You are on page 1of 34

DESAIN RENCANA AKSI

“Program Peningkatan Kapasitas Warga dan Inisiasi Kebijakan


Publik untuk mendukung proses Pembangunan Daerah yang
Partisipatif, Transparan dan Akuntabel di Kabupaten Bantaeng”

A. INFORMASI DASAR ORGANISASI

Yayasan Jalarambang Indonesia


1. Nama Organisasi
( YAJALINDO )
Jl. Dr. Ratulangi (Ruko No. 3 Depan Stadion Mini
• Alamat Lamalaka). Kabupaten Bantaeng

• No. telepon 0413 – 22689

2. • No. Fax 0413 – 22689


• Email Email : yajalindobantaeng@yahoo.com
• Kabupaten Bantaeng
• Propinsi Sulawesi Selatan
Contact Person dalam
3. Yudhi : 0813 426 45 624
Organisasi

B. INFORMASI DASAR PROYEK

Program Peningkatan Kapasitas Warga dan


Inisiasi Kebijakan Publik untuk mendukung
1 Judul Proposal Program
proses Pembangunan Daerah yang Partisipatif,
Transparan dan Akuntabel di Kab. Bantaeng

Penanggung Jawab
2 HUSNI ALAM, S.Sos
Program
Lokasi Kegiatan
• Propinsi Sulawesi Selatan
• Kabupaten Bantaeng
3
8 Kecamatan di Kab. Bantaeng ( Kec. Bissappu,
Kec. Sinoa, Kec. Uluere, Kec. Bantaeng, Kec.
• Kecamatan
Ere merasa, Kec. Pakjukukang, Kec.
Gantarakeke, dan Kec. Tompobulu )
• Desa/Kelurahan 22 desa dan 19 Kelurahan di Kab. Bantaeng
Perkiraan dimulai 01 Juni 2009
4 Perkiraan selesai 31 Mei 2010
Jangka waktu program 12 Bulans
5 Tujuan Umum Program Mekanisme pembangunan di Kabupaten
Bantaeng menerapkan prinsip-prinsip transparan,
akuntabel & partisipatif serta memastikan
keterlibatan perempuan, orang miskin dan
kelompok marjinal lainnya dengan
mengedepankan nilai-nilai kearifan lokal.
Total Anggaran : 1.254.395.000,-
Terbilang :
( Satu Miliar Dua Ratus Lima Puluh Empat Juta
Jumlah Dana Hibah dan Tiga Ratus Sembilan Puluh Lima Ribu Rupiah )
6
kontribusi berbagai pihak Kontribusi Lembaga : 62.250.000,-
Kontribusi Komunitas : ---
Kontribusi Pemda btg : 540.000.000,-
Kontribusi ACCESS : 652.145.000,-

1. LATAR BELAKANG

Sejalan dengan komitmen Pemerintah Kabupaten untuk menerapkan pembelajaran


ini di seluruh desa/kelurahan di Kabupaten Bantaeng dengan program Bupati
Bantaeng yang baru terpilih yang mencanangkan Program Desa Mandiri sebagai
perwujudan pelaksanaan Otonomi Desa. Untuk mengimplementasi program ini
mutlak mempersyaratkan adanya RPJMDesa/Kelurahan sebagai acuan
pelaksanaan kegiatan-kegiatan pembangunan di setiap Desa/Kelurahan, selain itu
peningkatan kapasitas warga dan pemerintahan untuk mewujudkan Program Desa
Mandiri penting dilakukan untuk menjawab keraguan pemerintah kabupaten
terhadap kapasitas warga dan pemerintahan desa yang akan menjadi penghambat
Program Desa Mandiri.

Sekaitan dengan hal diatas, para penggiat sosial di Kabupaten Bantaeng yang
selama ini banyak terlibat kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat dari
berbagai latar belakang profesi dan mengorganisir diri dalam sebuah forum dengan
nama Forum Lintas Aktor (FLA) Gerakan Membangun Bantaeng (GERBANG) telah
berkomitmen untuk mewujudkan “Tata Kelola Kepemerintahan Lokal Yang
Demokratis Menuju Bantaeng Mandiri” dengan 8 Agenda Aksi, sebagai berikut : 1)
Terwujudnya Accidong sipangadakkang sebagai pilar utama perencanaan
pembangunan partisipatif, 2) Terwujudnya Tuntas Belajar 12 tahun, 3) Terwujudnya
Pelayanan Kesehatan Prima, 4) Terwujudnya Bantaeng Hijau Bersih, 5)
Terwujudnya Pelayanan Publik Bermutu, 6) Terwujudnya Bantaeng salah satu pusat
pendidikan berkualitas, 7) Terwujudnya BUMDes yang profesional dalam
mewujudkan kemandirian warga, dan 8) Efektifnya Forum Belajar Bersama.
Sebagai wujud kepedulian untuk ikut berperan aktif dalam mewujudkan Visi
Kabupaten, maka Yayasan Jalarambang Indonesia (Yajalindo) bermaksud untuk
mengimpelementasikan salah satu Agenda Aksi yaitu mewujudkan Accidong
Sipangngadakkang Sebagai Pilar Utama Perencanaan Pembangunan Partisipatif.
Hal ini didasari bahwa secara kelembagaan telah memiliki pengalaman yang cukup
dan didukung personil yang memiliki kemampuan metodologi dalam
mengimplementasikan program sejenis.
Sebagai respon dari semangat mengembalikan nilai-nilai budaya dalam
pembangunan daerah, maka Yayasan Jalarambang Indonesia (Yajalindo)
bermaksud menginternalisasi nilai-nilai budaya warga dalam proses assesment dan
perencanaan pembangunan desa untuk melahirkan dokumen perencanaan desa
yang inklusif warga miskin, perempuan dan orang muda dalam bentuk Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa/Kelurahan (RPJMDes/Kel), sekaligus
meningkatkan kapasitas warga dan pemerintahan desa dalam menyusun dan
mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa secara partisipatif, transparan
dan akuntabel.

Untuk menyusun Rencana Aksi program, maka Yayasan Jalarambang Indonesia


(YAJALINDO) telah melakukan assessment pada bulan Maret 2009. Penjajakan
dilakukan dengan terlebih dahulu menganalisis stakeholder yang akan terlibat dalam
rencana aksi dan sekaligus menentukan Boundary Partner (BP) dan dari hasil
analisis stakeholder terdapat beberapa pihak yang akan terlibat dalam rencana aksi
antara lain Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM), Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat (LPM) dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai BP yang
akan menjadi pelaku utama di desa. Selanjutnya Pemerintah Desa, Kantor
Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (PM & PD), dan Bagian Hukum
Sekretariat Daerah serta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagai mitra
strategis dalam menjalankan rencana aksi, sementara lembaga maupun individu
yang peduli dengan demokratisasi juga akan menjadi sekutu dalam proses
pelaksanaan rencana aksi khususnya dalam memperjuangkan adanya kebijakan
kabupaten terkait transparansi dan partisipasi.

Dari proses penjajakan yang dilakukan dengan mitra strategis melalui interview dan
diskusi maka telah teridentifikasi beberapa hal yaitu bahwa Pemerintah Kabupaten
melalui Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa telah
mengalokasikan anggaran pada tahun 2009 untuk penjajakan dan perencanaan
pada 41 desa/kelurahan (22 desa dan 19 kelurahan) yang diharapkan dapat
menghasilkan data based desa/kelurahan dan RPJMDesa/kelurahan. Selain itu
masih dirasakan minimnya pemahaman dan pengetahuan teknis dalam membuat
penganggaran dan mengelola anggaran desa dalam bentuk APBDes, sementara
sejak tahun 2008 Pemerintah Kabupaten Bantaeng telah mengucurkan Alokasi
Dana Desa (ADD). Sementara itu kebijakan kabupaten tentang transparansi dan
partisipasi telah pernah diupayakan pada tahun 2004 oleh aktivis-aktivis yang
bergerak dibidang sosial kemasyarakatan melalui Program Prakarsa Tata
Pemerintahan Daerah (P2TPD) namun hanya sampai pada pembuatan rancangan
perda transparansi dan partisipasi, hal ini terkendala masih minimnya pemahaman
pentingnya perda ini dan tidak kuatnya komitmen para pihak terhadap program
khususnya oleh legislatif dan eksekutif dan dengan perubahan paradigma
pembangunan saat ini seiring pergantian kepemimpinan kabupaten dan
keanggotaan di legislative menjadi potensi untuk kembali mendorong pentingnya
kebijakan (perda) ini.

Sementara penjajakan dengan Boundary Partner (BP) khususnya dengan Kader


Pemberdayaan Masyarakat (KPM) melalui Focus Group Discussion (FGD),
ditemukan bahwa proses perencanaan dan penganggaran serta pelaksanaan
pembangunan didesa belum sepenuhnya memenuhi prinsip-prinsip pemberdayaan
warga, pelibatan secara penuh masyarakat terpinggirkan seperti perempuan, warga
miskin, dan kelompok warga terpinggirkan lainnya seperti pemuda. Demikian pula
prinsip dan nilai-nilai transparan dan akuntabel belum tercermin dalam proses
pelaksanaan pembangunan didesa.

Proses pembangunan di desa masih didominasi oleh elit-elit di desa, pengambilan


keputusan cenderung masih dikuasai oleh kelompok-kelompok yang dekat dengan
pemerintah desa yang sering mengabaikan kepentingan masyarakat khususnya
kelompok pinggiran, lembaga-lembaga pemerintahan dan kemasyarakatan tidak
efektif menjalankan peran dan fungsinya. Rendahnya kesadaran kesadaran kritis
warga secara kolektif, rendahnya kapasitas pengurus lembaga-lembaga di desa
untuk menjalankan peran dan fungsinya, dan rendahnya kemauan politik
pemerintahan desa untuk melibatkan secara penuh warga dalam proses-proses
pembangunan menjadi penyebab dari kondisi tersebut diatas.

Disisi lain juga tersedia kader-kader potensial yang dapat menjadi agen-agen
perubahan di desa namun rendahnya kapasitas dan kurang terbukanya ruang
partisipasi mengakibatkan mereka tidak mampu berbuat maksimal untuk kemajuan
desanya. Namun demikian semangat dan keinginan mereka untuk berbuat lebih
banyak di desa cukup tinggi dan cukup menjadi modal awal bagi mereka.

Sementara itu, Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan


Desa yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Bantaeng bekerja sama
dengan ACCESS di 24 desa/kelurahan pada 8 kecamatan dan sebelumnya pada 2
desa di Kecamatan Sinoa sebelumnya (CLAPP-4) telah memberikan pembelajaran
yang sangat berharga bagi warga, pemerintah desa, kecamatan sampai Pemerintah
Kabupaten Bantaeng. Lahirnya RPJMDesa/Kelurahan dari proses perencanaan
dengan Metode CLAPP-GPI yang dilakukan di desa/kelurahan tersebut telah
membuktikan bahwa pendekatan ini sangat dibutuhkan untuk menyusun dokumen
perencanaan di desa/kelurahan selama 5 tahun ke depan. Namun, masih lemahnya
payung hukum yang dapat mengikat semua pihak untuk mengimplementasikan
dokumen perencanaan tersebut masih menjadi hambatan RPJMDesa untuk
diterapkan secara efektif, hal ini juga terkendala karena minimnya kapasitas
pemerintahan desa dalam membuat Peraturan Desa.

Padahal, sebagai wilayah pemerintahan yang otonom, pemerintah desa dituntut


untuk mampu meningkatkan kinerja pelayanan publik dan pemberdayaan
masyarakatnya. Otonomi desa hanya akan menjadi euphoria jika tidak dibarengi
dengan peningkatan kapasitas warga dan pemerintahan desa dalam menyusun
perencanaan, monitoring evaluasi dan penganggaran. Idealnya perencanaan dan
penganggaran partisipatif merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Salah satu
syarat desa memperoleh dana ADD (Alokasi Dana Desa) adalah adanya dokumen
perencanaan pembangunan desa. Faktanya, belum semua desa memiliki dokumen
tersebut. Sebagian desa sudah melakukan perencanaan pembangunan secara
partisipatif, namun penganggaran pembangunan masih dilakukan oleh elit desa
tanpa sosialisasi dan pelibatan masyarakat, terlebih lagi masyarakat miskin dan
perempuan. Contohnya, penganggaran melalui ADD yang menjadi hak desa, belum
melibatkan warga untuk alokasi penggunaannya. Pengelolaan dan kontrol terhadap
penggunaan anggaran masih didominasi elit desa.

Untuk itu, berdasarkan kenyataan yang telah diuraikan diatas maka sudah
sepatutnya semua pemerintah desa dan lembaga-lembaga yang ada didesa serta
warga telah menyadari pentingnya RPJMDes sehingga mendorong mereka untuk
ikut terlibat aktif dalam proses menyusun RPJMDes dan aktif mengawal dokumen
perencanaan ini walaupun dalam perjalanan lima tahun tersebut terjadi pergantian
kepemimpinan di desa/kelurahan, selain itu dokumen ini penting untuk menjadi
acuan semua pihak yang akan melaksanakan kegiatan di desa baik dari pemerintah
maupun dari pihak lain sehingga desa/kelurahan dapat fokus pada visi dan misi
yang telah ditetapkan bersama.

Selain itu untuk menjamin semua pihak menggunakan dokumen perencanaan desa
tersebut maka RPJMDesa perlu pengesahan dengan Peraturan Desa yang tentunya
harus dibarengi dengan peningkatan kapasitas pemerintahan desa dalam
merumuskan Peraturan Desa yang partisipatif. Demikian pula pentingnya kapasitas
dalam menyusun dan mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDes) yang partisipatif, transparan dan mampu dipertanggungjawabkan.

Prinsip-prinsip pemberdayaan warga, pengarusutamaan gender dan warga miskin


dan kelompok terpinggirkan lainnya bukan hanya perlu diterapkan pada proses
perencanaan dan penganggaran pembangunan mulai dari desa/kelurahan,
kecamatan sampai kabupaten, akan tetapi juga pada setiap proses-proses
pelaksanaan pelayanan publik oleh pemerintahan disetiap level pemerintahan
sekaitan dengan bagaimana memberi pelayanan yang maksimal pada masyarakat.
Untuk kebutuhan tersebut maka proses-proses partisipasi, transparansi dan
akuntabilitas dalam pelaksanaan pembangunan daerah di Kabupaten Bantaeng
sangat dibutuhkan payung hukum dalam bentuk peraturan daerah, untuk itu melalui
program ini juga direncanakan untuk mendorong munculnya inisiatif stakeholders
dalam menginisiasi Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) Partisipasi,
Transparansi, dan Akuntabilitas dalam pelaksanaan pembangunan daerah. Perda
ini penting untuk menjamin tercapainya visi “Tata Kelola Kepemerintahan Lokal
Yang Demokratis Menuju Bantaeng Mandiri”.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka Yayasan Jalarambang
Indonesia (Yajalindo) yang telah memiliki pengalaman melakukan assessment dan
perencanaan pembangunan desa dan penguatan kelembagaan desa serta
mendorong adanya kebijakan publik yang berpihak pada warga miskin, perempuan
dan kaum muda mengajukan Program Peningkatan Kapasitas Warga dan Inisiasi
Kebijakan Publik untuk mendukung proses Pembangunan Daerah yang Partisipatif,
Transparan dan Akuntabel di Kabupaten Bantaeng untuk diimplementasikan yang
tentunya mengharapkan dukungan Pemerintah Kabupaten Bantaeng, ACCESS dan
pihak-pihak lainnya.
2. TUJUAN PROGRAM

2.1 visi

Terwujudnya Tata Kelola Kepemerintahan lokal yang baik dengan menerapkan


nilai-nilai demokrasi, partisipasi, transparansi, akuntabilitas, kesetaraan dan
keadilan, yang menjamin keterlibatan perempuan, warga miskin dan kelompok
marjinal lainnya terhadap proses-proses Pembangunan Daerah di 22 desa dan 19
kelurahan, di 8 (delapan) kecamatan (Kecamatan Bissappu, Kecamatan Sinoa,
Kecamatan Uluere, Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Ere Merasa, Kecamatan
Pa’jukukang, Kecamatan Gantarangkeke dan Kecamatan Tompobulu) di Kabupaten
Bantaeng.
Yajalindo yang mempunyai Kapasitas Manajemen Sumber daya, pengalaman
dalam melakukan proses penyusunan penjajakan dan perencanaan partisipatif
dengan pendekatan CLAPP-GPI memberikan pelayanan yang bermutu/berkualitas
kepada KPM (Kader Pemberdayaan Masyarakat) dan LPM/BPD (Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat/Badan Permusyawaratan Desa) agar mampu
mendorong kesadaran kritis warga untuk berperan aktif dalam proses Penyusunan
Rencana Pembangunan Desa, Peningkatan Kapasitas Warga dalam penyusunan
RPJMDesa/kelurahan, Penyusunan Peraturan Desa (Perdes) yang partisipatif, dan
perancangan dan pengelolaan APBDes yang partisipatif, transparan dan akuntabel.
Selanjutnya, untuk menjamin implementasi nilai-nilai demokratik dalam proses
pembangunan mulai ditingkat desa sampai kabupaten maka pemberlakuan secara
efektif Peraturan Daerah tentang Partisipasi dan Transparansi akan menjadi
legitimasi dari upaya-upaya yang telah dilakukan dalam rangka mewujudkan Tata
Kelola Kepemerintahan yang Demokratik.

2.2 Misi

Dalam mendukung pencapaian visi, Yajalindo berupaya untuk :

1) Memberikan pelayanan berkualitas/bermutu kepada penguatan kapasitas KPM


agar :

a) Mampu menjadi Agen perubahan yang memiliki daya kritis sehingga dapat
menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam proses-proses
pembangunan (perencanaan, pelaksanaan dan monev),
(b) Mampu dan aktif mendorong aparatur pemerintahan desa lebih responsif dan
akomodatif terhadap kebutuhan masyarakat miskin, perempuan dan
kelompok yang termarjinalkan lainnya, serta transparan dalam proses
pembangunan,

(c) Secara internal memiliki kemampuan dan kemauan kuat


mengimplementasikan perencanaan berbasis asset serta nilai-nilai partisipatif
dan transparan;

2) Menyediakan ruang bagi kader KPM agar mereka mampu melakukan


transformasi/berbagi informasi dan mendorong terbangunnya komunikasi efektif
dengan dan antar aktor pembangunan di tingkat desa, lintas desa sampai
dengan tingkat kabupaten.

2.3 Hasil Yang Diharapkan ( Outcome Challenge )

Rencana aksi Program Peningkatan Kapasitas Warga dan Inisiasi Kebijakan Publik
untuk mendukung proses Pembangunan Daerah yang Partisipatif, Transparan dan
Akuntabel sebagai judul yang kami pilih, dirancang agar dapat mewujudkan KPM
(Kader Pemberdayaan Masyarakat) dan aparat pemerintahan desa yang memiliki
kapasitas untuk mendorong dan memastikan keterlibatan masyarakat (terutama
orang miskin, Perempuan dan kaum marginal lain) dalam proses pembangunan.
KPM dan aparat pemerintahan desa akan mampu memfasilitasi perencanaan
penganggaran, pelaksanaan dan monev program pembangunan yang partisipatif,
transparan, akuntabel, pro orang miskin, berbasis asset dan memastikan
pengarusutamaan jender dan inklusif social dengan bekerja secara intens dengan
warga dan memberikan perhatian khusus pada perempuan, warga miskin, kelompok
pemuda dan kelompok terpinggirkan lainnya untuk memastikan peningkatan mutu
proses dan hasil perencanaan penganggaran, pelaksanaan dan monev program
pembangunan.

Selain itu KPM secara teratur dan sistematis mendorong warga memiliki kesadaran
kritis mengorganisir diri untuk menyuarakan aspirasinya, membentuk jaringan untuk
menuntut kualitas pelayanan dasar yang prima, dan melakukan hubungan dinamis
dengan pemerintah lokal. KPM juga secara aktif berkolaborasi dengan para pihak,
mengorganisir diri dengan mendorong lahirnya Forum Belajar bersama antar KPM
yang di prakarsai sendiri oleh aktor-aktor KPM sebagai wadah pembelajaran yang
menghasilkan fasilitator-fasilitator perencanaan yang handal.

LPM/BPD (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat/Badan Permusyawaratan Desa)


sebagai lembaga pemerintahan Desa yang dipilih atas musyawarah Desa juga
nantinya akan berfungsi sebagai penyelenggara dan pengawas proses-proses
perencanaan dan monitoring evaluasi, akan tetap mengontrol kegiatan-kegiatan
pembangunan desa sehingga program menjadi lebih terarah dan tepat sasaran.
LPM bersama warga mampu merancang dan mengelola APBDes secara baik dan
pemerintah desa setiap tahunnya mampu mempertanggungjawabkan kegiatan-
kegiatan pembangunan dan keuangannya dihadapan warga dan BPD. Sementara
BPD telah mampu menyusun Peraturan Desa dengan melibatkan warga terutama
warga miskin, perempuan dan warga terpinggirkan lainnya.
Selain itu Yajalindo sebagai penyelenggara program (Tim Implementasi Program)
semakin memiliki pengalaman handal dalam mengembangkan dan menerapkan
metode dan alat-alat kajian CLAPP sehingga mampu memberikan pelayanan yang
berkualitas (training, coaching, mentoring dan exchange visit) pada KPM dan
pemerintahan desa yang mampu memfasilitasi lahirnya perencanaan dan
penganggaran pembangunan desa partisipatif, transparan, akuntabel, pro orang
miskin, berbasis asset dan memastikan pengarusutamaan jender dan inklusif sosial.
Selain itu, hasil-hasil pembelajaran dari program ini akan terus dipromosikan pada
pihak-pihak lain dan mendorong direplikasi pada program-program lain secara
kolaboratif. Secara internal, Yajalindo juga mempraktekkan nilai-nilai demokratisasi
dalam kehidupan pribadi dan organisasi untuk mendorong lembaga dapat berfungsi
baik sebagai lembaga yang efektif, demokratis, partisipatif, inklusif, transparan dan
akuntabel serta secara aktif berkolaborasi dengan para pihak (pemerintah lokal
tingkat kecamatan dan kabupaten/kota, LSM-OMS lainnya, swasta dan aktor
lainnya).

2.4 Boundary Partner ( Mitra Kerja )

Yayasan Jarambang Indonesia ( YAJALINDO ) yang memiliki/mempunyai


pengalaman melaksanakan program-program pemberdayaan di tingkat warga,
memiliki fasiltitas sarana dan prasarana yang tersedia, sumber daya dan staf
pengurus yang berpengalaman, jaringan yang luas ( lokal, regional, nasional dan
internasional ), penguasaan alat-alat kajian CLAPP-GPI dan PRA, siap
mengawal/melaksanakan Program ini, sehingga Yajalindo menetapkan 3 (tiga) Mitra
Kerja utama (Boundary Partner) Yaitu :

1) Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) yang ada di 8 kecamatan (kec.


Bissappu, Sinoa, Uluere, Bantaeng, Ere merasa, Pa’jukukang, Gantarangkeke
dan Tompobulu) yang terdiri dari 41 Desa dan kelurahan ( 22 Desa dan 19
kelurahan ) di kabupaten Bantaeng yang belum memiliki dokumen Perencanaan
dan penganggaran berbasis partisipasi masyarakat (RPJMdes/kel). Potensi atau
asset yang dimiliki oleh KPM adalah :

a) Kemauan yang kuat untuk belajar dan berubah;


b) kepedulian yang besar terhadap issu-issu yang berkembang di komunitasnya;
c) sangat memahami kondisi wilayahnya;
d) mempunyai hubungan yang kuat dan baik dengan pemerintah desa maupun
dengan warga miskin, perempuan dan kelompok marjinal lainnya;
e) memiliki dasar-dasar fasilitasi dan kefasilitatoran; serta
f) kepercayaan yang diberikan oleh pemerintah desa dan warga :
2) LPM/BPD (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat/ Badan Permusyawaratan
Desa) yang ada di 22 Desa dan juga belum memiliki dokumen perencanaan dan
APBDes. Dimana LPM/BPD memiliki potensi seperti, :
(a) Faham terhadap kondisi, potensi dan masalah di komunitasnya;
(b) Berpengalaman dalam kegiatan perencanaan dan pengawasan, monitoring
evaluasi kegiatan;
(c) dipilih atas hasil musyawarah desa dan legalitas formal kelembagaan di desa.
3) OMS (Organisasi Masyarakat Sipil) yang akan mendorong lahirnya Perdes
(Peraturan Desa) yang diprakarsai oleh LPM/BPD bersama dengan warga.
Perdes ini dibuat berdasarkan Musyawarah di tingkat warga sesuai dengan
kondisi dan potensi yang dimiliki. Selain itu OMS-OMS juga akan mendorong
diberlakukannya Peraturan Daerah Transparansi dan Partisipasi sebagai
legalitas hukum pelaksanaan prinsip-prinsip TKLD.
2.5 PENANDA KEMAJUAN ( Progress Markers )

Program ini akan terlihat penanda kemajuan sebagai berikut :

1. Mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap


terkait dengan berbagai ragam metodologi baik untuk perencanaan,
pelaksanaan maupun monitoring dan evaluasi.

2. Memberikan ruang dan peluang untuk mengembangkan metode alat-alat kajian


CLAPP.

3. Nilai-nilai demokratis, transparan serta perspektif gender dalam pengelolaan


program dan kelembagaan diakui dan diterapkan oleh lembaga dan staf
lembaga.

4. Menerapkan Manajemen sumber daya yang efektif untuk peningkatan kapasitas


lembaga.

5. Memprakarsai berbagai kegiatan/pertemuan antar KPM ( Kader Pemberdayaan


Masyarakat ), KPM ( Kader Pemberdayaan Masyarakat ) dan pemerintahan
Desa serta KPM dan pemerintahan antar desa, agar mereka dapat saling
berbagi informasi, saling belajar dan bekerjasama terkait dengan fasilitasi
proses perencanaan, pelaksanaan dan monev pembangunan yang
partisipatif.dalammengimplementasi RPJM

6. KPM mendukung warga ( perempuan,orang miskin dan kelompok marginal


lainnya) membangun jaringan dengan warga lain atau kepentingan bersama.

7. KPM secara rutin dan sistematis mengajak warga berefleksi atau melakukan
pembelajaran dan memprakarsai aksi-aksi berikutnya.

8. Memainkan peran yang aktif dalam membangun dan mendorong kerja-kerja


kolaboratif dengan para pihak dan antar pihak (pemerintahan, swasta dan aktor
kunci lainnya);

9. Menyediakan layanan konsultasi teknis kepada pemerintahan Desa dan KPM


sehingga dapat mengorganisir diri dalam mengelola sumberdayanya.
3. STRATEGY MAP

Dalam Strategy Map (Peta Strategi) digunakan dua sasaran yang terbagi dalam :

A. Sasaran Internal Boundary Pertner.

Casual ( Langsung )
• Menerapkan metodologi CLAPP-GPI yang telah disempurnakan dan
dikembangkan sebagai. metodologi perencanaan program yang lebih
berfokus pada asset/sumberdaya potensial yang ada dan yang dapat
digunakan bukan saja untuk perencanaan namun juga dapat digunakan
untuk monitoring dan evaluasi pelaksanaan dan capaian program.

• Penyediaan dan pemberian bahan bacaan metodologi untuk


perencanaan, pelaksanaan dan monev partisipatif (seperti Metodologi
CLAPP-GPI yang telah disempurnakan dan dikembangkan serta bahan
bacaan pendukung lainnya).

• Memberikan contoh-contoh temuan tema-tema pembelajaran yang


dapat digunakan untuk saling berbagi berdasarkan pengalaman.

• Melaksanakan penjajakan dan perencanaan dengan metodologi


CLAPP-GPI.

Persuasive ( Mempengaruhi ).

• Mensosialisasikan program dan hasil-hasil penjajakan,


perencanaandan pembelajaran kepada para pihak.

• Menyelenggarakan Orientasi bagi Fasilitator pendukung.

• Menyelenggarakan Pelatihan metodologi CLAPP-GPI-GPI untuk


proses penjajakan, perencanaan,dan monitoring-evaluasi bagi KPM.

• Lokalatih Musrenbang Desa/Kelurahan bagi Pengurus LPM.

• Pelatihan Up_date Data dan penyusunan Data Base.

• Review Refleksi hasil-hasil Penjajakan.

• Review Refleksi hasil-hasil Perencanaan.

• Pelatihan penyusunan Peraturan Desa ( Perdes ) Partisipatif.

• Pelatihan Penyusunan APBDes.


• Pelatihan Penyusunan Ranperda Partisipatif dan Transparansi.

• Pelatihan tentang teknis fasilitasi perencanaan partisipatif berbasis


asset.

Bagaimana dengan menyediakan gender training atau refresher untuk KPM,


mengingat dalam visi, misi dan PM selalu menjadi hal yang ingin dilihat?

Di setiap kegiatan pelatihan, lokalatih dan review refleksi selalu


mempertimbangkan kesetaraan laki-laki dan perempuan. (lihat kolom kegiatan
yang dilakukan pada variable jumlah peserta

Supportif ( memperkuat )

• Menyediakan tenaga Fasilitator Pendukung,

• Melaksanakan Pertemuan Monitoring dan Evaluasi secara berkala.

• Assistensi/pendampingan dalam proses penyusunan gagasan dan


strategi fasilitasi pertemuan antara KPM dan pemerintahan Desa dan KPM
dengan pemerintahan antar desa.

• Assistensi/pendampingan proses fasilitasi pertemuan yang


dilakukan oleh KPM.

• Assistensi dan pendampingan teknis identifikasi aktor kunci.

• Pendampingan proses pengembangan strategi penguatan kapasitas


KPM dan pemerintahan Desa.

• Pendampingan dalam praktek fasilitasi perencanaan berbasis asset.

• Pendampingan pelaksanaan Musrenbang tingkat Desa/kelurahan


dan tingkat kecamatan.

• Pendampingan Penyusunan dan Pengelolaan APBDes

• Pendampingan Penyusunan Perdes secara partisipatif

• Assistensi/pendampingan tentang sistem pendokumentasian yang


baik.

• Pendampingan Penyusunan Ranperda Transparansi dan Partisipatif

B. Sasaran eksternal Boundary Partner

Casual ( Langsung )
• Menyediakan kesempatan pada KPM mengambil peran aktif dalam
pertemuan kolaboratif
• Penyediaan wadah belajar tentang internalisasi nilai-nilai
demokratis, transparansi serta perspektif gender dalam pengelolaan
program.

• Memberikan ruang bagi KPM untuk berkonsultasi dalam melakukan


pengembangan model metodologi.

• Bagaimana strategy terhadap hal-hal yang terkait perubahan


kebijakan mengenai perencanaan partisipatif/RPJMDes yang ingin
diwujudkan? misalnya

Persuasive ( Mempengaruhi )

• Mendorong para pihak untuk menjadikan KPM sebagai mitra utama


dalam menjalankan programnya di desa/kelurahan.

• Mendorong tersedianya kesempatan belajar bersama para aktor.

• Promosi hasil pendokumentasian.

Supportif ( memperkuat )

• Fasilitasi pembentukan forum komunikasi antar KPM.

• Menyediakan ruang komunikasi dengan para aktor.

• Assistensi dalam menyusun gagasan/ rancangan membangun


kerjasama para aktor.

• Fasilitasi pengembangan strategi membangun kerjasama dengan


aktor kunci.

• Mendorong Pemdes dan Pemerintah Kecamatan untuk ikut terlibat


dalam proses penjajakan dan perencanaan

C. KEGIATAN-KEGIATAN UTAMA

1. Workshop Fasilitator Pendukung.

Tujuan
Workshop Fasilitator Pendukung dilakukan sebagai rencana awal program yang
bertujuan untuk :
• memberikan penguatan kapasitas para Fasilitator pendukung, memberikan
pemahaman tentang seni fasilitas,
• pendalaman metodologi alat-alat kajian CLAPP yang akan diterapkan dilokasi
program untuk menggali berbagai informasi-informasi penting di desa.
• Memberikan tentang tips-tips dalam pengembangan strategi penguatan kapasitas.

Waktu dan Tempat


Kegiatan ini akan berlangsung selama 4 (empat) hari dan dilaksanakan di Gedung
Wanita Jalan Elang Bantaeng dan Guest House sebagai tempat menginap peserta.

Peserta
Peserta pada kegiatan ini sebanyak 15 orang yang terdiri dari 11 orang Fasilitator
Pendukung (5 perempuan dan 6 laki-laki) ditambah 4 orang merupakan staf lembaga
yang akan ikut dalam pembelajaran selama 4 hari, pembiayaan untuk staf lembaga
ini merupakan kontribusi lembaga.

Fasilitator/Narasumber
Kegiatan ini akan difasilitasi oleh 2 orang fasilitator (Perempuan dan laki-laki) dan
akan mendapat dukungan metodologi dari Tim Mitra Samya.

2. Workshop Persiapan Tingkat Kabupaten dan Sosialisasi di Tingkat


Desa/Kelurahan.

2.1 Workshop Persiapan Tingkat Kabupaten

Tujuan
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk :
• mensosialisasikan konsep, tahapan kegiatan program yang akan dilaksanakan.
• membangun dukungan dari instansi terkait tingkat kabupaten, Pemerintah
Kecamatan dan Desa.

Waktu dan Tempat


Kegiatan ini akan berlangsung sehari dan dilaksanakan Gedung Wanita Jalan Elang
Bantaeng.

Peserta
Kegiatan ini akan diikuti oleh Kepala Desa dan Lurah, KPM, LPM, SKPD, OMS-OMS
yang ada di Kabupaten Bantaeng. Jumlah Peserta pertemuan dan workshop tingkat
Kabupaten diperkirakan sekitar 100 orang dengan mengupayakan perimbangan
jumlah perempuan dan laki-laki.

2.2. Sosialisasi Di Tingkat Desa

Tujuan
1. Mensosialisasikan konsep, dan tahapan kegiatan program yang akan
dilaksanakan di Tingkat Desa/kelurahan
2. Memilih Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) yang akan memfasilitasi
kegiatan di desa/kelurahan

Waktu dan Tempat


Kegiatan ini akan berlangsung sehari dan dilaksanakan di 22 desa dan 19 kelurahan
lokasi program.

Peserta
Kegiatan ini akan diikuti oleh Kepala Desa/Lurah, KPM, LPM, Tokoh masyarakat,
tokoh agama, tokoh perempuan dan warga desa. Jumlah peserta musyawarah desa
berkisar 30 – 50 orang dengan mengupayakan perimbangan jumlah perempuan dan
laki-laki sampai 50:50, demikian pula perimbangan warga miskin dan warga mapan
serta tingkat usia.

3. Lokalatih dan Finalisasi Desain Fasilitasi Penjajakan dan Perancangan


alat-alat kajian CLAPP untuk Penjajakan.

Tujuan
• Meningkatkan keterampilan fasilitator memposisikan diri sebagai orang yang
belajar dan berpikir kreatif layaknya seorang fasilitator andalan serta keterampilan
melakukan analisa GSI.
• Meningkatkan pemahaman dan keterampilan fasilitator tentang strategi-strategi
pelembagaan gender and Poverty Inclusive (GPI) serta alat-alat kajian sederhana
untuk penjajakan sesuai kebutuhan serta kemampuan analisis.
• Meningkatkan kemampuan KPM sebagai Fasilitator Desa dalam
menumbuhkembangkan kesadaran kritis masyarakat dalam rangka pelibatan
masyarakat luas dalam pembangunan desa.
• Menyusun desain final fasilitasi penjajakan
• Meningkatkan kemampuan KPM sebagai fasilitator desa dalam
mendokumentasikan proses dan hasil.

Waktu dan Tempat


Lokalatih akan dibagi kedalam 4 (empat) angkatan dan akan dilaksanakan di Gedung
Wanita Jalan Elang Bantaeng dan Guest House sebagai tempat penginapan peserta,

Peserta
Peserta lokalatih dan finalisasi fasilitasi penjajakan akan diikuti oleh 11 orang
Fasilitator Pendukung (5 perempuan dan 6 laki-laki) dan 123 KPM (Perimbangan
jumlah perempuan dan Laki-laki minimal 45:55) dari 22 Desa dan 19 Kelurahan,
setiap desa/kel akan diwakili oleh masing-masing 3 (tiga) orang KPM (laki-laki dan
perempuan).

Fasilitator/Narasumber
Kegiatan ini akan difasilitasi oleh Fasilitator Lokal 1 orang yang akan dibantu oleh
Fasilitator Pendukung dan Konsultan Metodologi dari Mitra Samya.
4. Lokalatih tentang Perencanaan yang dipimpin masyarakat dan
Penyusunan Desain Fasilitasi Perencanaan Masyarakat.

Tujuan :
• Menyamakan pemahaman dan meningkatkan keterampilan KPM sebagai
Fasilitator Desa tentang bagaimana memfasilitasi dalam membangun visi bersama
dan strategi mobilisasi sumber daya.
• Meningkatkan keterampilan KPM sebagai Fasilitator Desa dalam mengembangkan
alat-alat perencanaan sederhana sesuai kebutuhan.
• Meningkatkan kemampuan KPM sebagai Fasilitator Desa dalam
menumbuhkembangkan pemahaman hak dan tanggungjawab para pihak.
• Menyusun desain fasilitasi perencanaan.

Waktu dan Tempat


Kegiatan ini akan berlangsung 2 angkatan, setiap angkatan akan berlangsung
selama 6 hari. Lokalatih ini akan dilaksanakan Gedung Wanita Jalan Elang Bantaeng
dan Guest House sebagai tempat menginap peserta,

Peserta
Peserta lokalatih dan finalisasi kegiatan fasilitasi penjajakan akan diikuti oleh 11
orang Fasilitator Pendukung (5 perempuan dan 6 laki-laki), 4 orang dari staf lembaga
(2 perempuan dan 2 laki-laki) yang akan ikut pembelajaran dan 66 KPM dari 22
Desa, setiap desa/kel akan diwakili oleh masing-masing 3 (tiga) orang KPM ( laki-laki
dan perempuan ),

Fasilitator/Narasumber

Kegiatan ini akan difasilitasi oleh seorang fasilitator dibantu 4 (empat) orang fasduk
(2 perempuan dan 2 laki-laki) dan 1 orang sebagai konsultan metodologi dari Mitra
Samya.

5. Fasilitasi Proses Penjajakan

Tujuan
o Memfasilitasi partisipasi masyarakat luas (laki-laki dan perempuan, dan kelompok
marginal lainnya) dalam kegiatan untuk membenahi kehidupan mereka dan
membuat potret desa, mengidentifikasi kekuatan-kekuatan dalam rangka
menyusun agenda pembangunan desa.
o Memetik pembelajaran dan mendokumentasikan hal-hal penting yang terjadi di
komunitas dan bisa dipelajari di pihak lain.

Waktu dan Tempat


Proses penjajakan akan dilakukan masyarakat lokasi program (41 desa/kelurahan)
dengan menggunakan alat-alat kajian yang telah dikembangkan selama proses
lokalatih. Kegiatan ini akan difasilitasi oleh KPM Fasilitator didesa dan akan
berlangsung selama 20 hari efektif di setiap desa. Selama proses di lapangan, KPM
akan didampingi oleh Fasilitator Pendukung. Selama proses ini, juga akan selalu
dibangun proses review dan refleksi yang akan di fasilitasi oleh Fasilitator
Pendukung. Hal ini dimaksudkan untuk belajar dari pengalaman dan dan
mendokumentasikan hal-hal menarik baik tentang proses maupun hasil.

6. Review Refleksi proses hasil-hasil penjajakan tingkat Kabupaten

Tujuan
• Melakukan review terhadap proses hasil-hasil penjajakan yang dilakukan di
tingkat warga
• Sharing pembelajaran, pengalaman dan Informasi antar Fasilitator Pendukung,
dan KPM.
• Melakukan review refleksi tentang Pendalaman dan pengembangan metodologi
Alat-alat kajian CLAPP yang telah diterapkan,
• Mendapatkan pembelajaran yang terkait dengan kekuatan dan hambatan yang
diperoleh dari apa yang telah dilakukan dan apa yang dirasakan selama proses
penjajakan
• Mengidentifikasi temuan-temuan kunci sebagai hasil pelaksanaan program untuk
merancang proses fasilitasi perencanaan.

Waktu dan Tempat


Kegiatan ini akan berlangsung 4 angkatan, setiap angkatan akan berlangsung 2 hari
dan akan dilaksanakan Gedung Wanita Jalan Elang Bantaeng dan Guest House
sebagai tempat menginap peserta,

Peserta
Kegiatan ini akan diikuti oleh 11 orang Fasilitator Pendukung (5 Perempuan dan 6
Laki-laki) dan 123 KPM (Perimbangan jumlah perempuan dan Laki-laki minimal
45:55) dari 22 Desa dan 19 kelurahan, setiap desa/kel akan diwakili oleh masing-
masing 3 (tiga) orang KPM (laki-laki dan perempuan),

Fasilitator/Narasumber

Kegiatan ini akan difasilitasi oleh Fasilitator Lokal 1 orang yang akan dibantu oleh 4
orang (2 perempuan dan 2 laki-laki) Fasilitator Pendukung dan Konsultan Metodologi
dari Mitra Samya.

7. Fasilitasi Proses Perencanaan dan aksi-aksi jangka pendek

Tujuan
• memberikan kesempatan dan pendampingan bagi Kader Pemberdayaan
Masyarakat dalam penyelenggaraan dan memfalilitasi pertemuan-pertemuan
tingkat warga,
• Memfasilitasi masyarakat menyusun visioning dalam bentuk RPJM Desa dan
RPTDes serta aksi-aksi jangka pendek yang masyarakat akan lakukan
dengan kekuatannya.
• Mendapatkan feedback secara rutin dari Pemerintahan Desa dan masyarakat
umum tentang hasil-hasil perencanaan dan menggalang komitmen
Pemerintah Desa dan seluruh masyarakat untuk mendukung program-
program dalam rangka penanggulangan kemiskinan dan kesetaraan gender.

Waktu dan Tempat


Proses perencanaan akan dilakukan masyarakat lokasi program (22 desa) dengan
menggunakan alat-alat kajian yang telah dikembangkan selama proses lokalatih.
Kegiatan ini akan difasilitasi oleh KPM sebagai Fasilitator di desa dan akan
berlangsung selama 25 hari efektif di setiap desa.

Selama proses di lapangan, Fasilitator Desa akan didampingi oleh Fasilitator


Pendukung. Selama proses ini, juga akan selalu dibangun proses review dan refleksi
yang akan di fasilitasi oleh Fasilitator Pendukung. Hal ini dimaksudkan untuk belajar
dari pengalaman dan dan mendokumentasikan hal-hal menarik baik tentang proses
maupun hasil.

8. Review Refleksi proses hasil-hasil Perencanaaan tingkat Kabupaten

Tujuan :
• Melakukan review terhadap proses hasil-hasil Perencanaan masyarakat yang
dilakukan di tingkat warga
• Sharing pembelajaran, pengalaman dan Informasi antar Kader Perberdayaan
Masyarakat dan Fasilitator Pendukung.
• Pengembangan rancangan desain fasilitasi perencanaan yang dipimpin oleh
masyarakat.
• Evaluasi proses hasil-hasil perencanaan masyarakat yang dilakukan ditingkat
warga.
• Memetik pembelajaran baik yang terkait dengan kekuatan maupun hambatan yang
di peroleh dari apa yang telah di lakukan dan apa yang dirasakan selama proses
perencanaan masyarakat termasuk kiat-kiat fasilitasi untuk membangun
kesadaran kritis masyarakat.
• Mengidentifikasi temuan-temuan kunci sebagai hasil pelaksanaan kegiatan
termasuk nilai-nilai GSI untuk merancang proses dan tindakan aksi bersama.

Waktu dan Tempat


Kegiatan ini akan berlangsung 2 angkatan, setiap angkatan akan berlangsung 2 hari,
dan akan dilaksanakan Gedung Wanita Jalan Elang Bantaeng dan Guest House
sebagai tempat menginap peserta,

Peserta
Kegia akan diikuti oleh 11 orang Falilitator Pendukung (5 perempuan dan 6 Laki-laki)
dan 66 KPM dari di 22 Desa, setiap desa/kel akan diwakili oleh masing-masing 3
(tiga) orang KPM (laki-laki dan perempuan).

Fasilitator/Narasumber
Kegiatan ini akan difasilitasi oleh Fasilitator Lokal 1 orang yang akan dibantu oleh 4
orang (2 perempuan dan 2 laki-laki) Fasilitator Pendukung dan Konsultan Metodologi
dari Mitra Samya.

9. Sosialisasi Hasil Perencanaan

Tujuan :
• mensosialisasikan hasil-hasil penjajakan dan hasil-hasil perencanaan yang telah
dilakukan di 22 desa oleh Fasilitator Pendukung, KPM bersama Warga.
• Sharing pengalaman antar pihak di tingkat kabupaten dalam proses-proses
pembangunan di komunitas dan umpan balik hasil perencanaan masyarakat
• membangun strategi berkelanjutan program masyarakat serta proses-proses
pembelajaran para pihak dalam pengelolaan pembangunan.
• membangun komitmen dan dukungan nyata para pihak di tingkat kabupaten
untuk mengembangkan dan mendukung proses-proses selanjutnya.

Waktu dan Tempat


Kegiatan sosialisasi hasil-hasil perencanaan akan dilaksanakan di Gedung Wanita
Jalan Elang Bantaeng,

Peserta
Kegiatan ini akan diikuti oleh Kepala Desa dan Lurah, KPM, LPM, SKPD, OMS-OMS
yang ada di Kabupaten Bantaeng. Jumlah Peserta pertemuan dan workshop tingkat
Kabupaten diperkirakan sekitar 100 orang.

10. Pembuatan Dokumen Penjajakan dan RPJMDes/Kel

Tujuan
• Melakukan Input data sensus di 67 desa/kelurahan,
• Melakukan Pembuatan Peta desa dan kelurahan.
• Melakukan Pendokumentasian dan Penggandaan Peta desa dan kelurahan.
• Melakukan Pendokumentasian dan Penggandaan data sensus di 67
desa/kelurahan.
• Melakukan Input data RPJMDesa di 22 desa.
• Melakukan Pendokumentasian dan Penggandaan RPJMDesa di 22 desa.

Pembuatan Dokumen Penjajakan dilakukan untuk 67 desa/kelurahan, dimana selain


penjajakan yang akan dilakukan 42 desa/kelurahan yang merupakan lokasi program
tahun 2009, juga akan dilakukan pemutakhiran data based pada 26 desa/kelurahan
yang telah dilakukan penjajakan dan penyusunan RPJMDes pada tahun 2007 dan
2008. Sementara untuk Penyusunan dan pembuatan dokumen RPJMDes hanya
dilakukan pada 22 desa lokasi program tahun 2009, untuk 19 kelurahan sisa hanya
dilakukan penjajakan tahun 2009 ini dan untuk penyusunan RPJMKel rencana akan
dilakukan pada tahun anggaran 2010.

Dari kegiatan ini diharapkan akan tersusun buku dokumen hasil penjajakan dari 67
desa/kelurahan di Kabupaten Bantaeng yang berisi data based tingkat kesejahteraan
masyarakat berdasarkan indikator-indikator yang disepakati oleh masyarakat, tingkat
pendidikan, kepemilikan asset dan lain-lain.

Selain itu juga akan ada dokumen perencanaan pada 22 desa dalam bentuk
RPJMDes yang berisi rencana pembangunan desa selama 5 tahun ke depan.
Dokumen ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam menyusun rencana kegiatan
tahunan desa melalui forum musrenbang yang dilaksanakan setiap tahunnya dan
dapat menjadi pedoman SKPD dalam menyusun perencanaan diinstansi masing-
masing. Dokumen ini juga dapat digunakan oleh Pemerintah Kabupaten Bantaeng
dalam mengontrol usulan-usulan kegiatan dari desa yang sampai saat ini masih
dianggap tidak terkendali dan terkesan merupakan daftar keinginan kepala desa,
apalagi untuk menyusun program 1 milyar 1 desa.

Dalam proses penyusunan dokumen hasil penjajakan yang akan melahirkan data
based desa, maka Yajalindo berharap adanya service provider yang dapat
menyiapkan sistem pengolahan data yang efektif yang dapat menghasilkan data
based yang setiap waktu dapat terupdate. Dari sistem ini juga dihasilkan peta sosial
desa yang secara otomatis dapat dicetak dan dapat menampilkan gambaran
keadaan sosial masyarakat sesuai dengan data based yang ada.

11. Lokalatih Musrenbang Desa/Kelurahan bagi LPM

Tujuan
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk :
• Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan pengurus LPM Desa/Kelurahan
dalam melaksanaan Musrenbang Desa/Kelurahan.

Waktu dan Tempat


Kegiatan ini akan dilaksanakan Gedung Wanita Jalan Elang Bantaeng dan Guest
House sebagai tempat menginap peserta, yang akan berlangsung selama 6 ( enam )
hari, yang akan dibagi dalam 2 (dua) angkatan.

Peserta
Peserta pada kegiatan ini adalah 67 orang pengurus LPM dari 67 desa dan
kelurahan di Kabupaten Bantaeng.

Fasilitator/Narasumber
Kegiatan ini akan difasilitasi oleh seorang fasilitator dibantu oleh 4 orang (2
perempuan dan 2 orang laki-laki) Fasilitator Pendukung, sedangkan Narasumber
berasal dari SKPD Kabupaten Bantaeng.
12. Komunikasi dan Koordinasi dengan Pemerintah Desa, Kecamatan,
Kabupaten dan ACCESS

Tujuan :
1. Menginformasikan proses dan hasil-hasil kegiatan secara berkala pada
pemerintah disemua tingkatan dan ACCESS
2. Membangun komunikasi dan kerjasama para pihak dalam mendukung
program-program ditingkat masyarakat
3. Mendapatkan input strategis dalam pengintegrasian program masyarakat
dan program pemerintah.
Komunikasi dan koordinasi dengan pemerintah disetiap tingkatan akan dilakukan
untuk menjamin terlaksananya program sesuai yang telah direncanakan. Koordinator
program dibantu fasilitator pendukung senantiasa akan melakukan komunikasi dan
koordinasi pada pemerintah tentang proses dan hasil-hasil kegiatan yang telah
dicapai, termasuk melakukan upaya-upaya penyelesaian jika terdapat kendala yang
dihadapi dalam proses kegiatan.
Komunikasi dan koordinasi juga akan senantiasa dilakukan dengan pihak ACCESS
terkait perkembangan program dan kendala-kendala yang dihadapi, selain pelaporan
yang secara berkala dilakukan. Yang terpenting juga adalah komunikasi dengan
pelaksana program-program lain yang terkait secara langsung ataupun tidak
langsung dengan program yang sedaang dijalankan dalam rangka menjajaki
kemungkinan pengintegrasian program di lapangan.

13. Pelatihan & Pelaksanaan Pemutakhiran Data Based Desa (Up Dating)

13.1. Pelatihan Pemutakhiran Data Based

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan dalam


melakukan pemutakhiran data based desa.

Waktu dan Tempat


Kegiatan ini akan berlangsung 2 hari di Gedung Wanita Kabupaten Bantaeng

Peserta
Kegiatan ini akan diikuti oleh KPM dari 26 desa/kelurahan yang sebelumnya telah
melakukan penjajakan. Setiap desa akan mengirimkan 1 orang KPM untuk dilatih
teknis memutakhirkan data.

Fasilitator/ Narasumber
Kegiatan ini akan difasilitasi oleh satu orang staf Lembaga Mitra Turatea Jeneponto
yang merupakan lembaga yang akan bekerjasama dengan ACCESS dalam
pembuatan buku data based hasil assessment yang dilakukan.

13.2. Pemutakhiran Data Based

Kegiatan ini bertujuan memutakhirkan kembali data social desa yang telah ada dari
hasil kegiatan assessment sebelumnya sehingga data yang ada di desa terjamin
keakuratannya.
Pada 26 desa/kelurahan yang telah memiliki data based hasil penjajakan
sebelumnya akan kembali dilakukan sensus dengan tetap mengacu pada hasil
peringkat kesejahteraan di desa itu. Pemutakhiran data based disetiap desa akan
dilakukan oleh 3 orang KPM dengan waktu efektif 10 hari setiap desa. .(saya
mendapat kesan dari sini kalau data based menjadi tugas utama KPM, yang patut
kita pikirkan bagaimana koordinasinya dengan pemerintahan desa untuk
meneguhkan data based ini tanggungjawab desa) Hasil dari pemutakhiran data ini
akan dijadikan buku bersama dengan 41 desa/kelurahan lainnya.

14. Pelaksanaan Musrenbang Desa dan Kelurahan

Tujuan :
- Untuk mengevaluasi kegiatan pembangunan desa/kelurahan tahun sebelumnya.
- Untuk menyusun rencana kegiatan pembangunan tahunan desa/kelurahan
- Untuk menyusun usulan kegiatan pembangunan ke tingkat kecamatan.

Kegiatan ini akan berlangsung sehari di 67 desa/kelurahan di Kabupaten Bantaeng


yang difasilitasi oleh masing-masing Kepala Desa/Lurah dihadiri oleh camat dan
seluruh utusan SKPD dan tokoh-tokoh masyarakat desa/kelurahan. Jumlah peserta
musrenbang rata-rata minimal 50 orang dengan perimbangan perempuan dan laki-
laki diupayakan minimal 50 : 50 demikian pula perimbangan dari tingkat
kesejahteraan dan tingkat usia.

D. PENGARUS UTAMAAN NILAI-NILAI ACCESS DAN NILAI-NILAI TKLD.

Dalam mengimplementasikan program, Yajalindo berkomitmen untuk tetap taat


pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang dianut oleh program ACCESS seperti prinsip
dan nilai-nilai pemberdayaan warga, keterlibatan penuh perempuan, orang miskin
dan kelompok terpinggirkan (termasuk kelompok pemuda) demikian pula nilai-nilai
transparansi, partisipasi dan akuntabilitas baik di internal lembaga dalam mengelola
program, maupun dalam berinteraksi dengan warga dan pemerintah.

Proses pengambilan keputusan ditingkat warga akan dilakukan melalui musyawarah


desa dengan menghadirkan warga dari khususnya yang selama ini terpinggirkan
seperti perempuan, orang miskin, kelompok muda ataupun kelompok warga yang
selama ini tidak ‘sejalan’ dengan elit desa. Dalam setiap pertemuan di desa, baik
musyawarah desa maupun diskusi terfokus, jumlah pesertanya diupayakan
berimbang antara perempuan dan laki-laki sampai 50;50, demikian juga
perimbangan antara warga miskin dengan warga mapan ataupun perimbangan
tingkat usia. Selanjutnya dalam proses pengambilan keputusan, fasilitator dalam hal
ini KPM ataupun fasduk diarahkan untuk lebih banyak memberi kesempatan
berbicara dalam memberikan input dan saran pada mereka yang selama ini
terpinggirkan dan menghindari monopoli pembicaraan oleh warga yang merupakan
elit-elit di desa.
Ditingkat lembaga, rekruitmen fasilitator pendukung juga akan sangat
mempertimbangkan perimbangan jumlah perempuan dan laki-laki sampai 50;50
yang tentunya tanpa mengabaikan kapasitas individu dan prinsip perluasan
pembelajaran dari program ini, demikian pula dalam proses rekrutmen KPM disetiap
desa akan dipersyaratkan perimbangan tersebut. Hal ini penting, selain untuk
memberi ruang pembelajaran yang cukup pada perempuan, juga karena proses
fasilitasi dilapangan untuk memberi ruang partisipasi bagi perempuan terkadang
terhambat fasilitatornya semua laki-laki selain karena hal ini juga telah menjadi
komitmen lembaga dalam pengarusutamaan gender.

Untuk menjamin diterapkannya nilai-nilai partisipasi, transparan dan akuntabel


dalam pelaksanaan program maka lembaga akan melibatkan semua pihak yang
akan terlibat untuk memberikan masukan-masukan tentang pelaksanaan setiap
tahapan program baik melalui pertemuan evaluasi maupun melalui kotak saran yang
akan disiapkan di lembaga. Rencana kegiatan dan hasil-hasil pelaksanaan setiap
tahapan program juga akan dilaporkan pada pihak-pihak yang membutuhkan baik
dalam bentuk laporan pertanggungjawaban secara rutin pada pihak ACCESS dan
Pemerintah Kabupaten, Kecamatan dan desa maupun melalui media cetak dan
elektronik (radio komunitas) dalam bentuk berita serta pada papan informasi di
kantor lembaga. Hasil-hasil program juga akan dipresentasekan dan
disosialisasikan pada pihak-pihak yang berkepentingan pada suatu kegiatan
ekspose hasil-hasil kegiatan ditingkat kabupaten.

E. FAKTOR-FAKTOR DAN RESIKO LUAR YANG MEMPENGARUHI

Peluang dan Tantangan yang mungkin mempengaruhi keberhasilan program,


antara lain :

Bagaimana Memanfaatkan Peluang dan


Peluang / Tantangan
mengatasi tantangannya ?
Pemerintah Kabupaten Bantaeng telah • Memaksimalkan kinerja lembaga pada
mengalokasikan dana sharing untuk tahun pertama untuk mendapatkan
memfasilitasi kegiatan penjajakan dan hasil-hasil yang maksimal sehingga
Penyusunan RPJMDesa untuk tahun pada tahun berikutnya dapat lebih
2009, dan belum ada kejelasan untuk dipercaya untuk mengimplementasikan
tahun berikutnya sementara program program-program kolaboratif
dirancang selama 3 tahun

Mekanisme perencanaan desa telah • Meningkatan kapasitas pemerintahan


diatur secara jelas dalam permendagri, desa dalam menyusun perencanaan
perda maupun SK Bupati namun dan penganggaran secara partisipatif
demikian proses perencanaan dari desa, sesuai dengan mekanisme dan regulasi
kecamatan dan kabupaten melalui forum yang ada.
musrenbang belum dilakukan sesuai • Mendorong lahirnya komitmen kuat
dengan mekanisme yang telah ada pemerintah untuk menerapkan
karena rendahnya kapasitas dalam mekanisme perencanaan dan
pengimplementasian aturan. penganggaran sesuai dengan regulasi
yang ada.
Masih terdapat beberapa desa yang Mendorong adanya kebijakan untuk
telah memiliki RPJMDes hasil program memproteksi adanya usulan-usulan
sebelumnya tidak memanfaatkan kegiatan dari desa yang tidak sesuai
dokumen perencanaan tersebut dalam dengan RPJMDes.
menyusun perencanaan dalam
musrenbang.
Hasil Pemilu legislative 2009 Membangun Koordinasi dan Komunikasi
mendudukkan mayoritas orang baru, yang intensif dengan legislative untuk
disisi lain terdapat beberapa orang yang mendorong keberlanjutan program dan
dapat diandalkan (berlatar belakang adanya regulasi (perda) utuk mendukung
aktivis) untuk ikut mendukung TKLD
pencapaian hasil-hasil program.

1. ORGANISASI PENGUSUL

Organisasi pengusul adalah Yayasan Jalarambang Indonesia ( YAJALINDO ) yang


berkedudukan/berpusat di Kabupaten Bantaeng dengan alamat jalan Dr. Ratulangi
(Ruko No. 3 Depan Stadion Mini Lamalaka) kabupaten Bantaeng. Yajalindo telah
berpengalaman dalam program-program pemberdayaan masyarakat di Kabupaten
Bantaeng ( lihat matriks, red ).

Intensif Studi Perencanaan


- Indepht Interview
Pembangunan Partisipatif Tahun
1. - FGD dengan alat-alat PRA
kerjasama dengan Pemkab 2001
- Lokakarya Perencanaan Desa
Bantaeng
Intensif Studi Perencanaan
- Indepht Interview
Pembangunan Partisipatif Tahun
2 - FGD dengan alat-alat PRA
kerjasama dengan Pemkab 2002
- Lokakarya Perencanaan Desa
Bantaeng

Pendampingan Program - Pembentukan Tim Inti Pelaksana


Pemberdayaan Masyarakat dan Program.
Tahun
3 Pemerintah Daerah (P2MPD) - Lokakarya Perencanaan Kegiatan
2002
Kerjasama dengan Pemkab - Pelibatan masyarakat miskin dan
Bantaeng perempuan
- Adanya arahan lokasi dalam
penyusunan pemanfaatan dan untuk
kegiatan perlindungan lahan dalam
rangka tercapainya fungsi kawasan
yang optimal
- Adanya bahan acuan dalam
mengambil keputusan atau kebijakan
Penyusunan Tata Ruang dalam mengelola atau
Tahun
4 Kawasan Pesisir Kabupaten mengimplementasikan kegiatan-
2002
Bantaeng kegiatan fisik dan pengelolaan atau
perlindungan dalam lingkup Pemkab
Bantaeng
- Adanya informasi dan masukan baru
sebagai jawaban tuntutan perubahan
dan dinamika penataan ruang wilayah
untuk pengelolaan sumberdaya wilayah
pesisir dimasa akang datang.

Intensif Studi Perencanaan


- Indepht Interview
Pembangunan Partisipatif Tahun
5 - FGD dengan alat-alat PRA
kerjasama dengan Pemkab 2003
- Lokakarya Perencanaan Desa
Bantaeng

- Tersedianya sebuah masterplan


pengembangan kawasan pesisir yang
mencakup jurisdiksi wilayah Kabupaten
Bantaeng,
- Identifikasi potensi dan pemanfaatan
sumber daya laut dalam wilayah
Penyusunan MasterPlan
Tahun yurisdiksi Kabupaten Bantaeng,
6 Kawasan Pesisir Kabupaten
2003 - Adanya determinasi arah dan strategi
Bantaeng
pengembangan sector industry di
kawasan pesisir Kabupaten Bantaeng
- Adanya inisiasi dan pengembangan
basis data tentang profil sumber daya
wilayah pesisir dan laut Kabupaten
Bantaeng.

Pendampingan Program - Pembentukan Tim Inti Pelaksana


Pemberdayaan Masyarakat dan Program.
Tahun
7 Pemerintah Daerah (P2MPD) - Lokakarya Perencanaan Kegiatan
2003
Kerjasama dengan Pemkab - Pelibatan masyarakat miskin dan
Bantaeng perempuan

- Terciptanya kesadaran masyarakat


Program Peningkatan Taraf sasaran dalam melakukan kegiatan
Tahun
8 Hidup masyarakat Pesisir penignkatan taraf hidupnya,
2003
Kabupaten Bantaeng. - Adanya penguatan modal usaha yang
dikelola oleh kelompok masyarakat.
- Terinventarisasinya aktifitas ekonomi
yang terkait dengan pengembangan
Hutan kemasyarakatan baik di dalam
maupun di luar kawasan hutan
- Terkajinya potensi ekonomi dan
prospek pengembangannya pada
setiap wilayah kajian
- Terkajinya persepsi masyarakat
Study Pengembangan Hutan
Tahun terhadap pola pengembangan hutan
9 Kemasyarakatan Kabupaten
2003 kemasyarakatan,
Bantaeng.
- Terkajinya potensi/kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman
pengembangan hutan
kemasyarakatan,
- Tersusunnya pola pengembangan
hutan kemasyarakatan yang bersifat
local spesifik untuk masing-masing
wilayah kajian.

Penjajakan dan Perencanaan - FGD dengan Alat-alat kajian CLAPP


Kegiatan Bersama Masyarakat - Pleno hasil-hasil FGD
dengan Metode CLAPP di Desa Tahun - FGD Perencanaan Program
10
Baruga Kecamatan Pa’jukukang 2003 - Pleno komitmen pihak-pihak terkait
Kabupaten Bantaeng kerjasama - Pelibatan secara penuh masyarakat
dengan ACCESS – AusAID miskin dan perempuan

Pendampingan Program - Pembentukan Tim Inti Pelaksana


Pemberdayaan Masyarakat dan Program.
Tahun
11 Pemerintah Daerah (P2MPD) - Lokakarya Perencanaan Kegiatan
2004
Kerjasama dengan Pemkab - Pelibatan masyarakat miskin dan
Bantaeng perempuan

- Identifikasi calon KK sasaran


- Pembentukan KSM
- Pelatihan Peningkatan kapasitas
masyarakat
Program Peningkatan
- Pengadaan Ternak Kambing
Pendapatan Petani Peternak di Tahun
12 - Pengadaan & Pelayanan TPK
Desa Baruga Kecamatan 2005
- Pengguliran Ternak Kambing
Pa’jukukang Kabupaten
- Pembentukan Kopnak
Bantaeng kerjasama dengan
- Monitoring & Evaluasi
ACCCESS AusAID.
- Pelibatan secara penuh masyarakat
miskin dan perempuan
- FGD dengan alat-alat kajian Analisis
Kemiskinan Partisipatif
Program Pengembangan
- Pelatihan Pemetaan Partisipatif
Pengelolaan Hutan
- Pemetaan partisipatif
Kemasyarakatan Multipihak di Tahun
13 - Pertemuan reguler masyarakat
kawasan Hutan Kabupaten 2005
- Lokakarya Perencanaan HKM Multi
Bantaeng kerjasama dengan
Pihak
DFID MFP – Pemkab Bantaeng
- Advokasi kebijakan pengelolaan hutan
- Pelatihan pengelolaan Hkm

Penjajakan dan Perencanaan - FGD dengan Alat-alat kajian CLAPP


Kegiatan Bersama Masyarakat - Pleno hasil-hasil FGD
dengan Metode CLAPP di Desa - Perumusan Visi dan Misi desa
April – Juli
14 Nipa-Nipa Kecamatan - FGD Perencanaan Program
2005
Pa’jukukang Kabupaten - Pleno komitmen pihak-pihak terkait
Bantaeng kerjasama dengan - Pelibatan secara penuh masyarakat
ACCESS - AusAID miskin dan perempuan

- Identifikasi calon KK sasaran


- Pembentukan KSM
- Pelatihan Peningkatan kapasitas
masyarakat
Program Peningkatan - Pengadaan Ternak Kambing
Tahun
15 Pendapatan Petani Peternak di
2005
- Pengadaan & Pelayanan TPK
Desa Nipa-Nipa Kecamatan - Pengguliran Ternak Kambing
Pa’jukukang Kabupaten - Pembentukan Kopnak
Bantaeng kerjasama dengan - Monitoring & Evaluasi
ACCESS – AusAID. - Pelibatan secara penuh masyarakat
miskin dan perempuan

Staf yang akan terlibat dalam mendukung Program Peningkatan Kapasitas Warga dan
Inisiasi Kebijakan Publik untuk mendukung proses Pembangunan Daerah yang
Partisipatif, Transparan dan Akuntabel di Kabupaten Bantaeng adalah sebagai berikut :

Waktu
Posisi dalam Keahlian khusus
yang
organisasi Posisi dalam yang dimiliki yang
NO NAMA L/P dialokasik
dan lama program relevan dengan
an untuk
menjabat program
program
• Menjalankan
manajerial
kepemimipinan yang
terbuka.
• Memiliki pengalaman
yang cukup dalam
Penanggung
1 HUSNI ALAM L Direktur program 4 bulan
Jawab
pemberdayaan
• Mampu memberikan
motivasi untuk
meningkatkan kinerja
staf
• Mampu memfasilitasi
proses pertemuan
• Memiliki pengalaman
melatih dan
menerapkan alat-alat
ASRIUDY A. Bendahara Koordinator kajian CLAPP dan Selama
2 L PRA
PASAOERY Yayasan Program program
• Memiliki pengalaman
mengkoordinir
program penjajakan
dan perencanaan
dengan metode
CLAPP GPI
• Mampu
mengoperasikan
computer dengan
baik
Divisi
Pengkajian, Staf Admin • Mampu melakukan Selama
3 SYARIF T. BUANA L kegiatan
Penelitian & dan olah data program
Pelatihan pengadministrasian
yang baik
• Mampu
berkomunikasi
dengan baik
• Mampu mengelola
keuangan yang
transparan
• Mampu membuat
pelaporan keuangan
dengan
Staf Admin Selama
4 ANDI RAHMAWATY P Staf Keuangan menggunakan
Keuangan program
metode ASSYS
• Memiliki pengalaman
dalam mengelola
keuangan program

• Mampu memfasilitasi
proses pertemuan
Divisi
Fasilitator • Memiliki pengalaman Selama
5 MUH. SYAHRIR HK. L Pemberdayaan melatih dan mene-
Pendukung program
Masyarakat rapkan alat-alat kajian
CLAPP

• Mampu memfasilitasi
proses pertemuan
Divisi
6
SYARFIAH
P Pemberdayaan
Fasilitator • Memiliki pengalaman Selama
ZAINUDDIN Pendukung melatih dan program
Perempuan
menerapkan alat-alat
kajian CLAPP
• Mampu memfasilitasi
proses pertemuan
7 ANDI SUKRI L Fasduk
Fasilitator • Memiliki pengalaman Selama
Pendukung melatih dan menerap- program
kan alat-alat kajian
CLAPP
• Mampu memfasilitasi
proses pertemuan
Divisi
8
NUZULIAH
P Pemberdayaan
Fasilitator • Memiliki pengalaman Selama
HIDAYAH Pendukung menerapkan alat-alat program
Perempuan
kajian CLAPP
• Mampu memfasilitasi
Fasilitator proses pertemuan Selama
9 SURIYANI HS. P Fasdes
Pendukung • Memiliki pengalaman program
menerapkan alat-alat
kajian CLAPP
• Mampu memfasilitasi
proses pertemuan
Fasilitator Selama
10 ASISJAH P Fasduk
Pendukung • Memiliki pengalaman program
menerapkan alat-alat
kajian CLAPP
• Mampu memfasilitasi
proses pertemuan
Divisi
• Memiliki pengalaman
Fasilitator menerapkan alat-alat Selama
11 MUH. SYAKHRUL Z. L Pemberdayaan
Pendukung kajian PRA program
Masyarakat
• Memiliki pengalaman
memfasilitasi program
pemberdayaan
• Mampu memfasilitasi
proses pertemuan
12 ASTUTI P Fasdes
Fasilitator • Memiliki pengalaman Selama
Pendukung menerapkan alat-alat program
kajian CLAPP

• Mampu memfasilitasi
proses pertemuan
13 USMAN L KPM
Fasilitator • Memiliki pengalaman Selama
Pendukung menerapkan alat-alat program
kajian CLAPP.

• Mampu memfasilitasi
proses pertemuan
14 IRDAWATI P KPM
Fasilitator • Memiliki pengalaman Selama
Pendukung menerapkan alat-alat program
kajian CLAPP.

• Mampu memfasilitasi
proses pertemuan
15 SYAMSUL BAHRI L
Fasilitator Lokal Fasilitator • Memiliki pengalaman Selama
PNPM Pendukung menerapkan alat-alat program
kajian CLAPP.

2. ANGGARAN

Jumlah anggaran yang di gunakan dalam program ini adalah sebesar :


Rp. 1.254.395.000,- ( Satu Miliar Dua Ratus Lima Puluh Empat Juta Tiga Ratus
Sembilan Puluh Lima Ribu Rupiah), Yang merupakan sharing anggaran antara
Pihak Pemerintah Kabupaten Bantaeng dan Pihak ACCESS, yang diperuntukkan
untuk mendukung kegiatan-kegiatan yang telah di programkan.
3. DAMPAK TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP

Pengurus dan anggota Yajalindo bersama-sama dengan para Boundary Partner,


Pemerintah dan komponen masyarakat lainnya berkomitmen bahwa masalah
lingkungan hidup merupakan tanggungjawab bersama, namunpun sesungguhnya
program ini tidak memiliki dampak langsung terhadap lingkungan hidup, Yajalindo
tetap menerapkan prinsip mencegah untuk meminimalkan atau menghindarkan
terjadinya tindakan-tindakan yang merusak lingkungan hidup.
Kegiatan dikantor lembaga maupun dilapangan, staf lembaga maupun warga yang
terlibat diarahkan untuk menggunakan kertas sehemat mungkin untuk menghindari
pemborosan mengingat bahan baku kertas adalah kayu yang jika dilakukan
pengelolaan yang tidak terbatas akan dapat merusak lingkungan, peserta diarahkan
untuk memanfaatkan kertas untuk pencatatan secara timbal balik dan
memanfaatkan sisi kertas yang telah digunakan untuk pencatatan ataupun
pembuatan laporan, misalnya untuk menempel nota-nota pertanggungjawaban.
Meminimalisasi penggunaan bahan-bahan plastik dalam setiap kegiatan, misalnya
menghindari penggunaan air kemasan gelas plastik disetiap pertemuan dan
pelatihan. Untuk air minum dapat menggunakan gelas dan air galon atau dengan air
kemasan botol karena botol bekas masih bisa dimanfaatkan, salah satunya adalah
untuk pelampung rumput laut. Namun jika tidak dapat dihindari penggunaan air
kemasan gelas plastik, maka sampahnya dikumpulkan untuk diberikan pada warga
yang biasa membuat kerajinan tangan dari plastik.
Di kantor atau ruangan pertemuan akan disediakan tempat sampah, agar sisa
material yang sudah tidak dipergunakan dibuang ditempat yang telah disediakan
secara terpisah antara sampah kertas dengan sampah bahan dari plastik. Demikian
pula bagi peserta yang memiliki kebiasaan merokok, dianjurkan untuk tidak merokok
di dalam ruangan pertemuan, agar asap rokok tidak mengganggu peserta yang
tidak merokok.

4. RENCANA MONITORING DAN EVALUASI

Untuk mengukur dan mengontrol tingkat pencapaian keberhasilan pelaksanaan


kegiatan program, maka disusun sebuah rencana monitoring dan evaluasi yang
dibuat secara berkala dan berkesinambungan dengan melibatkan warga miskin,
perempuan dan kelompok marjinal lainnya secara partisipatif, transparansi dan
akuntabel. Ini dimaksudkan agar warga miskin, perempuan dan kelompok marjinal
lainnya benar-benar memahami/mengetahui proses-proses kegiatan pembangunan
di tingkat desa, sehingga warga merasa memiliki dan mengetahui potensi-potensi
dan kebutuhan yang benar-benar mendasar dan dirasakan oleh warga, perempuan
dan kelompok marjinal lainnya, begitupun masalah-masalah yang terjadi di tingkat
warga kemudian berusaha mencari solusi dari masalah yang terjadi.

1. MONITORING

Monitoring bertujuan untuk mengendalikan jalannya program dalam pelaksanaan


kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan. Monitoring akan dilakukan bersama
setiap bulan oleh Managemen Program, Fasilitator Pendukung dan Kantor
Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa dengan melakukan
pertemuan-pertemuan rutin setiap bulan di Kantor Yajalindo atau di Kantor PM
dan PD atau dengan melakukan kunjungan ke lokasi dimana program berjalan.
Hasil-hasil monitoring setiap bulan didokumentasikan oleh manajemen program
dan akan menjadi bahan pertemuan evaluasi.
2. EVALUASI
Evaluasi bertujuan untuk mengendalikan pencapaian sasaran, maksud dan
hasil-hasil yang telah ditetapkan dalam jangka waktu yang tertentu sesuai
dengan indikator pencapaiannya yang telah ditetapkan bersama. Evaluasi akan
dilakukan pada setiap 3 bulanan dan 6 bulanan. Pada Evaluasi 3 bulanan akan
dilakukan pertemuan oleh managemen program, penanggung jawab program,
Fasilitator Pendukung dan Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan
Desa. Dalam pertemuan ini akan dibahas laporan perkembangan pelaksanaan
program, mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi selama
melaksanakan program, dan merumuskan solusi pemecahannya. Kegiatan ini
selain untuk mengevaluasi hasil-hasil yang telah dicapai sesuai indikator-
indikator yang ada, juga sebagai wadah saling belajar antar pihak dalam
mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi dan merencanakan kegiatan-
kegiatan pemecahan masalah yang akan dilakukan pasca evaluasi.
Sedangkan pada evaluasi 6 bulanan akan dilakukan pertemuan dengan
menghadirkan managemen program, penanggung jawab program, Fasilitator
Pendukung dan Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa dan
Camat. Pada evaluasi ini akan didiskusikan perkembangan dan hasil-hasil yang
telah dicapai oleh program sekaitan dengan indikator-indikator yang telah
direncanakan, disamping itu juga akan didiskusikan masalah-masalah yang
dihadapi selama pelaksanaan program yang menyebabkan tidak tercapainya
indikator-indikator hasil dan solusi-solusi kegiatan yang akan dilakukan dan
penguatan-penguatan apa yang dapat dilakukan pada hasil-hasil yang telah
dicapai.
Indikator-indikator yang akan dicapai dan menjadi acuan monev yang dilakukan
dapat dilihat pada lampiran 5 (Kerangka Monitoring, Evaluasi dan Pembelajaran).
5. PEMBELAJARAN DAN PERLUASAN HASIL

a. PEMBELAJARAN

Pembelajaran terpenting yang akan diperoleh dengan berjalannya program ini,


mulai dari proses persiapan, perencanaan, pelaksanaan hingga monitoring dan
evaluasi oleh semua pihak yang terlibat dalam program akan dapat pembelajaran
dari proses-proses kegiatan yang telah diikuti.
Yajalindo, KPM, Warga dan pemerintah dapat memetik pembelajaran dari setiap
tahapan kegiatan dengan melakukan evaluasi, review dan refleksi bersama.
Dalam proses ini, semua pihak diarahkan untuk dapat mengidentifikasi apa yang
telah berhasil dilakukan dalam kegiatan dan apa yang masih perlu ditingkatkan
dan pembelajaran apa yang dapat diambil dari setiap kegiatan yang telah
dilakukan tersebut. Proses pembelajaran dilakukan dengan mengedepankan
prinsip berperan setara, dimana pada setiap proses senantiasa melakukan
sharing antar pihak.
Hasil-hasil pembelajaran yang telah dilakukan akan didokumentasikan baik dalam
bentuk laporan hasil setiap kegiatan yang dilengkapi dengan foto-foto kegiatan,
laporan proses kegiatan, ungkapan-ungkapan menarik dari peserta dan lain-lain.
Yajalindo akan memberi kesempatan kepada semua pihak untuk mendapat
pembelajaran dari program ini, termasuk di internal lembaga akan mengikutkan
sedikitnya 4 orang staf untuk ikut berproses dalam setiap kegiatan tanpa harus
membebani anggaran program. Hal ini juga diharapkan pada pemerintah
kabupaten, kecamatan dan desa.
b. PERLUASAN HASIL

Pada bagian ini, digambarkan beberapa hal terkait tentang perluasan hasil
program yang dijalankan yaitu berkaitan dengan Penyebaran Informasi dan
Publikasi serta Rencana Keberlanjutan Program.
1) Penyebaran Informasi/Publikasi
Kegiatan ini bertujuan untuk menyebarluaskan informasi rencana-rencana
kegiatan maupun hasil-hasil kegiatan serta kemajuan program secara berkala
sehingga masyarakat secara luas (warga) dapat mendapatkan informasi
perkembangan program.
Kegiatan ini dilakukan dengan membuat sebuah BROSUR / BULLETIN
INFORMASI secara berkala akan dibagikan kepada pihak terkait. Buletin
informasi selain dibagikan kepada pihak yang terkait dengan program, juga
akan ditempel di papan informasi kantor-kantor, atau masjid sehingga juga
dapat dibaca dan diketahui oleh masyarakat.
Melalui brosur atau Bulletin Informasi yang dibuat secara berkala juga akan
menjadi media sharing pengalaman dan informasi antar pelaku kegiatan
(KPM) diwilayah masing-masing sehingga akan memperkaya wawasan
mereka tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pelaksanaan program
serta untuk mengetahui dinamika (hambatan-hambatan atau kisah sukses)
program yang terjadi disetiap lokasi/wilayah pelaksanaan program.
Media informasi dan publikasi berupa Brosur/Bulletin ini dibuat oleh Tim
Implementasi Program bekerjasama dengan Forum Lintas Aktor Gerbang
Kabupaten Bantaeng. Untuk memperkuat kemampuan lembaga menyebarkan
informasi dan publikasi, Yajalindo bekerjasama dengan FLA GERBANG
Bantaeng didukung oleh ACCESS terlebih dahulu membuat diklat singkat
tentang Jurnalistik. Melalui kursus singkat ini diharapkan akan memberikan
pengetahuan dan keterampilan bagi pengurus lembaga dan para boundary
partner tentang dunia tulis menulis khususnya dalam membuat reportase atau
laporan perkembangan kegiatan di lapangan.
Penyebaran hasil-hasil melalui publikasi dengan pendokumentasian yang baik
diharapkan banyak pihak dapat belajar dari proses pembelajaran yang
dilakukan pada program ini sehingga dapat mendorong pihak-pihak lain untuk
mereplikasi metode, prinsip dan nilai-nilai yang diperjuangkan pada program
ini pada program-program lain atatupun dilokasi lainnya sehingga dapat
mendorong terwujudnya TKLD.
2) Rencana Keberlanjutan
Untuk menjamin keberlanjutan kegiatan setelah dukungan pihak luar selesai
maka telah dirumuskan kegiatan-kegiatan keberlanjutan yang merupakan
kegiatan yang diharapkan tetap berlanjut selama satu tahun masa program
selesai dan kegiatan-kegiatan yang merupakan kegiatan pengembangan
kegiatan masa program.
Kegiatan-kegiatan keberlanjutan untuk tahun pertama pasca program lebih
banyak diarahkan untuk :
a) Memperkuat KPM dan Jaringan KPM untuk dapat lebih berperan
mewujudkan Tata Kepemerintahan Lokal Demokratik dilevel warga,
organisasi warga, maupun pemerintahan.
b) Mendorong para pihak terkait dengan pemberdayaan warga agar
dapat mengoptimalkan peran Kader Pemberdayaan Masyarakat yang ada
di desa/kelurahan sebagai Mitra Utama dalam pelaksanaan kegiatan-
kegiatan yang ada di desa/kelurahan.
c) Mendorong Para pihak agar dapat menerapkan prinsip-prinsip tata
kelola pemerintahan lokal yang demokratis yang partisipatif, transparan
dan akuntabel dalam lingkup pemerintahan, organisasi dan ditingkat
warga.
d) Secara internal Lembaga YAJALINDO berkomitmen untuk konsisten
dalam menerapkan nilai-nilai partisipatif, transparansi dan akuntabilitas
dalam manajemen organisasi dan dalam pelaksanaan program-
programnya.
Keberlanjutan program sangat di tentukan dengan kinerja lembaga dalam
membangun komunikasi dan jaringan yang kuat seperti di Partai Politik,
Parlemen, OMS, dan Pemerintahan ditingkat desa/kelurahan, kecamatan
hingga kabupaten untuk berkomitmen kuat terhadap keberpihakan pada orang
miskin, perempuan dan kaum marjinal lainnya.

6. KRITERIA KELAYAKAN

Matriks Kriteria Kelayakan

KRITERIA KELAYAKAN YA TIDAK

Apakah organisasi Anda telah diakui oleh


Pemerintah setempat dan sudah terdaftar ( sesuai YA --
Permendagri No. 38 tahun 2008 ) ?
--
Bagi organisasi yang terdaftar sebagai yayasan, YA
apakah lembaga Anda sudah memenuhi
persyaratan di bawah UU No. 16/2001 dan UU No.
26/2004 ?

Untuk yayasan yang belum memenuhi persyaratan


di bawah UU No. 16/2001 dan UU No. 26/2004
secara penuh. Apakah organisasi Anda bersedia
untuk memenuhi segala persyaratan tersebut dalam
jangka waktu satu tahun setelah kerja sama dengan
ACCESS tahap II di mulai ?

Apakah organisasi Anda bersedia dan mampu


untuk menunjukkan laporan keuangan tahunan atau
YA --
laporan audit eksternal lembaga untuk tahun fiskal
yang terakhir ?

Apakah organisasi Anda bersedia untuk membuat


rekening yang terpisah atas nama program yang di YA --
danai ?

Dengan ini, kami menyatakan bahwa informasi tersebut di atas adalah benar adanya.

Bantaeng, Mei 2009

Mengetahui : Menyatakan :

IR. ALIM BAHRI L. TANA HUSNI ALAM, S.Sos

Ketua Yajalindo Direktur Eksekutif Yajalindo

You might also like