Professional Documents
Culture Documents
• Ketentuan Umum
• Objek dan Tarif Bea Materai
• Objek yang dikecualikan
• Saat dan Pihak yang berutang
• Cara Pelunasan
• Tata Cara Pelunasan Bea Meterai dengan menggunakan Mesin Teraan Meterai
• Tata Cara Pelunasan Bea Meterai dengan Teknologi Percetakan
• Tata Cara Pelunasan Bea Meterai dengan menggunakan Sistem Komputerisasi
• Pelunasan Bea Meterai Dengan Pemeteraian Kemudian
• Denda Administrasi
• Bea Materai atas Dokumen yang dibuat di Luar Negeri
Adapun dasar hukum dari diterapkannya pajak atas bea meterai adalah sebagai berikut :-
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea meterai
- Peraturan Pemerintah Nomor 24 TAHUN 2000 tentang perubahan tarif bea meterai dan
besarnya pengenaan harga nominal yang dikenakan bea materai. Peraturan ini sekaligus
mencabut peraturan sebelumnya yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1995 .
- Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP - 122a/PJ./2000 tentang tata cara
pelunasan bea meterai dengan menggunakan benda meterai.
- Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP - 122b/PJ./2000 tentang tata cara
pelunasan bea meterai dengan membubuhkan tanda bea meterai lunas dengan mesin
teraan meterai
- Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP - 122c/PJ./2000 tentang tata cara
pelunasan bea meteri dengan membubuhkan tanda bea meterai lunas dengan teknologi
percetakan.
- Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP - 122d/PJ./2000 tentang tata cara
pelunasan bea meterai dengan membubuhkan tanda bea meterai lunas dengan sistem
komputerisasi
1
Apa yang dimaksud dengan Bea Meterai...?
Bea Materai adalah Pajak atas dokumen yang dipakai oleh masyarakat dalam lalu lintas
hukum (Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 Jo Peraturan Pemerintah Nomor 24
TAHUN 2000 )
Dalam memahami hal-hal yang berkaitan dengan pajak atas bea materai, khususnya
beberapa pengertian yang tercakup dalam pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13
Tahun 1985 , berikut ini diuraikan beberapa terminologi yang berkaitan dengan pajak bea
meterai tersebut.-
Dokumen. Yang dimaksud dengan dokumen dalam undang-undang ini adalah kertas yang
berisikan tulisan yang mengandung arti dan maksud tentang perbuatan, keadaan atau
kenyataan bagi seseorang dan atau pihak-pihak yang berkepentingan.
- Benda meterai. Yang dimaksud dengan benda meterai dalam undang-undang ini adalah
meterai tempel dan kertas meterai yang dikeluarkan oleh pemerintah RI.
- Tanda tangan. Yang dimaksud dengan tanda tangan dalam undang-undang ini adalah
tanda tangan sebagaimana lazimnya dipergunakan termasuk pula paraf, teraan atau cap
tanda tangan atau cap paraf, teraan cap nama atau tanda lainnya sebagai pengganti tanda
tangan
- Pejabat pos. Yang dimaksud pejabat pos dalam undang-undang ini adalah pejabat PT.
Pos dan giro yang diserahi tugas melayani permintaan pemeteraian kemudian.
KETENTUAN KHUSUS
Siapa saja yang mendapat Ketentuan Khusus ( Pasal 11 Undang-Undang Nomor 13 Tahun
1985 )dalam penggunaan bea materai...?
Pejabat pemerintah, hakim , panitera, juru sita, notaris dan pejabat umum lainnya yang
masing-masing tengah berada dalam tugas dan jabatannya tidak dibenarkan:
DALUARSA
Kapan Bea Materi terhitung mulai Daluwarsa ( Pasal 12 Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2
1985 )..?
Kewajiban pemenuhan bea meterai dan denda administrasi yang terutang menurut Undang
undang Bea Materai menjadi daluwarsa setelah lampau waktu 5 tahun sejak tanggal
dokumen dibuat.
KETENTUAN PIDANA
Sesuai dengan ketentuan dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana ( KUHP ) , maka
barangsiapa :
1. Meniru atau memalsukan meterai tempel, kertas meterai atau meniru dan
memalsukan tanda tangan yang perlu untuk mensahkan meterai;
2. Dengan sengaja menyimpan dengan maksud untuk diedarkan atau memasukkan
ke negara Indonesia meterai palsu, yang dipalsukan atau yang dibuat dengan
melawan hak;
3. Yang sengaja menggunakan, menjual, menawarkan, menyerahkan, menyediakan
untuk dijual atau dimasukkan ke negara Indonesia meterai yang mereknya,
capnya, tandatangannya, atau tanda sahnya atau tanda waktunya telah
dihilangkan seolah-olah meterai itu belum dipakai dan atau menyuruh orang lain
menggunakannya dengan melawan hak;
4. Menyimpan bahan-bahan atau perkakas-perkakas yang diketahuinya digunakan
untuk melakukan salah satu kejahatan untuk meniru dan memalsukan benda
meterai.
1. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya (antara lain: surat kuasa, surat hibah, surat
pernyataan) yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktian
mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata. Tarif bea meterai
untuk dokumen jenis ini adalah Rp 6.000,00 (enam ribu rupiah).
2. Akta-akta notaris termasuk salinannya. Tarif bea meterai untuk dokumen jenis ini
adalah Rp 6.000,00 (enam ribu rupiah).
3. Akta yang dibuat PPAT termasuk rangkap-rangkapnya. Tarif bea meterai untuk
dokumen jenis ini adalah Rp 6.000,00 (enam ribu rupiah)
4. a. Surat yang memuat jumlah uang lebih dari Rp 1.000.000,00 atau harga nominal yang
dinyatakan dalam mata uang asing :
- Yang menyebutkan penerimaan uang
- Yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening di bank
- Yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank
- Yang berisi pengakuan bahwa utang uang seluruhnya atau sebagian telah dilunasi
atau diperhitungkan
3
b. Apabila harga nominalnya lebih dari Rp 250.000,00 tetapi tidak lebih dari Rp
1.000.000,00 maka tarif bea meterainya Rp 3.000,00 ( tiga ribu rupiah )
c. Apabila harga nominalnya tidak lebih dari Rp 250.000,00 maka tidak terutang bea
meterai.
5. Surat berharga seperti wesel , promes dan aksep yang harga nominalnya lebih dari Rp
1.000.000,00. Tarif bea meterai untuk dokumen ini Rp 6.000,00 ( enam ribu rupiah ).
Namun apabila harga nominalnya lebih dari Rp 250.000,00 tetapi tidak lebih dari Rp
1.000.000,00 tarif bea meterainya Rp 3.000,00 ( tiga ribu rupiah ). Apabila harga
nominalnya tidak lebih dari Rp 250.000,00 tidak terutang bea meterai.
6. Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun, sepanjang harga nominalnya lebih dari
Rp 1.000.000,00 maka tarif bea meterainya adalah Rp 6.000,00 ( enam ribu rupiah ).
Namun apabila harga nominalnya lebih dari Rp 250.000,00 tetapi tidak lebih dari Rp
1.000.000,00 maka tarif bea meterainya Rp 3000,00 ( tiga ribu rupiah ). Apabila harga
nominalnya tidak lebih dari Rp 250.000,00 maka tidak terutang bea meterai.
7. Surat-surat biasa dan surat-surat kerumahtanggaan serta surat-surat yang semula tidak
dikenakan bea meterai berdasarkan tujuannya, jika digunakan untuk tujuan lain atau
digunakan oleh orang lain, lain dari maksud semula , yang akan digunakan sebagai alat
pembuktian di muka pengadilan. Tarif bea meterai yang dikenakan sebesar Rp
6.000,00 ( enam ribu rupiah ).
8. Berdasarkan bunyi pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 TAHUN 2000 , maka tarif
bea meterai untuk cek dan bilyet giro ditetapkan sebesar Rp 3.000,00 (tiga ribu rupiah)
tanpa batas pengenaan besarnya harga nominal. Tarif ini berlaku efektif per 1 Mei 2000
4
Saat dan Pihak yang berutang
Kapan Saat dan Bagaimana Pihak Yang Terutang dikenakan Bea Meterai...?
Bea meterai terutang oleh pihak yang menerima atau pihak yang mendapat manfaat dari
dokumen, kecuali pihak-pihak yang bersangkutan menentukan lain.
Cara Pelunasan
Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 mengatur tata cara pelunasan bea
meterai. Pada dasarnya pelunasan bea meterai dapat ditempuh dengan dua cara yaitu :1.
Dengan menggunakan benda meterai yaitu meterai tempel dan kertas meterai.
Pelunasan dengan benda meterai ini bisa dilakukan dengan cara biasa yaitu oleh Wajib
Pajak sendiri, dan dapat pula dilakukan melalui pemeteraian kemudian oleh pejabat pos.
Dalam menempelkan meterai tempel dan menggunakan kertas meterai harus diperhatikan
hal-hal sebagai berikut ( pasal 7 ayat (3), (4), (5) dan (6) Undang-Undang Nomor 13 Tahun
1985 ) :
a. Meterai tempel harus direkatkan seluruhnya dengan utuh dan tidak rusak di atas
dokumen yang dikenakan bea meterai.
c. Pembubuhan tanda tangan disertai dengan pencantuman tanggal, bulan, dan tahun
dilakukan dengan tinta atau yang sejenis dengan itu, sehingga sebagian tanda
tangan ada di atas kertas dan sebagian lagi di atas meterai tempel
d. Jika digunakan lebih dari satu meterai tempel, tanda tangan harus dibubuhkan
sebagian di atas semua meterai tempel dan sebagian di atas kertas.
Bila pelunasan bea meterai dilakukan dengan menggunakan kertas meterai maka harus
memperhatikan hal-hal sebagaimana yang tercantum dalam pasal 7 Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 1985 sebagai berikut :
a. Kertas meterai yang sudah digunakan tidak boleh digunakan lagi ( ayat (7) )
b. Jika isi dokumen yang dikenakan bea meterai terlalu panjang untuk dimuat
5
seluruhnya di atas kertas meterai yang digunakan, maka untuk bagian isi yang
masih tertinggal dapat digunakan kertas tidak bermeterai ( ayat (8) )
c. Bila ketentuan penggunaan dan cara pelunasan bea meterai tidak dipenuhi,
dokumen yang bersangkutan dianggap tidak bermeterai ( ayat (9) )
2. Cara pelunasan bea meterai dengan cara lain yang ditetapkan menteri keuangan, yaitu :
d. Membubuhkan tanda Bea Meterai Lunas dengan alat lain dan teknologi tertentu
(Lihat KMK No. 133b/KMK.04/2000)
Tata Cara Pelunasan Bea Meterai dengan menggunakan Mesin Teraan Meterai
BAGAIMANA DASAR HUKUM DAN TATA CARA PELUNASAN BEA METERAI...?
Dasar Hukum :- 133b/KMK.04/2000
- KEP - 122b/PJ./2000 Jo SE - 07/PJ.5/2001 Jo SE - 28/PJ.5/2001
A. Tata Cara Pelunasan Bea Meterai dengan menggunakan Mesin Teraan Meterai
Pelunasan Bea Meterai dengan menggunakan Mesin Teraan Meterai diperbolehkan bagi
penerbit dokumen yang melakukan pemeteraian dengan jumlah rata-rata setiap hari
minimal 50 dokumen.
Penerbit dokumen yang akan menggunakan Mesin Teraan Meterai harus memenuhi
beberapa syarat berikut :
Dalam hal wajib pajak telah memperoleh ijin untuk menggunakan mesin teraan meterai,
maka wajib pajak harus menyampaikan laporan bulanan penggunaan mesin teraan meterai
kepada Kepala KPP setempat, paling lambat tanggal 15 setiap bulan.
Ijin menggunakan mesin teraan meterai berlaku untuk 2 (dua) tahun sejak tanggal
ditetapkannya, dan dapat diperpanjang kembali selama memenuhi persyaratan.
Dalam hal mesin teraan meterai rusak atau tidak digunakan lagi, maka Bea Meterai yang
belum digunakan dapat dialihkan untuk pengisian deposit mesin teraan meterai lain atau
pencetakan tanda Bea Meterai Lunas dengan teknologi percetakan ataupun dengan sistem
komputerisasi.
Penerbit dokumen yang akan mengalihkan Bea Meterai harus mengajukan permohonan
tertulis kepada Kepala KPP setempat disertai dengan alasan dan jumlah Bea Meterai yang
akan dialihkan.
6
TATA CARA PELUNASAN BEA METERAI DENGAN TEKNOLOGI PERCETAKAN
Dasar Hukum :
- 133b/KMK.04/2000
- KEP - 122c/PJ./2000 Jo SE - 04/PJ.5/2001 Jo SE - 28/PJ.5/2001
Tata Cara Pelunasan Bea Meterai dengan Teknologi Percetakan Pelunasan Bea Meterai
dengan teknologi percetakan hanya digunakan untuk dokumen yang berbentuk cek, bilyet
giro, dan efek dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Perusahaan yang ditunjuk oleh Dirjen Pajak untuk melaksanakan pembubuhan tanda Bea
Meterai lunas adalah Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (PERURI)
dan/atau perusahaan sekuriti yang memperoleh ijin dari Badan Koordinasi Pemberantasan
Uang Palsu (BOTASUPAL) yang ditunjuk oleh Bank Indonesia,yaitu : PT Wahyu Abadi, PT
Graficindo Megah Utama, PT Swadharma Eragrafindo Sarana, PT Jasuindo Tiga Perkasa,
PT Sandipala Arthaputra, PT Karsa Wira Utama.
Penerbit dokumen yang akan melakukan pelunasan Bea Meterai dengan teknologi
percetakan harus melakukan pembayaran Bea Meterai di muka sebesar jumlah dokumen
yang harus dilunasi Bea Meterai, dengan menggunakan SSP ke Kas Negara melalui Bank
Persepsi.
Penerbit dokumen yang melakukan pelunasan Bea Meterai dengan teknologi percetakan
harus mengajukan permohonan ijin tertulis kepada Dirjen Pajak dengan mencantumkan
jenis dokumen yang akan dilunasi Bea Meterai dan jumlah Bea Meterai yang telah dibayar.
Perum PERURI dan perusahaan sekuriti yang melakukan pembubuhan tanda Bea Meterai
Lunas pada cek, bilyet giro, atau efek, harus menyampaikan laporan bulanan kepada Dirjen
Pajak paling lambat tanggal 10 setiap bulan.
Surat ijin dikeluarkan oleh Dirjen pajak dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak permohonan
diterima secara lengkap.
Bea Meterai yang telah dibayar atas tanda Bea Meterai Lunas yang tercetak pada cek,
bilyet giro, dan efek yang belum digunakan dapat dialihkan untuk pengisian deposit mesin
teraan meterai atau untuk pembubuhan tanda Bea Meterai dengan cara lainnya.
Penerbit dokumen yang akan mengalihkan Bea Meterai harus mengajukan permohonan
secara tertulis kepada Dirjen Pajak dengan mencantumkan alasan dan jumlah Bea Meterai
yang akan dialihkan.
Bea Meterai kurang bayar atas cek, bilyet giro, dan efek yang tanda Bea Meterai Lunasnya
dibubuhkan sebelum tanggal 1 Mei 2000 harus dilunasi dengan menggunakan mesin teraan
meterai atau meterai tempel.
Bea Meterai kurang bayar atas cek, bilyet giro, dan efek yang tanda lunasnya dibubuhkan
sejak tanggal 1 Mei 2000 harus dilunasi dengan menggunakan mesin teraan meterai atau
dengan meterai tempel ditambah denda administrasi sebesar 200% dari Bea Meterai
kurang bayar (Lihat Pasal 9 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985)
Dasar Hukum :
- 133b/KMK.04/2000
- KEP - 122d/PJ./2000 Jo SE - 05/PJ.05/2001
7
minimal 100 dokumen.
Penerbit dokumen yang menggunakan sistem komputerisasi harus mengajukan ijin tertulis
kepada Dirjen Pajak dengan mencantumkan jenis dokumen dan perkiraan jumlah rata-rata
dokumen yang akan dilunasi Bea Meterai setiap hari.
Penerbit dokumen yang menggunakan sistem komputerisasi harus membayar Bea Meterai
di muka minimal sebesar perkiraan jumlah dokumen yang harus dilunasi Bea Meterai setiap
bulan, dengan menggunakan SSP ke Kas Negara melalui Bank Persepsi.
Penerbit dokumen yang memperoleh ijin pelunasan Bea Meterai dengan sistem
komputerisasi harus menyampaikan laporan bulanan tentang realisasi penggunaan dan
saldo Bea Meterai kepada Dirjen Pajak paling lambat tanggal 15 setiap bulan.
Ijin pelunasan Bea Meterai dengan sistem komputerisasi berlaku selama saldo Bea Meterai
yang telah dibayar pada saat mengajukan ijin masih mencukupi kebutuhan pemeteraian 1
(satu) bulan berikutnya.
Penerbit dokumen yang saldo Bea Meterainya kurang dari estimasi kebutuhan satu bulan,
harus mengajukan permohonan ijin baru, dengan terlebih dahulu membayar uang muka
minimal sebesar kekurangan yang harus dipenuhi untuk kebutuhan 1 (satu) bulan.
Bea Meterai yang belum digunakan karena sesuatu hal, dapat dialihkan untuk pengisian
deposit mesin teraan meterai, atau pencetakan Bea Meterai Lunas dengan teknologi
percetakan.
Apa saja hal-hal yang berkaitan dengan pelunasan bea meterai dengan pemeteraian
kemudian (476/KMK.03/2002)
a. Dokumen yang semula tidak terutang Bea Meterai namun akan digunakan sebagai
alat pembuktian di muka pengadilan
b. Dokumen yang Bea Meterainya tidak atau kurang dilunasi sebaimana mestinya
b. Lembar ke-1 (satu) dan ke-3 (ketiga) SSP dilampiri dengan daftar dokumen yang
dimeteraikan kemudian yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
8
Berapa besar Pelunasan Bea Meterai dengan Cara Pemeteraian kemudian ?
a. Atas dokumen yang semula tidak terutang Bea Meterai namun akan digunakan
sebagai alat bukti di pengadilan adalah sebesar Bea Meterai yang terutang sesuai
dengan peraturan yang berlaku pada saat pemeteraian kemudian
b. Atas dokumen yang tidak atau kurang dilunasi adalah sebesar Bea Meterai yang
terutang
c. Atas dokumen yang dibuat di luar negeri yang akan digunakan di Indonesia adalah
sebesar Bea Meterai yang terutang sesuai dengan peraturan yang berlaku pada
saat pemeteraian kemudian
a. Denda sebesar 200% (dua ratus persen) dari Bea Meterai yang tidak atau kurang
dilunasi untuk point 1d
b. Denda sebesar 200% (dua ratus persen) dari Bea Meterai terutang untuk point 1c
apabila pemeteraian kemudian dilakukan setelah dokumen digunakan
Dasar Hukum :
]- Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 476/KMK.03/2002
- Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP - 02/PJ./2003
- Surat Edaran Nomor SE - 01/PJ.53/2003
Dasar Hukum :
- Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 476/KMK.03/2002
- Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP - 02/PJ./2003
- Surat Edaran Nomor SE - 01/PJ.53/2003
9
c. Pemegang dokumen yang Bea Meterainya tidak atau kurang dilunasi dikenakan denda
administrasi sebesar 200% dari Bea Meterai yang tidak atau kurang dilunasi dengan
menggunakan SSP terpisah dengan SSP yang digunakan untuk memeteraikan kemudian.
d. Cara Pengisian SSP sbb :
- SSP yang digunakan untuk melunasi pemeteraian kemudian diisi dengan Kode Jenis
Pajak (MAP) 0171
- SSP yang digunakan untuk membayar denda administrasi diisi dengan Kode Jenis Pajak
(MAP) 0174
e. Daftar Dokumen yang telah dimeteraikan kemudian dan SSP yang digunakan untuk
membayar pemeteraian kemudian dicap TELAH DIMETERAIKAN KEMUDIAN SESUAI
UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 1985 Jo 476/KMK.03/2002 oleh Pejabat Pos
disertai dengan tanda tangan, nama dan nomor pegawai Pejabat Pos bersangkutan.
Denda Administrasi
Berapa Denda Administrasi yang dikenakan dan Kewajiban Pemenuhan Bea Meterai ?
( Pasal 8 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985
1. Dokumen yang terutang bea meterai tetapi bea meterainya tidak atau kurang dilunasi
sebagaimana mestinya dikenakan denda sebesar 200% dari bea meterai yang tidak atau
kurang di bayar
2. Pelunasan bea meterai yang terutang berikut dendanya dilakukan dengan cara
pemeteraian kemudian
Dokumen yang dibuat di Luar Negeri pada saat akan digunakan di Indonesia harus telah
dilunasi dengan cara pemeteraian kemudian. Selain itu, sesuai dengan bunyi pasal 10
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 , pemeteraian kemudian dilakukan pula terhadap :
1. Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan
2. Dokumen yang bea meterainya tidak atau kurang dilunasi ditambah denda
10