You are on page 1of 2

Resensi Buku Jejak Kehidupan di Planet Lain Novita Eka, XII A1

Teman di Semesta, Apakah Ada?

Judul buku :

Jejak Kehidupan di Planet Lain


Pengarang : Rohmat Haryadi Penerbit : ReneBook, Jakarta Tahun terbit : 2013 Tebal : xx + 325 halaman

Astronom dan peminat astronomi senantiasa terobsesi dengan dua pertanyaan besar: (1) Bagaimana asal usul alam semesta dengan segala isinya? (2) adakah kehidupan di luar angkasa sana? Kerinduan akan kawan membuat manusia senantiasa berimajinasi dan berusaha menemukan teman berkisah tentang keindahan alam. Ketika Adam menghuni surga, dengan segala fasilitas dan keindahannya, dia dicekam kesepian karena sendirian. Dia meminta Tuhan menciptakan teman untuknya. Tuhan pun menciptakan Hawa untuk memecah kesepian Adam. Rupanya, semenjak akal ditanamkan pada manusia, sudah menjadi fitrah manusia untuk mencari teman. Tidak hanya di surga, tetapi juga di semesta. Buku ini memang bukan buku teks astronomi yang merangkai data dan pemaparan teknis, tetapi semacam reportase wartawan yang menggali beragam informasi astronomi mutakhir yang menggugah keingintahuan kita. Sebuah planet yang mempunyai kehidupan, haruslah berada di Habitable Zone (Goldilocks) atau Zona Layak Hidup dimana dimungkinkan ada air dalam bentuk cair, karena dimana ada air disana ada kehidupan. Air merupakan pelarut yang baik untuk berbagai reaksi biokimia yang berbasis karbon dan penyedia hidrogen. Air akan tetap berada pada bentuk cair pada tekanan dibawah 1 bar dengan suhu 0 - 100 C, tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Ternyata planet yang berada di Zona Layak Huni ini tidak mudah ditemukan. Zona Layak Huni haruslah berada pada jarak yang tepat, dimana suhu tetap hangat untuk mempertahankan air dalam bentuk cair seperti pada sistem kehidupan matahari-bumi. Matahari berada di tepi, jauh dari pusat galaksi. Sehingga paparan radiasi yang menerpa tidak terlalu kuat dan tidak perlu khawatir akan

Resensi Buku Jejak Kehidupan di Planet Lain Novita Eka, XII A1

gangguan dari awan Oort. Bumi berada ditengah-tengah Zona Layak Huni Matahari yang membentang antara 0,8 SA hingga 1,6 SA. Terlalu dekat, air akan menguap. Terlalu jauh, air akan membeku. Lama waktu hidup sebuah bintang juga menjadi kunci utama kehidupan. Bintang-bintang besar hanya mampu bertahan beberapa juta tahun saja, tidak cukup waktu bagi kehidupan untuk menampakkan dirinya. Sementara bintang-bintang sedang hingga kecil dapat hidup hingga 10 milyar tahun lebih. Cukup untuk memberi kesempatan bagi kehidupan untuk berkembang, bahkan memungkinkan kehadiran makhluk-makhluk cerdas pada puncak evolusinya. Banyaknya syarat yang harus dipenuhi tidak menyurutkan niat para ilmuwan untuk mencari teman di semesta. Mereka memperhatikan bintang satu per satu untuk mencari kemungkinan planet yang berkehidupan. Pencarian itu tidaklah sepenuhnya sia-sia ketika ditemukan planet Gliese 581g yang mengorbit bintang induknya, Gliese 581. Dengan indeks kemiripan dengan bumi 0,92, Gliese 581g menjadi calon terbaikdari semua planet diluar tata suryayang potensial untuk dihuni. Namun untuk menginjakkan kaki di planet dengan massa 2,2 massa Bumi ini, dibutuhkan waktu 300.000 tahun meskipun dalam dunia astronomi jaraknya termasuk dekat, yaitu 20 tahun cahaya. Buku ini menyajikan sesuatu yang berbeda dengan buku sejenis. Alur cerita yang mengalir membuat siapa saja menikmati buku ini. Kemampuan berbahasa penulis patut diacungi jempol. Ketika membaca buku ini, pembaca dapat merasa seolah-olah berpetualang ke luar semesta dan mencari teman disana. Bahkan pembaca dapat berfikir bahwa ini adalah buku fiksi yang didasarkan pada datadata ilmiah astronomi. Namun, beberapa data dalam buku ini berbeda dari satu bagian ke bagian lain seperti pada halaman 53 diungkapkan bahwa Zona Layak Huni Matahari antara 0,725 SA 3 SA. Sedangkan pada halaman 55, Zona Layak Huni Tata Surya berada dalam rentang 0,8 SA 1,6 SA. Penyajian ilustrasi akan lebih menarik jika menggunakan warna, tidak hanya hitam putih. Namun hal itu dapat ditutupi dengan penggunaan kertas dan pemilihan jenis tulisan yang tidak membuat mata lelah ketika membacanya. Terlepas dari kekurangannya, buku ini patut dipertimbangkan untuk para pecinta astronomi, astrobiologi, dan ufologi yang menantikan buku yang menarik dan ringan seperti ini. Penelitian dan pencarian masih terus berlanjut. Semoga kita dapat menemui teman kita di semesta dan sempat berkenalan dengan mereka, bahkan hidup berdampingan dengan mereka. Atau setidaknya mereka menemukan pesawat kita seperti Voyager 1 dan Voyager 2 yang membawa plakat berisi 55 bahasa di dunia. Setidaknya mereka dapat mendengar pesan kita, sapaan kita, yaitu salam damai dari bumi untuk semesta raya. Semoga.

Novita Eka Rahmawati, XII A1 / 17

You might also like