You are on page 1of 15

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Babi adalah ternak monogastrik yang mampu mengubah bahan makanan secara efisien. Limbah pertanian, peternakan dan sisa makanan manusia yang tidak termakan dapat digunakan oleh babi untuk menjadi produksi daging. Berdasarkan permintaan konsumen, sampai saat ini babi tipe lemak menjadi tidak populer lagi. Masyarakat mulai mengalihkan perhatian kepada babi tipe daging, oleh sebab itu peternak mengalihkan perhatian kepada babi tipe daging (meat type). Dewasa ini bangsabangsa babi telah dikelompokkan menjadi beberapa tipe. Tipe yang umum dikenal ada 3 yaitu babi tipe lemak (lard type), tipe daging (meat type atau pork type) dan tipe sedang (bacon type). Bangsa babi yang ada di Indonesia umumnya cenderung kearah tipe lemak. Ciriciri babi tipe lemak adalah ukuran tubuh berlebihan cepat atau mudah menjadi gemuk, ukuran babi pendek dan kemampuan dalam membentuk lemak cukup tinggi. Babi yang tergolong tipe daging antara lain Hampshire, Polland China, Duroc, dan yang tergolong tipe sedang adalah Yorkshire, Tamworth dan Landrace. Bagsa babi di Indonesia, belum dapat dikelompokkan ke dalam salah satu tipe yang dikehendaki oleh konsumen. Jadi tipe babi Indonesia memiliki sifat yang masih campuran, tetapi ada tendensi mengarah kepada babi tipe lemak. Babi memiliki sifat prolifik, yakni banyak anak dalam satu kali kelahiran. Jumlah anak yang dilahirkan berkisar antara 814 ekor dalam satu kelahiran dengan ratarata 2 kali kelahiran per tahun. Babi yang dihasilkan oleh suatu peternakan babi akan

mempunyai performans yang baik apabila manajemen pemeliharaan yang digunakan juga baik. Manajemen pemeliharaan babi harus disesuaikan dengan periode masa pertumbuhan babi, dari manajemen pemilihan bibit, pemberian pakan, perkawinan, kesehatan dan lain-lain. Maka dari itu,

manajamen pemeliharaan sangat menentukan kuantitas maupun kualitas babi yang dihasilkan. 1.2 Tujuan Praktikum manajemen ternak babi bertujuan agar mahasiswa mengetahui manajemen pemeliharaan babi secara detail pada

perusahaan peternakan. Di samping itu, dengan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat memperoleh informasi yang lebih rinci mengenai kegiatan-kegiatan yang seharusnya dilakukan pada usaha pemeliharaan ternak potong, sehingga membuka wawasan berwirausaha dikemudian hari.

BAB II MATERI DAN CARA KERJA

2.1 Materi Peralatan yang disiapkan adalah jas almamater, sepatu kandang, buku praktikum, alat tulis, kalkulator, dan kartu praktikum. Materi terdiri dari ternak babi di perusahaan ternak babi yang dipelihara pada peternakan rakyat. 2.2 Cara Kerja Praktikan berkumpul di lokasi 15 menit sebelum praktikum dimulai

Menyerahkan kartu praktikum

Melakukan wawancara dengan petugas pemilik/anak kandang

Mencatat monografi desa setempat

Mengukur dan menghitung statistik vital ternak babi, kandang dan bagianbagiannya

Mencatat semua informasi dalam buku diktat laporan

Buku diktat laporan praktikum dikumpulkan untuk diberi penilaian

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil 3.1.1 Identitas Peternak (Responden) 1. Nama peternak 2. Alamat Peternakan 3. Jumlah Keluarga 4. Pendidikan 5. Pekerjaan : Bapak Aris Gunadi umur 75th

: Ds Kalikidang,Sokaraja, Banyumas : 4 orang anak : PT : Wirausaha rumah makan

6. Jumlah Anggota Keluarga yang terlibat beternak : 2 orang anak 7. Jenis usaha peternak :kombinasi pembibitan dan penggemukan 8. Populasi ternak babi yang dipelihara Tabel 1 Populasi ternak babi yang dipelihara Jenis / bangsa babi Duroc, Duroc Duroc Boar/ pejantan Babi bunting Babi beranak/menyusui Duroc Babi umur 1-2 bulan(starter) Duroc Babi umur > 2-5 bulan(grower) Duroc Babi dewasa (finisher) Duroc Babi induk kering (sedang tidak mengasuh anak) 6 42 138 45 1% Suhu udara, tertindih induk 5 40 20/160 Klasifikasi ternak Jumlah Kematian (ekor) (%) Sebab-sebab kematian

3.1.2 Manajemen Pemilihan Bibit Ternak Babi 1. Asal bibit : pejantan dibeli dari Solo umur 4 bulan, betina keturunan sendiri 2. Alasan :jenis bagus-bagus 3. Peternak menyeleksi sendiri dalam pengadaan bibit sebagai pengganti induk / jantan Alasan :dilihat dari tubuh,kondisi tubuh, kaki, body, ketahanan tubuh, puting diambil yang paling banyak / seksi induk, pejantan baik Syarat-syarat seleksi :performa tubuh baik 4. Umur bibit : 11bulan-1 tahun(betina) 1-1,5 tahun (jantan) Bakalan digemukan :2,5 bulan/tahun,1,5-2 starter, 2,5-4 grower. 3.1.3 Manajemen Pemberian Pakan 1. Bahan pakan yang digunakan 2. Tabel 2. Bahan pakan yang diberikan pada babi Jenis bahan pakan Bekatul Tepung jagung Konsentrat Pollard Mineral Roti bs(roti afkir) Total 5000 3800 220 200 52 125 Kuantum (kg) Harga per Kg (Rp) 2500 3750 7500 2200 1000 2000 Biaya pakan (Rp) 12500000 14250000 1650000 220000 32000 250000 28902000

3. Jumlah pakan, bentuk dan cara pemberian pakan yang diberikan tiap hari : Tabel 3 Pakan, bentuk dan cara pemberian pakan yang diberikan pada babi No Klasifikasi Kuantum pakan Bentuk pakan Cara penyajian (tempat

ternak 1 2 3 Boar/ pejantan Induk bunting Induk beranak /menyusui Babi starter Babi grower Babi finisher Induk kering

(kg/ekor/hr) (basah/kering) pakan/ditumpahkan 3 3 4 Kering Kering Kering Tempat pakan Tempat pakan Tempat pakan

4 5 6 7

0,6 1 2 4

Kering Kering Kering Kering

Tempat pakan Tempat pakan Tempat pakan Tempat pakan

3.1.4 Manajemen Perkawinan 1) Sistem perkawinan :alami 2) Umur babi pertama dikawinkan : babi jantan :14 bulan, Babi betina :1112 bulan 3) Performa babi induk beranak / menyusui : Tabel 4 . Performa babi induk/menyusui Induk Kelahiran Litter Anak Anak Anak Presentase Berat Berat Kesize jantan Betina kematian lahir sapih mati (ekor) (ekor) (ekor) (%) (kg) (Kg) (ekor) 3 3 3 11 11 11 5 5 5 6 6 6 1 1 1 1 1 1 1-1,5 1,5 1,75 10-12 22 11

1 2 3 4 5 6 Total Rataan

4. Kasus Kematian Utama anak Babi selama diasuh induk Tabel 5 Kasus Kematian Anak Babi Kasus kematian Litter size Mati lahir Mati ditindihi induk Mati dimakan induk Mencret / diare Kedinginan Mati sesak nafas /anemia Jumlah 4 4 1 1 1 1 Jumlah (ekor) 1 1 Presentase (%) 1 1

5. Manajemen Pemeliharaan Fase Starter Tabel 6 Manajemen Pemeliharan Babi Starter Dilaksanakan apa tidak (ya/tidak) Potong tali pusar Ya Jenis perlakuan Identifikasi Pencegahan anemia Potong taring Potong ekor Tidak Ya Apabila ya, pada umur berapa dilakukan Setelah lahir 2hari setelah lahir Ya Ya 1 hari 1 hari Apabila tidak apa alasannya

Mencegah anemia, nak babi kurang Hb Menghindari kanibalisme Menghindari kanibalisme

Kastrasi/ Ovariektroni Vaksinasi

Ya Ya

25 hari 1 hari

Reproduksi Pencegahan penyakit

3.2 Pembahasan Praktikum manajemen ternak potong dilaksanakan di peternakan babi milik Bapak Aris Gunadi yang beralamat di desa Kalikidang, Sokaraja. Lokasi peternakan babi milik Pak Gunadi tidak cukup jauh dari pemukiman penduduk, dan dekat dengan persawahan. Peternakan babi tersebut termasuk dalam usaha pembibitan dan penggemukan. Babi yang dipelihara yaitu bangsa babi Duroc. Populasi babi yang dipelihara di peternakan babi yang dikunjungi yaitu berjumlah 658 ekor. Babi yang dipelihara terdiri atas babi boar (pejantan), babi bunting, babi

beranak/menyusui, babi starter, grower, finisher dan babi induk kering sedang mortalitas babi yaitu pada periode setelah dilahirkan, yang dipengaruhi oleh suhu udara dan karena tertindih induk. Babi adalah ternak yang potensial untuk dikembangkan karena mampu menghasilkan anak dalam jumlah banyak pada setiap kali beranak, sehingga jumlah anak sapihan maupun babi potong dapat dijual lebih banyak dibandingkan ternak mamalia lainnya. Oleh karena itu, untuk menghasilkan jumlah anak per induk per kelahiran (litter size) yang tinggi sampai disapih, perlu perhatian mengenai waktu pengawinan yang tepat (alami maupun IB), usaha menurunkan mortalitas, memperhatikan umur penyapihan, waktu sapih kebunting kembali, dan paritas induk (Ligaya et al., 2007). Babi memiliki sifat-sifat dan kemampuan yang menguntungkan diantaranya adalah siklus reproduksinya yang relatif pendek, banyak anak dalam satu kelahiran, tingkat pertumbuhan cepat, efisien dalam penggunaan ransum, dan dapat memanfaatkan sisa makanan yang tidak lagi digunakan oleh manusia (Sihombing, 2006). Peternakan babi membutuhkan manajemen pemeliharaan yang baik untuk menghasilkan hasil yang baik pula. Manajemen yang diterapkan di peternakan babi milik Pak Gunadi terdiri dari manajemen pemilihan bibit, pemberian pakan, perkawinan, pemeliharaan serta perkandangan. 3.2.1 Manajemen Pemilihan Bibit

Bibit/bakaln yang dipelihara di peternakan babi Pak Gunadi awal mulanya didatangkan dari daerah Solo dan Semarang. Pejantan yang dibeli umur 4 bulan sedangkan betinanya berasal dari keturunan sendiri. Bibit yang dipilih yaitu bibit yang mempunyai penampilan bagus. Peternak melakukan seleksi ketat terhadap bibit yang akan dipakai yang dilihat dari kondisi tubuhnya, kaki, ketahan tubuh. Untuk seleksi induk, dipilih puting yang paling banyak sedangkan untuk pejantan, sehat, kaki kuat dan testisnya baik dan mampu membuahi betina. Bibit yang

dikembangbiakkan untuk betina yaitu umur 11 bulan-1 tahun. Pejantan umur 1-1,5 tahun. Bakalan (digemukkan) untuk starter umur 1,5-2 bulan dan grower umur 2,5-4 bulan. 3.2.2. Manajemen Pemberian Pakan Pakan sangat mempengaruhi produksi maupun reproduksi suatu ternak. Susunan ransum yang di berikan pada setiap periode

pertumbuhan babi grower, starter, finisher, menyusui akan berbeda. Menurut Parakkasi (1983) ransum adalah makanan yang diberikan pada ternak tertentu selama 24 jam, pemberiannya dapat dilakukan sekali atau beberapa kali selama waktu tersebut. Ransum sempurna adalah kombinasi beberapa bahan makanan yang bila dikonsumsi secara normal dapat mensuplai zat-zat makanan kepada ternak dalam perbandingan jumlah, bentuk, sedemikian rupa sehingga fungsi-fungsi fisiologis dalam tubuh berjalan dengan normal. Susunan ransum pada babi starter di peternakan babi di Sokaraja yaitu diberikan bekatul 5000kg, tepung jagung 3800kg, konsentrat 220kg, polar 220kg, mineral 52kg, dan roti BS (roti afkir) sebanyak 125kg.Biaya pakan dari bahan-bahan tersebut juga diperhitungkan sesuai dengan harga masing-masing jenis bahan pakan yang termasuk dalam

manajemen pemberian pakan. Jumlah pakan yang diberikan juga diperhitungkan dan diberikan berdasarkan klasifikasi babi. Pakan babi diberikan pada tempat pakan babi yang disediakan dan pakan dalam bentuk kering. Alasan diberikan dalam bentuk kering karena

10

dalam bentuk kering tidak cepat basi dan apabila tersisa bisa dikumpulkan dan diberikan lagi Bentuk pakan yang diberikan juga menentukan konsumsi pakan babi. Konsumsi merupakan faktor esensial yang merupakan dasar untuk hidup pokok dan produksi. Tingkat konsumsi adalah jumlah makanan yang terkonsumsi oleh hewan bila bahan makanan tersebut diberikan ad libitum (Parakkasi, 1999). Pakan yang diberikan permasa pertumbuhan babi berbeda-beda. Babi boar diberikan 3 kg, induk bunting 3 kg, induk beranak/menyusui 4 kg, babi starter 6 ons, babi grower 1 kg, babi finisher 2 kg dan induk kering diberikan 4 kg. Manajemen pemberian pakan dalam suatu peternakan harus benar dan sesuai agar menghasilkan babi yang bagus dan berkualitas. 3.2.3 Manajemen Perkawinan Manajemen perkawinan sangat menentukan anakan yang dihasilkan. Sistem perkawinan yang diterpakan di farm babi di Sokaraja yaitu perkawinannya dilakukan secara alami tidak dilakukan buatan.

Pengawinan Teknik IB menurut Ligaya et al (2007) biasanya digunakan pada peternakan modern, dengan tujuan untuk efisiensi penggunaan pejantan sehingga dapat meningkatkan keuntungan. Sementara internal waktu dari penyapihan ke bunting kembali berpengaruh terhadap frekuensi beranak per induk per tahun. Frekuensi menjadi lebih rendah apabila interval dari penyapihan ke Babi jantan dikawinkan pada umur 14 bulan, babi betina dikawinkan pada umur 11 bulan-12 bulan. Menurut Foote (1980), pengawinan harus disesuaikan dengan waktu ovulasi. Saat pengawinan yang paling baik adalah pada akhir pertama atau pada permulaan hari kedua berahi, karena ovulasi terjadi kira-kira 30-36 jam dari permulaan berahi. Berdasarkan keterangan petugas, babi dikawinkan umur sekian dengan alasan apabila tubuh babi jantan maupun betina telah mampu dan sudah siap dikawinkan. Babi betina dikawinkan pada saat birahi ketiga. Alasannya yaitu pada birahi ketiga babi telah siap kawin. Setelah anak disapih, babi induk dikawinkan pada umur 1 minggu setelah sapih.

11

Proses perkawinannya yaitu dengan cara babi jantan dibiarkan kumpul dengan babi betina selama satu hari, hal ini dilakukan dengan harapan selama rentangan waktu 24 jam babi jantan telah mengawini babi betina. Babi betina yang siap kawin (berahi) memiliki akan mempunyai tanda-tanda yang tidak biasanya yaitu abang (vulva terlihat memerah), abuh (vulva membengkak), anget (vulva hangat bila dipegang), babi

gelisah, nafsu makannya turun dan sering menaiki pejantan. Setelah babi mengalami berahi babi dikawinkan pada pagi hari, namun tidak ada

perlakuan khusus karena perkawinan secara alami. Paritas (frekuensi ternak dalam melahirkan anak) adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi litter size lahir. Puncak litter size biasanya terjadi pada beranak kelima sampai keenam sehingga pada peternakan babi intensif biasanya induk diafkir (dikeluarkan sebagai bibit) setelah beranak tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan memahami pengaruh sistem pengawinan (alami dan IB), dan paritas terhadap laju kebuntingan, litter size lahir hidup, dan interval penyapihan ke bunting kembali (Ligaya et al.,2007). Apabila perkawinan berhasil, induk akan bunting dan perlakuan tambahan yang diberikan pada induk antara lain pada pemberian pakan yang perlu diperhatikan, dan dimandikan agar selalu bersih. Induk bunting dipelihara dalam kandang individual. Setelah fase bunting berakhir yaitu selama 111 hari, babi akan melahirkan. Tanda-tanda induk yang akan melahirkan mempunyai ciri-ciri gelisah yaitu garuk-garuk lantai, keluar lendir, ambing turun dan puting apabila dipijat akan keluar air susu. Kelahiran babi periode pertama biasanya 7-8 ekor anak. Babi induk atau menyusui pada kelahiran ke tiga, litter sizenya 11 ekor, ank jantan biasanya 5 ekor dan betina 5 ekor, dengan presentase mortalitas 1 %. Berat lahir antar 1-1,5 kg sedang berat saat di sapih adalah 10-11kg. Dalam siklus hidupnya dalam farm babi, sering terjadi orphan pig (anak babi kehilangan induk yang disebabkan karena induk babi mati/ induk tidak mau menyusui anaknya). Kasus induk babi yang tidak mau

12

menyusui anaknya

berarti sifat keibuannya (mothering ability) jelek.

Solusi yang dapat dilakukan peternak yaitu anak-anak babi di titipkan ke induk lain agar disusui. Berkurangnya jumlah anak babi karena kasus kematian dapat

disebabkan mati pada saat lahir, mati ditindih induk, diare, kedinginan dan sesak nafas/anemia. Kematian anak babi yang terjadi di farm babi Sokaraja karena faktor tersebut masing-masing yaitu sebesar 1%. Babi induk akan dikawinkan lagi setelah anak disapih. Karena anak babi sangat rentan terhadap lingkungan dan penyakit, maka peternak harus lebih memperhatikan pada penanganan anak babi yang baru lahir. Anak babi akan menyusu induk sampai dengan disapih. Umur induk dikawinkan lagi yaitu setelah 1 minggu penyapihan anak. 3.1.4 Manajemen Pemeliharaan a. Fase Starter Manajemen pemeliharaan babi fase starter di farm babi Sokaraja yaitu dengan perlakuan-perlakuan sebagai berikut; 1. Memotong tali pusar yang dilakukan setelah lahir 2. Pencegahan anemia yang dilakukan 2 hari setelah lahir 3. Melakukan pemotongan taring dan pemotongan ekor yang dilakukan pada umur 1 hari setelah dilahirkan. Pemotongan taring dilakukan dengan tujuan agar menghindari sifat kanibalisme 4. Melakukan kastrasi/vasektomi yaitu pada umur 25 hari 5. Melakukan vaksinasi pada umur 10 hari. Vaksin yang diberikan

biasanya adalah vaksin kolera. b. Fase Grower Babi grower merupakan babi pada fase pertumbuhan yang telah melewati masa starter. Menurut Sihombing (2006) bobot babi periode grower antara 20-50 kg. Pertambahan bobot badan babi periode grower sangat cepat. Kebutuhan zat makanan babi periode grower yaitu energi metabolis 3265 kkal, protein kasar 18% dan rataan konsumsi ransum 1855 g/e/h (NRC, 1998).

13

Anak babi disapih pada umur 1 bulan, berdasar keterangan petugas hal ini dilakukan agar induk dapat segera dikawinkan lagi. Penyapihan dilakukan dengan memisahkan induk dengan anaknnya dengan cara induknya yang dipisahkan dari anaknya karena lebih cepat dan lebih mudah. Pada fase grower, ternak babi dikelompokkan berdasarkan umur/jenis kelamin agar mempermudah rekording. c. Fase Finisher/Penggemukan Babi periode finisher dicirikan dengan berat hidup 60-90 kg. Babi yang sudah mencapai bobot 90 kg sudah dapat dipotong Menurut NRC (1998), kebutuhan zat makanan babi periode finisher dengan bobot badan 50-80 kg adalah energi metabolis 3265 kkal, protein kasar 15,5%, dan konsumsi ransum 2575 g/e/h.Perlakuan babi finisher di farm yang diperhatikan adalah kandang, pakan, dan perawatan yaitu babi

dimandikan. Peternak menjual ternak pada umur 6 bulan dengan bobot rata-rata 91 kg. Peternak menjual ternaknya berdasarkan bobot badan babi dengan harga per kilogram bobot badan 24.000 rupiah. Berdasarkan taksiran harga per ekornya maka 1 ekor babi dihargai sebesar 2.184.000 rupiah. Sistem penjualan babi dilakukan secara langsung yaitu pembeli datang langsung ke peternakan babi. 3.2.5 Manajemen Perkandangan Sistem kandang babi di lokasi praktikum ternak babi yaitu dengan sistem terbuka. Apabila dilihat dari bangunan kandangnya, kandang babi bersifat permanen karena bahan-bahan bangunan kandang yang digunakan antara lain semen, besi, seng, genteng, digunakan bahan bagunan tersebut dengan alasan lebih kuat dan tidak mudah rusak. Lantai kandang juga terbuat dari semen. Ukuran bangunan kandang panjangnya 40 m, lebar 15 m, tinggi 18 m, kemiringan atap kandang 30 0 dengan ukuran tempat pakan/minum panjangnya 30-40 cm, lebar 20 cm dan tinggi 30 cm. Pakan disimpan dalam gudang penyimpanan pakan. Ukuran gudang panjangnya 30 m, lebar 10-12m, tinggi 4m dan luasnya 300-360 m2. Farm

14

babi yang dikunjungi menyediakan kandang karantina dengan ukuran panjang 2,5 m. Lebar 2m dan tinggi 1,5 meter. 3.1.6 Manajemen Pencegahan Penyakit Tindakan Pencegahan penyakit yang dilakukan oleh farm babi yang dikunjungi dalam mencegah penyebaran penyakit antara lain

penyemprotan desinfektan dan dilakukan vaksinasi. Apabila membeli ternak dari luar, tindakan khusus yang diberikan pada ternak yang dibeli yaitu vaksin ulang atau terkadang dikarantina dengan jangka waktu 4 bulan. Menurut Dharma dan Putra (1997) penyakit yang biasa menyerang babi yaitu Hog Cholera merupakan penyakit yang sangat menular pada babi yang berlangsung secara akut, subakut, kronis atau subklinis yang ditandai oleh perdarahan-perdarahan pada berbagai organ tubuh (Dharma dan Putra, 1997). Hog Cholera pada babi disebabkan oleh Virus Classical Swine Fever (CSF) atau Hog Cholera yang termasuk dalam genus Pestivirus famili Flaviviridae. Penyakit yang sering menyerang peternakan babi Sokaraja yaitu penyakit pernafasan yang diatasi dengan suntikan obat, selain itu juga terdapat penyakit kolera yang sering menyerang yang cara mengatasinya dijual atau dipotong. Apabila ada ternak yang mati cara mengatasinya yaitu dengan cara langsung dikubur. Agar tidak menular pada ternak babi lain. Manajemen pencegahan penyakit sangat penting dalam peternakan babi karena menentukan kesehatan babi yang juga menentukan populasi babi dalam suatu farm.

15

BAB IV KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan tentang Manajemen Ternak Babi yaitu; 1. Babi yang dipelihara bangsa babi duroc dan Landrace yaitu babi induk, pejantan, starter, grower, finisher 2. Manajemen ternak babi yang diterapkan di peternakan babi di Sokaraja meliputi manajemen pemilihan bibit, manajemen pemberian pakan, manajemen perkawinan, manajemen pemeliharaan, manajemen

perkandangan dan manajemen pencegahan penyakit 3. Manajemen yang diterapkan di peternakan babi di Sokaraja termasuk baik, namun perlu diperhatikan lagi dalam pencatatan (rekording) agar mendapatkan bibit-bibit babi yang unggul.

You might also like