Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
2
menyebabkan memuncaknya
kemarahan umat Islam
terhadap Zionis Israel.
1. TUJUAN ORGANISASI
3
Pada Konferensi Tingkat Menteri (KTM) III
OKI bulan February 1972, telah diadopsi piagam
organisasi yang berisi tujuan OKI secara lebih
lengkap, yaitu :
a. Memperkuat/memperkokoh :
1). solidaritas diantara negara anggota;
2). kerjasama dalam bidang politik,
ekonomi, sosial, budaya dan iptek.
3). perjuangan umat muslim untuk
melindungi kehormatan kemerdekaan
dan hak-haknya.
b. Aksi bersama untuk :
1). melindungi tempat-tempat suci umat
Islam;
2). memberi semangat dan dukungan
kepada rakyat Palestina dalam
memperjuangkan haknya dan
kebebasan mendiami daerahnya.
c. Bekerjasama untuk :
1). menentang diskriminasi rasial dan
segala bentuk penjajahan;
2). menciptakan suasana yang
menguntungkan dan saling
pengertian diantara negara anggota
dan negara-negara lain.
2. PRINSIP ORGANISASI
4
a.Persamaan mutlak antara negara-negara
anggota
b. Menghormati hak menentukan nasib
sendiri, tidak campur tangan atas urusan
dalam negeri negara lain.
c.Menghormati kemerdekaan, kedaulatan dan
integritas wilayah setiap negara.
d. Penyelesaian setiap sengketa yang
mungkin timbul melalui cara-cara damai
seperti perundingan, mediasi, rekonsiliasi
atau arbitrasi.
e.Abstein dari ancaman atau penggunaan
kekerasan terhadap integritas wilayah,
kesatuan nasional atau kemerdekaan politik
sesuatu negara.
C. NEGARA ANGGOTA
BAB II
5
A. BADAN-BADAN UTAMA (PRINCIPAL
ORGANS)
6
6. KTT VI : Dakar, Senegal, 9-11
Desember 1991.
7. KTT VII : Casablanca, Maroko,
13-15 Desember 1994
8. KTT VIII : Teheran, Iran, 9-11
Desember 1997.
9. KTT IX : Doha, Qatar, 12-13
November 2000
10. KTT X : Kuala Lumpur, Malaysia,
16-17 Oktober 2003
7
1. KTM I : Jeddah, Saudi Arabia,
Maret 1970
2. KTM II : Karachi, Pakistan,
Desember 1971
3. KTM III : Jeddah, Saudi Arabia,
February – Maret
1972
4. KTM IV : Bengazi, Libya, 24-26
Maret 1973
5. KTM V : Kuala Lumpur,
Malaysia, 21-25 Juni
1974
6. KTM VI : Jeddah, Saudi Arabia,
12-17 Juli 1975
7. KTM VII : Istanbul, Turki, 12-15
Mei 1976
8. KTM VIII : Tripoli, Libya, 16-22
Mei 1977
9. KTM IX : Dakar, Senegal, 24-
28 April 1978
10. KTM X : Fez, Maroko, Mei 8-12
Mei 1979
11. KTM XI : Islamabad, Pakistan,
17-22 Mei 1980
12. KTM XII : Baghdad, Irak, 1-5
Juni 1981
13. KTM XIII : Niamey, Nigeria, 22-
26 Agustus 1982
14. KTM XIV : Dhaka, Bangladesh,
6-11 Desember 1983
15. KTM XV : Sana'a, Yaman Utara,
18-22 Desember
1984
16. KTM XVI : Fez, Maroko, 6-10
Januari 1986
17. KTM XVII : Amman, Jordania, 21-
25 Maret 1988
8
18. KTM XVIII : Riyadh, Saudi Arabia,
13-16 Maret 1989
19. KTM XIX : Kairo, Mesir, 31 Juli –
5 Agustus 1990
20. KTM XX : Istanbul, Turki, 4-8
Agustus 1991
21. KTM XXI : Karachi, Pakistan, 25-
29 April 1993
22. KTM XXII : Casablanca, Maroko,
10-12 Desember
1994
23. KTM XXIII : Conakry, Guinea, 9-
12 Desember 1995
24. KTM XXIV : Jakarta, Indonesia, 9-
13 Desember 1996
25. KTM XXV : Doha, Qatar, 15-17
Maret 1998
26. KTM XXVI : Ouagadougou,
Burkina Faso, 28 Juni
– 1 Juli 1999
27. KTM XXVII : Kuala Lumpur,
Malaysia, 27-30 Juni
2000
28. KTM XXVIII : Bamako, Mali, 25-29
Juni 2001
29. KTM XXIX : Khartoum, Sudan, 25-
27 Juni 2002
30. KTM XXX : Teheran, Iran, 28-30
Mei 2003
9
3. Sekretariat Jenderal (The General
Secretariat)
10
Sekretariat Jenderal yang juga
merupakan Markas Besar OKI
berkedudukan di Jeddah, Saudi Arabia.
B. KOMITE KHUSUS
11
3. Komite Tetap mengenai soal-soal
Penerangan dan Kebudayaan (The Standing
Committee on Information and Cultural
Affairs/COMIAC).
12
C. BADAN-BADAN SUBSIDER (SUBSIDIARY
ORGANS)
13
D. ORGAN-ORGAN KHUSUS (SPECIALIZED
ORGANS)
14
BAB III
A. PERANAN OKI
15
Kedua, dalam OKI persoalan Timur Tengah
dan Palestina terlihat lebih menonjol
karena terkait didalamnya
pembicaraan dan desakan yang
bernafaskan kepentingan agama
dan umat Islam seluruh dunia. Perlu
diingat bahwa hampir separuh dari
negara anggota OKI adalah negara-
negara Arab.
16
yang bertujuan mempelajari masalah-masalah
yang menyangkut kehidupan "ijtihad" yang
berasal dari tradisi Islam; Komisi Hukum Islam
Internasional guna menyumbangkan kemajuan
prinsip-prinsip Hukum Islam beserta
kodifikasinya; dll.
1. Peranan Indonesia
17
berkecimpung dalam kegiatan OKI.
Kedudukan Indonesia disebut sebagai
"partisipan aktif". Status, hak dan
kewajiban Indonesia sama seperti negara-
negara anggota lainnya.
18
Peranan Indonesia selama ini dinilai
oleh negara-negara anggota lainnya sangat
positif dan konstruktif. Hal ini tidak
berlebihan jika dilihat bahwa banyak
pertentangan kepentingan antara
kelompok-kelompok "progresif
revolusioner" dengan kelompok
"konservatif/moderat" dapat dijembatani
oleh Indonesia. Hal ini dimungkinkan antara
lain oleh sikap tidak memihak RI terhadap
sengketa regional Arab.
19
Bagi Indonesia keterlibatannya
didalam OKI merupakan kesempatan yang
baik dalam rangka pengembangan
ekonomi/ perdagangan diantara sesama
negara-negara OKI terutama dalam
kaitannya dengan kepentingan
pembangunan yang sedang berlangsung di
Indonesia, khususnya dalam peningkatan
ekspor non migas.
Beberapa alasan masuknya Indonesia
di dalam OKI, antara lain :
a. Secara obyektif, Indonesia ingin
mendapatkan hasil yang positif bagi
kepentingan nasional Indonesia.
b. Indonesia merupakan negara yang
sebagian besar penduduknya
beragama Islam meskipun secara
konstitusional tidak merupakan
negara Islam.
c. Dari segi jumlah penduduk yang
beragama Islam, maka jumlahnya
merupakan jumlah penduduk
beragama Islam terbesar di dunia.
d. Indonesia menganut politik luar negeri
yang bebas dan aktif sehingga dapat
diterapkan dalam organisasi-
organisasi internasional termasuk OKI
sejauh tidak menyimpang dari
kepentingan nasional Indonesia.
Terdapat kesamaan pandangan
antara OKI dan Indonesia, yaitu sama-
sama memperjuangkan perdamaian
dunia berdasarkan kemanusiaan yang
adil dan beradab, disamping
20
kepentingan dalam bidang
perekonomian dan perdagangan.
21
sebesar US$ 4,697.22 juta. Dibandingkan
dengan periode yang sama pada tahun lalu
maka terjadi peningkatan sebesar 4,26%.
3,765.88
Ekspor OKI
Total Ekspor
31,517.37
22
Ekspor/Impor Non Migas Indonesia
dengan Negara Anggota OKI
6,000.00
4,000.00
Ekspor
3,000.00
Impor
2,000.00 1,339.81 1,331.56 1,355.12
1,185.03
1,000.00
0.00
2000 2001 2002 2003*)
Tahun
23
Impor Non Migas Indonesia
ke Negara OKI
Tahun 2003 (s/d Agustus)
965.41
Impor OKI
Total Impor
16,314.93
24
pelaksanaan Joint Economic Commission
serta peningkatan kerjasama multilateral
dengan meningkatkan keikutsertaan
pemerintah pada lembaga-lembaga
lainnya.
25
Total Ekspor/Impor Non Migas
Indonesia
60,000.00
47,757.43
50,000.00
Nilai (US$ juta)
43,684.57 45,046.07
39,442.53
40,000.00
27,495.33
Ekspor
30,000.00 25,490.22 24,763.12
20,514.92 Impor
20,000.00
10,000.00
0.00
2000 2001 2002 2003 *)
Tahun
26
BAB IV
27
Deklarasi tersebut berisi tujuh butir kesepakatan
yang akan memberikan kontribusi nilai lebih
terhadap pembangunan masyarakat muslim.
28
B. SIDANG KE-19 KOMITE TETAP KERJASAMA
EKONOMI DAN PERDAGANGAN ORGANISASI
KONFERENSI ISLAM (COMCEC)
29
Summit” yang diselenggarakan pada Januari
1981 di Mekkah, telah diadopsi Resolusi No. 13/3-
P(IS) mengenai didirikannya Komisi tersebut.
30
1. Mendesak Negara-negara anggota OKI supaya segera
menandatangani dan meratifikasi Trade Preferential
System of the Organisation of the Islamic Conferences
(TPS-OIC) agar dapat berpartisipasi dalam Putaran
Pertama Perundingan Perdagangan dalam kerangka
pelaksanaan TPS-OIC.
31
8. Mengadakan lokakarya mengenai Fasilitasi Perdagangan
dan Transportasi Negara-negara OKI di Pakistan 2004.
32
namun sampai saat ini belum melakukan
ratifikasi.
BAB V
PENUTUP
33
Preferential System of the Organization of the
Islamic Conferences (TPS-OIC). Meskipin
termasuk Negara yang pertama kali
menandatangani Agreement tersebut, tetapi
sampai saat ini Indonesia belum meratifikasi TPS-
OIC dimaksud. Pada Putaran Pertama
Perundingan TPS-OIC yang diselenggarakan pada
bulan April 2004 di Turki, Indonesia hanya
sebagai peninjau dan diharapkan segera dapat
meratifikasi agreement TPS-OIC. Untuk itu
Indonesia perlu secara serius
mempertimbangkan kemungkinan ratifikasi
perjanjian tersebut dalam waktu dekat.
34
Reff laen----------
35
Atas prakarsa Raja Faisal dari Arab Saudi dan Raja Hassan
II dari Maroko, dengan Panitia Persiapan yang terdiri dari
Iran, Malaysia, Niger, Pakistan, Somalia, Arab Saudi dan
Maroko, terselenggara Konperensi Tingkat Tinggi (KTT)
Islam yang pertama pada tanggal 22-25 September 1969 di
Rabat, Maroko. Konferensi ini merupakan titik awal bagi
pembentukan Organisasi Konferensi Islam (OKI).
36
3) Tahun 1967 : Pecah Perang Timur Tengah melawan
Israel. Oleh karenanya solidaritas Islam di negara-
negara Timur Tengah meningkat.
37
Secara umum tujuan didirikannya organisasi
tersebut adalah untuk mengumpulkan bersama sumber daya
dunia Islam dalam mempromosikan kepentingan mereka
dan mengkonsolidasikan segenap upaya negara tersebut
untuk berbicara dalam satu bahasa yang sama guna
memajukan perdamaian dan keamanan dunia muslim.
Secara khusus, OKI bertujuan pula untuk memperkokoh
solidaritas Islam diantara negara anggotanya, memperkuat
kerjasama dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya
dan iptek.
A. Memperkuat/memperkokoh :
38
3) Perjuangan umat muslim untuk melindungi
kehormatan kemerdekaan dan hak- haknya.
C. Bekerjasama untuk :
39
Untuk mencapai tujuan diatas, negara-negara
anggota menetapkan 5 prinsip, yaitu:
40
berpendapat, kekuatan ekonomi negara-negara anggota
OKI, menjadi salah faktor utama yang akan menentukan
posisi OKI di dunia internasional. Kekuatan ekonomi
negara-negara anggotanya yang akan menambah kekuatan
OKI dan membuat suara OKI lebih berpengaruh dalam
pergaulan dunia internasional Berbagai permasalahn terus
41
Karena itu, bisa dipahami bahwa permasalahan Palestina
selalu menjadi agenda utama pada setiap pelaksanaan
konferensi OKI. Baik yang berbentuk konferensi tingkat
tinggi (KTT), konferensi tingkat Menlu (KTM), maupun
konferensi luar biasa.
Pada titik itu, di satu sisi, OKI tidak berbeda dari lembaga-
lembaga politik berkelas dunia seperti Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) atau Liga Arab. Perbedaannya, OKI
membatasi diri untuk negara-negara berpenduduk Islam. Di
sisi lain, OKI telah menjadikan Islam sebagai kekuatan
seperti gerakan Islamis lainnya selama ini.
42
lain. Relasi antarumat beragama pun terjebak dalam
kecurigaan, ketegangan, bahkan kekerasan.
43
lainnya, itu tak lebih sekadar “tamu kehormatan”. Mereka
tidak mempunyai hak untuk masuk lebih jauh ke dalam
pembahasan konferensi dalam bentuk kebijakan.
44
“payung besar” yang bisa menaungi umat Islam di ragam
sekte, aliran, negara, suku, dan budayanya. Sebaliknya,
OKI justru memperbanyak angka sekte dalam Islam.
45
Kedua, inklusivitas OKI, terutama di ranah teologis.
Diakui atau tidak, OKI selama ini hanya mencerminkan
dua aliran besar dalam Islam. Yakni, Syiah dan
Ahlussunnah. Aliran lain seperti Ahmadiyah tidak
mempunyai ruang dalam diri OKI. Padahal, baik secara
kualitas maupun kuantitas, Ahmadiyah tak kalah besar dari
dua aliran Syiah dan Ahlussunnah.
46
*Ditulis Oleh: Misbahus Surur (Mahasiswa STAI Ma’had
Aly Al-Hikam Malang).
Reff laen #2
47