkait dengan belanja pegawai (Komponen 001). dan kebutuhan sehari-hari perkantoran, langganan daya dan jasa, pemeliharaan kantor, dan pembayaran. yang terkait dengan pelaksariaan operasional kantor (Komponen 002), terrnasuk tunjangan profesi guru Zdcsen,. tunjangan kehormatan profesor, Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dan dukungan operasional pertahanan dan keamanan (Komponen 003). 21. Komponen Input, yang selanjutnya disebut Komponen adalah bagian atau tahapan Kegiatan yang dilaksanakan untuk menghasilkan sebuah Keluaran. 22. Hasil Optimalisasi adalah hasil lebih atau sisa dana yang diperoleh setelah pelaksanaan dan/ atau penandatanganan kontrak dari suatu pekerjaan yang .target sasarannya telah dicapai. 23. Sisa Anggaran Swakelola adalah hasil lebih atau sisa dana yang berasal dari pekerjaan swakelola yang tidak mengurangi volume Keluaran yang direncanakan. 24. Penerusan Pinjaman adalah pinjaman luar negeri atau pinjaman dalam negeri yangditerima oleh Pemerintah Pusat yang diteruspinjamkan kepada pemerintah daerah dany atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang harus dibayar kernbali dengan ketentuan dan persyaratan tertentu. 25. Perubahan Anggaran Belanja Yang Bersumber Dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) adalah perubahan pagu PNBPdari target yang direncanakan dalam APBN.

,.fr

MENTERII<EUANGAN REPUBLIK INDONESIA

-5 26. Lanjutan Pinjarnan Proyek/Hibah Luar Negeri (PHLN) atau Pinjaman/Hibah Dalam Negeri (PHDN) adalah penggunaan . kembali sisa alokasi anggaran yang bersumber dari PHLN/PHDN yang tidak terserap, termasuk lanjutan dalam rangka pelaksanaan kegiatan penerusan hibah dan Penerusan Pinjaman. 27".Percepatan Penarikan PHLN/PHDN adalah tambahan alokasi anggaran yang berasal dari sisa pagu PHLN/PHDN untuk memenuhi kebutuhan pendanaan kegiatan dalam rangka percepatan penyelesaian pekerjaan dan/ atau memenuhi kebutuhan anggaran yang belum tersedia pada tahun 2014, termasuk percepatan dalam rangka pelaksanaan kegiatan penerusan hibah dan Penerusan Pinjaman. 28. Perubahan Pricritas Penggunaan Anggaran adalah perubahan atas rincian anggaran dan/ atau volume Keluaran yang telah ditetapkan dalam DIPA karena adanya perubahan prioritas yang ditetapkn oleh Menteri/ Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran. 29. Perubahan Kebijakan Pemerintah adalah perubahan atas kebijakan yang sudah ada dan mengakibatkan perubahan rincian anggaran dan/ atau volume Keluaran yang telah ditetapkan dalam DIPA. 30. Keadaan Kahar adalah kondisiy keadaan yang terjadi di luar kehendak para pihak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya, meliputi bencana alam, bencana non alam, pemogokan, kebakaran, danv atau gangguan industri lainnya sebagaimana ditetapkan melalui Keputusan Menteri/ Pimpinan Lembaga teknis terkait. 31. Subsidi Energi adalah subsidi dalam bentuk subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis tertentu dan bahan bakar gas cair (Liquefied Petroleum Gas/LPG tabung 3 (tiga) kilogram dan Liquefied Gas for Vehicle/LGV), dan subsidi listrik. 32. Sekretaris Jenderal/Sekretaris Utamay Sekretaris /Pejabat Eselon I Kementerian / Lembaga adalah Eselon I selaku . penanggung jawab Program yang memiliki alokasi anggaran (portofolio)pada Bagian Anggaran I~ementerian/Lembaga. 33. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Kementeriarr/ Lembaga, yang selanjutnya disingkat APIP K/L adalah unit pada Kementerian /Lembaga yang mempunyai tugas fungsi rrielaksanakan pemeriksaan atau pengawasan. 34. Surat Berharga Syariah Negara Project Based Sukuk, yang selanjutnya disingkat SBSN PBS adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Pernerintah untuk mendanai sebuah -proyek tertentu yang berbasis syariah.

MENTERI I<EUANGAN REPUBLlf( INDONESIA

-6 35. Inlcracht adalah putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap dan bersifat final. 36. Rumusan Kinerja adalah rumusan yang ditetapkan sebagai acuan dalam pelaksanaan Program dan Kegiatan termasuk sasaran kinerja yang akan dicapai serta indikator sebagai alat ukur pencapaian kinerja meliputi rumusan Program, Hasil (Outcome), Kegiatan, Keluaran (Output), indikator kinerja utama, dan indikator kinerja kegiatan. BAB II RUANGLINGKUPDANBATASAN REVISIANGGARAN Bagian Kesatu Ruang Lingkup Revisi Anggaran Pasal2 (1) Ruang lingkup Revisi Anggaran meliputi perubahan anggaran pada BA K/L dan BA BU!'J"yangterdiri atas: rmcian

a. perubahan rincian anggaran yang disebabkan penambahan atau pengurangan pagu anggaran termasuk pergeseran rincian anggarannya; b. perubahan atau pergeseran rincian anggaran pagu anggaran tetap; dan ' atau c. perubaharr/ ralat karen a kesalahan administrasi. (2) Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan perubahan alokasi anggaran dan ' atau perubahan jenis belanja darr/ atau volume Keluaran pada: a. Kegiatan; b. Satker; c. Program; d. Kementerian/Lembaga; darr/atau e. APBN. Pasa13 Revisi Anggaran sebagaimana dilakukan dalam hal terjadi: b. Instruksi dan /utau c. Kebijakan lainnya. Presiden dimaksud dalam Pasal 2 Juga dalam hal

a. perubahan atas APBNTahun Anggaran 2014;

mengenai

penghematan
Yang Telah

anggaran; Ditetapkan

Prioritas Pemerintah

,.

MENTERII<EUANGAN REPUBLIK INDONESIA

-7 Pasa14 (1) Perubahan rincian anggaran yang disebabkan penambahan atau pengurangan pagu anggaran termasuk pergeseran '.rincian anggarannya sebagaimana dimaksud .dalam Pasal 2 - ayat (1) huruf a sebagai akibat dari adanya hal-hal sebagai . berikut: a. perubahan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP; b. lanjutan pelaksanaan Kegiatan yang dananya bersumber dari PHLNdanjatau PHDN; c. percepatan penarikan PHLNdanj atau PHDN; d. penerimaan Hibah Luar Negeri (HLN)jHibah Dalam Negeri (HDN) .setelah Undang-Undang mengenai APBN Tahun Anggaran 2014 ditetapkan; e. penerimaan hibah langsung dalam bentuk uang; f. penggunaan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP di atas pagu APBNuntuk Satker BLU; g. pengurangan alokasi pinjaman proyek luar negeri; h. perubahan pagu anggaran pembayaran Subsidi Energi;
1.

perubahan pagu anggaran pembayaran bunga utang; Nasional

]. lanjutan pelaksahaan ProgramjKegiatan Pemberdayaan Masyarakat (PNPM); k. lanjutan pelaksanaan Pinjaman;

Kegiatan dalam rangka Penerusan

1. percepatan pelaksanaan Kegiatan dalam rangka Penerusan Pinjaman; m. lanjutan pelaksanaan hibah; Kegiatan dalam rangka penerusan

n. percepatan pelaksanaan Kegiatan dalam rangka penerusan hibah; o. percepatan realisasi pelaksanaan hjhjh bersumber dari SBSN.pBS; proyek yang dananya cicilan Modal pokok Negara

p. perubahan pagu anggaran


utang; q. perubahan . (PMN);
r. perubahan

pembayaran Penyertaan dalam rangka

pagu

anggaran

pagu anggaran

penyesuaian

kurs; s. pengurangan alokasi hibah luar negeri; danj atau t. perubahan pagu anggaran transfer ke daerah ..

MENTERII<EUANGAN I~EPU8L1K INDONESIA

-8(2) Perubahan rincian anggaran sebagaimana dimaksud ayat (1) mengakibatkan perubahan berupa: '. pada

a. penambahan alokasi anggaran pada. Keluaran/ Kegiatan/ Program/ Satker / Kementeriarr/Lembaga./ APBN dan penambahan volume Keluaran; b. penambahan alokasi. anggarari pada Keluararr/Kegiatan/ Program/ Satker / KementerianJ Lembaga/ APBN dan volume Keluaran tetap; atau . c. pengurangan alokasi anggaran pada Keluararr/Kegiatarr/ Program/ Satker /Kemcntcriarr/Lembagay APBN dan volume Keluaran tetap. . Pasal5 (1) Perubahan atau pergeseran rincian anggaran dalam hal pagu anggaran tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai akibat dari adanya hal-hal sebagai berikut: a. Basil Optimalisasi; . b. Sisa Anggaran Swakelola; c. kekurangan Biaya Operasional; d. Perubahan Prioritas Penggunaan Anggaran; e. Perubahan Kebijakan Pemerintah; dan Zatau f. Keadaan Kahar. (2) Perubahan atau pergeseran rincian anggaran dalam hal pagu anggaran tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b dibedakan dalam: a. pagu anggaran tetap 1 (satu) Program; dan pada level Program atau dalam

b. pagu anggaran tetap pada level APBN atau an tar Program. (3) Pagu anggaran tetap pada level. Program atau dalam 1 (satu) Program sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi: a. pergeser~n dalam 1 (satu) Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu) Satker; b. pergeseran antar Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu) . Satker; . c. pergeseran dalam Keluaran yang sarna, Kegiatari yang sarna dan an tar Satker dalam 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan;

~~
/

.'

.1

MENTERIKEUANGAN REPUBLlI< INDONESIA

-9 d. pergeseran dalam Keluaran yang sarna, Kegiatan yang sarna dan antar. Satker dalam wilayah" kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda; : e. pergeseran antar Keluaran, Kegiatan. yang sama dan antar Satker dalam 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan;

f. pergeseran antar Keluaran, Kegiatan yang sarna dart antar


Satker dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Jenderal Perbendaharaan yang berbeda; g. pergeseran an tar Kegiatari dalam 1 (satu) Satker; h. pergeseran antar Kegiatan dan antar Satker dalam 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat .Jerideral Perberidaharaan;
I."

"

"

Direktorat

pergeseran antar Kegiatan dan antar Satker dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat .Jenderal Perbendaharaan yang berbeda;

]. penghapusan Zperubahan catatan dalam halaman IV DIPA; k. penar:nbahan cara penarikan PHLN/PHDN; 1. pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian inkrachi; m. penggunaan dana Output Cadangan; n. penambahan Zperubahan rumusan kinerja; o. perubahan dan Zatau komposisi instrumen pembiayaan utang; anggaran

p. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) subbagian BA BUN.

(4) Pagu anggaran tetap pada "level APBN .atau antar Program sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi: a. pergeseran anggaran dari BA BUN Perigelolaan Lainnya (BA999.08) ke BA K/ L; b. pergeseran antar subbagian Anggaran 999 (BABUN); anggaran dalam Belanja Bagian

~. pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian dany atau d. pergeseran anggaran dari BA K/L ke BA BUN.

inlcracht;

....,."".

.. "

MENTERI I<EUANGAN REPUBLlf< INDONESIA

- 10 (5) Perubahan atau pergeseran rincian anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a sampai ,dengan huruf 1, terdiri atas: -a. pergeseran anggaran dan penambahan volume Keluaran; .. b. pergeseran anggaran dan volume Keluaran tetap; c. pergeseran antarjenis belanja; d. pergeseran anggaran dalam rangka memenuhi kebutuhan biaya operasional; e. pergeseran anggaran dalam rangka memenuhi kebutuhan selisih kurs; f. pergeseran anggaran dalam ' tunggakan tahun yang lalu; rangka Satker penyelesaian BLU yang'

, g. pergeseran rmcian anggaran untuk sumber dananya berasal dari PNBP;

h. pergeseran dalam satu provinsi/kabupaten/kota untuk kegiatan dalam rangka tugas perribantuan dan 'urusa: bersama, atau dalam satu provinsi untuk kegiatan dalam rangka dekonsentrasi; i. pergeseran baru; anggaran dalam rangka pembukaan kantor

). pergeseran anggaran dalam rangkapenyelesaian kegiatankegiatan pembangunan infrastruktur serta rehabilitasi dan rekonstruksi bencana alam tahun 2013; k. ' pergeseran anggaran bencana; dan/atau dalam rangka tanggap darurat

1. pergeseran anggaran dalam rangka percepatan pencapaian Keluaran prioritas nasional darr/ atau prioritas K/L. Pasa16 Perubahan Zralat karen a kesalahan administrasi dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)huruf c meliputi:
,

sebagaimana

a.

ralat kode akun sesuai kaidah akuntansi sepanjang dalam peruntukan dan sasaran yang sama;

b. ralat kode Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) dalam 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat .Jenderal Perbendaharaan; c. ralat .kode KPPN dalam wilayah kerja Kantor Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda; Wilayah ,

d. perubahan nomenklatur sepanjang kode tetap;

bagian anggaran darr/ atau Satker

,,t.

MENTERI I(EUANGAN REPUBLIK INqONESIA

- 11 e. .ralat kode nomor register PHLN jPHDN; f.


g.

ralat kode kewenangan; ralat kodelokasi dan lokasi KPPNdalam 1 (satu) wilayah kerja .Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan;

h.. ralat kode lokasi dalam 'wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat .Jenderal Perbendaharaan yang berbeda dan lokasi KPPN dalam 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat .Jenderal Perbendaharaan;
1. . ralat

kode lokasi dan lokasi KPPNdalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda; ralat kode Satker;

J.

k. ralat cara penarikan PHLNjPHDN;

1. '. ralat pencantuman volume, jenis, dan satuan Keluaran yang


berbeda antara RKA-KjL dan RKP atau hasil kesepakatan DPR-RI dengan Pemerintah; m. ralat rencana penarikan dalam halaman III DIPA; n. dana atau rencana -penerimaan'

ralat pencantuman volume Keluaran dalam DIPA;danj atau

o. perubahan pejabat perbendaharaan. Bagian Kedua Batasan Revisi Anggaran . Pasal7 Revisi Anggaran dapat dilakukan sepanjang tidak mengakibatkan pengurangan alokasi anggaran terhadap: a. kebutuhan Biaya Operasional Satker kecuali untuk memerruhi Biaya Operasional pada Satker lain dan dalam peruntukan yang sarna; . alokasi tunjangan profesi guruj dosen dan tunjangan kehormatan profesor kecuali untuk memenuhi tunjangan profesi guruj dosen dan tunjangan kehormatan profesor pada Satker lain; kebutuhan tahanan memenuhi perawatan lain; pengadaan bahan makanan danj atau perawatan untuk tahananjnarapidana kecuali untuk kebutuhan pengadaan bahan makanan danjatau tahanan untuk tahananjnarapidana pada Satker

b.

c.

d. pembayaran berbagai tunggakan;

MENTEF~IKEUANGAN REPUBLII< INDONESIA

- 12 e. Rupiah Murni Pendamping (RMP)sepanjang paket pekerjaan masih berlanjut (on-going); dany atau. .f. paket pekerjaan yang telah dikontrakkan direalisasikan dananya sehingga menjadi minus .. Pasa18 Revisi Anggaran dilakukan dengan memperhatikan ketentuan mengenai penyusunan dan penelaahan RKA-K/L sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai petunjuk penyusunan dan penelaahan RKA-K/L. Pasal9
(1)

dan/ atau

Revisi Anggaran dapat dilakukan sepanjang tidak mengurangi .'volume Keluaran yang telah ditetapkan dalam DIPA.

(2) Dalam hal terdapat. Perubahari Prioritas Penggunaan Anggaran, Perubahan Kebijakan Pemerintah, atau Keadaan Kahar . yang mengakibatkan volume Keluaran dalam DIPA berkurang, usul perigurangan volume Keluaran diatur dengan ketentuan sebagai berikut: a. dalam hal volume Keluaran yang berkurang merupakan volume Keluaran dari Kegiatan Prioritas Nasional, usul pengurangan volume Keluaran disampaikan kepada Kementerian Perencanaarr/Bapperias sebagai acuan perubahan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga dan RKP 2014; dan Zatau b. dalam hal volume Keluaran yang berkurang merupakan volume Keluaran dari Kegiatan Prioritas Kementerian/Lembaga, usul pengurangan volume Keluaran disampaikan kepada Menteri/Pimpinan Lernbaga selaku Pengguna Angg~ran. (3) Sekretaris .Jerideral/Bekretaris Utamay Sekretaris /Pejabat Eselon I Kementeriany Lembaga mengajukan usul Revisi Anggaran kepada Direktur Jenderal Anggaran berdasarkan persetujuan dari Kementerian Perencanaan/ Bappenas dan/ atau Menterr/Pimpinan Lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (2). Pasal 10
(1)

Pergeseran anggaran an tar Kegiatan dapat dilakukan sepanjang tidak mengurangi volume Keluaran yang telah dietapkan dalam DIPA dan digunakan untuk hal-hal yang bersifat prioritas, mendesak, kedaruratan, atau yang tidak dapat ditunda.

~A/ ,I

MENTERIKEUANGAN REPUBLlI( INQONESIA

- 13 -

(2) Hal-hal yang bersifat prioritas, mendesak, kedaruratan, atau yang tidak dapat ditunda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kegiatan-kegiatan Kemeriterian /Lembaga yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja Kementerian/Lembaga .dan/ atau kebijakan pemerintah yang ditetapkan dalam Tahun Anggaran 2014. (3) Pergeseran anggaran an tar Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus 'dilengkapi Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Anggaran dan surat persetujuan dari pejabat Eselon I sebagai penanggung jawab Program. (4) Format surat persetujuan dari pejabat Eselon I sebagai penanggung jawab Program sebagaimana dimaksud pada ayat (S) tercantum dalam. Lampiran I yang merupakan bagian tidak ..terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Bagian Ketiga Perubahan .Rincian Anggaran Yang Disebabkan Penambahan Atau Pengurangan Pagu Anggaran Termasuk Pergeseran Rincian Anggarannya Pasal 11 (1) Perubahan anggaran belanja yang bersumber dari . PNBP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a merupakan tambahan alokasi anggaran yang dapat digunakan oleh Kementeriarr/Lembaga . . (2) Perubahan anggaran belanja yang bersumber dari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai akibat: a. kelebihan realisasi atas target yang direricanakan APBNatau APBNPerubahan; PNBP dalam

b. adanya PNBP yang berasal dari kcntrakykerjasamay nota . kesepahaman atau dokumen yang dipersamakan; c. adanya satuan kerja PNBPbaru; d. diterbitkannya Keputusan Menteri Keuangan tentang persetujuan penggunaan sebagian dana PNBP; dan/atau e. adanya pencabutan status pada suatu satuan kerja, Pasa112 (1) Perubahan rincian anggaran yang disebabkan adanya lanjutan pelaksanaan Kegiatan yang dananya bersumber dari . PHLN darr/atau PHDN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b bersifat menambah pagu anggaran belanja Tahun Anggaran 2014. pengelolaan keuangan BLU

MENTEI~I I<EUAI'JGAN REPUBLIl( INDONESIA

.'

- 14 (2) Perubahan rincian anggaran y~ng disebabkan adanya lanjutan sebagaimana dimaksud pada -ayat (1) dapat dilakukan sepanjang PHLNjPHDN belum closing date. (3) . Lanjutan pelaksanaan Kegiatan yang dananya bersumber dari PHLN danjatau PHDN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak termasuk pinjarnan proyek baru yang belum dialokasikan dalam. AFBN Tahun Anggaran 2014 serta pinjaman luar negerijpinjaman dalam negeri yang bukan merupakan kelanjutan dari proyek tahun jamak. Pasa113 (1) Perubahan rincian anggaran yang disebabkan adanya Percepatan Penarikan PHLN danj atau PHDN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c merupakan , optimalisasi pemanfaatan dana yang bersumber dari PHLN danj atau PHDN dan bersifat menambah pagu anggaran belanja Tahun Anggaran 2014. .'
.

(2) Percepatan Penarikan PHLN danj atau PHDN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak termasuk pinjaman proyek baru yang belum dialokasikan dalam APBN'I'ahun Anggaran 2014 .
.

Pasal 14 (1) Perubahan rmcian anggaran yang disebabkan adanya penenmaan HLNjHDN setelah Undang-Undang inengenai APBN Tahun Anggaran 2014 ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf d merupakan HLNjHDN yang diterima oleh Pemerintah c.q. Kementerian Keuangan dan dilaksariakan oleh KementerianjLembaga dan bersifat menambah pagu anggaran belanja Tahun Anggaran 2014. (2) Penerimaan HLNjHDN setelah Undang-Undang mengenai .APBN Tahun Anggaran 2014 ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) rincian peruntukannya dituangkan dalam dokumen RKA-KjL dan diajukan oleh Kernenterian j Lembaga. (3) Penerimaan HLNjHDN setelah Undang-Undang mengenai APBN Tahun Anggaran 2014 ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk HLNjHDN yang diterushibahkan dan pinjaman yang diterushibahkan .
.... .

./

,1

MENTERII<EUANGAN REPUBLlI< INDONESIA

- 15 Pasal 15 (1) Perubahan rincian anggaran yang disebabkan adanya penerimaan hibah langsung dalam ben tuk uang se bagaimana .dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) .huruf e merupakan _. HLN/HDN dalam bentuk uang yang diterima setelah ,Undang-Undang mengenai APBN Tahun Anggaran 2014 ditetapkan dan dilaksanakan secara langsung oleh Kementerian/Lembaga dan bersifat menambah pagu anggaran belanja Tahun Anggaran 2014. (2) Tata cara pencatatan dan pelaporan untuk penerimaan hibah langsung dalarn bentuk uang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan sesuai ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai mekanisme pengelolaan hibah. Pasal 16 (1) Perubahan rmcian anggaran yang' disebabkan adanya penggunaan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP, di atas pagu APBNuntuk Satker BLU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf f merupakan tambahan alokasi anggaran yang dapat digunakan oleh Satker BLU dan bersifat meriambah pagu anggaran belanja Tahun Anggaran 2014. (2) Tambahan alokasi anggaran yang dapat digunakan oleh Satker BLU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari: a.' realisasi danj'atau PNBP di atas target yang ,direncanakan;

b. penggunaan saldo BLU dari tahun sebelumnya. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara Revisi Anggaran untuk penggunaan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP di atas pagu APBN untuk Satker BLU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan. Pasal 17 (1) Perubahan rincian anggaran yang disebabkan adanya pengurangan alokasi pinjaman proyek luar negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g bersifat mengurangi pagu anggaran belanja Tahun Anggaran 2014. (2) Pengurangan alokasi pmjaman proyek luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam hal:

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

a.

- 16 paket Kegiatan Zproyek yang didanai dari pinjaman luar negeri telah selesai dilaksanakan, target kinerjanya telah tercapai dan sisa alokasi anggarannya tidak diperlukan lagi;
(cost table)

b. terjadi perubahan penjadwalan pembiayaan yang disetujui oleh pernberi pinjaman; c. d.

adanya pembatalan alokasi pinjaman luar negeri; atau sudah dibebankan pada DIPAtahun sebelumnya.

(3) Pengurangan alokasi pinjamari . proyek luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, huruf c, dan huruf d dapat mengakibatkan berkurangnya volume Keluaran dalam DIPA. (4) Dana Rupiah Murni Pendamping (RMP) yang telah dialokasikan untuk paket Kegiatan Zproyek sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat digunakan/ direalokasi untuk mendanai Rupiah Murni Pendamping (RMP) pada paket Kegiatan/proyek yang lain atau diubah menjadi Rupiah Murni untuk mendanai kegiatan prioritas lain dan menambah volume Keluaran. Pasal 18 (1) Perubahan rincian anggaran yang disebabkan adanya perubahan, pagu anggaran perribayaran Subsidi Energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf h merupakan tambahan alokasi anggaran yang diberikan untuk memenuhi pembayaran Subsidi Energi dan bersifat menambah pagu anggaran belanja Tahun Anggaran 2014. (2) Tambahan alokasi anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan DPR RI dan disesuaikan dengan kemampuan keuangan negara. (3) Tambahan alokasi anggaran yang diberikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan ketentuan sebagai berikut: a. merupakan selisih antara alokasi yang telah ditetapkan dalam APBN dengan hasil perhitungan sesuai perubahan parameter; b. diberikan setelah Keuangan; dan mendapat persetujuan Menteri

c. tata cara pembayaran subsidi dilakaanakan sesuai ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai tata cara pembayaran subsidi di 'bidang energi.

MENTERI I(EUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 17 Pasal19 Perubahan rincian anggaran yang disebabkan perubahan pagu ...anggaran pembayaran bunga utang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf i merupakan tambahan alokasi anggaran dalam rangka pembayaran bunga utang karena adanya tambahan kewajiban, perubahan kurs termasuk pemenuhan kewajiban yang tirnbul dB!i transaksi lindung nilai. Pasa120 (1) Perubahan rmcian anggaran yang disebabkan adanya lanjutan pelaksanaan Program/ Kegiatan Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf j bersifat menambah pagu . anggaran belanja Tahun Anggaran 2014. (2) Lanjutan Program/Kegiatan Nasional Masyarakat (PNPM) sebagaimana dimaksud terdiri atas: a. PNPMMandiri Perdesaan; b. PNPMMandiri Perkotaan; c. Program Pembangunan . dan . . d. Pengembangan (PISEW). Infrastruktur Sosial Perdesaan Ekonomi (PPIP); Wilayah Pemberdayaan pada ayat (1).

Infrastruktur

lanjutan ProgramyKegiatan : Nasional (3) Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) sebagaimana dirnaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan sampai dengan akhir April 2014. (4) Pengajuan usulan lanjutan Program /Kegiatan Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM).sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disam paikan kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat .J enderal Perbendaharaan dalam bentuk Revisi Anggaran paling lambat tanggal 31 Januari 2014. (5) Pengajuan usulan Revisi Anggaran untuk perubahan rincian anggaran yang disebabkan adanya lanjutan pelaksanaan Program/ Kegiatan Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: a .. Kuasa Pengguna Anggaran Satker melakukan rekonsiliasi sisa dana PNPM dengan KPPN yang dituangkan dalam Berita Acara Rekonsiliasi paling lamb at tanggal 15 Januari 2014;

~r
/"

.'"

MENTERI I<EUANGAN REPUBLlf( INDONESIA

- 18 .b. KPPN menyampaikan Berita Acara Rekonsiliasi kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbedalraraan paling lambat tanggal 22 Januari 2014; dan . c. berdasarkan Berita Acara Rekonsiliasi,. KPA mengajukan usul Revisi Anggaran kepada Kantor Wilayah Direktorat .Jenderal Perbedaharaan paling lambat tanggal 31 Januari 2014:. Pasa121 (1) Perubahan rincian anggaran yang disebabkan adanya lanjutan pelaksanaan Kegiatan Penerusan Pinjaman yang dananya bersumber dari PHLNdan.' atau PHDN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k bersifat menambah pagu anggaran pembiayaan Tahun Anggaran 2014. (2)"Perubahan rincian anggaran yang disebabkan adanya lanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan sepanjang PHLN/PHDNbelum closing date. (3) Lanjutan pelaksanaan Kegiatan yang dananya bersumber dari PHLN'dan Zatau PHDN sebagaimana .dirnakaud pada ayat (1) tidak termasuk pmjaman proyek baru yang belum dialokaeikan dalam APBN Tahun Anggaran 2014 serta pinjaman 'luar negeri Zpinjaman dalam negeri yang bukan merupakan kelanjutan dari proyek tahun jamak. (4) Pengajuan usulan lanjutan Kegiatan Penerusan Pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur .Jenderal Anggaran dalam bentuk Revisi Anggaran paling lambat tanggal 31 Januari 2014. (5) Pengajuan usulan Revisi Anggaran untuk perubahan rincian anggaran yang disebabkan adanya lanjutan pelaksanaan Kegiatan Penerusan Pinjaman yang' dananya bersumber dari PHLN danl atau PHDN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Kuasa Pengguna Anggaran Penerusan Pinjaman membuat Daftar 'Rincian Kegiatan dan Realisasi Anggaran berdasarkan data realisasi per tanggal 10 Januari 2014 dan menyarnpaikan kepada KPPNpaling lambat tanggal 15 Januari 2014 untuk dicocokkan dengan data realisasi pada KPPN; b.' berdasarkan hasil pencocokan, KPPN menandatangani Daftar Rincian Kegiatan dan Realisasi Anggaran dan disampaikan kepada PPA BUN Penerusan Pinjaman dan Direktorat .Jenderal Anggaran paling lambat tanggal 22 Januari 2014; dan

~~

./

."

MENTERI KEUANGAN REPUBLII< II\jDONESIA

- 19 .c. berdasarkan Daftar Rincian Kegiatan dan Realisasi Anggaran yang telah ditandatangani oleh XPPN, PPA BUN mengajukan usul Revisi Anggaran kepada Direktur Jenderal Anggaran paling lamb at tanggal 31 Jarruari 2014. Pasa122 (1) Perubahan rincian anggaran yang disebabkan adanya percepatan pelaksanaan Kegiatan dalam rangka Penerusan Pinjaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf 1merupakan optimalisasi pemanfaatan dana Penerusan Pinjaman dari PHLNdan Zatau PHDN dan bersifat menambah pagu anggaran pembiayaan Tahun Anggaran 2014. (2) Percepatan pelaksanaan Kegiatan dalam rangka Penerusan Pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak . termasuk Penerusan Pinjaman yang belum dialokasikan dalam APBNTahun Anggaran 2014. Pasal23 (1) Perubahan rincian anggaran yang disebabkan adanya lanjutan pelaksanaan Kegiatan penerusan hibah yang dananya bersumber dari PHLN dany atau PHDN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf m bersifat menambah pagu anggaran belanja hibah Tahun Anggaran 2014. (2) Perubahan rmcian anggaran yang disebabkan adanya lanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan sepanjang PHLN/PHDNbelum closing date. (3) Lanjutan pelaksanaan Kegiatan penerusan hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak termasuk PHLN . danj' atau PHDN yang bukan merupakan .kelanjutan dari proyek tahunjamak. Pasal24 (1) Perubahan rincian anggaran yang disebabkan adanya percepatan pelaksanaan Kegiatan dalam rangka penerusan hibah .sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf n merupakan optimalisasi pemanfaatan dana penerusan hibah dari PHLN'dan/ atau PHDN dan bersifat menambah pagu anggaran belanja hibah Tahun Anggaran 2014, (2) Percepatan pelaksanaan Kegiatan dalam rangka penerusan hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (I) tidak termasuk pinjarnan yang diterushibahkan yang belum dialokasikan . dalarn APBNTahun Anggaran 2014.

MENTERIKEUANGAN I~EPUBLIK It'-lOONESIA

- 20Pasa125 . (1) Perubahan rmcian anggaran yang disebabkan adanya percepatan -realisasi pelaksanaan proyek. yang dananya ..bersumber dari SBSN PBS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 .ayat (1) huruf 0 rnerupakan tambah an pagu SBSN PBS Tahun Anggaran 2014. (2) Percepatan realisasi pelaksanaan. proyek yang darianya bersumber dari SBSN PBS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat menambah pagu pembiayaan anggaran dalam APBNTahun Anggaran 2014. (3) Pengajuan usulan Revisi Anggaran untuk perubahan rincian anggaran yang disebabkan .adanya percepatan realisasi pelaksanaan proyek yang dananya bersumber dari SBSN PBS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Kementerian/Lembaga c.q unit cselon I mengajukan usulan percepatan realisasi pelaksanaan proyek yang. dananya bersumber dari SBSN PBS kepada Menteri Keuangan c.q Direktur Jenderal Pengelolaan Utang; b. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang melakukan penilaian atas usul percepatari realisasi pelaksanaan proyek yang dananya bersumber dari SBSN PBS derigan mernperhatikan kinerja proyek dan total defisit yang dituangkan dalam persetujuan; dan c. berdasarkan persetujuan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang, unit eselon I mengajukan usul RevisiAnggaran kepada Direktur Jenderal Anggaran. Pasal26 Perubahan rincian anggaran yang disebabkan perubahan pagu anggaran pembayaran cicilan pokok utang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf p merupakan tambahan alokasi anggaran dalam rangka pembayaran cicilan pokok utang karena adanya tambahan kewajiban, perubahan kurs termasuk pemenuhan kewajiban yang timbul dari transaksi Iindung nilai. Pasa127 Perubahan pagu anggaran Penyertaan Modal Negara (PMN) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf q merupakan tambahan alokasi anggaran dalam rangka Penyertaan Modal Negara (PMN)sebagai akibat selisih kurs.

~Ir
I'
b.

.:'

.J

MENTERIKEUANGAN REPUBLII< INDONESIA

- 21 Pasa128
(1) Perubahan

pagu anggaran dalam rangka penyesuaian kurs sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat : (1) huruf r '.merupakan penyesuaian besaran nilai rupiah dalam DIPA " terhadap . Kegiatan yang sumber dananya berasal dari , "pinjaman luar negeri dan tata cara penarikannya dilakukan secara direct paumeni atau Letter of Credit (L/ C),. ,

(2) Penyesuaian besaran nilai rupiah dalam DIPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan nilai valas yang sarna dan nilai kurs mengikuti tarif kurs yang digunakan saat transaksi dan dituangkan dalam withdrawal application (W A). Pasal29 (1): Perubahan rmcian anggaran yang pengurangan alokasi hibah luar dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf pagu anggaran belanja Tahun Anggaran dise babkan adanya negeri sebagaimana s bersifat mengurangi 2014. sebagaimana

(2) Pengurangan alokasi hibah luar negeri .dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam hal:

a. paket Kegiatanyproyek yang didanai dari hibah luar negeri telah selesai dilaksanakan, target kinerjanya telah tercapai , dan sisa alokasi anggaranriya tidak diperlukan lagi; atau b. adanya pembatalan pemberian hibah luar negeri; (3) Pengurangan alokasi hibah luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, dapat inengakibatkan berkurangnya volume Keluaran dalam DIPA. , (4) Dana Rupiah Murni Pendamping (RMP) yang telah dialokasikan untuk paket Kegiatan Zproyek sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat digunakan/ direalokasi untuk rnendanai Rupiah Murni' Pendamping (RMP) pada paket Kegiatan /proyek yang lain atau diubah menjadi Rupiah Murni untuk mendanai kegiatan prioritas lain dan menambah volume Keluaran . .Pasa130 (1) Perubahan pagu anggaran transfer ke daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf t merupakan tambahan Zpengurangan pagu anggaran transfer ke daerah antara lain dana bagi hasil yang didistribusikan kepada masing-masing daerah provinsi/kabupaten/kota sesuai realisasi penerimaan dana, bagi hasil pada Tahun Anggaran 2014.

-------------------------------------------

MENTERI '<EUANGAN REPUBLIK INPONESIA

- 22 (2) .Tata cara Revisi Anggaran untuk perubahan pagu anggaran .transfer ke daerah .sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai pelaksanaari dan pertanggungj awaban .anggaran transfer ke daerah. . Bagian Keempat Perubahan atau Pergeseran Rincian Anggaran Dalam Hal Pagu Anggaran Tetap Pasal31 (1) Perubahan karena .penghapusanjperubahan catatan dalam halaman IV OIPA sebagairnana .dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf j merupakan penghapusany perubahan sebagian atau seluruh catatan dalam halaman IV DIPA pada alokasi yang ditetapkan untuk mendanai suatu Kegiatan. (2) Penghapusanjperubahan catatan dalam halaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. IV OIPA

penghapusanjperubahan catatan dalarn halaman IV DIPA karena masih memerlukan persetujuan OPR RI;

b. penghapusanjperubahan catatan dalam halaman IV OIPA karena harus dilengkapi dasar hukum pengalokasiannya danj atau dokumen terkait; c. penghapusanjperubahan catatan dalam halaman IV DIPA karena masih harus dilengkapi loan agreement atau nomor register; .

d. penghapusanj perubahan catatan dalam halaman IV DIPA karena masih harus didistribusikan ke masing-masing satker; e. penghapusanjperubahan catatan dalam halaman IV DIPA karena masih mernerlukan . penelaahan danj atau persetujuan Kementerian Perencanaan zBappenas: f. penghapusanj perubahan catatan dalam halaman IV DIPA karen a masih memerlukan reviu Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan; danj atau

g. penghapusanj perubahan catatan dalam halaman IV DIPA yang dicantumkan oleh APIP Kj L karena masih harus dilengkapi dokumen pendukung .
.(3) Penghapusanjperubahan

catatan dalam halaman IV DIPA sebagaimana dimaksud pacla ayat (1) clapat dilakukan setelah persyaratan clipenuhi dengan lengkap.

--u

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 23 (4) .Dalam hal persetujuan DPR RI sebagairnana dimaksud pada ayat (2) huruf a .isinya berbeda dengan : rincian yang dituangkan dalam RKA-K/L dan DIPA, penghapusan Zperubahan catatan dalam halaman IV DIPA .dapat dilakukan setelah dilakukan penelaahan antara _. Kernenterian I Lembaga, Kernenterian Perencanaan I Bappenas, ... dan Kementerian Keuangan. (5) Tata cara penelaahan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan sesuai ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan rnengenai petunjuk penyusunan dan penelahaan
RKA-K/L.

Pasa132 (1) Dalam hal pelaksanaan Kegiatan/Keluaran yang dananya bersumber .dari PHLN/PHDN yang membutuhkan penarnbahan cara penarikan PHLN jPHDN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf k, Kuasa Pengguna Anggaran mengajukan usul Revisi Anggaran berupa. penambahan cara penarikan PHLNkepada unit eselon 1. (2) Usul penambahan dimaksud pada KPPNPembayarnya. cara ayat penarikan PHLN sebagaimana (1) termasuk penarnbahan

(3) Berdasarkan usulan Revisi .Anggaran sebagairnana dimaksud . pada ayat (1), unit eselon I menyampaikan usul Revisi Anggaran kepada Direktur Jenderal Anggaran. Pasa133
, . Pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian inkracht sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 5 ayat (3) huruf 1 merupakan kewajiban pengeluaran yang timbul sehubungan dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

(1)

.(2)

Pergeseran anggaran dalarn rangka penyelesaian inkrachi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tanggung jawab Kementerian/Lembaga. anggaran dalam rangka penyelesaian irikrachi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan antarjenis belanja dan / atau antarjenis Kegiatan dalam 1 (satu) program dan/ atau antarprogram dalam 1 (satu) Kementeriarr/Lembaga.

(3) . Pergeseran

MEI\jTH~1 I<EUANGAN REPUBLlf< INDONESIA

- 24 Pasa134

(1)

Penggunaan dana output cadangan .sebagaimana dimaksud dalarri. Pasal 5 ayat (3) huruf m merupakan pemanfaatan . kembali alokasi anggaran yang telah dialokasikan dalam RKA-KjLdan belum jelas peruntukannya. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukah dengan ketentuan sebagai berikut: a. mendanai kebutuhan Biaya Operasional Satker; b. mendanai prioritas sebelumnya; nasional yang belum dialokasikan

(2). Penggunaan dana output cadangan

c. menambah volume output prioritas nasional; d. percepatan pencapaian output prioritas nasional danj atau prioritas Kementerianj Lembaga; e. mendanai kegiatan yg bersifat mendesak, atau yang tidak dapat ditunda; dan/atau kedaruratan

f. I?endanai kebutuhan prioritas Kementeriarr/Lembaga. (3) Pergeseran anggaran dalam rangka penggunaan output cadangan . dapat dilakukan dalam Kegiatan yang sarna danj atau antar Kegiatan dalam satu Program. Pasal 35 (1) Penambahanjperubahan Rumusan Kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5. ayat (3) huruf n dapat dilakukan dalam rangka rneriingkatkan kinerja Kernenterian j Lembaga darr/ atau menindaklanjuti adanya perubahan tugas fungsi. (2) Penambahanjperubahan Rumusan dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:. a. penambahanjperubahan b. penambahanjperubahan Keluaran. Kinerja sebagaimana

rumusan Keluaran; danjatau rumusan selain rumusan

(3) Penambahanjperubahan rumusan Keluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dapat dilakukan: . a. sebagai akibat adanya penyempurnaan nomenklatur, perubahan .tugas fungsi unit adanya tambahan penugasan;. rumusan danj atau

b.

sepanjang tidak mengubah pagu anggaran dan tidak mengurangi volume Keluaran Kegiatan Prioritas Nasional danj atau Kebijakan Prioritas Pemerintah Yang Telah Ditetapkan; dan .

MENTERI I<EUANGAN REPUBUI< INQONESIA

- 25 c. sepanjang penambaharr/ perubahan rumusan Keluaran .belum tersedia dalam database RKA-K/L/DIPA2014. rumusan Keluaran (3), diatur dengan

,(4) Tata cara, penambahan rperubahan , sebagaimana ' dimaksud pada ayat _ 'ketentuan sebagai berikut:

, . a. ,u$ulan penambahanyperubahan rumusan Keluaran diajukan oleh, Sekretaris .Jenderal/Bekretaris Utarna / Sekretaris./ Pejabat Eselon I Kementerian /Lembaga kepada Direktur Jenderal Anggaran; b' hasil penambahan Zperubahan digunakan sebagai dasar untuk database RKA-K/L/DIPA;dan rumusan melakukan Keluaran perubahan

c. perubahan database RKA-K/L/DIPA menjadi dasar pengajuan revisi RKA-K/L dan revisi DIPA kepada Direktur Jenderal Anggaran. (5) Penambahan Zperubahan rumusan selain rumusan sebagaimana dimaksud pada ayat : (2) huruf ,dilakukan: Keluaran b dapat

a. sebagai akibat adanya reorganisasi atau penyempurnaan perumusan nomenklatur antara lain, nomenklatur program, indikator kinerja program, kegiatan, indikator kinerja kegiatan, fungsi, perubahan tugas fungsi unit dan/ atau adanya tambahan penugasan; dan b. sepanjang tidak mengubah pagu anggaran dan tidak mengurangi volume Keluaran Kegiatan Prioritas Nasional dan Zatau Kebijakan Prioritas Pemerintah Yang Telah Ditetapkan. (6) Tata cara penambahanyperubahan rumusan selain rumusan Keluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dengan ketentuan sebagai berikut: a. usulan penambahan Zperubahan rumusan selain rumusan Keluaran diajukan oleh Sekretaris Jenderal/Sekretaris Utamay Sekretaris /Pejabat Eselon I Kernenteriarr/Lernbaga kepada Direktur Jenderal Anggaran dan Deputi Pendanaan Pembangunan Bappenas; b. penarribahan/perubahan rumusan selain rumusan Keluaran dapat ditetapkan sepanjang telah disepakati dalam pertemuan tiga pihak an tara Kementerian ,Perencanaan/Bappenas, Kementerian Keuangan, dan Kementerian/ Lembaga yang bersangkutan; c. hasil penambaharr/perubahan rumusan selain rumusan Keluaran digunakan sebagai dasar untuk melakukan perubahan database RKA-KL/DIPA; dan

~rr-

...

"

MENTER1KEUANGAN REPU8L11< INDONESIA

- 26 dasar d. perubahan database RKA-KL/DIPA menjadi pengajuan revisi RKA-KjL dan revisi -DIPA kepada Direktur .Jenderal Anggaran. Pasa136 _(1) Perubahan komposisi instrumen pembiayaan utang -sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf 0 dapat dilakukan dalam rangka efisiensi pendanaan danj atau percepatan pencapaian kinerja sebuah Kegiatan. Perubahan komposisi instrumen pembiayaan utang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dalam hal: a. sumber dana yang direncanakan sulit untuk dipenuhi; , b. terdapat sumber dana lain yang biayanya lebih murah; c. Kegiatan yang harus segera dilaksanakan; danj atau d. adanya perubahan kebijakan Pemerintah. (3) Tata cara perubahan komposisi instrumen pembiayaan utang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan ketentuan sebagai berikut: a. usulan perubahan komposisi instrumen pembiayaan utang diajukan oleh Sekretaris JenderaljSekretaris Utama/Bekretaria/Pejabat Eselon I Kementeriarr/Lembaga kepada Menteri Keuangan .c.q Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kernenterian Keuangan; dan b. berdasarkan persetujuan perubahan komposisi instrumen pembiayaan utang dari Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan menjadi dasar pengajuan revisi RKA-KjL dan revisi DIPA kepada Direktur Jenderal Anggaran. Pasa137
(1)

(2)

Pergeseran anggaran dalam 1 (satu] subbagian anggaran BA BUN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf p dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan kinerja PPA BUN darr/ atau memenuhi kewajiban Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal. Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) subbagian anggaran BA BUN sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi: a. pergeseran anggaran dalam pengelolaan utang; b. pergeseran anggaran dalam pengelolaan hibah; c. pergeseran Pinjaman; anggaran dalam pengelolaan Penerusan

(2)

w--JIL'
/-"

MENTERI KEUAI\lGAN REPUBLIK INDONESIA

- 27 -

d. pergeseran pemerintah; e. pergeseran daerah;

anggaran anggaran

dalam dalam

pengelolaan pengelolaan

investasi transfer ke

f. pergeserananggaran

dalam pengelolaan subsidi,

-g. pergeseran anggaran dalam pengelolaan belanja lainnya;

dan/ atau
h. pergeseran anggaran dalam pengelolaan transaksi khusus. (3) Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) subbagian anggaran ~A BUN sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukan sepanjang tidak mengurangi volume keluaran dalam DIPA. Pasa138 (1) Pergeseran anggaran dari BA BUN- Pengelolaan Belanja Lainnya (BA999.08) ke BA KjL sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 5 ayat -(4) huruf a bersifat insidentil dan- menambah pagu anggaran belanja Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2014 narriun tidak menjadi dasar perhiturigan untuk penetapan _ alokasi anggaran tahun berikutnya. (2) Tata cara Revisi Anggaran untuk pergeseran.anggaran belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai tata cara pergeseran anggaran belanja dari. bagian anggaran bend ahara umum negara pengelolaan belanja lainnya (BA 999.08) ke bagian anggaran kementerian

negara/Iembaga.
Pasa139 (1) Pergeseran antar subbagian anggaran dalam Bagian Anggaran 999 -(BABUN) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (4) huruf b merupakan pergeseran anggaran yang dilakukan dalam rangka memenuhi kewajiban Pemerintah selaku pengelola fiskal. (2) Pergeseran 'sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pergeseran an tar BA BUN Pengelolaan Utang Pemerintah (BA 999.01), BA BUN Pengelolaan Hibah (BA 999.02), BA BUN Pengelolaan Investasi Pemerintah (BA 999.03), BA BUN Pengelolaan Penerusan Pinjaman (BA 999.04), BA BUN Pengelolaan Transfer ke Daerah (BA 999.05), BA BUN Pengelolaan Belanja Subsidi (BA 999.07), 'SA BUN Pengelolaan Belanja Lainnya (BA 999.08), dan BA BUN Pengelolaan Transaksi Khusus (BA999.99).

MENTERIKEUANGAN REPUBLH< INDONESIA

- 28 -

Pasal40 (1) Pergeseran anggaran dari BA K/L ke BA BUN sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 5 ayat (4) huruf d dapat dilakukan .karena adanya kebijakan Pemerintah atau direktif Presiden .. (2( Pergeseran anggaran dari BA K/L ke BA BUN sebagaimana dirnaksud pada ayat .(1) antara lain pergeseran anggaran untuk pelaksanaan -kegiatan dalarri rangka dekonsentrasi atau tugas pernbantuan rnenjadi dana alokasi khusus. Pasal41 (1) Pergeseran anggaran dan penambahan volume Keluaran sebagairnana dirnaksud dalarn Pasal 5 ayat (5) huruf a dapat dilakukan sepanjang tidak rnengurangi volume . Keluaran dalam DIPA termasuk dalam rangka addendum kontrak sampai dengan 10% (sepuluh persen) dari nilai kontrak. . (2) Pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)' dapat dipenuhi melalui pergeseran: . a. dalam 1 (satu) Keluaran, 1 [satu] Satker; Kegiatan dan 1 (satu)

b. antar Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu) Satker; c. dalam Keluaran yang sarna, Kegiatan yang sama dan antar Satker dalam 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat J enderal Perberidaharaan; d .. dalam Keluaran yang sama, Kegiatan yang sama dan antar Satker dalarn wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda; e. antar Keluaran, Kegiatan yang sarna dan antar Satker dalam 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
f.

antar Keluaran, Kegiatan yang sarna dan antar Satker dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda. .

g. antar Kegiatan dalarn J (satu) Satker; h. antar Kegiatan dan antar Satker dalarn 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan; atau
1.

antar Kegiatan dan antar Satker dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda.

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 29 Pasal42

(1)

Pergeseran anggaran dan volume Keluaran tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (5) huruf b dapat dilakukan . sepanjang tidak mengurangi volume Keluaran dalam DIPA.

(2)'" Pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) \dapat dipenuhi melaluipergeseran: a. dalam 1 (satu) Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu)

Satker;
b. antar Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu) Satker; c. dalam Keluaran yang sarna, Kegiatan yang sarna dan antar Satker dalarn 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan; : d. dalarn Keluaran yang sarna, Kegiatan yang sarna dan antar Satker dalarn wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat J enderal Perbendaharaan yang berbeda; e. antar Keluaran, Kegiatan yarig sarna dan an tar Satker dalarn 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan; f. antar Keluaran, Kegiatan yang sarna dan antar Satker dalarn wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda.

g. antar Kegiatan dalam 1 (satu) Satker; h. antar Kegiatan dan antar Satker' dalarn 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat .Jenderal Perbendaharaan; atau
1.

antar Kegiatan dan antar Satker dalarn wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda. Pasa143

(1)

Pergeseran antar jenis belanja sebagairnana dirnaksud dalarn Pasal 5 ayat (5)"huruf c dapat dilakukan sepanjang tidak rnengurangi volume Keluaran dalam DIPA. .

(2) Pergeseran anggaran sebagaimana dirnaksud pada ayat (1) dapat dipenuhi rnelalui pergeseran: a. dalarn 1 (satu) Keluaran, 1 (sa.:tu)Kegiatan dan 1 (satu) . Satker; . b. antar Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu) Satker; c. dalam Keluaran yang sarna, Kegiatan yang sarna dan antar Satker dalarn 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
~
/'

.:" e-:

MENTERI I<EUANGAN RH)UBLlI< INDONESIA

- 30 -

d. dalam Keluaran yang sarna, Kegiatan yang sarna dan antar Satker dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat J enderal Perbendaharaan yang berbeda; . e. antar -Keluaran, Kegiatan yang sarna dan an tar Satker dalam 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat .Jenderal Perbendaharaan; atau antar Keluaran,' Kegiatan yang sarna dan antar Satker dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat .Jenderal Perbendaharaan yang berbeda. Pasa144 (1) Pergeseran anggaran dalam rangka memenuhi kebutuhan Biaya Operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (5) huruf d dapat dilakukan sepanjang tidak mengurangi volume Keluaran dalam DIPA. (2) Pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dipenuhi melalui pergeseran: a. dalam'l Satker; (satu) Keluaran,1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu)

f.

b. antar Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu) Satker; c. antar Keluaran, Kegiatan yang sarna dan an tar Satker dalarn 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat J enderal Perbendaharaan; d. antar Keluaran, Kegiatan yang sarna dan an tar Satker dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda; e. antarKegiatan dalarriI (satu) Satker; f. antar Kegiatan dan antar Satker dalam 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan; atau

g. antar Kegiatan dan antar Satker dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda. . Pasa145 (1) Pergeseran anggaran dalam rangka memenuhi kebutuhan .selisih kurs sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (5) huruf e, merupakan pergeseran anggaran rupiah karena adanya kekurangan alokasi anggaran untuk pembayaran Biaya Operasional Satker perwakilan di luar negeri atau pembayaran sebuah kontrak dalam valuta asing sebagai akibat adanya selisih kurs.

MENTERI KEUANGAN REPUBLlI< INDONESIA

- 31 (2) .Pergeseran anggaran dalam .rangka memenuhi kebutuhan selisih kurs sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: ,a. merupakan selisih antara nilai kurs yang. digunakan dalam .APBNdengan nilai kurs pada saat transaksi dilakukan; b.' selisih tersebut terjadi setelah kontrak ditandatangani; c. pergeseran alokasi anggaran yang dilakukan 'Paling tinggi .sebesar nilai kontrak dikalikan dengan selisih kurs sebagaimana dimaksud pada huruf a; dan d. kebutuhan anggaran untuk memenuhi selisih kurs menggunakan alokasi anggaran Kementerian/Lembaga yang bersangkutan. (3) Pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud . dapat dipenuhi melalui pergeseran : pada ayat (1)

a. antar Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu) Satker; b.. dalam Keluaran yang sarna, Kegiatan yang sarna dan antar Satker dalam 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah : Direktorat Jenderal Perbendaharaan; c. dalam Keluaran yang sarna, Kegiatan yang sarna dan antar Satker .dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda; d. antar Keluaran, Kegiatan yang sarna dan antar Satker dalam 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan; e. antar Keluaran, Kegiatan yang sarna dan antar Satker dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda; f. antar Kegiatan dalam 1 (satu] Satker; . g. antar Kegiatan dan antar Satker dalam 1 (satu) wilayah .kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan; atau h. antar Kegiatan dan an tar Satker dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda. Pasa146
(1) .Pergeseran

anggaran dalam rangka penyelesaian tunggakan tahun yang lalu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (5) huruf f dapat dilakukan sepanjang tidak mengurangi volume Keluaran dalam DIPA.

MENTERI I<EUANGAN REPUBLlI< INDONESIA

- 32(2) Dalam hal jumlah seluruh tunggakan per DIPA per Satker sebagaimana dimaksud pada ayatj l ) nilainya: a. sampai dengan Rp200.000.000,OO (dua ratus juta rupiah), harus dilampiri SPTJM dari Kuasa Pengguna Anggaran;

- b .. di atas Rp200.000.000,OO (dua ratus juta .rupiah) sampai dengan. Rp2.000.0QO.OOO,OO (dua miliar rupiah), harus dilampiri .hasil verifikasi dari APIP K/ L; dan c. di atas Rp2.000.000.000,OO (dua miliar rupiah), dilampiri hasil verifikasi dari BPKP.setempat. harus

(3) .Dalam hal tunggakan tahun lalu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terkait dengan: a. belanja .pegawai khusus gaji dan tunjangan yang melekat pada gaji; . b. uang makan; c.' belanja perjalanan dinas pindah; d. langganan daya dan jasa; e. tunjangan profesi guru/ dosen; f. turijangan kehormatan profesor; g. tunjangan tambahan perighasilan guru PNS; h. tunjangan kemahalan hakirn;
1.

tunjangan hakirn adhoc; irnbalanjasa layanan Bank/Pos Persepsi; rnakanan dan/ atau perawatan tahanany narapidana; dan Zatau tahanan untuk

J.

k. bahan

1. pernbayaran provisi benda rneterai, yang alokasi dananya tidak cukup tersedia : atau belurn dibayarkan pada tahun sebelumnya, dapat dibebankan pada DIPAtahun anggaran berjalan tanpa rnelalui mekanisrne revisi DIPA sepanjang alokasi anggaran untuk peruntukan yang sarna sudah tersedia. (4) Untuk tunggakan lain dan/ atau tunggakan sebagairnana dimaksud pada ayat (3) yang alokasi anggarannya belum tersedia, dapat dibebankan pada DIPA tahun anggaran berjalan, dengan ketentuan sebagai berikut: a .. rnerupakan tagihan atas pekerjaan Zperiugasan yang alokasi anggarannya cukup tersedia pada DIPA tahun lalu; dan b. pekerjaan/penugasannya telah diselesaikan tetapi belum dibayarkan sampai dengan akhir tahun anggaran lalu.

/'

.1
."

MENTERI !<'EUANGAN REPUBLlf< INDONESIA

- 33(5) Pergeseran anggaran sebagairnana dirnaksud dapat dipenuhi rnelalui pergeseran: pada ayat (1)

.a. an tar Keluaran, 1(satu) Kegiatan dan 1 (satu) Satker; .b. dalarn Keluaran yang sarna, Kegiatan yang sarna. dan antar Satker. dalarn 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan; c. dalarn Keluaran yang sarna, Kegiatan yang sarna dan antar Satker dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda; d. an tar Keluaran, Kegiatan yang sarna dan antar Satker . dalarn 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jerideral Perbendaharaan; e. antar Keluaran, Kegiatan yang sarna dan antar Satker dalarn wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda. f. antar Kegiatan dalarn 1 (satu) Satker; g. antar Kegiatan dan antar Satker dalam 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan; atau .h. antar Kegiatan :dan antar Satker dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda. Pasa147 (1) Pergeseran rincian anggarart untuk Satker BLU yang surnber dananya 'berasal dari PNBP sebagairnana dirnaksud dalam Pasal 5 ayat (5) huruf g dapat dilakukan dalarn rangka rnernpercepat pencapaian kinerja Satker BLU. (2) Ketentuan lebih lanjut rnengenai tata cara Revisi berupa pergeseran rincian anggaran untuk Satker surnber dananya berasal dari PNBP sebagairnana pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Direktur . .Perbendaharaan. . Pasa148. (1) Pergeseran dalarn satu provinsi/kabupaten/kota untuk Kegiatan dalarn rangka tugas pernbantuan dan urusan bersarna, . atau dalarn satu provinsi untuk kegiatan dalarn rangka dekonsentrasi sebagairnana dirnaksud dalam Pasal 5 ayat (5) huruf h dapat dilakukan dalarn hal terjadi perubahan prioritas atau kebijakan dari.Kementerian zLernbaga. Anggaran BLU yang dirnaksud Jenderal

MENTERI I<EUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 34-

(2) Pergeseran sebagairnana dirnaksud pada ayat (1) dapat dilakukan setelah rnendapat persetujuan dari unit eselon I Kernenterian/Lernbaga yang. rnernberi penugasan atau .pelimpahan. Pasal49 (1) Pergeseran anggaran dalarn rangka pernbukaan kantor baru sebagairnana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (5) huruf i dapat dilakukan dalarn hal ketentuan rnengenai pernbentukan . kantor baru telah rnendapat persetujuan dari Kementerian Pe:p.dayagunaan Aparatur Negara dan Reforrnasi Birokrasi. (2) . Pergeseran anggaran sebagairnana dirnaksud pada ayat (1) dilakukan rnelalui pergeseran anggaran dari DIPA Petikan Satker Induk ke DIPAPetikan Satker baru. (3) . Pergeseran anggaran sebagairnana dirnaksud dapat dipenuhi rnelalui pergeseran: pada ayat (1)

a. dalam Keluaran yang sarna, Kegiatan yang sarna dan antar. Satker dalarn 1 (satu] wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan; b. dalam Keluaran yang sarna, Kegiatan yang sarna dan antar Satker .dalarn wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda; c.' an tar Keluaran, Kegiatan yang sarna dan antar Satker dalarn 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah .Direktorat Jenderal Perbendaharaan; d. antar Keluaran, Kegiatan yang sarna dan an tar Satker dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda. .
e: an tar Kegiatan dan. antar Satker dalam 1 (satu) wilayah

kerja Kantor Wilayah Direktorat .Ienderal Perbendaharaan; atau f. antar Kegiatan dan an tar Satker dalam wilayah kerja Kantor Wilayah. Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda. Pasal 50. (1) Pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian kegiatankegiatan pernbangunan infrastruktur serta rehabilitasi dan rekonstruksi . bencana alarn tahun 2013 sebagaimana dirnaksud dalam Pasal 5 ayat (5) huruf j dapat dilakukan sepanjang tidak rnengurangi volume Keluaran dalarn DIPA.

MENTERIKEUANGAN HEPUBLlI< INDONESIA

- 35(2) Pergeseran anggaran sebagaimana dirnaksud pada ayat (1) pendanaannya bersurnber dari pagu anggaran Kernenterian/Lernbaga yang bersangkutan Tahun Anggaran 2014. (3)" .Pengajuan 'usulan pergeseran . anggaran,' 'sebagaimana .riimaksud pada ayat' (1) disarnpaikan kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Anggaran dalarn bentuk konsep Revisi Anggaran paling larnbat pada tanggal 31 Januari 2014. Pasa151 (1) Pergeseran anggaran dalarn rangka tanggap darurat bencana sebagairnanadirnaksud dalam Pasal 5 ayat (5) .huruf k dapat digunakan untuk rnendanai pelaksanaan rnitigasi bencana, , tanggap darurat, dan penanganan pasca bencana. (2) Pergeseran anggaran dalarn rangka tanggap darurat bencana sebagairnana dirnaksud pada ayat (1) diajukan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dengan', dilengkapi alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) Pergeseran anggaran sebagairnana dapat dipenuhi rnelalui pergeseran: dirnaksud pada ayat (1)

a. dalarn Keluaran yang sarna, Kegiatan yang sarna dan antar Satker dalarn 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan; b. dalarn Keluaran yang sarna, Kegiatan yang sarna dan antar Satker 'dalarn wilayah kerja Karitor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda; c. antar Ke1uaran, Kegiatan yang sarna dan antar Satker dalarn 1 (satu) wilayah, kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaari; d. antar Keluaran, Kegiatan yang sarna dan antar Satker dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda; e. antar Kegiatan dan antar Satker dalarn 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan; atau C antar Kegiatan dan an tar Satker dalarn wilayah Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan , berbeda. kerja yang

.. tl

MENTERI

I<EUANGAN

REPUBLII< INDONESIA

- 36Pasa152 .(1) Pergeseran anggaran dalam rangka percepatan pencapaian Keluaran prioritas nasional darr/ atau prioritas Kementerian Z. 'Lernbaga sebagaimana dimaksud -dalarn Pasal 5 ayat (5) huruf I dapat dilakukan sepanjang tidak mengurangi volume Keluaran dalam DIPA. (2) Keluaran prioritas nasional dan/ atau prioritas Kementeriarr/ Lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Keluaran yang tercantum dalam RPJMN dan/ atau Renstra

K/L.
BABIII KEWENANGAN DANTATACARAREVISIANGGARAN Bagian Kesatu Kewenangan Penyelesaian Revisi Anggaran Pasal53 Kewenangan penyelesaian Revisi Anggaran dibagi dalam 5 (lima) kelompok yakni: a .. Revisi Anggaran pada Direktorat J enderal Anggaran; b. Revisi Anggaran pada Kantor Wilayah : Direktorat Perbendaharaan; c. Revisi Anggaran yang Kementerian/ Lembaga; memerlukan persetujuan .Jenderal Eselon' I

d: Revisi Anggaran pada Kuasa Pengguna Anggaran; dan e. Revisi Anggaran yang memerlukan persetujuan Bagian Kedua Revisi Anggaran Pada Direktorat Jenderal Anggaran Pasa154 .. (1) Revisi Anggaran yang dilaksanakan pada Direktorat J enderal Anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 huruf a DPR-RI.

meliputi:

a. perubahan rincian anggaran yang disebabkan penambahan atau pengurangan pagu anggaran belanja . termasuk pergeseran rincian anggaran belanjanya; b. perubahan atau pergeseran rincian anggaran pagu anggaran tetap; dan/ atau c. perubahan/ralat karena kesalahan administrasi. dalam hal

~,r/' it

MENTERI I(EUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 37(2) Revisi Anggaran yang dilaksanakan pada Direktorat Jenderal Anggaran sebagairnana dirnaksud pada ayat (1) huruf a sebagai akibat adanya: .a. perubahan anggaran belanja yang bersurnber dari PNBP;
,.

b. percepatan Penarikan PHLNdan zatau PHON; .. c. penerirnaan HLN/HDN setelah Undang-Undang rnengenai APBNTahun Anggaran 2014 ditetapkan;
'

d. pengurangan alokasi pinjarnan proyek luar negeri; e. perubahan pagu anggaran pembayaran Subsidi Energi; f. perubahan pagu anggaran pernbayaran bunga utang; Kegiatan dalarn rangka Penerusan g. lanjutan pelaksanaan Pinjaman;

h. percepatan pelaksanaan Kegiatan dalarn rangka Penerusan Pinjarnan;


1.

lanjutan pelaksanaan . hibah;

Kegiatan dalarn rangka penerusan .

. J.

percepatan. pelaksanaan Kegiatan dalarn rangka penerusan hibah; realisasi pelaksanaan bersurnber dari SBSN PBS; pagu anggaran proyek yang dananya cicilan pokok

k. percepatan
1. . perubahan utang; n. perubahan kurs;

pernbayaran

~. perubahan pagu anggaran Penyertaan Modal Negara (PMN); pagu anggaran dalarn rangka penyesuaian

o. pengurangan alokasi hibah luar negeri; darr/ atau p. perubahan pagu anggaran transfer ke daerah. (3) Revisi Anggaran yang dilaksanakan pada Direktorat Jenderal Anggaran sebagaimana dirnaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas: a. pergeseran dalarn Keluaran yang sarna, Kegiatan yang sarna dan antar Satker dalarn wilayah kerja Kantor .Wilayah Direkt~rat Jenderal Perbendaharaan yang .berbeda; b.. pergeseran antar Keluaran, Kegiatan yang sarna dan antar Satker dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda; c. pergeseran antar Kegiatan dan antar Satker dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbenclaharaan yang berbeda;

MENTERIKEUANGAN REPUBLlI< INDONESIA

- 38 d. penghapusan Zperubahan catatan dalam halaman IV DIPA; e. penarnbahan cara penarikan PHLN/PHDN;
f.

pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian in 7cracht;

g. penggunaan dana Output Cadangan; h. penambahan Zperubahan rumusan kinerja: i. perubahan komposisi instrumen pembiayaan utang; J. pergeseran BA BUN; anggaran dalam satu subbagian anggaran

k. pergeseran anggaran dari BA BUN Pengelolaan Belanja Lainnya (BA999.08) ke BA K/L; 1. pergeseran antar subbagian anggaran Anggaran 999 (BABUN);dan/ atau dalam Bagian

m. pergeseran anggaran dari BA K/L ke BA BUN. (4) Revisi Anggaran yang dilaksanakan 'pada Direktorat Jenderal Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas: a. ralat kode KPPN dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda; ralat kode lokasi dan lokasi KPPN dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda; ralat pencantuman volume, jenis, dan satuan Keluaran yang berbeda an tara RKA-K/L. dan RKP atau hasil kesepakatan DPR-RI dengan Pernerintah. Pasal55 (1) Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal memerlukan penelaahan meliputi: Anggaran yang

b. ralat kode kewenangan; c.

d. ralat kode Satker; dan/ atau e.

a. perubahan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP; b. percepatan Penarikan PHLNdan/ atau PHDN; c. penerimaan HLN/HDN setelah Undang-Undang mengenai APBNTahun Anggaran 2014 ditetapkan; d. pengurangan alokasi pinjaman proyek luar negeri; e. perubahan pagu anggaran pembayaran Subsidi Energi;
f.

perubahan pagu anggaran pembayaran bunga utang;

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 39 g. lanjutan pelaksanaan Pinjaman; Kegiatan dalam rangka Penerusan Kegiatan dalam rangka penerusan rangka

h. percepatan pelaksanaan Penerusan Pinjaman; q. lanjutan .hibah;


1.

pelaksanaan

Kegiatan dalam rangka Kegiatan dalam

percepatan pelaksanaan penerusan hibah;

].

percepatan realisasi pelaksanaan bersumber dari SBSN PBS; pagu anggaran

proyek yang dananya . cicilan pokok

k. perubahan utang; s. perubahan kurs; 1.

pembayaran

r. perubahan pagu anggaran Penyertaan Modal Negara (PMN); pagu anggaran dalam rangka penyes'uaran

pengurangan alokasi hibah luar negeri;

m. perubahan pagu anggaran transfer ke daerah; n. pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian inkracht; o. penggunaan dana Output Cadangan; p. penambahan Zperubahan rumusan kinerja; q. perubahan komposisi instrumen pembiayan utang; r. pergeseran BA BUN. anggaran dalam satu subbagian anggaran

s. pergeseran anggaran dari BA BUN Pengelolaan Belanja Lainnya (BA999.08) ke BA K/L;

t. pergeseran

antar subbagian anggaran Anggaran 999 (BABUN);dan/ atau

dalam

Bagian

u. pergeseran anggaran dari BA K/L ke BA BUN. (2) Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal tidak memerlukan penelaahan meliputi: Anggaran yang

a. pergeseran dalam Keluaran yang sarna, Kegiatan yang sarna dan antar Satker dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat J enderal Perbendaharaan yang berbeda; b. pergeseran antar Keluaran, Kegiatan yang sarna dan antar Satker dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda; c. penghapusany perubahan catatan dalam halaman IV DIPA;

MENTERI f(EUANGAN REPUBLlI( INDONESIA

- 40 d. ralat kode KPPN dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat J enderal Perbendaharaan yang berbeda; e. ralat kode kewenangan; f. ralat kode lokasi dan lokasi KPPN dalam wilayah kerja . Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan 'yang berbeda; .

g. ralat kode Satker; dan/ atau h. ralat pencantuman volume, jenis, dan satuan Keluaran yang berbeda antara RKA-K/L dan RKP atau hasil kesepakatan DPR-RI dengan Pemerintah. Pasa156 (1) Mekanisme Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Kuasa Pengguna Anggaran menyampaikan' usulan Revisi Anggaran kepada Sekretaris Jenderal/Sekretaris Utama/Bekretaris /Pejabat Eselon I, Kementeriarr/Lembaga yang dilampiri dokumen pendukung berupa:
1. Surat

Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri matriks perubahan (semula-menjadi). ditandatangani oleh Kuasa Pengguna

2. SPfJM yang Anggaran; 4. RKASatker;

3. ADK RKA-K/L DIPA Revisi; 5, Copy DIPA terakhir; dan 6. dokumen pendukung terkait. b. Sekretaris Jenderal/Sekretaris Utamay Sekretaris /Pejabat Eselon I Kementeriarr/Lcmbaga meneliti usulan Revisi Anggaran dan kelengkapan dokumen yang disampaikan oleh Kuasa Pengguna Anggaran. c. Sekretaris Jenderal/Sekretaris Utama/Bekretaris /Pejabat Eselon I Kementerian/Lembaga menyampaikan usulan revisi yang telah diteliti kepada APIP K/L untuk dilakukan revru. d. Berdasarkan hasil reviu, Sekretaris Jenderal/Sekretaris Utama/Sekretaris/Pejabat Eselon I Kementerian zLembaga menyampaikan usulan Revisi Anggaran kepada Direktur J enderal Anggaran dengan melampirkan dokumen pendukung berupa: '; \

'MENTERI KEUANGAN REPUBLlI< INDONESIA

- 41 1. Surat Usulan Revisi Anggaran yang ditandatangani oleh ..Pejabat Eselon I dan dilampiri matriks perubahan (semula-menjadi); 2. SPTJM yang ditandatangani oleh pejabat Eselon I; 3. ADKRKA-K/LDIPARevisi Satker; dan 4. RKASatker. (2) Direktorat Jenderal Anggaran menelaah usulan Revisi Anggaran serta kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d. (3) Dalam hal usulan Revisi Anggaran yang disampaikan tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, Direktorat Jenderal Anggaran mengeluarkan surat penolakan usulan Revisi Anggaran. (4) Dalam hal usulan Revisi Anggaran yang disampaikan dapat disetujui, Direktur Anggaran I/Direktur Anggaran II/ Direktur Anggaran III menetapkan: a. Revisi DRP RKA-K/L;dan b. surat pengesahan Revisi Anggaran yang dilampiri notifikasi dari sistem. (5) Proses Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diselesaikan paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah dokumen diterima secara lengkap. Pasal57 (1) Mekanisrne Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Kuasa Pengguna Anggaran menyampaikan usulan .Revisi Anggaran kepada Sekretaris .Jenderaly Sekretaris Utarnay Sekretaris /Pejabat Eselon I Kementeriarr/Lembaga dengan melampirkan dokumen pendukung berupa: 1. Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri matriks perubahan [semula-menjadi]; 2. SPTJM yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Anggaran; 3. ADKRKA-K/LDIPARevisi; 4. RKASatker; 5. Copy DIPAterakhir;

MENTERII<EUANGAN REPUBLII< INDONESIA

- 42 -

terkait dalam rangka 6. dokumen pendukung , penghapusan / perubahan catatan dalarn halaman IV DIPA;dan 7. dokumen pendukung terkait lainnya. b. Sekretaris Jenderal/Sekretaris Utama/SekretarisjPejaba:t ,Eselon I Kementerian /Lernbaga meneliti usulan Revisi Anggaran dan kelengkapan clokumen, pendulcung dari Kuasa Pengguna Anggaran. c. Dalam hal catatan dalam halaman IV DIPA dicantumkan oleh APIP K/ L, usul Revisi Anggaran yang' telah diteliti beserta dokumen pendukung disampaikan kepada APIPK/L untuk dilakukan reviu. d. Berdasarkan hasil penelitian dan/ atau hasil reviu atas usulan Revisi Anggaran, Sekretaris Jenderal/Sekretaris Utama/Sekretaris/Pejabat Eselon I menyampaikan usulan Revisi Anggaran kepada Direktur Jenderal Anggaran yang dilampiri dokumen pendukung berupa: 1. Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri matriks perubahan (semula-menjadi); 2. SPTJM yang ditandatangani oleh pejabat Eselon I; 3. ADKRKA-K/LDIPARevisi Satker; 4. RKASatker; dan 5. dokumen pendukung penghapusan/perubahan DIPA. terkait dalam rangka catatan dalam Halaman IV

(2) Direktorat Jenderal Anggaran meneliti usulan Revisi Anggaran serta kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf d. (3) Dalam hal usulan Revisi Anggaran yang disampaikan tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, Direktorat Jenderal Anggaran mengeluarkan surat penolakan usulan Revisi Anggaran. (4) Dalam hal usulan Revisi Anggaran yang disampaikan dapat disetujui, Direktur Anggaran I/Direktur Anggaran II/Direktur Anggaran III menetapkan: a. Revisi DHP RKA-K/L;dan b. surat pengesahan Revisi Anggaran yang dilampiri notifikasi dari sistem.
.1 ,

MENTERI KEUANGAN REPUBLlI( INDONESIA

- 43 -

(5) Proses Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) diselesaikan paling lambat 1 (satu) hari .kerja setelah dokumen diterima secara lengkap dan notifikasi dari sistem telah tercetak. Pasal58 Mekanisme penyelesaian Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 dan Pasal 57 tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasa159 (1) Dalam hal usulan Revisi Anggaran yang diajukan oleh Kernenteriarr/ Lembaga memuat substansi yang meliputi kewenangan Direktorat Jenderal Anggaran dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Direktorat Jenderal Anggaran memproses Zmenyelesaikan Revisi Anggaran yang diusulkan. (2) Ketentuan mengenai tata cara pengajuan Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 dan Pasal 57 berlaku mutatis mutandis dalam pengajuan Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) .

Bagian Ketiga Revisi Anggaran Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Pasal60 (1) Revisi Anggaran yang dilaksanakan pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 huruf b meliputi: a. perubahan rmcian anggaran yang disebabkan penambahan atau pengurangan pagu anggaran belanja termasuk pergeseran rincian anggaran belanjanya;
1:>,. perubahan

atau pergeseran rincian anggaran pagu anggaran tetap; dan/ atau

dalam hal

c. perubahan Zralat karena kesalahan administrasi.


(2) Revisi Anggaran yang dilaksanakan pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:.

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

a.

- 44lanjutan pelaksanaan Kegiatan yang dananya bersurnber d~ri.PHLNdanjatau PHDN;

b. penerirnaan hibah langsung dalarri bentuk uang; c. lanjutan pelaksanaan PrograrnjKegiatan Pernberdayaan Masyarakat (PNPM);danj atau Nasional

d. penggunaan anggaran belanja yang berstimber dari PNBP di atas pagu APBNuntukSatker BLU. (3) Revisi Anggaran yang dilaksanakan pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan sebagairnana dirnaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas: a. pergeseran dalarn 1 (satu) Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu) Satker;

b. pergeseran an tar Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu) Satker; c. pergeseran dalam Keluaran yang sarna, Kegiatan yang sarna dan antar Satker dalarn 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan;

d. pergeseran antar Keluaran, Kegiatan yang sarna dan antar Satker dalarn 1 (satu) wilayah : kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan; e. f. pergeseran danjatau antar Kegiatan dalarn 1 (satu) Satker;

pergeseran antar Kegiatan dan antar Satker dalam 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

(4) Revisi Anggaran yang dilaksanakan pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaari sebagairnana dirnaksud pada ayat (1) huruf c rneliputi: . a. ralat kode akun sesuai kaidah akuntansi sepanjang .dalarn peruntukan dan sasaran yang sarna; b. ralat kode KPPN dalarn. 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan; c. perubahan nornenklatur bagian anggaran darr/ atau Satker sepanjang kode tetap; d. ralat kode nornor register PHLN'jPHDN; e. ralat kode lokasi dan lokasi KPPN dalarn 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
f. ralat

kode lokasi dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda dan lokasi KPPN dalarn 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat J enderal Perbendaharaan;

MENTERI KEUANGAN REPUBLlK INDONESIA

- 45 -

g. ralat cara.penarikan PHLN/PHDN; h. ralat rencana penarikan dana atau rencana dalam halaman III DIPA;
1.

penenmaan

perubahan Pejabat Perbendaharaan; darr/ atau

]. Ralat pencantuman volume Keluaran dalam DIPA. Pasa161 (1) Kuasa Pengguna Anggaran menyampaikan usulan Revisi Anggaran kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan dilengkapi dokumen pendukung berupa: a. Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri perubahan (semula-menjadi); matriks

b. SPTJM yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Anggaran; c. ADKRKA-K/LDIPARevisi; d. Copy DIPAPetikan terakhir; dan e. dokumen pendukung terkait persetujuan unit eselon I. (2) Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan meneliti usulan Revisi Anggaran serta kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Dalam hal usulan Revisi Anggaran yang disampaikan tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat '(I), Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan mengeluarkan surat penolakan usulan Revisi Anggaran. (4) Dalam hal usulan Revisi Anggaran yang disampaikan dapat disetujui, Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan menetapkan surat pengesahan Revisi Anggaran yang dilampiri notifikasi dari sistem, paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah dokumen diterima secara lengkap dan notifikasi dari sistem telah tercetak. (5) Mekanisme penyelesaian Revisi Anggaran pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat .(3), dan ayat (4) tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

--

-_ --------

--

--

.'

MENTEHIKEUANGAN REPUBLlI( INDONESIA

- 46 Bagian Keernpat Revisi Anggaran Yang Memerlukan Persetujuan Eselon I Kementeriarr/Lembaga Pasa162 Revisi Anggaran yang rnernerlukan Kernenterian/Lernbaga rneliputi: persetujuan Eselon I

a. pergeseran dalarn Keluaran yang sarna, Kegiatan yang sama dan antar Satker dalarn 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan; b. pergeseran dalam Keluaran yang sama, Kegiatan yang sarna dan antar Satker dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda; c. pergeseran antar Keluaran, Kegiatan yang sarna dan antar Satker dalam 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat J enderal Perbendaharaan; . d. pergeseran antar Keluaran, Kegiatan yang sarna dan antar Satker dalarn wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda; e. pergeseran antar Kegiatan dalam 1 (satu) Satker; f. pergeseran antar Kegiatan dan antar wilayah kerja Kantor Wilayah Perbendaharaan; Satker dalam 1 (satu) Direktorat Jenderal

g. pergeseran antar Kegiatan dan an tar Satker dalarn wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat .Jenderal Perbendaharaan yang berbeda; dan/ atau h. penambahan cara penarikan PHLN/PHDN. Pasa163 (1) Kuasa Pengguna Anggaran menyarnpaikan usulan Revisi Anggaran kepada Unit Eselon I Kernenterian/Lernbaga dilengkapi dokurnen pendukung berupa: a. Surat Usulan Revisi Anggaran perubahan (semula-menjadi) .. b. SPTJM yang Anggaran; d. RKASatker; e. Copy DIPAterakhir; dan ditandatangani yang oleh dilarnpiri Kuasa rnatriks

.Pengguna

c. ADK RKA-K/L DIPARevisi;

f. dokumen pendukung terkait antara lain TOR dan RAB.

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 47 (2) Unit Eselon T Kernenteriarr/Lernbaga meneliti usulan Revisi Anggaran dan memeriksa kelengkapan dan kebenaran dokumen pendukung yang disampaikan. (3) Dalarn hal kewenangan penyelesaian Revisi Anggaran merupakan kewenangan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal .Perbendaharaan, Eselon I Kementerian/Lembaga menetapkan surat persetujuan dan menyampaikan , .kepada Kuasa Pengguna -Anggaran Satker sebagai lampiran usul Revisi Anggaran ke Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan. (4) Dalam hal kewenangan penyelesaian Revisi Anggaran merupakan kewenangan Direktorat JenderaL Anggaran, Eselon I Kementerian/Lembaga menyampaikan usulan Revisi Anggaran kepada Direktcrat Jenderal Anggaran untuk mendapat pengesahan. (5) Ketentuan mengenai tata cara pengajuan Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Anggarari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 berlaku mutatis mutandis dalam pengajuan Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (4). (6) Mekanisme penyelesaian Revisi Anggaran yang memerlukan persetujuan Eselon I Kernenteriarr/Lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (5) tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Bagian Kelima Revisi Anggaran Pada Kuasa Pengguna Anggaran Pasa164 (1) Revisi Anggaran yang dilaksanakan pada Kuasa Pengguna Anggaran merupakan Revisi Anggaran dalam. hal pagu anggaran tetap meliputi: a. pergeseran dalam 1 [satu] Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu) Satker; dan/ atau b. pergeseran antar Keluaran, 1- (satu) Kegiatan dan 1 (satu) Satker. (2) Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud. pada dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: ayat (1)

a .. dalam hal Revisi Anggaran mengakibatkan perubahan DIPA Petikan, Kuasa Pengguna Anggaran tnenyampaikan usul Revisi Anggaran kepada Kantor Wilayah Direktorat

Jenderal Perbendaharaan; dan

MENTERI I(EUANGAN REPUBLlI( INDONESIA

- 48 -

b. dalam hal Revisi Anggaran tidak mengakibatkan perubahan DIPA Petikan, Kuasa Pengg"l).na Anggaran mengubah ADK RKA Satker berkenaan melalui aplikasi RKA-KjL-DIPA,mencetak Petunjuk' Qperasional Kegiatan (POK), dan Kuasa Pengguna Anggaran menetapkan perubahan POK. (3) Ketentuan mengenai tata cara pengajuan Revisi Anggaran pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 berlaku mutatis mutandis dalam pengajuan Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a. (4) Mekanisme penyelesaian Revisi Anggaran pada Kuasa Pengguna Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) tercantum dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
1n1.

. Bagian Keenam Revisi Anggaran Yang Memerlukan Persetujuan DPR-RI Pasal65 (1) Revisi Anggaran meliputi: yang memerlukan persetujuan DPR-RI

a. tambahan Pinjaman Proyek Luar NegerijPinjaman Dalam Negeri baru setelah Undang-Undang mengenai APBN Tahun Anggaran 2014 ditetapkan; b. pergeseran anggaran an tar Program selain untuk memenuhi kebutuhan Biaya Operasional dan penyelesaian inkrachi; c. pergeseran anggaran yang rnengakibatkan perubahan Hasil Program; d. penggunaan anggaran y:;tng harus mendapat persetujuan DPR-RI terlebih dahulu; e. perubahanjpenghapusan catatan dalam halaman IV DIPA yang digunakan tidak sesuai 'dengan rencana peruntukan; danjatau . f. pergeseran antar provinsij kabupaten Zkota untuk Kegiatan dalam rangka tugas pembantuan dan urusan bersama, atau antarprovinsi untuk kegiatan dalam rangka dekonsentrasi. (2) Revisi Anggaran yang memerlukan persetujuan diajukan oleh Sekretaris Jenderal/ Sekretaris Sekretaris /Pejabat Eselon I Kementerian/Lembaga Pimpinan DPR-RI untuk mendapat persetujuan. DPR-RI Utama.' kepada

MENTEr~1KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 49 (3) Sekretaris .Jenderal/ Sekretaris Utarna.' Sekretaris/Pejabat Eselon .I Kementerian/Lembaga mengajukan usulan Revisi Anggatan kepada Direktur Jenderal Anggaran berdasarkan persetujuan dari Pimpinan DPR-RI sebagaimana dimaksud pada ayat (2). (4).Ketentuan mengenai tata cara pengajuan Revisi Anggaran pada Direktorat J enderal Anggaran sebagairnana dimaksud dalam Pasal 56 berlaku mutatis mutandis dalam perigajuan Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3). Pasa166 Daftar rincian ruang lingkup, kewenangan penyelesaian Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 6 serta persyaratan Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56, Pasal 57, dan Pasal 61 tercantum dalam Lampiran VI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasa167 Format Surat Usulan Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56, Pasal 57,. Pasal 61, dan Pasal 63 tercantum dalam Lampiran VII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pa~a!68 Format SPTJM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3), Pasal 46 ayat (2), Pasal 56, Pasal 57, Pasa! 61, dan Pasal 63 tercantum dalam Lampiran VIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasa169 se bagaimana Format surat pengesahan .Revisi Anggaran dimaksud dalam Pasal 56, Pasal 57, dan Pasal 61 tercantum dalam Lampiran IX yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Bagian Ketujuh Batas Akhir Penerimaan Usul Revisi Anggaran Pasal 70 (1) Batas akhir penerimaan usul Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2014 ditetapkan sebagai berikut: a. untuk

..

,.tanggal 31 Oktober 2014, 'untuk Revisi Anggaran pad~. Direktorat Jenderal Anggaran; dan

..

MENTERI I<EUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 50b. tanggal 12 Desember 2014, untuk Revisi Anggaran pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan. (2)Dalam hal Revisi Anggaran berkenaan dengan: a. Kegiatan yang dananya bersumber dari PNBP, PLN, HLN, dan HDNserta Pinjaman Dalam Negeri;

b. Kegiatan dalam lingkup BA BUN termasuk pergeseran anggaran dari BA 999.08 ke BA K/L, pergeseran antar subbagian anggaran dalam BA BUN, dan pergeseran dalam satu subbagian anggaran dalam BABUN; danl atau c. Kegiatan-Kegiatan yang membutuhkan datal clokumen yang harus mendapat persetujuan dari unit eksternal Kementerian/Lembaga seperti persetujuan DPR, persetujuan Menteri Keuangan; hasil audit eksternal, dan seJenlsnya, .

batas akhir penerimaan usul Revisi Anggaran oleh Direktorat Jenderal Anggaran ditetapkan paling lambat tanggal 19 Desember 2014. (3) Dalam hal Revisi Anggaran berkenaan clengan pembayaran Subsidi Energi, pembayaran bunga utang, pembayaran cicilan pokok utang, pergeseran anggaran untuk bencana alam, clan revisi dalam rangka pengesahan, batas akhir penerimaan usul Revisi Anggaran dan penyelesaiannya oleh Direktorat Jenderal Anggaran ditetapkan paling lamb at tanggal 30 Desember 2014. (4) Pada saat penerimaan usul Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),.seluruh dokumen telah diterima secara lengkap. (5) Ketentuan mengenai tata cara pengajuan Revisi Anggaran pacla Direktorat Jenderal Anggaran sebagaimana dimaksucl dalam Pasal 56 berlaku mutatis mutandis dalam pengajuan Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3). BABIV PENYAMPAIAN PENGESAHAN REVISIANGGARAN PasaI71 Penyampaian Pengesahan ketentuan sebagai berikut: Revisi Anggaran diatur dengan
;.f
'.

a. Pengesahan Revisi Anggaran yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 dan Pasal 57, disampaikan kepacla Sekretaris .Jenderal /Bekretaris Utama/Bekretaris /Pejabat Eselon I Kementerian zLembaga yang bersangkutan dan Direktur Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktur Sistem Perbendaharaan dan tembusan kepada:

MENTERI KEUANGAN HEPUBLlI( INDONESIA

- 51 1. Meriteriy Pimpinan Lembaga; 2. 3. 4. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan; Gubernur; Direktur Jenderal Perbendaharaan dan Pelaporan Keuangan dan Anggaran; dan c.q. Direktur Akuntansi Direktur Pelaksanaan Direktorat Jenderal

5. Kepala Kantor Wilayah Perbendaharaan terkait.

b. Pengesahan Revisi Anggaran yang ditetapkan. oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat .Jenderal Perbendaharaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61, disampaikan kepada Kuasa Pengguna Anggaran yang bersangkutan dan Kepala KPPNterkait dan tembusan kepada:
1.

2. 3. 4. 5.

Menterr/Pimpinan Lembaga; Ketua Badan Pemeriksa Keuangan; Gubernur; Direktur Jenderal Anggaran; dan Direktur Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktur Akuntansi dan Pelaporan Keuangan dan Direktur Pelaksanaan Anggaran.

BABV PELAPORAN REVISIANGGARAN KEPADADPR-RI Pasal72 (1) Setiap Revisi Anggaran yang ditetapkan dalam perubahan DHP RKA-K/L dan DIPA Petikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 dan Pasal 57 tembusannya disampaikan kepada DPR-RI oleh Direktur Jenderal Anggaran atas nama Menteri Keuangan. (2) Seluruh Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada DPR-RI dalam APBN-Perubahan dan zatau Laporan Keuangan Pemerintah Pus at (LKPP). (3) Revisi Anggaran yang dilaporkan dalam APBN-Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan Revisi Anggaran yang dilakukan sebelum APBN-Per.ubahan diajukan kepada DPR-RI. (4) Revisi Anggaran yang dilaporkan dalam LKPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan seluruh Revisi Anggaran yang dilakukan sepanjang Tahun Anggaran 2014.


'.

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 52 -

BABVI , KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal73 (1) Dalam hal terdapat alokasi anggaran yang dituangkan dalam OUtput Cadangan, usul penggunaan dana Output Cadangan diajukan oleh Sekretaris .Jenderal/ Sekretaris Utama/ Sekretaris/Pejabat Eselon I Kementerian/Lembaga kepada Direktur Jenderal Anggaran paling lambat tanggal 4 April 2014. (2) Usul penggunaan dana Output Cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memeriuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34. (3) Dalam hal Output Cadangan merupakan akibat dari penetapan APBN Perubahan Tahun Anggaran 2014, batas akhir pengajuan usul penggunaan dana Output Cadangan paling lambat tangga131 Oktober 2014. (4) Ketentuan mengenai tata cara pengajuan -Revisi Anggaran, pada Direktorat Jenderal Anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 berlaku mutatis mutandis dalam pengajuan ,Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal74 (1) Revisi Anggaran yang terjadi sebagai akibat dari ditetapkannya APBN Perubahan Tahun Anggaran 2014, menjadi 'dasar penyelesaian revisi dokumen RKA-K/L DIPA Tahun Anggaran 2014. (2) Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi an tara lain: ' a. pergeseran anggaran antar Kegiatan yang mengakibatkan pengurangan volume keluaran; b. pergeseran anggaran antar Program; darr/ atau c. realokasi anggaran termasuk pemanfaatan kembali alokasi anggaran Output cadangan. (3) Ketentuan mekanisme Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 berlaku mutatis mutandis dalam pengajuan Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 53 Pasal75 (1) 'Dalam hal penyelesaian Revisi Anggaran ditemukan kesalahan berupa: a. kesalahan pencantuman kantor bayar (KPPN); .,1? kesalahan pencantuman kode lokasi; c. kesalahan pencantuman sumber dana; d. terlanjur memberikan appro val/ persetujuan revisi; e. tidak tercantumnya catatan pada halaman IV DIPA; dan reVISI DIPA Petikan yang telah disahkan belum direalisasikan, atas kesalahan tersebut dapat dilakukan revisi secara otomatis. (2) Revisi otomatis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan oleh Direktorat Jenderal Anggaran atau Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan sesuai dengan kewenangannya. (3) Mekanisme revisi otomatis dilaksanakan dengan ketentuan: a. Unit Eselon I/Kuasa Pengguna Anggaran Kementerian/Lembaga menyampaikan surat pemberitahuan kesalahan kepada Direktur' Jenderal Anggaran atau Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan dilampiri ADKRKA-K/L;atau b. Berdasarkan hasil penelitian Direktorat Anggaran/Kantor Wilayah Direktorat Perbendaharaan ditemukan adanya .kesalahan; Jenderal Jenderal

c. Berdasarkan surat pemberitahuan dan/ atau hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, Direktur Jenderal Anggaran atau Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan mengunggah kembali ADKRKA-K/Ldan disahkan. Pasa176 (1)' Dalam hal terdapat Kegiatarr/Keluaran yang dananya , bersumber dari PHLN dan telah dilaksanakan pada tahun berjalan tetapi sampai berakhirnya tahun anggaran belum dapat disahkan pengeluarannya, pengesahan transaksi tersebut harus diselesaikan melalui mekanisme revisi DIPA. (2) Revisi DIPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan revisi dalam rangka pengesahan. (3) Mekanisme revisi DIPA dalam rangka pengesahan dengan ketentuan sebagai berikut: dilakukan

MENTEHI KEUANGAN 1~t:PUBLfK INDONESIA

- 54 -

a. unit eselon I mengajukan usulan Revisi Anggaran kepada Direktur Jenderal Anggaran; b. pengeluaran yang akan disahkan dituangkan dalam RKAKj L dalam Output tersendiri dan diberi catatan akun "dalam rangka pengesahan"; dan c.. Direktur Jenderal Anggaran meneliti usulan kelengkapan dokumen. revisi dan

(4) Ketentuan mekanisme Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 berlaku mutatis mutandis dalam pengajuan Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3). Pasal77 (1) Dalam hal terdapat pagu minus terkait pembayaran gaji dan tunjangan .yang melekat pada gaji. untuk Tahun Anggaran 2014, pagu minus tersebut harus diselesaikan melalui mekanisme revisi DIPA. (2) Penyelesaian pagu minus melalui rnekanisme revisi DIPA Tahun Anggaran 2014 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penyesuaian administratif. (3) Penyelesaian pagu minus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan ketentuan sebagai berikut: a. selisih minus dipenuhi melalui pergeseran anggaran dari sisa anggaran pada Satker yang bersangkutan dalam satu Program; b. dalam hal sisa anggaran pada Satker yang bersangkutan tidak mencukupi, selisih minus dipenuhi melalui pergeseran anggaran antar Satker dalam satu Program; . c. dalarn hal selisih minus tidak dapat dipenuhi me1alui pergeseran anggaran antar Satker dalam satu Program, .selisih minus dipenuhi melalui pergeseran anggaran antar Program dalam satu bagian anggaran; danjatau d. dalam hal selisih minus tidak dapat dipenuhi me1alui pergeseran anggaran antar Program dalam satu bagian anggaran, selisih minus dipenuhi melalui BA 999.08 .. (4) Mekanisme penyelesaian pagu minus sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dan huruf b diajukan kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan dengan ketentuan mengikuti tata cara pengajuan Revisi Anggaran pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61.

\fe

MENTERII<EUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 55 (5) Mekanisme penyelesaian pagu minus sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c dan huruf d diajukan kepada Direktur Jenderal Anggaran dengan ketentuan mengikuti tata cara pengajuan Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57. (6) Batas akhir penyelesaian pagu minus sebagaimana dimaksud .pada ayat (1) paling lambat tanggal 30 Desernber 2014. Pasal78 Dalam rangka memperoleh data yang akurat, Direktorat Jenderal Anggaran dan Direktorat J enderal Perbendaharaan melakukah pemutakhiran data anggaran (rekonsiliasi) berdasarkan revisi DIPAyang telah disahkan paling sedikit 2 (dua) bulan sekali. Pasal79 (1) Dalam hal terdapat usul Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2013 berkaitan dengan: a. pagu minus terkait pembayaran gaji dan tunjangan yang melekat pada gaji; b. pagu minus terkait non belanja pegawai; c. pengesahan pendapatan dan belanja untuk Satker BLU; d. pengesahan belanja yang bersumber dad hibah langsung dalam bentuk uang; e. pengesahan belanja yang dananya bersumber dad PHLN /PHDN; dan f. pengesahan pendapatan/belanja/pembiayaan anggaran untuk subbagian anggaran BABUN; yang diajukan setelah batas akhir penerimaan usul Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2013, usul Revisi Anggaran dimaksud dapat diproses dan disahkan mengikuti batas akhir penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat. (2) Pengesahan Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penyesuaian administratif dan digunakan .sebagai bahan penyusunan Laporan Keuangan Kementerian/ Lembaga. (3) Kewenangan penyelesaian Revisi Anggaran dan mekanisme pengesahannya dilakukan sesuai ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai tata cara Revisi Anggaran Tahun
Anggaran 2013.

(4) Pengesahan atas Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan bagian dari pelaksanaan anggaran . Tahun Anggaran 2013.

MENTERIKEUANGAN REPUBLlI-( INDONESIA

- 56 Pasa180 (1) Penyelesaian sisa pekerjaan tahun 2013 yang dibebankan pada DIPATahun Anggaran 2014, dapat dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: a. penyediaan alokasi anggaran dilakukan melalui mekanisme Revisi Anggaran sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini; b. batas akhir pengajuan usul Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud pada huruf a mengacu pada ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan . mengenai pelaksanaan anggaran dalam rangka penyelesaian pekerjaan yang tidak terselesaikan sampai dengan akhir tahun anggaran; dan c. sisa pekerjaan yang dilanjutkan pada Tahun Anggaran 2014 tidak termasuk pekerjaan kontrak tahun jamak

(multiyears contract).
(2) Pelaksanaan anggaran dalam rangka penyelesaian sisa pekerjaan tahun 2013 yang dibebankan pada DIPA Tahun Anggaran 2014 mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan mengenai pelaksanaan anggaran dalam rangka penyelesaian pekerjaan yang tidak terselesaikan sampai dengan akhir tahun anggaran. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasa181 Ketentuan teknis yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2014 sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini diatur lebih lanjut oleh Direktur+.Jenderal Anggaran dan Direktur Jenderal Perbendaharaan secara bersarna-. sarna maupun sendiri-sendiri sesuai dengan kewenangannya. Pasal82 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 32/PMK.02/2013 tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2013 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nornor 166/PMK.02/2013, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 83 Ketentuan mengenai tat a cara Revisi Anggaran yang diatur dalam Peraturan Menteri ini masih tetap berlaku sebagai acuan tata cara Revisi Anggaran untuk Tahun Anggaran 2015, sarnpai dengan ditetapkannya pengganti Peraturan Menteri ini.

MENTERI KEUANGAN AEPUBLlK INDONESIA

- 57- Pasa184 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. memerintahkan penempatannya pengundangan dalam Berita

Agar'. setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri ini dengan Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 13 Januari

2014

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. MUHAMAD CHATIB BASRI

Diundangkan padatanggal

di Jakarta
13 Januari 2014

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO UMUM

40

':l: b:' ,';.. " " ':.: ,,~.

KEPA~:B~G:N.~:,~:K~~J\NTERIAN
G IARTd>\ . , \

NIP

195\

~12~;~~~:~ol
. -";'

LAMPIRAN I ~~~~~RA~ 7~71fR.I o'~Ey~NBi~

. REPUBLIK INDONESIA.

Tli:NTANG T"TA CARA REVIS! ANOOARAN TAHUN ANOOARAN 2014

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

FORMATSURAT PERSETUJUAN ESELON I LOGO (1) KEMENTERIAN/LEMBAGA UNIT ESELON 1.. Alamat

(2)}
(3)
(4)

Kop

(tanggal-bulan] 2014 Nomor : S/2014 / Sifat : Segera Lampiran . Hal : Persetujuan Revisi Anggaran Antar Kegiatan dan Antar Satker

Yth. 1. Kepala Satker 2. Kepala Satker . 3. Kepala Satker Di Tempat 1. Sehubungan dengan dengan rincian: a .. Lingkup b. Program c. Satker 1) Kegiatan 2) Kegiatan d. Satker................. 1) Kegiatan 2) Kegiatan e. Keluaran usulan

}
(5)

Revisi Anggaran melalui surat nomor.

(6)

en
(8) . : .. (9) . . (10)

2. Revisi Anggaran tersebut menyebabkan penambahan pagu anggaran pada Satker: a. . Kegiatan sebesar Rp . } (11) b Kegiatan sebesar Rp . 3. Revisi Anggaran tersebut menyebabkan pengurangan pagu anggaran .pada Satker: a. . Kegiatan sebesar Rp .. b. Kegiatan sebesar Rp . 4. Dengan ini dinyatakan bahwa Revisi Anggaran antar Satker tersebut dapat disetujui. 5. Dalam rangka penyelesaian Revisi Anggaran tersebut, Satker-Satker yang mengalami revisi diharapkan mengajukan Revisi Anggaran kepada Kanwil DJPBN secara bersamaan. Demikian kami sampaikan, atas kerjasamanya diucapkan terima kasih. Sekretaris J enderal/ Sekretaris Utama/Bekretaris /Pejabat Eselon I K/L
........................................ (13)

-. ~

NIP/NRP

(14)

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

-2~eteran~an : 1. Diisi dengan logo K/ L. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Diisi dengan nomenklatur K/ L. Diisi dengan unit eselon I pengusul Revisi Anggaran. Diisi dengan alamat unit eselon 1. Diisi dengan Satker-Satker yang mengajukan Revisi Anggarali... Diisi dengan' nomor surat usulan Revisi Anggaran yang diajukan oleh Satker. Diisi dengan jenis Revisi Anggaran yang dilaksanakan. Diisi dengan Program yang dilaksanakan. Diisi dengan Anggaran. Satker-Satker dan Kegiatan-kegiatan yang mengalami Revisi

10. Diisi dengan Keluaran-Keluaran

yang mengalami Revisi Anggaran. yang yang

11. Diisi dengan Satker-Satker dan Kegiatan-Kegiatan penambahan anggaran beserta nominalnya. 12. Diisi dengan Satker-Satker dan Kegiatan-Kegiatan pengurangan anggaran beserta nominalnya.

rnengalami
mengalami /Pejabat

13. Diisi dengan nama Sekretaris .Jenderal/Bekretaris Utama/Bekretaris Eselon I K/ L penanda tangan surat persetujuan Eselon I 14. Diisi dengan Utamay Sekretaria/Pejabat Eselon I.

NIP/ NRP Sekretaris Jenderal / Sekretaris Eselon I K/L penanda tangan surat persetujuan

MENTERIKEUANGANREPUBLIK INDONESIA, ttd. MUHAMADCHATIBBASRI

.Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BIRO UMUM .

LAMPIRAN" PERATURAN NOMOR

MENTERI

KEUANGAN

REPUBL!l< .INDONESIA

TFNTANG . T"TA CARA REVISI ANOGARANTAHUN ANGGARAN 2014

7/PMK.02/2014

MENTERI I<EUANGAN REPUBLIK INDONESIA

.MEKANISMEPENYELESAIAN REVISI ANGGARAN PADADIREKTORATJENDERAL ANGGARAN

Mereviu Surat usulan


revisi anggaran dan

Meneliti Surat usulan


revisi anggaran dan

kalengkapan Dokuman
pendukung: .

Surat usulan revisi, . , Data dan Dakumen Psndukung

kelengkapan Dokumen pandukung:


"

....J

'------10 A\

I
N

e
Penelaahan

t--

11\i;-'

y --<

o
y -. ;.
Pencetakan DHP RICA K/L.

Surat penolakan

revisi,

4.-'---'

Surat persetujuan
revisi, dilamph-i

Notiflkasl.

,(_

NotiCikasidari sistem : persatujuan revisi; Kode digital stamp yg b,lru.

untuk

o
UpJoadke server RKA-K/L DIPA

+-_

Keterangan: 1. 2. Eselon I menyiapkan APIP KjL usulan perubahan anggaran direviu oleh

Reviu yang dilakukan APIP Kj L yaitu dengan melakukan verifikasi atas kelengkapan dan kebenaran dokumen yang dipersyaratkan serta kepatuhan dalam penerapan kaidah-kaidah penganggaran. Setelah usulan Revisi Anggaran direviu oleh APIP Kj L, Eselon I menyiapkan usulan-usulan Revisi Anggaran dan melengkapi dokumen pendukung untuk disampaikan kepada DJA. DJA meneliti pendukung. surat usulan Revisi Anggaran dan kelengkapan untuk usulan dokumen revisr yang

3.

4.

5.
6.

DJA melakukan penelaahan dengan KjL menyebabkan pagu anggaran KjL berubah. Dalam hal: 1. dokumen pendukung tidak lengkap; atau 2. penelaahan Revisi Anggaran ditolak,

DJA akan menetapkan Surat menyampaikannya kepada Eselon 1.

Penolakan

Revisi

Anggaran

dan

,,1

MENTERI KEUANGAN AEPU8L1K INDONESIA

-27. 8. 9. 10. 11. Dalam hal penelaahan atau penelitian kelengkapan Revisi Anggaran disetujui, DJA akan menerbitkan DHP RKA-K/L Revisi. Berdasarkan DHP RKA-K/L Revisi, DJA akan mengunggah DIPA Revisi untuk memperbarui database. . Setelah database di-:upload, server akan memberikan revisi dan rnenerbitkan kode digital stamp baru. DJA menerbitkan surat persetujuan Eselon I menerima persetujuan sesuai persetujuan revisi. ADK RKA-K/L-

notifikasi persetujuan

revisi yang dilampiri notifikasi sistem. kegiatan

revisi dari DJA dan melaksanakan

MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA, ttd. MUHAMADCHATIB BASRI

..'

LAMPIRAN 1Il . '. PERATURAJIjMENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7/ PMK,02/20 1 L~ . TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARANTAHUN ANGGARAN2014

MENTERII<EUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MEKANISME PENYELESAIANREVISI ANGGARAN I . PADA KANTORWILAYAHDIREKTORATJENDERAL PERBENDAHARAAN

-tE--

. Neuelttr nsu'lauRevfsi Anggar::ln


dan rn errevb inke.n peo-s eculwan

o
... SUI'at Da[3

Usulan Revisi Anggarau;

A.

d~n Do kurnen Pe'ncl ukru rrg I---'="=---

.-------------?!>-

Meneliti Slll'at us.uban r-evi s l anggaral; dan kelengkallan


rrokumeu pendUh.'"'l.lngj

L--

-..

__J

,t j'

Suracl'enol"kan Jevisi.

I .~
,- Swr-at;p enge sa'han s-evts t. dilatupilj Noctff kaet.

--;8
r-evtat: J<oc\e digital st3rnpyg
pengesahan

bsu-u.

Keterangan: 1. 2. 3. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)menyiapkan usulan Revisi Anggaran beserta data dan dokumen pendukung. KPA menyampaikan usulan Revisi Anggaran kepada Direktorat Jenderal Perbendaharaan (Kanwil DJPB). Dalam hal mengajukan persetujuan. Revisi Anggaran memerlukan usulan Revisi Anggaran kepada Kantor Wilayah

persetujuan Eselon I KPA Eselon I untuk mendapatkan usulan Revisi Anggaran

4. 5.
6, 7,

Berdasarkan persetujuan kepada Kanwil DJPB.

Eselon I, KPA mengajukan

DJPB meneliti usulan revisi dan kesesuaian Dalam hal Revisi Anggaran Surat Penolakan Revisi Anggaran. ditolak,

dengan dokumen pendukung. Kanwil Kanwil DJPB akan menerbitkan melakukan


'1

Dalam hal Revisi Anggaran disetujui, upload ADK RKA-KjL DIPA ke server,

DJPB

8.

Setelah ADK RKA-KjL DIPA divalidasi oleh -'sistem, secara otomatis akan diterbitkan notifikasi dan kode digital stamp baru sebagai tanda pengesahan Revisi Anggaran. Kanwil DJPB menyampaikan pengesahan Revisi Anggaran. kegiatan Kanwil DJPB. MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA, surat persetujuan yang dilampiri notifikasi

9,

10, KPA melaksanakan

berdasarkan

pengesahan

Revisi Anggaran dari

ttd.
MUHAMADCHATIB BASRI

..'

LAMPIRANIV PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLlI( INDONESIA NOMOR 7/PMK .02/2014 , TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARANTAHUN ANOGARAN 2014

MENTER I KEUANGAN REPUSUI< INDONESIA'

, .MEKANISME PENYELESAIANREVISI ANGGARAN YANG MEMERLUKAN PERSETUJUAN ESELON I KEMENTERIAN/LEMBAGA

Mebarrrp it-a n: Sur-at Us ulau revisii "_Data dan Do kurnen

JIolenelitiSurat usulan
revisi;
Mengecek

kewenanga u,

SUI"at usulan revisij Data dan Do ku ru en Pe n d ufcung

Pondukung

Merner-ilcsakelengkapan Dokumon pendukung;

L
.

r---'
Sr t. Periol.akan Estn I

Keterangan: 1. KPA menyiapkan usulan Revisi Anggaran dan rnenyarnpaikan beserta data dan dokurnen pendukung. kepada Eselon I rnengecek dokumen surat

2. Eselon I rnenerirna usulan Revisi Anggaran rneneliti surat usulan, kewenangan Revisi Anggaran, serta rnerneriksa kelengkapan pendukung.

3. Dalam hal usulan Revisi Anggaran ditolak rnaka Eselon I rnenerbitkan penolakan Revisi Anggaran. 4. Dalam usulan Revisi Anggaran disetujui dan merupakan Kanwil DJPB maka Eselon I menerbitkan Surat Persetujuan disampaikan kepada KPA. 5. Berdasarkan surat persetujuan Anggaran kepada Kanwil DJPB. Eselon I KPA menyampaikan

kewenangan Eselon I dan


'

-,~

usulan

Revisi surat

6. Jika Revisi Anggaran merupakan kewenangan DJA, Eselon I menyiapkan usulan Revisi Anggaran yang dilengkapi dokumen pendukung. 7. Eselon I menyampaikan pengesahan.

usulan Revisi Anggaran kepada DJA untuk mendapat

MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA, ttd. MUHAMADCHATIB BASRI


Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BIRO UMUM

u.b.
KEPALA

.BA.d~iANT~U..KEMENTERIAN
_.- ..... " . / ,/

',<,;:.!.:: :,.. '.

GIA~TO

. ~i1.W;~;;~':'."H, , .: . , II
~:~'~~l~\~:~p'd'i -;: '
,,~:.:.:::.: .....:.:: ..' ~,

NIP 19 9 ~

LAMPIRAN V

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA ,,' NOMOR 7 PMK 02/2014 TENTANG TATA CARAREVISI ANGOARANTAHUN ANGGARAN2014

MENTERIKEUANGAN. AEPU8L1K INDONESIA

.MEKANISME PENYELESAIANREVISI ANGGARAN PADA KUASA PENGGUNA ANGGARAN

anggaran.

->

KPAmenyiapkan: Surat usulan revisi; Download ADK RKAK/L unt 'menyusun Matriks SemulaMenjadi;
UpdateADK RKA-K/L;

UpdateADK RKA-K/L; Cetak POK; Menetapkan POIC.

Dokumen peudukung: SPTJM.

Keterangan: 1. KPA rnelakukan Revisi Anggaran sesuai dengan kewenangannya. Anggaran yang dilakukan KPA rnengubah

2. KPA rneneliti apakah Revisi DIPA Petikan atau tidak.

3. Dalarn hal DIPA Petikan tidak berubah, serta rnencetak dan menetapkan POl{.

KPA meng-update ADK RKA-KjL DIPA

4. Dalarn hal Revisi Anggaran mengakibatkan perubahan DIPA Petikan, KPA menyiapkan usulan Revisi Anggaran beserta dokumen pendukungnya. 5. KPA menyarnpaikan pengesahan. usulan Revisi Anggaran kepada DJPB untuk mendapat

MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA, ttd. MUHAMAD CHATIB BASRI


Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BIRO UMUM u-, b. I(1:;;PALA-i3ACrIAN T.U.,J~EMENTERIAN
,.' r .~ _.'

,:'1':',

. .

/.~~ :'I:~'/
'1 ';'/ .

,"",,'
;.v.' "'.,,. .... '

"\":1'

'\\

. If.i~'- \

II

).})

GIART&,I :., .. "

.':, -.

If

NIP 195~42.6,1;~I~,iQ~6~o6'1

LAMPlRAN PERATURAN NOM OR

VI MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

7 / PMK 02/201

TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARANTABUN ANGGARAN 2014

MEJ\lTEF{J J<EU/\I\JGAN r~EF'UBLII< INDONESlil.

DAFTAR RINCIANRUANGLINGKUPDANKEWENANGAN PENYELESAIANREVISI ANGGARAN A. DAFTAR REVISI ANGGARAN YANG DISEBABKAN PENAMBAHAN ATAU PENGURANGAN PAGU ANGGARAN BELANJA TERMASUK PERGESERAN RINCIAN ANGGARANBELANJANY A 1. Lingkup Revi~i Anggaran dan Kewenangan ~~""
.!

~~~~~~~~~--~~--~--~

4,
l(.

1.

Kelebihan realisasi PNBP di atas target yang Pasal 11 direncanakan dalam APBN. Persyaratan yang. ayat (2) tambahan harus dilampirkan yaitu: a. matriks perubahan target PNBP; b. SSBP dan NTPN. Lanjutan pelaksanaan Kegiatan yang dananya Pasa112 bersumber dari PHLN dany atau PHDN. ayat (3) Persyaratan tambahan yang harus dilampirkan yaitu daftar sisa PHLN dan Zatau PHDN yang ditanda tangani kepala KPPN. Percepatan penarikan PHLN dan/ atau PHDN. Pasal13 Persyaratan tambahan yang harus dilampirkan yaitu Anual Work Plan yang disetujui Lender. Penerimaan HLN/HDN setelah Undang-Undang Pasal14 mengenai APBN Tahun Anggaran 2014 ditetapkan. Persyaratan tambahan yang harus dilampirkan yaitu Nomor register HLN/HDN. Penerimaan hibah langsung dalam bentuk uang. Pasal 15

.y

2.

3.

.y

4.

5. 6. 7. 8.

..y

Penggunaan anggaran belanja yang bersumber Pasal 16 dari PNBP di atas pagu APBN untuk Satker BLU. ayat (1) Pengurangan negen. alokasi pinjaman proyek luar Pasal 17

Perubahan pagu anggaran pernbayaran Subsidi Pasal 18 Energi. Persyaratan tambahan yang harus ayat (3) dilampirkan yaitu surat persetujuan Menteri Keuangan. Perubahan pagu anggaran pembayaran bunga Pasal 19 utang. Persyar.atan tambahan yang harus dilampirkan yaitu dokumen nilai tukar rupiah terhadap valuta asing sesuai kurs tengah Bank Indonesia.

.y

9.

MENTEFll I<EU/l.hlGAN I:~EPUBUI( INDmJESIA

10. Lanjutan pelaksanaan PNPM.

Pasal20 ayat(4)

11. Lanjutan pelaksanaan

Kegiatan dalam rangka Pasal 21 .penerusan pinjaman. Persyaratan tambahari ayat (4) yang harus dilampirkan yaitu Daftar Rincian Kegiatan dan Realisasi Anggaran.
--.J . --.J

12. Percepatan pelaksanaan Kegiatan dalam rangka Pasal 22 Penerusan Pinjaman. 13. Lanjutan pelaksanaan penerusan hibah. Kegiatan dalam rangka Pasa123

14. Percepatan pelaksanaan Kegiatan dalam rangka Pasa124 penerusan hibah. 15. Percepatan realisasi pelaksanaan proyek yang Pasal25 dananya bersumber dad SBSN PBS. ayat (3) 16. Perubahan pagu anggaran pembayaran cicilan Pasal26 pokok utang. 17. Perubahan pagu anggaran PMN. 18. Perubahan pagu penyesuaian kurs. anggaran dalam Pasal27 rangka Pasal28 Pasa129 Pasal30

--.J

--.J

--.J

--.J

19. Pengurangan alokasi HLN. 20. Perubahan pagu anggaran transfer ke daerah. 2. Persyaratan Umum Revisi Anggaran a. Surat usulan Revisi Anggaran yang (semula-menjadi); b. SPTJM; c. Copy DIPAterakhir; d. Revisi RKA-KjL;dan e. ADKRKA-KjLDIPA.

dilampiri

matriks

perubahan

..,
'_

IV1E[\JTEI~1 I(EUANGAI\) HEF'UI3UI( INDONESIA

-3B. PERUBAHAN ATAU PERGESERAN RINCIAN ANGGARANDALAM HAL PAGU ANGGARANTETAP 1. Lingkup Revisi Anggaran dan Kewenangan

1. Pergeseran dalarn 1 (satu) Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu) Satker. 2.

Pasal 5 ayat (3) hurufa

pengesahan

Pergeseran antar Keluaran, 1 (satu) Pasal 5 Kegiatan dan 1 (satu) Satker. ayat (3) hurufb

pengesahan

3. Pergeseran dalarn Keluaran yang Pasal5 sarna, Kegiatan yang sarna dan an tar ayat (3) hurufc Satker dalarn 1 (satu) wilayah kerja Kanwil DJPB. dalarn Keluaran yang Pasal5 4. Pergeseran sarna, Kegiatan yang sarna dan antar ayat (3) hurufd Satker dalam wilayah kerja Kanwil DJPB yang berbeda. 5. Pergeseran antar Keluaran, Kegiatan Pasal5 lYang sarna dan antar Satker dalarn 1 ayat (3) hurufe (satu) wilayah kerja Kanwil DJPB. Pergeseran antar Keluaran, Kegiatan Pasal5 [yang sarna dan antar Satker dalarn ayat (3) huruff lwilayah kerja Kanwil DJPB yang berbeda. Pergeseran antar Kegiatan dalarn 1 Pasal 5 (satu) Satker. ayat (3) huruf g Pergeseran antar Kegiatan dan antar Pasal 5 Satker dalarn 1 (satu) wilayah kerja ayat (3) Kanwil DJPB. hurufh Pergeseran antar Kegiatan dan an tar Pasal5 Satker dalarn wilayah kerja Kanwil ayat (3) hurufi DJPB yang berbeda. catatan Pasal 31
perigesahan

pengesahan

--J

Pengesahan

"
pengesahan

6.

Pengesahan

7.

8.

pengesahan

9.

10. Penghapusanj peru bahan dalam halarnan IV DIPA.

ME(\JTEF~I I<EUANGAN m=':PUI3L11( l(\lIJOf\!I:':SIA

-4-

11. Penambahan PHLN/PHDN.

cara

penarikan

Pasal 32

pengesahan

12. Pergeseran anggaran dalam rangka Pasal 33 penyelesaian inkracht. 13. Penggunaan dana Output Cadangan. 14. Penambahan Zperubahan kinerja. 15. Perubahan komposisi pembiayaan utang. rumusan instrumen Pasa134 Pasal35 Pasal36

."j ."j ."j ."j ."j

16. Pergeseran anggaran dalam subbagian anggaran BA BUN. 17. Pergeseran anggaran Pengelolaan Belanja 999.08) ke BA K/L.

satu Pasal37

dari BA BUN Pasal 38 Lainnya (BA

subbagian Pasal 39 18. Pergeseran antar anggaran dalam Bagian Anggaran 999 (BABUN). 19. pergeseran BA BUN. anggaran dari BA K/ L ke Pasal 40 ."j

2. Persyaratan Umum Perubahan Hal Pagu Anggaran Tetap a. Surat usulan (semula-rnenjadi]; b. SPTJM; Revisi

atau Pergeseran

Rincian Anggaran Matriks

Dalam

Anggaran

dilampiri

Perubahan

c. Usulan revisi DIPA; dan d. ADK RKA-K/L DIPA.

l\ilEf\JTEI~1 I<EUAf\IGAf\J m::r)UI3L1I( INDO[\)HiIA

-5 C. DAFTARREVISI ANGGARAN I{ARENA KESALAHAN ADMINISTRASI


1. Lingkup Revisi dan Kewenangan
I'

'. "'1..' :' ' J '~ I,' I:,-:_.;t. :}'If),:''.\, .-'~~;;':~:~J ~\I~:':":'~"'~ ".ji\i-, I. ' . r '" ' ;
,I~ \'.' "',.,' ,;'
<

,~~,::
I.

.. ,. ,; ;;~'~, ~;;:.:\<~/ ;,:"::,,~.' ,t i:~::,.'.',:><,' ':;:';;:: );::~\k,~i"':::,:~"'>~~<"::~, ::~ "No':!"


.
_ ~~ :~,

','

URAIAW{RE}~t.]).~r" ,'i . " .' -. J "~ I~ . '~' ~.i\~~_,t :~}...1~;~" .1." ;1" ,'\t., '11'; r.', '::t /1(; ~ . I~~'1J ': ,
i
f , +

",-J!.

',';j
~.

,.I'"It'
, .. ".

:I>r,:,,',
~ ,

'

:)L:';''';J; ',I~'"
,

It

,KEWENANGA:N ~'",.: ' K' -,I d~l. I",' ,;".j' A: .aawr ... i' i8~S'A:E,., , .oJ, .'i'\~"D::y'PB ' "f~l. ~ I, . :.' ." , .:' ... :N"' ~:
': ",'r :,
-. < \ -' .. , j

lof

li4""J
.j

'-. ell,

"

~ TO'

j' ','.

I I".

'"

'

I,

';Oji' ~~,

,\;.,

Ralat kode akun sesuai kaidah akuntansi sepanjang dalam peruntukan dan sasaran yang sama. Ralat kode Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) dalam 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Ralat kode Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) , dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda. Perubahan nomenklatur bagian anggaran dan/ atau Satker sepanjang kode tetap. Ralat kode nOI~or register PHLN/PHDN. Ralat kode kewenangan. Ralat kode lokasi dan lokasi KPPN dalam 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat J enderal Perbendaharaan. Ralat kode lokasi dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda dan lokasi KPPN dalarn 1 (satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Ralat kode lokasi dan lokasi KPPN dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda

Pasal6 huruf a Pasa16 hurufb

2.

" "

3.

Pasal6 hurufc

" " " "


"

4.
5.

Pasal6 huruf d Pasa16 huruf e Pasa16 huruff Pasa16 huruf g Pasa16 hurufh

6. 7.

8.

"
Pasal6 huruf i Pasa16 huruf j Pasa16 hurufk Pasal6 huruf 1

9.

10. Ralat kode Satker II. Ralat cara penarikan PHLN/PHDN.

" "

12. RaJat pencan tuman volume, jenis, dan satuan Keluaran yang berbeda antara RKA-K/L dan RKP atau hasil kesepakatan DPR-RI dengan pemerintah.

"

"

.:'1

MENTERIKEUANGAN. REPUBLIKINDONESIA

-6 XEWENANGAN No.
..

.URAIANREVISI ,

,',

PASAL Pasal6 hurufm Pasal6 hurufn Pasal6 hurufo

DJA

Kanwil .
DJPBN'
--J --J --J.

. 13. Ralat rencana penarikan: dana atau rencana penerimaan dalam halaman III DIPA 14. Ralat pencantuman DIPA volume Keluaran dalam

15. Perubahan pejabat perbendaharaan

2. Persyaratan

Umum Ralat Administrasi Revisi Anggaran dilampiri Matriks Perubahan (semula-

a. Surat usulan menjadi); b. SPTJM;

c. Usulan revisi DIPA; dan d. ADK RKA-K/L DIPA.

MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA,

ttd.
MUHAMADCHATIB BASRI
. Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BIRO UMUM

.
/.
"

u.b.:.. :::,.::;~::;",> ..",


.,
,

:':,
'

.
';',

KEPALA BAG'IAN'T:U::":KEMENTERIAN
"
',''.

~II/ ,.:,': . . '.( ...,


1 :.
j. .....

\":'\l'\~
!

\;~ .. '~ ~'

. _

GIART&.

\..

. . .'
I~

./ .

JJ
.

NIP 195 0.420)98402'16'01' , '. ;~'! '1.\ f''\'' .'

LAMPIRAN NOMOR

VI! MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESII

PERATURAN

7/PMK.02/2014

TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2014

MENTEI~"<EUA"'GAN HEPUElLlf< II\IDOI,IESIA

FORMAT SURAT USULAN REVISI ANGGARAN A. FORMAT SURAT USULAN REVISI ANGGARAN DARI KUASA PENGGUNA ANGGARAN KEPADA KANTOR WILAYAH DJ.REKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN LOGO (1) KEMENTERIAN/ LEMBAGA UNIT ESELON 1 Satker Alamat : : S/2014 / : Segera : Satu Berkas : Usulan Revisi Anggaran (2) } (3) (4) (5)

Kop

Nomor Sifat Larnpiran Hal

(tanggal- bulan) 2014

Yth. Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Di


................. (7)

(6)

1. Dasar Hukum: a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2014.
b (8)

/PMK.02/2014

c. DIPA Petikan kode digital stamp 2. Alasan Zpertimbangan a (9) b (10)

No. .. . perlunya Revisi Anggaran:

".'

Tanggal

3. Bersama ini diusulkan Revisi Anggaran dengan rincian sebagai berikut: a. Kategori revisi (11) b. Jenis revisi. (12) 4. Sebagai bahan pertimbangan, dengan ini dilampirkan a. Matriks perubahan (semula-menjadi) sebagaimana b. SPTJM. c. ADK RKA-K/L DIPA Revisi. d (13) Dernikian kami sainpaikan, data dukung berupa: daftar terlampir.

atas kerja samanya diucapkan

terima kasih.

Kuasa Pengguna Anggaran

........................................ NIP/NRP

(14) (15)

MEI'JTEI~II(EUf.\f\lGAf\l r~EPUBUI< IhlDOhlESIA

- 2 -.

Keterangan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Diisi dengan Diisi dengan Diisi dengan Diisidengan Diisi dengan logo K/ L. nomenklatur K/L. uniteselon I pengusul Revisi Anggaran. Satker pengusul Revisi Anggaran. .alamat Satker.

Diisi dengan tujuan (Kepala Kanwil DJPB). Diisi dengan alamat Kanwil DJPB. Diisi dengan peraturan-peraturan lain sebagai dasar hukum revisi (jika ada). Diisi dengan alasan/pertimbangan yang rrienjadi penyebab dilakukannya Revisi Anggaran dari sisi perubahan kebijakan atau ada penugasan baru.

10. Diisi dengan alasan/pertimbangan dari sisi tujuan Revisi Anggaran, antara lain: antisipasi terhadap perubahan kondisi dan prioritas kebutuhan, mempercepat pencapaian kinerja K/L, dan/ atau meningkatkan efektivitas, kualitas belanja dan optimalisasi penggunaan anggaran yang terbatas (pilih sesuai keperluan). 11. Diisi dengan kategori Revisi.Anggaran yaitu peru bahan rincian anggaran yang. disebabkan penambahan atau pengurangan pagu anggaran belanja termasuk pergeseran rincian anggaran belanjanya, perubahan atau pergeseran rincian anggaran dalam hal pagu anggaran tetap, dany atau perubahan/ralat karena kesalahan administrasi (pilih sesuai keperluan). . 12. Diisi dengan jenis Revisi Anggaran, (contoh: pergeseran antar keluaran dalam satu kegiatan dan 1 (satu) Satker dalam rangka memenuhi kebutuhan biaya operasional). . 13. Diisi dengan dokumen pendukung lainnya terkait dilakukan Revisi Anggaran yang dilakukan (contoh: Surat Pernyataan Penggunaan Hasil Optimalisasi/Bisa Anggaran Swakelola). 14. Diisi dengan nama KPA. 15. Diisi dengan NIP/NRP KPA.

MENTEI~I I<J::UANGAf\1 REPUBLlI< U\lDONE.SIA

- 3 -. MATRIKSPERUBAHAN(SEMULA-MENJADI) SATKER (1) No.


1..

2. 3.

4.

Uraian Program ... (2) Kegiatan ... (3).. Keluaran ... (4) Volume Rupiah Kode Digital Stamp

Semula

Menjadi
,

. + j- .

aaa (5) Rp.xxx.xxx (8)


9999.9999.9999.9999

bbb (6) Rp.yyy.yyy (9)

cc.c(7) Rp.zzz.zzz( 10)

--

Keterangan: . Diisi dengan nomenklatur Satker pengusul Revisi Anggaran. Diisi dengan Program yang direvisi. Diisi dengan Kegiatan yang direvisi. Diisi dengan Keluaran yang direvisi (termasuk apabila terjadi perubahan jenis Keluaran). 5 .. Diisi dengan volume Keluaran awal sebelum Revisi Anggaran. 6. Diisi dengan volume Keluaran akhir setelah Revisi Anggaran. 7. Diisi dengan penambahanj pengurangan volume Keluaran setelah Revisi Anggaran. 8. Diisi dengan alokasi anggaran awal sebelum Revisi Anggaran . .9. Diisi dengan alokasi anggaran akhir setelah Revisi Anggaran. 10. Diisi dengan penambahan/pengurangan alokasi anggaran setelah Revisi Anggaran. 1. 2. 3. 4.

..

./

MEI\ITET\I f(EUAhICiAN nEF'UI3UI< II'JI)OI'JESIA

- 4 -. B. FORMAT SURAT USULAN REVISI ANGGARAN DARI ESELON .I KEPADA DIREKTORATJENDERAL ANGGARAN LOGO (1) KEMENTERIAN/LEMBAGA UNIT ESELON 1 Alamat -; : S/2014 / : Segera : Satu Berkas . : Usulan Revisi Anggaran (2)}
(3)

(4)

Kop . (tanggal-bulan) 2014

Nomor Sifat Lampiran Hal

Yth. Direktur Jenderal Anggaran Di jakarta 1. Dasar Hukum: a. Peraturan Menteri Keuangan Nornor teritang rata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2014.
b (5)

/PMK.02/2014

c. d. e. f.

DHP RKA-K/L Ditjen ,. DIPA Induk No PIPA Petikan No DIPA Petikan :..No

No Tanggal Tanggal Tanggal

Tanggal. kode Digital Stamp kode Digital Stamp kode Digital Btamp

. . ..

2. Alasan/pertirnbangan a ;., (6)


b. (7)

perlunya Revisi Anggaran:

3. Bersarna ini diusulkan Revisi Anggaran dengan rincian sebagai berikut: a. Kategori revisi (8) b. Jenis revisi (9) 4. Berkenaan dengan usulan Revisi Anggaran tersebut di atas dilampirkan dukung berupa: a. Matriks perubahan (semula-menjadi) sebagaimana daftar terlampir. b. SPTJM. c. ADK RKA~K/LDIPA Revisi. .d (10) Demikian kami sampaikan, atas kerja sarnanya diucapkan terima kasih. (Sekretaris Jenderal/Sekretaris Sekretaris/Pejabat Eselon I Kernenterian / Lernbaga)
Utama/

data

....................................... NIP/NRP

(11) (12)

I\tH~NTEI~1I<EUAJ\JGAN 11EPUBLlI( It'-IDOI\)ESIA

-5Keterangan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Diisi dengan Diisi dengan Diisi dengan Diisidengan logo K/L. nomenklatur KI L. unit eselon I pengusul RevisiAnggaran. alamat unit eselon I.

Diisi dengan dasat hukum lainnya (contoh: UU, PP, Perpres) atau keputusan sidang kabinet atau keputusan rapat yang dipimpin menteri koordinator. Diisi dengan alasany pertimbangan yang menjadi penyebab dilakukannya Revisi Anggaran dari sisi perubahan kebijakan atau ada penugasan baru.
, ,

Diisi dengan alasany pertimbangan dari sisi tujuan Revisi Anggaran, an tara lain antisipasi terhadap perubahan kondisi dan prioritas kebutuhan, mempercepat pencapaian kinerja Kementeriarr/Lernbaga, dany atau meningkatkan efektivitas, kualitas belanja dan optimalisasi penggunaan anggaran yang terbatas (pilih sesuai keperluan). Diisi dengan kategori revisi yaitu perubahan rincian anggaran yang disebabkan penambahan atau pengurangan pagu anggaran belanja termasuk pergeseran rincian anggaran belanjanya, perubahan atau pergeseran rincian anggaran dalam hal pagu anggaran tetap, darr/ atau perubaharr/ralat karena kesalahan administrasi (pilih sesuai keperluan). Diisi dengan jenis Revisi Anggaran, (contoh: pergeseran antar keluaran dalam 1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu) Satker dalam rangka merrienuhi kebutuhan biaya operasional) .

8.

9.

10. Diisi dengan dokumen pendukung lainnya terkait dilakukan Revisi Anggaran yang dilakukan (contoh: Surat Pernyataan Penggunaan Hasil Optimalisasi/ Sisa Anggaran Swakelola). 11. Diisi dengan nama Pejabat Eselon I K/L. 12. Diisi dengan NIP/NRP Pejabat Eselon I K/L.

~I

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

-6 MATRIKSPERUBAHAN(SEMULA-MENJADI) ESELON 1. No. Uraian A. Satkeroo. 00.. (2) 1. Program 00.(3) 2. Kegiatan 00.(4) 3. Keluaran 00.(5) Volume. ." Rupiah B. Satker ....... (2) 1. Program ... (3) 2. Kegiatan ... (4) 3. Keluaran ... (5) Volume Rupiah Keterangan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Diisi dengan nomenklatur Eselon I pengusul Revisi Anggaran. Diisi dengan nomenklatur Satker yang direvisi. Diisi dengan Program yang direvisi. Diisi dengan Kegiatan yang direvisi. Diisi dengan Keluaran yang direvisi (termasuk apabila terjadi perubahan jenis Keluaran). Diisi dengan volume Keluaran awal sebelum Revisi Anggaran. Diisi dengan volume Keluaran akhir setelah Revisi Anggaran. Diisi dengan penambahan Zpengurangan volume Keluaran setelah Revisi Anggaian. Diisi dengan alokasi anggaran awal sebelum Revisi Anggaran .. Diisi dengan alokasi anggaran akhir setelah Revisi Anggaran. Diisi dengan penarnbahan /pengurangan alokasi anggaran setelah Revisi Anggaran. . Diisi dengan Digital stamp semula. 0000.00.00 0000 Semula (kode Digital Stamp)(12) 00 0000.00 .. 0000.. 0000 Menjadi (1)

+/-

aaa (6) Rp.xxx.xxx (9) (kode Digital Stamp) (12)

bbb(7) Rp.yyy.yyy (10)

ccc(8)

Rp.zzz.zzz(ll)

aaa (6) Rp.xxx.xxx (9)

bbb (7) Rp.yyy.yyy (10)

ccc(8)

Rp.zzz.zzzt l I]

MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA, ttel. MUHAMADCHATIB BASRI

LAM PI RAN VIII PERATURAN MENTER! NOM OR

. KEUANGAN REPUBLlK INDONESI1

TENTANG TATA CARA REVIS! ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2014

7/PMK.02/2014

IIi1EhlTEHII{EUANG/\N

r~r:'PUEllH\ IhlDONESIA

FORMAT SURAT PERNYATAAN TANGGUNGJAWAB MUTLAK(SPTJM) A. FORMAT SPTJM KUASAPENGGUNAANGGARAN*) LOGO (1) KEMENTERIAN j LEMBAGA UNIT ESELON 1 : Satuan Kerja (2)}
(3)

(4)

Kop .

. Alamat.:

::

(5)

SURAT PERNYATAAN TANGGUNGJAWAB MUTLAK NOMOR: (6) Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NIPjNRP Jabatan
: : (7) (8)

: Kuasa Pengguna Anggaran

Dengan ini rrienyatakan dan bertanggung jawab secara penuh atas hal-hal sebagai berikut: 1. Usulan Revisi Anggaran telah disusun sesuai ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun . . 2014. . . 2. Dokumen-dokumen yang dipersyaratkan dalam rangka Revlsi Anggaran telah disusun dengan lengkap dan benar, disimpan oleh Satuan Kerja, dan siapuntuk .diaudit sewaktu-waktu. .
3. Perhitungan

4. 5.

6. 7.

8.

kebutuhan anggaran yang dituangkan dalam TORjRAB telah disusun mengikuti ketentuan dan merupakan harga yang paling ekonomis. Revisi anggaran yang dilaksanakan tidak mengurangi volume Keluaran yang telah direncanakan. Persetujuan dari Kementerian Perencanaarr/Bapperias dalam hal Revisi Anggaran menyebabkan pengurangan volume keluaran pada Kegiatan Prioritas Nasional sudah ditetapkan. Kuasa Pengguna Anggaran bertanggung jawab secara formal dan material atas kebenaran usulan Revisi Anggaran yang diajukan. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar dan' menimbulkan kerugian negara, saya bersedia menyetorkan kerugian negara tersebut ke Kas Negara. Dalam hal Revisi Anggaran mengakibatkan permasalahan hukum, merijadi tanggung jawab Kuasa Pengguna Ariggaran ..
.
,

. Demikian surat pernyataan sadar, dan tidak dibawah tekanan. ,------,

ini dibuat dengan sebenarnya,


. )

dalam keadaan
(9) (10)

Kuasa Pengguna Anggaran


--'

Materai

6000
L-..-

NIPj NRP

,'..(11)

*) format SPTJM KPA terkait BA BUN, baik untuk K.P A BUN sebagai Pelaksana Kegiatan atau sebagai Penyalur Dana,
rumusan pernyataan disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan masing-masing subbagian anggaran BA BUN.

rvIEt\ITFRI I<F':U/\I\jGAI\] F(EF'UElL.II( INDONESIA

-2Keterangan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Diisi dengan logo Kementeriarr/Lembaga. Diisi dengan uraian nama Kcmenteriarr/Lembaga .. Diisi dengan uraian nama unit Eselon I. Diisi dengan uraian nama Satker. . Diisi dengan alamat Satker. Diisi dengan nomor Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak. Diisi dengan nama pejabat penanda tangan Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak. Diisi dengan NIP/NRP. Diiai dengan tempat dan tanggal. Diisi dengan nama Kuasa Pengguna Anggaran. Diisi dengan NIP/ NRP Kuasa Pengguna Anggaran.

\Mf"tr /
.'

MENTEr'!l !(EUANGAN

I:':EPUBLIK INDONESIA

-3B. FORMAT SPTJM ESELON I KEMENTERIANjLEMBAGA **) LOGO (1) KEMENTERIAN/LEMBAGA UNIT ESELON 1.. Alamat

(2)}
(3) (4)

Kop

,SURATPERNYATAAN TANGGUNGJAWAB MUTLAK NOMOR: (5) Yang bertanda Nama NIP Jabatan
: :

tang an di bawah ini:


(6) (7)

: Sekretaris JenderaljSekretaris

UtamajSekretarisjPejabat

Eselon I (8)

, Dengan ini menyatakandan bertanggung jawab secara penuh atas hal-hal sebagai berikut: '
1. Usulan

Revisi Anggaran yang diajukan oleh Kuasa Pengguna Anggaran telah diteliti, diperiksa :kesesuaian dan kelengkapan dokumen pendukung yang disarnpaikan.

2. .Dokumen-dokumen yang dipersyaratkan dalam rangka Revisi Anggaran telah disusun dengan lengkap dan benar, disimpan oleh Satuan Kerja dart unit Eselon I, dan siap untuk diaudit sewaktu-waktu. 3. Dalarn hal pagu anggaran berubah, usul Revisi Anggaran telah dibahas dan direviu dengan unit Inspektorat terkait (APIPKj L). 4. Kuasa Pengguna Anggaran bertanggung jawab secara formal dan material atas 'uaulari Revisi Anggaran yang diajukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, sadar, dan tidak di bawah tekanan.'
.......... : )

dalam keadaan
',I

(9)

.----------,

Sekretaris JenderaljSekretaris SekretarisjPejabat Eselon I

Utarnaj

Materai

6000
............................................ (10)

NIP/NRP

(11)

**) format SPTJM Eselon I terkait BA BUN, untuk Eselon I sebagai PPA BUN, rumusan pemyataan
disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan masing-masing subbagian anggaran BA BUN,

MENTERII<EUANGAN REPUBLlI< INDONESIA

-4 Keterangan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Diisi dengan logo Kemeriteriarr/Lembaga. Diisi dengan uraian nama Kementerian/Lembaga .. Diisi dengan uraian nama unit Eselon 1. Diisi dengan alamat unit Eselon I. Diisi dengan nomor SPTJM. Diisi dengan nama pejabat penanda tangan SPTJM. Diisi dengan NIP/NRP pejabat penanda tangan SPTJM. Diisi dengan uraian jabatan penanda tangan SPTJM sesuai keperluan. Diisi dengan tempat dan tanggal.

10. Diisi dengan nama pejabat penanda tangan SPTJM. 11. Diisi dengan NIP/NRP pejabat penanda tangan SPTJM.

MENTERIKEUANGANREPUBLIKINDONESIA, ttd. MUHAMADCHATIBBASRI

LAMP!RANIX PERATURAN NOM OR MENTER! KEUANGAN REPUBLIK !NDONES:

7 / PMK 02/ 201 4

TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARANTAHUN ANGGARAN 2014

lVIENTE:r~1KELJANGAN HEPUI3LlI< INDONESIA

FORMAT SURAT PENGESAHAN REVISI ANGGARAN A. FORMAT SURAT PENGESAHAN DIREKTORATJENDERALANGGARAN REVISI ANGGARAN PADA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORATJENDERALANGGARAN ,


Gedung Soetikno SIamet Lantai 4, JaIan Dr.Wahidin No.1, Jakarta Pusat 10710, Kotak Pos 2435 JKP 10024

TELEPON(021) 3849315 FAKSIMILE (021) 3847157; SITUS www.anggaran.depkeu.go.id

Nomor Sifat Lampiran Hal

: S12014 I : Segera : Satu Berkas : Pengesahan Revisi Anggaran

(tanggal-bulan) 2014

Yth. Di

1. Direktur Jenderal Perbendaharaan C.q Direktur Sistem Perbendaharaan 2. Sekretaris .Jenderal/ Sekretans Utamay Sekretaris /Pejabat Eselon I K/L

Temp at Sehubungan dengan surat usulan Revisi Anggaran nornor dengan ini disampaikan:
(3) Tanggal (4)

1. Usulan Revisi Anggaran telah disahkan dan Database RKA-K/LDIPA pada Kementerian Keuangan telah diperbaharui. 2. Dengan pengesahan Revisi Anggaran ini Kode Pengaman (Digital Stamp) DIPA Petikan yang digunakan sebagai dasar transaksi berubah menjadi sebagai berikut: a. Satker b. Satker Kode Pengaman (Digital Stamp) Kode Pengaman (Digital Stamp) (5) (5)

3. Dalam rangka rnemenuhi kebutuhan administrasi, Kuasa Pengguna Anggaran dan Kepala KPPN agar mengunduh PDF File DIPA Petikan Revisi sebagai dasar untuk mencetak DIPAPetikan Revisi sebagaimana tercantum dalam notifikasi terlarnpir. Demikian disampaikan, untuk dilaksanakan dengan penuh tanggurig jawab. a.n. Direktur .Jenderal Anggaran Direktur Anggaran II Anggaran Anggaran III

III

..... :

(6)

NIP Tembusan: 1. 2. 3. 4. " 5. 6.

(7)

Menteri ZPimpinan Lembaga ......... (8); Ketua Badan Pemeriksa Keuangan; Gubernur (9); Eselon I (10); Direktur Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktur Akuntansi dan Pelaporan Keuangan dan Direktur Pelaksanaan Anggaran; Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan ........ (11).

I\I1ENTH~1 1(I::lJAI\JGAN r~r.:PUBLlI( II\IDOI\lESIA

- 2 -. Keterangan: 1. Diisi dengan nama dan kode Satker yang direvisi. 2. 4. 6. 7. 8. 9. Diisi dengan KPPNyang yang melakukan pembayaran. Diisi dengan tanggal surat Usulan Revisi Anggaran. Diisi derigan nama Direktur mengesahkan Revisi Anggaran. Anggaran I/ Anggaran II/ Anggaran I/ Anggaran II/ Anggaran III yang 3.' Diisi dengan nornor surat usulan Revisi Anggaran. 5. Diisi dengan kode Digital Stamp baru per masing-masing Satker.

Diisi dengan NIP Direktur Anggaran mengesahkan Revisi Anggaran. Diisi dengan Gubenur terkait.

III

yang

Diisi dengan Menteri atau Pimpinan Lembaga Satker yang direvisi.

10. Diisi dengan Eselon I tempat Satker. 11. Diisi dengan Kepala Kanwil DJPB terkait.

,I,

MENTEI=<I I<EUN-JGAN HEPUI3L1I< INDONESIA

-3B. FORMAT' SURAT PENGESAHAN REVISI ANGGARAN PADA KANTOR WILAYAH DIREKTORATJENDERALPERBENDAHARAAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KANWIL DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN " Alamat (2)
Nomor Sifat Lampiran Hal

(1)

: s/2014 : Segera : Satu Berkas : Pengesahan Revisi Anggaran


(3)

(tanggal-bulan) 2014

Yth. 1. Kuasa Pengguna Anggaran Satker 2. Kepala KPPN (4) 3. Kepala KPPN (4) Di Temp at

. Sehubungan dengan surat usulan Revisi Anggaran nomor ......... (5) Tanggal ....... (6) dengan ini disarnpaikan: 1. Usulan Revisi Anggaran telah disahkan dan Database RKA-K/L DIPA pada Kementerian Keuangan telah diperbaharui. 2. Dengan pengesahan Revisi Anggaran ini Kode Pengaman (Digital Stamp] DIPA Petikan yang digunakan sebagai dasar transaksi berubah menjadi (7) 3. Dalam rangka memenuhi kebutuhan administrasi, Kuasa Pengguna Anggaran dan Kepala KPPN agar mengunduh PDF File DIPA Petikan Revisi sebagai dasar untuk mencetak DIPA.Petikan Revisi sebagaimana tercantum dalam notifikasi terlampir. Demikian disampaikan, untuk dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan

.... (8)

........................................

(9)

NIP

(10)

Tembusan: 1. 2. 3. 4. 5. Menteri/Pimpinan Lembaga ......... (11); Ketua Badan Pemeriksa Keuangan; Gubernur ........ (12); Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan; Direktur Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktur Akuntansi Keuangan dan Direktur Pelaksanaan Anggaran.

dan Pelaporan

MENTERIKEUANGAN
REPU8UK INDONESIA

- 4 -. K.eterangan: 1. Diisi dengan Kanwil DJPB yang mengesahkan Revisi Anggaran. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Diisi dengan alamat Kanwil DJPB yang mengesahkan Revisi Anggaran. Diisi dengan nama dan kode Satker yang direvisi. Diisi dengan KPPN yang yang melakukan pembayaran. Diisi dengan nornor surat usulan Revisi Anggaran. Diisi dengan tanggal surat usulan Revisi Anggaran. Diisi dengan kode Digital Stamp baru. Diisi dengan Kanwil DJPB yang melakukan Revisi Anggaran. Diisi dengan nama Kepala Kanwil DJPB yang mengesahkan Revisi Anggaran. Lembaga Satker yang direvisi.

10. Diisi dengan NIP Kepala Kanwil DJPB yang mengesahkan Revisi Anggaran. 11. Diisi dengan MenterijPimpinan 12. Diisi dengan Gubenur terkait. MENTERIKEUANGAN REPUBLIKINDONESIA, ttd.
j

MUHAMAD CHATIBBASRI

You might also like