You are on page 1of 13

HIKMAH DARI MUSIBAH BENCANA ALAM

Oleh: dr. M Faiq Sulaifi


Bangsa ini sudah masuk dalam tahap yang memprihatinkan. Semenjak terjadinya
reformasi, bangsa Indonesia selalu dirundung musibah yang tiada henti-hentinya. Ada
tsunami, gunung meletus, gempa bumi, banjir, kelaparan dan terror.

Allah  berfirman:

ُ‫ ا‬َ‫ذَا‬  ِ‫ ا‬ُ‫ْم‬ِ ْ‫َت‬ ‫ن‬َ   ْِ ‫ًا‬‫ َر‬َ ْ‫رز‬ َِَ َِُ َِ‫ْ آ‬َ‫م‬ َْ  ََ ُ‫َبَ ا‬ََ‫و‬

َ‫ن‬ُَ
ْ َ ‫ا‬ُ‫م‬ َِ ِ‫ْف‬
َ ‫ وَا‬‫ع‬ُ‫سَ ا‬َِ

“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya
aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat,
tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan
kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka
perbuat.” (QS. An-Nahl: 112)

Negeri manakah yang dimaksud oleh Allah  dalam ayat di atas?

Para ahli tafsir berbeda pendapat menjadi 2 kelompok:

 Ada yang menyatakan bahwa negeri tersebut adalah Makkah. Ini pendapat
kebanyakan ulama.

 Ada yang menyatakan bahwa selain Makkah juga negeri-negeri lainnya yang
berbuat serupa. Ini dikuatkan oleh Al-Imam Asy-Syaukani. (Lihat Fathul Qadir:
4/271)

Berbagai sikap masyarakat atas bencana yang menimpa mereka


Tetapi apa yang kita lihat? Bisakah bangsa kita mengambil hikmah dan pelajaran dari
musibah-musibah tersebut dan kembali kepada Allah ?

Bahkan di antara masyarakat kita yang mayoritas muslim terutama kaum terpelajarnya
ada yang mengucapkan kata-kata kufur, ucapan-ucapan seorang atheis yang tidak
mempercayai hari kiamat. Mereka menyatakan: “Ini merupakan kejadian alam biasa
dan tidak berhubungan dengan adzab dan peringatan Allah .” Alangkah mirip
ucapan mereka dengan ucapan orang-orang kafir. Allah  berfirman:
1
ْ َ‫تُ وم‬ُَ‫ م‬َ‫ْم‬‫ ا‬َُََ ‫َ إ‬ِ َ ‫ا‬‫َو‬
َ‫ن‬َ ‫ْ إ‬ُ ْ‫ن‬‫ إ‬ِ ْِ ِَِ ْُ ََ‫ُ و‬ْ‫ ا‬‫ إ‬َ ِْُ ََ‫ و‬َ

“Dan mereka (orang-orang kafir) berkata: "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan
di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain
masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak
lain hanyalah menduga-duga saja.” (QS. Al-Jatsiyah: 24)

Allah  juga berfirman:

‫رًا‬ُُ‫نَ م‬ُْَ  ‫ا‬ُ‫م‬ ْَ َ‫َوَْم‬َ ‫ا‬ُ‫م‬َ ْ‫ْءِ أ‬


 ‫َ ا‬َ ْ‫َت‬ِْ‫ أ‬ِ‫ِ ا‬َْ ‫ ا‬َ ‫ْا‬َ‫ْ أ‬َ‫و‬

“Dan sesungguhnya mereka (kaum musyrik Mekah) telah melalui sebuah negeri (Sadum)
yang (dulu) dihujani dengan hujan yang sejelek-jeleknya (hujan batu). Maka apakah
mereka tidak menyaksikan runtuhan itu; bahkan adalah mereka itu tidak mengharapkan
akan kebangkitan.” (QS. Al-Furqan: 40)

Di antara mereka ada yang saling menyalahkan dan mencari kambing hitam. Ada
yang menyalahkan pemerintahnya. Ada yang menyalahkan pakar geofisika. Bahkan ada
yang menyalahkan para ulamanya. Subhanallah! Alangkah mirip ucapan mereka dengan
ucapan orang-orang kafir di kalangan Fir’aun.

Allah  berfirman:

ِَ‫ِ و‬‫َ ا‬ْِ ْُُ ِ‫ ط‬َ‫م‬‫ إ‬‫ُ أ‬ََ ْََ‫ و‬َُِ ‫ُوا‬ َ َ
َ ْُْ
ِ ُ ْ‫ن‬‫ِهِ وَإ‬َ َ ‫ا‬ َ
َ َ‫ُ ا‬ُَْ‫ء‬َ ‫ذَا‬

َ‫ن‬ُْ َ  ْُَ َ ‫أ‬

“Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: "Itu adalah
karena (usaha) kami". Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab
kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya
kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak
mengetahui.” (QS. Al-A’raf: 131)

Bahkan di antara mereka dengan sikap kesombongannya ada yang berkata: “Kita ini
sudah memiliki teknologi yang canggih. Dengan alat-alat modern kita akan bisa
mencegah dan mengatasi berbagai bencana seperti tsunami, gempa dan
sebagainya.” Ucapan mereka ini menyerupai ucapan kaum ‘Aad ketika diperingatkan

2
oleh Nabi Hud  tentang adzab Allah  yang akan menimpa mereka jika tidak segera
bertaubat. Allah  berfirman:

َ‫َ أ‬ُ ْُ َ ‫ِي‬‫َ ا‬‫ ا‬‫ن‬‫َوْا أ‬َ ْَ‫و‬‫ أ‬‫ة‬ ِ َ‫ْ أ‬َ ‫ا‬َ‫ و‬َ‫ ا‬ْَِ ‫رْض‬ ‫ ا‬ِ ‫ُوا‬َ َ
ْ  ٌ‫د‬َ 

َ‫ُون‬َ
ْ َ َِَ ِ ‫ا‬ُ‫م‬َ‫ و‬‫ة‬ ْُْِ

“Adapun kaum 'Aad maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang
benar dan berkata: "Siapakah yang lebih besar kekuatannya dari kami?" Dan apakah
mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah Yang menciptakan mereka adalah lebih
besar kekuatan-Nya daripada mereka? Dan adalah mereka mengingkari tanda-tanda
(kekuatan) Kami.” (QS. Fushshilat: 15)

Dengan sikap-sikap tersebut akhirnya tiada henti-hentinya kita ditimpa musibah yang
bermacam-macam.

Dengan tulisan ini diharapkan kita bisa mengambil pelajaran dari hikmah diturunkannya
musibah kepada kita ini.

Apakah pelajaran yang dapat kita ambil dari musibah?


Sebagai seorang yang beriman kepada Allah  dan rasul-Nya kita dituntut untuk bisa
mengambil hikmah dan pelajaran atas berbagai bencana yang menimpa kita.

Berikut ini adalah beberapa pelajaran yang dapat kita petik dari adanya bencana

 Kemestian ujian dari Allah

Adanya bencana, penyakit, dan kelaparan adalah ujian dari Allah . Allah 
berfirman:

َ‫ن‬ُَْ ُ َْ‫ وَإ‬َْِ ْ


َ ‫ وَا‬ِ ْْ‫وَم‬

“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang
sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al-
Anbiya’: 35)

Al-Imam Ibnu Abbas  berkata tentang ayat di atas: “Kami menguji kamu
dengan keburukan dan kebaikan sebagai ujian, kesulitan dan kemudahan, sehat

3
dan sakit, kekayaan dan kemiskinan, halal dan haram, perbuatan taat dan
perbuatan maksiat, petunjuk dan kesesatan.” (Tafsir Ibnu Katsir: 5/342)

Allah  juga berfirman:

ْُَ ِ‫ت‬َ
 ‫تِ وَا‬َ
ََ ِ ْُَ‫ْم‬ََ‫ و‬ِَ‫ْ دُونَ ذ‬ُْَِ‫نَ و‬ُِ‫ُ ا‬ُْِ ًَ‫ أ‬‫رْض‬ ‫ ا‬ِ ْُَْ َ‫و‬

‫ن‬ُِْ َ

“Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di


antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian.
Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang
buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).” (QS. Al-A’raf: 168)

Al-Hafizh As-Suyuthi berkata: “Dan Kami menguji mereka dengan kenikmatan


dan bencana agar mereka kembali dari perbuatan fasiq mereka.” (Tafsir Al-
Jalalain: 3/121)

 Kekuatan dan kekuasaan Allah

Adanya bencana juga menunjukkan betapa kuasa dan kuatnya Allah . Allah 
berfirman:

ُ‫ن‬َ ْ ُ َ‫ل‬َ‫نْ م‬‫هُ أ‬َ‫أ َردْم‬ ‫إذَا‬ ٍ‫ْء‬َِَْ َ‫م‬‫إ‬

“Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya,


Kami hanya mengatakan kepadanya: "kun (jadilah)", maka jadilah ia.” (QS. An-
Nahl: 40)

Janganlah ada di antara kita yang mengatakan bahwa daerah kami bebas dari
ancaman gempa, daerah kami tidak memiliki ancaman banjir karena tidak
memiliki sungai, daerah kami bebas dari ancaman gunung berapi! Allah  maha
mampu untuk mendatangkan banjir yang menenggelamkan seluruh kota hanya
melalui sebuah got (selokan) kecil. Allah  mengingatkan kita:

ًَ
ِ ْَِَ ْ‫و‬‫ْ أ‬ِُ ‫ ْر‬‫ِ أ‬ْَ ْِ ْ‫و‬‫ْ أ‬ِْ ْِ ً‫َا‬َ ْْَ ََْَ ْ‫ن‬‫ أ‬َ ُ‫دِر‬‫َ ا‬ُ ْ

َ‫ن‬ُ َ ْُَ ِ‫ت‬َ ‫فُ ا‬َُ‫َ م‬ْ ْ‫ اْم‬ْَ َ‫س‬َ ْَْَ َِُ‫َو‬

4
“Katakanlah: " Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab (siksa atau
bencana) kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia
mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan
merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain.
Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih
berganti agar mereka memahami(nya)".” (QS. Al-An’am: 65)

Ada 2 pengertian makna “adzab dari atas kamu” atau “dari bawah kakimu”.

a. Menurut pengertian pertama, ‘adzab dari atas kamu’ adalah adzab yang
turun dari langit seperti hujan kerikil yang menimpa kaum Luth , hujan
batu yang menimpa pasukan bergajah pimpinan Abrahah, angin, petir dan
sebagainya. Sedangkan ‘adzab dari bawah kakimu’ adalah longsor yang
menenggelamkan Qarun, gempa, banjir bandang dan sebagainya. Ini
adalah pendapat Ibnu Abbas, Muqatil dan As-Suddi

b. Menurut pengertian kedua, ‘adzab dari atas kamu’ adalah adzab dari
para pemimpin yang jahat. Sedangkan ‘adzab dari bawah kakimu’
adalah para bawahan yang buruk. Ini juga pendapat Ibnu Abbas dari jalan
lain. Demikian pemaparan Al-Imam Ibnul Jauzi Al-Hanbali. (Lihat kitab
beliau Zaadul Masiir fi Ilmit Tafsiir: 2/354)

 Menakut-takuti hamba-hamba-Nya

Allah  mengirimkan ayat-ayat-Nya yang berupa gempa, petir, banjir agar


hamba-hamba-Nya takut kepada-Nya. Allah  berfirman:

ُِْُ‫ م‬ََ‫ و‬َِ ‫ا‬ُ  ‫َة‬ِْُ ‫دَ ا‬ُَ ََْ‫نَ وَآ‬‫و‬‫ ا‬َِ َ‫ب‬  ْ‫ن‬‫ أ‬‫تِ إ‬َِ َِْُ‫نْ م‬‫ أ‬ََ ََ ََ‫و‬

ْَ ‫تِ إ‬َ ِ

“Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan


(kepadamu) tanda-tanda (kekuasan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah
didustakan oleh orang-orang dahulu. Dan telah Kami berikan kepada Tsamud
unta betina itu (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya
unta betina itu. Dan Kami tidak mengirimkan tanda-tanda itu melainkan untuk
menakut-takuti.” (QS. Al-Isra’: 59)

Al-Allamah As-Sa’di berkata: “Maksudnya adalah bahwa tujuan dikirimkan ayat-


ayat itu bukanlah semata-mata agar beriman dengan hanya melalui cara itu. Akan

5
tetapi tujuannya adalah agar mereka takut dan berhenti dari perbuatan
menyimpang yang mereka kerjakan selama ini.” (Taisir Karimir Rahman: 461)

 Ketetapan takdir Allah

Tidak ada satu negeri pun (yang durhaka dan menyimpang) kecuali
kehancurannya sebelum hari kiamat sudah ditetapkan oleh Allah. Allah 
berfirman:

ِ‫ب‬َِ ‫ ا‬ِ ِَ‫نَ ذ‬ ‫ًا‬ِ َ ً‫َا‬َ َُَُ ْ‫و‬‫ِ أ‬ََِ‫ ا‬ْَ َْ َِُْ ُْ‫ َم‬‫ٍ إ‬َْ  ْِ ْ‫ن‬‫وَإ‬

‫رًا‬ْَ

“Tak ada suatu negeripun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami


membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan
azab yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauh
Mahfuzh).” (QS. Al-Isra: 58)

Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata: “Ini adalah berita dari Allah  bahwa telah
ditetapkan dalam Lauh mahfuzh (catatan takdir) dan pasti akan terjadi bahwa
tidaklah ada suatu negeri pun kecuali akan dihancurkan dengan cara
membinasakan seluruh penduduknya atau mengirimkan adzab kepada mereka
dengan siksa yang keras, adakalanya dengan pembunuhan, atau suatu cobaan
dengan kehendak-Nya. Itu semua terjadi akibat dosa dan kesalahan mereka…”
(Tafsir Ibni Katsir: 5/89)

 Perbuatan maksiat menyebabkan bencana

Semua bentuk maksiat dan pelanggaran syariat dari mulai syirik, bid’ah, dosa
besar sampai dosa kecil akan membawa resiko bagi pelakunya baik itu individu
atau masyarakat untuk tertimpa bencana. Allah  berfirman:

‫ًا‬َ‫ و‬َْ ِ‫ْا‬َ ‫نْ َد‬‫ا أ‬َ ُ‫ل‬َ


ِ ‫ ا‬ِََ‫رْضُ و‬ ‫ ا‬َْََ‫ُ و‬ْِ َ‫ْن‬ ََ ُ‫َات‬َ ‫دُ ا‬َ

“Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi terbelah, dan gunung-
gunung runtuh, karena mereka menyerukan bahwa Allah Yang Maha Pemurah
mempunyai anak.” (QS. Maryam: 90-91)

Al-Imam Ibnu Abbas  berkata:

6
 ‫ول‬ ‫دت أن‬‫ و‬‫ ا‬‫ إ‬‫ ا‬‫ل و‬‫رض وا‬‫ات وا‬‫ ا‬  ‫ك‬‫إن ا‬

‫ ا‬

“Sesungguhnya perbuatan syirik itu membuat langit, bumi, gunung dan semua
makhluk selain ats-tsaqalain (jin dan manusia) menjadi kaget dan terperanjat. Dan
hampir-hampir mereka bergeser karena perbuatan syirik dalam rangka
mengagungkan Allah .” (HR. Ibnu Jarir dari jalan Ali bin Abi Thalhah dengan
sanad hasan. Lihat Ash-Shahihul Masbur fit Tafsiiril Ma’tsur karya Dr. Hikmat
bin Basyir: 3/352)

Kita lihat kesyirikan di negeri kita sudah dalam keadaan yang mengkhawatirkan,
dari yang paling sederhana sampai yang paling canggih semuanya ada. Ada
larung sesaji, jamasan, sedekah bumi, meminta barakah di makam wali,
perdukunan primitive, perdukunan online seperti REG MAMA LAUREN, REG
WETON, tayangan The Master, komplit semua jenis kesyirikan ada. Anehnya ini
dilindungi dengan alasan melestarikan budaya nenek moyang. Maka seandainya –
Na’udzubillah min dzalik- jika seluruh penduduk Indonesia dihantam gempa
karena alasan seperti ini maka Allah  maha mampu dan tidak berbuat zhalim
sedikitpun.

 Hukuman atas dosa-dosa kita

Bencana dan musibah yang menimpa kita baik itu badai, banjir, gempa dan
sebagainya merupakan hukuman dari Allah  atas dosa-dosa kita. Allah 
berfirman:

ِِ َ ََ ْَ ْُْَِ‫ و‬َْ


 ‫ُ ا‬ْََ‫أ‬ ْَ ْُْَِ‫ و‬ًِَ ِْَ ََْ‫أر‬ ْَ ْُْِ ِِ‫َْم‬ِ َ‫ْم‬َ‫أ‬  

َ‫ن‬ُِ َ ْُ
َ ‫ْم‬‫ا أ‬ُ‫م‬ ْِَ‫ْ و‬ُَ ِ َُِ‫نَ ا‬ ََ‫ و‬ََ‫أ‬ ْَ ْُْَِ‫رْضَ و‬ ‫ا‬

“Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di


antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di
antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara
mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang
Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan
tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (QS. Al-Ankabut: 40)

7
Allah  juga berfirman:

‫ًا‬ِَ ‫ًا‬ِَ ِ‫دِه‬َِ ِ‫ب‬ُ‫ُم‬ِ َِ َ‫ و‬‫ح‬ُ‫ِ م‬ْَ ْِ ‫ُون‬‫َ ا‬ِ َْ ‫ْ أ‬َ‫و‬

“Dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh telah Kami binasakan. Dan cukuplah
Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Melihat dosa hamba-hamba-Nya.” (QS.
Al-Isra’: 17)

Allah  juga berfirman:

ِ ْَ ْَ‫ْ و‬ِْ‫أ‬ ْََ َِ ٍَِُ ْِ ْََ‫ أ‬ََ‫و‬

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Syura: 30)

Al-Allamah As-Sa’di berkata: “Tidak ada musibah yang menimpa hamba baik
atas badannya, hartanya, anak-anaknya, yang mereka sukai, yang berharga atas
mereka kecuali dengan sebab kesalahan yang mereka lakukan…” (Taisiir
Kariimir Rahman: 756)

 Bencana itu adalah pasukan Allah dan siap menjalankan perintah-Nya

Allah  memiliki banyak pasukan. Ada pasukan banjir. Ada pasukan api,
pasukan petir, pasukan flu burung dan sebagainya hanya Allah  yang
mengetahui. Allah  berfirman:

َُ ‫ إ‬َ‫دَ ر‬ُُ ُْ َ ََ‫و‬

“Dan tidak ada yang mengetahui pasukan Tuhanmu melainkan Dia sendiri.” (QS.
Al-Muddatstsir: 31)

Semua pasukan tersebut siap menjalankan perintah Allah untuk menghukum


hamba-hamba-Nya yang berbuat dosa. Allah  berfirman:

َ‫ن‬ُَ ْ ُ ِْ‫ وَإ‬ًْ َ‫ و‬ًْ‫ط‬ ‫رْض‬‫وَاتِ وَا‬َ‫ ا‬ِ ْَ َ
ْ ‫ُ أ‬َ‫نَ و‬ُَْ ِ‫ ا‬ِ‫َ د‬ْَ ‫أ‬

“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal
kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik
8
dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.”
(QS. Ali Imran: 83)

Allah  juga mengirimkan pasukan petir kepada orang-orang yang membantah


adanya Allah  dan menjadikan-Nya sebagai partikel , molekul atau atom. Allah
 berfirman:

‫ل‬َِ‫ُ ا‬ِَ َُ‫ِ َو‬‫ ا‬ِ َ‫ن‬ِ‫د‬َُ ْُ‫ءُ َو‬ََ ْَ َِ ُِُ َِ‫َا‬
 ‫ُ ا‬ِْُ‫َو‬

“Dan Allah mengirimkan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia
kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia-lah Tuhan
Yang Maha keras siksa-Nya.” (QS. Ar-Ra’d: 13)

Anas bin Malik  berkata: “Rasulullah  pernah mengirimkan salah seorang


sahabatnya ke Makkah untuk mengajak salah seorang pemimpin kaum musyrikin
masuk Islam. Orang itu bertanya: “Tuhanmu itu dari partikel apa? Dari emas?
Ataukah dari tembaga?” Maka ucapan orang itu membikin sahabat Nabi tadi
marah dan mengadukan perkataan tersebut kepada Rasulullah . Kemudian
Rasulullah  tetap memerintahkannya mendakwahi orang itu sampai berulang
tiga kali. Pada kesempatan terakhir Allah  mengirimkan petir yang
menyambar orang itu sampai mati. Sahabat tadi melaporkan kejadian tersebut
kepada rasulullah  dan turunlah surat Ar-Ra’du ayat 13.” (HR. Ahmad, Ibnu Abi
Ashim dan Al-Bazzar dan dishahihkan oleh Al-Haitsami dan Al-Albani. Lihat
Ash-Shahihul Masbur: 3/112)

 Tidak adanya amar ma’ruf dan nahi munkar

Jika kaum muslimin meninggalkan dakwah untuk mencegah kemungkaran dan


memerintahkan kebaikan di antara mereka maka Allah  akan meratakan mereka
semua dengan bencana dan adzab tanpa kecuali, baik orang fasiknya, pelacurnya,
penyembah berhalanya, ataupun ulama dan ahli ibadahnya. Allah  berfirman:

ِ‫ب‬ِ‫ُ ا‬ِَ َ‫ ا‬‫ن‬‫ا أ‬ُْ ‫ وَا‬َ ْْِ ‫ا‬ُ‫ظ‬ َِ‫ ا‬َِُ  َِْ ‫ا‬‫وَا‬

“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-
orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras
siksaan-Nya.” (QS. Al-Anfal: 25)

Syaikh Abu Bakar Al-Jazairi berkata: “Ayat ini adalah peringatan keras bagi
kaum mukminin agar tidak meninggalkan perbuatan taat kepada Allah dan rasul-
9
Nya dan tidak meninggalkan kegiatan amar ma’ruf (memerintahkan kebaikan)
dan mencegah kemungkaran sehingga tersebarlah kejahatan dan kerusakan serta
turunlah bencana yang mengenai orang shaleh dan orang jahat, orang baik
dan orang buruk, orang adil dan orang zhalim.” (Aisarut Tafasir: 2/37)

Setelah semuanya yang baik dan yang jahat binasa, maka Allah  akan
membangkitkan mereka lagi pada hari kiamat sesuai dengan niatnya masing-
masing.

Ketika Rasulullah  menjelaskan bahwa nanti akan ada pasukan dari utara yang
akan memerangi Imam Mahdi di Ka’bah. Ketika mereka sampai di daerah Baida’,
Allah  tenggelamkan mereka ke dalam bumi dari awal mereka sampai akhir
mereka. Aisyah  bertanya:

ْُْِ َْ ْََ‫ْ و‬ُ ‫َا‬ْ‫ْ أ‬ِَ‫ْ و‬ِ ِ‫ْ وَآ‬ِ‫و‬ِ ُ
َ ْُ َْ ِ‫لَ ا‬ُَ‫ ر‬َ

“Wahai Rasulullah, bagaimana mereka ditenggelamkan (ke dalam bumi) dari


awal sampai akhir mereka sedangkan di sana ada pasar-pasar mereka dan juga ada
orang-orang yang tidak ikut (memerangi Ka’bah)?” Maka rasulullah  menjawab:

ْِ‫ِم‬َ َ‫ن‬ُَ ْُ ُ ْِ ِ‫ْ وَآ‬ِ‫و‬ِ ُَْُ


“Mereka semua dari awal hingga akhir mereka akan ditenggelamkan (ke dalam
bumi) kemudian dibangkitkan (pada hari kiamat) sesuai dengan niat mereka
masing-masing.” (HR. Bukhari: 1975, Muslim: 5134, At-Tirmidzi: 2097, Ibnu
Majah: 4055)

Ketika bencana adzab menimpa Bani Isra’il, Allah  menyelamatkan orang-


orang yang melarang kemungkaran dari bencana tersebut. Allah  berfirman:

‫ا‬ُ‫م‬ َِ ِَ ٍ‫َاب‬َِ ‫ا‬ُ‫ظ‬ َِ‫ ا‬َ‫ْم‬َ‫أ‬َ‫ءِ و‬‫ ا‬َ َ‫ْن‬َ َْ َِ‫ ا‬ََْ‫ْم‬‫ِ أ‬ِ ‫ُوا‬ُ‫ ذ‬َ ‫ا‬ُ‫ َم‬

َ‫ن‬ُ َ

“Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami
selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan
kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu
berbuat fasik.” (QS. Al-A’raf: 165)

10
 Agar kembali kepada Allah

Di antara tujuan Allah  menurunkan bencana baik berupa gempa, banjir dan
kekeringan adalah agar hamba-hamba-Nya kembali kepada-Nya dengan
bertaubat dan memperbaiki ibadah kepada-Nya. Allah  berfirman:

َ‫ُون‬َ ْُَ ِ‫َات‬َ‫َ ا‬ِ َ‫َ وم‬ِ


 ِ َ‫ْن‬َ ْ ِ َ‫ل‬‫ آ‬َ‫ْم‬َ‫أ‬ ْَ‫و‬

“Dan sesungguhnya Kami telah menghukum (Fir'aun dan) kaumnya dengan


(mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan,
supaya mereka mengambil pelajaran.” (QS. Al-A’raf: 130)

Allah  juga berfirman:

َ‫ن‬ُ َََ ْُَ  ِ‫اء‬‫ءِ وَا‬ََِ ْُَ‫ْم‬َ  ِْ ْِ َ‫ أ‬‫ إ‬ََْ‫أر‬ ْَ‫و‬

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang


sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan
dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk
merendahkan diri.” (QS. Al-An’am: 42)

Allah  juga berfirman:

َ‫ن‬ُَََ ََ‫ْ و‬َِ‫ا‬ُ‫م‬َ


ْ ‫ ا‬َ ِ‫َاب‬َِ ْُَ‫ْم‬َ‫أ‬ ْَ‫و‬

“Dan sesungguhnya Kami telah pernah menimpakan adzab kepada mereka, maka
mereka tidak tunduk kepada Tuhan mereka, dan (juga) tidak memohon
(kepada-Nya) dengan merendahkan diri.” (QS. Al-Mukminun: 76)

 Bencana adalah adzab (siksa) dunia

Selain menurunkan adzab akhirat dan adzab kubur, Allah  juga menurunkan
adzab dunia agar mereka kembali kepada-Nya. Allah  berfirman:

َ‫ن‬ُِ ْَ ْُَ  َ ‫َابِ ا‬َ‫ دُونَ ا‬َ‫دْم‬ ‫َابِ ا‬َ‫َ ا‬ِ ْُِُَ‫و‬

“Dan Sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka (orang-orang fasiq)


sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di

11
akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. As-
Sajdah: 21)

Makna ‘adzab dunia’ dalam ayat di atas adalah musibah-musibah yang


menimpa di dunia, penyakit-penyakit, bencana-bencana dan segala yang
menimpa hamba-hamba Allah agar mereka bertaubat kepada-Nya. Demikian
penjelasan para ahli tafsir seperti Ibnu Abbas , Ubai bin Ka’ab , Abul Aliyah,
Hasan Al-Bashri, Ibrahim An-Nakha’I, Adl-Dlahhak, Mujahid, Athiyyah,
Alqamah dan lain-lain. (Fathul Qadiir: 6/369)

Allah  juga berfirman:

‫ْ وَاق‬ِ ِ‫َ ا‬ِ ْُ ََ‫ و‬َ‫َةِ أ‬ِ ‫َابُ ا‬ََ‫ و‬َْ‫م‬‫ةِ ا‬َ
َ ‫ ا‬ِ ٌ‫َاب‬َ ْُ

“Bagi mereka (orang-orang yang menyekutukan Allah) azab dalam kehidupan


dunia dan sesungguhnya azab akhirat adalah lebih keras dan tak ada bagi mereka
seorang pelindungpun dari (azab) Allah.” (QS. Ar-Ra’d: 34)

 Janganlah merasa aman dari bencana

Sebagai seorang yang beriman kita tidak pantas untuk merasa aman dari makar,
bencana dan musibah dari Allah . Sangat tidak pantas bagi kita untuk berkata:
“Daerah kami tidak akan kena banjir.” “Daerah kami terlindungi dari
longsor.” Dan sebagainya. Bencana alam itu datangnya tiba-tiba hanya Allah 
saja yang mengetahui kapan dan di mana akan terjadi bencana tersebut. Hujan
batu yang menimpa kaum Luth  datang pada waktu subuh. Tsunami yang
menimpa Aceh datang pada pagi hari waktu dluha.

Allah  berfirman:

ْُ‫ َو‬ًُ َ


ُ َ ْُَِَ ْ‫ن‬‫َى أ‬‫ُ ا‬ْ‫َ أ‬ِ‫وَأ‬‫نَ )( أ‬ُِ‫ْ َم‬ُ‫ َو‬ًََ َُَ ْُَِَ ْ‫ن‬‫َى أ‬‫ُ ا‬ْ‫أ‬ َِ‫أ‬

َ‫ُون‬ِَ‫ُ ا‬ْ ‫ ا‬‫ِ إ‬‫َ ا‬َ ُََ  ِ‫َ ا‬َ ‫ا‬ُِ‫نَ )( أ‬ُَ َ

“Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan
Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah
penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada
mereka di waktu matahari sepenggalahan naik (waktu dluha) ketika mereka
sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak

12
terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang
merugi.” (QS. Al-A’raf: 97-99)

Allah  juga berfirman:

() َ‫ُون‬ُ
ْ َ  ُْَ ْِ ُ‫َاب‬َ‫ُ ا‬ُَِَ ْ‫و‬‫ ْرضَ أ‬‫ُ ا‬ِ ُ‫َ ا‬
ِ ْَ ْ‫ن‬‫تِ أ‬َ
 ‫ُوا ا‬َ َِ‫َ ا‬ِ‫أ‬

ٌِ‫َءُوفٌ َر‬ ْَ‫ ر‬‫ن‬ ٍ‫ف‬


َ َ َ ْُَ ُ َ ْ‫و‬‫َ )( أ‬ِْ ُِ ْُ َ ْِَ ِ ْُَ ُ َ ْ‫و‬‫أ‬

“Maka apakah orang-orang yang membuat makar yang jahat itu, merasa aman
(dari bencana) ditenggelamkannya bumi oleh Allah bersama mereka, atau
datangnya azab kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari, atau Allah
mengazab mereka diwaktu mereka dalam perjalanan, maka sekali-kali mereka
tidak dapat menolak (azab itu), atau Allah mengazab mereka dengan berangsur-
angsur (sampai binasa). Maka sesungguhnya Tuhanmu adalah Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl: 45-47)

Al-Allamah Asy-Syiqithi berkata: “Allah  mengingkari orang-orang


melakukan keburukan yang berupa kekufuran dan kemaksiatan dalam keadaan
merasa aman dari adzab Allah  dan tidak merasa takut terhadap siksa-Nya
yang pedih, pukulan-Nya yang keras. Allah  mampu menenggelamkan mereka
ke dalam bumi dan membinasakan mereka dengan berbagai adzab.” (Adlwa’ul
Bayan: 3/11)

 Penutup

Demikian makalah ini disusun sebagai bentuk amar ma’ruf dan nahi munkar agar
Penulis dilindungi oleh Allah  dari segala adzab baik di dunia, alam kubur,
maupun akhirat. Penulis mengharapkan bagi siapa saja yang membaca tulisan ini
agar menyebarkannya kepada kaum muslimin agar mereka segera sadar atas
hikmah bencana yang menimpa mereka dan akhirnya Allah  segera
menghilangkan berbagai bencana yang menimpa kaum muslimin. Amin

ْ‫بُ إ‬ُ‫ وَأ‬‫ُك‬ِْَ


ْ ‫َ أ‬ْ‫م‬‫ أ‬‫َ إ‬‫ إ‬ ‫ِك‬ْََِ‫ و‬ُ‫ ا‬َ‫م‬َُْ

Selesai ditulis tanggal 15 Syawal 1430 H di Babat Lamongan

13

You might also like