Professional Documents
Culture Documents
PADA WANITA
2001
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….…i
DAFTAR ISI…………………………………….………………………..………………ii
PENDAHULUAN……………………………………………………………………..….1
BAB I. TEMBAKAU, ROKOK DAN ASAP ROKOK…………………………..……....3
Jenis Produk Tembakau…………………………………………………….……..3
Sifat Fisik Asap Rokok……………………………………………………..…….4
Bahan Kimia Dalam Asap Rokok…………………………………………..….…5
Nikotin ……………………………………………………….……………….6
Enviromental Tobacco Smoke…………………………………………………….8
BAB II. PENGARUH MEROKOK PADA WANITA……………………………………9
Fakta – fakta………………………………………………………………….……9
Konsekuensi Kesehatan Yang Harus Didapat Bila Wanita Merokok …………10
1. Kanker
a. Kanker Paru – paru………………………………………………10
b. Kanker Payudara…………………………………………………11
c. Kanker Endometrium…………………………………………….11
d. Kanker Ovarium………………………………………………….12
e. Kanker Cervix Uteri …………………………………………….12
f. Kanker Oropharinx ….………………………………………… 13
g. Kanker Larinx ……………………………………………..……13
h. Kanker Oesophagus…………………………………………… 14
i. Kanker Colorectal ……………………………………………… 14
j. Kanker Hepar…………………………………………………… 14
k. Kanker Pankreas…………………………………………………14
l. Kanker tractus urinarius………………………………………… 14
m. Kanker Thyroid…………………………………………………. 15
n. Kanker limphoproliferatif – Hematologis………………………. 16
2. Penyakit Kardiovaskular……………………………………………..16
3. Penyakit Cerebrovaskular……………………………………………17
4. Chronic Obstructive Pulmonary Disease ……………………………18
5. Gangguan Hormonal ……………………………………………….. 19
6. Berat Badan…………………………………………………………..20
7. Densitas tulang dan resiko terjadi fraktur……………………………21
8. Penyakit Lain………………………………………………………...22
9. Menstruasi dan Menopause………………………………………….23
10. Kelainan Ginekologis………………………………………………..24
11. Fungsi Reproduksi…………………………………………………...25
12. Kehamilan ………………………………………………………….. 26
13. Pengaruh pada Janin…………………………………………………28
14. Laktasi…………………………………………………………….….29
BAB III. BERHENTI MEROKOK ……………………………………………………30
KESIMPULAN…………………………………………………………………………..32
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………34
PENDAHULUAN
Sudah lebih dari seribu tahun, manusia mengenal kebiasaan merokok. Selama itu
pula, merokok sudah mempengaruhi kesehatan manusia. Dalam kurun waktu tersebut
banyak sudah yang dialami manusia dan dipelajari dari merokok. Dari sekian lama
pengalaman dan sekian banyak pengetahuan, maka dapat disimpulkan bahwa merokok
berbahaya untuk kesehatan manusia. Namun demikian, semua itu tidak cukup untuk
dapat menghilangkan rokok dari muka bumi.
Kebiasaan merokok pada wanita timbul setelah sebelumnya menjadi kebiasaan
pada kaum pria. Pada awalnya, tingkat prevalensi merokok pada wanita jauh dibawah
pria. Perbedaan tingkat prevalensi ini kemudian menyempit pada dekade ke 6 hingga
dekade ke 8 abad 20. Sejak tahun 1985, tingkat prevalensi merokok pada pria dan wanita
adalah sama.
Adalah menarik mempelajari pengaruh rokok pada wanita. Hal ini disebabkan
karena, pertama, tentang rokok itu sendiri, diluar pengetahuan kita tentang ribuan bahan
kimia yang terdapat dalam asap rokok, semuanya masih merupakan misteri. Efek
langsung dari asap rokok terhadap tujuh manusia serta mekanisme bagaimana asap rokok
dapat menyebabkan berbagai penyakit, masih harus kita pelajari lagi. Kemudian oleh
karena begitu banyak kandungan asap rokok, dan begitu luasnya sifat biologis yang
dimiliki asap rokok, maka sulit sekali mempelajari hal tersebut. Dengan demikian adalah
penting artinya bagi kita, penelitian secara epidemiologis dalam mempelajari masalah
rokok.
Dalam bab-bab berikutnya, akan dijelaskan bagaimana pengaruh merokok pada
kesehatan. Hampir semua kesimpulan yang diambil, didasarkan kepada data
epidemiologis, dan sebagian besar penyakit yang bisa disebabkan merokok,
patogenesanya belum jelas benar. Penelitian-penelitian ini dilakukan dihampir lima
benua. Namun sayang sekali, penulis tidak berhasil menemukan literatur tentang
penelitian mengenai pengaruh merokok pada wanita di Indonesia. Namun demikian,
walaupun mempunyai karakteristik kependudukan dan demografis yang berbeda, namun
hasil atau kesimpulan yang didapat dari penelitian di luar negeri, berlaku secara
universal.
Kedua, wanita itu sendiri memiliki karakteristik dan kepentingan yang berbeda
dengan pria. Yang paling penting ialah bahwa wanita mempunyai kemampuan untuk
mengandung dan melahirkan keturunan. Dengan demikian, merokok selain berpengaruh
pada kesehatan dirinya, dapat juga berpengaruh kepada keturunannya.
Terakhir, masalah merokok ini pada akhirnya sudah tersangkut paut dengan
segala aspek kehidupan manusia, mulai dari masalah kesehatan, kependudukan, ekonomi,
sampai masalah pertahanan dan keamanan suatu negara, tersangkut dengan masalah
rokok, sehingga masalahnya sedemikian kompleks dan sulit diatasi.
BAB I
TEMBAKAU, ROKOK DAN ASAP ROKOK
Rokok yang bahan bakunya tembakau, telah dikenal dan digunakan oleh manusia
kara-kira seribu tahun lamanya. Dahulu, tanaman tembakau hanya tumbuh di dunia barat
dan banyak diperdagangkan oleh suku indian untuk keperluan upacara keagamaan dan
pengobatan saat Colombus datang dan mendarat di tanah yang kemudian dikenal sebagai
benua Amerika.
Ketika itu suku indian menghirup rajangan halus daun tembakau atau
menghisapnya setelah dibakar dalam pipa-pipa yang mereka namakan tobagos atau
tobacos secara bergantian dalam kelompok untuk tujuan kedamaian dan menggalang
perdamaian antar suku.
Setelah zaman Colombus, para penjelajah dunia dan pedagang membawanya ke
eropah, kemudian ke asia, dimana tanaman komoditi ini cepat berakar dalam kehidupan
sosial maupun komersial mereka.
Linnaeus pada tahun 1753 menamakan genus tumbuhan tembakau sebagai
Nicotiana tabacum, diambil dari nama seorang tokoh pemerintah perancis saat itu, Nicot.
Dan dalam tahun 1828, kandungan yang paling penting dari tembakau yang dikenal
sebagai nicotine berhasil diisolasi.
NIKOTIN
Nikotin pertama kali diisolasi dari daun tembakau atau Nicotiana Tabacum oleh
Posselt dan Reiman pada tahun 1828. Nikotin adalah zat yang secara farmakologis paling
penting yang terdapat dalam tembakau. Walaupun sebenarnya nikotin tidak mempunyai
manfaat terapi, namun secara farmakologis bersifat sangat toksik, dan keberadaannya
dalam tembakau, serta dengan adanya efek ketergantungan fisik terhadap nikotin,
membuat zat ini sangat penting dalam ilmu kedokteran.
Nikotin merupakan alkolona yang sangat toksik yang merupakan stimulan,
sekaligus depresan ganglion. Efeknya sangat kompleks dan luas pada tubuh manusia.
Presentase nikotin dalam daun tembakau bervariasi mulai 0,5-8%. Tembakau pada rokok
berisi ± 1,5% nikotin dan asap yang dihasilkan rokok pada umumnya bisa mengandung
nikotin hingga 6-8 mg.
FARMAKOKINETIK
Ketika tembakau terbakar selama merokok, nikotin terlepas ke dalam asap dan
masuk ke dalam paru-paru, dimana ia akan diabsorpsi dengan cepat dalam alveoli. Rata-
rata nikotin yang ada dalam asap rokok dihisap ke dalam paru-paru, dan 60-80% nikotin
akan diabsorpsi. Setelah diabsorpsi, nikotin akan didistribusikan ke dalam berbagai
jaringan dalam tubuh. Organ yang mempunyai afinitas tertinggi terhadap nikotin secara
berurutan adalah ginjal, hepar, paru-paru, otak dan jantung, Disusul oleh jaringan otot
dan terakhir jaringan lemak, Nikotin dimetabolisme di hepar menjadi beberapa macam
metabolit. Nikotin diexcresikan terutama lewat urine.
FARMAKODINAMIK
Nikotin menyebabkan berbagai efek terhadap mood. Tergantung pada dosis dan
keadaan (toleransi atau putus obat) atau mood awal seseorang, nikotin bisa merangsang
nafsu dan kewaspadaan, atau bisa melemaskan dan menegangkan. Dalam menghadapi
stress, perokok cenderung untuk mengalami keinginan yang lebih kuat untuk merokok,
dan cenderung untuk meningkatkan intensitas merokoknya. Dalam hal ini wanita lebih
sering terpengaruh stress dibanding pria.
Nikotin dapat memperbaiki kemampuan dalam hal memperhatikan, mempelajari
dan fungsi memori, serta meningkatkan fungsi performa sensoris dan motoris. Nikorin
mengalami efek toleransi, dimana untuk menghasilkan efek yang sama seseorang
memerlukan kadar yang lebih tinggi dengan cara menambah jumlah rokok yang dihisap.
Inilah dasar dari ketergantungan fisik terhadap nikotin.
FAKTA - FAKTA
Berikut adalah beberapa fakta, menyangkut hubungan antara merokok, dan
wanita. Fakta-fakta ini adalah kesimpulan dari berbagai penelitian yang dilakukan di
Amerika serikat, Eropa dan Asia.
1. Prevalensi merokok pada wanita terus meningkat. Pada awalnya, merokok jarang
dilakukan oleh wanita. Seiring dengan makin banyaknya pria yang merokok, makin
banyak pula wanita yang merokok, walaupun prevalensinya masih dibawah pria. Pada
tahun 1965-1985, perbedaan prevalensi ini terus makin kecil. Dan sejak tahun 1985,
prevalensi antara wanita dan pria adalah sama. Di Indonesia mungkin tidak sebanyak
di Amerika atau Eropa, namun ada kecenderungan untuk terus meningkat.
2. Wanita yang merokok, cenderung untuk lebih menyukai jenis sigaret dibanding jenis
lain, Seperti yang kita ketahui, jenis sigaret adalah jenis yang paling banyak dipakai,
dan yang resiko untuk terkena penyakit akibat merokoknya paling tinggi. Penggunaan
tembakau kunyah atau susur di Indonesia boleh dikata makin lama makin sedikit,
namundemikian tidak ada penelitian tentang hal ini di Indonesia.
3. Dari generasi ke generasi, usia awal seseorang merokok, baik pria maupun wanita,
makin lama makin muda. Dahulu, merokok hanya dilakukan oleh orang dewasa,
sekarang bahkan anak sekolah dasar pun sudah banyak yang mencoba untuk
merokok. Usia awal seseorang merokok ini penting artinya, karena berkaitan dengan
makin lamanya seseorang merokok, makin sulitnya untuk berhenti merokok, dan
makin besarnya resiko untuk terserang penyakit akibat merokok. Usia paling rawan
untuk mulai merokok adalah usia 14-16 tahun.
4. Ada peningkatan jumlah rokok yang dihisap dari tahun ke tahun. Dengan makin
banyaknya jumlah rokok yang dihisap, maka makin besar pula resiko untuk terkena
penyakit akibat merokok, makin besar pula keinginan untuk menjadi tergantung pada
nikotin, makin sulit untuk berhenti merokok.
5. Ikhtisar Merokok di Indonesia
Menurut penelitian yang dilakukan pada 216 389 responden usia 10 tahun ke atas
pada tahun 1995, prevalensi merokok pada wanita di Indonesia usia diatas 10 tahun
adalah 2 %, usia diatas 20 tahun adalah 2,6%, usia antara 50 – 54 tahun 3,4 %.
Sedangkan pria usia 10 tahun ke atas 61,3 %nya merokok, dan usia 20 tahun ke atas
68,8%.
67% wanita Indonesia yang merokok, menghabiskan 1 – 10 batang sehari,
sedangkan 30% sisanya, menghabiskan 11 – 20 batang sehari. Kurang lebih 3 % dari
wanita perokok di Indonesia menghabiskan lebih dari 20 batang rokok sehari. 16,7 %
wanita di Indonesia menggunakan tembakau kunyah / sirih, terutama pada wanita usia
lanjut diatas 60 tahun.
Jadi, prevalensi merokok pada wanita di Indonesia termasuk rendah dibanding
prevalensi pada pria. Prevalensi ini juga termasuk rendah, dibanding prevalensi
merokok pada wanita di negara lain. Perlu di ingat, bahwa kadar nikotin pada rokok
yang beredar di Indonesia, adalah yang tertinggi di dunia, yaitu mengandung nikotin
hingga 78 %, sedangkan rokok di luar negeri hanya mengandung 2,6 % nikotin
menurut Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, prevalensi merokok pada
wanita di Indonesia terus meningkat. Oleh karena itu, ‘mumpung’ prevalensi itu
masih rendah, maka perlu dilakukan usaha – usaha pencegahan yang lebih intensif.
2. PENYAKIT KARDIOVASKULAR
a. Penyakit jantung Koroner (PJK)
Setiap tahun, di Amerika serikat, lebih dari 500.000 wanita mengalami myokard
infark, dan hampir separuhnya meninggal karenanya. Walaupun secara
keseluruhan, mortalitas penyakit ini terus turun sejak tahun 1960, namun pada
wanita usia pertengahan dan usia lanjut, penyakit ini masih merupakan penyebab
kematian paling tinggi.
Data epidemiologis yang terkumpul seama 40 tahun menunjukkan adanya
hubungan sebab akibat antara merokok dan PJK. Lebih dari selusin penelitian
yang menyatakan bahwa wanita yang merokok beresiko tinggi terserang PJK.
Resiko terjadinya PJK makin besar seiring dengan makin banyaknya jumlah
rokok yang dihisap perharinya, jumlah total rokok yang dihisap dalam tiap
tahunnya, seberapa dalam ia menghisap, serta usia awal wanita itu merokok.
Dalam 20 tahun terakhir, ternyata resiko bagi wanita perokok untuk terjadinya
PJK makin tinggi. Hal ini mungkin berhubungan dengan faktor-faktor tersebut
diatas.
Sebagai gambaran, seorang wanita yang merokok 1-4 batang perhari, resiko
terkena PJK adalah 2 kali lipat wanita yang tidak merokok. Wanita yang mulai
merokok sejak usia kurang dari 15 tahun, resiko terkena PJK adalah 9 kali lipat
wanita yang tidak merokok. Hampir separuh dari wanita usia di bawah 65 tahun
yang meninggal karena PJK, mempunyai riwayat merokok yang berat.
Setelah berhenti merokok, resiko untuk terjadinya PJK mengalami penurunan
cepat hingga 25-50% dalam satu tahun, yang disusul dengan penurunan lambat
dan gradual hingga akhirnya mencapai angka resiko yang sama dengan wanita
yang tidak merokok dalam waktu ± 10-15 tahun.
b. Merokok dan penanganan Kontrasepsi Oral (KO)
Pada saat pertama kali diperkenalkan 30 tahun yang lalu, KO berisi 150 mg etinil
estradiol dan 10 mg progestin, yaitu ± 5-10 kali isi KO yang beredar sekarang.
Sebelum 1985, wanita yang memakai KO memiliki resiko terserang Miokard
Infark 4 kali lipat wanita yang tidak memakai. Jika wanita ini merokok, resiko
Miokard Infark menjadi 10 kali lipat wanita yang tidak memakai keduanya.
Bahkan resikonya menjadi 40 kali lipat jika wanita itu merokok lebih dari 25
batang rokok sehari. Demikian juga dengan resiko terjadinya stroke.
Dengan makin turunnya dosis KO, maka seharusnya resiko PJK juga ikut turun.
Akan tetapi penelitian tetap saja menunjukkan tingginya resiko PJK pada wanita
yang memakai KO jika ia merokok.
Karenanya ada pendapat yang mengatakan bahwa bagi wanita usia diatas 35
tahun yang merokok lebih dari 15 batang sehari, sebaiknya tidak menggunakan
KO. Namun karena merokok cenderung lebih berperan dalam meninggikan resiko
PJK, maka perhatian seharusnya lebih ditujukan kepada usaha menghentikan
kebiasaan merokok
3. PENYAKIT CEREBROVASKULAR
Stroke, adalah jenis penyakit Cerebrovaskular utama, dan merupakan penyebab
kematian ke 3 pada wanita usia pertengahan di Amerika serikat dengan ± 87.000
kematian tiap tahunnya. Stroke juga merupakan penyebab utama cacat tubuh dan
menghabiskan biaya ± 15 Milyar dollar tiap tahunnya untuk biaya perawatan
kesehatan, termasuk usaha rehabilitasi.
Merokok sudah lama diketahui sebagai faktor resiko untuk terjadinya stroke.. Lebih
dari separuh wanita yang meninggal karena stroke mempunyai riwayat merokok
berat.
Resiko terjadinya stroke pada wanita merokok, secara keseluruhan 2 kali lipat wanita
yang tidak merokok. Bila dilihat dari jenis stroke, maka resiko untuk terjadinya
Pendarahan Sunarathroid (PSA) pada wanita merokok adalah 3 kali lipat wanita
yang tidak merokok, sedangkan untuk terjadinya Infark Cerebri adalah 2 kali, dan tak
ada peningkatan resiko untuk terjadinya perdarahan intra Cerebri (PIS).
Hipertensi mungkin dimasa datang bukan lagi faktor resiko utama untuk terjadinya
stroke. Sebab penanganan penyakit hipertensi makin lama makin baik, sedangkan
kebiasaan merokok makin lama makin sulit dikendalikan.
Penghentian merokok akan menurunkan resiko terjadinya stroke hingga akhirnya
mencapai angka yang sama dengan wanita yang tidak merokok dalam waktu ± 15
tahun, tergantung bagaimana intensitas merokok wanita tersebut sebelum berhenti
merokok.
5. GANGGUAN HORMONAL
a. Hormon Sex
Oleh karena asap rokok mempunyai efek anti estrogenik, maka banyak terjadi
yang diakibatkan defisiensi estrogen dan penurunan resiko terjadinya penyakit
akibat kadar tinggi estrogen.
Merokok menyebabkan kadar estrogen terutama esriol dan estradiol yang lebih
rendah pada waktu hamil dibanding wanita yang tidak merokok, walaupun wanita
itu mendapat tambahan estrogen atau progestin oral.
Penelitian menunjukkan adanya perbedaan metabolisme estrogen secara berbeda
dibanding wanita yang tidak merokok. Perokok akan lebih banyak menghasilkan
2 hidroxy estradiol yang mempunyai aktifitas estrogenik lebih rendah, sedangkan
yang tidak merokok lebih banyak menghasilkan estriol yang mempunyai aktifitas
estrogenik yang tinggi.
b. Hormon Thyroid
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, gangguan thyroid lebih banyak terjadi
pada wanita dibanding pria.
Penelitian yang mempelajari hubungan antara merokok dengan gangguan hormon
thyroid baik hpertiroid maupun hipotiroid masih menunjukkan hasil yang saling
berhubungan.
c. Diabetes mellitus
Diabetes mellitus ialah suatu penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar
glukosa darah yang disebabkan defisiensi relatif atau absolut hormon insulin. Ada
2 tipe DM. Pada tipe 1, lebih sering terjadi pada anak-anak, dimana prevalensi
merokok masih jarang. Karenanya penelitian untuk mencari hubungan antara
merokok dengan timbulnya DM tipe 1 tidak ada. Namun penelitian yang mencari
hubungan antara ibu yang merokok dan kemungkinan timbulnya DM tipe 1 pada
anaknya sudah banyak dilakukan. Namun semuanya menunjukkan tak ada
hubungan diantara keduanya.
Demikian pula dengan DM tipe 2 dan DM Gestrasional. Penelitian ke arah
hubungan merokok dengan kedua tipe DM ini menunjukkan hasil yang
bertentangan.
Merokok tampaknya lebih berhubungan dengan proses metabolik yang
berhubungan dengan DM, misalnya homeostatis glukosa, hiperinsulinemi dan
resistansi insulin. Namun mekanisme yang jelas mengenai hal ini belum
diketahui.
6. BERAT BADAN
Istilah obesitas ditujukan kepada keadaan dimana berat badan tinggi dibandingkan
tinggi badan. Sedangkan istilah Body Moss Index ialah berat badan (dalam kilogram)
dibagi luas permukan tubh (dalam meter persegi). Berat badan seseorang, selain
berpengaruh pada kesehatan, juga sering berhubungan dengan penampilan dan daya
tarik seseorang, terutama wanita.
Merokok sudah lama dikenal berhubungan dengan berat badan yang rendah, dan
untuk alasan berat badan inilah kadang seorang wanita mulai merokok atau tidak mau
berhenti merokok. Jika berhenti merokok, maka berat badan akan segera naik, rata-
rata 3-6 kg dalam 1 tahun berhenti merokok.
Penelitian menunjukkan bahwa makin lama seseorang merokok, dan makin banyak
rokok yang dihisap setiap harinya, makin jauh perbedaan berat badan dengan wanita
yang tidak merokok.
Berat badan yang rendah ini disebabkan wanita tersebut susah untuk mendapatkan
berat badan selama merokok. Namun mekanisme bagaimana rokok menyebabkan
sulitnya berat badan naik belum diketahui dengan pasti. Diduga kuat merokok
menyebabkan efek anorexia atau turunnya nafsu makan pada wanita. Apakah
merokok meningkatkan metabolisme sehingga berat badan turun belum dapat
dipastikan.
Pada kehamilan, sulitnya menaikkan berat badan pada wanita yang merokok akan
sangat berpengaruh terutama pada janinnya. Kemungkinan terjadi IUGR, dan berat
badan lahir rendah menjadi tinggi.
12. KEHAMILAN
a. Kehamilan Ektopic (KE)
Beberapa faktor penting untuk terjadinya KE antara lain adalah PID, riwayat KE
sebelumnya, riwayat operasi pada pelvis, riwayat penggunaan IUD, dan riwayat
pemakaian kontrasepsi oral.
Merokok merupakan faktor resiko terjadinya KE. Resiko terjadinya KE ini
berbanding lurus dengan makin banyaknya rokok yang dihisap setiap harinya.
Mekanisme terjadinya hal ini sebenarnya belum jelas. Diduga disebabkan
gangguan transportasi dalam tuba, dan lambatnya ovum masuk ke dalam cavum
uteri yang disebabkan gangguan mukosa dan cillia dalam tuba. Merokok juga
menyebabkan KE secara tak langsung, dengan meningkatkan resiko untuk
terjadinya PID.
b. Solutio Placenta (SP)
Solucio Placenta ialah lepasnya placenta yang letaknya normal, dari dinding
uterus, sebelum bayi lahir. Faktor resiko untuk terjadinya SP antara lain
hypertensi, trauma abdomen, pemberian obat secara IV, riwayat persalinan
pretem, rwayat stillbirth, abortus spontan, usia ibu yang sudah lanjut, dan
kediaman yang tinggi diatas permukaan laut selama kehamilan.
Merokok, bisa merupakan faktor resiko terjadinya SP. Mekanisme terjadinya SP
diduga disebabkan kurangnya perfusi placenta akibat efek vasokontriksi, atau
akibat meningkatnya COHb, sehingga terjadi hipoxia lokal yang menyebabkan
palcenta rusak dan terlepas dari cengkramannya.
c. Placenta Previa (PP)
Placenta Previa ialah keadaan dimana letak placenta demikian rendahnya,
sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium internum.
Faktor resiko terjadinya placenta previa antara lain, akibat kerusakan dinding
endometrium akibat myoma, atau riwayat kuretase, atau pada kebutuhan perfusi
yang meningkat, seperti pada kehamilan kembar.
Merokok, merupakan faktor resiko terjadinya PP, diduga karena pada wanita
hamil yang merokok, terjadi hipoxiemi kronis yang akibat vasokontriksi atau
meningkatnya COHb. Hal ini membuat placenta akan mencari tambatan aliran
darah dengan cara meluaskan jaringannya sehingga dapat menutupi sebagian atau
seluruh ostium unternum.
d. Abortus Spontan (AS)
Faktor resiko terjadinya AS antara lain usia ibu yang sudah lanjut, riwayat abortus
sebelumnya, alkoholisme, demam, kontrasepsi, kelainan kromosom, trauma, sosio
ekonomi dll.
Merokok, diduga merupakan faktor resiko untuk terjadinya AS. Mekanisme
terjadinya hal ini belum diketahui dengan jelas. Diduga merokok menyebabkan
gangguan implantasi hasil konsepsi pada endometrium. Dugaan lain ialah efek
toksik dari nikotin dan CO terhadap fetus.
e. Preeklampsia
Faktor resiko untuk terjadinya preeklampsia antara lain hipertensi kronis, multipel
fetus, nullipara, riwayat preeklampsia-eklampsia, DM tipe 1, riwayat kenaikan
BB yang besar dan bekerja selama hamil.
Merokok diduga menurunkan resiko terjadinya preeklampsia pada kehamilan.
Makin banyak jumlah rokok yang dihisap, resiko itu makin turun.
Namun bukti-bukti yang didapat baru berupa data epidemiologis. Mekanisme
bagaimana ini bisa terjadi masih belum diketahui.
13. PENGARUH PADA JANIN
a. Partus prematur
Partus prematur (peralinan pada usia kehamilan < 37 minggu) berhubungan erat
dengan tingginya resiko mortalitas fetal, neonatal dan perinatal.
Faktor resiko terjadinya partus prematur antara lain, KPSW, pendarahan
antepartum, pre eklampsia, kehamilan kembar, kelainan uterus, atau infeksi
saluran kemih.
Merokok merupakan faktor resiko untuk terjadinya partus prematur, tapi hanya
pada situasi tertentu. Misalnya keadaan bila tidak ada faktor resiko lain untuk
terjadinya partus prematur atau sudah terjadi KPSW sebelumnya. Resiko makin
tinggi bila ibu berumur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun. Semua keadaan
diatas didapat dari hasil penelitian. Penghentian merokok akan menurunkan resiko
ini.
Mekanisme tingginya resiko partus prematur pada wanita yang merokok diduga
disebabkan efek vasokontriksi nikotin pada placenta, atau tingginya kadar
katekolamin dalam darah.
b. Berat badan lahir rendah
Berat badan lahir dikatakan rendah bila kurang dari 2500 gram. Sedangkan istilah
Small For Gestation Age (SGA) ialah bila berat badan lahir dibawah 10 persentil
grafik.
Merokok pada wanita hamil meninggikan resiko untuk terjadinya BBLR
dibanding wanita yang tidak merokok. Selain itu faktor resiko lain ialah umur
kehamilan, umur ibu,paritas, berat badan sebelum lahir, status ekonomi, dan
prenatal care.
Perbedaan berat badan lahir antara bayi yang ibunya merokok dan bayi yang
ibunya ridak merokok berkisar antara 250-320 gram. Perbedaan ini juga terlihat
pada panjang badan dan lingkar dada.
Mekanisme timbulnya berat lahir rendah akibat merokok bisa dengan berbagai
cara. Merokok bisa menyebabkan partus prematur, sehingga berat badan lahirnya
memang kurang dari 2500 gram, walaupun sesuai dengan usia kehamilan.
Merokok juga bisa menyebabkan retardasi pertumbuhan karena efek
vasokontriksi dari nikotin menyebabkan sirkulasi uteroplacenta berkurang,
sehingga terjadi hipoxia dan gangguan nutrisi janin. Wanita yang merokok juga
sulit untuk menambah berat badan selama kehamilan. Rata-rata penambahan berat
badan pada perokok selama hamil adalah 9 kg, sedangkan wanita yang tidak
merokok rata-rata bertambah 11 kg, walaupun wanita perokok itu makan lebih
banyak kalori dibanding yang tidak merokok.
c. Malformasi Kongenital
Secara keseluruhan, merokok tidak meninggikan resiko untuk terjadinya
malformasi kongenital, atau bila pun ada perbedaan, namun secara statistik tidak
signifikan atau hasilnya saling bertentangan.
d. Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)
SIDS adalah kematian yang tiba-tiba terjadi pada bayi usia kurang dari 1 tahun
yang tidak diketahui sebabnya.
Merokok, meningkatkan resiko untuk terjadinya SIDS dan resiko ini makin tinggi
dengan makin banyaknya konsumsi rokok.
Mekanisme bagaimana merokok bisa menyebabkan SIDS masih belum jelas.
Diduga, merokok menyebabkan gangguan pada proses neuroregulasi dari
pernafasan sehingga terjadi apneic spells yang menyebabkan terjadinya SIDS.
14. LAKTASI
Menyusui diketahui mempunyai manfaat nutrisi dan prefentif terhadap infeksi seperti
ISPA dan diare pada bayi.
Penelitian menunjukkan bahwa wanita yang merokok lebih lambat dalam mulai
menyusui dibanding wanita yang tidak merokok, dan cenderung menyapih bayinya
lebih awal. Produksi ASI juga ± 250 ml lebih sedikit setiap harinya dibanding wanita
yang tidak merokok. Keadaan ini makin sering terjadi dengan makin banyaknya
rokok yang dihisap.
Mekanisme terjadinya hal ini mungkin disebabkan antara lain rendahnya kadar
hormon prolactin yang lebih rendah pada wanita yang merokok.
BAB III
BERHENTI MEROKOK
Dengan berhenti merokok, selain bermanfaat besar bagi fisik, mental psikologis
dan ekonomis, manfaat itu pun datang dalam waktu yang relatif cepat dan berlangsung
untuk jangka waktu lama.
Sebagai gambaran, dalam hitungan hari setelah berhenti merokok, indera
penciuman dan perasa akan membaik. Dalam satu tahun setelah berhenti merokok, terjadi
penurunan resiko yang bermakna untuk terjadinya PJK, MIA, dan stroke. Jika merokok
sudah menyebabkan kerusakan permanen seperti emphysema, maka dengan berhenti
merokok, progresifitas kemunduran fungsi paru akan jauh lebih lambat. Wanita yang
berhenti merokok juga mempunyai rata – rata umur yang lebih lama dibanding wanita
yang terus merokok. Jika seorang wanita berhenti merokok pada trimester pertama
kehamilan, maka resiko untuk terjadinya BBLR akan hilang.
Ada banyak cara menghentikan kebiasaan merokok. Lebih dari 90% eks perokok,
berhenti merokok tanpa bantuan orang lain. Asal ada kesadaran akan bahaya merokok,
dan keinginan kuat untuk berhenti, maka seseorang bisa berhasil berhenti merokok. Tiap
orang punya cara yang berbeda, seperti berusaha mengganti rokok dengan permen,
dengantidak membawa korek api, menghindari tempat-tempat dimana banyak
perokok,dsb.
Dengan bantuan dan konsultasi para dokter dan psikolog, dapat diusahakan
bantuan medis, walaupun minimal namun cukup bermanfaat. Pada saat ini dapat juga
diberikan pendidikan dan penyuluhan mengenai bahaya merokok.
Di Amerika, dan eropa, sudah banyak berjalan institusi-institusi yang bergerak
dibidang jasa menawarkan bantuan untuk berhenti merokok. Pada institusi ini dapat
dilaksanakan per pribadi, per kelompok, atau dengan councelling per telepon. Kombinasi
dari cara-cara diatas terbukti tinggi tingkat keberhasilannya. Pada institusi-institusi ini
dapat juga dilakukan usaha-usaha medikasi dengan obat-obatan, nicotine replacement
therapy, hypnosis atau akupuntur. Semua dalam usaha membantu menghentikan
kebiasaan merokok.
Selama dekade terakhir, sejumlah farmako therapi untuk mengatasi
ketergantungan terhadap nikotin telah banyak dilakukan. Pemberian nicotine gum,
nicotine patch, nicotine nasal spray, nicotine oral inhaler dan bupropion adalah macam-
macam cara untuk mengurangi penggunaan rokok. Sedikit demi sedikit efek
ketergantungan dari nikotin dapat dihilangkan. Obat lain sebagai farmakotherapi lini ke
2 adalah clonidine dan antidepresan nortriptiline, namun belum disetujui FDA untuk
penggunaan penghentian merokok.
Memanfaatkan faktor psikologis seorang wanita, bisa juga mengurangi kebiasaan
merokok. Momen-momen seperti kehamilan, atau saat depresi bisa dijadikan pijakan
untuk seorang wanita untuk berhenti merokok.
Dalam skala yang lebih luas, misalnnya dalam skala kenegaraan, maka peranan
pemerintah sangat penting. Perbaikan sosio ekonomi, menaikkan harga cukai rokok,
penyuluhan melalui media massa, pengurangan biaya bantuan kesehatan, atau pembuatan
Undang-undang yang melarang merokok di tempat-tempat umumserta dukungan kepada
LSM yang bergerak dalam usaha menghentikan kebiasaan merokok, adalah contoh
tindakan yang dapat diambil oleh pemerintah dalam rangka mengurangi penggunaan
rokok secara nasional.
Di Indonesia, tampaknya pemerintah belum serius dalam menindaklanjuti
Peraturan Pemerintah No.81 Tahun 1999 dan Peraturan pemerintah No.38 Tahun 2000
tentang pembatasan merokok untuk kesehatan, terutama pelanggaran merokok di tempat-
tempat umum.
KESIMPULAN
1. Produk tembakau, apapun jenisnya, mengandung ribuan bahan kimia yang bersifat
aktif, sitotoksik, mutagenik, dan karsinogenik. Tidak ada satupun alasan yang dapat
tubuh kita Tidak ada satupun jenis produk tembakau yang aman bagi manusia,
bagaimanapun usaha produsen rokok menurunkan kadar nikotin dan tar dalam
produknya.
3. Merokok, sama sekali bukan masalah individual. Merokok menyangkut diri sang
perokok dan orang – orang disekitarnya. Dengan merokok, selain merugikam diri
sendiri, juga merugikan orang yang tidak merokok yang dengan tanpa keinginan
menghisap asap rokok yang dihasilkan oleh orang yang merokok. Sedangkan
konsekuensi yang didapat akibat merokok secara pasif tersebut boleh dikata sama
dengan para perokok aktif. Bahkan janin dalam kandungan pun ikut merasakan akibat
dari merokok.
fisik dan mental, meningkatkan angka harapan hidup, dan memperbaiki kualitas
untuk tidak berhenti merokok. Tidak ada kata terlambat untuk segera berhenti
1. A Surgeon’s General Report : Smoking on Woman, published 27th May 2001, hal
183-375.
http://www.cdc.gov/tobacco/sgr/sgr_forwomen/sgr_women_chapters.htm
2. A report of INWAT Europe Seminar on Women on Tobacco, 4th June 1999, hal. 1044
http://www.ama-assn.or/special/womh/library/readroom/arch8/yoa7356.htm
http://tc.bmjournals.com/cgi/content/abstract
7. http://www.antirokok.or.id/fact_index.htm
8. http://www.bebasrokok.com/home.html
9. http://rokok.komunikasi.org/home.html