You are on page 1of 203

Mulyana

11.81

5.91 KALKULUS
f(x)

g(x) 10 5 0 5 10
UNTUK
5.91
STATISTIKA
11.81

8.05

4.03
BUKU AJAR gx
()

hx
() 10 5 0 5 10
4.03

8.05

x
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS MIPA
JURUSAN STATISTIKA

BANDUNG
2005
Kata Pengantar

Diktat ini disusun dalam upaya pengadaan bahan ajar Kalkulus I di


Fakultas Teknik Universitas Pasundan, mengingat mata kuliah ini merupakan
mata kuliah dasar keakhlian, sehingga materi kuliah yang diberikan diharapkan
dapat mendukung para mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Pasundan dalam
mempelajari materi kuliah ilmu-ilmu teknik yang banyak memerlukan
pemahaman ilmu kalkulus. Selain itu, karena mata kuliah Kalkulus ini merupakan
salah satu mata kuliah yang diberikan pada kelas-kelas paralel, yang diajarkan
oleh beberapa dosen, sehingga keragaman materi dan pencapaian materi
kemungkinannya cukup besar. Oleh karena itu, dengan adanya diktat ini
diharapkan keragaman tersebut dapat diperkecil.
Penulis merasa materi pada diktat ini masih belum sempurna, sehingga
kritik dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaannya sangat diharapkan,
karena editing akan selalu dilakukan setiap waktu, agar diktat ini dapat dijadikan
acuan sebagai bahan ajar mata kuliah Kalkulus untuk mahasiswa fakultas teknik.
Kritik, saran, dan bantuan pemikiran dari semua pihak sehingga terwujudnya
diktat ini, dan harapan untuk menjadikan diktat ini sebagai acuan materi
perkuliahan, sekali lagi sangat diharapkan, dan diucapkan banyak terima kasih
atas semua kerja-samanya.

Bandung , Oktober 2004


Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
I.1. Struktur Bilangan 1
I.2. Sistem Bilangan Riil 2
I.3. Kalimat Matematis 4
I.4. Persamaan Linier 5
I.5. Persamaan Kuadrat 5
I.6. Bentuk-Bentuk Pertidaksamaan 8
I.6.1. Pertidaksamaan Linier 8
I.6.2. Pertidaksamaan Irasional 9
I.6.3. Pertidaksamaan Pangkat Dua atau Lebih 11
I.6.4. Pertidaksamaan Pecahan 13
I.6.5. Pertidaksamaan Yang Mengandung Nilai Mutlak 15
BAB II FUNGSI DAN GRAFIK 19
II.1. Deskripsi Fungsi 19
II.2. Gambar Fungsi 21
II.3. Fungsi Komposisi 23
II.4. Beberapa Bentuk Fungsi 24
II.4.1. Fungsi Linier 24
II.4.2. Fungsi Kuadrat 29
II.4.3. Fungsi Pangkat 33
II.4.4. Fungsi Logaritma 33
II.4.4. Fungsi Siklometri (fungsi goniometri , fungsi trigonometri) 34
II.5. Fungsi Irisan Kerucut 39
II.5.1. Lingkaran 39
II.5.2. Ellips 42
II.5.3. Hiperbola 43

ii
BAB III LIMIT DAN KEKONTINUAN FUNGSI 46
III.1. Cara menghitung nilai limit 46
III.2. Dalil-Dalil Limit Fungsi 48
III.3. Limit Kiri , Limit Kanan 50
III.4. Kekontinuan Fungsi 52
BAB IV TURUNAN (DIFERENSIASI) 54
IV.1. Arti Turunan Fungsi 55
IV.2. Dalil Dasar Untuk Turunan 55
IV.3. Turunan Fungsi Implisit 58
IV.4. Turunan dan Kekontinuan Fungsi 59
IV.5. Turunan Orde Tinggi 60
IV.6. Nilai Ekstrim Fungsi 61
IV.7. Beberapa Penggunaan Turunan 63

iii
BAB I
SISTEM BILANGAN

Bilangan adalah sebuah aksioma, sehingga tidak perlu didefinisikan. Untuk


menyatakan sebuah bilangan digunakan lambang bilangan, yang berupa himpunan benda
sejenis yang ada di sekitar kita. Misalnya bilangan lima, dapat dilambangkan oleh lima jari
atau lima buah benda sejenis. Untuk keperluan perhitungan, digunakan gambar lambang
bilangan yang dinamakan dengan angka. Angka inilah yang digunakan sebagai “wakil
bilangan”. Misal pernyataan 5 + 2 = 7. Dalam hal ini, 5, 2 dan 7, bukan sebagai angka,
tetapi sebagai wakil dari bilangan “lima”, “dua” dan “tujuh”.

I.1. Struktur Bilangan


Bilangan dapat dikelompokan atas himpunan,
1. Bilangan asli : {1 , 2 , 3 , . . . }
2. Bilangan cacah : {0 , 1 , 2 , 3 , . . . }
Pada himpunan bilangan ini didefinisikan bilangan prima, yaitu bilangan yang hanya
habis dibagi oleh dirinya sendiri. Misal : 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, . . .
3. Bilangan bulat : { . . . , −3 , –2 , −1 , 0 , 1 , 2 , 3 , . . . }
Bilangan yang berada di “sebelah kiri” 0 atau bilangan yang lebih kecil dari 0,
dinamakan bilangan negatif. Yang di “kanannya” atau bilangan yang lebih besar dari
0, dinamakan bilangan positif.
4. Bilangan real yang terdiri atas bilangan rasional dan bilangan irasional
a
Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat disajikan dalam bentuk , b tidak sama
b
dengan 0 (ditulis b ≠ 0), dengan a dan b bilangan bulat. Bilangan rasional jika disajikan
dalam bilangan desimal, yaitu bilangan yang disajikan dengan menggunakan tanda koma
(,) jika nilainnya antara 0 dengan 1. Maka pada desimalnya (bilangan disebelah kanan
tanda koma) terjadi pengulangan bilangan atau “terhenti”pada 0. Misalnya,
2 4 1
= 0,285714285714... , = 1,333... , = 0,2500... , 3 = 0,000…
7 3 4

1
a
Dalam bilangan rasional, pernyataan , b ≠ 0, jika a lebih kecil dari b (ditulis a < b),
b
dinamakan pecahan murni, sedangkan jika a lebih besar dari b (ditulis a > b),
dinamakan pecahan campuran, sebab bentuknya dapat disajikan atas bilangan bulat
4 1
dan pecahan murni, misalnya : =1 . Bilangan yang tidak memiliki ciri seperti
3 3
bilangan rasional dinamakan bilangan irasional.
Bilangan irasional merupakan kawan (komplemen) dari bilangan rasional. Bilangan
irasional jika disajikan dalam bilangan desimal, maka pada desimalnya tidak akan terjadi
pengulangan. Yang termasuk bilangan irasional diantaranya,
22
1. π = 3,141592654…, yang biasa diidentikan dengan ,
7
2. bilangan eksponensial e = 2,7182818…, yang biasa diidentikan dengan 3,
3. bilangan akar yang tidak dapat dirasionalkan, misalnya 2, 5 , dan sejenisnya
5. Bilangan kompleks, yaitu bilangan yang disajikan oleh :
a + ib
dengan a dan b bilangan real, i = − 1 yang dinamakan bilangan imaginer.
Pada sajian ini a dinamakan bagian real dan b bagian imaginer.
Jika dibangun struktur bilangan, maka bentuknya akan seperti pada Gambar I.1.

2
bilangan
kompleks

bilangan bilangan
imaginer real

bilangan bilangan
irasional rasional

bilangan bilangan
pecahan bulat

bilangan bulat bilangan


negatif cacah

bilangan nol bilangan


(0) asli
Gambar I.1
Struktur Bilangan

Jika dinotasikan, N = himpunan bilangan asli, C = himpunan bilangan cacah,


Z = himpunan bilangan bulat, Q = himpunan bilangan rasional, I = himpunan bilangan
irasional, R = himpunan bilangan real, dan K = himpunan bilangan kompleks, maka berlaku
hubungan,
1. C = N ∪ {0}
2. Q ∩ I = φ
3. R = Q ∪ I
4. N ⊂ C ⊂ Z ⊂ R ⊂ K

I.2. Sistem Bilangan Real


Dalam matematika, yang disebut dengan sistem, adalah himpunan tidak kosong yang di
dalamnya dilibatkan operasi terhadap anggota himpunannya. Pada himpunan bilangan real,
operasi antar anggotanya adalah, perkalian (notasinya, x atau . ), yang memiliki kawan,
pembagian (notasinya, : atau ÷ ), dan perjumlahan (notasinya, + ) yang memiliki kawan,
pengurangan (notasinya, − ). Pada proses perhitungan, operasi perkalian harus

3
didahulukan dari operasi perjumlahan, kecuali jika operasi perjumlahan itu ada didalam
tanda kurung, sedangkan operasi perkalian dengan pembagian, dan perjumlahan dengan
pengurangan, sifatnya setara, artinya mana yang lebih dulu disajikannya. Jadi yang
dimaksud dengan sistem bilangan real adalah himpunan bilangan real yang di
dalammya dilibatkan operasi-operasi x dan +.
Sistem bilangan real merupakan sitem bilangan yang banyak digunakan dalam
perhitungan sehari-hari dan persoalan terapan. Operasi dalam sistem bilangan real memiliki
sifat :
1. Tertutup.
Jika a dan b bilangan real, maka a x b (ditulis ab) dan a + b juga bilangan real.
2. Komutatif.
Jika a dan b bilangan real, maka ab = ba , dan a + b = b + a .
3. Asosiatif.
Jika a , b , dan c bilangan real, maka a(bc) = (ab)c , dan a + (b + c) = (a + b)
4. Distributif.
Jika a , b , dan c bilngan real, maka a(b + c) = ab + ac
Sifat asosiatif dan distributif menyatakan bahwa operasi dalam tanda kurung harus
selalu didahulukan.
5. Trikhotomi.
Jika a dan b bilangan real, maka hanya satu dari tiga hubungan di bawah ini yang
berlaku.
1) a = b,
2) a > b yang berarti : a – b positif ( a – b > 0),
3) a < b yang berarti : a – b negatif ( a – b < 0),
Sifat trikhotomi ini menyimpulkan, jika a dan b bilangan real, maka kemungkinannya
a = b atau a b. Dan jika a b, maka kemungkinannya a < b atau a > b.
Dalam sistem bilalangan real, disajikan pula pernyataan a ≥ b, atau a ≤ b. Perbedaan arti
dari sajian a ≥ b dengan a > b, (a ≤ b dengan a ≤ b) adalah : jika a < b (a > b) artinya a
dengan b murni tidak sama. Tetapi untuk a ≤ b (a ≥ b) tidak murni tidak sama,
artinya ada kemungkinan a = b.

4
Sebagai implikasi dari sifat trikhotomi, maka berlaku hubungan
1) a + b > 0, jika a > 0, b > 0,
a + b < 0, jika a < 0, b < 0,
ab > 0, jika a > 0, b > 0, atau a < 0, b< 0
ab < 0, jika a > 0, b < 0, atau a < 0, b > 0.
2) untuk setiap bilangan real c,
(1) a + c > b + c, jika a > b,
(2) a + c < b + c, jika a < b,
(3) jika a > b, maka ac > bc, jika c > 0. Dan ac < bc, jika c < 0,
sebaliknya,
jika a < b, maka ac < bc, jika c > 0. Dan ac > bc, jika c < 0.
6. Adanya unsur satuan
Definisi
s dinamakan unsur satuan dari x terhadap operasi *, jika s*x = x atau x*s = x.
Dalam sistem bilangan real, unsur satuan terhadap perkalian (x) adalah 1, dan terhadap
perjumlahan (+) adalah 0.
7. Adanya unsur kawan
Definisi
k dinamakan unsur kawan dari x terhadap operasi *, jika k*x = s atau x*k = s, s unsur
satuan.
1 -1
Dalam sistem bilangan real, unsur kawan dari x terhadap perkalian adalah : (x ), dan
x
terhadap perjumlahan : –x.
Berdasarkan unsur kawan ini, berlaku pernyataan
1 x
x:y=x =
y y
dan
x – y = x + (−y).

5
I.3. Kalimat Matematis
Kalimat matematis adalah kalimat yang memiliki nilai salah atau benar. Jika nilainya
dapat ditentukan secara langsung tanpa sebuah proses perhitungan, maka kalimat matematis
dinamakan kalimat tertutup. Sedangkan jika tidak langsung (nilainya harus dicari melalui
sebuah proses perhitungan) dinamakan kalimat terbuka.
Contoh
Kalimat tertutup : 2+3=5
3 x 6 < 20
Kalimat terbuka : x+3=5
3x < 20
Dalam sistem bilangan real, yang termasuk kalimat tertutup adalah kesamaan dan
ketidaksamaan, sedangkan kalimat terbuka persamaan dan pertidaksamaan.

KALIMAT
MATEMATIS

KALIMAT KALIMAT
TERBUKA TERTUTUP

KESAMAAN KETIDAK- PERSAMAAN PERTIDAK-


SAMAAN SAMAAN

Gambar I.2
Struktur Kalimat Matematis

Sifat trikhotomi merupakan perwujudan (implemantion) dari kalimat tertutup dalam


sistem bilangan real. Sebab jika ada dua bilangan real a dan b, maka kemungkinannya,
a sama dengan b (a = b), atau a tidak sama dengan b a ≠ b (a ≠ b). Dalam hal a ≠ b,
kemungkinannya, a > b atau a < b.
Bentuk ketidaksamaan, a > b (a < b), dinamakan ketidaksamaan murni, sedangkan a ≥ b ,
(a ≤ b) dinamakan ketidaksamaan tidak murni.
Karena nilai dari kalimat tertutup dapat ditentukan secara langsung, sehingga untuk
menentukan jawabnya tidak diperlukan perhitungan atau analisis tertentu, maka tidak ada

6
pembahasan lanjut tentang kalimat tertutup. Pembahasan lanjut dilakukan hanya untuk
kalimat terbuka, yaitu persamaan dan pertidaksamaan, sebab untuk menentukan jawabnya
diperlukan perhitungan tertentu.
Sudah dikemukakan, dalam sistem bilangan riil, yang termasuk dalam kalimat terbuka
adalah persamaan, yaitu kalimat terbuka yang melibatkan tanda sama dengan (=), dan
pertidaksamaan yaitu kalimat terbuka yang melibatkan tanda tidak sama dengan
(> , ≥ , < , ≤).
Dalam persamaan atau pertidaksamaan,
1. Bagian di sebelah kiri tanda = , > , ≥ , < atau ≤ , dinamakan ruas kiri, dan disebelah
kanannya, ruas kanan,
2. Lambang yang memiliki nilai, dengan nilainya ditentukan atau diperoleh melalui sebuah
proses perhitungan, sehingga persamaan menjadi kesamaan atau pertidaksamaan
menjadi ketidaksamaan, dinamakan variabel,
3. Nilai variabel yang menyebabkan persamaan atau pertidaksamaan bernilai benar,
dinamakan jawab, akar, solusi atau penyelesaian.
Dalam buku ajar ini, akan digunakan kata jawab, sebagai hasil perhitungan dari persamaan
atau pertidaksamaan yang bernilai benar.

I.4. Beberapa Bentuk Persamaan


Sudah dikemukakan, persamaan adalah kalimat matematis terbuka yang melibatkan
tanda =. Untuk mencari jawab sebuah persamaan, lakukan langkah-langkah sebagai berikut,
1. Ruas kanan disama dengankan 0,
2. Jika dimungkinkan, maka faktorkan ruas kiri atas faktor-faktor linear. Jika tidak, maka
lakukan analisis ciri.
3. Berdasarkan hasil faktorisasi atau analisis ciri, tentukan jawab persamaan.

7
I.4.1. Persamaan Linear
Persamaan linear merupakan persamaan yang bentuknya paling sederhana. Bentuk
umum persamaannya adalah
ax + b = 0
dengan a ≠ 0 dan b, bilangan real. x variabel. Jawab dari persamaan ini adalah,
b
x=−
a
Contoh 1.
Tentukan jawab persamaan 2x – 3x2 + 1 = 5x – 3x2 – 7
Jawab :
Ruas kanan disama dengankan 0 2x – 3x2 + 1 − 5x + 3x2 + 7 = 0 −3x + 8 = 0
8 8 2
Sehingga jawab persamaannya : x = − = = 2
−3 3 3

I.4.2. Persamaan Kuadrat


Bentuk umum dari persamaan kuadrat adalah
ax 2 + bx + c = 0
dengan a ≠ 0 , b dan c bilangan real. x variabel.
Jawab dari persamaan kuadrat dapat diperoleh dengan cara
1. Metode faktorisasi.
Konsepsinya,
(1) faktorkan hasil kali a dengan c, dengan jumlah kedua faktornya sama dengan b.
a x c = d = d1 x d2 , d1 + d2 = b,
(2) ubah persamaan kuadrat menjadi ax2 + d1x + d2x + c = 0
(3) lakukan perhitungan sebagai kerikut.
d1 c
ax2 + d1x + d2x + c = (ax2 +d1x) + (d2x + c) = ax(x + ) + d2(x + )=0
a d2

d1 c
Karena a x c = d1 x d2 yang identik dengan = = e , maka
a d2
(ax + d2)(x + e) = 0

8
Sehingga jawabnya,
d2
ax + d2 = 0 x1 = −
a
d1
x+e=0 x2 = − e = −
a
2. Dengan menggunakan rumus.
Konsepsinya, jika x1 dan x2 jawab persamaan kuadrat, maka dipenuhi hubungan :

− b ± b 2 − 4ac
x 1.,2 = .
2a
dalam formulasi tersebut, b2 – 4ac = D , dinamakan diskriminan.
Nilai diskriminan dapat digunakan untuk menentukan ciri dari jawab persamaan. Jika
1) D > 0, maka persamaan kuadrat memiliki dua jawab bilangan real,
2) D = 0 maka persamaan memiliki satu jawab bilangan real,
3) D < 0 maka persamaan memiliki jawab bilangan kompleks.
Contoh 2.
Tentukan jawab dari persamaan 2x2 – 3x – 2 = 0 !
Jawab :
Dengan cara faktorisasi:
(2) x (−2) = −4 = (−4) x (1) , sebab (−4) + (1) = −3 .
Jika dihubungkan dengan teorinya : a = 2 , d1 = −4 , d2 = 1 , maka jawabnya
d2 1
x1 = − =−
a 2
d1 −4
x2 = − =− =2
a 2
Dengan menggunakan rumus :
D = (-3)2 – 4(2)(-2) = 25 > 0,
jadi persamaan kuadrat memiliki jawab dua bilangan real, yaitu

9
− (− 3) ± 25 3 ± 5
x 1.,2 = =
2(2 ) 4
3+5
x1 = =2
4
3−5 1
x2 = =−
4 2
1
Jadi jawab persamaan 2x2 – 3x – 2 = 0 adalah, x = 2 dan x = − .
2
Jika disajikan dalam sebuah bentuk himpunan, maka himpunan jawabnya,
1
H = {− . 2}.
2
Dari rumus untuk mencari jawab persamaan kuadrat ax 2 + bx + c = 0 , yaitu

− b ± b 2 − 4ac − b + b 2 − 4ac − b − b 2 − 4ac


x 1.2 = , yang berarti x 1 = dan x 2 = .
2a 2a 2a
Maka diperoleh hubungan

− b + b 2 − 4ac − b − b 2 − 4ac − 2b b
1) x 1 + x 2 = + = =−
2a 2a 2a a

(− b )2 − ( b 2 − 4ac )
2
− b + b 2 − 4ac − b − b 2 − 4ac
2) x 1 .x 2 = =
2a 2a (2a )2

=
( )
b 2 − b 2 − 4ac 4ac c
= 2 =
2
4a 4a a
Yang menyimpulkan bahwa, jika x1 dan x2 jawab persamaan kuadrat ax2 + bx + c = 0, maka
berlaku hubungan
b
1) x 1 + x 2 = −
a
c
2) x 1 .x 2 = .
a

10
Contoh 3.
Jika x1 dan x2 jawab persamaan 3x2 + 2x – 1 = 0 , maka dengan tidak menghitung nilai-
nilainya, hitunglah
a) x12 + X22 !
b) x12 – x22 !
Jawab :
2
2 −1 4 2 10
a) x 1 + x 2 = (x 1 + x 2 ) − 2 x 1 x 2 = −
2 2 2
−2 = + =
3 3 9 3 9

2
b) x 1 − x 2 = (x 1 − x 2 )(x 1 + x 2 ) = (x 1 − x 2 )2
2 2

3
2 2 2
=− x 1 − 2x 1 x 2 + x 2
3

=−
2
3
(x 1
2 2
)
+ x 2 − 2x 1 x 2 = −
2 10
3 9
−2
−1
3
=−
2 10 2
+
3 9 3

2 16 8
=− =−
3 9 9
Contoh 4.
Bangun persamaan kuadrat yang jumlah nilai jawabnya sama dengan 3, dan hasil kalinya
sama dengan –2 !
Jawab :
Jika dimisalkan bentuk persamaannya ax2 + bx + c = 0 dan x1 , x2 , maka
b
x1 + x2 = − =3 b = −3a
a
c
x1x2 = = −2 c = −2a
a
sehingga persamaan yang dicari
ax2 – 3x –2a = 0.
Karena a ≠ 0 maka kedua ruas dari persamaan dapat dibagi oleh a , sehingga bentuk
persamaan kuadratnya,
x2 – 3x –2 = 0

11
Contoh 5.
Bangun persamaan kuadrat yang jawab-jawabnya lebih besar 2 dari persamaan
−3x2 + 4x –2 = 0
Jawab :
Jika dimisalkan x1 , x2 jawab persamaan
−3x2 + 4x –2 = 0 ,
dan y1 , y2 jawab persamaan kuadrat yang akan dibangun dengan persamaan
ay2 + by + c = 0 ,
maka
b 4 16 16
y1 + y2 = − = (x1 + 2)(x2 + 2) = (x1 + x2) + 4 = − +4= b=− a
a −3 3 3
c −2 4 22
y1y2 = = (x1 + 2)(x2 +2) = x1x2 + 2(x1 + x2) + 4 = − +2 − +4=
a −3 −3 3
22
c= a
3
Sehingga bentuk persamaan yang dicari adalah
16 22
ay 2 − ay + a = 0 .
3 3
Karena a 0, jika persamaan dibagi a dan dikalikan 3 , maka persamaan kuadrat yang dicari,
3y 2 − 16 y + 22 = 0 ,
atau
3x 2 − 16 x + 22 = 0
jika variabelnya disajikan oleh x
Definisi
Bentuk kuadrat ax2 + bx + c, dinamakan
1) definit positif, jika ax2 + bx + c > 0, untuk sembarang nilai x.
Hal ini akan terjadi jika D = b2 – 4ac < 0 dan a > 0.
2) definit semi positif, jika ax2 + bx + c 0, untuk sembarang nilai x.
Hal ini terjadi jika D = b2 – 4ac 0 dan a > 0.
3) definit negatif, jika ax2 + bx +c < 0, untuk sembarang nilai x.
Hal ini terjadi jika D = b2 – 4ac < 0 dan a< 0
12
4) definit semi positif, jika ax2 + bx +c 0, untuk sembarang nilai x.
Hal ini terjadi jika D = b2 – 4ac 0 dan a< 0

I.4.3. Persamaan Polinom


Persamaan anxn + an-1xn-1 + . . . + a1x + a0 = 0, dengan n 3 dan an 0, dinamakan
persamaan polinom berderajat n. Menyelesaikan persamaan ini, tidak sesederhana dan
semudah seperti menyelesaikan persamaan kuadrat atau persamaan linear, karena untuk
memfaktorkan ruas kiri tidak ada acuan khusus. Salah satu acuan yang dapat digunakan
(walaupun belum tentu mudah prosesnya), adalah faktor dari konstanta persamaan (a0).
Contoh 6
Tentukan jawab persamaan 6x3 – 13x2 + 4x + 3 = 0
Jawab :
a0 = 3 = 3 x 1 = −3 x − 1
Jika disubtitusikan x = 1 ke ruas kiri 6(1)3 – 13(1)2 + 4(1) + 3 = 6 – 13 + 4 + 3 = 0 maka
x - 1 salah satu faktor dari 6x3 – 13x2 + 4x + 3.
Untuk mencari faktor yang lainnya,
1) bagi 6x3 – 13x2 + 4x + 3 oleh (x – 1) (6x3–13x2+4x+3) : (x–1) = 6x2–13x–3
2) faktorkan 6x2 – 13x – 3 6x2 – 13x – 3 = (2x – 3)(3x + 1).
Sehingga faktorisasi persamaan : 6x3 – 13x2 + 4x + 3 = (x – 1)(2x – 3)(3x + 1) = 0
dan jawabnya
x–1=0 x1 = 1
3 1
2x – 3 = 0 x2 = =1
2 2
1
3x + 1 = 0 x3 = −
3
Contoh 7
Tentukan jawab persamaan 2x3 − 7x2 + 7x − 5 = 0
Jawab :
a0 = −5 = 5 x −1 = −5 x 1.
Jika disubtitusikan ke ruas kiri :
x=1 2(1)3 − 7(1)2 + 7(1) – 5 = 2 – 7 + 7 – 5 = −3 0
13
x = −1 2(−1)3 – 7(−1)2 + 7(−1) – 5 = −2 – 7 – 7 – 5 = −21 0
x=5 2(5)3 – 7(5)2 + 7(5) – 5 = 250 – 175 + 35 – 5 = 105 0
x = −5 2(−5)3 – 7(−5)2 + 7(−5) – 5 = −250 – 175 – 35 – 5 = −465 0
Jadi tidak ada jawab persamaan yang merupakan bilangan bulat.
Jika menelaah hasil perhitungan, nilai persamaan untuk x = −5 dengan x = 5 berbeda tanda.
Artinya, dalam selang −5 < x < 5, ada nilai x yang menyebabkan persamaan sama dengan 0.
5
Jika disubtitusikan x = ke ruas kiri, maka diperoleh hasil
2
5 5 5 125 175 35
2( )3 – 7( )2 + 7( ) – 5 = − + −5=0
2 2 2 4 4 2
5
Yang berarti, (x − ) adalah salah satu faktor persamaan.
2
5 2
Sehingga faktorisasinya, 2x3 − 7x2 + 7x − 5 = (x − )(x – x + 1).
2
Jika dihitung, determinan dari bentuk kuadrat x2 – x + 1, D = (−1)2 − 4(1)(1) = −3 < 0,
dan koefisien kuadratnya, a = 1 > 0. Sehingga bentuk kuadrat (x2 – x + 1) definit positif,
atau x2 – x + 1 > 0, untuk setiap nilai x.
5
Sehingga jawab persamaan 2x3 − 7x2 + 7x − 5 = 0 adalah : x = .
2
Untuk menyelesaikan persamaan polinom berderajat n, n 3, jika sulit dilakukan secara
“manual”, dapat digunakan perangkat lunak komputer (software), diantaranya Mathcad.
Mathcad adalah perangkat lunak komputer untuk membantu perhitungan dalam persoalan
Matematika dan terapannya. Program ini sangat berguna bagi para profesional, pendidik,
dan mahasiswa, yang sering menggunakan kalkulus untuk menyelesaikan persoalan terapan.
Karena program ini memiliki kemampuan yang tinggi, dalam proses penyelesaiannya.
Sebagai sebuah spreadsheet, cukup sederhana dalam penggunaannya.
Misalnya untuk mencari jawab persamaan
2x4 - x3 + 3x2 - x -2 = 0.
Jika dilakukan secara “manual”, prosesnya tidak sederhana dan memerlukan waktu yang
cukup lama. Sedangkan jika diselesaikan dengan menggunakan Mathcad 2000, maka
prosesnya cukup sederhana, sebagai berikut.

14
1. “Jalankan” program Mathcad 2000, sehingga diperoleh tampilan seperti di bawah ini.

2) “Tutup” tampilan Resource Centre, sehingga tampilan menjadi seperti di bawah ini.

3) Pada “ruang editor” (bidang putih yang ada “ponter” +) secara berurut tulis
f(x) 2x4 - x3 + 3x2 - x -2
x (tulis sembarang nilai)
soln root(f(x),x), selanjutnya klik pada fungsi Evaluati…
soln =
Catatan
tanda , dapat diperoleh dengan mengkliknya pada fungsi Calculator atau
Evaluati…

15
Dari tampilan spreadsheet, diperoleh himpunan jawabnya
H = {0,885 , -0,578 , 0,097 + 1,349i , 0,097 - 1,349i}

I.5. Bentuk-bentuk Pertidaksamaan


Sudah dikemukakan, pertidaksamaan adalah kalimat matematis yang melibatkan tanda
>, , <, atau . Menentukan jawab sebuah pertidaksamaan identik dengan penyelesaian
sebuah persamaan, yaitu
1) ruas kanan disama dengankan 0,
2) jika memungkinkan, lakukan faktorisasi ruas kiri. Jika tidak, lakukan telaah ciri,
3) gunakan garis bilangan, yaitu garis yang titik-titiknya merupakan wakil dari bilangan
real,
4) tentukan daerah tanda pada garis bilangan,
5) tentukan daerah tanda yang sesuai dengan pertidaksamaannya.
Di bawah ini disajikan beberapa bentuk pertidaksamaan yang sering muncul dalam
persoalan sehari-hari atau terapan.

I.5.1. Pertidaksamaan Linear


Pertidaksamaan linear adalah pertidaksamaan yang variabel-variabel pada setiap
ruasnya berderajat satu, dan pertidaksamaan ini merupakan pertidaksamaan yang paling
sederhana bentuk dan penyelesaiannya.

16
Contoh 8.
Tentukan harga x yang memenuhi pertidaksamaan 5x – 3 < 2x + 9 !
Jawab :
5x – 3 < 2x + 9 5x – 2x < 9 + 3 3x < 12 x <4
Jawab pertidaksamaan,
x<4.
Jika disajikan pada garis bilangan

)
4

Contoh 9.
Tentukan himpunan jawab dari pertidaksamaan 3x + 2 ≤ 7x + 10 !
Jawab :
3x + 2 ≤ 7x + 10 3x – 7x ≤ 10 – 2 −4x ≤ 8 x≥2
Jadi himpunan jawabnya,
H={x|x≥2}.
Jika disajikan pada garis bilangan

[
2

Contoh 10.
Tentukan harga x yang memenuhi pertidaksamaan 3x – 2 ≤ 4x + 1 ≤ 6x - 3 !
Jawab :
Karena semua ruas memuat variabel, sebaiknya dilakukan pemecahan jawaban yang
selanjutnya dilakukan penggabungan, sebagai berikut

17
3x – 2 4x + 1 < 6x – 3

3x – 2 4x + 1 4x + 1 < 6x – 3
3x – 4x 1 + 2 4x – 6x < −3 – 1
−x 3 −2x < −4
x 3 x>2

[
3

(
2

Jawab pertidaksamaan adalah irisan kedua garis bilangan, yaitu :


x≥3.

I.5.2. Pertidaksamaan Irasional


Pertidaksamaan irasional adalah pertidaksamaan yang satu atau beberapa suku
variabelnya berada di bawah tanda akar, sehingga untuk mencari jawabnya harus
diperhatikan syarat dari suku di bawah tanda akarnya, agar diperoleh nilai dalam bilangan
real. Prinsip mencari jawab dari pertidaksamaan ini, adalah dengan mengubah suku
irasional menjadi rasional, yang salah satu diantaranya melalui proses pengkuadratan.
Contoh 11.
Selesaikan pertidaksamaan 3x − 2 < 5 !
Jawab :
2
Agar nilai dari 3x − 2 real, maka harus dipenuhi syarat : 3x – 2 ≥ 0 x≥2 x≥
3
Untuk penyelesaian pertidaksamaannya, kuadratkan kedua ruasnya. Karena suku pada
masing-masing ruas positif, maka tanda pertidaksamaan tidak berubah.

18
3x − 2 < 5 ( 3x − 2 )
2
< 52 3x – 2 < 25 3x < 25 + 2 x<9
Jika kedua jawab digabungkan dengan menggunakan garis bilangan,

[
2
3

)
9
maka himpunan jawabnya
2
H= x ≤x<9
3
Contoh 12.
Untuk harga-harga x manakah yang memenuhi pertidaksamaan 2 x − 3 < 3x − 4 ?
Jawab :
Syarat untuk suku di bawah tanda akar agar diperoleh bilangan real
3
2x – 3 ≥ 0 x≥ (1)
2
4
3x – 4 ≥ 0 x≥ (2)
3
Untuk penyelesaian pertidaksamaannya. Karena ruas kiri dan ruas kanan merupakan
bilangan positif, maka jika keduanya dikuatdratkan, tidak akan mengubah tanda
pertidaksamaan.

0 < 2 x − 3 < 3x − 4 ( 2x - 3 ) <(


2
3x − 4 )
2
2x – 3 < 3x – 4 2x – 3x < -4 + 3

−x < −1 x>1 (3)

19
Jika ketiga jawab, (1), (2), dan (3), digabungkan dengan menggunakan garis bilangan

[
3
2

[
4
3

(
1

3
maka himpunan jawabnya : H = x x ≥ .
2
Contoh 13.
Tentukan harga x yang memenuhi pertidaksamaan x + 6 − x −1 < 1 !
Jawab :
Syarat untuk unsur di bawah tanda akar
x+6≥0 x ≥ -6 (1)
x–1≥0 x≥1 (2)
Penyelesaian pertidaksamaannya

x + 6 − x −1 < 1 x + 6 < 1+ x −1 ( x+6 ) < (1 +


2
x −1 )
2

x + 6 < 1+ 2 x −1 + x −1 x + 6 < 2 x −1 + x 2 x −1 > 6


x −1 > 3 ( )
x − 1 > (3)
2 2
x −1 > 9 x > 10 (3)

[
−6
[
1
(
10
sehingga himpunan jawabnya : H = { x | x > 10 }
20
I.5.3 Pertidaksamaan Polinom
Untuk menyelesaikan pertidaksamaan polinom, dapat dilakukan dengan proses sebagai
berikut
1. Jadikanlah ruas kanan sama dengan 0 , dan pangkat variabel yang paling tinggi
koefisiennya positif.
2. Unsur di ruas kiri, jika mungkin uraikan atas faktor-faktor linier, dan hitung nilai-nilai
yang menyebabkan faktor-faktor sama dengan 0 (nilai ini dinamakan nilai nol).
3. Sajikan nilai-nilai nol pada garis bilangan, dan lakukan uji tanda untuk menentukan
daerah himpunan jawab, dengan cara sebagai berikut :
3.1. ambil sebuah nilai yang bukan nilai nol dan subtitusikan ke ruas kiri.
3.2 perhatikan tanda dari nilai yang diperoleh, positif (+) atau negatif (-).
3.3 tandai daerah di mana nilai yang diambil tersebut berada dengan tanda yang
diperoleh, dan tanda berubah jika melewati nilai nol yang berasal dari faktor
berpangkat ganjil, sedangkan jika berasal dari faktor berpangkat genap tanda
tetap.
Contoh 14.
Tentukan himpunan jawab dari pertidaksamaan 5x2 – 4x + 11 < 2x2 + 6x + 8 !
Jawab :
5x2 – 4x + 11 < 2x2 + 6x + 8 5x2 – 4x + 11 – 2x2 – 6x – 8 < 0
3x2 – 10x + 3 < 0 (3x – 1)(x – 3) < 0
Nilai-nilai nolnya :
1
3x – 1 = 0 x=
3
x–3=0 x=3
1
Ambil sembarang nilai x yang tidak sama dengan dan 3. Misalnya x = 0.
3
Subtitusikan x = 0 ke ruas kiri :
(3x – 1)(x – 3) = (3.0 – 1)(0) – 3) = 3 > 0
1 1
yang berarti daerah di sebelah kiri bertanda + , antara dan 3 bertanda −, dan di sebelah
3 3
kanan 3 bertanda + , sehingga gambar daerah tandanya :

21
+++ −−− +++
1
3
3

Karena tanda pertidaksamaannya < 0 , jadi himpunan jawabnya


1
H= x <x<3 .
3
Contoh 15.
Tentukan harga x yang memenuhi pertidaksamaan (x2 – 4x + 3)(x2 – 3x – 10) > 0
Jawab :
(x2 – 4x + 3)(x2 – 3x – 10) > 0 (x –2 )2(x –5)(x + 2) > 0
Nilai-nilai nolnya :
x–2=0 x=2
x–5=0 x=5
x+2=0 x = -2
Gambar daerah tandanya :

+++ --- --- +++


−2 2 5

Karena tanda pertidaksamaan > 0 , jadi himpunan jawabnya


H = { x  x <−2 } ∪ { x  x > 5 }

Contoh 16.
Tentukan batas-batas harga x yang memenuhi pertidaksamaan
3x2 – x + 10 > x2 + 2x - 2
Jawab :
3x2 – x + 10 > x2 + 2x – 2 3x2 – x +10 – x – 2x + 2 > 0 2x2 – 3x + 12 > 0
Karena bentuk kuadrat 2x2 – 3x + 12, memiliki ciri diskriminannya :
D = (-3)2 – 4(2)(12) = -87 < 0

22
koefisien kuadratnya :
a = 2 > 0,
maka bentuk kuadrat 2x2 – 3x + 12 definit positif, 2x2 – 3x + 12 > 0 untuk setiap nilai x.
Sehingga himpunan jawabnya,
H = { x  x bilangan real }.

I.5.4. Pertidaksamaan Pecahan


Pertidaksamaan pecahan adalah pertidaksamaan yang merupakan sebuah pecahan atas
suku-suku. Untuk menyelesaikan pertidaksamaan ini prosesnya sebagai berikut,
1. Ruas kanan disama dengankan 0
2. Lakukan perhitungan di ruas kiri sehingga diperoleh sebuah bentuk pecahan atas suku-
suku, yang selanjutnya ubah menjadi bangun perkalian.
3. Faktorkan bangun perkalian tersebut (jika bisa), dan tentukan nilai-nilai nolnya.
4. Sajikan nilai-nilai nol pada garis bilangan dan lakukan penentuan daerah tanda.
Contoh 17.
2x − 3
Tentukan harga x yang memenuhi pertidaksamaan ≤6 !
5x + 4
Jawab :
2x − 3 2x − 3 2x − 3 − 6(5x + 4 ) − 28x − 27
≤6 −6≤ 0 ≤0 ≤0
5x + 4 5x + 4 5x + 4 5x + 4
⇔ (−28x – 27)(5x + 4) ≤ 0
Nilai nolnya :
27 135
−28x – 27 = 0 x=− =−
28 140
4 112
5x + 4 = 0 x=− =−
5 140

23
Gambar daerah tanda

−−− +++ −−−

27 4
− −
28 5
27 4
sehingga himpunan jawabnya, H = x x ≤ − xx≥−
28 5
Contoh 18.
2x + 3 x + 5
Selesaikan pertidaksamaan ≤ !
2x − 3 x − 6
Jawab :
2x + 3 x + 5

2x + 3 x + 5
− ≤0
(2x + 3)(x − 6) − (x + 5)(2x − 3) ≤ 0
2x − 3 x − 6 2x − 3 x − 6 (2x − 3)(x − 6)
(
2x 2 − 9x − 18 − 2x 2 + 7 x − 15
≤0
) − 16x − 3
≤0
(2x − 3)(x − 6) (2x − 3)(x − 6)
⇔ (− 16x − 3)(2 x − 3)(x − 6 ) ≤ 0

Nilai-nilai nolnya :
3
−16x – 3 = 0 x= −
16
3
2x – 3 = 0 x=
2
x–6=0 x=6
Gambar daerah tandanya

+++ −−− +++ −−−

3 3
− 6
16 2

3 3
sehingga himpunan jawabnya, H = x − ≤x≤ {x x ≥ 6}
16 2

24
Contoh 19.
5x − 11
Tentukan himpunan jawab untuk pertidaksamaan ≤ −3 !
x − 5x + 6
2

Jawab :
5x − 11
≤ −3
5x − 11
+3≤ 0
( )
5x − 11 + 3 x 2 − 5x + 6
≤0
2
x − 5x + 6 2
x − 5x + 6 (x − 3)(x − 2)
3x 2 − 10 x + 7
≤0
(3x − 7 )(x − 1) ≤ 0
(x − 3)(x − 2) (x − 3)(x − 2)
(3x – 7)(x – 1)(x – 3)(x – 2) ≤ 0
Nilai nolnya :
7
3x – 7 = 0 x=
3
x–1=0 x=1
x–3=0 x=3
x–2=0 x=2
Gambar daerah tandanya

+++ −−− +++ −−− +++

7
1 2 3
3
7
Sehingga himpunan jawabnya, H = {x 1 ≤ x ≤ 2} x ≤x≤3
3

I.5.5. Pertidaksamaan Yang Mengandung Nilai Mutlak


Nilai mutlak dari x , ditulis x , didefinisikan sebagai berikut

x , jika x > 0
x = 0 , jika x = 0
- x , jika x < 0

Berdasarkan definisi tersebut berarti nilai mutlak dari suatu bilangan riil adalah bilangan
positif atau 0. Sebagai contoh, 3 = 3 , −3 = −(−3) = 3.

25
Secara ilmu ukur x adalah jarak dari x ke 0 pada garis bilangan real.

x x

-x 0 x
Gambar I.3
Sajian ilmu ukur dari x

Sifat-sifat dari nilai mutlak


1. Untuk setiap bilangan real x , berlaku hubungan :
1) x ≥ 0
2) x = −x
3) x2 = x2 = x2
2. Untuk setiap bilangan real x dan y , berlaku hubungan :
1) x = y ⇔ x = ±y ⇔ x2 = y2
1) x − y = y − x
3) x + y ≤ y + x dan x − y ≤ x + y
4) x  −y ≤ x − y dan x − y = x − y

x x
5) xy = xy dan =
y y

3. Untuk setiap bilangan real x dan a ≥ 0 , berlaku hubungan :


1) x ≤ a , a > 0 ⇔ −a ≤ x ≤ a ⇔ x2 ≤ a2
2) x ≥ a , a > 0 ⇔ x ≥ a atau x ≤ -a ⇔ x2 ≥ a2
Berdasarkan telaahan dari nilai mutlak tersebut, proses penyelesaian pertidaksamaan
yang mengandung nilai mutlak, adalah dengan mengubah pertidaksamaan menjadi
pertidaksamaan yang tidak mengandung nilai mutlak. Selanjutnya penyelesaian
pertidaksamaan dilakukan berdasarkan bentuk kasusnya. Menghilangkan nilai mutlak
dalam pertidaksamaan dilakukan dengan memperhatikan sifat-sifat dari nilai mutlak seperti
yang telah dikemukakan.

26
Contoh 20.
Tentukan himpunan jawab pertidaksamaan
a. x2 − x ≤ 2
b. x2 – x −1 ≥ 1
Jawab :
a. x2 − x ≤ 2 ⇔ −2 ≤ x2 – x ≤ 2

−2 ≤ x2 – x ≤ 2

−2 ≤ x2 – x x2 – x ≤ 2
−2 – x2 + x ≤ 0 x2 – x + 2 ≥ 0 x2 – x –2 ≤ 0 (x – 2)(x + 1) ≤ 0
Karena bentuk kuadrat x2 – x + 2 Nilai nol : x – 2 = 0 x=2
diskriminannya : D=(−1)2– 4(1)(2) = −7<0 x+1=1 x = −1
koefisien kuadratnya : a = 1 > 0 Gambar daerah tandanya
yang berarti pertidaksamaan
x2 – x + 2 ≥ 0, selalu benar, +++ −−− +++
atau himpunan jawabnya, −1 2
H1 = { xx bilangan riil }. sehingga himpunan jawabnya,
H2 = { x−1 ≤ x ≤ 2 }.

Karena H1 ∩ H2 = H2 , jadi himpunan jawab pertidaksamaan x2 −x ≤ 2 adalah


H2 = { x−1 ≤ x ≤ 2 }

27
b. x2 – x − 1 ≥ 1 ⇔ x2 – x – 1 ≥ 1 atau x2 – x – 1 ≤ −1
x2 – x − 1 ≥ 1

x2 – x – 1 ≥ 1 x2 – x – 1 ≤ −1
x2 – x – 1 – 1 ≥ 0 x2 – x – 2 ≥ 0 x2 – x – 1 + 1≤ 0 x2 – x ≤ 0
(x –2)(x + 1) ≥ 0 x(x – 1) ≤ 0
Nilai nol : x – 2 = 0 x=2 Nilai nolnya : x = 0
x+1=0 x = −1 x–1=0 x=1
Gambar daerah tandanya Gambar daerah tandanya

+++ --- +++ +++ --- +++


−1 2 0 1
himpunan jawabnya, himpunan jawabnya,
H1 = { xx ≤ −1 } ∪ { xx ≥ 2 } H2 = { x0 ≤ x ≤ 1 }

Jika kedua himpunan jawab diiriskan dengan menggambarkan daerah tandanya

+++ --- +++


−1 2

+++ --- +++


0 1
maka himpunan jawab pertidaksamaan x2 – x − 1 ≥ 1 adalah himpunan kosong, H = φ.
Sehingga tidak ada nilai x memenuhi pertidaksamaan x2 – x − 1 ≥ 1
Contoh 21.
x x−2
Selesaikanlah pertidaksamaan ≤
x −1 x +1

28
Jawab :
2 2 2 2
x x−2 x x−2 x x−2
≤ ≤ ≤
x −1 x +1 x −1 x +1 x −1 x +1
x2

(x − 2 ) 2
x2

(x − 2 ) ≤ 0
2

(x − 1) (x + 1)2
2
(x − 1) (x + 1)2
2

x 2 (x + 1) − (x − 2) (x − 1) {x (x + 1)} − {(x − 2)(x − 1)} ≤ 0


2 2 2 2 2
≤0
(x − 1) (x + 1)
2 2
(x − 1)2 (x + 1)2
[{x (x + 1)} − {(x − 2)(x − 1)}][{x (x + 1)} + {(x − 2)(x − 1)}] ≤ 0
(x − 1)2 (x + 1)2
{x 2
( )}{ (
+ x − x 2 − x − 2x + 1 x 2 + x + x 2 − x − 2x + 1
≤0
)}
(x − 1)2 (x + 1)2
(4x − 1)(2x 2 − 2x + 1) ≤ 0
(x − 1)2 (x + 1)2
Nilai-nilai nolnya :
1
1) 4x –1 = 0 x= (1)
4
x–1=0 x=1 (2)
(x + 1)2 = 0 x+1=0 x = −1 (3)
2) 2x2 – 2x + 1 = 0.
Karena bentuk kuadrat 2x2 – 2x + 1 memiliki nilai diskriminan
D=(−2)2 – 4(2)(1) = −4 <0
dan nilai koefisien kuadrat
a > 0,
maka 2x2–2x+1 > 0, untuk setiap nilai x.
Sehingga gambar daerah tandanya

−−− −−− +++ +++


1
-1 1
4
1
dan himpunan jawabnya, H = x x ≤
4

29
Jika kita menelaah proses penyelesaian sebuah pertidaksamaan, yang pada dasarnya
adalah, bagaimana menentukan nilai nol dari ruas kiri, setelah ruas kanan disama dengankan
nol ? Maka jika diinginkan menyelesaikan sebuah pertidaksamaan dengan menggunakan
program Mathcad, identik dengan menyelesaikan sebuah persamaan dari bentuk ruas
kirinya, yang dilanjutkan dengan menentukan daerah tandanya.

SOAL-SOAL UNTUK LATIHAN


a
1. Bentuk pembagian , dengan a 0, terdefinisikan, jika b 0.
b
a
Bukti : Jika = b, maka a = 0.b = 0.
0
Hal ini kontradiktif dengan ketentuan bahwa a 0
0
Selanjutnya tunjukan bahwa bentuk pembagian, juga tidak terdefinisikan.
0
2. Dalil fundamental dalam ilmu hitung (aritmetika) : Setiap bilangan asli merupakan hasil
perkalian dari bilangan prima.
Makna dari dalil tersebut, untuk menunjukan apakah bilangan asli merupakan bilangan
prima, adalah dengan memfaktorkannya atas bilangan-bilangan prima. Jika memiliki
lebih dari satu faktor bilangan prima, maka bilangan asli itu bukan bilangan prima.
Misal : 4 = 2.2 , 24 = 2.2.2.3 , 95 = 5.19 , dan sejenisnya, bukan bilangan prima.
Untuk bilangan-bilangan di bawah ini, mana yang merupakan bilangan prima
a) 240 b) 119 c) 1723 d) 5433 e) 12771 f) 155711 g) 57655
3. Menunjukan bahwa 2 bilangan irasional dengan pembuktian kontradiktif.
a
Misalkan 2 adalah bilangan rasional, sehingga dapat disajikan 2 = , a dan b
b
bilangan asli yang tidak sama dengan 1, b 0. Jika kedua ruas dikuadratkan, maka 2
a2
= 2 2b2 = a2 a2 = 2.b.b
b
Berdasarkan dalil fundamental, kuadrat bilangan asli dapat disajikan dalam perkalian
atas bilangan prima yang bersifat tunggal, dengan banyaknya bilangan prima masing-
masing genap.

30
Dari sajian, a2 = 2.b.b
1) jika b bilangan asli ganjil, maka banyaknya bilangan prima 2 dalam perkalian hanya
satu, ganjil
2) jika b bilangan asli genap, b = 2.b1 a2 = 2.2.b1.2.b1 = 2.2.2.b1.b1 , maka bilangan
prima 2 dalam perkalian ada tiga, ganjil
Karena a2 kuadrat bilangan asli, jadi kontradiksi dengan dalil fundamental, atau 2
bukan bilangan rasional.
Untuk bilangan-bilangan di bawah ini, tunjukan bahwa merupakan bilangan irasional,
dengan mengunakan kontradiktif dalil fundamental
a) 3 b) 5 c) 12 d) 18 e) 15 f) 10 g) 30
4. Tunjukan bahwa
a) Jika a dan b bilangan rasional, maka c = a.b , bilangan rasional.
Apakah hal ini berlaku untuk bilangan irasional ? Lakukan analisisnya !
b) Jika a bilangan rasional dan b bilangan irasional, maka c = a.b , bilangan irasional.
c) Jika a bilangan rasional, a 0, dan b bilangan irasional, maka c = a.b , bilangan
irasional.
5. Tunjukan bahwa jika a > 0, b > 0, maka
a) a < b jika dan hanya jika a2 < b2
1 1
b) a < b jika dan hanya jika >
a b
a+b
6. Tunjukan bahwa jika a < b , maka a < <b!
2
7. Tentukan jawab persamaan-persamaan di bawah ini
a) 2x3 – 3x2 = 5 + 7x – 3x2 + 2x3
b) 4x3 + 2x2 – 3x + 5 = 3x2 + 7x + 4x2 – 3
c) 2x3 – 3x2 – 6x + 1 = −2 + 2x + 2x2 – 4x3
d) 3 – 3x + 2x2 – 2x3 + 2x4 = x3 + 9x2 – 15x + 7
e) 5x2 – x3 + x + 3 = x3 – 2x2 – 3x + 3

31
8. Jika x1 dan x2 jawab persamaan 2x2 + 3x + 4 = 0, maka dengan tidak menghitung nilai-
nilai x1 dan x2 , hitunglah
a) x13 − x23
b) x13 + x23
c) x14 − x24
d) x14 + x24
e) x12 – 2x1x2 + x22
9. Jika ditetapkan persamaan kuadrat 3x2 – 2x + 3 = 0, maka bangun persamaan kuadrat
yang jawab-jawabnya
a) dua kali lebih besar
b) lebih besar dua
c) dua kali lebih besar dan lebih besar dua
10. Tentukan jawab pertidaksamaan-pertidaksamaan di bawah ini
a) x3 – 2x2 – 3x + 2 −4 + 2x + 3x – x3
b) 2x5 – 3x4 + 2x3 < 6x4 – 9x3 -2x2 + 12x – 8
x −1 6−x 15
c) − ≤−
x−2 x+2 x−2
2x 2 − x − 3
d) 2x + 5 ≤ −
3x − 2

6 x 2 + 5x + 11 x −3
e) >
3x + 1 2x + 1

5x 2 + 9 x − 2 x −1 x −1
f) +
x−2 x+2 x2 − 4
x −1 15
g) + 2 x 2 − 3x + 1
x−2 x−2

6−x
h) 2x + 5 − > 3 – 2x
x+2

32
11. Tunjukan bahwa
a) x < y jika dan hanya jika x2 < y2

b) Jika a > b > 0 maka a> b


c) a + b + c ≤ a + b + c

x 2 + 2x + 7
d) Jika x ≤ 2 maka ≤ 15
x2 +1

1
e) Jika x 0 maka x2 + 2
x2
a+b
f) Jika a 0 dan b 0 maka ab ≤
2

1 1 1 1 1 1
g) + ≤ 2 + ≤ +
x +3 x +2
2
x +3 x +2 3 2

x−2 x +2
h) ≤
x2 + 9 9
i) x < x2 jika x < 0 atau x >1, dan x > x2 jika 0 < x < 1
j) Jika a 0 bilangan rasional dan b bilangan irasional, maka a + b dan ab adalah
bilangan irasional.

33
BAB II
FUNGSI REAL DAN GRAFIKNYA

Fungsi adalah bentuk khusus dari relasi (perkawanan) antara dua buah himpunan tidak
kosong. Jika kedua himpunan yang direlasikan, dengan relasinya membangun sebuah
fungsi, adalah himpunan bilangan real, maka fungsi dinamakan fungsi real. Pada bab ini
akan disajikan deskripsi dan konsepsi pada fungsi real.

II.1. Deskripsi Fungsi


Fungsi dari himpunan X ke himpunan Y, adalah sebuah relasi (perkawanan) dengan
cara, setiap anggota himpunan X hanya dikawankan (dipasangkan) dengan satu dan hanya
satu kali dengan anggota himpunan Y.
Sebagai ilustrasi perhatikan gambar-gambar di bawah ini,

x1 x1
y1 y1
x2 x2
y2 Z y2
x3 x3 Z
y3 y3
x4 x4
x5 x5

X Y X Y
Gambar II.1 Gambar II.2
Relasi yang merupakan fungsi Relasi yang bukan fungsi
[Sebab setiap anggota X hanya [Sebab ada anggota X yang memiliki
memiliki satu kawan] kawan lebih dari satu ]

Untuk menyatakan sebuah fungsi dari himpunan X ke himpunan Y, dapat digunakan


salah satu dari bentuk notasi di bawah ini,
Tabel II.1
Bentuk-bentuk Notasi Fungsi

Notasi Panah Persamaan Ekplisit Persamaan Implisit


f:X→Y
Y = f(X) f (X , Y) = 0
x→ y

34
Dalam deskripsi fungsi tersebut, X disebut Domain (daerah asal) dan Y Kodomain (daerah
kawan). Sedangkan himpunan Z yang merupakan himpunan bagian dari Y, dengan setiap
anggotanya adalah kawan dari X, disebut Range (daerah harga, daerah peta).
Misalnya fungsi seperti pada Gambar 1, rangenya : Z = {y1 , y2 , y3}.
Berdasarkan kondisi dari range dan cara perkawanannya, fungsi dibedakan atas
1. Fungsi ke dalam (into), yaitu fungsi dengan rangenya merupakan himpunan bagian
murni dari kodomain.
2. Fungsi pada (onto), yaitu fungsi dengan rangenya sama dengan kodomain.
3. Fungsi satu-Satu (one to one), yaitu fungsi dengan setiap anggota X dan Y hanya
memiliki satu dan hanya satu pasangan.
Fungsi satu-satu ini dibedakan atas fungsi satu-satu pada dan fungsi satu-satu ke
dalam.
Untuk ilustrasi perhatikan gambar-gambar di bawah ini

Z
Z

X X
Y Y

Gambar II.3 Gambar II.4


f : X → Y , fungsi kedalam f : X → Y , fungsi pada
[sebab ada anggota Y yang tidak memiliki kawan] [sebab setiap anggota Y memiliki kawan]

35
f

x1 x1
y1 y1
x2 y2 x2 y2
. . .
. . Z
. Z
. . . .
yn . yn
.
xk xk

f -1
X Y
X Y
Gambar II.5 Gambar II.6
f : X → Y , fungsi satu-satu ke dalam f : X → Y , fungsi satu-satu pada

Setiap fungsi yang merupakan fungsi satu-satu pada, akan memiliki fungsi invers.
Definisi
Jika
f:X→Y
xi → yi
fungsi satu-satu pada, maka fungsi
g : Y → X,
yi → xi
dinamakan fungsi invers dari f, ditulis : f −1
Misal, jika
X = { x | x bilangan real , x ≥ 0 } dan Y = { y | y bilangan real , y ≥ 0 },
maka fungsi
f:X→Y
x → y = x2

adalah fungsi satu-satu pada, dan fungsi inversnya

f -1 : Y → X
y→x= y

36
II.2. Sistem Salib Sumbu
Setiap bentuk fungsi dapat digambarkan sajian hubungan elemen domain dengan
kodomainnya. Untuk menggambarkannya diperlukan sebuah media, yang dinamakan
sistem salib sumbu, yaitu dua garis berpotongan tegak lurus, yang masing-masing titiknya
menyajikan bilangan riil. Sumbu datar, dinamakan sumbu absis, dinotasikan dengan X, dan
“berperan” sebagai domain. Sedangkan sumbu tegak, dinamakan sumbu ordinat,
dinotasikan dengan Y, dan “berperan” sebagai kodomain. Titik potong sumbu absis dengan
ordinat dinamakan titik pusat, dan dinotasikan dengan O.
Pasangan nilai berurut (x0 , y0), dengan x0 nilai pada sumbu absis, dan y0 pada sumbu
ordinat, dinamakan koordinat. x0 dinamakan absis, dan y0 ordinat. Koordinat seperti ini
dinamakan koordinat kartesius.
sumbu ordinat

y0 T=(x0,y0)

O=(0,0) x0
sumbu absis

Gambar II.7
Sistem Koordinat Kartesius

37
Selanjutnya perhatikan gambar di bawah ini.

Y r : jarak antara titik


y0 T=(x0,y0) O = (0 , 0) dengan
titik T = (x0 , y0),
r = OT.
r
φ : sudut antara
sumbu-X dengan
φ X garis OT, yang
O x0 diukur dari sumbu-X
ke garis OT dengan
berlawanan arah
gerak jarum jam.

Gambar II.9
Sistem Koordinat Polar

Koordinat titik T yang disajikan dalam pasangan r dengan φ,


T = (r , φ),
dinamakan Koordinat Polar.
Dengan menggunakan goneometri, dapat diformulasikan hubungan antara koordinat
polar dengan koordinat kartesius. Jika (r,φ) koordinat polar dari koordinat kartesius (x0,y0),
maka
y0
r= x 02 + y 02 dan tg φ = .
x0
Koordinat polar dapat digunakan sebagai koordinat alternatif, jika analisis dengan
menggunakan koordinat kartesius sulit diselesaikan.

II.3. Diagram dan Grafik


Gambar dari fungsi dinamakan Grafik, jika bentuknya sebuah garis atau lengkungan.
Sedangkan jika sebuah pencaran titik, disebut Diagram.
Misalnya, fungsi dari himpunan X = {-2 , -1 , 0 , 1 , 2} ke himpunan Y = {0 , 1 , 2 , 3 , 4}
dengan bentuk
f:X→Y
x → y = x2

38
maka diagramnya

• 4 - •
3 -

2 -

• 1 - •

• X
-2 -1 0 1 2

Gambar II.7
Diagram fungsi f : x → y = x2

Sedangkan jika X = {x  x bilangan riel}, Y = {y  y bilangan riel}, dan bentuk fungsinya


f :X →Y
x → y = x2
maka grafiknya
Y

4 -

3 -

2 -

1 -

X
-2 -1 0 1 2

Gambar 8
Grafik fungsi f : x → y = x2

Menggambarkan grafik fungsi, jika dilakukan secara “manual”, maka prosesnya


sebagai berikut.

39
1. Menentukan titik-titik yang dilalui oleh grafik.
a. Titik-titik tertentu, misalnya titik potong dengan sumbu koordinat, titik ekstrim,
titik simetris dan sejenisnya.
b. Titik-titik sembarang, yang dapat dilakukan dengan menentukan sembarang nilai x,
dan mensubtitusikannya ke persamaan fungsi. Prosesnya dapat dilakukan melalui
sebuah tabel perhitungan
Misal untuk fungsi y = x2.
x y = x2 Koordinat Titik
-2 (-2)2 = 4 (-2 , 4)
-1 (-1)2 = 1 (-1 , 1)
1,5 (1,5)2 = 2,25 (1,5 , 2,25)
dst

2. Menggambarkan koordinat titik-titik yang dilalui grafik.


3. Menghubungkan titik-titik yang digambarkan pada langkah pertama,
Tingkat “akurasi” dan “estetika” grafik yang digambarkan secara “manual”, sangat
bergantung pada pengalaman dan keahlian menggambar dari si-pembuat-nya. Untuk
mendapatkan gambar grafik fungsi yang bagus, tanpa diperlukan pengalaman dan daya
estetika, dengan proses cukup sederhana adalah dengan menggunakan program komputer
Mathcad. Langkah-langkah menggambarkan grafik fungsi dengan Mathcad 2000 :
1. “Jalankan” program Mathcad 2000, sehingga diperoleh tampilan

40
2) “Tutup” tampilan Resource Centre, sehingga diperoleh tampilan

3) Pada “pointer” + tulis persamaan fungsi yang akan digambarkan dengan formulasi
f(x) “persamaan fungsi”
Tanda , dapat diperoleh dengan mengkliknya pada fungsi Calculator atau
Evaluati…
Misal fungsi yang akan digambarkan, Y = 2x2 – 3x + 1. Formulasi penulisan pada
“bidang editor” seperti di bawah ini.

41
4) “Klik” gambar grafik yang ada pada sudut kiri atas “kotak Graph” (lihat tanda panah),
sehingga diperoleh tampilan

klik persamaan fungsi


setelah menulis x dan
f(x) di kotak hitam
kecil

tulis : x
tulis : f(x)

5) Pada “kotak hitam kecil” di bawah “kotak putih besar”, tulis : x, dan f(x) yang ada di
sebelah kirinya.

6) “Klik” persamaan fungsi, sehingga diperoleh tampilan

pada kotak putih klik dua


kali untuk formating
grafik

42
7) “Klik” dua kali pada kotak putih yang ada gambar grafik f(x), untuk formating grafik,

8) Lakukan formating grafik sehingga diperoleh gambar yang bagus, menurut si pembuat.
Misalnya seperti tampilan di bawah ini.

43
II.4. Fungsi Komposisi
Jika f : X → Y , fungsi dari himpunan X ke Y, dan g : Y → Z , fungsi dari himpunan Y
ke Z, yang merelasikan elemen-elemen dari range fungsi f, dengan elemen himpunan Z.
Maka fungsi h : X → Z disebut fungsi komposisi dari f dengan g, ditulis
h = f o g atau h = f(g)

f ff f g
fog

X Y Z
Gambar II.10
Diagram fungsi komposisi

Sebagai contoh, jika


f:X→Y
x → y = x2
dan
g:Y→Z
y → z = Sin y
maka
fog : X → Z
x → z = Sin x2

Sajian tersebut jika dalam persamaan eksplisit adalah :


Y = X2
Z = Sin X 2
Z = Sin Y

44
II.4. Operasi Pada Fungsi
Karena nilai dari fungsi real adalah bilangan real, maka himpunan dari fungsi real yang
tidak kosong, yang di dalamnya dilibatkan operator perkalian dan perjumlahan, merupakan
sebuah sistem bilangan real. Sehingga jika dimiliki dua buah fungsi atau lebih, dengan
domain dan kodomain yang sama, maka dapat dilakukan proses perkalian, perjumlahan, atau
kombinasi keduanya, beserta operasi kawannya. Domain dan kodomain fungsi hasil operasi
adalah irisan dari domain dan range fungsi komponennya.
Perhatikan ilustrasi di bawah ini.

B
A f(x)

f(x)*g(x)
M N

g(x)
V X Y
W

Gambar II.11
Konsepsi Operasi Fungsi

Jika f(x), fungsi dari himpunan A ke himpunan B ; dan g(x), fungsi dari himpunan V ke
himpunan W ; maka operasi f(x) dengan g(x) yang disajikan oleh f(x)*g(x), adalah fungsi
dari himpunan M = A∩V ke himpunan N = B∪W.
Sebagai contoh, jika
f(x) = x2 , domain = {−∞ < x < ∞} , kodomain = {x 0}
g(x) = Sin x , domain = {−π x π} , kodomain = {−1 x 1}
dan dilakukan operasi fungsi, H(x) = f(x) + g(x) dan I(x) = f(x).g(x), yang jika digambarkan
grafiknya dengan Mathcad, hasilnya seperti di bawah ini

45
f(x) = x2
4
g(x) = Sin x
H(x) = f(x) + g(x)
I(x) = f(x).g(x)
f ( x)

g( x) Pada gambar tersurat, untuk


H( x) 3.14 0 3.14 fungsi H(x) dengan I(x),
I( x) domain = {−π x π}
kodomain = {−∞ < x < ∞}.

II.5. Beberapa Bentuk Fungsi


II.5.1. Fungsi Linear
Fungsi linear (atau fungsi pangkat satu) jika disajikan dalam persamaan eksplisit
bentuknya :
Y = aX + b
dan dalam persamaan implisit bentuknya :
aX + bY + c = 0
Domain, kodomain, dan range dari fungsi linear adalah himpunan bilangan real, dan fungsi
ini merupakan fungsi satu-satu pada, dengan fungsi inversnya
1 b
Y= X−
a a
Fungsi linear biasa juga disebut persamaan garis, karena grafiknya merupakan garis
lurus.

46
φ sudut antara grafik
Y fungsi dengan
sumbu-X, diukur
Y = aX + b dari sumbu-X
berlawanan arah
gerak jarum jam

(0,b) titik potong


(0,b)
φ grafik fungsi
X
dengan sumbu-Y

Gambar II.12
Grafik fungsi linear

Pada persamaan eksplisit, Y = aX + b, jika φ sudut antara sumbu-X dengan grafik fungsi,
maka
a = Tg φ
dinamakan Koefisien Arah atau Gradient. Sedangkan φ disebut Sudut Arah.
Dalam persamaan implisit,
aX + bY + c = 0
a
koefisien arah grafik fungsi sama dengan − , dan koordinat titik potong grafik dengan
b
c
sumbu-Y : 0,− .
b
Cara menggambarkan grafik fungsi linear ada dua cara, yaitu berdasarkan
1) dua titik yang dilalui grafik
2) nilai koefisien arah dan sebuah titik yang dilalui grafik.
Contoh soal 1.
Gambarkan grafik fungsi Y = 2X − 3 !
Jawab :
1. Jika berdasarkan dua titik yang dilalui grafik, maka ambil dua nilai sembarang dari X
dan hitung nilai Y sesuai dengan persamaan fungsinya, misalnya :

X −2 1
Y 2(−2) – 3 = −7 2(1) – 3 = −1

47
Y
-2 1
X

-1 (1 , -1)

(2 , -7) -7

2. Jika berdasarkan nilai koefisien arah dan sebuah titik yang dilalui grafik, maka
1) gambarkan garis arah dengan sudut arah φ, yang nilai koefisien arahnya 2,
Tg φ = 2.
2) tentukan sebuah titik yang dilalui grafik, dan untuk kemudahan ambil titik
potong grafik dengan sumbu-Y, (0 , -3),
3) gambarkan garis yang sejajar garis arah dan melalui titik potong tersebut

Y
garis arah

φ
1 X

(0 , -3)

48
Berdasarkan cara menggambarkan grafiknya, membangun persamaan fungsi linear,
dapat dilakukan berdasarkan
1. dua titik yang dilalui grafik
2. nilai koefisien arah dan sebuah titik yang dilalui grafik.
Persamaan fungsi linear jika melalui titik (x0 , y0) dan (x1 , y1) adalah
Y − y0 X − x0
=
y1 − y 0 x1 − x 0
Jika disajikan dalam persamaan eksplisit, bentuknya menjadi
y1 − y 0 y − y0 y − y0 y x − y 0 x 0 y 0 x1 − y 0 x 0
Y= X− 1 x0 + y0 = 1 X− 1 0 +
x1 − x 0 x1 − x 0 x1 − x 0 x1 − x 0 x1 − x 0
y1 − y 0 y x − y 0 x1
= X− 1 0
x1 − x 0 x1 − x 0
Sedangkan persamaannya jika nilai koefisien arah, a dan melalui titik (x0 , y0) adalah,
Y – y0 = a(X – x0)
Yang jika disajikan dalam persamaan eksplisit, bentuknya
Y = aX – ax0 +y0 = aX – (ax0 – y0)
Contoh soal 2.
Tentukan persamaan fungsi linear, jika grafiknya
a. melalui titik-titik (-1 , 2) dan (2 , -3)
b. memiliki koefisien arah –2 dan melalui titik (2 , 3)
Jawab :
Y − ( 2) X − ( −1) Y − 2 X +1
a. = = (3)(Y – 2) = (−5)(X + 1)
( −3) − ( 2) ( 2) − ( −1) −5 3

Y – 6 = −5X – 5 5X + 3Y – 6 + 5 = 0
5X + 3Y – 1 = 0 (persamaan eksplisit)
5 1
Y=− X− (persamaan implisit)
3 3
b. Y – (3) = (2)(X - 2) Y = 2X – 4 + 3
Y = 2X – 1 (persamaam implisit)
2X − Y − 1 = 0 (persamaan eksplisit)

49
II.5.1.1. Sudut antara dua grafik
Salah satu segi yang dapat diturunkan dari koefisien arah grafik fungsi linear, adalah
sudut antara dua grafik seperti di bawah ini.
Y
g : Y=aX + b

l : Y= mX + n
ϕ

ϕ1 ϕ2
X

Gambar II.13
ϕ sudut antara g dan l (0≤ ϕ ≤ ½π)

Pada Gambar II.13.


ϕ1 sudut arah l Tg ϕ1 = m
ϕ2 sudut arah g Tg ϕ2 = a
ϕ = ϕ2 − ϕ1
Sin (ϕ 2 − ϕ1 ) Sinϕ 2 Cosϕ1 − Cosϕ 2 Sinϕ1
Tg ϕ = Tg (ϕ2 − ϕ1) = =
Cos(ϕ 2 − ϕ1 ) Cosϕ 2 Cosϕ1 + Sinϕ 2 Sinϕ1

Sinϕ 2 Cosϕ1 Cosϕ 2Sinϕ1 Sinϕ 2 Sinϕ1


− −
Cosϕ 2 Cosϕ1 Cosϕ 2 Cosϕ1 Cosϕ 2 Cosϕ1 Tgϕ 2 − Tgϕ1
= = =
Cosϕ 2 Cosϕ1 Sinϕ 2Sinϕ1 Sinϕ 2 Sinϕ1 1 + Tgϕ 2 Tgϕ1
+ 1+
Cosϕ 2 Cosϕ1 Cosϕ 2 Cosϕ1 Cosϕ 2 Cosϕ1

a−m
=
1 + am

Karena sudut antara dua grafik yang digunakan adalah sudut lancip, 0 ≤ ϕ ≤ ½π, yang
berarti Tg ϕ 0. Sedangkan dari formulasi kesamaan dimungkinkan Tg ϕ ≤ 0, maka pada

50
formulasi kesamaan, ruas kanan harus disajikan dalam harga mutlak. Sehingga jika ϕ sudut
antara dua grafik fungsi linear, g : Y=aX + b dengan l : Y= mX + n,
maka
a-m
Tg ϕ =
1 + am

II.5.1.2. Dua grafik fungsi linear


Dari konsepsi sudut antara dua grafik fungsi linear, maka dapat disimpulkan bahwa
antara dua grafik fungsi linear hanya satu dari dua hal di bawah ini yang berlaku, yaitu
1) Sejajar.
Dua grafik fungsi linear akan sejajar jika koefisien arah keduanya sama, a = m.
2) Berpotongan, yang dibedakan atas
a) berpotongan tegak lurus.
Dua grafik fungsi linear akan berpotongan tegak lurus jika hasil kali koefisien
arahnya sama dengan –1, a.m = −1.
b) berpotongan biasa.
Untuk menentukan titik potong dua grafik dapat dilakukan dengan mempersamakan
kedua persamaan fungsinya.
Jika diketahui dua grafik fungsi linear, Y = aX + b dan Y = nX + m , maka koordinat
titik potongnya dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :
Y = aX + b
aX + b = mX + n aX – mX = n – b (a – m)X = n – b
Y = nX + m

n−b
X=
a−m
n−b
dari persamaan Y = aX + b Y= a +b
a−m
a ( n − b) b(a − m ) an − bm
Y= + =
a−m a−m a−m
sehingga koordinat titik potongnya.
n − b an − bm
,
a−m a−m

51
Y Y Y

X X X

sejajar berpotongan berpotongan tegak lurus

Gambar II.14
Kemungkinan dua grafik fungsi linear

Contoh soal 3.
Tentukan persamaan fungsi linear yang grafiknya berpotongan tegak lurus dengan grafik
fungsi
Y = −2 X + 3
dan melalui titik potong grafik fungsi
Y = 2X + 3 dengan Y = −3X − 2 !
Jawab :
Jika a koefisien arah grafik yang tegak lurus grafik Y = −2X + 3 , maka (a)(−2) = −1
1
a=
2
Koordinat titik potong grafik Y = 2X + 3 dengan Y = −3X – 2 :
Y = 2X + 3
2X + 3 = −3X – 2 2X + 3X = −2 – 3 5X = −5 X = −1
Y = −3X − 2

X =1
Y = 2(−1) + 3 = 1 koordinat titik potongnya : (−1 , 1),
Y = 2X + 3

Sehingga persamaan fungsi linear yang dicari, adalah fungsi yang grafiknya melalui titik
1
(−1 , 1) dengan koefisien arah , yaitu :
2
1 1 1 1 1
Y – (1) = (X – (−1) Y= X+ +1 Y= X+1 .
2 2 2 2 2

52
Persamaan fungsi jika disajikan dalam 10.78

persamaan implisit, maka diperoeh hasil


1 1 f ( x)
Y= X+1 2Y = X + 3
2 2 g( x)

h ( x) 10 0 10
X – 2Y + 3 = 0 i ( x)

Jika grafik fungsi-fungsi tersebut digambarkan


dengan menggunakan program Mathcad pada i(x)
domain {−10 ≤ x ≤ 10}, maka hasilnya seperti di 10.78

g(x) x f(x)
samping ini. h(x)
Dengan fungsi-fungsi yang ditetapkan :
Gambar posisi grafik fungsi linier yang
f(x) : Y = −2X + 3 , g(x) : Y = 2X + 3 , ditetapkan dengan yang dicari
h(x) : Y = −3x – 2 ,
1 1
dan fungsi yang dicari : i(x) : Y = X+1 .
2 2

II.5.2. Fungsi Kuadrat


Persamaan fungsi kuadrat, atau biasa juga disebut persamaan parabola tegak, adalah :
Y = aX2 + bX + c , a ≠ 0 .
Selanjutnya perhatikan proses aljabar di bawah ini :
b Y−c
Y = aX 2 + bX + c aX 2 + bX = Y − c X2 + X=
a a
2 2 2
b b b Y−c b Y − c b2
X2 + X+ − = X+ = + 2
a 2a 2a a 2a a 4a

b ( 4a )(Y − c) + b 2 1 b
X+ =± X=± 4aY − 4ac + b 2 −
2a 4a 2 2a 2a

Karena 4aY − 4ac + b2 akan bernilai real jika 4aY − 4ac + b 2 ≥ 0 , atau

b 2 − 4ac b 2 − 4ac
Y≥− , jika a > 0 , dan Y ≤ − , jika a < 0 .
4a 4a
Maka range fungsi kuadrat adalah,
b 2 − 4ac b 2 − 4ac
Y ={y≥− } , jika a < 0 atau Y = { y ≤ − } , jika a > 0.
4a 4a

53
b ( 4a )(Y − c) + b 2 ( 4a )(Y − c) + b 2
Dari hubungan X + =± , karena ≥ 0,
2a 4a 2 4a 2
maka

b ( 4a )(Y − c) + b 2 b b
X+ = , jika X + ≥ 0 atau X ≥ −
2a 4a 2 2a 2a

b ( 4a )(Y − c) + b 2 b b
X+ =− , jika X + ≤ 0 atau X ≤ −
2a 4a 2 2a 2a
Hal ini menyimpulkan bahwa, fungsi kuadrat merupakan fungsi satu-satu pada, jika
b b
domainnya X = { x ≥ − } atau X = { x ≤ − }.
2a 2a
Dalam domain tersebut, fungsi inversnya
1 b b
Y= 4aX − (b 2 − 4ac) − , jika X > −
2a 2a 2a
1 b b
Y=− 4aX − (b 2 − 4ac) − , jika X < −
2a 2a 2a
Sehingga jika domainnya − ∞ < X < ∞ maka fungsi kuadrat bukan fungsi satu-satu pada,
tetapi hanya merupakan fungsi ke dalam.
b
Dari uraian tersebut, garis dengan persamaan X = − , dinamakan Sumbu Simetris,
2a
b 2 − 4ac
dan nilai Y = − , adalah nilai ekstrim fungsi. Nilai ekstrim ini, merupakan nilai
4a
minimum jika a > 0, dan nilai maksimum jika a < 0.
Untuk menggambarkan fungsi kuadrat secara “manual” diperlukan komponen-
komponen :
b
1. Sumbu simetris, yaitu garis dengan persamaan X = − .
2a
b b 2 − 4ac
2. Titik ekstrim, yaitu titik dengan koordinat − ,−
2a 4a

3. Titik potong dengan sumbu-sumbu koordinat,


1) dengan sumbu-Y : X = 0 Y=c koordinat titik potongnya (0 , c)
2) dengan sumbu-X : Y = 0 aX2 + bX + c = 0

54
Persamaan kuadrat aX2 + bX + c = 0 akan memiliki jawab riil, jika b2 – 4ac ≥ 0,
sehingga grafik fungsi kuadrat akan
a) memotong sumbu-X, jika b2 – 4ac > 0,
b) menyinggung sumbu-X jika b2 – 4ac = 0.
4. Titik-titik yang dilalui grafik,
Untuk ini buat tabel pasangan harga X dengan Y.
Contoh soal 4.
Gambarkan grafik fungsi Y = −2X2 + X +1 !
Jawab :
1 1
1) Sumbu simetrinya : X = − = .
2( − 2 ) 4
2) Titik ekstrimnya :
Koefisien kuadratnya, a = −2 < 0, jadi titik ekstrim merupakan titik maksimum.

1 (1)2 − 4( −2)(1) 1 9
Koordinatnya : ,− = ,
4 4( − 2 ) 4 8

3) Koordinat titik potong dengan :


a) sumbu-Y : (0 , 1)
b) sumbu-X :
Diskriman fungsi D = (1)2 – 4(-2)(1) = 9 > 0, jadi grafik memotong sumbu-X.
Koordinat titik potongnya
Y=0
−2X2 + X + 1 = 0 (2X + 1)(−X + 1) = 0
Y = −2 X 2 + X + 1

1
2X + 1 = 0 X=−
2
− X +1 = 0 X =1

1
Koordinat titik-titik potongnya : ( − , 0) dan (1,0)
2

55
4) Koordinat titik-titik lain yang dilalui grafik :
Ambil nilai X sembarang yang belum ada, dan sepihak terhadap sumbu simetri.
1 1 1
Pada contoh ini sumbu simetrinya X = , jadi yang diambil nilai X < atau X > .
4 4 4
1
Jika diambil X < , maka bangun tabel seperti di bawah ini
4
X Y Koordinat titik
−1 −2(−1)2 + (−1) + 1 = −2 (−1 , −2)
1 1 1 1
−1 −2(−1 )2 + (−1 ) + 1 = −5 (−1 , −5)
2 2 2 2
dst.

Sehingga bentuk grafiknya seperti di bawah ini

Y
1 9
,
4 8

1
(- ,0) (1,0) X
2 X

(-1,-2)

1
1 X=
(−1 ,-5) 4
2 15

Grafik fungsi kuadrat 10

f(x) : Y = −2X2 + X +1 5

jika digambarkan dengan program Mathcad pada f ( x)


10 5 0 5 10

domain X = {−10 x 10}, hasilnya seperti di 5

disamping ini. 10

15

Grafik fungsi kuadrat Y = −2X2 + X +1


jika digambarkan dengan Mathcad

56
Kemungkinan grafik fungsi kuadrat jika ditelaah berdasarkan sumbu-X, disajikan pada
Gambar II.15 di bawah ini.
a>0 a<0
20
10

10

f ( x) f(x)
D>0 10 0 10

10 0 10

10 10

x
x

Grafik memotong sumbu-X dan terbuka ke Grafik memotong sumbu-X dan terbuka ke
atas bawah
10 10

f ( x) f(x)
10 0 10 10 0 10
D=0

10
10

x x

Grafik menyinggung sumbu-X dan terbuka Grafik menyinggung sumbu-X dan terbuka
ke atas ke bawah
10 10

f ( x) f ( x)
D<0 10 0 10 10 0 10

10 10

x x

Grafik tidak memotong sumbu-X dan Grafik tidak memotong sumbu-X dan
terbuka ke atas terbuka ke bawah

Gambar II.15
Kemungkinan posisi grafik fungsi kuadrat
terhadap Sumbu-X
57
II.5.2.1. Grafik fungsi kuadrat dengan fungsi linear
Jika dimiliki sebuah grafik fungsi kuadrat dengan sebuah grafik fungsi linear, maka
hanya satu dari tiga kemungkinan di bawah ini yang terjadi, yaitu
a) tidak berpotongan
b) berpotongan
c) bersinggungan
Y = aX + b
aX + b = cX2 + dX + e cX2 + (d – a)X + (e – b) = 0
Y = cX + dX + e
2

Diskriminan bentuk kuadrat cX2 + (d – a)X + (e – b) : D = (d – a)2 – 4(c)(e – b)


Ada tiga kemungkinan untuk D
a) D < 0 grafik fungsi linear dengan fungsi kuadrat tidak berpotongan
b) D = 0 grafik fungsi linear menyinggung grafik fungsi kuadrat
c) D > 0 grafik fungsi linear memotong grafik fungsi kuadrat
10.2 8.05

5.1 4.03
f ( x) f ( x)

g( x) 10 5 0 5 10 h ( x) 10 5 0 5 10

5.1
4.03

8.05
10.2

x x

Grafik fungsi linear dengan fungsi kuadrat Grafik fungsi linear menyinggung grafik
tidak berpotongan fungsi kuadrat
8.05

4.03
f( x)

i( x) 10 5 0 5 10
4.03

8.05

Grafik fungsi linear memotong grafik fungsi


kuadrat

Gambar II.16
Kemungkinan grafik fungsi linear
dengan fungsi kuadrat
58
Contoh soal 5
Tentukan
a) persamaan garis singgung pada parabola Y = 2X2 – 3X +1 di titik (1 , 0)
b) hubungan a dan b pada persamaan parabola Y = aX2 + bX – 1, agar grafiknya memotong
grafik fungsi linear Y = 2X – 3
Jawab
a) Jika dimisalkan persamaan garis singungnya Y = aX + b, maka
1) melalui titik (1, 0) 0 = a(1) + b a = −b Y = −bX + b
2) menyinggung parabola Y = 2X2 – 3X +1
Y = − bX + b
−bX + b = 2X2 – 3X +1 2X2 + (b– 3)X +(1−b) = 0
Y = 2X − 3X + 1
2

diskriminan bentuk kuadrat 2X2 + (b– 3)X +(1-b) :


D = (b– 3)2 – 4(2)(1-b) = b2 – 6b + 9 – 8 + 8b = b2 + 2b + 1 = (b + 1)2
Karena yang ditentukan menyinggung, maka D harus disama-dengankan 0, D = 0,
atau b = −1
Sehingga persamaan garis singgunggnya, Y = −(−1)X + (−1) = X – 1

Y = 2X − 3
b) 2X – 3 = aX2 + bX – 1 aX2 + (b+2)X + 2 = 0
Y = aX + bX − 1
2

diskriminan bentuk kuadrat aX2 + (b+2)X + 2 : D = (b+2)2 – 4(a)(2) = b2 + 4b + 4 – 8a


Karena yang ditentukan berpotongan, maka D harus lebih besar dari 0, D > 0, atau
b2 + 4b + 4 – 8a > 0 (b + 2)2 – 8a > 0 {(b+2) − 8a }{(b+2) + 8a } > 0
Hal ini berarti, hubungan a dengan b
1) (b+2) − 8a > 0 b> 8a − 2

(b+2) + 8a > 0 b > − 8a − 2


atau
2) (b+2) − 8a < 0 b< 8a − 2

(b+2) + 8a < 0 b < − 8a − 2

59
II.5.3. Fungsi Pangkat
Bentuk umum dari fungsi pangkat adalah Y = aX , dengan a > 0 bilangan real.
Dalam hal a = e , yaitu bilangan irasional yang nilainya e = 3,141592654…, bentuk Y = eX
dinamakan fungsi eksponensial. Grafik dari fungsi pangkat seperti pada Gambar II.15.

Y=aX , a > 1
Y

(0,1)
Y=aX , 0< a < 1

X
Gambar II.17
Grafik fungsi pangkat
10
Misal grafik fungsi
X
X 1
f(x) : Y = 4 dan g(x) : Y =
4 g(x) f(x)
f ( x)
jika digambarkan dengan program
g( x) 10 0 10
Mathcad dalam domain
X = {−10 < x < 10},
maka hasilnya seperti di samping ini :
Domain fungsi pangkat adalah 10

X = {−∞ < x <∞} x

dan rangenya 1
X
X
Grafik fungsi f(x) : Y = 4 dan g(x) : Y =
Y = {y > 0}. 4
jika digambarkan dengan Mathcad
Fungsi ini merupakan fungsi satu-satu pada,
dengan fungsi inversinya : Y = alog Y.
Sifat perpangkatan
1
1
1. X = a a
X , X−a =
Xa
Xa
2. Xa+b = Xa x Xb , Xa-b = Xa X-b =
Xb
3. (xa)b = Xab
60
II.4.4. Fungsi Logaritma
Bentuk umum dari fungsi logaritma adalah Y = alog X dengan a > 0, bilangan real.
Dalam hal a = 10, 10log X ditulis log X, dan dinamakan Logaritma Biasa. Jika a = e , yaitu
bilangan irasional, e = 3,141592654… , maka elog X ditulis ln X, dan dinamakan
Logaritma Natural.
Y

Y=alog X , a > 1

(1,0) X

Y=alog X , 0 < a < 1

Gambar II.18
Grafik fungsi logaritma 5

Misal grafik fungsi f ( x)


f(x)
1 g( x) 0 5 10
f(x) : Y = 4log X dengan g(x) : Y = 4 log x
g(x)
jika digambarkan dengan program Mathcad
dalam domain X = {0 < x < 10}, hasilnya 5

seperti di samping ini. x

Domain dari fungsi logaritma adalah,


1
X = {x > 0}, dan rangenya, Y = {−∞ < y < ∞}. Grafik fungsi f(x) : Y = 4log X dan g(x) : Y = 4
log x
Sifat logaritma :
a X a
1. log XY = alog X + alog Y , a
log = log X − a log Y
Y
a
log Y
2. X
log Y = a
log X
a
3. log Xb = b alog X

61
II.4.5. Fungsi siklometri (fungsi goniometri , fungsi trigonometri)
Perhatikan gambar di bawah ini

r
y

ϕ
x

dan perbandingan-perbandingan sisi-sisi dari segi-tiga siku-sikunya. Berdasarkan hal-hal


tersebut didefinisikan
y r
= Sinus ϕ = Sin ϕ ⇔ = Cosecan ϕ = Cosec ϕ
r y

x r
= Cosinus ϕ = Cos ϕ ⇔ = Secan ϕ = Sec ϕ
r x
x y
= Tangens ϕ = Tg ϕ ⇔ = Cotangens ϕ = Ctg ϕ
y x
Formulasi perbandingan tersebut dinamakan perbandingan goniometri (trigonometri).
Dari perbandingan goniometri tersebut diperoleh hubungan-hubungan sebagai berikut
1) –1 ≤ Sin ϕ≤ 1 , –1 ≤ Cos ϕ≤ 1
2) Sin (900 − ϕ) = Cos ϕ , Cos (900 − ϕ) = Sin ϕ , Tg (900 − ϕ) = Ctg ϕ
1 1 Sin ϕ 1
3) Cosec ϕ = , Sec ϕ = , Tg ϕ = , Cotg ϕ =
Sin ϕ Cos ϕ Cos ϕ Tg ϕ

4) Sin2ϕ + Cos2ϕ = 1 , Tg2ϕ − Sec2ϕ = 1 , Ctg2ϕ − Cosec2ϕ = 1


Fungsi Y = Sin X dan Y = Cos X, merupakan fungsi dasar dari fungsi goniometri, sebab
fungsi-fungsi goniometri yang lainnya dapat diturunkan dari keduanya. Range dari fungsi
ini adalah Y = {–1 ≤ y ≤ 1}.

62
Grafik fungsi
10
f(x) : Y = Sin X dan g(x) : Y = Cos X
digambarkan dengan Mathcad dalam
5
domain X = {−10 < x < 10}, hasilnya
f ( x)
seperti di samping ini.
g( x) 10 5 0 5 10
Domain fungsi Y = Sin X adalah
X = {kπ < x < (k + 2)π} , 5

k=0,1,2,...
atau 10

x
X = {−kπ < x < (−k − 2)π} ,
k=0,1,2,... Gambar II.19
Grafik fungsi siklometri :
Domain fungsi Y = Sin X adalah f(x) = Sin x , g(x) = Cos x
X = {kπ < x < (k + 2)π} , k = 0 , 1 , 2 , . . .
atau X = {−kπ < x < (−k − 2)π} , k = 0 , 1 , 2 , . . .
1 1
Dan domain fungsi Y = Cos X adalah X = {(k + )π < X < (k + 2 )π} , k = 0 , 1 , 2 , . . .
2 2
1 1
atau X = (−k + )π < X < (−k − 1 )π , k = 0 , 1 , 2 , . . . Sehingga pada domain tersebut
2 2
fungsi memiliki fungsi invers. Fungsi invers untuk Y = Sin X, adalah Y = Arc Sin X.
Sedangkan untuk Y = Cos X, adalah Y = Arc Cos X..
Fungsi goniometri yang lainnya, 10

Sin x
1. Y = Tg X = .
Cos x 5

Fungsi ini terdefinisikan jika Cos ≠ 0, f ( x)

g( x) 10 5 0 5 10
1 1 1
atau jika X ≠ π,±1 π,±2 π,....
2 2 2 5

1 Cos x
2. Y = Ctg X = =
Tg x Sin x 10

x
Fungsi ini terdefinisikan jika Sin X ≠ 0
Gambar II.20
atau jika X ≠ 0 , ± π , ± 2π , . . . Grafik fungsi siklometri
f(x) : Y = Tg X ; g(x) : Y = Ctg X

63
Grafik fungsi f(x) : Y = Tg X dan g(x) : Y = Ctg X, jika digambarkan dengan Mathcad
dalam domain X = {−10 < x < 10}, hasilnya seperti pada Gambar II.20.
Fungsi Y = Tg X memiliki range Y = {−∞ < y < ∞}, dan merupakan fungsi satu-satu
pada, dalam domain
1 1
X = {(−k + )π < x < (−k + 1 )π} , k = 0 , 1 , 2 , . . . ,
2 2
atau
1 1
X = {(−k − )π < x < (−k + )π} , k = 0 , 1 , 2 , . . .
2 2
dengan fungsi inversnya Y = Arc Tg X.
Sedangkan fungsi Y = Ctg X memiliki range yang sama dengan Y = Tg X, yaitu
Y = {−∞ < y < ∞},
dan merupakan fungsi satu-satu pada, dalam domain
X = {kπ < X < (k + 1)π} , k = 0 , 1 , 2 , . . .
atau
X = {−(k + 1)π < X < −kπ} , k = 0 , 1 , 2 , . . .
dengan fungsi inversnya
Y = Arc Ctg X.
1
3. Y = Sec X = 10
Cos X
Fungsi ini terdefinisikan jika Cos X ≠ 0,
5
1 1 1
atau jika X ≠ π , ±1 π , ±2 π , . . .,
2 2 2 f( x)

g( x) 10 5 0 5 10
1
4. Y = Cosex X =
Sin X
5
Fungsi ini terdefinisikan jika Sin X ≠ 0,
atau jika X ≠ 0, ± π , ±2π, . . . . 10
Grafik fungsi f(x) : Y = Cosec X x
dan g(x) : Y = Sec X jika digambarkan
Gambar II.21
dengan Mathcad dalam domain X = {−10 < x < 10}, Grafik fungsi siklometri
g(x) : Y = Sec X ; f(x) : Y = Cosec X
hasilnya seperti pada Gambar II.21.

64
Range fungsi Y = Sec X adalah Y = {1 ≤ y < ∞ } atau Y = { − ∞ < y ≤ −1}, dan
merupakan fungsi satu-satu pada, dalam domain,
X = {(k + ½)π < x < (k + 1½)π} , k = 0 , 1 , 2 , . . .
atau
X(-k - ½)π < X < (-k + ½)π , k = 0 , 1 , 2 , . . .
dengan fungsi inversnya
Y = Arc Sec X.
Sedangkan fungsi Y = Cosec X, rangenya juga sama yaitu Y = {1 ≤ y < ∞ } atau
Y = { − ∞ < y ≤ −1}, dan merupakan fungsi satu-satu pada, dalam domain
X = {kπ < x < (k + 1)π , k = 0 , 1 , 2 , . . .
atau
X = {−(k + 1)π < x < −kπ} , k = 0 , 1 , 2 , . . .
dengan fungsi inversnya
Y = Arc Cosec X.
Karena grafik dari fungsi goniometri merupakan lengkungan yang memiliki ciri
(karakteristik, characteristic) periodik (membentuk bangun yang berulang), maka fungsi
goniometri biasa juga dinamakan fungsi siklometri.

II.5.6. Fungsi Pecahan


Bentuk fungsi pecahan sangat banyak formulasinya, tetapi yang sering digunakan
adalah bentuk-bentuk
ax + b
1) Y= , cx + d 0 untuk setiap nilai x.
cx + d
ax + b
2) Y= , cx2 + dx + e 0 untuk setiap nilai x.
cx + dx + e
2

ax 2 + bx + c
3) Y= , dx2 + ex + f 0 untuk setiap nilai x.
dx + ex + f
2

Pada fungsi pecahan dideskripsikan sumbu (garis) asimtut (asimptot), yaitu garis yang
akan dipotong grafik fungsi di titik tak berhingga, sehingga grafik fungsi dengan sumbu
asimtut hampir berimpit mulai nilai x tertentu. Untuk fungsi-fungsi pecahan seperti yang
disajikan tersebut, sumbu asimtutnya dua jenis, yaitu asimtut datar dan asimtut tegak.
65
ax + b
1) Untuk fungsi Y =
cx + d
Asimtut tegaknya :
d
Y → ∞ ⇔ cx + d → 0 x= −
c
Asimtut datarnya :
ax b
+
ax + b a
x → ∞ ⇔ Y = Lim = Lim x x =
x → ∞ cx + d x → ∞ cx d c
+
x x
ax + b
2) Untuk fungsi Y =
cx + dx + e
2

Asimtut tegaknya :
Y → ∞ ⇔ cx2 + dx + e → 0 , D = d2 – 4ce 0
dua buah , jika D > 0
Sehingga asimtut tegaknya : satu buah , jika D = 0
tidak ada , jika D < 0

Nilai persamaan asimtut tegaknya, merupakan jawab dari persamaan cx2 + dx + e = 0 .


Asimtut datarnya :
ax b
+ 2
ax + b x 2
x
x → ∞ ⇔ Y = Lim 2 = Lim 2 =0
x → ∞ cx + dx + e x → ∞ cx dx e
+ +
x2 x2 x2
ax 2 + bx + c
3) Untuk fungsi Y = 2
dx + ex + f
Asimtut tegaknya :
Y → ∞ ⇔ dx2 + ex + f → 0 ⇔ D = e2 – 4df 0
dua buah , jika D > 0
Sehingga asimtut tegaknya : satu buah , jika D = 0
tidak ada , jika D < 0

Nilai persamaan asimtut tegaknya, merupakan jawab dari persamaan dx2 + ex + f = 0 .

66
Asimtut datarnya :
ax 2 bx c
+ 2 + 2
ax + bx + c
2 2
x =a
x → ∞ ⇔ Y = Lim 2 = Lim 2 xx
x → ∞ dx + ex + f x → ∞ dx ex f d
2
+ 2 + 2
x x x
Perhatikan fungsi-fungsi di bawah ini :
2x − 3
1) f(x) =
− 5x + 7
7 7 0.5
asimtut tegaknya : x = − = , dan
−5 5
2 2
asimtut datarnya : y = =− . 0.13
−5 5 f(x)
2) g(x) =
2x − 3 5 2.5 0 2.5 5
− 5x 2 + 7 x − 9 gx
() 0.25
dan
h(x)
2 x 2 − 3x + 5
h(x) = 0.63
− 5x 2 + 7 x − 9
Diskriminan fungsi penyebut :
D = (7)2 – 4(−5)(−7) < 0. 1
Jadi g(x) dan h(x) tidak memiliki asimtut tegak.
Gambar II.22
Asimtut datar untuk : Gafik fungsi
2x − 3
g(x) : y = 0 (sumbu-X) f(x) : Y =
− 5x + 7
2 2 2x − 3
h(x) : y = =− g(x) : Y =
−5 5 − 5x 2 + 7 x − 9
Jika digambarkan dengan program Mathcad pada domain 2 x 2 − 3x + 5
h(x) : Y =
{−5 ≤ x ≤ 5}, grafik ketiga fungsi tersebut seperti pada − 5x 2 + 7 x − 9
Gambar II.22.

67
II.6. Fungsi Irisan Kerucut
Sebuah kerucut jika diiris, maka bidang irisannya akan membangun suatu bangun ilmu
ukur, sesuai dengan cara pengirisannya.
1) Jika diiris sejajar bidang alas maka akan diperoleh bangun lingkaran, dan
2) Jika diiris miring dengan tidak mengiris bagian alas maka akan diperoleh bangun ellips,
sedangkan
3) Jika diiris miring dan mengiris bagian alas, dengan kemiringan kurang dari 430, maka
akan diperoleh bangun hiperbola, sedangkan jika kemiringannya lebih dari 450,
diperoleh parabola.
Bangun-bangun tersebut dapat didefinisikan
secara matematis dan dibangun persamaan
fungsinya. Persamaan fungsi irisan kerucut
selalu disajikan dalam bentuk implisit,
elips
sehingga jika akan digambarkan dengan
menggunakan kemasan program Mathcad, parabola
harus diubah dulu menjadi bentuk eksplisit. lingkaran

hiperbola
II.6.1. Lingkaran
Definisi matematisnya. Lingkaran adalah Bangun-bangun irisan kerucut

tempat kedudukan titik yang berjarak sama terhadap sebuah titik tertentu, yang dinamakan
pusat lingkaran (dinotasikan oleh P), sedangakn jarak yang sama dinamakan jari-jari
lingkaran (dinotasikan oleh r).
Y

r
b P (a,b)

a X

Gambar II.23
Lingkaran dengan pusat P
dan jari-jari r

68
Persamaan lingkaran dengan pusat (a , b) dan jari-jari r > 0 , adalah
(X – a)2 + (Y – b)2 = r2.
Jika persamaan dijabarkan sebagai berikut,
X2 − 2aX + a2 + Y2 − 2bY + b2 = r2
X2 + Y2 − 2aX − 2bY + a2 + b2 – r2 = 0
dan ditulis
A = −2a ,
B = −2b ,
C = a2 + b2 – r2
maka persamaan lingkaran dapat disajikan oleh
X2 + Y2 + AX + BY + C = 0
dengan koordinat pusatnya,
1 1
P = (− A , − B)
2 2
dan jari-jarinya,

1 2 1 2
r= a + b −c.
4 4
Contoh soal 6.
Tentukan persamaan lingkaran yang berjari-jari 5 satuan, melalui titik (0 , 0) dan pusatnya
terletak pada garis X + Y = 1 ! 7.69
Jawab :
Misalkan persamaan lingkarannya : 3.84

(X – a)2 + (Y – b)2 = (5)2


Lingkaran melalui titik (0 , 0) : 10 5 0 5 10

(0 – a)2 + (0 – b)2 = 25 a2 + b2 = 25 (1)


3.84
Titik pusat (a,b) terletak pada garis X + Y = 1
a+b=1 a=1–b (2) 7.69

x
Grafik lingkaran (X + 3)2 + (Y – 4)2 = 25
dan garis X + Y = 1

69
Subtitusikan (2) ke (1) :
(1 – b)2 + b2 = 25 1 – 2b + b2 + b2 = 25 2b2 –2b +1 – 25 = 0 2b2 –2b – 24 = 0
b2 –b – 12 = 0 (b – 4)(b + 3) = 0 b = 4 dan b = −3.
Dan subtitusikan
b = 4 ke (2) a = 1 – 4 = −3 ,
b = −3 ke (2) a = 1 – (−3) = 4.
Jadi persamaan lingkaran yang dicari adalah,
(X – (−3))2 + (Y – (4))2 = 25 (X + 3)2 + (Y – 4)2 = 25
atau
(X – (4))2 + (Y – (-3))2 = 25 (X − 4)2 + (Y + 3)2 = 25
Contoh soal 7.
Tentukan persamaan lingkaran singgung segitiga, yang sisi-sisinya berupa garis dengan
persamaan : 4X + 3Y = 24 , 3X – 4Y = 18 , 4X – 3Y = -32 !
Jawab :
Untuk menyelesaikan soal ini gunakan deskripsi jarak sebuah titik pada sebuah garis.
Definisi
Jarak titik T = (x0 , y0) ke garis aX + bY + c = 0 sama dengan

ax 0 + by 0 + c
d=
a 2 + b2
Jika dimisalkan pusat lingkarannya P = (a , b)
17.15
dan jari-jarinya r , maka jarak P ke garis
1) 4X + 3Y = 24 4X + 3Y – 24 = 0
8.58

4a + 3b − 24 4a + 3b − 24
= =r
4 2 + 32 5
20 12.5 5 2.5 10
2) 3X – 4Y = 18 3X – 4Y – 18 = 0
8.58
3a − 4b − 18 3a − 4b − 18
= =r
3 + ( − 4)
2 2 5
17.15

Grafik lingkaran singgung (X + 1)2 + (Y – 1)2 = 25

70
3) 4X – 3Y = −32 4X – 3Y + 32 = 0

4a − 3b + 32 4a − 3b + 32
= =r
4 2 + (−3) 2 5

Hal ini berarti


5r = 4a + 3b − 24 = 3a − 4b − 18 = 4a − 3b + 32
untuk
5r = 4a+3b−24 25r2 = (4a+3b−24)2 = 16a2 + 9b2 + 576 + 24ab − 192a − 144b (1)
5r = 3a−4b−18 25r2 = (3a−4b−18)2 = 9a2 + 16b2 + 324 − 24ab − 108a + 14 (2)
5r = 4a-3b+32 25r2 = (4a-3b+32)2 = 16a2 + 9b2 + 1024 − 24ab + 256a − 196b (3)
Jika diselesaikan, sistem persamaan (1), (2), dan (3) memiliki jawab :
a = −1 , b = 1 , r = 5 ,
sehingga persamaan lingkaran singgung yang dicari adalah :
(X – (−1))2 + (Y – (1))2 = (5)2
(X + 1)2 + (Y – 1)2 = 25

II.6.2.. Ellips
Ellips adalah tempat kedudukan titik-titik yang jumlah jarak terhadap dua titik tertentu,
yang dinamakan titik fokus, selalu tetap. Titik tengah garis hubung titik fokus dinamakan
titik pusat.
Y C

A • F1 •P • F2 B

D X

Gambar II.24
Ellips dengan titik fokus F1 dan F2, titik pusat P

Segmen garis AB dinamakan sumbu panjang, sedangkan segmen garis CD dinamakan


sumbu pendek. P titik tengah sumbu panjang dan sumbu pendek, dengan sumbu panjang
dan sumbu pendek berpotongan tegak lurus di P.
71
Ellips dengan sumbu panjang sejajar sumbu X dinamakan ellips datar, sedangkan jika
sejajar sumbu Y dinamakan ellips tegak. Jika sumbu panjang sama dengan 2a, dan sumbu
pendek sama dengan 2b, a > b, dan koordinat P = (x0 , y0), maka koordinat fokus-fokus
ellips datar sama dengan
F1 = (x0−c , y0) dan F2 = (x0+c , y0),
dan ellips tegak sama dengan
F1 = (x0 , y0−c) dan F2 = (x0 , y0+c),
dengan c < a, b2 = a2 – c2.
Persamaan ellips datar dengan pusat P = (x0 , y0), sumbu panjang 2a, dan sumbu pendek
2b, sama dengan
(X − x 0 )2 (Y − y 0 )2
+ =1
a2 b2
sedangkan persamaan ellips tegak sama dengan
(X − x 0 )2 (Y − y 0 )2
+ =1
b2 a2
Seperti halnya lingkaran, persamaan ellips dapat disajikan dalam bentuk kuadratik
AX2 + BY2 – 2CX – 2DY + E = 0
Contoh soal 8.
Tentukan koordinat titik pusat, sumbu panjang, dan 9.95

sumbu pendek dari ellips dengan persamaan


16X2 + 9Y2 + 64X – 72Y + 64 = 0 ! 4.98
Jawab :
16X2 + 9Y2 + 64X – 72Y + 64 = −64 f(x)

16(X2 + 4X) + 9(Y2 – 8Y) = −64 g( x) 10 6.25 2.5 1.25 5

16(X2 + 4x + 4 – 4) + 9(Y2 – 8Y + 16 – 16) = −64


4.98
16{(X + 2)2 – 4} + 9{(Y – 4)2 – 16} = −64
16(X + 2)2 – 64 + 9(Y – 4)2 – 144 = −64
16(X + 2)2 + 9(Y – 4)2 = -64 + 64 + 144 9.95

16(X + )2 + 9(Y – 4)2 = 144


Gambar elips
(X+ 2)2 + (Y− 4)2 =1
9 16

72
Jika kedua ruas dibagi 144, maka diperoleh persamaan

(X + 2)2 + (Y − 4)2 =1
9 16
yang merupakan persamaan dari ellips dengan pusat P = (−2 , 4), sumbu panjang sama
dengan 2(√16) = 8, dan sumbu pendek sama dengan 2(√9) = 6.

II.6.3. Hiperbola
Hiperbola adalah tempat kedudukan titik-titik yang selisih jarak terhadap dua titik
tertentu, yang dinamakan titik fokus, selalu tetap. Pada hiperbola didefinisikan garis
asimtut, yaitu garis yang akan memotong grafik di titik tak berhingga. Banyaknya asimtut
dua buah yang saling berpotongan, dan titik potongnya dinamakan pusat hiperbola. Jika
asimtut-asimtut berpotongan tegak lurus, maka hiperbola dinamakan hipebola tegak atau
hiperbola ortogonal. Terhadap asimtutnya grafik hiperbola selalu merupakan dua pasang
yang berkawanan. b
Y = X
a
Y

b
Y = − X
a

Gambar II.25
Hiperbola dengan titik pusat O = (0 , 0),
asimtut Y = b X dengan Y = − b X
a a

73
b b
Persamaan hiperbola dengan pusat (0 , 0) dan asimtut Y = X dengan Y = − X
a a
adalah
X2 Y2
− 2 =1
a2 b
dengan koordinat titik fokusnya
F1 = (−c , 0) dan F2 = (c , 0).

Sedangkan hiperbola kawannya, memiliki persamaan


X2 Y2
− 2 = −1
a2 b
dengan koordinat titik fokusnya
F3 = (0 , −c) dan F4 = (0 , c).
Jika pusat parabola ditranslasikan dari O = (0 , 0) ke P = (x0 , y0), maka persamaan
asimtutnya menjadi
b
Y − y0 = (X − x 0 ) dan Y − y 0 = − b (X − x 0 ) .
a a
Persamaan parabolanya menjadi
(X − x 0 )2 (Y − y 0 )2
− =1 .
a2 b2
Koordinat titik fokusnya menjadi
F1 = (x0-c , y0) dengan F2 = (x0+c , y0)
dan persamaan parabola kawannya
(X − x 0 )2 (Y − y 0 )2
− = −1
a2 b2
dengan koordinat titik fokusnya
F1 = (x0 , y0−c) dan F2 = (x0 , y0+c).
Nilai-nilai a, b, dan c, memenuhi hubungan a2 = c2 – b2 dan 0 < b < c.

74
Seperti halnya pada lingkaran dan ellips, hiperbola juga bisa disajikan dalam
persamaan kuadratik
AX2 – BY2 – 2CX + 2DY + E = 0.
Contoh 9
11.64
Tentukan koordinat titik pusat, titik-titik fokus, dan
persamaan asimtut-asimtutnya dari hiperbola
9X2 – 4Y2 –36X + 24Y – 36 = 0. f(x) 5.82
Jawab : gx
()
Jika bentuk kuadratik tersebut disajikan dalam
h(x)
bentuk kuadrat sempurna, maka diperoleh hasil 10 5 0 5 10
i(x)
9X2 – 4Y2 –36X + 24Y – 36 = 0
5.82
(9X2 – 36X) – (4Y2 – 24Y) = 36
9(X2 – 4X) – 4(Y2 – 6Y) = 36
9(X2 – 4X + 4 – 4) – 4(Y2 – 6Y + 9 – 9) = 36 11.64
9(X – 2)2 – 36 – 4(Y – 3)2 + 36 = 36 (X − 2)2 − (Y − 3)2 =1
Gambar hiperbola x
2 2
9(X – 2) – 4(Y – 3) = 36. 4 9

Jika kedua ruas dibagi dengan 36, maka diperoleh persamaan

(X − 2)2 − (Y − 3)2 =1
4 9
Dari bentuk kuadrat sempurna ini, nilai-nilai : a = 2 , b = 3 , dan c = 4 + 9 = √13, sehingga
koordinat titik pusat hiperbola : (2 , 3),
koordinat titik fokus : F1 = (2+ 13 , 3) dan F2 = (2- 13 , 3),
3 1
persamaan asimtutnya : Y − 3 = (X − 2) Y=1 X , dan
2 2
3 1
Y −3=− (X − 2) Y = −1 X+6
2 2

II.7. Fungsi Genap, Fungsi Ganjil


Fungsi y = f(x) dinamakan fungsi genap jika dipenuhi hubungan f(−x) = f(x), dan
dinamakan fungsi ganjil, jika hubungan yang dipenuhi, f(−x) = −f(x). Dalam hal lain
dinamakan bukan fungsi genap atau fungsi ganjil.
75
Sebagai contoh,
8.42
x 3 + 3x
1. y = , fungsi ganjil,
x 4 − 3x 2 + 4
sebab 4.21

x 3 + 3x f( x)
f(x) =
x 4 − 3x 2 + 4 g( x)
10 5 0 5 10
h( x)
(− x ) 3 + 3(− x )
f(−x) =
(− x ) 4 − 3(− x ) 2 + 4
4.21

− x 3 − 3x
=
x 4 − 3x 2 + 4 8.42
x + 3x
3
=− = − f(x) x
x − 3x 2 + 4
4

x 3 + 3x
x 2 Grafik fungsi f(x) : Y = ;
2. y= , fungsi genap, x 4 − 3x 2 + 4
1+ x4 x2 2
g(x) : Y = ; h(x) : Y =
sebab 1+ x 4
x −1
x2
f(x) =
1+ x4
(− x ) 2 x2
f(−x) = = = f(x)
1 + (− x ) 4 1+ x4

2
3. y = , bukan fungsi genap atau fungsi ganjil, sebab
x −1
2
f(x) =
x −1
2 2
f(−x) = = f(x) : bukan fungsi genap
(− x ) − 1 − x −1
2
=− − f(x) : bukan fungsi ganjil
x +1

f(x) = Sin x , g(x) = Cos x Dari deskripsi tersebut tersurat, fungsi genap merupakan
fungsi yang grafiknya simetris terhadap sumbu-Y, sedangkan fungsi ganjil grafiknya
simetris terhadap titik pangkal, O = (0 , 0). Sehingga jika grafik fungsi tidak simetris
terhadap titik O maupun sumbu-Y, maka fungsi tersebut bukan fungsi genap maupun fungsi
76
ganjil. Hal ini dapat ditelaah pada gambar grafik fungsi di atas, yang digambarkan dengan
menggunakan program Mathcad, dalam domain X = {−10 ≤ x ≤ 10}. Pada gambar terlihat,
f(x) simetris terhadap titik O = (0 , 0), dan g(x) simetris terhadap sumbu-Y, sedangkan h(x)
tidak simetris terhadap titik O maupun sumbu-Y.

SOAL-SOAL UNTUK LATIHAN


1. Relasi dari himpunan X ke Y, dengan elemen-elemen dan bentuk relasinya seperti di
bawah ini, manakah yang merupakan fungsi ? Sajikan alasan saudara mengemukakan
hal tersebut !
a) X = {−5 , −4 , −3 , −2 , −1, 0 , 1 , 2 , 3 , 4 , 5} ; Y = {0 , 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 , 9}
Relasinya : x ∈X → y ∈ Y : y = x2
b) X = {0,1,4,9,16,25,36} ; Y = {−6,−5,−4,−3,−2,−1,0,1,2,3,4,5,6}

Relasinya : x ∈X → y ∈ Y : y = x
c) X = {wanita} ; Y = {laki-laki}
Relasinya : x ∈X → y ∈ Y : pernikahan
d) X = {pengunjung di pusat perbelanjaan} ; Y = {pembeli di pusat perbelanjaan}
Relasinya : x ∈X → y ∈ Y : transaksi pembelian
e) X = {bilangan irasional} ; Y = {bilangan rasional}
Relasinya : x ∈X → y ∈ Y : perpangkatan
2. Fungsi-fungsi di bawah ini, mana yang merupakan fungsi pada, fungsi ke dalam, fungsi
satu-satu pada, fungsi satu-satu ke dalam ? Sajikan alasan saudara mengemukakan hal
itu !
a) Y = X , jika X = {bilangan riel} ; Y = {bilangan riel}

b) Y = X , jika X = { x : bilangan prima , x ≤ 17} ; Y = {bilangan riel}


X,X ≥ 0
c) Y = ; X = Y = {bilangan riel}
-X,X < 0
d) Y = [[ X ]] , bilangan bulat yang lebih kecil sama dengan X ; X = Y = {bilangan
bulat}
X −1
e) Y = ; X = Y = {bilangan riel}
X +1

77
3. Tentukan domain dari fungsi-fungsi di bawah ini
2 x 2 − 3x − 1
(a) Y = ln (Sin X) (b) Y = e2x – 3 (c) Y = (d) Y = (x – 1)Sin(2x – 1)
Sin ( x − 1)

x −1 2 x 2 − 3x − 1 Tg ( x − 1)
(e) Y = (f) Y = (g) Y = (h) Y = log(2x2–3x)
Sin ( x − 1) x 2 − 2x + 1 x −1
4. Tentukan fog(x), jika
(a) f(x) = Sin(x+1) ; g(x) = 2x2 – x – 3 (b) f(x) = x + 1 ; g(x) = Tg(x2 + 2x – 1)
(c) f(x) = 2x – 3 ; g(x) = log (3x – 1) (d) f(x) = Sin(x + 1) ; g(x) = ln(x – 1)
3x − 1 2 x 2 − 3x x −1
(e) f(x) = x – 3 ; g(x) = (f) f(x) = ; g(x) = log
2x + 1 2x + 1 x +1
x −1
5. Jika f(x) = 2 x − 3 dan g(x) = , maka tentukan
x + x +1
2

f
(a) (f + g)(x) (b) (f – g)(x) (c) (x) (d) (f.g)(x) (e) fog(x)
g
6. Tentukan persamaan dan gambar grafik fungsi linier yang
a) grafiknya sejajar grafik fungsi 2x – 3y +1 = 0, dan melalui titik potong grafik fungsi
y = 2x – 3 dengan x + y – 1 = 0
b) melalui titik (−2 , 3) dan memotong tegak lurus grafik fungsi 3x – 2 – 6 = 0
c) melalui titik potong grafik fungsi 2x – 3x + 6 = 0 dengan x + y + 1 = 0, dan titik
potong grafik fungsi y = 2x – 3 dengan y = 3x + 2
d) membangun sebuah segitiga dengan titik-titik sudutnya (−2 , −3) ; (2 , 3) ; (−3 , 5)
e) melalui titik (2 , 3) dan grafiknya tegak lurus grafik fungsi 6 – 2y – x = 0
7. Tentukan persamaan dan gambarkan grafik fungsi kuadrat, yang
a) sumbu simetrisny x = −2 dan titik maksimumnya (3 , 5)
b) melalui titik-titik (2 , 3) ; (5 , −3) ; dan (−4 , −7)
c) titik minimumnya (−3 , −5) dan memotong sumbu-X di (−6 , 0)
d) menyinggung grafik fungsi 2x – 3y + 6 = 0 dengan titik ekstrimnya (3 , 5)
e) tidak memotong sumbu-X, memiliki sumbu simetris x = 3, menyinggung grafik
fungsi y = 4, dengan salah satu titik pada grafiknya berjarak 3 dari sumbu simetris.

78
8. Untuk fungsi-fungsi di bawah ini, mana yang merupakan fungsi ganjil, fungsi genap,
atau fungsi yang bukan fungsi ganjil maupun fungsi genap ?
2 x 2 − 3x + 6 2x − 3
(a) y = (b) y = (c) y = x3 – 2x2 + x + 3
x 2 − 2x + 1 2 x − 3x + 1
2

2x − 3
(d) y = (e) y = (2x2 – 3x +1)log(2x – 1) (f) y = 3x2 – 2xe-2x+1
Sin (2x − 3)
9. Sebuah pabrik dapat menghasilkan antara 0 sampai 100 unit barang perhari, dengan
overhead cost harian $ 2.200, dan ongkos produksi untuk setiap unit barang $ 152.
Sajikan persamaan fungsi biaya
(a) untuk total produksi x unit barang (b) rata-rata perunit barang
Untuk kedua fungsi tersebut, tentukan domainnya !
10. Sebuah penyewaan mobil menetapkan charge harian $ 24, dan ongkos $ 0.40 per km.
a) Tentukan biaya penyewaan dalam satu hari, jika digunakan sejauh x km.
b) Jika sebuah mobil disewa untuk satu hari dengan biaya $ 120, maka berapa jauh
jarak yang harus ditempuh ?

11. Jika fungsi biaya untuk membuat x buah barang sama dengan 400 + 5 2x 2 − 3 dolar,
dengan harga jual perunitnya $ 6, maka tentukan fungsi pendapatannya !
12. Apakah
a) jumlah dua fungsi ganjil, merupakan fungsi ganjil ?
b) jumlah dua fungsi genap, merupakan fungsi genap ?
c) perkalian dua fungsi ganjil, merupakan fungsi ganjil ?
d) perkalian dua fungsi genap, merupakan fungsi genap ?
e) perkalian sebuah fungsi ganjil dengan fungsi genap, merupakan fungsi ganjil ?
Sajikan alasan saudara untuk mengemukakan hal tersebut !
13. Jika domain fungsi y = f(x) selain memiliki nilai x, juga nilai −x, maka selidiki apakah
pernyataan-pernyataan di bawah salah atau benar ?
Sajikan alasan saudara mengemukakan hal tersebut !
a) f(x) – f(−x) adalah fungsi ganjil.
b) f(x) + f(−x) adalah fungsi genap.
c) f(x) selalu dapat disajikan sebagai perjumlahan fungsi genap dengan fungsi ganjil.

79
14. Pesawat udara A terbang mengarah ke utara dengan kecepatan 400 km/jam, dan setelah
mengudara satu jam, pesawat udara B terbang mengarah ke timur dengan kecepatan
300 km/jam. Dengan mengabaikan lengkungan bumi dan ketinggian pesawat dari
permukaan laut, maka sajikan fungsi jarak antara kedua pesawat tersebut, jika diukur
sejak pesawat A terbang.
15. Segitiga apakah yang akan diperoleh, jika sisi-sinya merupakan segmen grafik fungsi
linier Y = −2X + 3, Y = 2X – 5, dengan Y = −5X – 3 ?
16. Fungsi genap dan fungsi ganjil termasuk dalam kelompok fungsi mana ? Fungsi pada,
fungsi ke dalam, fungsi satu-satu pada, atau fungsi satu-satu ke dalam ? Sajikan alasan
saudara untuk mengemukakan hal itu !
17. Tentukan fungsi komponen dari fungsi komposisi di bawah ini.
2x − 3 Tg ( x − 1)
(a) Y = log 2x 2 − 3 (b) Y = Tg (c) Y = ln
2 x − 3x + 1
2
x −1
2x − 3
ln
3x + 2 x −1
(d) Y = (e) Y = 3x2 – 2xe-2x+1 (f) Y = Sec
2 x 2 − 3x + 1 x +1

18. Jika f(x) = 2x 2 − 3 dan g(x) = x2 – 1, maka tentukan domain untuk fungsi h(x) =

f g
(a) (f + g)(x) (b) (x) (c) (f.g)(x) (d) fog(x) (e) gof(x) (f) (x)
g f
19. Sebuah pelat seng berukuran 24 x 32 meter, akan dibuat kotak persegi (panjang, lebar,
dan tinggi sama) tanpa tutup. Jika V(x) menyatakan fungsi volume kotak, maka
tentukan
(a) persamaan untuk V(x) (b) domain dari V(x)
20. Untuk fungsi-fungsi siklometri, fungsi mana yang merupakan fungsi genap, dan yang
mana yang merupakan fungsi ganjil ?
Sajikan telaahan saudara !

80
BAB III
LIMIT DAN KEKONTINUAN FUNGSI

Salah satu segi dalam fungsi real adalah nilai pendekatan (limit) dan kekontinuan
fungsi. Kekontiuan fungsi merupakan implementasi langsung dari perhitungan limit.
Perhitungan limit banyak digunakan dalam analisis statistika, matematika dan ilmu-ilmu
terapan.
Definisi
Limit dari fungsi y = f(x) sama dengan b, jika x menuju nilai a, ditulis :
Lim f ( x ) = b
X →a

artinya, untuk setiap bilangan yang cukup kecil, ε > 0 , (ε : dibaca epsilon) selalu ada
bilangan yang cukup kecil lainnya, δ > 0 , (δ : dibaca delta), sedemikian rupa sehingga
f(x) – b < ε , jikax – a < δ.
Dari deskripsi ini, nilai f(x) hanya mendekati b, artinya, nilai f(x) tidak pernah sama
dengan b, jika x mendekati a.

f(a)

a X

Gambar III.1
Gambaran ilmu ukur Lim f ( x )
X→a

81
Ilustrasi :
x −1
Tunjukan bahwa Lim =0
X →1 x +1
Jawab
x −1 x −1 x −1
Ambil ε > 0, sehingga −0 = = < ε. Karena x + 1 > 0, maka
x +1 x +1 x +1

x − 1 < εx + 1. Dalam hal ini, jika ε merupakan bilangan yang cukup kecil, maka
εx + 1 = δ > 0 juga akan merupakan bilangan yang cukup kecil. Sehingga untuk setiap
ε > 0 ada δ = εx + 1 > 0, sedemikian rupa sehingga
x −1 x −1
−0 = < ε, jika x − 1 < δ.
x +1 x +1
x −1
Hal ini menyatakan bahwa Lim = 0, benar.
X →1 x +1
Menghitung nilai limit dengan menggunakan definisi tidaklah mudah. Sehingga
diperlukan sebuah metode praktis untuk menghitungnya. Berikut ini disajikan bagaimana
menghitung limit fungsi dan segi-segi yang dapat ditelaah pada perhitungan limit fungsi.

III.1. Cara menghitung nilai limit


Jika dimiliki persoalan sebagai berikut :
Berapakah Lim f ( x ) ?
X→a

maka cara menghitungnya :


1. Subtitusikan x = a ke f(x), sehingga diperoleh nilai f(a).
2. Selidiki apakah nilai f(a) bukan nilai tak-tentu ?
0 0 ∞ ∞
Yang termasuk nilai tak-tentu adalah bentuk-bentuk : ∞.∞ , ∞.0 , , , , .
0 ∞ 0 ∞
3. Jika f(a) bukan nilai tak tentu, maka f(a) adalah nilai limit yang dicari. Sedangkan jika
nilai tak-tentu, maka bentuk f(x) harus diubah melalui sebuah proses aljabar, sehingga
jika disubtitusikan nilai x = a diperoleh nilai yang bukan nilai tak tentu.

82
Contoh 1
x2 −1
Hitunglah Lim f ( ) !
x →1 x +1
Jawab :
x 2 −1 (1) 2 − 1 0
Jika disubtitusikan x = 1 ke f (x ) = ( ) maka diperoleh nilai f (1) = = = 0,
x +1 (1) + 1 1

x 2 −1
yang bukan nilai tak tentu. Sehingga Lim f ( ) = 0.
x →1 x +1

Contoh 2
x2 −1
Hitunglah Lim f ( ) !
x →1 x −1
Jawab :
x 2 −1 (1) 2 − 1 0
Jika disubtitusikan x = 1 ke f (x ) = ( ) maka diperoleh nilai f (1) = = , yang
x −1 (1) − 1 0
merupakan sebuah nilai tak tentu.
x 2 − 1 (x − 1)(x + 1)
Sehingga bentuk fungsi harus diubah menjadi, f (x ) = = = x + 1 , yang
x −1 x −1
jika disubtitusikan x = 1 ke f(x) = x + 1 akan diperoleh nilai f(1) = (1) + 1 = 2. Sehingga
x 2 −1
Lim f ( ) = 2.
x →1 x −1
f (x)
Khusus untuk menghitung limit fungsi pecahan Lim , g(x) 0 untuk setiap nilai x,
x →∞ g(x )
dengan f(x) dan g(x) merupakan fungsi polinom. Caranya sebagai berikut.
1. bagi kedua fungsi tersebut oleh x yang berpangkat paling tinggi,
2. subtitusikan x = ∞ ke fungsi hasil bagi.

83
Contoh 3
2 x 2 − 3x − 3
a) Hitunglah Lim
x →∞ 3x 2 + 2 x − 4
Jawab :
Bagi pembilang dan penyebut oleh x2,
2 x 2 3x 3 3 3 3 3
− 2 − 2 2− − 2 2− − 2
2 x − 3x − 3
2 2
x x = ∞ ∞ = 2−0−0 = 2
Lim 2 = Lim x 2 x x = Lim
x → ∞ 3x + 2 x − 4 x → ∞ 3x 2x 4 x → ∞ 2 4 2 4 3+ 0−0 3
+ 2 − 2 3+ − 2 3+ − 2
x 2
x x x x ∞ ∞

− 2 x 2 + 3x + 1
b) Hitunglah Lim
x →∞ 3x 3 − 2 x 2 − 2 x + 2
Jawab :
Bagi pembilang dan penyebut oleh x3,
x2 x 1 1 1 1
−2
+3 3 + 3 −2 +3 2 + 3
− 2 x + 3x + 1
2 3
x x x
Lim 3 = Lim 3 x 2 x x = Lim
x → ∞ 3x − 2 x 2 − 2 x + 2 x →∞ x x x 2 x →∞ 1 1 2
3 3 −2 3 −2 3 + 3 3− 2 − 2 2 + 3
x x x x x x x
1 1 1
−2 +3 2 − 3
= ∞ ∞ ∞ = − 2 .0 + 3 .0 − 0 = 0 = 0
1 1 2 3 − 2.0 − 2.0 + 0 3
3−2 −2 2 + 3
∞ ∞ ∞

III.2 Dalil Limit


Untuk mempermudah perhitungan limit fungsi, dapat digunakan dalil-dalil tentang limit
di bawah ini.
Sin x x
1. Lim = Lim =1
x →0 x x → 0 Sin x
Bukti
Jika diambil ε > 0, sedemikian rupa sehingga

Sin x Sin x − x Sin x + x 1+ x


−1 = ≤ ≤ <ε
x x x x

84
maka
−1 −1
1 + x < εx (1 − ε)x < −1 x < < =δ>0
1− ε 1− ε

−1
Hal ini menyatakan bahwa, untuk setiap ε > 0 selalu ada δ = sedemikian rupa
1− ε

Sin x Sin x x
sehingga − 1 < ε, jika x < δ. Dengan perkataan lain Lim = Lim =1
x x →0 x x →0 Sin x

benar.

Contoh 4
Hitunglah Lim (2 x − π )Tg x !
1
x→ π
2

Jawab :
Lim (2 x − π )Tg x = Lim (2 x − π ) Lim Tg x = Lim (2 x − π ) Lim Tg x
1 1 1 1 1
x→ π x→ π x→ π x→ π x→ π
2 2 2 2 2

1
= 2 π − π Tg(½π) = 0.∞.
2
Hasilnya merupakan nilai tak tentu, sehingga bentuk fungsi harus diubah menjadi
1
π−x
Cos
Sin x 2
(2x − π)Tg x = 2(x − ½π) = 2(x − ½π)
Cos x 1
Sin π − x )
2

1 1
x− π x− π
2 2
= 2Cos(½π−x) = −2Cos(½π−x)
1 1
Sin − x − π Sin x − π
2 2

85
sehingga
1
x− π
2
Lim (2 x − π )Tg x = Lim (2 x − π )Tg x = = Lim −2Cos(½π−x)
1
x→ π
1
x − π →0
1
x − π →0 1
2 2 2 Sin x − π
2

1
x−
π
1 2
= Lim − 2Cos π−x Lim = = −2Cos(−0).(1) = −2(1)(1) = −2
1
x − π →0 2 1
x − π →0 1
2 2 Sin x − π
2

1
2. Lim(1 + x ) x = e , e bilangan irasional.
x →∞

Bukti
y
1 1
Karena Lim(1 + x ) x = e identik dengan Lim 1 + = e , sehingga jika diambil ε > 0,
x →∞ y →0 y
sedemikian rupa sehingga
y y y
1 y +1 y +1
1+ −e = −e < +e<ε
y y y

maka
y
y +1
0< < ε − e < ε − e = δ
y

y
y i
y y y −1
y +1 ( y + 1) y
i =0 i
δ> = = = yi > y
y yy y y
i=0

Hal ini menyatakan bahwa, untuk setiap ε > 0 selalu ada δ = ε − e, sedemikian rupa
y
1 1
sehingga 1 + − e < ε, y < δ. Dengan perkataaan lain Lim(1 + x ) x = e benar.
y x →∞

y y!
Catatan : = , y! = 1.2.3. . . . y , dengan 0! didefinisikan sama dengan 1.
i ( y − i)!i!

86
Contoh 5
(x −2 ) (x −2 )
x −1 1
a. Lim = Lim 1 +
x →2 x−2 x →2 x−2
1 1
Jika ditulis : y = (x – 2) = , maka : x 2 y → ∞, sehingga
x−2 y
(x −2 )
x −1 1
Lim = Lim(1 + y ) y = e
x →2 x−2 y →∞

Ctg ( x ) Ctg ( x )
Cos( x ) + Sin ( x ) Sin ( x ) 1
b. Lim = Lim 1 + = Lim(1 + Tg ( x ) ) Tg ( x )
x→
π Cos( x ) x→
π Cos( x ) x→
π
2 2 2

π
Jika ditulis : Tg(x) = y, maka x → y → ∞, sehingga
2
Ctg ( x )
Cos( x ) + Sin ( x ) 1
Lim = Lim(1 + y) ) y = e.
x→
π Cos( x ) y →∞
2

3. Lim k = k , k : konstanta.
x →a

Bukti
Karena k − k = 0 < ε, maka selalu ada δ > 0, sedemikian rupa sehingga x − a < δ,
dengan perkataan lain Lim k = k benar.
x →a

Contoh 6
Lim 5 = 5
x → −1

4 Lim f ( x )g ( x ) = Lim f ( x ) Lim g ( x ) , jika hasilnya bukan nilai tak tentu, sedangkan jika
x →a x →a x →a

hasilnya nilai tak tentu maka bentuk f(x)g(x) harus diubah dulu, baru dihitung nilai
limitnya.
Bukti
Jika dimisalkan Lim f ( x ) = u dan Lim g ( x ) = v , maka ada ε1, ε2, dan δ, sedemikian
x →a x →a

rupa sehingga  f ( x ) − u  < ε1,  g ( x ) − v  < ε2, x − a < δ.


87
Karena f(x)g(x) – uv = {f(x) – u}{g(x) – v} + vf(x) + ug(x) – 2uv
= {f(x) – u}{g(x) – v} + v{f(x) – 1} + u{f(x) – 1}
f(x)g(x) – uv = {f(x) – u}{g(x) – v} + v{f(x) – 1} + u{f(x) – 1}
≤ {f(x) – u}{g(x) – v} +  v{f(x) – 1} +  u{f(x) – 1}
< {f(x) – u}{g(x) – v} = {f(x) – u}{g(x) – v} < ε1ε2 = ε,
jika x − a < δ.
Hal ini menyatakan bahwa Lim f ( x )g ( x ) = Lim f ( x ) Lim g ( x ) , benar.
x →a x →a x →a

Contoh 7
a. Lim(x − 2π )Sin (2 x − π) , jika diselesaikan sesuai dalil
x→π

Lim(x − 2π )Sin (2 x − π) = Lim(x − 2π ) Lim Sin (2 x − π)


x→π x →π x →π

( )
= Lim x − Lim π Sin (2π − π ) = (π − 2π )Sinπ = (-π)(0) = 0 (bentuk tentu)
x →π x →π

3x + 5
b. Lim Sin ( x − 2) , jika diselesaikan sesuai dalil
x →2 2x 2 − x − 6
3x + 5 3x + 5
Lim Sin ( x − 2) = Lim 2 Lim Sin ( x − 2)
x →2 2x − x − 6
2 x → 2 2x − x − 6 x →2
3(2) + 5 11
= Sin (2 − 2) = .0 = ∞.0 (bentuk tak tentu)
2( 2) − ( 2) − 6
2
0
Fungsi harus diubah menjadi
3x + 5 3x + 5 3x + 5 Sin ( x − 2)
Sin ( x − 2) = Sin ( x − 2) =
2x − x − 6
2
(2 x + 3)( x − 2) (2 x + 3) ( x − 2)
sehingga
3x + 5 3x + 5 Sin ( x − 2) 3x + 5 Sin ( x − 2)
Lim Sin ( x − 2) = Lim = Lim Lim
x →2 2x − x − 6
2 x →2 2x + 3 ( x − 2) x →2 2x + 3 x → 2 ( x − 2)
3(2) + 5 11
= .1 =
2( 2) + 3 7

88
5 Lim kf ( x ) = k Lim f ( x ) , k : konstanta
x →a x →a

Bukti
Gunakan analogi pembuktian Dalil 4, dengan mengambil g(x) = k.

Contoh 8
( )
Lim − 5 3x 3 − 2 x 2 − x = − 5 Lim 5 3x 3 − 2 x 2 − x
x → −2 x → −2
( )
( x → −2 x → −2
) (
= -5 Lim 3x 2 − Lim 2 x 2 − Lim x = -5 3 Lim x 2 − 2Lim x 2 − Lim x
x → −2 x → −2 x → −2 x → −2
)
= -5{3(-2)3 – 2(-2)2 – (-2)} = -5(-24 – 4 + 2) = 130

f ( x ) Lim f (x)
6 Lim = x →a , jika hasilnya bukan nilai tak tentu, sedangkan jika hasilnya nilai
x →a g ( x ) Lim g ( x )
x →a

fx )
tak tentu maka bentuk harus diubah baru dihitung nilai limitnya.
g( x )
Bukti
fx ) 1
Gunakan analogi Dalil 4, dengan menyajikan = f(x)
g( x ) g( x )

Contoh 9
2 x 2 − 3x − 2
a. Lim , jika dihitung sesuai dalil
x → −1 x 2 + 2 x + 1

2 x 2 − 3x − 2 Lim
x → −1
(
2 x 2 − 3x − 2 )
2(−1) 2 − 3(−1) − 2 3
Lim 2 = = = = ∞ (bentuk tentu)
x → −1 x + 2 x + 1 Lim x + 2 x + 1
2
(
x → −1
)
(−1) + 2(−1) + 1
2
0

x−2
b. Lim Tg ( x − 2) , jika dihitung sesuai dalil
x →2 x − 3x + 2
2

x−2 ( 2) − 2 0 0
Lim Tg ( x − 2) = Tg (2 − 2) = .0 = (bentuk tak tentu)
x →2 x − 3x + 2
2
(2) − 3(2) + 2
2
0 0
Fungsi harus diubah menjadi
x−2 x−2 1
Tg ( x − 2) = Tg ( x − 2) = Tg ( x − 2)
x − 3x + 2
2
( x − 2)( x − 1) ( x − 1)

89
sehingga
x−2 1 1
Lim Tg ( x − 2) = Lim Tg ( x − 2) = Tg (2 − 2) = 1.0 = 0.
x →2 x − 3x + 2
2 x → 2 ( x − 1) (2 − 1)

7. Lim(f ( x ) + g ( x ) ) = Lim f ( x ) + Lim g ( x )


x →a x →a x →a

Bukti
Jika dimisalkan Lim f ( x ) = u dan Lim g ( x ) = v , maka ada ε1, ε2, dan δ, sedemikian
x →a x →a

rupa sehingga  f ( x ) − u  < ε1,  g ( x ) − v  < ε2, x − a < δ.


Karena {f(x) + g(x)} – uv = {f(x) – u} + {g(x) – v} + u + v – uv
{f(x) + g(x)} – uv = {f(x) – u} + {g(x) – v} + u + v – uv
≤ {f(x) – u} + {g(x) – v} +  u + v – uv
< {f(x) – u} + {g(x) – v} < ε1 + ε2 = ε,
jika x − a < δ.
Hal ini menyatakan bahwa Lim(f ( x ) + g ( x ) ) = Lim f ( x ) + Lim g ( x ) , benar.
x →a x →a x →a

Contoh 10
Lim(Sin (2 x − π) + Cos( x − 2π) ) = Lim(Sin (2 x − π) ) + Lim(Cos( x − 2π) )
x →− π x →− π x →− π

= Sin (2(-π) - π) + Cos ((-π) - 2π) = Sin (-3π) + Cos (-π) = 0 + (-1) = -1

III.3. Limit Kiri , Limit Kanan


Untuk menghitung nilai Lim f ( x ) bisa dilakukan secara sepihak terhadap x = a. Artinya
x →a

nilai limit dihitung berdasarkan x < a atau x> a secara berdiri-sendiri. Hal ini dilakukan
terutama jika fungsi f(x) bentuknya terbagi oleh x = a.
Misal fungsi f(x) yang didefinisikan sebagai berikut

x +1
, jika x < −1
x −x−2 2

f (x ) = − 2 , jika x = −1
2 x + 3x + 1
2
, jika x > −1
Tg (x + 1)

90
Untuk menghitung nilai Lim f ( x ) , prosesnya harus dilakukan berdasarkan x < −1 dan
x → −1

x > −1, yang berdiri-sendiri.


x +1
Lim f ( x ) = Lim 2
x < −1→−1 x → −1 x − x − 2
Lim f ( x ) =
x → −1 2 x 2 + 3x + 1
Lim f ( x ) = Lim
x > −1→−1 x →−1 Tg ( x + 1)

Secara matematis pernyataan Lim f ( x ) disajikan oleh Lim− f ( x ) , yang dinamakan limit
x < −1→ −1 x → −1

kiri dari f(x). Sedangkan Lim f ( x ) disajikan oleh Lim+ f ( x ) , yang dinamakan limit
x > −1→ −1 x → −1

kanan dari f(x).

Definisi
Limit kiri dari fungsi y = f(x), jika x menuju a, sama dengan b, ditulis
Lim− f ( x ) = b
X →a

artinya, untuk setiap bilangan yang cukup kecil ε > 0 selalu ada bilangan yang cukup kecil
yang lain δ > 0, sedemikian rupa sehingga f(x) – b < ε jikax – a < δ, untuk x ≤ a.
Sebaliknya
Limit kanan dari fungsi y = f(x) jika x menuju a, sama dengan b, ditulis
Lim f ( x ) = b
X →a +

artinya, untuk setiap bilangan yang cukup kecil ε > 0 selalu ada bilangan yang cukup kecil
yang lain δ > 0, sedemikian rupa sehingga f(x) – b < ε jikax – a < δ, untuk x ≥ a.

Dari deskripsi ini, perhitungan untuk limit kiri dan limit kanan sama dengan perhitungan
untuk limit seperti yang telah dikemukakan. Dalam hal nilai limit kiri sama dengan limit
kanan
Lim− f ( x ) = Lim+ f ( x ) ,
x →a x →a

maka dinamakan nilai limit fungsi ada,


Lim− f ( x ) = Lim+ f ( x ) = Lim f ( x ) .
x →a x →a x→a

91
Contoh 11
Jika diketahui fungsi y = f(x) yang didefinisikan seperti di bawah ini

x +1
, jika x < −1
x −x−2
2

f (x ) = − 2 , jika x = −1
2 x + 3x + 1
2
, jika x > −1
Tg (x + 1)

maka hitunglah Lim f ( x ) !


x → −1

Jawab :
Limit kiri :
x +1 x +1 1
Lim f ( x ) = Lim = Lim = Lim = 1+1 = 2
x → −1−1 x → −1 x −x+2
2 x → −1 (x + 1)(x − 2) x → −1 x +1
Limit kanan

Lim+ f ( x ) = Lim
2 x 2 + 3x + 1
= Lim
(2x + 1)(x + 1) = Lim(2x + 1) Lim x + 1
x → −1 x → −1 Tg (x + 1) ) x → −1 Tg (x + 1) x → −1 x → −1 Tg ( x + 1)

= (2(−1) + 1) Lim
(x + 1) = (−1) Lim (x + 1)Cos(x + 1)
( x +1)→0 Sin (x + 1) x → −1 Sin ( x + 1)
Cos(x + 1)

= − Lim
(x + 1) Lim Cos(x + 1) = (−1)Cos0 = −1
x → −1 Sin ( x + 1) x → −1

karena nilai limit kiri tidak sama dengan limit kanan,


Lim f ( x ) Lim f ( x ) ,
x → −1− x → −1+

maka Lim f ( x ) tidak dapat dihitung (tidak ada nilai limitnya).


x → −1

III.4 Kekontinuan Fungsi


Sebuah fungsi y = f(x) disebut kontinu di titik x = a, jika dipenuhi tiga kondisi sebagai
berikut :
1. nilai y = f(x) di x = a, f(a) ada (terdefinisikan)
2. nilai limit fungsi di x = a, ada, artinya Lim− f ( x ) = Lim+ f ( x ) = Lim f ( x )
x →a x →a x→a

3. Lim f ( x ) = f(a)
x→a

92
Jika salah satu dari kondisi-kondisi tersebut tidak ada, maka dikatakan fungsi tidak kontinu
(diskontinu).
Secara ilmu ukur gambar fungsi tidak kontinu adalah seperti pada Gambar III.1.

Y Y
y = f(x) f(a) •
f(a) • y = f(x)

X X
a a

(a) (b)

y = f(x)

(c)

Gambar III.1
Fungsi-fungsi tidak kontinu (diskontinu) di x = a
(a) : Lim f ( x ) tidak ada
x→a

(b) : Lim f ( x ) ada tetapi Lim f ( x ) ≠ f(a)


x→a x→a
(c) : f(a) tidak ada (tidak didefinisikan)

Pada Gambar III.1 (a) fungsi dikatakan diskontinu loncat, Gambar III.1 (b) diskontinu
dapat dihapus, yaitu jika f(a) didefinisikan sama dengan Lim f ( x ) , dan Gambar III,1 (c)
x→a

diskontinu murni.

93
Contoh 11.
Selidiki apakah fungsi

x2 −1
, jika x < −1
Cos(πx + π )
f (x) = − 2 , jika x = −1 ,
2x + 6 x + 1
2
, jika x > −1
Sin (x + 1)

kontinu di x = −1 ?
Jawab :
Limit kiri

Lim− f ( x ) = Lim
x 2 −1
= Lim
(x − 1)(x + 1) = Lim(x − 1) Lim (x + 1)
x → −1 x → −1 Cos(πx + π) x → −1 − Cosπx x → −1 x → −1 1
− Sin π − πx
2

= ((−1) − 1) Lim
(x + 1) = − 2 Lim
(x + 1)
( x +1)→0 1 ( x +1)→0 1
− Sin − π x − Sinπ x + 1 − 1
2 2

= − 2 Lim
(x + 1)
( x +1)→ 0 1 1
Sinπ(x + 1)Cos1 π − Cosπ(x + 1)Sin1 π
2 2

= − 2 Lim
(x + 1) = 2 Lim
(x + 1) = (2)(1) = 2
( x +1)→0 Sinπ (x + 1).(−1) − Cosπ(x + 1).(0) ( x +1)→ 0 Sinπ(x + 1)

Limit kanan

Lim+ f ( x ) = Lim
2x 2 + 6x + 1
= Lim
(2 x + 4)(x + 1) = Lim(2x + 4) Lim (x + 1)
x → −1 x → −1 Sin (x + 1) x → −1 Sin (x + 1) x → −1 x → −1 Sin (x + 1)

= (2(−1) + 4 ) Lim
(x + 1) = (2)(1) = 2
( x +1)→ 0 Sin (x + 1)

Karena Lim− f ( x ) = Lim+ f ( x ) = Lim f ( x ) = 2 tetapi tidak sama dengan f(−1) = −2 , maka
x → −1 x → −1 x → −1

fungsi tidak kontinu di x = −1.

94
III.5. Menghitung Limit Dengan Mathcad
Jika secara ”manual” perhitungan limit fungsi sulit dilakukan, maka dapat digunakan
program Mathcad untuk menyelesaikannya. Misal menghitung

Lim
(x 2
)
− 1 Tg (x + 1)
.
x → −1 x
Log
x +1

Jika disubtitusikan x = −1 ke fungsi yang dicari nilai limitnya, akan diperoleh bentuk tak
0
tentu . Merubah fungsi tersebut, untuk mendapatkan nilai limit yang bukan bentuk tak
0
tentu, proses aljabarnya tidak sederhana.
Jika dihitung dengan menggunakan program Mathcad, prosesnya sebagai berikut.
1. “Jalankan” program Mathcad 2000, sehingga diperoleh tampilan

95
2. “Tutup” tampilan Resource Centre, sehingga diperoleh tampilan

3. ”Klik” operator limit pada fungsi Calculator (lihat tanda panah), sehingga diperoleh
tampilan seperti di bawah ini. Selanjutnya tulis formulasi limit yang dicari.

Ketik,
(x 2
)
− 1 . tan (x + 1)
Ketik, −1 x
log
x +1

Ketik, x

96
4. ”Klik” tanda → pada fungsi Evaluation . . . (lihat tanda panah)

Pada spreadsheet tersurat,

Lim
(x 2
)
− 1 Tg (x + 1)
=0
x → −1 x
Log
x +1

SOAL-SOAL UNTUK LATIHAN


1. Dengan menggunakan definisi limit, tunjukan bahwa
x −1 1 Tg x x −1
(a) Lim = (b) Lim =1 (c) Lim(x − 1) ln x = 0 (d) Lim =1
x →1 x2 −1 2 x →1 x x →1 x →1 Sin ( x − 1)
x +1 x −1 1
(e) Lim = 2 (f) Lim 2 = 0 (g) Lim x Sin = 1 (h) Lim x = a
x →1 x + x −1
2 x →∞ x − 1 x →∞ x x →a

2. Hitunglah
1
x 3 + x 2 − 8x + 3 x −1 3 Sin ( x − 1) x −1
(a) Lim (b) Lim 2 (c) Lim (d) Lim
x → −2 x 2 + 4x + 4 x →1 x − 1 x →1 x 2 −1 x →∞ x 2 −1
1
−1
x + 2x − 1
2
ln(x − 1) xe x
x2 − x − 2
(e) Lim (f) Lim (g) Lim (h) Lim
x →∞ 3
x3 − x 2 + x −1 x →1 x 2 −1 x →∞ x 2 −1 x → −1 x +1

(i) Lim
Tg x
{(
(j) Lim 1 − Cos 2 x Ctg 2 x ) } (k) Lim (1 − Sin x )
Sec 2 x
x→0 Sin 2x x →0 1
x→ π Sec 2 − 1
2
97
3. Telaah kekontinuan dari fungsi-fingsi di bawah ini

x 4 + 2x 2 − 3 x , jika x < 1
, jika x ≤ 0 x 2 + x −1
(a) f ( x ) = x +1 (b) f ( x ) = x 2
, jika 0 ≤ x ≤ 1 (c) f ( x ) =
x +1 , jika x > 0
3
x +1
2 − x , jika x > 1

x , jika x rasional x2 −1
(d) f (x) = (e) f(x) = x2 – 2x + 5 (f) f ( x ) = Sin
- x , jika x irasional x +1

− 1 , jika x ≤ 0
4. Jika didefiniskan fungsi f ( x ) = ax + b, jika 0 < x < 1 , maka hitunglah nilai a dan b agar
1 , jika x ≥ 1

fungsi kontinu di mana-mana !


5. Gambarkan grafik fungsi y = f(x), yang memiliki ciri : domainnya [0 , 6] ; f(0) = f(2) =
f(4) = f(6) = 2 ; kontinu kecuali di x = 2 ; Lim− f ( x ) = 1 ; Lim+ f ( x ) = 3 .
x →2 x →5

6. Tunjukan bahwa fungsi y = f(x) kontinu di x = c, jika dan hanya jika Lim f ( x + c) = f (c)
x →0

7. Tunjukan bahwa jika fungsi y = f(x) kontinu di x = c dengan f(c) > 0, maka ada selang
nilai (c−δ , c+δ) sedemikian rupa sehingga f(x) > 0 untuk setiap x dalam selang nilai
tersebut.
8. Tunjukan bahwa nilai limit fungsi bersifat tunggal, artinya jika Lim f ( x ) = A dan
x →a

Lim f ( x ) = B , maka A = B
x →a

9. Tunjukan bahwa jika fungsi y = f(x) kontinu pada domain [0 , 1], dengan 0 ≤ f(x) ≤ 1
untuk setiap 0 ≤ x ≤ 1, maka fungsi memiliki titik tetap, yaitu ada nilai x = c, 0 ≤ c ≤ 1,
sedemikian rupa sehingga f(c) = c.
10. Jika y = f(x) fungsi kontinu pada domain [a , b], dan A nilai dengan ciri f(a) ≤ A ≤ f(b),
maka ada c dalam domain tersebut, sedemikian rupa sehingga f(c) = A.
11. Jika Lim g ( x ) = B dan y = f(x) fugsi kontinu di x = B, maka Lim fog ( x ) = f Lim(g ( x )
x →a x →a
( x →a
)
= B. Pernyataan ini identik dengan pernyataan, jika y = g(x) kontinu di x = a dan
y = f(x) kontinu di x = g(a), maka y = fog(x) kontinu di x = a.
Buktikanlah.

98
x 3 , jika x < -1
12. Perhatikan fungsi f ( x ) = x , jika - 1 < x < 1
1 - x , jika x ≥ 1

a) Apakah ada nilai x yang menyebabkan fungsi diskontinu ?


b) Berapakah nilai f(a) agar fungsi kontinu di mana-mana !
13. Perhatikan gambar fungsi y = f(x) di bawah ini
Tentukan nilai limit, nilai fungsi,
Y
atau pernyataan, sehubungan dengan
4
hal-hal berikut
3
2 (a) Lim f ( x ) (b) f(2)
x → −1

1
c) titik-titik di mana fungsi
X
diskontinu loncat, dan diskontinu
-4 -3 -2 -1 1 2 3 4
dapat dihapus
d) sifat fungsi pada domain [−4 , 2]
14. Jika fungsi-fungsi y = f(x), y = g(x), dan y = h(x), memiliki ciri f(x) ≤ g(x) ≤ h(x) untuk
setiap x < c, x = c, x > c. Jika Lim f ( x ) = Lim h ( x ) = A, maka Lim g ( x ) = A.
x →c x →c x →c

Buktikanlah !

99
BAB IV
TURUNAN ( DIFFERENSIASI )

Turunan atau diferensiasi dari sebuah fungsi merupakan hal khusus dari limit fungsi.
Misalkan diketahui fungsi y = f(x). Jika
f (x + h ) − f (x )
Lim
h→0 h
ada dan nilainya berhingga, maka
f (x + h ) − f (x )
Lim = f ′( x ) .
h→0 h
Dalam hal ini f ′( x ) dinamakan turunan (diferensiasi) fungsi y = f(x).

Tanda aksen ( ′ ) pada f ′( x ) dinamakan operator turunan atau diferensiasi. Banyaknya


tanda aksen menyatakan orde atau tingkat dari turunan. Misalnya, f ′( x ) turunan orde
pertama, f ′′(x) turunan orde kedua, dan seterusnya.
df ( x ) dy df ( x ) dy
Pernyataan f ′( x ) dapat juga disajikan oleh atau , f ′( x ) = = .
dx dx dx dx
Dalam hal ini dy dan dx, masing-masing dinamakan diferensial dari y dan x. d dinamakan
operator diferensial. Suatu fungsi yang memiliki turunan dinamakan diferensiabel, dan
jika memiliki turunannya hanya pada beberapa titik pada domainnya, dinamakan
diferensiabel pada beberapa titik. Sedangkan jika pada seluruh domain fungsi dinamakan
diferensiabel di mana-mana.

Contoh 1
Jika f(x) = Sin x maka tentukan f ′( x ) !
Jawab :
f(x) = Sin x
f(x−h) = Sin (x+h)
f(x+h) – f(x) = Sin (x+h) – Sin x = 2Sin ½{(x+h) – x}Cos ½{(x+h) + x}
= 2Sin ½hCos (x +½h)

100
f (x + h) − f (x) 2Sin 12 hCos( x + 12 h ) Sin 12 h
Lim = Lim = Lim Lim Cos( x + 1 2 h )
h →0 h h → 0 h h → 0 1
2h
h →0

= (1)Cos x = Cos x,
f (x + h ) − f (x )
yang merupakan fungsi dengan rangenya, Cos x ≤ 1. Hal ini berarti Lim
h →0 h
ada dan nilainya berhingga. Sehingga jika f(x) = Sin x, maka f ′( x ) = Cos x.

IV.1. Arti turunan


Turunan dari sebuah fungsi adalah fungsi lagi. Sedangkan turunan pada sebuah titik,
x = a, f ′(a ) , adalah koefisen arah garis singgung lengkungan y = f(x) di titik x = a.
Y

y = f(x)

h
f(a+h)
Ψ f(a+h)-f(a)
f(a)
ϕ
X
a a+h
Gambar IV.1
Arti ilmu ukur turunan pada sebuah titik
f ′(a ) = Tg ϕ

f ( a + h ) − f (a )
Perhatikan Gambar IV.1. Berdasarkan goniometri, = Tg Ψ. Sehingga
h
jika h → 0 maka f(a+h) → f(a), dan Ψ → ϕ. Dan berdasarkan konsepsi turunan,
f (a + h ) − f (a )
f ′(a) = Lim
h→0 h

jika nilainya ada dan berhingga.


f (a + h ) − f (a )
Hal ini menyimpulkan bahwa f ′(a) = Lim = Lim Tgψ = Tg ϕ,
h→0 h h→0
merupakan koefisien arah garis singung lengkungan y = f(x) di titik (a , f(a)).

101
Contoh 2.
Tentukan persamaan garis singgung pada lengkungan y = Sin x di titik x = ¼π !
Jawab :
Pada Contoh 1, telah ditunjukan bahwa, jika f(x) = Sin x maka f ′( x ) = Cos x.

Untuk x = ¼π, f ′( 1 4 π) = Cos ¼π = 1


2 2 , dan Sin ¼π = 1
2 2.
Sehingga persamaan garis singgung yang dicari adalah, persamaan garis yang melalui titik
(¼π , 1
2 2 ) dengan koefisien arah 1
2 2 , yaitu

y− 1
2 2 = 1
2 2 (x − ¼π) y= 1
2 2 x – (¼π - 1
2 2)

IV.2. Dalil dasar untuk turunan


Menghitung turunan dengan menggunakan deskripsi turunan seperti yang telah
dikemukan, jelas tidak efisien, walaupun selalu dapat dilakukan. Untuk efisiensi
perhitungan, dapat digunakan dalil-dalil untuk turunan seperti di bawah ini.

Dalil :
1. Jika f(x) = k , k : konstanta , maka f ′( x ) = 0
Bukti
f(x) = k
f(x+h) = k
f(x+h) – f(x) = 0
f (x + h) − f (x) 0
Lim = Lim = 0 = f ′( x )
h →0 h h → 0 h

2. Jika f(x) = g(x) h(x) , maka f ′( x ) = g ′( x ) h(x) + h ′( x ) g(x)


Bukti
f(x) = g(x) h(x)
f(x+w) = g(x+w)h(x+w)

102
f(x+w) – f(x) = g(x+w)h(x+w) – g(x)h(x)
= {g(x+w) – g(x)}h(x) +{h(x+w) – h(x)}g(x) − g(x+w)h(x) − h(x+w)g(x)
+ h(x)g(x) + g(x+w)h(x+w)
= {g(x+w) – g(x)}h(x) +{h(x+w) – h(x)}g(x) + g(x+w){h(x+w) – h(x)}
− g(x){h(x+w) – h(x)}
f (x + w ) − f (x) {g ( x + w ) − g ( x )}h ( x ) {h ( x + w ) − h ( x )}g ( x )
Lim = Lim + Lim
w →0 w w →0 w w →0 w
g ( x + w ){h ( x + w ) − h ( x )} g ( x ){h ( x + w ) − h ( x )}
+ Lim − Lim
w →0 w w →0 w
f (x + w ) − f (x) {g ( x + w ) − g ( x )} {h ( x + w ) − h ( x )}
Lim = Lim Lim h ( x ) + Lim Lim g ( x )
w →0 w w →0 w w →0 w →0 w w →0

{h ( x + w ) − h ( x )}
+ Lim g ( x + w ) Lim
w →0 w →0 w
{h ( x + w ) − h ( x )}
− Lim g ( x ) Lim
w →0 w →0 w
Sehingga jika nilai-nilai limitnya ada dan berhingga, maka
f′(x) = g′(x)h(x) + h′(x)g′(x) + g(x)h′(x) – g(x)h′(x) = g′(x)h(x) + h′(x)g′(x)

3. Jika f(x) = kg(x) , k : konstanta , maka f ′( x ) = k g ′( x )


Bukti
Gunakan analogi pembuktian Dalil 2, dengan membuat h(x) = k

g(x ) g ′( x )h ( x ) − h ′( x )g ( x )
4. Jika f(x) = , h(x) ≠ 0 untuk setiap nilai x , maka f ′( x ) =
h(x) {h ( x )}2
Bukti
1
Gunakan analogi pembuktian Dalil 2, dengan menyajikan f(x) = g(x)
h(x)

103
5. Jika f(x) = g(x) + h(x) , maka f ′( x ) = g ′( x ) + h ′( x )
Bukti
f(x) = g(x) + h(x)
f(x+w) = g(x+w) + h(x+w)
f(x+w) – f(x) = {g(x+w) + h(x+w)} – {g(x) + h(x)}
= {g(x+w) – g(x)} + {h(x+w) – h(x)}
f (x + w ) − f (x) g(x + w ) − g( x ) h (x + w ) − h(x)
Lim = Lim + Lim
w →0 w w →0 w w →0 w
Jika nilai-nilai limitnya ada dan berhingga, maka f′(x) = g′(x) + h′(x)

6. Jika f(x) = goh(x) , fungsi komposisi , maka f ′( x ) = g ′{h ( x )}h ′( x )


Bukti
f(x) = goh(x) = g{h(x)}
f(x+w) = goh(x+w) = g{h(x+w)} =
h(x + w ) − h(x)
f(x+w) – f(x) = g{h(x+w)} – g{h(x)} = [g{h(x) + w} – g{h(x)}]
w
h( x +) − h (x )
[g{h ( x ) + w} − g{h ( x )}]
f (x + w ) − f (x) w
Lim = Lim
w →0 w w →0 w
g{h ( x ) + w} − g{h ( x )} h(x + w ) − h(x)
= Lim Lim
w →0 w w →0 x
Sehingga jika nilai-nilai limitnya ada dan berhingga, maka f′(x) = g′{h(x)}h′(x).

7. Jika f(x) = xn maka f ′( x ) = (n-1) xn-1


Bukti
f(x) = xn
n n
f(x+h) = (x+h)n = x n −i h i
i=0 i
n n n n
f(x+h) – f(x) = x n −i h i -xn = x n −i h i
i=0 i i =1 i

104
n n
x n −i h i
f (x + h) − f (x) i =1 i n
Lim = Lim = Lim (n − 1) x n −1 + x n −i h i −1
h →0 h h →0 h h →0
i=2

= (n−1)xn-1 = f′(x)

8. Jika f(x) =Sin x maka f ′( x ) =Cos x, dan jika f(x) = Cos x maka f ′( x ) = −Sin x
Bukti
Untuk f(x) = Sin x, perhatikan pembuktian Contoh 1, sedangkan untuk f(x) = Cos x,
gunakan analoginya.
f(x) = Cos x
f(x+h) = Cos(x+h)
1 1
f(x+h) – f(x) = Cos(x+h)–Cos x = −2Sin (x+h+x)Sin (x+h−x)
2 2
1 1
= −2Sin(x+ h)Sin h
2 2
1 1 1
− 2Sin ( x + h )Sin h Sin h
f (x + h) − f (x) 2 2 = − Lim Sin ( x + 1 h ) Lim 2
Lim = Lim
h →0 h h →0 h h →0 2 h →0 h
1
= −Sin (x + (0))(1) = −Sin x, yang merupakan fungsi dengan
2
range Sin x ≤ 1.
f (x + h) − f (x)
Hal ini berarti Lim ada dan berhingga, sehingga f′(x) = −Sin x.
h →0 h

9. Jika f(x) = ex , e bilangan irasional maka f ′( x ) = ex , sedangkan jika f(x) = ax , a > 0,

a ≠ e maka f ′( x ) = ax ln(a).
Bukti
f(x) = ex
f(x+h) = ex+h
f(x+h) – f(x) = ex+h – ex = exeh – ex = ex(eh – 1)

105
f (x + h) − f (x) e x (e h − 1) eh −1
Lim = Lim = e x Lim = ex.1 = ex = f′(x).
h →0 h h → 0 h h → 0 h
Untuk f(x) = ax
Karena a > 0, maka ax = ex ln(a) = eg(x) , dengan g(x) = x.ln(a).
Dengan menggunakan Dalil 6 dan 7, maka
f′(x) = (eg(x)}′ = eg(x)g′(x) = ax{x1-1ln(x)} = axln(a)

1 1
10. Jika f(x) = ln x maka f ′( x ) = = x-1, sedangkan jika f(x) = log x maka f ′( x ) = .
x x ln 10
Bukti
f(x) = ln x ⇔ x = ef(x)
Gunakan Dalil 6 dan 7
1
(x)′ = (ef(x))′ x1-1 = ef(x)f′(x) 1 = x f′(x) f′(x) = = x-1
x
ln(x ) 1 1 1 1
f(x) = log x = f′(x) = (ln x)′ = =
ln(10) ln(10) ln(10) x x ln 10

Beberapa contoh perhitungan turunan fungsi.


Contoh 3.
Jika f(x) = 2x2Sin x + 3x2 –2x – 3xCos x , maka tentukan f ′( x ) !
Jawab :
f ′( x ) = (2x2)′Sin x + 2x2(Sin x)′ + (3x2) – (2x) –{(3x)′Cos x + 3x(Cos x)′}
= 2.2x2-1Sin x + 2x2.Cos x + 3.2x2-1 – 2x1-1 – (3x1-1Cos x + 3x.-Sin x)
= 4xSin x + 2x2Cos x + 6x – 2 –3Cos x + 3xSin x

106
Contoh 4.
Jika f(x) = Tg x maka tentukan f ′( x ) !
Jawab :

f ′( x ) =
Sin x
=
(Sin x )′ Cos x − (Cos x )′ Sin x = (Sin x )′ Cos x − (Cos x )′ Sin x
Cos x (Cos x )2 (Cos x )2
Cos x. Cos x - (-Sin x)Sin x Cos 2 x + Sin 2 x 1
= 2
= 2
= 2
= Sec2 x
Cos x Cos x Cos x

Contoh 5.
Jika f(x) = log(2x2 – 3x + 1) maka tentukan f ′( x ) !
Jawab :
Karena
f(x) = log(2x2 – 3x + 1)
merupakan fungsi komposisi f(x) = g(h(x)) dengan
h(x) = 2x2 – 3x + 1 dan g(x) = log(x)
maka

f ′( x ) = g ′(h ( x ))h ′( x ) =
1
(
2 x 2 − 3x + 1 )
(2 x − 3x + 1 ln 10
2
)
4x − 3
=
1
(
2.2 x 2−1 − 3x 1−1 + 0 = )
(
2 x − 3x + 1 ln 10
2
) (
2 x − 3x + 1 ln 10
2
)

Contoh 6.
Jika f(x) = (4x3 – 2x2 + 3x)6Ctg(3x2 – 2x) maka tentukan f ′( x ) !
Jawab :
fungsi ini merupakan perkalian dari dua fungsi komposisi, f(x) = g(h(x)).i(j(x)),
g(h(x)) : h(x) = 4x3 − 2x2 + 3x , g(x) = x6
i(j(x)) : j(x) = 3x2 – 2x , i(x) = Ctg(x)
sehingga

((
f ′( x ) = 4 x 3 − 2 x 2 + 3x ) ) Ctg(3x
6 ′ 2
) (
− 2 x + 4 x 3 − 2 x 2 + 3x ) (Ctg(3x
6 2
− 2x ))′

107

(
= 6 4 x 3 − 2 x 2 + 3x ) (4x
6 −1 3
− 2 x 2 + 3x Ctg 3x 2 − 2 x) ( )
(
+ 4x 3 − 2x 2 + 3 ) Cos(3x
2
− 2x )′
Sin (3x 2
− 2x )
(
= 6 4 x 3 − 2 x 2 + 3x ) (4.3x
5 3−1
− 2.2 x 2−1 + 3x 1−1 Ctg 3x 2 − 2 x ) ( )

′ ′
+ (4 x 3 − 2 x 2 + 3)
(Cos(3x 2
)) ( ) ( (
− 2 x Sin 3x − 2 x − Sin 3x − 2 x Cos 3x − 2 x
2 2
)) ( 2
)
(Sin (3x − 2x )) 2 2

( )(
5
= 6 4 x 3 − 2 x 2 + 3x 12 x 2 − 4 x + 3 Ctg 3x 2 − 2 x ) ( )
+ (4 x 3 − 2 x 2 + 3) ( ( ) ( )
1
− Sin 3x 2 − 2 x (3x 2 − 2 x ) ′Sin 3x 2 − 2 x
(
Sin 3x 2 − 2 x
2
)

( )(
− Cos 3x 2 − 2 x 3x 2 − 2x Cos 3x 2 − 2 x ) ( )
( )(
5
= 6 4 x 3 − 2 x 2 + 3x 12 x 2 − 4 x + 3 Ctg 3x 2 − 2 x ) ( )
+ (4 x 3 − 2 x 2 + 3) ( ( ) ( )
1
− 3.2 x 2 −1 − 2 x 1−1 Sin 2 3x 2 − 2 x
(
Sin 3x 2 − 2x
2
)
( )
− 3.2 x 2 −1 − 2 x 1−1 Cos 2 3x 2 − 2x ( ))
( )(
5
= 6 4 x 3 − 2 x 2 + 3x 12 x 2 − 4 x + 3 Ctg 3x 2 − 2 x ) ( )
+ (4 x 3 − 2 x 2 + 3) (6x − 2)(− Sin 2 (3x 2 − 2x ) − Cos 2 (3x 2 − 2x ))
1
Sin (3x 2 − 2 x )
2

− (6x − 2 )
( )( ) (
= 6 4 x 3 − 2 x 2 + 3x 12 x 2 − 4 x + 3 Ctg 3x 2 − 2 x + (4 x 3 − 2 x 2 + 3)
5
)
Sin 2 (3x 2 − 2 x )

( )(
5
= 6 4 x 3 − 2 x 2 + 3x 12 x 2 − 4 x + 3 Ctg 3x 2 − 2 x ) ( )
( )
− 4x 3 − 2 x 2 + 3 (6x − 2 )Co sec 2 3x 2 − 2x ( )

IV.3. Turunan Fungsi Implisit


Untuk menghitung turunan dari fungsi implisit dapat dilakukan dengan menggunakan
operator diferensial, d, yang prosesnya mengikuti dalil-dalil turunan.

108
Contoh 7.
Tentukan y′ dari 2xy2 – 3x – 4y + x2y = −5
Jawab :
Jika digunakan operator diferensial d pada kedua ruas, maka diperoleh
d(2xy2 – 3x – 4y + x2y) = d(−5)
d(2xy2) – d(3x) – d(4y) + d(x2y) = 0
2{d(x).y2 + x.d(y2)} – 3d(x) – 4d(y) + {d(x2).y + x2.d(y)} = 0
2y2dx +2x.2y2-1dy – 3dx – 4dy + 2x2-1dx.y + x2dy = 0
2y2dx +4xydy – 3dx – 4dy + 2xydx + x2dy = 0,
selanjutnya kumpulkan suku-suku yang memiliki operator dx dengan dy, secara terpisah,
sehingga diperoleh
(2y2dx – 3dx + 2xydx) + (4xydy – 4dy + x2dy) = 0
(2y2 – 3 + 2xy)dx + (4xy – 4 + x2)dy = 0
(4xy – 4 + x2)dy = − (2y2 – 3 + 2xy)dx
dy
= y′ =
(
− 2 y 2 − 3 + 2 xy
=
)

2 y 2 + 2 xy − 3
dx (
4 xy − 4 + x 2 ) 4 xy + x 2 − 4

IV.4. Turunan dan Kekontinuan Fungsi


Pada Bab III sudah dikemukakan, fungsi y = f(x) kontinu di titik x = a jika dipenuhi tiga
kondisi yaitu,
1. f(a) terdefinisikan (ada nilainya),
2. Lim f ( x ) ada,
x→a

3. Lim f ( x ) = f(a).
x→a

Berdasarkan deskripsi turunan fungsi pada sebuah titik, x = a,


f (a + h ) − f (a )
f ′(a ) = Lim
h→0 h

jika nilainya ada dan berhingga. Karena f′(a) adalah koefisien arah garis singgung
lengkungan di titik x = a, maka syarat perlu sebuah fungsi diferensiabel di titik x = a adalah,
fungsi harus kontinu di titik tersebut. Tetapi sebaliknya tidak selalu berlaku. Artinya, jika

109
sebuah fungsi kontinu di titik x = a, maka fungsi tersebut belum tentu diferensiabel di titik
itu. Sebagai contoh, fungsi nilai mutlak, y = x. Fungsi ini kontinu di titik x = 0, tetapi
tidak diferensiabel di titik tersebut, sebab :
1. Nilai pada x = 0, 0 = 0
2. Limit kirinya, Lim x = Lim − x = 0
x → 0− x→0
3. Limit kanannya Lim x = Lim x = 0
x → 0+ x→0
Ketiga kondisi tersebut, menyatakan Lim f ( x ) = Lim f ( x ) = Lim f ( x ) = 0,
x → 0− x → 0+ x→0
yang berarti fungsi y = x kontinu di x = 0.
4. Nilai turunan di x = 0,

f ( 0 + h ) − f ( 0) 0+h − 0 h
f ′(0) = Lim = Lim = Lim
h→0 h h→0 h h→0 h
1 , jika h > 0
=
- 1 , jika h < 0

f ( 0 + h ) − f ( 0)
Hal ini menunjukan bahwa, Lim = 1, sedangkan
h → 0+ h

f ( 0 + h ) − f ( 0)
Lim = −1. Yang berarti,
h → 0− h

f ( 0 + h ) − f ( 0) f ( 0 + h ) − f ( 0)
Lim Lim
h → 0+ h h → 0− h
f ( 0 + h ) − f ( 0)
atau Lim tidak ada.
h→0 h

Dari keempat kondisi tersebut menyatakan bahwa fungsi y = x tidak diferensiabel di
x = 0.

110
Y
y = x

X
O = (0,0)

Gambar IV.2
Grafik fungsi y = x

Pada Gambar IV.2 terlihat bahwa fungsi y = x kontinu di x = 0, tetapi tidak dapat dibuat
garis singgung di titik tersebut, karena grafik fungsi membangun sebuah sudut.
Kesimpulan dari sajian ini adalah : Untuk menelaah apakah fungsi y = f(x) kontnu di
x = a, maka telaah apakah fungsi diferensiabel di titik tersebut ? Artinya, apakah f′(a)
nilainya terdefinisikan ?

IV.5. Turunan Orde Tinggi


f (x + h ) − f (x )
Pada awal dari bab ini telah dikemukan bahwa, jika Lim ada dan
h→0 h

f (x + h ) − f (x )
berhingga, maka Lim = f ′(x). Dalam hal ini f ′(x) dinamakan turunan
h→0 h
orde pertama.
Orde turunan ini dapat dikembangkan sehingga diperoleh turunan orde tinggi.
Konsepsinya dapat menggunakan analogi dari turunan pertama. Jika
f ′( x + h ) − f ′( x ) f ′( x + h ) − f ′( x )
Lim ada dan berhingga, maka Lim = f ′′(x) = (f ′(x))′.
h→0 h h→0 h

f ′′( x + h ) − f ′′( x )
Analog, jika Lim ada dan berhigga, maka
h→0 h

f ′′( x + h ) − f ′′( x )
Lim = f ′′′(x) = (f ′′(x))′
h→0 h

Dan seterusnya f (n)(x) = (f (n-1)(x))′.

111
Contoh 8.
Jika f(x) = 2x2 – 3x + 1 , maka tentukan f ′′(x) dan f ′′′(x) !
Jawab :
f ′(x) = 2.2x2-1 – 3x1-1 + 0 = 4x – 3
f ′′(x) = (f ′(x))′ = 4x1-1 – 0 = 4
f ′′′(x) = (f ′′(x))′ = 0

IV.6. Nilai Ekstrim


Perhatikan fungsi y = f(x) pada domain interval tertutup, [a , b], dengan grafiknya seperti
di bawah ini.

y = f(x)
x3
x1 x2 X
a x4 b

Gambar IV.3
Titik-titik ekstrim fungsi

Gambar IV.3 menyajikan bahwa fungsi y = f(x) dalam selang tutup [a , b], memiliki nilai
minimum lokal di x = x1, maksimum lokal di x = x2, minimum mutlak di x = x3, dan
maksimum mutlak di x = x4. Nilai-nilai maksimum dan minimum, baik lokal maupun
mutlak, dinamakan nilai ekstrim.

112
Definisi
1. Ekstrim mutlak
Fungsi y = f(x) yang didefinisikan dalam selang tutup [a , b] mencapai nilai maksimum
mutlak di x = x0, a ≤ x0 ≤ b, jika untuk setiap a ≤ x ≤ b dan x ≠ x0, maka f(x0) ≥ f(x).
Sedangkan mencapai minimum mutlak jika f(x0) ≤ f(x).

2. Ekstrim lokal
Fungsi y = f(x) yang didefinisikan dalam selang tutup [a , b] mencapai nilai maksimum
lokal di x = x0 , a ≤ x0 ≤ b, jika untuk setiap c ≤ x ≤ d dengan a ≤ c ≤ d ≤ b dan x ≠ x0,
maka f(x0) ≥ f(x). Sedangkan mencapai minimum mutlak jika f(x0) ≤ f(x).

Pada Gambar IV.3 terlihat bahwa, garis-garis singgung pada titik-titik ekstrim selalu
sejajar dengan sumbu-X. Hal ini berarti koefisien arah garis singgung pada titik ekstrim
selalu sama dengan 0. Jika hal ini dikaitkan dengan turunan fungsi pada sebuah titik, maka
fungsi y = f(x) memiliki nilai ekstrim di x = x0, jika f ′(x0) = 0. Untuk menentukan jenis
ekstrimnya, dapat ditelaah dari tanda turunan kedua di titik tersebut, f ′′(x0).
1. Jika f ′′(x0) > 0, maka titik ekstrim adalah titik minimum (lokal atau mutlak), dan jika
f ′′(x0) < 0, adalah titik maksimum (lokal atau mutlak).
2. Jika f ′′(x0) = 0, maka harus dilakukan telaahan tanda dari f ′(x) di sekitar x = x0.
2.1. Jika f ′(x) > 0 untuk x < x0 , dan f ′(x) < 0 untuk x > x0 , maka titik x = x0
merupakan titik maksimum.
2.2. Jika f ′(x) < 0 untuk x < x0 , dan f ′(x) > 0 untuk x > x0 , maka titik x = x0
merupakan titik minimum.
2.3. Jika tanda f ′(x) tidak berubah untuk x < x0 maupun x > x0 , maka titik x = x0
adalah titik belok.

113
Y Y
y = f(x)

y = f(x)

X X
x0 x0
Gambar IV.4
Titik x = x0 titik belok fungsi y = f(x)

Titik ekstrim dan titik belok biasa dinamakan titik stasioner.

Contoh 9.
Tentukan titik-titik stasioner dari fungsi y = x4 + 4x3 – 8x2 !
Jawab :
y ′ = 4x4-1 + 4.3x3-1 – 8.2x2-1 = 4x3 + 12x2 – 16x = 0
4x(x2 + 3x – 4) = 0
4x(x + 4)(x – 1) = 0
4x = 0 x=0
x+4=0 x=−4
x–1=0 x=1
Ada tiga buak titik stasioner pada x = 0, x = − 4 dan x = 1. Untuk menelaah jenisnya,
tentukan turunan kedua, dan telaahan tanda untuk nilai-nilai x tersebut.
y ′′ = 4.3x3-1 + 12.2x2-1 – 16x1-1 = 12x2 + 21x – 16
Untuk
1) x = 0 y ′′= 12x2 + 21x – 16 y ′′(0) = 12(0)2 + 21(0) – 16 = −16 < 0. Fungsi
memiliki nilai maksimum di x = 0.
Nilai maksimumnya, x = 0 y = x4 + 4x3 – 8x2
y(0) = (0)4 + 4(0)3 – 8(0)2 = 0.
Koordinat titik maksimumnya, (0 , 0).

114
2) x = − 4 y ′′= 12x2 + 21x – 16 y ′′(4) = 12(− 4)2 + 21(−4) – 16 = 98 > 0. Fungsi
memiliki nilai minimum di x = 0.
Nilai minimumnya, x = − 4 y = x4 + 4x3 – 8x2
y(− 4) = (− 4)4 + 4(− 4)3 – 8(− 4)2 = −128.
Koordinat titik minimumnya, (-4 , -128).
3) 3x = 1 y ′′= 12x2 + 21x – 16 y ′′(1) = 12(1)2 + 21(1) – 16 = 17 > 0. Fungsi
memiliki nilai minimum di x = 1.
Nilai minimumnya, x = 1 y = x4 + 4x3 – 8x2
y(1) = (1)4 + 4(1)3 – 8(1)2 = −3.
Koordinat titik minimumnya, (1 , -3).

13.96
Contoh 10
Tunjukan bahwa titik O = (0 , 0) merupakan titik belok 6.98
3
fungsi y = x
Jawab : f( x)
10 5 0 5 10
y′ = 3x2 = 0 ⇔ x=0
y′′ = 6x y′′(0) = 0 : 6.98

Kesimpulan tentang jenis titik stasioner harus dilakukan


13.96
dengan memperhatikan tanda dari y′ di sekitar x = 0.
x
Perhatikan y′ = 3x2. Untuk x < 0 dan x > 0, y′ > 0. Hal
ini menunjukan bahwa titik (0 , 0) adalah titik belok.
11.81

IV.7. Beberapa Penggunaan Turunan 5.91

1. Garis singgung lengkungan f(x)


Contoh 11. g(x) 10 5 0 5 10
Tentukan persamaan garis singgung lengkungan
5.91
x +1
y= , x ≠ 1 , di titik (2 , 3) !
x −1
11.81

x
115
Jawab :
( x + 1)′( x − 1) − ( x − 1)′( x + 1) ( x 1−1 + 0)( x − 1) − ( x 1−1 − 0)( x + 1) ( x − 1) − ( x + 1)
y′= = =
(( x − 1))2 ( x − 1) 2 ( x − 1) 2

−1 −1 −1
= . Subtitusikan x = 2 ke y ′ = y ′(2) = = −1.
( x − 1) 2
( x − 1) 2 (2 − 1) 2
Jadi persaman garis singgung lengkungan yang dicari adalah, persamaan garis yang melalui
titik (2 , 3) dengan koefisien arah –1.
Persamaannya : y – (3) = (−1){x – (2)} y = −x +2 +3 y = −x +5
Contoh 12.
Selidiki apakah garis 2x–3y+6 = 0 menyinggung
hiperbola 9x2–4y2–54x+16y–34 = 0 ? 8.05
Jika menyinggung, tentukan titik singgungnya !
f(x) 4.03
Jawab :
2
gx
()
2x–3y+6 = 0 ⇔ y= x−2 10 5 0 5 10
3 hx
()
2
4.03
Koefisien arah garis : a = (1)
3
8.05
Diferensiasi hiperbola
d(9x2–4y2–54x+16y–34) = 0 x
18xdx–8ydy–54dx+16dy = 0
(18x–54)dx – (8y–16)dy = 0
dy 18x − 54
(18x–54)dx = (8y–16)dy y′ = = (2)
dx 8 y − 16
Persamakan a (1) dengan y′ (2)
18x − 54 2
= 54x – 162 = 16y – 32 54x – 16y – 130 = 0 ⇔ 27x – 8y – 65 = 0
8 y − 16 3
Karena 27x – 8y – 65 = 0 tidak sama dengan 2x–3y+6 = 0, maka garis : 2x–3y+6 = 0 tidak
menyinggung hiperbola : 9x2–4y2–54x+16y–34 = 0.
Untuk lebih jelas perhatikan gambar posisi garis terhadap parabola yang telah disajikan di
atas.

116
Contoh 13.
Tentukan persamaan asimtut hiperbola
16.11
2 2
9x –4y –54x+16y–34 = 0
Jawab :
8.05
Misalkan persamaannya y = ax + b f( x)

Sudah ditunjukan, diferensiasi hiperbola g( x)

9x2–4y2–54x+16y–34 = 0 adalah, h( x) 10 5 0 5 10
i( x)
18x − 54
y′ = .
8 y − 16 8.05

Karena asimtut identik dengan garis singgung sekawan,


maka a dapat dipersamakan dengan y′, sehingga 16.11

18x − 54 x
=a 18x – 54 = 8ay – 16a
8 y − 16
18 16a − 54
y= x+ .
8a 8a
18 16a − 54
Jika dipersamakan dengan y = ax + b, maka diperoleh persamaan = a dan = b.
8a 8a
5 3
3 − , jika a =
9 2 2 . Sehingga persamaan
Yang jawabanya, a2 = a=± dan b =
4 2 13 3
, jika a = −
2 2

3 5
x−
asimtutnya y = 2 2
3 13
− +
2 2

2. Nilai stasioner
Contoh 14.
Sebuah kertas dengan luas 2 m2 ingin dibuat poster. Poster tersebut harus terletak 21 cm di
bawah sisi atas, 21 cm di atas sisi bawah, 14 cm dari sisi kri, dan 14 cm dari sisi kanan
kertas. Tentukan ukuran kertas dan poster dengan luas bidangnya yang maksimum ?

117
Jawab :
Jika dimisalkan panjang kertas : x meter dan lebarnya : y meter, dan luas kertas 2 m2, maka
diperoleh hubungan :
2
xy = 2 atau y = . 21 cm
x
Untuk bidang poster, panjang (x–0,28) m,
2
lebar (y–0,42) m = ( −0,42) m,
x
21 cm 14 cm
sehingga luas bidang poster :
2
L = (x – 0,28)( – 0,42). 21 cm
x
Mencari luas yang maksimum :
2
L = (x – 0,28)( – 0,42)
x
2 2
L′ = (x – 0,28)′( – 0,42) + (x – 0,28)( – 0,42)′
x x
2
= (x1-1 – 0)( – 0,42) + (x – 0,28)(2.−1x-1-1 – 0)
x
2 2 2 2 0,56 0,56
=( – 0,42) + (x – 0,28)(− 2 ) = − 0,42 − + 2 = 2 − 0,42
x x x x x x
0,56
Syarat agar nilai L maksimum, L′ = 0 dan L′′ < 0, − 0,42 = 0 0,56 – 0,42x2 = 0
x2

56 56 56 56 2
− 0,42(x2 − ) = 0 ⇔ (x2 − )=0 ⇔ x2 = x= = 3 (karena
42 42 42 42 3
domain harus merupakan bilangan real positif).
1,12 2
L ′′ = 0,56.−2x-2-1 – 0 = − 2
> 0, untuk setiap x. Jadi x = 3 memaksimumkan L.
x 3
2 2
Sehingga ukuran kertas : panjang = 3 m , lebar = m= 3 m, dan ukuran poster :
3 2
3
3
2
panjang = ( 3 - 0,28) m dan lebar = ( 3 - 0,42) m.
3

118
Contoh 15.
Sebuah kotak tanpa tutup dibuat dari sebuah karton tebal berukuran 24 x 9 cm2. Tentukan
ukuran kotak agar volumenya paling besar ?
Jawab :
Jika tinggi kotak x cm, maka volumenya x

v(x) = (24 – 2x)(9 – 2x)(x) cm3


9 – 2x
= 4x3 – 66x2 + 216x
x 24 – 2x x
v′(x) = 12x2 – 132x + 216
x
v′(x) = 0 12(x – 9)(x – 2) = 0
9
x=
12

v′′(x) = 24x – 132


Subtitusikan :
x = 9 ke v′′(x) v′′(9) = (24)(9) – 132 = 84 > 0. x meminimumkan v(x)
x = 12 ke v′′(x) v′′(12) = (24)(12) – 132 = 156 > 0 x meminimumkan v(x)
Berdasarkan hasil perhitungan disimpulkan bahwa, tidak ada kotak yang dapat dibuat
dengan volume maksimum. Tetapi jika menelaah dari denah pembuatan kotak, x harus
memenuhi ciri, 0 < x < (9) : (2) = 4,5. Karena x = 9 > 4,5, maka sebagai nilai kritis untuk
v(x) adalah x = 0, x = 2, dan x = 4,5.
Jika disubtitusikan
x = 0 ke v(x) v(0) = 4(0)3 – 66(0)2 + 216(0) = 0
x = 2 ke v(x) v(2) = 4(2)3 – 66(2)2 + 216(2) = 200
x = 4,5 ke v(x) v(4,5) = 4(4,5)3 – 66(4,5)2 + 216(4,5) = 0
maka volume maksimum kotak adalah 200 cm3, dengan ukuran
(24 – 2.2)(9 – 2.2)(2) = 20 x 5 x 2 cm3

119
Contoh 16
Tentukan ukuran selinder dalam kerucut yang memiliki volume terbesar !
Jawab :
Misalkan tinggi kerucut a dan jari-jari bidang
alasnya b, dengan a dan b konstan.
Jika tinggi selinder t dan jari-jari bidang
a alasanya r, maka volumenya v = πr2t
dengan menggunakan kesamaan segitiga
r
a−t r ar ar
= a–t= t=a−
a b b b
t
ab − ar a (b − r )
⇔ t = = , subtitusikan ke
b b b
a (b − r )
v = πr2t sehingga diperoleh v(r) = πr2
b
a
v′(r) = π (2br – 3r2)
b

a 0
v′(r) = 0 π (2br – 3r2) = 0 ⇔ (2br – 3r2) = 0 (r)(2b −3r) = 0 r = 2b
b
3
2b ar 1
Karena r = 0 tidak mungkin dipilih, maka subtitusikan r = ke t = a − t= a,
3 b 3
1 2
sehingga ukuran selinder : tinggi, t = a, jari-jari bidang alas, r = b. Dengan a dan b,
3 3
masing-masing tinggi dan jari-jari bidang alas kerucut, yang merupakan konstanta

3. Gerak benda.
Contoh 17.
Sebuah benda bergerak pada garis lurus dengan persamaan gerak s = t3 – 6t2 + 9t + 4 ,
dengan s : panjang jalan yang ditempuh (satuan dalam m), dan t : waktu tempuh (satuan
dalam detik).
Tentukan kecepatan dan percepatan benda setelah bergerak 5 detik !

120
Jawab :
Dalam ilmu fisika, kecepatan adalah rasio jarak tempuh dengan waktu tempuh, dan
percepatan rasio kecepatan dengan waktu tempuh.
Secara matematis,
ds
kecepatan : v = = 3t3-1 – 6.2t2-1 + 9t1-1 + 0 = 3t2 – 12t + 9
dt
dv
percepatan : a = = 3.2t2-1 – 12t1-1 + 0 = 6t – 12
dt
Sehingga setelah bergerak 5 detik,
kecepatan gerak benda : t = 5 v = 3t2 – 12t + 9
v(5) = 3(5)2 – 12(5) + 9 = 24 m/det
percepatannya : t = 5 a = 6t – 12 a(5) = 6(5) – 12 = 18 m/det2

Contoh 18.
Sebuah pesawat, terbang berdasarkan persamaan
x km gerak lurus beraturan dengan percepatan tetap 100
km/jam2. Pada saat seseorang melihatnya,
ketinggian pesawat 1 km dari orang tersebut dengan
1 km
kecepatan 240 km/jam, dan telah terbang selama 30
ϕ
menit. Jika setelah 6 menit sudut pandang orang
pada pesawat sebesar ϕ, dengan Tg ϕ = 20, maka
tentukan persamaan gerak pesawat ?
Jawab :
Dalam ilmu fisika persamaan gerak benda dengan
percepatan tetap adalah s(t) = at2 + bt + c.
Kecepatan pada saat t, v(t) = s′(t) = 2at + b, dan percepatannya a(t) = v′(t) = s′′(t) = 2a.
Percepatan pesawat tetap 100 km/jam2, jadi 2a = 100 a = 50
Setelah terbang 30 menit (0,5 jam), kecepatan pesawat sama dengan 240 km/jam,
v(0,5) = 100(0,5) + b = 240 b = 190

121
x
Setelah 6 menit (0,1 jam) sudut pandang menjadi ϕ, dengan Tg ϕ = 20 =
1
x = 20 , yang merupakan jarak tempuh pesawat setelah terbang 6 menit (0,1 jam)
Subtitusikan x = 20, a = 50, b = 190 dan t = 0,1, ke persamaan gerak s(t) = at2 + bt + c
20 = 50(0,1)2 + 190(0,1) + c c = 0,5
Jadi persamaan gerak pesawat, s(t) = 50t2 + 190t + 0,5
Y

4. Sketsa grafik
Contoh 19.
Gambarkan sketsa grafik fungsi y = 2x4 – 2x3 – x2 ! X
√3,0)
(½-½√ (0,0) √3,0
(½+½√
Jawab : 3
)
(-¼,- 128 )
Titik ekstrim grafik :
y = 2x4 – 2x3 – x2 −1)
(1,−
4-1 3-1 2-1 3 2
y ′ = 2.4x – 2.3x – 2x = 8x – 6x – 2x = 0
2x(4x2 – 3x – 1) = 0
Sketsa “manual”
2x(4x + 1)(x – 1) = 0
2x = 0 x=0
4x + 1 = 0 x=−¼ 0.37 0.42 1.21

x–1=0 x=1
y ′′= 8.3x3-1 – 6.2x2-1 – 2x1-1 = 24x2 – 12x – 2
x=0 y ′′ : y ′′(0) = 24(0)2 – 12(0) – 2 = -2 < 0 ,
f(x) 0.5
di titik x = 0 fungsi mencapai nilai maksimum.
Nnilai maksimumnya
x=0 y : y(0) = 2(0)4 – 2(0)3 – (0)2 = 0
x = -¼ y ′′ : y ′′(0) = 24(-¼)2 – 12(-¼) – 2 = 2½ > 0 1
di titik x = -¼ fungsi mencapai nilai minimum.
Sketsax Mathcad
nilai minimumnya
3
x = -¼ y : y(-¼) = 2(-¼)4 – 2(-¼)3 – (-¼)2 = −
128

122
x=1 y ′′ : y ′′(1) = 24(1)2 – 12(1) – 2 = 10 > 0 ,
di titik x = 1 fungsi mencapai nilai minimum.
Nilai minimumnya x = 1 y : y(1) = 2(1)4 – 2(1)3 – (1)2 = −1
Titik potong dengan sumbu koordinat
1. dengan sumbu-Y :
x=0 y : y(0) = 0 koordinat titik potong : (0 , 0)
2. dengan sumbu-X :
y=0 2x4 – 2x3 – x2 = 0 x2(2x2 – 2x – 1) = 0
x2 = 0 x=0
2x2 – 2x – 1 = 0 D = (-2)2 – 4(2)(-1) = 12 > 0 , ada dua jawab real

− (−2) ± 12 2 ± 2 3 1 ± 3
x 1, 2 = = = x1 = ½ + ½ 3 dan x2 = ½ - ½ 3
2( 2) 4 2

koordinat titik-titik potongnya : (0 , 0) , (½ + ½ 3 , 0) , (½ - ½ 3 , 0)

5. Dalil L’Hospital
Dalil
Jika a bilangan riil, f(x), g(x) ≠ 0 fungsi memiliki turunan pada setiap order di x = a,
maka untuk semua nilai x dalam selang 0 <x - a< δ, δ bilangan yang cukup kecil,
berlaku hubungan
f (x ) f ′( x ) f ′′( x ) f (k ) (x )
Lim = Lim = Lim = . . . = Lim ( k )
x →a g( x ) x →a g ′( x ) x →a g ′′( x ) x →a g (x)
Dalil ini digunakan untuk menghitung limit dari rasio dua fungsi yang menghasilkan nilai-
nilai tak tentu, tetapi bentuk fungsinya sulit untuk diubah menjadi bentuk fungsi yang
menghasilkan nilai limit dengan nilai yang bukan nilai tak tentu.

123
Contoh 20.
x + Sin x
Hitunglah Lim
x →0 x − Sin x
Jawab :
x + Sin x 0 + Sin 0 0
Jika dihitung langsung, maka Lim = = (nilai tak tentu).
x →0 x − Sin x 0 − Sin 0 0
0
Tetapi untuk mengubah bentuk fungsi agar dapat dieliminasi cukup sulit, sehingga harus
0
digunakan dalil L’Hospital.
x + Sin x ( x + Sin x )′ x 1−1 + Cos x 1 + Cos0 1 + 1 2
Lim = Lim = Lim 1−1 = = =
x → 0 x − Sin x x →0 ( x − Sin x ) ′ x →0 x − Cos x 1 − Cos0 1 − 1 0
(bukan nilai tak tentu).

Contoh 21

Hitunglah Lim e (2 x
x →0
( 2
−x
)
) − 1 ln (x 3 )

Jawab :
Jika disubtitusikan x = 0 pada limit fungsi, maka akan diperoleh bentuk tak tentu 0.∞.

(
f(x) = e (2 x
2
−x
)
) − 1 ln(x3)

f′(x) = (e ( 2x 2 −x ) − 1)′ ln(x ) + (e (


3 ) − 1) {ln(x )}′
2x 2 −x 3

= { (e ( 2x 2 −x ) )(4x – 1)} ln(x ) + (e (3 ) − 1) 1 (3x )


2x 2 −x 2
(x ) 3

(
= e (2 x
2
−x
)
) (4x – 1) ln(x3) + 3 e (2 x
x
( 2
−x
) (
) − 1 = e (2 x 2
−x
)
) {(4x−1)ln(x3) + 3 } − 3
x x
Jika dihitung f′(0) = (1){(−1)(∞) + (∞)} − ∞ = −∞ + ∞ −∞ , bentuk tentu yang tidak
didefinisikan.

124
(
f′′(x) = e (2 x
2
−x
)
) ′{(4x–1)ln(x3)+ 3 } + e (2 x
x
( 2
−x
)
) {(4x−1)ln(x3) + 3 }′ − ( 3 )′
x x

( ) 3
(
= { e (2 x − x ) (4x–1)}{(4x–1)ln(x3)+ }+ e (2 x − x ) [(4x–1)′ln(x3)+(4x–1){ln(x3)}′+
2

x
2 3
x
′] )
3
− −
x2

(
= e (2 x
2
−x
)
) {(4x−1)2ln(x3)+ 3 (4x−1)} + e (2 x
x
( 2
−x
)
) {(4)ln(x3) + (4x−1) 1 (3x2)
(x )
3

3 3
+ − 2
}+
x x2

(
= e (2 x
2
−x
)
) {(4x−1)2ln(x3) + 3 (4x−1) + 4ln(x3) + 3 (4x−1) −
x x x
3
2
}+
3
x2
Jika dihitung f′′(0) = (1){(−1)2(∞) + (∞)(−1) + 4(∞) + (∞)(−1) – (∞)} + (∞)
= ∞ − ∞ + ∞ − ∞ − ∞ + ∞ , bentuk tentu yang tidak didefinisikan.
Jika proses diferensiasi dilanjutkan dengan mensubtitusikan x = 0, maka akan diperoleh
hasil yang sama.

Hal menunjukan bahwa Lim e (2 x


x →0
( 2
−x
)
) − 1 ln (x 3 ) = ∞.

6. Pengunaan dalam ilmu ekonomi


Contoh 22
Diketahui fungsi biaya total untuk memproduksi sejenis barang adalah,
C(x) = 10.000 + 50x + 100 3 x
Hitunglah biaya rata-rata perunit dan marginal jika diproduksi 1000 unit barang ?
Jawab :
Berdasarkan definisi

C( x ) 10.000 + 50 x + 1003 x
Biaya rata-rata perunit, r(x) = =
x x
2
d 100 − 3
Biaya marginal, m(x) = C( x ) = C′(x) = 50 + x
dx 3

125
Subtitusikan x = 1000 ke

10.000 + 50(1000) + 1003 1000


r(x) r(1000) = = 61 , biaya rata-rata perunit
1000
2
100 − 1
m(x) m(1000) = 50 + (1000) 3 = 50 , biaya marginal
3 3

Contoh 23
Manajer penjualan memperkirakan dalam setiap minggu akan terjual 1000 unit barang jika
dijual dengan harga Rp 3.000,- perunit. Tetapi dalam setiap minggu akan terjadi pula
resiko, 100 unit barang harganya akan turun Rp 500,- perunit. Tentukan pendapatan
maksimum dalam setiap minggunya !
Jawab :
Perdefinisi
Fungsi harga = harga jual − penyusutan harga,
x − 1000
H(x) = 3000 − (0,5) = 3005 – 0,005x
100
Fungsi pendapatan = total barang terjual x fungsi harga,
P(x) = xH(x) = 3005x – 0,005x2
P′(x) = 3005 – 0,01x = 0 x = 300500
P′′(x) = −0,01 < 0 , jadi x = 300500 memaksimukan P(x)
Subtitusikan x = 300500 ke P(x)
P(300500) = 3005(300500) – 0,005(300500)2 = 4515011250
Pendapatan maksimum, Rp 4.515.011.250,-

Contoh 24
Jika diketahui persamaan fungsi biaya dan fungsi harga masing-masing,
C(x) = 3000 + 1100x dan H(x) = 5000 – 2x
maka bagaimana persamaan untuk pendapatan marginal, biaya marginal, dan keuntungan
marginal ? Selanjutnya tentukan total produksi yang memaksimumkan pendapatan total !

126
Jawab :
Fungsi pendapatan, P(x) = xH(x) = x(5000 – 2x) = 5000x – 2x2
Fungsi pendapatan total, p(x) = P(x) – C(x) = 5000x – 2x2 – (300 + 1100x)
= −2x2 + 3900x – 300
Fungsi pendapatan marginal, M(x) = H′(x) = 5000 – 4x
Biaya marginal, m(x) = C′(x) = 1100
Fungsi keuntungan marginal, K(x) = p′(x) = −4x + 3900 = 0 x = 975
K′(x) = p′′(x) = -4 < 0 , jadi x = 975 memaksimumkan p(x)
Sehingga total produksi yang memaksimumkan pendapatan adalah 975 unit.

IV.8. Dalil nilai tengah


Sebenarrnya, dalil ini yang membidani lahirnya ilmu kalkulus, khususnya perhitungan
diferensial, tetapi perannya tidak banyak muncul, terutama dalam penyelesaian persoalan
kalkulus yang bersifat lanjutan. Perannya lebih banyak muncul sebagai pengantar untuk
memunculkan dalil baru, terutama dalam proses pembuktian. Misalnya dalil-dalil tentang
kemonotonan dan kekonkavan fungsi, yang melahirkan telaahan tentang titik-titik stasioner
fungsi.
Dalil
Jika y = f(x) fungsi kontinu pada

Y selang tertutup [a,b], dan diferensiabel


y = h(x) pada selang terbuka (a , b), maka ada
y = f(x)
paling sedikit satu nilai c, a < c < b,
f(b)
sedemikian rupa sehingga
f(a) y = g(x)
f ( b ) − f (a )
X = f′(c)
x b−a
a b
atau f(b) – f(a) = f′(c)(b – a)

127
Bukti
Perhatikan gambar di atas.
Grafik fungsi y = g(x) melalui titik {a,f(a)} dengan {b,f(b)}, sehingga akan memiliki
persamaan
g ( x ) − f (a ) x −a
=
f ( b) − f ( a ) b−a
f ( b ) − f (a )
g(x) – f(a) = (x – a)
b−a
f ( b ) − f (a )
g(x) = f(a) + (x – a)
b−a
Sedangkan grafik fungsi y = h(x) sejajar sumbu-Y dengan domain {g(x),f(x)}, sehingga
f ( b ) − f (a ) f ( b ) − f (a )
h(x) = f(x) – g(x) = f(x) – {f(a) + (x – a)} = f(x) – f(a) – (x – a)
b−a b−a
Jika dihitung,
1) h(a) = h(b) = 0,
f ( b ) − f (a ) f ( b ) − f (a )
2) h′(x) = f′(x) – 0 – (1 – 0) = f′(x) − , untuk a < x < b.
b−a b−a
maka hal ini menunjukan bahwa ada c, a < c < b, sedemikian rupa sehinga h′(c) = 0, atau
f ( b ) − f (a ) f ( b ) − f (a ) 1000
f′(c) − = 0, atau = f′(c).
b−a b−a

500
Contoh 25
Perhatikan grafik y = x3 pada selang −10 ≤ x ≤ 10
f( x)
Jika menelaah bentuk lengkungannya, pada selang 10 5 0 5 10

tersebut dapat dibuat paling sedikit dua buah garis


500
singgung. Hal ini berarti ada c1 dan c2,
−10 < c1 < 10 ; −10 < c2 < 10,
1000
sedemikian rupa sehingga
x
y(10) − y(−10)
= y′(c1) = y′(c2)
(10) − (−10)
(1000) − (−1000)
Karena y(10) = 1000 dan y(−10) = −1000, maka y′(c1) = y′(c2) = = 100
(10) − (−10)
128
10 10 10
y′(x) = 3x2 y′(c) = 3c2 = 100 c=± 3 c1 = 3 , c2 = − 3
3 3 3

Contoh 26
2

10 Selidiki apakah fungsi y = x 3


diferensiabel pada
domain [−8 , 27] ?
7.5
Jawab :
2
f(x) 5
y = x3 y(−8) = 4 , y(27) = 9
1 1
2.5 2 −3 y(27) − y(−8) 9−4 1 2 −
y′ = x = = = c 3
3 (27) − (−8) 35 7 3
3
8 0.75 9.5 18.25 27 14
c= ≈ 102 c ∉ [−8 , 27
x 3

y(27) − y(−8)
Maka tidak ada c, −8 < c < 27, sedemikian rupa sehingga = y′(c). Dengan
(27) − (−8)
2

perkataan lain y = x 3
tidak diferensiabel pada domain [−8 , 27]. Untuk lebih jelas dapat
ditelaah pada gambar di atas. Pada selang [−8 , 27] tidak dapat digambarkan garis singgung
lengkungan, sebab grafik fungsi membentuk
perpotongan dua garis. 4

Contoh 26
Tentukan persamaan dan titik singgung lengkungan
f(x) 2
y = x3 – x2 – x + 1 pada domain [−1 , 2]
Jawab :
Pada gambar terlihat ada paling sedikit dua titik
singgung pada domain [−1 , 2].
1 0 1 2
y(−1) = 0 dan y(2) = 3
x
y(2) − y(−1) 3−0
= =1
(2) − (−1) 3

129
y′ = 3x2 − 2x – 1 y′(c) = 3c2 − 2c – 1 = 1 3c2 − 2c – 2 = 0

1+ 7 1− 7
Jika dihitung akan diperoleh, c1 = ≈ 1,22 dan c2 = ≈ − 0,55, yang keduanya
3 3
ada pada domain [−1 , 2].
Jika c1, c2 disubtitusikan ke y, maka akan diperoleh nilai y(c1) ≈ −0,22 dan y(c2) ≈ 1,081.
Jadi titik-titik singgungnya, (1,22 , − 0,22) dengan (− 0,55 , 1,081). Sedangkan persamaan
garis singgungnya,
1) y – (−0,22) = (1){x – (1,22)} y = x – 1,44
2) y – (1,081) = (1){x – (−0,55)} y = x + 1,631

IV.8.1 Fungsi naik, fungsi turun, dan fungsi monoton


Perhatikan gambar di
samping ini.
Dalam hal ini, fungsi
y = f(x) dikatakan
c d e f g 1) naik pada domain,
X
aY b
x < a, d < x < e,
f<x<g
y=f(x) 2) turun pada domain,
a < x < b, c < x < d
3) monoton naik pada domain, e < x < f, dan x > g
4) monoton turun pada domain, b < x < c.
Deskripsi dari ciri fungsi tersebut dapat ditelaah di bawah ini.

Definisi
Perhatikan fungsi y = f(x) yang didefinisikan pada selang S (bentuknya bisa selang tertutup,
terbuka, atau tertutup-terbuka). Fungsi disebut
1. naik, jika untuk setiap x1 < x2 ; x1, x2 ∈ S, berlaku hubungan f(x1) < f(x2).
2. turun, jika untuk setiap x1 < x2 ; x1, x2 ∈ S, berlaku hubungan f(x1) > f(x2).
3. monoton kuat, jika fungsi naik saja atau turun saja pada S.

130
3. tidak naik, jika untuk setiap x1 < x2 ; x1, x2 ∈ S, berlaku hubungan f(x1) ≤ f(x2).
4. tidak turun, jika untuk setiap x1 < x2 ; x1, x2 ∈ S, berlaku hubungan f(x1) ≥ f(x2).
Untuk menelaah apakah sebuah fungsi merupakan fungsi naik, fungsi turun, fungsi
monoton, maka perlu dipahami dalil di bawah ini.

Dalil
Perhatikan fungsi y = f(x) yangi kontinu pada domain S, dan diferensiabel pada setiap titik
dalam (interior point) pada S. Jika
1. f′(x) > 0 untuk setiap x titik dalam pada S, maka fungsi naik pada S.
2. f′(x) < 0 untuk setiap x titik dalam pada S, maka fungsi turun pada S.
Bukti :
Jika x1, x2 titik dalam pada S dan y = f(x) diferensiabel pada setiap titik dalam, maka
berdasakan dalil nilai tengah, ada c, x1 < c < c2, sedemikian rupa sehingga
f (x 2 ) − f (x1 )
= f′(c).
x 2 − x1
Karena x2 – x1 > 0, sehingga jika
1) f′(c) > 0, maka f(x2) – f(x1) > 0 atau f(x2) > f(x1), yang berarti fungsi naik pada S.
2) f′(c) < 0, maka f(x2) – f(x1) < 0, atau f(x2) < f(x1), yang berarti fungsi turun pada S.

Contoh 27
8.05
1
Telaah ciri dari fungsi y = x3 – x2 – 3x + 4
3 4.03
Jawab :
f(x)
1 10 5 0 5 10
y = x3 – x2 – 3x + 4
3 4.03
2
y′ = x – 2x – 3 = (x – 3)(x + 1)
8.05
titik nol : (x – 3)(x + 1) = 0 x = 3 dan x = −1
daerah tanda x

+ − +
−1 3

131
Pada daerah tanda tersurat, bahwa untuk
1) x < −1 dan x > 3, y′ > 0, atau fungsi naik
2) −1 < x < 3, y′ < 0, atau fungsi turun
0.5

Contoh 28 0.25
x
Tentukan domain di mana fungsi y = naik atau turun !
1+ x2 fx
()
10 5 0 5 10
Jawab :
x
0.25
y=
1+ x2
0.5
(1 + x 2 ) − 2 x 2 1− x2
y′ = =
(1 + x 2 ) 2 (1 + x 2 ) 2
x
2
titik nol : 1 – x = (1 – x)(1 + X) = 0 x = 1 dan x = −1
daerah tanda
− + −
−1 1

Jadi fungsi
1) naik pada domain −1 < x < 1
2) turun pada domain x < −1 dengan x > 1

IV.8.2. Kekonkavan fungsi


Salah satu segi yang
Y
Y dapat dimunculkan dari
fungsi naik dan fungsi turun
adalah kekonkavan fungsi.
X Jika y = f(x) fungsi kontinu
X
pada domain S = (a , b), dan
Konkav ke bawah ada c, a < c < b, sehingga
Konkav ke atas
fungsi turun untuk x < c, dan

132
naik untuk x > c, maka dikatakan fungsi konkav ke atas di x = c. Sebaliknya, jika fungsi
naik untuk x < c, dan turun untuk x > c, maka fungsi dikatakan konkav ke bawah di x = c.
Konspsi tersebut dapat dideskripsikan seperti di bawah ini

Definisi
Perhatikan fungsi y = f(x) yang diferensiabel pada domain S = (a , b). Jika y′ naik pada S,
maka fungsi dinamakan konkav ke atas pada S. Sebaliknya jika y′ turun, maka dinamakan
konkav ke bawah pada S.
Untuk menelaah apakah sebuah fungsi konkav ke atas atau ke bawah, pahami dalil di
bawah ini.

Dalil
Perhatikan fungsi y = f(x) yang diferensiabel orde dua pada domain S. Jika
1) f′′(x) > 0 untuk setiap x ∈ S, maka fungsi konkav ke atas pada S.
2) f′′(x) < 0 untuk setiap x ∈ S, maka fungsi konkav ke bawah pada S.

Bukti :
Jika x1, x2, dan x3 titik dalam pada S, dengan ciri x1 < x2 < x3, dan karena y = f(x)
diferensiabel orde dua, maka jika dilakukan diferensiasi terhadap formulasi dalil nilai tengah

f (x 3 ) − f (x 1 ) f (x 3 ) − f (x1 ) 1
= f′(x2) = (f′(x2))′ (f′(x3)–f′(x1)) = f′′(x2)
x 3 − x1 x 3 − x1 x 3 − x1

Karena x3 – x1 > 0, sehingga jika


1) f′′(x2) > 0, maka f′(x3) – f′(x1) > 0, atau f′(x3) > f′(x1), yang berarti f′(x) naik, atau f(x)
konkav ke atas pada S.
2) f′′(x2) < 0, maka f′(x3) – f(x1) < 0, atau f′(x3) < f′(x1), yang berarti f′(x) turun., atau f(x(
konkav ke bawah pada S.
Salah satu segi yang dapat dimunculkan dari kekonkavan fungsi adalah didefinisikannya
titik infleksi (inflection point) atau titik belok.

133
Definisi
Jika fungsi y = f(x) kontinu di x = c, maka titik (c , f(c)) dinamakan titik inleksi dari grafik
fungsi, jika kekonkavan fungsi untuk x < c berbeda dengan x > c.
Arti pada dalil ini, jika untuk x < c fungsi konkav ke bawah, maka untuk x > c konkav
keatas, atau sebalinya jika untuk x < c konkav ke bawah, maka untuk x > c konkav ke atas.
x
Misal, titik infleksi fungsi y = , yang grafiknya di 0.5
1+ x2
samping kanan ini, adalah (0 , 0)
0.25

Contoh 29 fx
()
x 10 5 0 5 10
Telaah kekonvakan fungsi y = !
1+ x2 0.25
Jawab :

y=
x
, 0.5
1+ x2
(1 + x 2 ) − 2 x 2 1− x2 x
y′ = =
(1 + x 2 ) 2 (1 + x 2 ) 2

2 x (1 + x 2 ) 2 − (1 − x 2 )2(1 + x 2 )(2 x ) 2 x (1 + x 2 )(−1 + 3x 2 )


y′′ = =
(1 + x 2 ) 4 (1 + x 2 ) 4

2 x (1 + x 2 )(−1 + 3x 2 )
titik nol : =0 ⇔ 2x(1 + x2)(−1 + 3x2) = 0 ⇔ x(−1 + 3x2) = 0
(1 + x 2 ) 4

1 1
x=0,x= 3 ,x=− 3
3 3
daerah tanda :

− + − +

1 0 1
− 3 3
3 3

134
Berdasarkan daerah tanda, untuk
1 1
1) x < − 3 dengan 0 < x < 3 , y′′ < 0, fungsi konkav ke bawah.
3 3
1 1
2) − 3 < x < 0 dengan x > 3 , y′′ > 0, fungsi konkav ke atas.
3 3

Contoh 30 6
1

Tentukan titik inleksi dari fungsi y = x + 2 ! 3

Jawab : 4
1

y= x +2 3

f(x) 2
2
1 −
y′ = x 3
3
5
2 − 10 5 0 5 10
y′′ = − x 3
9
y ′′ > 0 jika x < 0 fungsi konkav ke atas 2
y ′′ < 0 jika x > 0 fungsi konkav ke bawah
x
Jadi x = 0 menyebabkan fungsi memiliki titik
infleksi.
1

Subtitusikan x = 0 ke y y(0) = (0) 3 + 2 = 2 titik infleksinya : (0 , 2)


Kegunaan kekonkavan fungsi adalah untuk menentukan titik ekstrim fungsi. Jika fungsi
konkav ke atas di titik x = c, maka titik tersebut merupakan titik minimum. Sebaliknya jika
konkav ke bawah, maka merupakan titik maksimum

IV.9. Menggunakan Mathcad untuk menghitung turunan


Untuk menghitung turunan fungsi yang bentuknya sangat kompleks, sehingga jika
dihitung secara “manual” memerlukan waktu dan tempat yang cukup banyak, dapat
digunakan paket program Mathcad. Misalnya menentukan turunan dari fungsi
(2 x 2 − 3x + 2)e Sin ( 2 x −1)
y= .
log(3x − 1) 3

135
Jika diselesaikan secara “manual” akan memerlukan waktu dan tempat yang cukup besar,
maka untuk kemudahannya dapat digunakan program Mathcad. Proses penyelesaiannya
adalah
1. Jalankan program Mathcad hingga diperoleh tampilan seperti di bawah ini

pointer penulisan fungsi

2. Tuliskan persamaan fungsi yang akan dicari turunannya, dengan terlebih dulu
meng”klik” pointer penulisan fungsi, dan formulasi penulisannya
(2 x 2 − 3x + 2)e Sin ( 2 x −1)
f(x) : =
log(3x − 1) 3

(2 x 2 − 3x + 2)e Sin ( 2 x −1)


log( 3x − 1) 3
f(x)
pointer penulisan
pointer penulisan turunan orde n
turunan orde satu
136
3. “Klik” pointer turunan (diferensiasi), dan tuliskan formulasi orde turunan yang
diinginkan, selanjutnya “klik” pointer evaluate symbolically.

diferensial orde 1

pointer evaluate
symbolically
diferensial orde 2

sehingga hasil yang diperoleh

137
Pada spreadsheet tertulis, turunan orde satu
d e Sin ( 2 x +1) 3 2 e Sin ( 2 x +1)
f ( x ) → (2X−3) ln(10) + 2(x −3x+2)Cos(2x+1) ln(10)3 –
dx ln(3x − 1) 3
ln(3x − 1) 3

e Sin ( 2 x +1) ln(10) 3


9(x2−3x+2)
ln(3x − 1) 4 3x − 1
turunan orde dua
d2 e Sin ( 2 x +1) 3 e Sin ( 2 x +1)
f ( x ) → 2 ln(10) + 4(2x−3)Cos(2x+1) ln(10)3
dx 2 ln(3x − 1) 3 ln(3x − 1) 3

e Sin ( 2 x +1) ln(10) 3 3 e Sin ( 2 x +1)


– 18(2x−3) − 4(x −3x+2)Sin(2x+1) ln(10)3
ln(3x − 1) 4 3x − 1 ln(3x − 1) 3

2 e Sin ( 2 x +1)
2
+ 4(x −3x+2)Cos(2x+1) ln(10)3
ln(3x − 1) 3

2 e Sin ( 2 x +1) ln(10) 3


− 36(x −3x+2)Cos(2x+1)
ln(3x − 1) 4 3x − 1

e Sin ( 2 x +1) ln(10) 3 e Sin ( 2 x +1) ln(10) 3


+ 108(x2−3x+2) + 27(x 2
−3x+2)
ln(3x − 1) 5 (3x − 1) 2 ln(3x − 1) 4 (3x − 1) 2

SOAL-SOAL UNTUK LATIHAN


1. Gunakan definisi untuk menentukan turunan fungsi-fungsi di bawah ini.
x2 +1 x
(a) y = (2x2 – x – 3) (b) y = (c) y = x Sin x (d) y =
x +1 Sin x
1 − Sin x
(e) y = Tg x (f) y = Sec x (g) y = (h) y = (x – 1)Ctg x
Cos x
2. Tentukan y′, y′′, dan y′′′ dari fungsi-fungsi di bawah ini
Sin ( x − 1)
(a) y = Sin 3(x – 1) (b) y = (c) y = (2x3 – 3x2 – x)Ctg(2x + 3)
( x + 1)
2

(3x-2) 2 e 2 x −3 x (2 x − 3) log( x 2 − x )
(d) y = e log(x – 2x) (e) y = (f) y =
2 x 3 + 3x 2 x 2 + 3x

138
3. Tentukan turunan dari fungsi-fungsi implisit di bawah ini
(a) 2xy – 3x2 + 2y2 = 5 (b) x2y +xy2 – x + y – xy = 0 (c) x Sin y + y Cos x = 1
(d) Sin2(x + y) – Cos2(x + y) = 0 (e) (x2 + y)3 – (x – y2)3 = 0 (f) x2Tgy – yCtg x = 0
4. Selidiki apakah fungsi-fungsi di bawah ini memiliki turunan pada domain yang
ditentukan ?
1
π − x2
2 1 1 4 1
(a) y=(x–1)Sin x , pada domain [− , ] (b) y= , pada domain (0, )
4π 4π 1 4π
Cos( x − π)
4
(c) x2+y2–2x–6y–15=0, pada domain (−3,1) (d) xy−x2y+xy2−5=0, pada domain (−1,3)
x e ( 2 x −1)
(e) y = , pada domain [2 , 5] (f) y = , pada domain (1 , 7)
4x 2 − 9 2x − 1
5. Tentukan persamaan garis singgung pada lengkungan di bawah ini pada titik yang telah
ditentukan !
1− x 1
(a) y= , di titik (0 , ) (b) y = (x – 1)log x2, di titik (10 , 18)
x − 3x + 2
2
2
(c) x2 – 2xy + y2 = 9, di titik (1 , −2) (d) x2 – 3x + y − 4 = 0 di titik (2 , 6)
1
(e) y = (2x2 – 3x + 1)e(2x – 1), di titik ( , 0) (f) 2x + xy – y 2 – 2 = 0, di titik (1 , 0)
2
6. Tentukan domain di mana fungsi naik, turun, atau monoton !
(a) y = (2x + 3)log(x – 3), x 3 (b) y = x3 − 2x2 + 3x – 5 (c) y = (x3 + x2)e(x – 1)
e ( 2 x −1) 1 e ( 2 x −1)
(d) y= ,x 1, x (e) y = (x2 + 1)Tg(x – 1) (f) y =
2 x 2 − 3x + 1 2 2x − 1
7. Perhatikan fungsi y = f(x). Jika f′(x) ada dan kontinu pada domain S, dengan f′(x) 0
untuk pada setiap titik dalam S, maka fungsi seluruhnya naik atau turun pada S.
Tunjukanlah !
8. Dengan menggunakan dalil kemonotonan fungsi, jika 0 < x < y maka tunjukan bahwa
1 1
(a) x2 < y2 (b) > (c) x < y
x y
9. Tunjukan bahwa fungsi kuadrat tidak memiliki titik infleksi, sedangkan fungsi pangkat
tiga hanya memiliki satu titik infleksi.
10. Tentukan dua bilangan positif yang jumlahnya 10 dan hasil kalinya paling besar !
139
11. Sepotong kawat dengan panjang 16 m, dipotong dua. Satu potong dibuat bangun bujur
sangkar, sedangkan yang satu potong lagi dibuat bangun lingkaran. Berapa ukuran
masing-masing potongan agar jumlah luas kedua bangun minimum ? Bagaimana jika
maksimum ?
12. Buktikan pernyataan berikut ini. Misalkan dimiliki dua buah fungsi y = f(x) dan
y = g(x). Jika f(x) ≤ g(x) untuk setiap nilai x, kecuali untuk x = c pada selang dimana
Lim f ( x ) dengan Lim g ( x ) ada dan berhingga, maka Lim f ( x ) ≤ Lim g ( x ) .
x →c x →c x →c x →c

13. Sebuah kerucut dibuat dari bidang berbentuk lingkaran yang memiliki diameter 10 m,
dengan menggunting sektor bidang lingkaran, sebesar ϕ. Berapakah besar ϕ, agar
diperoleh kerucut dengan volume paling besar ?
x2 − x +1
14. Tunjukan fungsi y = f(x), dengan y′ = , merupakan fungsi naik dimana-mana !
x2 +1
15. Pada pukul 7 pagi sebuah kapal laut berada 60 km arah timur sebuah kapal laut yang
lain. Jika kapal yang pertama bergerak dengan kecepatan 20 km/jam, ke arah barat, dan
kapal yang kedua 30 km/jam ke arah utara, maka pada pukul berapa kedua kapal tersebut
akan berjarak paling dekat ? Berapa jarak terdekat tersebut ?
16. Sebuah beban dikaitkan pada sebuah pegas yang bergerak sepanjang sumbu-X, dengan
kedudukan pada saat t memenuhi persamaan x = Sin 2t + 3 Cos 2t. Berapakan jarak
terjauh beban dari titik asalnya.
17. Seorang manajer pemasaran memperkirakan 100 unit barang akan terjual pada setiap
bulannya, jika harga setiap unitnya $ 250,-. Kuantitas penjualan akan meningkat 20 unit
perbulan, jika harga barang diturunkan $ 10,- perunitnya. Tuliskan persamaan fungsi
harga dan fungsi pendapatan daam setiap bulannya. Hitunglah nilai ekstrim untuk kedua
fungsi tersebut !

140
18. Diketahui sebuah pabrik memiliki m orang pegawai, untuk memproduksi x unit barang
dalam setiap minggunya. Jika h = h(x) fungsi harga, dan p = p(x) = x.h(x) fungsi
dp
pendapatan perminggu, yang juga akan merupakan fungsi atas m, maka dinamakan
dm
produk pendapatan marginal. Formulasi ini dapat digunakan sebagai acuan untuk
memperkirakan pendapatan jika ada penambahan seorang pegawai. Tunjukan bahwa
dp dx dh
= (h + x ).
dm dm dx
19. Garis dengan persamaan y = ax + b dinamakan asimtut miring untuk lengkungan
y = f(x), jika Lim{f ( x ) − (ax + b)} = 0 atau Lim{f ( x ) − (ax + b)} = 0.
x →∞ x → −∞

2 x 4 + 3x 3 − 2 x − 4
Tentukan asimtut miring untuk f(x) = .
x3 −1
20. Buat sketsa grafik fungsi
x2
(a) y = Sin x (b) y = Sin x (c) y = (d) y = xx (e) y = (x – 1)e2x+1
x2 +1
21. Dalil Rolle
Jika y = f(x) fungsi kontinu pada domain S = [a , b] dan diferensiabel pada domain
(a , b), maka untuk f(a) = f(b), ada paling sedikit sebuah nilai c, a < c < b, sedemikian
rupa sehingga f′(c) = 0.
Tunjukan bahwa dalil ini merupakan hal khusus dari dalil nilai tengah ! Tunjukan
dimana hal khususnya tersebut ?
22. Jika fungsi kuadrat f(x) = ax2 + bx + c didefinisikan pada domain S = [u . v], maka
v−u f ( v) − f ( u )
tunjukan c = memiliki ciri f′(c) = !
2 v−u

141
f (x + h ) − f (x )
23. Perhatikan konsepsi tentang diferensial, yang menyatakan jika Lim ada
h →0 h
dan berhingga, maka

f(x+h) y=f(x) f (x + h ) − f (x ) df ( x )
∆y Lim = .
f(x)
h →0 h dx
∆x
Jika y = f(x), maka f(x+h) – f(x) = ∆y, dan
h = ∆x, ∆ dinamakan operator diferensi.
x x+h
Hal ini menunjukan bahwa diferensial
adalah limit diferensi, jika nilainya ada dan
berhingga.

d2y
Tunjukan bahwa jika M konstantan yang memiliki hubungan ≤ M pada selang
dx 2

1
tutup [c , c+∆x], maka ∆y − dy ≤ M(∆x)2.
2
24. Gunakan soal 23 untuk menghitung batas atas kekeliruan diferensial fungsi-fungsi di
bawah ini, jika x naik dari 2,00 menjadi 2,01 !
x −1 x
(a) y = 3x2 – 2x + 11 (b) y = ,x 0 (c) y = xe(x−1) (d) y = ,0<x<π
x Sin ( x )
25. Diketahui fungsi y = f(x) dan y = g(x), dengan f(2) = 3, f′(2) = 4, f′′(2) = −1, g(2) = 2,
g′(2) = 5, g′′(2) = −2. Hitunglah di x = 2

d2 d 2 f (x )
(a) (
d 2
f (x) + g 3 (x) ) (b) (f ( x )g(x ) ) (c)
d
(fog(x ) ) (d)
dx dx 2 dx dx 2 g 2 ( x )

142
BAB V
PERHITUNGAN INTEGRAL
(ANTI DIFERENSIAL)

Perhatikan Gambar V.1. Selang [a , b] dipartisi atas n bagian yang sama, dan dibangun
dua macam persegi–persegi panjang. Persegi−persegi panjang yang pertama seluruhnya
berada di bawah grafik y = f(x). Sedangkan yang kedua meliput grafik y = .(x).
Jika disajikan :
Y
y = f(x) mi : luas persegi panjang yang seluruhnya
berada di bawah grafik,
Mi : luas persegi panjang yang memuat
grafik,
maka
b−a
X mi = f(xi) , i = 1, 2, . . . , n−1,
X0=a x1 x2 ... xn-1 b=xn n
b−a
Mi = f(xi+1) , i = 1, 2, . . . , n−1,
Gambar V.1. n
Konsepsi integral
Dalam hal ini, f(x0)=f(a) dan f(xn) = f(b).
n −1 n −1
Selanjutnya, tulis m(n) = m i , M(n) = M i . Jika nilai Lim m(n) dan Lim M n ada dan
n→∞ n →∞
i =1 i =1

b
berhingga, maka Lim m n = Lim M n = f ( x )dx .
n →∞ n →∞
a

b
Formulasi f ( x )dx dinamakan integral tentu dari fungsi y = f(x) dengan batas bawah
a

x = a dan batas atas x = b. Jika nilai-nilai batas integral tidak disajikan, sehingga

formulasinya menjadi f ( x )dx , maka bentuk integral ini dinamakan integral tak tentu dari

fungsi y = f(x). Perbedaan antara integral tentu dengan tak tentu adalah, Integral tentu

143
hasilnya sebuah bilangan (konstanta), sedangkan integral tak tentu, sebuah fungsi. Fungsi
f(x) pada bentuk integral (baik tentu maupun tak tentu) dinamakan integrand.

V.1. Fungsi Primitif


Menghitung integral sebuah fungsi, baik integral tentu maupun tak tentu, dengan
menggunakan konsepsi limit, tidak semudah pada perhitungan difrensial. Sebab untuk
keperluan perhitungan integral perlu didefinisikan sebuah fungsi yang dinamakan fungsi
primitif atau biasa dinamakan antidiferensial. Hal ini karena pada formulasi integral
terlibat operator diferensial, dx.
Definisi
Fungsi y = F(x) dinamakan fungsi primitif (antidiferensial) dari y = f(x), jika berlaku
hubungan
dF( x )
= f(x)
d(x )
untuk setiap x pada domain y = f(x).
dSin ( x )
Sebagai contoh, fungsi primitif dari y = Cos x adalah y = Sin x, sebab = Cos x
d(x )
Selanjutnya untuk dapat melakukan proses perhitungan integral perlu dipahami dalil
berikut ini.
Dalil
Jika y = f(x) fungsi kontinu pada domain S = [a , b], dan y = F(x) fungsi primitif dari
y = f(x), maka
b
b
f ( x )dx = F( x ) a = F(b) – F(a)
a

Bukti
Perhatikan Gambar V.1.
Berdasarkan gambar, maka dapat disajikan barisan nilai
a = x0 < x1 < x2 < . . . < xn-1 < xn = b,

144
sehingga dengan cara menambahkan suku baru dan mengurangkan kembali, diperoleh
formulasi
n
F(b) – F(a) = F(xn) – F(xn-1) + F(xn-1) − . . . − F(x1) + F(x1) − F(x0) = {F( x i ) − F( x i −1 )}
i =1

Karena y = F(x) fungsi primitif dari y = f(x), yang berarti F′(x) = f(x), maka y = F(x)
merupakan fungsi diferensiabel dengan turunannya kontinu di S, sehingga berdasarkan dalil
nilai tengah, ada x i , xi-1 < x i < xi, sedemikian rupa sehingga
n
F(xi) – F(xi-1) = f( x i )(xi – xi-1), atau F(b) – F(a) = f ( x i )( x i − x i −1 ) ,
i =1

sehingga jika kedua ruas dihitung nilai limitnya untuk n → ∞, maka


n
Lim{F(b) − F(a )} = Lim f ( x i )( x i − x i −1 ) .
n →∞ n →∞
i =1

Karena F(b) – F(a) sebuah konstanta, maka Lim{F(b) − F(a )} = F(b) – F(a), ada dan
n →∞

n
merupakan nilai berhingga. Sehingga Lim f ( x i )( x i − x i −1 ) juga ada dan berhingga.
n →∞
i =1

n b
Berdasarkan konsepsi integral, maka Lim f ( x i )( x i − x i −1 ) = f ( x )dx = F(b) – F(a).
n →∞
i =1 a

Contoh 1
2
1
Tunjukan bahwa xdx = 1
1
2
Jawab :
1 2 d 1 2 1
Fungsi primitif f(x) = x adalah F(x) = x , sebab x = .2.x2-1 = x.
2 dx 2 2

1 2 1
1 2 (1) = F(1) = 2
1 1
Karena F(x) = x , maka 2 2 , sehingga xdx = 2 − =1 .
2 1 2 2 2
F(2) = (2) = 2 1
2

145
Contoh 2
1
π
4
Hitunglan Cos( x )dx !
0

Jawab :
Sudah ditunjukan bahwa fungsi primitif dari f(x) = Cos x, adalah F(x) = Sin x, sehingga
1 1 1
F( π) = Sin( π) = 2
4 4 2
f(0) = Sin(0) = 0
1
π
4
1 1 1
Cos( x )dx = Sin( π) − Sin(0) = 2 −0= 2
0
4 2 2

Dari paparan dalil, dapat disajikan pernyataan sebagai berikut. Jika batas integral a
b
dengan b pada integral tentu f ( x )dx dihilangkan, sehingga diperoleh bentuk f ( x )dx ,
a

maka

f ( x )dx = F(x) +k,

dengan k konstanta, yang nilainya dapat dihitung, jika ada tambahan ketentuan.
b
Sebelumnya sudah dikemukan, f ( x )dx adalah sebuah konstanta, sedangkan f ( x )dx
a

b
sebuah fungsi. Hal ini tersurat pada sajian bahwa f ( x )dx = F(b) – F(a), yang merupakan
a

sebuah konstanta, dan f ( x )dx = F(x) + k, sebuah bentuk fungsi.

146
Contoh 3
2
Hitunglah dx , jika untuk x = 0 nilainya sama dengan 1 !
(x + 1)2

Jawab :
2 x −1
Fungsi primitif dari f(x) = ,x −1 adalah F(x) = , sehingga
(x + 1) 2
x +1

2 x −1
dx = +k
(x + 1) 2
x +1

0 −1
Subtitusikan x = 0 pada hasil integrasi +k=1 k=2
0 +1

2 x −1 3x + 1
Sehingga dx = +2=
(x + 1) 2
x +1 x +1

Fungsi yang memiliki nilai integral pada domain S, dinamakan integrabel, pada domain
S. Jika menelaah paparan yang telah disampaikan, syarat perlu dan cukup agar sebuah
fungsi integrabel pada domain S adalah kontinu di mana-mana pada S. Sedangkan agar
diferensiabel, kekontinuan fungsi hanya merupakan syarat perlu tetapi tidak cukup. Hal ini
menyatakan bahwa, sebuah fungsi integrabel tidak perlu diferensiabel, sedangkan jika
fungsi diferensiabel, maka integrabel. Sebagai contoh fungsi y = x. Fungsi ini
integrabel pada domain bilangan riel, tetapi tidak diferensiabel di titik (0 , 0). Hal ini dapat
1 2
x +K , x>0
ditelaah pada fakta, x dx = 2 . Yang berarti integralnya ada, tetapi
1
− x2 + K , x < 0
2
f ( 0 + h ) − f ( 0) f ( 0 + h ) − f ( 0)
Lim = −1, sedangkan Lim = 1. Yang berarti
h → 0− h h → 0+ h

f ( 0 + h ) − f ( 0)
Lim tidak ada.
h→0 h

147
V.2. Dalil dasar tentang integral
Untuk lebih memudahkan perhitungan integral perlu dipahami dalil dasar tentang
integral.

1. kdx = kx + c , k, c : konstanta

Bukti
d
(kx + c) = kx1-1 + 0 = k
dx

1 n+1
2. x n dx = x +k;n −1 , k : konstanta
n +1

Bukti
d 1 1
x n +1 + K = (n+1)x(n+1)-1 + 0 = xn
dx n + 1 n +1

1
3. dx = ln x + k ; k : konstanta
x

Bukti
d 1 1
(lnx + k) = + 0 =
dx x x

4. e x dx = ex + k ; k : konstanta

Bukti
d x
dx
( x
)
e +k = e + 0 = e
x

5. Sin ( x )dx = −Cos(x) + k, dan Cos( x )dx = Sin(x) + k ; k ; konstanta

Bukti
Sudah disampaikan sebagai contoh pada definisi fungsi primitif

148
6. (f (x ) + g(x ) )dx = f ( x )dx + g ( x )dx

Bukti

(f (x ) + g(x ))(x (f (x ))(x (g(x )(x


n −1 n −1 n −1
i i i +1 − x i ) = i i +1 − x i ) + i i +1 − xi )
1=1 1=1 1=1

(f (x ) + g(x ))(x
n −1
Lim i i i +1 − xi )
n →∞
1=1

(f (x ))(x (g(x ))(x


n −1 n −1
= Lim i i +1 − x i ) + Lim i i +1 − xi )
n →∞ n →∞
1=1 1=1

Berdasarkan konsepsi integral, jika masing-masing limit nilainya ada dan berhingga,

maka (f (x ) + g(x ) )dx = f ( x )dx + g ( x )dx

7. kf ( x )dx = k f ( x )dx

Bukti
Gunakan analogi pembuktian dalil 6, dengan menyatakan kf(x) sebagai perjumlahan atas
k buah fungsi f(x)

V.3. Cara menghitung sebuah integral


Menghitung integral sebuah fungsi dengan menggunakan konsepsi seperti yang telah
dipaparkan cukup sulit, dan proses perhitungannya relatif tidak sesederhana perhitungan
diferensial. Ada beberapa metode untuk menghitung integral sebuah fungsi.

1. Integral sebagai sebuah antidiferensial

Berdasarkan dalil pada fungsi primitif, tersurat bahwa


d
dx
( f (x)dx ) = f(x). Dari

pernyataan ini dapat disimpulkan, sebuah integral dapat diselesaikan jika diketahui fungsi
primitifnya, sehingga untuk menyelesaikan sebuah integral dengan cara ini, diperlukan

149
sebuah direktori fungsi primitif yang lengkap. Metode ini dapat digunakan jika bentuk
integrandnya cukup sederhana.

2. Metode subtitusi
Ada beberapa cara subtitusi yang dapat digunakan, diantaranya
a) Subtitusi aljabar
Contoh 4

Hitunglah (2 x − 3)e (x )dx


2
− 3 x +1

Jawab :
dy
Subtitusikan y = x2 – 3x + 1 dy = (2x – 3)dx dx =
2x − 3

dy
(2 x − 3)e (x )dx = (2x − 3)e y
2
− 3 x +1
= e y dy = ey + k = e(x² - 3x + 1) + k
2x − 3

Contoh 5

Hitunglah ( x + 1)Tg ( x 2 + 2 x − 1)dx

Jawab :
dy 1 dy
Subtitusikan y = (x2 + 2x – 1) dy = (2x + 2)dx dx = =
2x + 2 2 x +1
Dengan menggunakan dalil 7,

1 dy 1 1 Sin ( y)
( x + 1)Tg ( x 2 + 2 x − 1)dx = ( x + 1)Tg ( y) = (Tg ( y)dy = }dy
2 x +1 2 2 Cos( y)

Subtitusikan z = Cos(y) dz = −Sin(y)dy

1 Sin ( y) 1 − dz
}dy = = −ln(z) + k = −ln{Cos(y)} + k = −ln{Cos(x2 + 2x – 1) + k
2 Cos( y) 2 z

150
Contoh 6

Hitunglah Sec( x )dx !

Jawab :
1 Cos( x ) Cos( x )
Sec(x) = = =
Cos( x ) Cos ( x ) 1 − Sin 2 ( x )
2

Subtitusikan y = Sin(x) dy = Cos(x)dx

Cos( x ) dy
Sehingga Sec( x )dx = dx =
1 − Sin ( x )
2
1− y2

1 1
1 1 2 2 , dengan menggunakan dalil 6, 7, dan 3,
Karena = = +
1− y2 (1 − y)(1 + y) (1 − y) (1 + y)

dy 1 dy 1 dy
maka = + .
1− y 2
2 1− y 2 1+ y

dy
Menghitung
1− y

Subtitusikan z = 1 – y dz = −dy,

dy − dz
= = −ln(z) + K1 = −ln(1−y) + k1 = −ln{1−Sin(x)} + k1
1− y z

dy
Menghitung
1+ y

Subtitusikan z = 1 + y dz = dy

dy dz
= = ln(z) + k2 = ln(1+y) + k2 = ln{1+Sin(x)} + k2
1+ y z

151
Sehingga

1 1
Sec( x )dx = [−ln{1−Sin(x)} + k1] + [ln{1+Sin(x)} + k2]
2 2

1 1 1 1 + Sin ( x )
=− ln{1−Sin(x)} + ln{1+Sin(x)} + k = ln + k,
2 2 2 1 − Sin ( x )

1 1
dengan k = k1 + k2 .
2 2

b) Subtitusi goniometri

Metode ini dilakukan jika integrand memiliki bentuk a2 − x2 , a2 + x2 , x2 − a2 ,


a2 – x2, a2 + x2, atau x2 – a2; a 0.
Bentuk subtitusinya,

1) untuk bentuk a 2 − x 2 atau a2 – x2


x
x = aSin(y) dx = aCos(y)dy , y = arc Sin , atau
a

x
x = aCos(y) dx = −aSin(y)dy , y = arc Cos
a
Contoh 7

x +1
Hitunglah dx
4 − x2
Jawab :
Subtitusikan x = 2Sin(y) dx = 2Cos(y)dy
x
y = arc Sin
2
sehingga

152
x +1 2Sin ( y) + 1 2Sin ( y) + 1
dx = 2Cos( y)dy = 2Cos( y)dy
4 − x2 4 − 4Sin 2 ( y) 2Cos( y)

= (2Sin ( y) + 1)dy = 2 Sin ( y)dy + dy = −2Cos(y) + y + k

x x
= −2Cos arcSin + arc Sin +k
2 2

2) untuk bentuk a 2 + x 2 atau a2 + x2


x = aTg(y) dx = aSec2(y)dy
x
y = arc Tg
a
Contoh 8
1
Hitunglah dx
x 9 + x2
Jawab :
Subtitusikan x = 3Tg(y) dx = 3Sec2(y)dy
x
y = arc Tg
3

1 1 1
dx = 3Sec 2 ( y)dy = 3Sec 2 ( y)dy
x 9 + x2 3Tg ( y) 9 + 9Tg 2 ( y) 3Tg ( y)3Sec( y)

1 Sec( y) 1 1 1 Sin ( y) 1 Sin ( y)


= dy = dy = dy = dy
3 Tg ( y) 3 Sin ( y) 2
3 Sin ( y) 3 1 − Cos 2 ( y)

Subtitusikan z = Cos(y) dz = −Sin(y)dy


Sehingga

153
1 1
Sin ( y) 1 2 dz + 2 dz = − 1 ln(1−z)+ 1 ln(1+z)+k
dy = dz =
1 − Cos ( y)
2
1− z 2
1− z 1+ z 2 2

1 1+ z 1 1 + Cos( y)
= ln +k= ln +k
2 1− z 2 1 − Cos( y)

x
1 + Cos arcTg
1 1 1 1 + Cos( y) 1 3
dx = { ln + k} = ln +k
x 9+x 2 3 2 1 − Cos( y) 6 x
1 − Cos arcTg
3

3) untuk bentuk x 2 − a 2 atau x2 – a2


x = aSec(y) dx = aSec(y)Tg(y)dy
x
y = arc Sec
a
Contoh 9

x2 − 4
Hitunglah dx
x3

Jawab :
Subtitusikan x = 2Sec(y) dx = 2Sec(y)Tg(y)dy
x
y = arc Sec
2

x2 − 4 4Sec 2 ( y) − 4 2Tg 2 ( y)
dx = 2Sec( y)Tg ( y)dy = Tg ( y)dy
x3 8Sec 3 ( y) 4Sec 2 ( y)

=
1 Sin 3 ( y)
dy =
(
1 Sin ( y) 1 − Cos 2 ( y)
dy
)
2 Cos( y) 2 Cos( y)

Subtitusikan z = Cos(y) dz = −Sin(y)dy


Sehingga

154
(
Sin ( y) 1 − Cos 2 ( y))dy = −
(1 − z ) dz = −
2
1
dz + zdz = −ln(z) +
1 2
z +k
Cos( y) z z 2

1
= −ln(Cos(y)) + Cos2(y) + k
2

x2 − 4 1 1
3
dx = {−ln(Cos(y)) + Cos2(y) + k}
x 2 2

1 1
=− ln(Cos(y)) + Cos2(y) + k
2 4

1 x 1 x
=− ln Cos arcSec + Cos2 arcSec +k
2 2 4 2

c) Subtitusi jika integrand memiliki bentuk kuadratik ax2 + bx + c.


Dalam hal seperti ini, proses yang harus dilakukan
1) Merubah bentuk kuadratik ax2+bx+c menjadi perjumlahan dua suku kuadrat
(Ax)2+B2 , sebagai berikut
2
2 b
2 c b 2 c b2 b 2 4ac − b 2
ax +bx+c = a(x + x+ ) = a{(x+ ) + − 2 } = a{(x+ )+ }
a a 2a a 4a 2a 2a

b
2) Subtitusikan y = x + dy = dx
2a
b
x=y−
2a
Contoh 10
x+2
Hitunglah dx !
2x − x + 1
2

Jawab :
Berdasarkan paparan yang telah dikemukakan,

155
2
2
2 (−1) 2 4(2)(1) − (−1) 2 1 2 3
2x – x + 1 = 2{(x + ) + = 2{(x − ) + }
2( 2) 2( 2) 4 2

1
Subtitusikan : y = x − dy = dx
4
1
x=y−
4
1
y− +2
x+2 4 1 y 7 1
dx = dy = dy + dy
2x − x + 1
2
3
2
2 3
2
8 3
2

2 y +2
y +
2
y +
2

2 2 2

y
Menghitung integral 2
dy
3
y2 +
2

Subtitusikan z = y2 dz = 2ydy
1
dz
y 2 1 1 1 9 1 9
dy = = dz = ln z + +k1 = ln y 2 + +k1
3
2
9 2 9 2 4 2 4
y2 + z+ z+
2 4 4

2
1 1 9 1 1 37
= ln x− + + k1 = ln x 2 − x + + k1
2 4 4 2 2 16

1
Menghitung integral 2
dy
3
y + 2

3 3
Subtitusikan y = Tg(z) dy = Sec2(z)dz
2 2
2y
z = arc Tg
3
Sehingga

156
1 3 1 1 3 2
dy = Sec 2 (z)dz = Sec 2 (z)dz = dz
3
2
9 2 9 2 9 2 3
y2 + Tg (z) + Sec 2 (z)
2 4 4 4

1
2 x−
2 2 2y 2 4 2 4x − 1
= z + k2 = arc Tg + k2 = arc Tg + k2 = arc Tg + k2
3 3 3 3 3 3 6

x+2 1 1 1 37 7 2 4x − 1
dx = ln x 2 − x + + arc Tg +k
2x − x + 1
2
2 2 2 16 8 3 6

1 1 37 7 4x − 1
= ln x 2 − x + + arc Tg +k
4 2 16 12 6

d) Subtitusi rasionalisasi
Metode ini dilakukan jika integrand memiliki bentuk akar, n
ax + b , n > 2.

Prosesnya, subtitusikan y = n
ax + b , sehingga

yn − b n (n−1)
yn = ax + b x= dx = y dy
a a
Contoh 11

Hitunglah x 3 x + 4dx !

Jawab :
Berdasarkan paparan, y = 3
x+4 x = y3 − 4 dx = 3y2dy

x 3 x + 4dx = (y 3
) ( )
− 4 ( y)(3y 2 dy) = 3 y 6 dy = 3 y 6 − 4 y 3 dy = 3 y 6 dy − 12 y 3 dy

(x+ 4) ) − 3 (3 (x + 4) ) + k
3 7 12 4 3
= y −
4
y +k= (
3
7 4

7 7
3
= (x + 4)2 3 x + 4 − 3(x + 4) 3
x+4+k
7

157
3. Integral Parsial
Konsepsinya
f ( x )dg ( x ) = f(x)g(x) − g ( x )df ( x ) .

Dalam hal ini bentuk integral g ( x )df ( x ) harus lebih sederhana dari f ( x )dg ( x ) .

Contoh 12
Hitunglah x ln(x )dx !

Jawab :
1
f(x) = ln(x) df(x) = dx
x
1 3
1 +1 2 2
dg(x) = x dx g(x) = x dx = x2 = x
1 3
+1
2
(konstanta k tidak dituliskan sebab dapat dikumulatifkan pada perhitungan terakhir)
3 3 3 3
2 2 2 1 2 2 2 −1
x ln(x )dx = {ln(x)}( x 2 ) − x dx = x 2 ln(x) − x dx
3 3 x 3 3
3 3 3
2 2 2 2 2 2 2
= x ln(x) − x + k = x 2 (ln(x) − ) + k
3 3 3 3 3

Contoh 13
Hitunglah Sin (ln(x ) )dx !

Jawab :
1
Subtitusikan : ln(x) = y x = ey , dy = dx dx = xdy = eydy
x

Sehingga Sin (ln(x ) )dx = Sin ( y)e y dy = e y Sin ( y)dy

f(y) = Sin(y) df(y) = Cos(y)dy

dg(y) = eydy g(y) = e y dy = ey

158
e y Sin ( y)dy = {Sin(y)}{ey} − {e y }Cos( y)dy = eySin(y) − e y Cos( y)dy

Menghitung integral e y Cos( y)dy

f(y) = Cos(y) df(x) = −Sin(y)dy

dg(y) = eydy g(y) = e y dy = ey

e y Cos( y)dy = {Cos(y)}{ey} − {e y }{−Sin ( y}}dy = eyCos(y) + e y Sin ( y}dy

Sehingga
e y Sin ( y)dy = eySin(y)−{ eyCos(y)+ e y Sin ( y}dy } = eySin(y)−eyCos(y)− e y Sin ( y}dy

2 e y Sin ( y)dy = eySin(y) − eyCos(y)

1 y
Sin (ln(x ) )dx = e y Sin ( y)dy = { e Sin(y) − eyCos(y)} + k
2

4. Integral partisi
Metode ini digunakan jika integrandnya merupakan fungsi pecahan aljabar (fungsi
rasional). Proses yang harus dilakukan,
1) Jika derajat pembilang lebih besar dari derajat penyebut, maka lakukan proses
pembagian, sehingga diperoleh suku sisa.
2) Pada suku sisa, jika penyebut dapat difaktorkan, maka partisi suku sisa, selanjutnya
lakukan proses kesamaan pada pembilang.
3) Lakukan perhitungan integral berdasarkan hasil partisi.
Contoh 14.
x 3 − 2x 2 + x − 1
Hitunglah dx !
x 2 − 3x + 2
Jawab :
Karena derajat pembilang lebih besar dari penyebut, maka proses perhitungannya
1) Melakukan pembagian sehingga diperoleh suku sisa
x 3 − 2x 2 + x + 1 2x − 1
= (x + 1) + 2
x − 3x + 2
2
x − 3x + 2
159
2) Mempartisi suku sisa
2x − 1 2x − 1 A B A ( x − 2) + B( x − 1)
= = + =
x − 3x + 2 ( x − 1)( x − 2)
2
x −1 x − 2 ( x − 1)( x − 2)
(A + B) x − (2A + B)
=
( x − 1)( x − 2)
Pada kesamaan ini, A + B = 2 dan 2A + B = 1. Jika diselesaikan, akan diperoleh A = −1,
2x − 1 −1 3
B = 3, sehingga = +
x − 3x + 2
2
x −1 x − 2
3) Proses integral partisi
x 3 − 2x 2 + x − 1 −1 3
dx = ( x + 1)dx + dx + dx
x 2 − 3x + 2 x −1 x−2
−1 3 1
= xdx + dx + dx + dx = x2 + x – ln(x−1) + 3ln(x−2) + k
x −1 x−2 2

Contoh 15
x 3 − 2x 2 + x − 1
Hitunglah dx !
2 x 2 − 3x + 2
Jawab :
Karena derajat pembilang lebih besar dari penyebut, dengan penyebutnya tidak dapat
difaktorkan, sebab diskriminannya, D < 0, maka proses perhitungannya
1) Melakukan pembagian untuk mendapatkan suku sisa
3 3
x− −
x − 2x + x − 1
3 2
1 1 4 2 = 1x−1 − 3 x+2
= x− +
2 x − 3x + 2
2
2 4 2 x − 3x + 2
2
2 4 4 2 x − 3x + 2
2

160
2) Mempartisi bentuk integral
x 3 − 2x 2 + x − 1 1 1 3 x+2
dx = x − dx − dx
2 x 2 − 3x + 2 2 4 4 2 x − 3x + 2
2

1 1 3 x+2
= xdx − dx − dx
2 4 4 2 x − 3x + 2
2

1 1 3 x 3 2
= xdx − dx − dx − dx
2 4 4 2 x − 3x + 2
2
4 2 x − 3x + 2
2

1 2 1 3 x 3 1
= x − x− dx − dx
4 4 4 2 x − 3x + 2
2
2 2 x − 3x + 2
2

1
Menghitung integral dx
2 x − 3x + 2
2

(1) Sajikan bentuk kuadrat (2x2–3x+2) menjadi perjumlahan dua suku kuadrat
3 3 9 3 7
2x2–3x+2 = 2(x2− x+1) = 2{(x− )2− +1} = 2{(x− )2+ }
2 4 16 4 16
2
3 7
= 2{(x− )2+ }
4 4

3
(2) Subtitusikan, x− =y dy = dx
4
3
x=y+
4
1 1 1 1 1 4y
(3) dx = dy = dy = arc Tg +k1
2 x − 3x + 2
2
7
2
2 7
2
2 7
2 y2 + y2 +
4 4

1 4x − 3
= arc Tg + k1
2 7

161
x
Menghitung integral dx
2 x − 3x + 2
2

(1) Sajikan bentuk kuadrat (2x2–3x+2) menjadi perjumlahan dua suku kuadrat
3 3 9 3 7
2x2–3x+2 = 2(x2− x+1) = 2{(x− )2− +1} = 2{(x− )2+ }
2 4 16 4 16
2
3 7
= 2{(x− )2+ }
4 4

3
(2) Subtitusikan, x− =y dy = dx
4
3
x=y+
4
3
y+
x 4
(3) dx = dy
2 x − 3x + 2
2
7
2

2 y2 +
4

1 y 3 1
= 2
dy + 2
dy
2 7 8 7
y2 + y2 +
4 4

y
Menghitung integral 2
dy
7
y2 +
4
2
2 7 7
Subtitusikan y + = y2 + =z dz = 2ydy
4 16

1
y 1 1 7
2
dy = 2 dz = {ln(z )} + k2 = ln y 2 + + k2
7 z 2 2 16
y2 +
4

162
1
Menghitung integral 2
dy
7
y2 +
4

7 7
Subtitusikan y = Tg(z) dy = Sec2(z)z
4 4

1 1 7
dy = Sec 2 (z)dz
2
7 7 4
7 Tg 2 (z) +
y2 + 16 16
4

1 7 4y
= Sec 2 (z)dz = dz = z = arc Tg
7 4 7
Sec 2 (z)
16

Sehingga
x 1 7 3 4y
dx = ln y 2 + + arc Tg + k3
2 x − 3x + 2
2
2 16 4 7

3
2 4 x−
1 3 7 3 4
= ln x− + + arc Tg + k3
2 4 16 4 7

1 9 2 3 4x − 3
= ln x 2 − x − + arc Tg + k3
2 16 16 4 7
Sehingga
x 3 − 2x 2 + x − 1 1 1 3 1 9 2 3 4x − 3
dx = x2 − x − { ln x 2 − x − + arc Tg }
2 x − 3x + 2
2
4 4 4 2 16 16 4 7

3 4x − 3
− {arc Tg }+k
2 7

1 2 1 3 9 2 15 4x − 3
= x − x − ln x 2 − x − − arc Tg +k
4 4 8 16 16 4 7

163
Contoh 16
5x + 3
Hitunglah dx !
x − 2 x 2 − 3x
3

Jawab :
Derajat pembilang lebih kecil dari penyebut, dan penyebut dapat difaktorkan atas tiga faktor,
sehingga proses perhitungannya
1) Mempartisi integrand
5x + 3 5x + 3 5x + 3 A B C
= = = + +
x − 2 x − 3x
3 2
x ( x − 2 x − 3)
2
x ( x − 3)( x + 1) x x −3 x +1

A( x − 3)( x + 1) + Bx ( x + 1) + Cx ( x − 3) Ax 2 − 2Ax − 3A + Bx 2 + Bx + Cx 2 − 3Cx


= =
x ( x − 3)( x + 1) x ( x − 3)( x + 1)

(A + B + C) x 2 + (−2A + B − 3C) x + (−3A)


=
x ( x − 3)( x + 1)
Dari kesamaan diperoleh, A + B + C = 0, −2A + B – 3C = 5, −3A = 3. Jika dihitung,
1 3
maka : A = −1 , B = − ,C=
2 2
2) Integral partisinya
1 3

5x + 3 −1 2 dx + 2 dx
dx = dx +
x − 2 x 2 − 3x
3
x x −3 x +1
1 3
= −ln(x) − ln(x–3) + ln(x+1) + k
2 2

164
Contoh 17
5 x 2 + 3x − 1
Hitunglah dx !
x 3 + 3x 2 − 4
Jawab :
Karena derajat pembilang lebih kecil dari penyebut, maka proses perhitunganya
1) Mempartisi bentuk integrand
5 x 2 + 3x − 1 5 x 2 + 3x − 1 A B C
= = + +
x + 3x − 4
3 2
( x − 1)( x + 2) 2
x −1 x + 2 ( x + 2) 2

A( x + 2) 2 + B( x − 1)( x + 2) + C( x − 1) A( x 2 + 4 x + 4) + B( x 2 + x − 2) + C( x − 1)
= =
( x − 1)( x + 2) 2 ( x − 1)( x + 2) 2

(A + B) x 2 + (4A + B + C) x + (4A − 2B − C)
=
( x − 1)( x + 2) 2

Dari kesamaan disimpulkan, A + B = 5 , 4A + B + C = 3 , 4A – 2B – C = −1. Jika


29 46 39
dihitung, diperoleh A = ,B= ,C=
93 93 31
2) Integral partisinya
29 46 39
5 x 2 + 3x − 1 93 dx + 93 dx + 31 dx
dx =
x 3 + 3x 2 − 4 x −1 x+2 ( x + 2) 2
29 1 46 1 39 1
= dx + dx + dx
93 x − 1 93 x + 2 31 ( x + 2) 2

29 46 39
= ln(x – 1) + ln(x + 2) + .(−2 + 1)(x + 2)−2+1 + k
93 93 31
29 46 39 1
= ln(x – 1) + ln(x + 2) − +k
93 93 31 x + 2
29( x + 2) ln(x − 1) + 46( x + 2) ln(x + 2) − 117
= +k
93( x + 2)

165
5. Integral fungsi goniometri
Mengintegralkan fungsi-fungsi goniometri pada umumnya tidak sesederhana seperti
pada fungsi-fungsi aljabar, karena adanya pengulangan bentuk fungsi. Sehingga untuk
menghitung beberapa bentuk integral fungsi goniometri, perlu telaahan secara khusus.
Bentuk-bentuk tesebut diantaranya :
1) Sin n ( x )dx atau Cos n ( x )dx

Metode penyelesaiannya dengan memperhatikan apakah n bilangan genap atau ganjil.

a) Jika n bilangan ganjil, maka


(1) Ubah bentuk Sinn(x) menjadi Sinn-1(x)Sin(x), dan Cosn(x) menjadi Cosn-1(x)Cos(x)
(2) Gunakan hubungan Sin2(x) + Cos2(x) = 1
Sehingga diperoleh bangun Sink(x)Cos(x) atau Cosk(x)Sin(x)
Contoh 18
Hitunglah Sin 7 ( x )dx

Jawab

Sin 7 ( x )dx = Sin 6 ( x )Sin ( x )dx = (Sin 2


)3
( x ) Sin ( x )dx = (1 − Cos 2
)3
( x ) Sin ( x )dx

= (1 − 3Cos (x) + 3(Cos (x)) − (Cos (x)) )Sin(x)dx


2 2 2 2 3

Subtitudikan Cos(x) = y dy = dCos(x) = Sin(x)dx

Sin 7 ( x )dx = (1 − 3y 2
+ 3y 4 − y 6 )dy = y – y3 +
3 5 1 7
5
y – y +k
7
3 1
= Cos(x) – Cos3(x) + Cos5(x) – Cos7(x) + k
5 7

b) Jika n genap maka


(1) Ubah bentuk Sinn(x) menjadi (Sin2(x))n/2, dan Cosn(x) menjadi (Cos2(x))n/2
1 1
(2) Gunakan hubungan Sin2(x) = (1 – Cos(2x)), Cos2(x) = (1 + Cos(2x))
2 2
Sehingga diperoleh bangun Sink(x)Cos(x) atau Cosk(x)Sin(x)
166
Contoh 19
1
π
4
Hitunglah Cos 6 ( x )dx !
0

Jawab
1 1
Cos6(x) = (Cos2(x))3 = ( (1 + Cos(2x)))3 = (1 + 3Cos(2x) + 3Cos2(2x) + Cos3(2x))
2 8
1 3 3 1 1
= + Cos(2x) + ( (1 + Cos(2x))) + Cos2(2x)Cos(2x)
8 8 8 2 8
1 3 3 1 1
= + Cos(2x) + ( (1 + Cos(2x))) + ( 1 − Sin2(2x))Cos(2x)
8 8 8 2 8
1
Subtitusikan 2x = y dy = 2dx dx = dy
2
1 1
x=0 y=0 , x= π y= π
4 2
Sehingga
1 1 1 1 1
π π π π π
4 2 2 2 2
1 1 3 1 3 1 3 1
Cos 6 ( x )dx = dy + Cos( y) dy + dy + Cos( y) dy
0 0
8 2 0
8 2 0
16 2 0
16 2
1 1
π π
2 2
1 1 1
+ Cos( y) dy − Sin 2 ( y)Cos( y) dy
0
8 2 0
2
1
π
2
1 1
3 1
3 1
3 1
1 1
1
Sin 2 ( y)d (Sin ( y) )
π π π π π
= y 2
0
+ Sin ( y) 2
0
+ y 2
0
+ Sin ( y) 2
0
+ Sin ( y) 2
0

16 16 32 32 16 2 0

1 1 3 1 3 1 3 1
= ( π − 0) + (Sin( π) – Sin(0)) + ( π − 0) + (Sin( π) – Sin(0))
16 2 16 2 32 2 32 2
1 1 1 1 1
+ (Sin( π) – Sin(0)) − (Sin3( π) − Sin3(0))
16 2 2 3 2
1 3 3 3 1 1 113
= + + + + − =
32 16 64 32 16 6 192

167
2) Sin m ( x )Cos n ( x )dx

Menyelesaikan bentuk integral seperti ini, identik dengan bentuk 1), yaitu
a) Sajikan Sinm(x) = Sinm-1(x)Sin(x), jika n ganjil, dan Sinm(x) = (Sin2(x))m/2, jika m genap
analog Cos(x)n = Cos(x)n-1Cos(x), jika n ganjil, dan Cosn(x) = (Cos2(x))n/2, jika n genap
b) Gunakan hubungan Sin2(x) + Cos2(x) = 1, jika m, atau n, atau keduanya ganjil, atau
1 1
Sin2(x) = (1 – Cos(2x)), Cos2(x) = (1 + Cos(2x)), jika m dan n genap.
2 2
Sehingga diperoleh bangun Sink(x)Cos(x) atau Cosk(x)Sin(x)
Contoh 20
Hitunglah Sin 3 ( x )Cos 4 ( x )dx !

Jawab :
Sin3(x)Cos4(x) = Sin2(x)Sin(x)Cos4(x) = (1 – Cos2(x))Sin(x)Cos4(x)
= (Cos4(x) – Cos6(x))Sin(x)
sehingga
Sin 3 ( x )Cos 4 ( x )dx = (Cos 4 ( x ) − Cos 6 ( x ))Sin ( x )dx

= Cos 4 ( x )Sin ( x )dx − Cos 6 ( x )Sin ( x )dx

subtitusikan Cos(x) = y dy = dCos(x) = Sin(x)dx


1 5 1 7 1 1
Sin 3 ( x )Cos 4 ( x )dx = y 4 dy − y 6 dy = y − y + K = Cos5(x) − Cos7(x) + k
5 7 5 7

Contoh 21
Hitunglah Sin 4 ( x )Cos 6 ( x )dx !

Jawab :
Sin4(x)Cos6(x) = {Sin2(x)}2Cos6 = {1−Cos2(x)}2Cos6(x) = {1−2Cos2(x)+Cos4(x)}Cos6(x)
= Cos6(x)−2Cos8(x)+Cos10(x) = {Cos2(x)}3 − 2{Cos2(x)}4 + {Cos2(x)}5
1 1 1
=[ {1 + Cos(2x)}]3 − 2[ {1 + Cos(2x)}]4 + [ {1 + Cos(2x)}]5
2 2 2

168
1 1
= {1+3Cos(2x)+3Cos2(2x)+Cos3(2x) − {1+4Cos(2x)+6Cos2(2x)+4Cos3(2x)+Cos4(2x)}
8 8
1
+ {1+5Cos(2x)+10Cos2(2x)+10Cos3(2x)+5Cos4(2x)+Cos5(2x)}
32
1 3 1 1 1 1
= − Cos(2x) − Cos2(2x) − Cos3(2x) + Cos4(2x) + Cos5(2x)
32 32 16 16 32 32
sehingga
1 1 1 1
Sin 4 ( x )Cos 6 ( x )dx = dx − Cos(2 x )dx − Cos 3 (2 x )dx + Cos 4 (2 x )dx
32 32 16 32
1
+ Cos 5 (2 x )dx
32
1
subtitusikan 2x = y dy = 2dx dx = dy
2
1 1 1 1
Sin 4 ( x )Cos 6 ( x )dx = x− Sin(y) − Cos 2 ( y)Cos( y)dy + {Cos 2 ( y)}2 dy
32 64 32 64
1
+ {Cos 2 ( y)}2 Cos( y)dy
64
1 1 1 1 1
= x− Sin(2x) − {1 − Sin 2 ( y)}Cos( y)dy + [ {1 + Cos(2 y)}] 2 dy
32 64 32 64 2
1
+ {1 − Sin 2 ( y)}2 Cos( y)dy
64
1 1 1 1 1
= x− Sin(2x) − {Sin(y)− Sin3(y)} + {1 + 2Cos(2 y) + Cos 2 (2 y)dy
32 64 32 3 256
1
+ {1 − 2Sin 2 ( y) + Sin 4 ( y)}Cos( y)dy + k
64
1 1 1 1 1 1
= x− Sin(2x) − Sin(2x) − Sin3(2x) + {y+Sin(2y)+ {1 + Cos(4 y)}dy }
32 64 32 96 256 2
1 2 1
+ {Sin(y)− Sin3(y)+ Sin5(y)} + k
64 3 5

169
1 1 1 1 1 1 1
= x− Sin(2x) − Sin(2x) − Sin3(2x) + {2x+Sin(4x)+ y+ Sin(4y)}
32 64 32 96 256 2 8
1 1 1
+ Sin(2x) − Sin3(2x) + Sin5(2x) + k
64 96 320
1 1 1 1 1 1 1
= x− Sin(2x) − Sin(2x) − Sin3(2x) + x+ Sin(4x) + x
32 64 32 96 128 256 256
1 1 1 1
+ Sin(8x) + Sin(2x) − Sin3(2x) + Sin5(2x) + k
2048 64 96 320
11 1 1 1 1 1
= x− Sin(2x) + Sin(4x) + Sin(8x) − Sin3(2x) + Sin5(2x) + k
256 32 256 2048 48 320

3) Tg n ( x )dx atau Ctg n ( x )dx

Cara menyelesaikan integral seperti ini adalah dengan menuliskan


(1) Tgn(x) = Tg2(x)Tgn-2(x) , Ctgn(x) = Ctg2(x)Ctgn-2(x),
(2) Menggunakan hubungan Tg2(x) = Sec2(x) – 1, Ctg2(x) = Cosec2(x) – 1.
Sehingga diperoleh bangun Tgk(x)Sec2(x).
Contoh 22
Hitunglah Tg 6 ( x )dx !

Jawab :
Tg6(x) = Tg2(x)Tg4(x) = {Sec2(x) – 1}Tg4(x) = Sec2(x)Tg4(x) – Tg4(x)
= Sec2(x)Tg4(x) – Tg2(x)Tg2(x) = Sec2(x)Tg4(x) – {Sec2(x) – 1}Tg2(x)
= Sec2(x)Tg4(x) – Sec2(x)Tg2(x) + Tg2(x) = Sec2(x)Tg4(x) – Sec2(x)Tg2(x) + Sec2(x) – 1
subtitusikan y = Tg(x) dy = Sec2(x)dx , sehingga
1 5 1
Tg 6 ( x )dx = y 4 dy − y 2 dy + dy − dx = Tg (x) − Tg3(x) + Tg(x) – x + k.
5 3

170
Soal 23
Hitunglah Ctg 7 ( x )dx

Jawab :
Ctg7(x) = Ctg2(x)Ctg5(x) = {Cosec2(x) – 1}Ctg3(x) = Cosec2(x)Ctg3(x) – Ctg3(x)
= Cosec2(x)Ctg3(x) – Cosec2Ctg(x) + Ctg(x)
subtitusikan y = Ctg(x) dy = −Cosec2(x)dx, sehingga
1 1
Ctg 7 ( x )dx = − y 3 dy − − ydy + Ctg ( x )dx = − Ctg4(x) + Ctg2(x) + ln{Sin(x)} + k
4 2
Catatan :
Cos( x ) 1
Ctg ( x )dx = dx = dSin ( x ) x = ln{Sin(x)} + k
Sin ( x ) Sin ( x )

4) Tg m ( x )Sec n ( x )dx atau Ctg m ( x )Co sec n ( x )dx

Untuk menyelesaikan bentuk integral seperti ini perlu diperhatikan ciri dari m atau.
a) Jika n genap dan m sembarang, maka tulis
Secn(x) = Sec2(x)Secn-2(x) = {1 + Tg2(x)}Secn-2(x),
Cosecn(x) = Cosec2(x)Cosecn-2(x) = {1 + Ctg2(x)}Cosecn-2(x)
sehingga diperoleh bangun Tgk(x)Sec2(x)
Contoh 24
Hitunglah Tg 5 ( x )Sec 6 ( x )dx !

Jawab :
Tg5(x)Sec6(x) = Tg5(x){1 + Tg2(x)}Sec4(x) = Tg5(x)Sec4(x) + Tg7(x)Sec4(x)
= Tg5(x){1 + Tg2(x)}Sec2(x) + Tg7(x){1 + Tg2(x)}Sec2(x)
= Tg5(x)Sec2(x) + Tg7(x)Sec2(x) + Tg7(x)Sec2(x) + Tg9(x)Sec2(x)
= Tg5(x)Sec2(x) +2Tg7(x)Sec2(x) + Tg9(x)Sec2(x)
Subtitusikan y = Tg(x) dy = Sec2(x)dx , sehingga
1 6 1 1
Tg 5 ( x )Sec 6 ( x )dx = y 5 dy + 2 y 7 dy + y 9 dy = Tg (x) + Tg8(x) + Tg10(x) + k
6 4 10

171
b) Jika m ganjil dan n sembarang, maka tulis
Tgm(x) = Tg2(x)Tgm-2(x) = {Sec2(x) – 1}Tgm-2(x)
Ctgm(x) = Ctg2(x)Ctgm-2(x) = {Cosec2(x) – 1}Ctgm-2(x)
sehingga diperoleh bangun Coseck(x){Ctg(x)Cosec(x)}
Contoh 25
Hitunglah Ctg 7 ( x )Co sec 3 ( x )dx !

Jawab :
Ctg7(x)Cosec3(x) = {Cosec2 – 1}Ctg5(x)Cosec5(x)
= {Cosec2(x) – 1}Ctg4(x)Cosec4(x){Ctg(x)Cosec(x)}
= {Cosec6(x) – Cosec4(x)}{Cosec2(x) – 1}2{Ctg(x)Cosec(x)}
= {Cosec6(x) – Cosec4(x)}{Cosec4(x) – 2Cosec2(x) + 1}{Ctg(x)Cosec(x)}
= {Cosec10(x) – 3Cosec8(x) + 3Cosec6(x) – Cosec4(x)}{Ctg(x)Cosec(x)}
= Cosec10(x){Ctg(x)Cosec(x)} – 3Cosec8(x){Ctg(x)Cosec(x)}
+ 3Cosec6(x){Ctg(x)Cosec(x)} – Cosec4(x){Ctg(x)Cosec(x)}
subtitusikan y = Cosec(x) dy = Ctg(x)Cosec(x)dx
sehingga
Ctg 7 ( x )Co sec 3 ( x )dx = y10 dy − 3 y 8 dy + 3 y 6 dy − y 4 dy

1 1 3 1
= Cosec11(x) − Cosec9(x) + Cosec7(x) − Cosec5(x) + k
11 3 7 5

5) Sin (mx )Sin (nx )dx atau Sin (mx )Cos(nx )dx atau Cos(mx )Cos(nx )dx .

Untuk menyelesaikan integral seperti ini gunakan hubungan


1
Sin(mx)Cos(nx) = [Sin{(m+n)x} + Sin{(m−n)x}]
2
1
Sin(mx)Sin(nx) = − [Cos{(m+n)x} – Cos{(m−n)x}]
2
1
Cos(mx)Cos(nx) = [Cos{(m+n)x} + Cos{(m−n)x}]
2

172
Sehingga diperoleh bentuk Sin(kx) atau Cos(kx)
Contoh 26
Hitunglah Sin (5x )Sin (6 x )dx !

Jawab :
1 1 1
Sin(5x)Sin(6x) = − Cos(11x) – Cos(−x)} = − Cos(11x) + Cos(x)
2 2 2
sehingga
1 1 1 1
Sin (5x )Sin (6 x )dx = − Cos(11x )dx + Cos( x )dx = − Sin(11x) + Sin(x) + k
2 2 22 2

6. Integral fungsi rasional dengan variabelnya berpangkat rasional


Untuk menyelesaikan integral seperti ini subtitusikan x = yn, dengan n merupakan kelipatan
persekutuan terkecil dari penyebut pangkat.
Contoh 27
1− x
Hitunglah dx !
3
x2 − 4 x
Jawab :
1
1− x 1− x 2
= 2 1
3
x2 − 4 x
x −x
3 4

Subtitusikan x = y12 dx = 12y11dy , y = 12


x
Sehingga

1− x 1 − y6 11 y11 − y17 y 8 − y14


dx = 12 y dy = 12 dy = 12 dy
3
x2 − 4 x y8 − y3 y8 − y3 y5 − 1

y4 + y3
= 12 − y9 − y 4 + y3 + y + dy
y5 −1

y4 y3
= −12 y 9 dy − 12 y 4 dy + 12 y 3 dy + 12 ydy + 12 dy + 12 dy
y5 −1 y5 −1

173
6 10 12 5 12 y3
=− y − y + 3y4 + 6y2 + ln(y5−1) + 12 5 dy
5 5 5 y −1

6 12 12 5 12 12 5 y3
=− 12
x 10
− 12 4 12 2
x +3 x +6 x + ln( x -1) + 12 5 dy
5 5 5 y −1

6 12 12 5 12 12 5 y3
=− 6
x5 − x + 33 x + 66 x + ln( x -1) + 12 5 dy
5 5 5 y −1

y3
Menghitung integral dy :
y5 −1

1 1 3 2 1
− y3 + y2 + y +
y3 y3
= = 5 + 54 5 5 5
y − 1 ( y − 1)( y + y + y + y + 1)
5 4 3 2
y −1 y + y + y + y +1
3 2

1 1 1 4 y 3 + 3y 2 + 2 y + 1 y3
= + −
5 y −1 5 y 4 + y3 + y 2 + y + 1 y4 + y3 + y2 + y + 1

Sehingga

y3 1 1 1 4 y 3 + 3y 2 + 2 y + 1 y3
dy = dy + dy − dy
y5 −1 5 y −1 5 y4 + y3 + y2 + y + 1 y 4 + y3 + y 2 + y + 1

1 1 y3
= ln(y−1) + ln(y4+y3+y2+y+1) − dy
5 5 y 4 + y3 + y 2 + y + 1

1 12 1 12 4 12 3 12 2 12 y3
= ln( x −1)+ ln( x + x + x + x +1) − 4 dy
5 5 y + y3 + y 2 + y + 1

1 12 1 y3
= ln( x −1)+ ln( 3 x + 4 x + 6 x + 12 x +1) − 4 dy
5 5 y + y3 + y 2 + y + 1

y3
Karena integral dy jika dihitung secara “manual”, tidak sederhana,
y 4 + y3 + y 2 + y + 1
maka diselesaikan dengan menggunakan program Mathcad.

174
Hasilnya :
y3
dy =
y 4 + y3 + y 2 + y + 1

1 5 1 4 y + (1 − 5
ln{2y2+(1− 5 )y+2}− ln{2y2+(1− 5 )y+2}− Arctg 5
4 20 5 10 + 2 5 10 + 2 5

1 4 y + (1 − 5 1 5
− Arctg + ln{2y2+(1+ 5 )y+2}+ ln{2y2+(1+ 5 )y+2}
10 + 2 5 10 + 2 5 4 20

1 4 y + (1 + 5 1 4 y + (1 + 5
+ Arctg 5 − Arctg
5 10 − 2 5 10 − 2 5 10 − 2 5 10 − 2 5

1 5
= ln{2 12 x 2 +(1− 5 ) 12 x +2} − ln{2 12 x 2 +(1− 5 ) 12 x +2}
4 20

1 412 x + (1 − 5 1 412 x + (1 − 5
− Arctg 5 − Arctg
5 10 + 2 5 10 + 2 5 10 + 2 5 10 + 2 5

1 5
+ ln{2 12 x 2 +(1+ 5 ) 12 x +2} + ln{2 12 x 2 +(1+ 5 ) 12 x +2}
4 20

1 412 x + (1 + 5 1 412 x + (1 + 5
+ Arctg 5 − Arctg
5 10 − 2 5 10 − 2 5 10 − 2 5 10 − 2 5

1 5
= ln{2 6 x +(1− 5 ) 12 x +2} − ln{2 6 x +(1− 5 ) 12 x +2}
4 20

1 412 x + (1 − 5 1 412 x + (1 − 5
− Arctg 5 − Arctg
5 10 + 2 5 10 + 2 5 10 + 2 5 10 + 2 5

1 5
+ ln{2 6 x +(1+ 5 ) 12 x +2} + ln{2 6 x +(1+ 5 ) 12 x +2}
4 20

1 412 x + (1 + 5 1 412 x + (1 + 5
+ Arctg 5 − Arctg
5 10 − 2 5 10 − 2 5 10 − 2 5 10 − 2 5

175
Sehingga

1− x 6 12 12 5 12 12 5
dx = − 6
x5 − x + 33 x + 66 x + ln( x -1)
3
x2 − 4 x 5 5 5

1 1
+ 12[ ln( 12 x −1) + ln( 3 x + 4 x + 6 x + 12 x +1)
5 5

1 5
−{ ln{2 6 x +(1− 5 ) 12 x +2} − ln{2 6 x +(1− 5 ) 12 x +2}
4 20

1 412 x + (1 − 5
− Arctg 5
5 10 + 2 5 10 + 2 5

1 412 x + (1 − 5 1
− Arctg + ln{2 6 x +(1+ 5 ) 12 x +2}
10 + 2 5 10 + 2 5 4

5
+ ln{2 6 x +(1+ 5 ) 12 x +2}
20

1 412 x + (1 + 5
+ Arctg 5
5 10 − 2 5 10 − 2 5

1 412 x + (1 + 5
− Arctg }]
10 − 2 5 10 − 2 5

Metode mengintegralkan fungsi seperti yang sudah disajikan merupakan metode yang
menghasilkan nilai eksak, dan pada umumnya dapat dilakukan secara “manual” Ada
metode lain yang dapat dilakukan secara “manual”, tetapi hasilnya biasanya nilai
pendekatan, yaitu dengan mengubah fungsi yang diintegralkan dalam bentuk deret.

176
V.4. Beberapa penggunaan integral
1. Luas bidang datar

Y Jika menelaah konsepsi dari


integral, maka pada integral tentu
dari sebuah fungsi adalah luas
bidang yang dibatasi oleh grafik
y = f(x)
fungsi, sumbu-X, dan garis-garis
batas integral.
X Sehingga luas bidang yang dibatasi
oleh grfik fungsi y = f(x), sumbu-
X, garis X = a, dengan X = b,
X=a X=b
seperti di samping kiri ini, sama
Gambar V.1
Bidang di bawah grafik b
dengan L = f ( x )dx .
a

Sedangkan luas bidang yang dibatasi oleh


dua grafik fungsi y = f(x) dengan y = g(x) Y

seperti pada gambar di samping kanan


ini, sama dengan
x1
(x0,y0) y = f(x)
L= {f ( x ) − g( x )}dx .
x0

Karena nilai ini bisa negatif, sedang L>0, X


maka formulasi disajikan oleh (x1,y1)
y = g(x)
x1

L= {f (x ) − g (x )}dx .
x0
Gambar V.2
Bidang diantara dua grafik

177
Contoh 28
Hitunglah luas bidang yang dibatasi oleh grafik fungsi y = x5 – x3 + x – 3, sumbu-X, garis
X = −3 dengan X = 5 !
Jawab :
Grafik fungsi jika digambarkan dengan
4.83
Mathcad adalah seperti di samping kiri ini.
Karena bidang terbagi oleh sumbu-X, maka
10 5 0 5 10 luas bidang harus dihitung berdasarkan
bidang yang ada di atas sumbu-X dengan di
f(x) 4.83
bawah sumbu-X.

9.66 Jika dihitung dengan menggunakan Mathcad,


absis titik potong grafik dengan sumbu-X
yang merupakan bilangan real, adalah
14.5
x = 1,317
Luas bidang di bawah sumbu-X,
1, 317
1,317
L1 = (x 5
)
− x 3 + x − 3 dx = (
1 6 1 4 1 2
6
x − x + x −3x)
4 2 −3
−3

1 1 1 1 1 1
={ (1,317)6− (1,317)4+ (1,317)2−3(1,317)} − { (-3)6− (-3)4+ (-3)2−3(-3)}
6 4 2 6 4 2
= −2,966 − (114,75) = −117,716
Karena luas bidang harus merupakan bilangan posistif, jadi yang digunakan : L1 = 117,716
Luas bidang di atas sumbu-X
5
5
L2 = (x 5
)
− x 3 + x − 3 dx = (
1
6
1
4
1
x6− x4+ x2−3x)
2 1,317
1, 317

1 6 1 4 1 2 1 1 1
={ (5) − (5) + (5) −3(5)} – { (1,317)6− (1,317)4+ (1,317)2−3(1,317)
6 4 2 6 4 2
= 2445,417 – (-2,966) = 2448,383
Sehingga luas bidang yang dicari,
L = L1 + L2 = 117,716 + 2448,383 = 2566,099 (satuan luas)
178
Contoh 29
Hitung luas daerah yang dibatasi oleh grafik y = 2x2 – 3x + 1, dengan y = ex !
Jawab :
Jika digambarkan dengan mengunakan program
Mathcad, maka sajian grafik kedua fungsi adalah
8.05
seperti di samping kanan.
Absis titik potong kedua grafik, dihitung 4.03
berdasarkan persamaan gx
()
2x2 – 3x + 1 = ex h(x) 10 5 0 5 10
2 x
2x – 3x + 1 – e = 0 4.03
Jika dihtung dengan Mathcad, diperoleh nilai
3 1 3 1 8.05
x= − 1 + 8e e dan x = + 1 + 8e e
4 4 4 4
x
Dari gambar, seluruh bidang berada di atas sumbu-X, sehingga luas bidang yang dicari,
3 1
+ 1+ 8 e e

(e − (2x ))
4 4
L= x 2
− 3x + 1 dx
3 1
− 1+8 e e
4 4

3 1
2 3 3 2 + 1 + 8e e
e
= (e − x + x − x) 4 4
3 2 3 1
− 1 + 8e e
4 4
3 1 3 2
+ 1+ 8 e e 2 3 1 3 3 1 3 1
= e4 4
− + 1 + 8e e + + 1 + 8e e − + 1 + 8e e
3 4 4 2 4 4 4 4

3 1 3 2
− 1+ 8 e e 2 3 1 3 3 1 3 1
− e4 4
− − 1 + 8e e + − 1 + 8e e − − 1 + 8e e
3 4 4 2 4 4 4 4

= 256,232 (satuan luas)

179
2. Persamaan gerak benda
Dalam ilmu fisika, jika a(t) percepatan benda pada saat t, maka persamaan kecepatan
pada saat t, v(t) = a ( t )dt , dan persamaan lintasan gerak benda, s(t) = v( t )dt .

Contoh 30.
Sebuah benda bergerak dengan percepatan awal konstan 20 m/detik2. Hitunglah jarak
tempuh setelah 0,5 jam dari titik awal, jika pada saat akan bergerak berjarak 1 km dari titik
awal, dan kecepatan setelah 0,5 jam tersebut sama dengan 120 m/detik ?
Jawab :
Persamaan gerak benda, v(t) = 20dt = 20t + K,

t = 0,5(jam) = 30(menit) = 1800(detik) v(t) :


1 1
v(1800) = 120(m/detik) = 20(1800) + K (m/detik) K= v(t) = 20t +
300 300
1 1
Persamaan gerak lintasan, s(t) = v( t )dt = 20 t + dt = 10t2 + t + k,
300 300
1
t = 0 (detik) s(t) : s(0) = 1(km) = 1000(m) = 10(0)2 + (0) + k (m) k = 1000
300
t = 0,5(jam) = 1800(detik) s(t) :
1
s(1800) = 10(1800)2 + (1800) + 1000 (m) = 32.401.006 (m) = 32.401 (km)
300
Jarak tempuh setelah bergerak 0,5 jam, adalah 32.401 km.

180
3. Benda putar

Y y = f(x)

2
y=d Q

y=c
P
1
X

x=b
x=a
Gambar V.3
Benda putar y = f(x)
(1) sumbu putar, X; (2) sumbu putar, Y

Perhatikan Gambar V.3. Bangun-1 adalah benda putar yang diperoleh, jika bidang yang
dibatasi oleh grafik y = f(x), garis x = a, x = b, dan sumbu-X, diputar, dengan sumbu putar
sumbu-X. Sedangkan bangun-2, adalah benda putar yang diperoleh, jika bidang yang
dibatasi oleh grafik y = f(x), garis x = a, dan y = d, diputar, dengan sumbu putar sumbu-Y.
Pada benda putar ini ada dua hal yang dapat dipelajari, yaitu luas selimut (L) dan volume
benda (V). Yang dimaksud dengan selimut benda putar, adalah bidang putar yang diperoleh
sebagai hasil pemutaran bagian grafik PQ. Tidak termasuk bidang-bidang lingkaran
penutupnya.
Jika LX dan VX, masing-masing luas selimut dan volume benda putar bangun-1 (benda
putar dengan sumbu putar sumbu-X), maka
b
LX = 2π f ( x ) 1 + (f ′( x ) ) dx
2

dan
b
VX = 2π xf ( x )dx
a

181
Untuk menghitung luas selimut dan volume benda putar bangun-2 (benda putar dengan
sumbu putar sumbu-Y), dapat digunakan analoginya, dengan proses sebagai berikut
1. Ubah bentuk fungsi y = f(x) menjadi x = g(y).
2. Jika LY dan VY, masing-masing luas selimut dan volume benda putar bangun-2, maka
d
LY = 2π g ( y) 1 + (g ′( y) ) dy
2

dan
d
VY = 2π yg ( y)dy
c

Contoh 31
Hitung luas selimut dan volume benda putar, yang dibangun dengan memutar bagian grafik
fungsi y = x3, antara titik (0,0) dengan (2,4) !

Jawab :
9.66 Jika diputar dengan sumbu putar sumbu-X.
6.44 f(x) = x3 f′(x) = 3.x2
2 2
3.22
f(x) LX = 2π x 3
1 + 3x ( ) dx
2 2
= 2π x 3 1 + 9 x 4 dx
0 0
10 6 2 2 6 10
3.22 Jika disubtitusikan u = 1 + 9x4 du = 36x3dx
6.44 x=0 u=1

x
x=2 u = 145
sehingga luasnya :
145

2 145 1 1
1 π 1 +1 2π 1
LX = 2π x 3
1 + 9 x dx = 2π
4
u du = u2 = 145 2
36 18 1 27
0 1 +1
2 1

290π 145
= (satuan luas)
27

182
dan volumenya :
2 2 2
1 4+1 2π 5 64π
VX = 2π x ( x )dx = 2π x dx = 2π
3
x 4
= 2 = (satuan volume)
0 0
4 +1 0
5 5

Jika diputar dengan sumbu putar sumbu-Y.


1 2
1 −3
y = x3 x = y 3 = g(y) g′(y) = y
3
sehingga luas dan volumenya :
4
1 2 2 1 4 1
4 4 4
1 − 1 − 9y 3 + 1
LY = 2π y 3
1+ y 3 dy = 2π y 3
1 + y 3 dy = 2π y 3 4
dy
0
3 0
9 0
9y 3
4 4
1
= 2π 1
9 y + 1 dy
3

0
3y 3

2 1
2 − 2
Jika disubtitusikan u = y 3
du = y 3 = 1
dy
3
3y 3

y=0 u=0
2
3
y=4 u= 4 = 3 16
3
4 4 16
1
LY = 2π 1
9 y + 1 dy = π
3
9u 2 + 1 du
0 0
3y 3

1 1
Jika disubtitusikan u = tg(w) du = sec2(w)dw , w = arctg(3u)
3 3
u=0 w = arcTg(0) = 0 (radial)

u = 3 16 w = arcTg(3 3 16 ) = 1,439 (radial)


Sehingga

183
3
16 1, 439 1, 439
1 π
LY = π 9u 2 + 1 du = π tg 2 ( w ) + 1 sec 2 ( w )dw = sec 4 ( w )dw
0 0
3 3 0

1, 439 1, 439 1, 439


π sin 2 ( w ) + cos 2 ( w ) π π
= 4
dw = tg 2 ( w ) sec 2 ( w )dw + sec 2 ( w )dw
3 0 cos ( w ) 3 0
3 0

1, 439 1, 439 1, 439


π π π 1 3 π
= 2
tg ( w )d{tg ( w )} + d{tg ( w )} = tg ( w ) + {tg( w )}10, 439
3 0
3 0
3 3 0
3

π 3
16 π
{3u}3 {3u} 0 16 = 48π + π3 16 = 2π(48 +
3
3
= + 2 ) (satuan luas)
9 0 3
4

4 1 4 4 4
1 +1 6π 3 7 96π 3
VY = 2π y( y )dy = 2π y dy = 2π
3 3
y3 = 4 = 4 (satuan volume)
4 7 7
0 0 +1
3 0

V.5. Menggunakan Mathcad untuk menghitung integral


Pada umumnya perhitungan integral tidak “lebih mudah” dari perhitungan diferensial.
Dalam perhitungan diferensial, bagaimanapun kompleksnya persamaan fungsi yang akan
didiferensialkan, masih dapat dilakukan secara “manual”. Hanya mungkin, memerlukan
waktu yang cukup lama. Biasanya makin kompleks bentuk fungsi yang akan
didiferensialkan, makin kompleks pula persamaan fungsi turunannya. Perhatikan saja
contoh pada IV.9.
Dalam perhitungan integral, jika semua metode integrasi seperti yang telah dipaparkan,
tidak dapat digunakan, maka cara yang “mudah” adalah dengan menggunakan paket
( 2 x 2 − 3x + 2)
program Mathcad. Misalnya, menghitung dx , yang proses perhitungan jika
log(3x − 1) 3
menggunakan Mathcad, adalah

184
1. Jalankan program Mathcad

dan tutup RESOURCE CENTRE

185
2. Tulis persamaan fungsi integradnya.

3. Klik “pointer” integral tak tentu.

186
4. Pada “kotak hitam kecil” di depan huruf “d”, tulis “f(x)”, dan di belakangnya huruf “x”

5. Klik “pointer” → pada kotak Evaluate . . .

187
6. Klik di luar “kotak formulasi integrasi”

7. Hasil yang diperoleh

3 ln (10 ) 1 ln (10 ) 49 ln(10 ) 1 ln (10 )


3 3 3 3
( 2 x 2 − 3x + 2)
dx = − x+ − x2 +
log(3x − 1) 3
2 ln (3x − 1) 2
3 ln (3x − 1) 2
18 ln (3x − 1) 2 ln(3x − 1)
3 ln(10 ) 1 ln(10 ) 49 ln(10 ) 1 ln (10 )
3 3 3 3
11
− ln(10 ) Ei(1,− ln (3x − 1))
3
− x+ − x2 +
2 ln (3x − 1) 2
3 ln (3x − 1) 2
18 ln (3x − 1) 2 ln (3x − 1) 54

11 ln (10 ) 14 ln (10 ) ln (10 ) ln (10 )


3 3 3 3
10
ln (10 ) Ei(1,−2 ln (3x − 1)) −
3
+ x2 + x2 + x3 − 3 x3
6 ln (3x − 1) 2
3 ln (3x − 1) 27 ln (3x − 1)
2
ln (3x − 1)
1
− ln (10 ) Ei(1,−3 ln (3x − 1)) + K
3

3
Catatan : Ei(a , b) = e a +ib , i = − 1

188
V.6. Integral tak wajar
Yang dimaksud dengan integral tak wajar, adalah integral tentu dengan salah satu atau
kedua batas integralnya adalah bilangan tak hingga, ∞. Sehingga bentuk-bentuk integral tak
b ∞ ∞
wajar adalah f ( x )dx , f ( x )dx , f ( x )dx . Deskripsinya sama dengan nilai limit, jika
−∞ a −∞

salah satu atau kedua batas integral limitnya ∞.


b b ∞ b ∞ b
f ( x )dx = Lim f ( x )dx , f ( x )dx = Lim f ( x )dx , f ( x )dx = Lim Lim f ( x )dx
−∞ a →−∞ a a b →∞ a −∞ a →−∞ b →∞ a

Contoh 32
1 1
π Cos
2 1 x dx
Hitunglah Sin −
−∞ x x

Jawab :
1 1 1 1 1 1 1
π Cos π Cos π π Cos
2 1 x dx = Lim Sin 1 −
2
x dx = Lim Sin 1 dx − Lim
2 2
x dx
Sin −
−∞ x x a → −∞ a x x a → −∞ a x a → −∞ a x

1 1 1 1 1
π π Cos π Cos
1 2 2
x dx − Lim 2
x dx
= Lim xSin − −
a →∞ x a a x a →−∞ a x

1 1 1 1
π Cos π Cos
1 1 1 2
x dx − Lim 2
x dx
= Lim πSin − aSin + Lim
a →−∞ 2 1 a a →−∞ a x a →−∞ a x
π
2
1 1
Sin Sin
1 2 1 1 2 1 2
a = πSin − Lim a
= πSin − Lim aSin = πSin − Lim
2 π a →−∞ a 2 π a →−∞ 1 2 π 1
→0 1
a
a a
1 2
= πSin − 1
2 π

189
Integral tak wajar sering digunakan dalam teori Statistika, misalnya pada deskripsi
fungsi distribusi peluang.
Definisi
Fungsi y = f(x) disebut fungsi distribusi peluang, jika
1. 0 ≤ f(x) ≤ 1, untuk setiap nilai x, −∞ < x < ∞

2. f ( x )dx = 1
−∞

Contoh 32
(x−b )2
1 −
2a2
Telaah apakah fungsi f(x) = e , dengan a , b konstanta, dan a > 1; merupakan
a 2π
fungsi distribusi peluang ?
Jawab :
1
( x − b )2
1
= a 2π2

2a 2
1. e ( x −b )
a 2π
2a 2
e
1
(x−b )2
1
Karena < 1 , dan e 2a2
> 1, maka a 2π2 < 1.
a 2π ( x −b )
2a 2
e
( x − b )2 ( x − b )2 (∞ − b )2
1 − 1 − 1 − 1
e −∞ = 0
2 2
2a 2
Lim e 2a
= Lim e 2a
= e =
x →−∞ a 2 π x →∞ a 2 π a 2π a 2π
(x−b )2
1 −
2a2
Sehingga 0 < e < 1 , untuk setiap nilai x
a 2π
2
( x − b )2 ( x −b )2 x −b
∞ 1 − 2 1 ∞ − 2 1 ∞ −
a 2
2. e 2a
dx = e 2a
dx = e dx
−∞ a 2π a 2π −∞ a 2π −∞

x−b 1
Jika disubtitusikan, y = dy = dx dx = a 2 dy.
a 2 a 2
( x − b )2
1 ∞
− 1 ∞ 2 1 ∞ 2
Sehingga e 2a 2
dx = e − y a 2dy = e − y dy
−∞ a 2π a 2π −∞ π −∞

190
∞ ∞ 2 ∞ ∞
− y2 2 −y2 2
+z2 )
Jika dimisalkan, e dy = c, maka c = e dy = e−( y dydz . Sehingga jika
−∞ −∞ −∞ −∞

dihitung dalam koordinat polar, dengan mensubtitusikan y = r Cos θ dan z = r Sin θ,


maka

2
∞ ∞
−( y 2 + z 2 )
2π ∞
−r2
2π ∞
−r2
2π 1 2
c = e dydz = e rdrdθ = e rdr dθ = − e− r dθ
−∞ −∞ 0 0 0 0 0 2 0

=

0

2
(
1 −∞2 2
e − e − 0 dθ = ) 2π

0
1
2
1 2π
dθ = θ 0 = π
2
( ) c=

−∞
2
e − y dy = π

( x − b )2
1 − ∞ 1 ∞ 2 1
Sehingga, e 2a 2
dx = e − y dy = π=1
−∞ a 2π π −∞ π
( x−b )2
1 −
2a2
Jadi f(x) = e merupakan fungsi distribusi peluang.
a 2π
Contoh 33
Perhatikan fungsi yang didefinisikan seperti di bawah ini
1
− x
f(x) = cxe
2
, jika 0 < x < ∞ ; c : konstanta
0 , jika - ∞ < x < 0
Tentukan c agar f(x) merupakan fungsi distribusi peluang !
Jawab
1. 0 ≤ f(x) ≤ 1
1
− x 1
karena 0 < x e 2
< 1, maka 0 ≤ c ≤ 1
− x
xe 2

∞ 0 ∞ 1 ∞ 1
− x − x
2. f ( x )dx = 0dx + cxe 2
dx = cxe 2
dx = 1
−∞ −∞ 0 0

1 1 1 a 1
a − x a − x − x a − x
cxe 2
dx = c xe 2
dx = c x (−2e 2
) − − 2e 2
dx
0 0 0
0

191
1 1 a 1 1 1 a
− a − 0 − x − a − x
= c − 2(ae 2
− 0e 2
)+2 e 2
dx = c − 2ae 2
+ 2( − 2e 2
0
0

1 1 1 1 1
− a − a − 0 − a − a
= c − 2ae 2
− 4( e 2
−e 2
) = c − 2ae 2
− 4e 2
+4

∞ 1 1 1 1 1
− x − a − a − a − a
cxe 2
dx = Lim c − 2ae 2
− 4e 2
+ 4) = − 2c Lim ae 2
− 4c Lim e 2
+ c Lim 4
0 a →∞ a →∞ a →∞ a →∞

1
= −2c(0) − 4c(0) + c(4) = 1 c=
4

SOAL-SOAL UNTUK LATIHAN

1. Hitunglah f ( x )dx , jika f(x) =


2x − 3 3x − 1
a. b. e (3x −1) c. (2x3 − 3x2)Sin(x4)
2x − 6x + 5
2
(
ln 3x − 2 x + 1
2
)
3x 2 − 2 x + 1 2x − 3 3x 2 − 2 x + 5
d. Cos(2 x − 3) e. f.
x3 − x2 + x − 5 3x 2 − 25 6x 3 + x 2 − 2 x
4
x − 33 x + 2 x x −a
g. h. (3x2 − 4x +1)Tg(x3 − 2x2 + x − 5) i.
x −2 x2 − a2
j. Cos x Cos3 (x − 3) k. (2x3 − 3x2 − x +5) Cos2 (2x + 3) l. e2xlog3x

2. Hitunglah nilai integral tentu di bawah ini


1 1
π π
4 6
a. (2 x − 3)Sin ( x − 3x + 1)dx
2 2
b. Cos( x 2 − 2 x + 1)dx
1 1
− π − π
2 3

1
π
2 x 4 − 3x + 1
7 2 x 2 − x +1 9
c. dx d. dx e. log(2 x 2 − 3x − 2)dx
− 5 2 x − 3x + 1
2
1
− π 2x − 1 2
2

192
1 1
π
6
Sin ( 2 x −3)
6 ln(3x 2 − 2 x − 1) 6 2x − 3
f. e Cos(2 x − 3)dx g. dx h. dx
3x − 1 −3 2 x − 5x + 3
2
1 −2
− π
3

1 5
π 1 − Cos( π − 2 x ) 1
π
1
π
6
6 6 3x 3 − 1 6
i. dx j. dx k. e ( 2 x −1) ln(x + 1)dx
1 1 1 3x − 4 x + 1
2 1
− π
3
Sin (2 x − π) − π
3
− π
3
3
3. Hitung luas daerah yang dibatasi oleh grafik fungsi y = f(x) dengan y = g(x), jika
1 1 f ( x ) = log( x + 1)
f (x ) = x +1 f (x ) = − x 2 + 2x − 1
a. 2 3 b. 1 26 c.
g(x ) = x 2 − x g ( x ) = 2 x 2 − 3x + 1
g ( x ) = 2 x − 3x + 1
2
3 9
f (x ) = x 3 + 2 f ( x ) = e ( 2 x −1) f (x ) = 4 − x 2
d. e. f.
g(x ) = 2x 2 g ( x ) = ln(x + 2 g(x ) = 2x − 1

4. Kecepatan aliran darah sepanjang pembuluhnya, memiliki persamaan


v = K(R2 − r2)
dengan
K : konstanta, yang menyatakan kecepatan maksimum aliran darah
R : konstanta, yang menyatakan jari-jari pembuluh darah
r, konstanta, yang menyatakan jarak sel darah khusus ke pusat pembuluh darah.
Laju kecepatan (rate) aliran darah, dapat dihitung dengan mengukur volume darah yang
melewati titik ukur, dalam periode waktu tertentu. Volume tersebut dapat
diformulasikan dalam persamaan
R
V = 2πvr dr
0

π : bilangan irasional
a. Hitunglah V, jika R = 0,30 cm dan v = (0,30 − 3,33r2) cm/detik !
b. Tentukan formulasi umum dari V !

193
dx 400
5. Laju produksi dari sebuah produk baru, mengikuti model = 200 1 +
dt (1 + 40) 2

x : banyak item produk, dalam 100 unit


t : waktu produksi, dalam satuan minggu
a. Hitunglah total produk dalam lima minggu pertama ! Berapakah totalnya dalam
selang waktu 10 minggu ?
b. Jika laju penurunan produksi, diformulasikan oleh persamaan
D’(t) = 3000(20 − t)
0 ≤ t ≤ 20, selang waktu produkasi, dalam satuan tahun
Maka hitunglah total penurunan produksi untuk 10 tahun pertama ! Berapakah
totalnya untuk 10 tahun berikutnya ?
c. Jika laju penjualan produk tersebut, memiliki model dengan persamaan
S’(t) = −3t2 + 300t
0 ≤ t ≤ 30 : selang waktu penjualan setelah promosi selesai dilakukan, dalam satuan
hari
Maka hitunglah total penjualan untuk satu minggu pertama, setelah selesai promosi,
dan satu minggu berikutnya. Jika total penjualan pada saat promosi selesai, adalah
500 unit.

2
6. Total penjualan harian sebuah produk, memiliki model S = 100 xe − x + 100 , x : hari-hari
penjualan, setelah promosi produk dimulai. Hitunglah rata-rata penjualan harian,
selama 20 hari pertama promosi ! Jika tidak ada promosi baru, maka hitunglah rata-rata
penjualan harian untuk 10 hari berikutnya !

7. Hitunglah integral tak wajar di bawah ini


∞ x ∞ x3 −2 x
a. dx b. dx c. dx
−∞ (x 2
+1 )2
−∞ ex
4
−∞ x 2 −1

194
∞ x3 0 x2 ∞ 5
d. dx e. dx f. x 4 e − x dx
−∞ (x 4
+3 ) 2
−∞ e x 3
−∞

8. Hitunglah c agar
∞ c ∞ cx 3 ∞ 1
a. dt = 1 b. dx = 2 c. dx = 5
0 e 0,5 t
10 (x 2
+1) 2
1 x x

9. Hitunglah luas daerah di bawah lengkungan y = f(x), dan di sebelah kanan sumbu x = 1,
jika
x x +1
a. f (x ) = b. f(x) = log x c. f(x) = ex d. f (x) =
e x3
x −1

10. Misalkan laju kemampuan reaktor nuklir untuk membuat produk beradioaktif,
proporsional dengan lama beroperasinya reaktor tersebut. Jika laju tersebut memiliki
model f(t) = 500 t, t : waktu dalam satuan tahun. Dan laju penurunan kemampuan,
membangun model eksponensial dengan rata-rata 3% pertahun, maka perkiraan
b
akumulasi produk selama b tahun, akan memiliki model 500 te −0,03( b − t ) dt .
0

a. Hitunglah formulasi untuk perkiraan akumulasi tersebut !


b. Berapakah akumulasi produk selama reaktor berfungsi ?

11. Untuk fungsi-fungsi di bawah ini, manakah yang merupakan distribusi peluang ?
1
x 1 − x
a. f (x) = ,x≥0 b. f ( x ) = e 2 , −∞ < x < ∞
x +1 2

x2 x+2
, -2<x <4
c. f ( x ) = 18 , - 3 < x < 3 d. f (x ) = 18
0 , untuk yang lainnya 0 , untuk yang lainnya

195
12. Hitunglah luas selimut dan volume benda putar, yang diperoleh dari hasil memutar
bidang yang dibatasi oleh
a. X = 2 , Y = X3 , X = 5 , jika diputar dengan sumbu putar, sumbu-X
b. Y = 2X2 − 3X + 1 , Y = −3X2 + 2X + 1 , jika diputar dengan sumbu putar, sumbu-Y

13. Selesaikan formulasi integrasi di bawah ini


3 3
π π
4 4
a. x Sec 2 2x dx b. Sin 3 x Cos x dx c. x 2 Tg x 3 dx
0 1
π
3

1
π
Sec 3 x 3
d. dx e. Cosec 2x Cotg 2x dx f. x Sec x Tg x dx
3 + Tg x 0

1
π
1 π π
(Cos 2x - Sin 2x) dx )
2
g. Sec x Tg x dx h. i. Cos x ln (Sin x) dx
0 4 4 0

14. Hasil penjualan produk AC secara obralan, dari sebuah toko elektronik, memiliki model
π
P( t ) = 200 Cos t + 100
6
t : bilangan bulan
a. Bangun tabel hasil penjualan untuk 0 ≤ t ≤ 12 !
b. Berdasarkan nilai-nilai dari tabel tersebut, gambarkan grafik hasil penjualan !
c. Tentukan periode waktu yang menyebabkan toko akan kehilangan hasil penjualan !

15. Laju produksi sebuah komoditi menurut waktu produksi, memiliki model

dx 400
= 200 1 +
dt (t + 40)2
x : banyak item barang, t : waktu produksi (dalam mingguan)
a. Jika pda saat t = 0 , x = 0, maka sajikan persamaan yang menyatakan total produksi
sepanjang wktu t !
b. Hitunglah total produksi selama lima minggu !
196
16. Bumi hanya memiliki sekitar 10 juta are, lahan yang baik untuk dijadikan daerah
pertanian. Dan populasi penduduk bumi terbatas. Jika populasi penduduk terbatas pada
40 juta jiwa, dan laju pertumbuhannya proporsional dengan “kapan dunia berakhir”,
yang merupakan batas atas waktu kehidupan dan penghidupan. Sehingga laju
pertumbuhan penduduk dapat diformulasikan dengan persamaan
dP
= K (40 − P)
dt
K : konstanta positif.
1 1
Formulasi tersebut identik dengan t = dP
K 40 − P
a. Sajikan formulasi persamaan t atas P !
b. Gunakan sifat hubungan fungsi logaritma dengan eksponensial, untuk membangun
persamaan P atas t !

2
17. Sebuah partikel bergerak lurus dengan persamaan percepatannya, a ( t ) = te t
t : waktu, dalam detik
Hitunglah kecepatan dan jarak tempuh, setelah partikel bergerak
a. 0,5 menit b. 50 detik c. 0,5 jam d. 1 menit 25 detik

18. Dalam ilmu statistika, salah satu konsepsi yang sering digunakan adalah ekspektasi
matematis, E[f(x)]. Jika x variabel acak yang memiliki fungsi distribusi peluang p(x),

dan f(x) fungsi atas x. Maka E[f ( x )] = f ( x ) p( x ) dx , jika nilainya ada dan berhingga.
−∞

x+2
, -2< x <4
Jika x memiliki fungsi distribusi peluang p( x ) = 18 , maka
0 , untuk yang lainnya

hitungalah E[f(x)], jika f(x) =


a. x b. (x + 2)3 c. 6x − 2(x + 2)2 d. x − E[x]

197
BAB VI
DERET

Deret (series) dengan barisan (sequence) merupakan dua kata yang saling berkaitan.
Barisan adalah fungsi dengan domain himpunan bilangan bulat positif (bilangan cacah). Nilai-
nilai a1, a2, . . . , an, . . . , disebut barisan, jika merupakan sebuah urutan. Artinya, a1 nilai
kesatu, a2 nilai kedua, dan seterusnya. Barisan a1, a2, . . an, . . . dengan b1, b2, . . . , bn, . . . ,
disebut sama jika ai = bi untuk setiap i. Dalam hal lain tidak sama. Misal barisan 2, −1, 3, 6, −8,
dengan 2, 3, −1, 6, −8 , tidak sama. Untuk menyatakan sebuah barisan a1, a2, . . . , an, . . . ,

digunakan notasi {a i } . Dalam hal ini, ai dinamakan suku barisan, sedangkan jumlah suku
i =1

barisant, a1 + a2 + . . . + an + . . . = a i , dinamakan deret.
i =1


Barisan {a i } disebut konvergen ke L < ∞ (berhingga), jika Lim a i = L . Dalam hal lain
i =1 i→∞

3i 2 ∞
disebut divergen. Misal barisan . Untuk menelaah apakah merupakan barisan
7i + 1 i = 1
2

3i 2
konvergen atau divergen ? Maka hitunglah Lim !
i→∞ 7i 2 + 1
3i 2 3 3 3 3
Lim 2 = Lim = = = (berhingga)
i → ∞ 7i + 1 i →∞ 1 1 7+0 7
7+ 7+
i2 ∞2
3i 2 ∞
Jadi barisan , konvergen.
7i + 1 i = 1
2

Contoh lain.
3 2 5 4 7 6
Telaah apakah barisan 0, , , , , , , . . . , konvergen atau divergen ?
2 3 4 5 6 7
Jika suku barisan tersebut disajikan dengan formulasi eksplisit, maka formulasinya
1
a i = 1 + (−1) i .
i
1 1
Sehingga Lim a i = Lim 1 + (−1) i = 1 + Lim (−1) i = 1. Jadi barisan konvergen.
i→∞ i →∞ i i → ∞ i
VI.1. Deret Konvergen
∞ n
Perhatikan deret ai . Formulasi s n = a i , dinamakan deret parsial. Sebuah deret
i =1 i =1

disebut konvergen ke L, jika barisan deret parsialnya, konvergen ke L, Lim s i = L . Dalam hal
i →∞

lain disebut divergen.

You might also like