You are on page 1of 9

MALARIA

a) Fakta
 Malaria adalah penyakit yang mengancam keselamatan jiwa yang disebabkan oleh parasit
yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi.
• Setiap 30 detik seorang anak meninggal akibat malaria.
 Terdapat 247 juta kasus malaria tahun 2006, dan setidaknya 1 juta meninggal, yang
sebagian besar merupakan anak-anak Afrika.
 Indonesia (SKRT) 2001 : 15 juta kasus, 38.000 kematian setiap tahun.
 35% penduduk tinggal di daerah resiko tertular malaria.
 Dari 293 Kabupaten / Kota, 167 Kab/Kota merupakan daerah endemis.
 Daerah dengan kasus malaria tinggi : Prop. Papua, NTT, Maluku, Maluku Utara, dan
Sulawesi Tenggara.
 Cukup tinggi : Kalimantan Barat, Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Riau.
 Tahun 1997-2005 : KLB malaria di 38 propinsi, meliputi 47 Kabupaten/Kota dengan
jumlah kasus 32.987 dan 599 kematian.
 Penyakit yang akibat malaria juga sangat merugikan perekonomian Indonesia, kehilangan
pendapatan individu akibat malaria diperkirakan sebesar US$ 56.5 juta setiap tahunnya.
 Case Fatality Rate (CFR) malaria berat :10-50%.
Sumber: http://www.scribd.com/doc/13051752/Malaria-Pada-Anak-

b) Definisi
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan
berkembang biak dalam sel darah manusia. Secara alami ditularkan melalui
gigitan nyamuk Anopheles betina.
Spesies plasmodium pada manusia : P. Falciparum

P. Falciparum : penyebab malaria tropica


P. Vivax : penyebab malaria tertiana
P. Ovale : penyebab malaria ovale
P. Malariae : penyebab malaria malariae
P. Vivax

Melati WRP (0706275681) Page 1


Masa inkubasi yakni waktu sejak sporozoit masuk sampai timbulnya gejala
klinis, yang ditandai demam berbeda-beda untuk setiap jenis plasmodiumnya.
P. Falciparum : 9 – 14 (12) hari
P. Vivax : 12 - 17 (15) hari
P. Ovale : 16 - 18 (17) hari
P. Malariae : 18 - 40 (28) hari
P. Ovale P. Malariae

c) Lingkaran Hidup

1. Dalam tubuh manusia :


 Parasit berkembang secara asexual ( schizogoni ).
 Parasit tersebut bisa hidup dan berkembang biak di hati manusia

Melati WRP (0706275681) Page 2


 Sporozoit yang dimasukan kedalam tubuh manusia oleh nyamuk, masuk kedalam peredaran
darah dan setelah ½ jam bersarang dihati dan membentuk siklus pre-eritrosit : trofozoit 
schizont  merozoit. Siklus ini berlangsung beberapa hari dan tidak menimbulkan gejala.
 Merozoit sebagian masuk kembali kedalam hati meneruskan siklus ekso-eritrosit, sebagian
masuk kedalam aliran darah (eritrosit) untuk memulai siklus eritrosit : merozoit  trofozoit
muda (bentuk cincin)  trofozoit tua  schizont  schizont pecah  merozoit memasuki
eritrosit baru.
 Sebagian merozoit memulai dengan gametogoni membentuk mikro dan makrogametosit.
 Siklus tersebut disebut masa tunas intrinsik.

2. Dalam tubuh nyamuk :


 Berkembang secara seksual (sporogoni).
 Parasit tersebut bisa hidup dan berkembang biak di ludah nyamuk jenis anopheles
 Dalam lambung nyamuk makro dan mikrogametosit berkembang menjadi makro dan mikro-
gamet yang akan membentuk zygote, disebut ookinet.
 Ookinet menembus dinding lambung nyamuk membentuk ookista yang membentuk banyak
sporozoit.
 Sporozoit dilepaskan dan masuk kedalam kelenjar liur nyamuk.
 Siklus tersebut disebut masa tunas ektrinsik.
 Cara infeksi dapat melalui gigitan nyamuk atau melalui transfusi darah.

d) Penyebaran Malaria
Malaria adalah penyakit yang disebabkan parasit yang disebut plasmodium. Parasit tersebut
bisa hidup dan berkembang biak di hati manusia dan ludah nyamuk jenis anopheles. Nyamuk
satu ini hanya bisa hidup di daerah tropis, termasuk Indonesia. Dari 80 jenis nyamuk anopheles
yang ada di Indonesia, hanya 14 di antaranya yang berperan menularkan malaria
Batas dari penyebaran malaria adalah 61o LU ( Rusia ) dan 32oLS (Argentina). Ketinggian
yang dimungkinkan adalah 100 meter di bawah permukaan laut (Laut Mati dan Kenya) dasn
2000 meter di atas permukaan laut (Bolivia). P. vivax mempunyai distribusi geographis yang
paling luas, mulai dari daerah yang beriklim dingin, subtropik sampai ke daerah tropik (Dep Kes
RI, 1990).

Melati WRP (0706275681) Page 3


Hampir separuh populasi Indonesia sebanyak lebih dari 90 juta orang tinggal di daerah
endemik malaria.11 Diperkirakan ada 30 juta kasus malaria setiap tahunnya, kurang lebih hanya
10 persennya saja yang mendapat pengobatan difasilitas kesehatan. Beban terbesar dari penyakit
malariani ada di provinsi-provinsi bagian timur Indonesiadi mana malaria merupakan penyakit
endemic. Anopheles farauti merupakan vektor penyakit malaria di daerah Indonesia bagian
Timur. Pada umumnya jenis nyamuk Anopheles akan menggigit mangsa pada malam hari,
berbeda dengan Aedes yang menggigit pagi dan sore hari.
Tempat hidup nyamuk anopheles berbeda dengan nyamuk aedes aegepty, penyebab demam
berdarah yang berkembang biak di air bersih. Anopheles biasa bersarang di genangan air tenang
dan kotor, seperti sawah, empang, sungai, dan di pinggiran laut. Oleh karena itu, penduduk yang
rawan terserang penyakit malaria adalah masyarakat di sekitar kawasan tersebut..
Ada tiga faktor utama yang saling berhubungan dengan penyebaran malaria, yaitu host
(manusia/nyamuk), agent (parasit plasmodium) dan environment (lingkungan). Penyebaran
malaria terjadi apabila ketiga komponen tersebut saling mendukung.
Sebagai host intermediete, manusia bisa terinfeksi oleh agent dan merupakan tempat
berkembang biaknya agent. Semua itu dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, ras, sosial ekonomi,
status perkawinan, riwayat penyakit sebelumnya, gaya dan cara hidup, hereditas (keturunan),
status gizi dan tingkat imunitas.
Perilaku nyamuk Anopheles sebagai host defenitive, sangat menentukan proses penularan
malaria, seperti tempat hinggap/istirahat yang eksofilik (senang hinggap diluar rumah) dan
endofilik (suka hinggap di dalam rumah), tempat menggigit yakni eksofagik (menggigit diluar
rumah) dan endofagik ( lebih suka menggigit didalam rumah ), obyek yang digigit yakni
antrofilik (manusia) dan zoofilik ( hewan).
Sedangkan faktor lingkungan yang cukup memberi pengaruh antara lain lingkungan fisik
seperti suhu udara, kelembaban, hujan, angin, sinar matahari, arus air, lingkungan kimiawi,
lingkungan biologi (flora dan fauna) dan lingkungan sosialbudaya. Adanya berbagai jenis ikan
pemakan larva seperti ikan kepala timah (panchaxspp), gambusia, nilai mujair dan lain-lain akan
mempengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah.
Penduduk yang berada jauh dari daerah endemik pun akan mendapat risiko ancaman
tertularnya parasit malaria juga walupun kecil. Dalam kasus ini, factor mobilitas penduduk
memegang peranan penting. Penduduk yang berasal dari daerah non endemis lalu masuk ke

Melati WRP (0706275681) Page 4


daerah endenis, kemudian digigit nyamuk yang mengandung parasit, otomatis akan tertular
parasit. Jika ia pindah ke daerah asalnya, ia pun akan menjadi vektor yang siap menyebarkan
parasit ke orang lain. Jika di daerah asalnya tidak ada nyamuk Anopheles, maka ia sendiri yang
terjangkit parasit. Namum jika di daerahnya terdapat nyamuk Anopheles, parasitnya akan
menyebar ke orang lain.
Lingkungan sosial budaya mempunyai peranan yang luar biasa besarnya dalam penularan
penyakit malaria. Kebiasaan buruk sebagian masyarakat kita untuk berada di luar rumah sampai
larut malam dimana vektor lebih bersifat eksofilik dan eksofagik akan memperbesar jumlah
gigitan nyamuk.
Akibat dari pembangunan yang kian cepat adalah kemungkinan timbulnya tempat
perindukan buatan manusia sendiri (man, made breeding places). Pembangunan bendungan,
penambangan timah dan pembukaan tempat pemukiman baru adalah beberapa contoh kegiatan
pembangunan yang sering menimbulkan perubahan lingkungan yang menguntungkan bagi
nyamuk malaria.

e) Gejala
Secara keseluruhan gejala yang sering muncul adalah sakit kepala, nyeri otot, lesu, diare,
meriang (panas, dingin dan menggigil) serta demam berkepanjangan sehingga sering juga
disebut demam kura-kura karena membuat penderitanya meringkuk karena menggigil. Gejala
serangan malaria ini terdiri dari beberapa jenis berupa gejala klasik yang sering menyerang
penderita tanpa imunitas dan baru pertama kali terserang dengan tanda menggigil 15-60 menit
diikuti demam 2-6 jam dengan suhu 37,5-40 derajat Celcius bahkan lebih, kemudian berkeringat
selama 2-4 jam akibat gangguan metabolisme tubuh yang menyebabkan peningkatan keringat
dan sebelum ulangan gejala berikutnya penderita biasanya merasa enak setelah berkeringat.
Gejala berulang tiap 48-72 jam sesuai dengan peluruhan sel darah merah. Pada malaria
yang lebih parah terdapat anemia dan kuning. Plasmodium falciparum bisa menyebabkan kejang,
penurunan kesadaran, gagal ginjal, koma, bahkan kematian dengan serangan yang paling sering
meluas ke berbagai organ tubuh lain serta memunculkan komplikasi.
Penderita yang sudah memiliki imunitas biasanya bisa menemukan gejala ini tidak
berurutan. Pada program pemberantasan, gejalanya bisa diikuti dengan sekumpulan gejala lain
seperti sakit kepala, mual, muntah, diare hingga nyeri otot yang serius. Selain itu juga dikenal

Melati WRP (0706275681) Page 5


gejala malaria berat yang dapat meliputi gangguan kesadaran, kejang, warna kuning pada mata-
tubuh dan urin, panas yang sangat tinggi, sesak hingga perdarahan hidung, gusi dan saluran
pencernaan serta rasa lumpuh. Bila mengenai jaringan otak yang disebut dengan malaria
serebral, akan terjadi kerusakan otak yang biasanya fatal

f) Pengobatan dan Pencegahan


Pengobatan lebih bertujuan menyembuhkan pasien dan bukan mengurangi jumlah parasit
yang dibawa oleh penderita. Pengobatan terbaik yang ada, terutama untuk jenis Malaria P.
falciparum malaria, adalah kombinasi obat-obatan yang biasa dikenal sebagai artemisinin-based
combination therapies (ACTs).
Namun, meningkatnya potensi resistensi parasit pada pengobatan tersebut melemahkan
upaya pengendalian malaria. Resistensi obat terhadap seringnya penggunaan anti malaria telah
berkembang dengan cepat. Untuk mencegah kondisi ini, pengobatan sebaiknya digunakan secara
kombinasi sebagai. Pengobatan single-drug meningkatkan kemungkinan parasit berkembang dan
menjadi kebal terhadap obat.
Berikut beberapa upaya untuk pencegahan penyakit malaria:
a. Penyemprotan rumah
Penyemprotan rumah-rumah di daerah endemis malaria dengan insektisida ,dilaksanakan
dalam 2 kali dalam satu tahun dengan interval 6 bulan sekali.
Namun nyatanya, dengan penyemprotan insektisida untuk pengendalian penyakit malaria tidak
berpengaruh terhadap kejadian penyakit. Hingga saat ini, karena lingkungan yang mendukung
untuk perkembangan nyamuk terus menerus tersedia, akibat dari kerusakan lingkungan dan
derap pembangunan, serta mobilitas penduduk. Disamping itu nyamuk juga melakukan
penyesuaian ( plastisitas fenotip).
b. Larvaciding
c. Biological Control
d. Mengurangi tempat perindukan nyamuk malaria
Lingkungan alam seperti air sungai yang tergenang, aliran air selama musim kering, atau
genangan air hujan di hutan sangat mempengaruhi tempat perkembang-biakan dan penyebaran
malaria melalui nyamuk Anopheles, sementara lingkungan yang tidak sehat juga terjadi akibat
lubang-lubang bekas penggalian pasir atau pertambangan, dan kolam-kolam budidaya udang dan

Melati WRP (0706275681) Page 6


ikan yang tidak terpelihara, serta rawa bekas hutan bakau yang menyebabkan meningkatnya
penyakit yang ditularkan melalui vektor.
e. Pemberian obat pencegahan malaria
Pemberian obat pencegahan malaria (profilaksis) malaria bertujuan untuk mencegah terjadinya
infeksi,serta gejala-gejala penyakit malaria. Orang yang akan pergi ke dearah endemis malaria,
harus minum obat antimalaria sekurang-kurangnya seminggu sebelum berangkat, sampai empat
minggu setelah orang tersebut meninggalkan daerah endemis malaria.
f. Pemberian vaksin malaria

Secara umum, tindakan penanggulangan malaria saat kini dilaksanakan lebih ditekankan
pada pemutusan rantai penularan , baik yang tertuju pada parasit maupun vector nyamuk
malarianya.

g) Hubungan dengan aspek dibidang teknik lingkungan


Dalam upaya pencegahan dan upaya pemberantasan penyakit malaria perlu diperhatikan
beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan
nyamuk Anopheles yang berperan sebagai media penyebar penyakit. Telah disebutkan di atas
bahwa nyamuk Anopheles biasa bersarang di genangan air tenang dan kotor, seperti sawah,
empang, sungai, dan di pinggiran laut. Dan mekanisme penularan penyakit ini dengan transmisi
biologis, yakni proses perkembangbiakan agen penyakit/parasit dalam tubuh dalam tubuh
vector, dalam hal ini parasit malaria dalam tubuh nyamuk Anopheles. Semakin banyak genangan
air kotor yang ada serta lingkungan yang tidak bersih mendukung perkembang biakan nyamuk
yang selanjutnya menyebabkan penyabaran penyakit ini menjadi semakin meluas.
Terlebih penyakit ini kemudian kebal terhadap obat-obat yang ada seperti contohnya
penyemprotan DDT yang kini tidak mempan lagi,ataupun obat-obatan yang dahulu bisa
digunakan untuk menyembuhkan kini perlu ditambah dosisnya ataupun perlu dikombinasikan
dengan obat lainnya dikarenakan terjadi resistensi maka upaya pencegahan dinilai lebih efektif
agar penyakit ini tidak menyebar menjadi endemic di wilayah lainnya.
Sebelumnya telah dibahas bahwa dengan adanya pembangunan berakibat dari timbulnya
tempat perindukan buatan manusia sendiri (man, made breeding places). Pembangunan
bendungan, penambangan timah dan pembukaan tempat pemukiman baru adalah beberapa

Melati WRP (0706275681) Page 7


contoh kegiatan pembangunan yang sering menimbulkan perubahan lingkungan yang
menguntungkan bagi nyamuk malaria.
Terlebih dikarenakan terjadinya perubahan iklim akibat efek rumah kaca dinilai para ahli
turut mempengaruhi penyebaran nyamuk malaria. Nyamuk anopheles yang biasanya hanya
ditemukan di daerah dataran rendah sekarang bahkan bisa ditemukan di daerah pengunungan,
yang tingginya di atas 2000 m dari permukaan laut. Salah satu faktor lingkungan yang juga
mempengaruhi peningkatan kasus malaria adalah penggundulan hutan, terutama hutan-hutan
bakau di pinggir pantai. Akibat rusaknya lingkungan ini, nyamuk yang umumnya hanya tinggal
di hutan, dapat berpindah ke pemukiman manusia. Di daerah pantai, kerusakan hutan bakau
dapat menghilangkan musuh-musuh alami nyamuk sehingga kepadatan nyamuk menjadi tidak
terkontrol.
Perubahan lingkungan yang terjadi akibat adanya pembangunan perlu ditinjau dampaknya
terhadap gangguan ataupun keuntungan terhadap habitat hewan-hewan yang ada,dimana
selanjutnya manusia yang akan terkena dampaknya.Pembangunan berwawasan lingkungan perlu
dilakukan untuk upaya pencegahan,diikuti dengan sanitasi lingkungan yang baik. Dalam hal ini
hubungan agen penyakit dengan air sebagai medianya adalah sebagai Water-related insect
vector Mechanism , dimana mekanisme penularan melalui agen penyakit yaitu dengan gigitan
serangga yang berkembang biak di dalam air. Pembangunan sistem drainase yang baik,
menghindari adanya genangan air kotor, bila di lingkungan tidak ada genangan air kotor,maka
perkembang biakan nyamuk dapat dihindari.
Resistensi yang terjadi akibat faktor lingkungan selain meningkatkan jumlah dosis DDT,
perlu dilakukan alternatif lainnya yang efeknya terhadap lingkungan dapat diperkecil, seperti
upaya penanggulangan secara biologis yang lebih efektif dan ramah lingkungan. Zaman dulu
DDT merupakan insektisida yang sangat ampuh membunuh nyamuk malaria dan berhasil
menekan kasus malaria di berbagai belahan bumi. Namun belakangan diketahui bahwa ternyata
nyamuk telah menjadi kebal dengan DDT dan juga pengaruh negatif DDT terhadap kematian
serangga lain yang ternyata secara ekologis berguna bagi manusia. Karena itu DDT akhirnya
dilarang dan tindakan penyemprotan rumah untuk tindakan anti malaria menggunakan
insektisida lain yang lebih mahal. Akibatnya tindakan penyemprotan merupakan kebijakan
paling akhir yang baru bisa diambil jika cara lainnya dianggap gagal dan hanya dalam keadaan

Melati WRP (0706275681) Page 8


kejadian luar biasa atau wabah. Tentunya harus didahului dengan survai entomologis untuk
mengetahui secara pasti kebiasaan dan perilaku nyamuk malaria sebelum disemprot.
Dengan melihat naiknya penderita penyakit malariadi Indonesia setiap tahunnya, upaya
pencegahan maupun pemberantasan merupakan suatu hal yang perlu dilakukan. Hal tersebut
bukanlah hal yang tidak mungkin, namun diperlukan banyak faktor-faktor untuk mendukung
usaha ini agar berhasil. Dan faktor-faktor tersebut saling berhubungan satu sama lainnya, saling
berintegrasi. Bila satu hal saja tidak dilakukan ataupun terlewatkan,maka penyakit ini bukannya
semakin berkurang namun berkembang lagi dan semakin buruk keadaanya.

h) Referensi
http://berita.liputan6.com/sosbud/200111/23033/class=%27vidico%27

http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/09145/cut_irsanya_ns.pdf

http://books.google.co.id/books?id=e0XK6dmJbDsC&pg=PA46&dq=%22Epidemiologi+Malari
a%22#v=onepage&q=%22Epidemiologi%20Malaria%22&f=false

http://wrihatnolo.blogspot.com/2008/08/perkembangan-mdgs-di-kepulauan-maluku.html

http://kesehatanlingkungan.wordpress.com/penyakit-menular/malaria-pembunuh-terbesar-
sepanjang-abad/

Melati WRP (0706275681) Page 9

You might also like