You are on page 1of 10

BERINVESTASI DALAM KONSEP ISLAM

ARIES MUFTIE Direktur PT. PNM (Persero)

The teaching of Islam encompasses the essence of economic well-being and development of the Muslims at the individual, family, society, state and ummah (or Islamic universal community) levels. The Islamic facilities might be provided within others areas of the financial system without using a banking name.

A.

PENDAHULUAN Sesungguhnya permasalahan ekonomi umat manusia yang paling fundamental bersumber dari kebutuhan manusia itu sendiri dan kebutuhan ini pada umumnya tidak dapat dipenuhi tanpa menggunakan faktor-faktor produksi seperti: sumber daya manusia, modal, tanah (sumber alam), dan usaha (entrepreneurship). Apabila manusia memiliki sarana tidak terbatas untuk memenuhi semua jenis kebutuhan, maka masalah ekonomi tidak akan timbul. Karena beraneka ragamnya keinginan dan kurangnya sarana memaksa kita untuk mengambil keputusan untuk memilih di antara banyak kebutuhan dan kemudian mendistribusikannya (banyak yang tidak merata) sedemikian rupa sehingga mampu memenuhi kebutuhan dengan optimal. Apabila dilihat dari fungsinya harta (harta benda atau uang), Islam menganjurkan agar menggunakan harta secara efektif dan efisien. Pengelolaan harta tersebut bisa digunakan untuk keperluan sehari-hari (konsumtif), atau bisa juga disimpan, atau diinvestasikan (dikelola kepada orang yang ahli). Semua keperluan tersebut hendaknya juga diarahkan yang sesuai dengan prinsip syari`ah. Dalam ekonomi non Islam, untuk memenuhi kebutuhan harta tidak ditetapkan secara eksplisit dan bahkan diberikan kebebasan terhadap pemahaman masing-masing individu; dengan demikian mungkin mereka mencarinya tanpa memperhitungkan kaidah yang berlaku dimasyarakat. Sebaliknya Islam yang rahmatan lil `alamin telah jelas menganjurkan pemeluknya untuk mempedulikan halhal sebagai berikut: Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di

Makalah ini disampaikan pada Kuliah Infromal Pemikiran Ekonomi Islam BEM UIN Syahid dan IIIT Indonesia, Sabtu, 11 Desember 2004, Jakarta Berinvestasi dalam Konsep Islam

bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (QS. Al Baqarah (2) : 168) Barangsiapa yang mengumpulkan harta dengan tidak sewajarnya (salah atau batil) maka Allah akan memusnahkannya dengan air (banjir) dan tanah (longsor). (HR. Baihaqi) Sesungguhnya orang-orang yang mengelola harta Allah dengan tidak benar, maka bagi mereka api neraka di hari qiamat. (HR. Bukhari)

B.

BERINVESTASI SYARIAH YANG LAYAK Pada umumnya orang menilai, apabila ingin melakukan investasi maka harus diperhatikan yang utamanya adalah besarnya nilai harta yang akan dikembalikan pada periode yang akan datang. Namun terkadang terpengaruh hanya pada jangka waktu, misalnya hanya mau berinvestasi jangka pendek dalam meraih keuntungan. Investasi dalm terminology keuangan konvensional adalah penanaman modal atau pengelolaan uang dengan menggunakan berbagai piranti (instrument). Dalam bahasa akuntansi Invetasi diartikan sebagai aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan (accretion of wealth) melaluidistribusi hasil investasi (seperti bunga, royalty, dividen dan uang sewa). Untuk appresiasi nilai investasi, atau untuk manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi seprti manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan. Mengingat pentingnya para investor memahami makna investasi, maka perlu juga memahami jenis-jenis piranti yang akan digunakan, cara menilai piranti, dan berbagai strategi yang dapat digunakan untuk menyeleksi piranti. Dalil Berinvestasi Dari Syuhaib ar Ar Rumi ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda: Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan (untuk berinvestasi), pertama menjual dengan tempo pembayaran (Murabahah), kedua Muqaradhah (nama lain dari Mudharabah), dan ketiga mencampurkan tepung dengan gandum untuk kepentingan rumah bukan untuk diperjualbelikan Dan orang-orang yang menyimpan (menimbun) emas dan perak (tidak berinvestasi) dan tidak menafkahkannya (menggunakannya) pada jalan Allah; maka beritahukan kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang

Berinvestasi dalam Konsep Islam

pedih. (QS. At Taubah (9) : 34) Nabi tidak setuju membiarkan sumber daya secara tidak produktif (selektif dalam berinvestasi), Berikanlah kesempatan kepada mereka yang memiliki tanah untuk memanfaatkannya dengan caranya sendiri, dan jika hal itu tidak dilakukannya hendaknya diberikan pada orang lain agar memanfaatkannya. Khalifah Umar juga menekankan agar umat Islam menggunakan modal mereka secara produktif dengan berkata: Mereka yang mempunyai uang perlu mengembangkannya/ menginvestasikannya. Dari dalil-dalil di atas, maka setiap individu muslim maupun kelompok atau investor institusional dalam melakukan investasi hendaknya memiliki pengetahuan dan skill investasi dalam merencanakan, mengimpelemntasikan dan mengawsai dana investasi, yang umumnya disebut manajemen investasi. Disamping itu, para investor hendaknya melakukan keterpaduan antara teori dan praktik, yang secara teoritis baik dalail naqli maupun aqli bukanlah hal yang sulit. Namun tidak demikian halnya ketika dalam praktik yang sesungguhnya, dimana investor menghadapi kendala dari klien, pemerintah, dan agama (syariah) dalam bentuk pembatasan dan peraturan. Dalam syariah, khususnya dalam aspek fiqh muamalah, dianjurkan untuk melakukan tahapan dalam berinvestasi: pertama melakukan penetapan sasaran investasi, kedua membuat kebijakan investasi, ketiga memilih strategi portfolio, memilih aktiva, dan kelima mengukur dan mengevaluasi kinerja. Instrumen Investasi 1. Sertifikat Deposito (Certificates of Deposit) Adalah surat Deposito di Bank yang tidak dapat ditarik pada periode tertentu dan bank tetap membayar bagi hasilnya. Surat deposito ini dapat diperjualbelikan kepada investor lain, sesuai dengan perkembangan bagi hasil usaha bank. CD ini bisa dijadikan sebagai jaminan untuk pembiyaan baik bagi bank maupun invetor itu sendiri. Prinsip umum yang dilakukan dalam Deposito biasanya adalah Mudharabah. 2. Saham Investasi dalam Saham adalah pemberian modal kepada perusahaan yang digunakan untuk pengembangan usahanya. Umumnya investor yang tertarik pada saham tak lain adalah pembagian deviden (dividend income) dan keuntungan dari kenaikan harga saham (capital gain). Investasi saham umumnya jangka panjang dan penuh dengan ketidakpastian alias risiko.
Berinvestasi dalam Konsep Islam

Bagi para investor saham, hendaknya memahami faktor-faktor dalam Investasi Saham : Expected Rate of Return (tingkat imbal hasil harapan) yang tergantung dari harga pembelian, deviden dan kenaikan harga Risk, yaitu penyimpangan dari tingkat imbal hasil yang diharapkan, yaitu terjadinya kerugian pada usaha perusahaan yang berdampak tidak ada pembagian deviden. Risk Premium yaitu besarnya tambahan tingkat imbal hasil yang diharapkan sebagai kompensasi atas kesanggupan untuk menanggung risiko. Taxes (pajak, yaitu pendapatan dividen kena pajak ermasuk capital gain. Transaction Cost (biaya transaksi), yaitu biaya setiap transaksi perdagangan di bursa efek. Untuk jenis instrument ini bisa menggunakan akad Mudharabah maupun Musyarakah. 3. Reksa Dana Reksadana bertujuan untuk mengumpulkan dana darimasyarakat yang selanjutnya dikelola oleh manajer investasi untuk kemudian diinvestasikan pada instrument-instrumen di pasar modal dan pasar uang. Jenis instrumen itu biasanya, saham. Obligasi, deposito, sertifikat deposito, valuta asing dan surat jangka pendek (commercial paper). Reksadana Syariah termasuk dalam kategori reksadana terbuka (kontrak investasi kolektif), dan instrument investasi yang dipilih dalam portfolionya dikategorikan halal. Diaktakan halal, jika pihak yang menerbitkan instrument investasi tersebut tidak melakukan usaha yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam, tidak emlakukan riba atau membungakan uang. Jadi saham, obligasi dan sekuritas lainnya yang dikeluarkan perusahaan yang usahanya berhubungan dengan produksi atau penjualan minuman atau sejenis, atau yang berbau maksiat, perjuadian, pornografi, dsb bukan termasuk portfolio reksadana syariah. Untuk pasar Indonesia ada tiga jenis reksadana, yaitu Danareksa Syariah (reksadana saham/equity fund), Danareksa Syariah Berimbang (reksadana campuran/balanced fund) yang dikelola oleh PT. Danareksa Investment Management. dan PNM Syariah (reksadana campuran, dan PUAS) dikelola oleh PNM IM.

Berinvestasi dalam Konsep Islam

Untuk menilai kinerja reksadana syariah, berpatokan pada Nilai Aktiva Bersih (NAB) per unitnya dan acuan kepada kinerja Indeks harga Saham Gabungan (IHSG) yaitu Jakarta Islamic Index. Dengan dikeluarkannya fatwa No. 20/DSN-MUI/IV/2001 tangal 18 April 2001 tentang Pedoman Pelaksanan Investasi untuk Reksa Dana Syariah, maka prinsip dasar aktifitas tersebut menggunakan akad Mudharabah atau Qiradh. 4. Obligasi atau Commercial Paper a. Obligasi adalah surat hutang jangka panjang dengan nilai nominal (nilai pari/par value) dan jangka waktu jatuh tempo tertentu yang diterbitkan oleh suatu lembaga. Penerbit obligasi biasanya adalah perusahaan swasta atau BUMN dan bisa juga pemerintah (pusat maupun daerah). b. Fungsi dari obligasi adalah untuk mendapatkan dana segar dan digunakan untuk modal usaha atau pembiayaan kepada pihak lain (proyek-usaha). c. Salah satu jenis obligasi yang sering beredar sekarang adalah Coupon Bond) dengan tingkat bunga tetap (fixed). Obligasi ini mirip dengan Deposito uang di bank. Bunga/kupon yang tetap secara berkala biasanya setiap 3 bulan, 6 bulan atau 1 tahun sekali dan biasanya dinyatakan dalam tingkat pembayaran kupon (coupon rate). Ketika obligasi jatuh tempo, penerbit harus membayar sebesar nilai parinya. Minimum obligasi bernilai Rp 1 miliar. Pemegang obligasi bisa menjualnya kepada pihak lain sebelum jatuh tempo. Untuk mempengaruhi para investor, maka obligasi (coupon rate) dijual umumnya lebih tinggi daripada deposito dan juga dipengaruhi oleh tingkat risiko perusahaan penerbit. Dalam konteks obligasi, besarnya tingkat imbal hasil disebut yield, sedangkan jika surat obligasinya dijual dengan investor lain dengan harga yang lebih tinggi dari nilai pari (nominal) maka selisih nilai jual tersebut disebut capital gain. Jenis obligasi lain yang cukup menarik adalah Obligasi Konversi, yaitu ada hak bagi pemegang obligasi untuk melakukan konversi atas obligasi menjadi saham. Singkatnya, sebuah obligasi konversi (Convertible Bond) memberikan hak (opsi) kepada pemegangnya untuk menukarkan obligasi dengan sejumlah saham, pada suatu periode tertentu yang telah ditetapkan, Jadi, sebetulnya obligasi konversi ini merupakan suatu kombinasi yang unik antara sebuah obligasi, saham, dan option.

Berinvestasi dalam Konsep Islam

5.

Investasi Pembiayaan Pola Mitra Merupakan suatu kebanggaan buat kita semua, bahwa ternyata para bankir muslim telah berhasil memperkenalkan konsep investasi bagi hasil (profit-and-loss-sharing) dalam commercial banking. Dalam praktik tersebut, dana depositolah sebagai salah satu dana terpenting yang dilakukan oleh bank syari`ah dalam berinvestasi. Prinsip Profit atau Loss tersebut kemudian didistribusikan terhadap tiga pihak yang terlibat yaitu, depositor, bank dan entrepreneur (nasabah) dalam bentuk ratio (nisbah) yang disepakati bersama. Prinsip yang dilakukan oleh bankir muslim tersebut menggunakan prinsip Mudharabah (Participatory Financing). Bagi setiap account investasi dalam bentuk time deposit, bank menawarkan dan kadangkala sudah diformat sedemikian rupa bahwa dana tersebut dialokasikan untuk investasi mudharabah yang bersifat terbuka (Mudharabah Mutlaqah), artinya bank mempunyai banyak proyek yang akan didanai (lebih dari satu). Dari segi konrak inilah kemudian, bank meminta pernyataan perwakilan dari pihak deposan untuk diinvestasikan ke jenis investasi apa saja asalkan halal dan profit.

Berinvestasi dalam Konsep Islam

Secara umum struktur investasi dapat digambarkan sebagai berikut: Deposan/ Investor Bank Syariah Proyek Proyek Proyek Atau dengan menggunakan lembaga intermediary:

Financial Institution / Bank, BPR, Asuransi, Dana Pensiun, dsb Deposan/ Investor Transaksi langsung Nasabah/ Proyek

Financial Market Pasar Uang, Pasar Modal, dsb.

Investasi dalam Bank Syari`ah, sesungguhnya bisa digolongkan dalam Musyarakah atau Mudharabah. Hanya saja jenis usaha yang akan dibiayai harus diseleksi dengan ketat. Tak boleh ada pembiayaan untuk pornografi, prostitusi, minuman keras, lotere, dan sebagainya. Proses seleksi tersebut harus dilakukan oleh pakar fiqh muamalah, yang sering disebut sebagai Dewan Pengawas Syari`ah (DPS). Dalam Investasi Mudharabah, Bank bertindak sebagai mudharib (entrepreneur) karena bank mendapatkan dananya dari pihak ketiga (DPIII). Kemudian dalam penyaluran dana deposan ke pihak lain, maka Bank bertindak sebagai Investor (Shahibul Maal) sedangkan nasabah bertindak sebagai Mudharib (entereprenuer). Disinilah letak peranan Bank Syari`ah sebagai lembaga intermediary. Sebagai lembaga intermediary, maka bank diperbolehkan juga mengelola dananya dengan prinsip jual beli (Murabahah),
Berinvestasi dalam Konsep Islam

maksudnya usaha yang dijalankan bank untuk mendapatkan fixed return, maka dilakukanlah Murabahah dan ternyata prinsip inilah yang paling banyak dipakai oleh Bank Syari`ah di Indonesia. Kalau kita memperhatikan prinsip operasional Bank komersial, biasanya Bank merencanakan dana pembiayaannya melebihi dari jumlah dana aktual, karena prinsip Bank tergantung dari asumsi yang valid, dengan demikian Bank tersebut diwajibkan mempunyai cadangan sebesar 10% (cash reserve ratio atau di Indonesia disebut Giro Wajib Minimum sebanyak 5% dari dana pihak ketiga). Apabila ternyata lebih kecil dari batasan yang ditettapkan maka bank berusaha untuk mencari alternatif lain, dan biasanya menggunakan instrumen pasar uang (call money). Mengingat hal tersebut, maka di bank konvensional mau tidak mau terlibat dalam bunga, dan alhamduilillah di Indonesia sudah ada instrumen pasar uang yang berlandaskan syari`ah yang disebut PUAS (Pasar Uang Antar Bank Syari`ah), instrumen ini tampaknya masih sementara karena kendala-kendala yang dalam operasional syari`ah masih perlu disempurnakan.

C.

FAKTOR-FAKTOR STRATEGIS DALAM BERINVESTASI Memperhatikan kondisi ekonomi kita yang sedang mengalami proses menuju kondusif, tentunya untuk melakukan investasi sangat diperlukan pemilihan strategi pasar sasaran dari usaha yang akan dikembangkan. Menurut banyak pendapat, faktor-faktor yang mempengaruhi kita melakukan investasi adalah: 1. Melihat tujuan bisnis strategis yang dihubungkan dengan strategi SDM, hal ini sesuai dengan hadits nabi SAW, Pendapatan yang paling afdhal adalah hasil karya tangan seseorang dan jual beli yang mabrur. (HR. Ahmad, Al Bazzar, Ath-Thabrani). 2. Para pengusaha (manajemen atau pengelola) harus memahami dan mengerti dibidang usaha yang akan digeluti seperti dan juga mempunyai Shiddiq (Integrity), Amanah (Accountability), Tabligh (Transparance), dan Fathonah (Competence). 3. Investor harus melihat struktur dan intensitas kompetisi jenis usaha tersebut. Struktur yang dimaksud termasuk sumber daya yang dimiliki seperti dana/modal, tenaga, keahlian para SDM, dan teknologi. 4. Mengingat investasi berdasarkan syari`ah mempunyai perbedaan (diferensiasi) dengan jenis investasi konvensional, maka pengelola dana harus bertindak lebih rasional terhadap produk-produk yang dihasilkan. Misalnya produk tersebut tidak unggul disegala bidang, 8

Berinvestasi dalam Konsep Islam

tetapi membatasinya pada satu atau beberapa atribut saja (specific features) yang superior terhadap pesaing-pesaingnya. Dari diferensiasi produk tadi, maka harus ada perbedaan quantitas dalam pelayanan dan kualitas pelayanan. 5. Memahami hukum atau aturan yang berkaitan dengan dunia usaha yang akan digeluti baik aturan syari`ah maupun aturan konvensional. Diriwayatkan bahwa Umar r.a berkeliling pasar dan beliau memukul sebagian pedagang dengan tongkat dan berkata: Tidak boleh ada yang berjualan di pasar kami ini, kecuali mereka yang memahami hukum. Jika tidak, maka dia berarti memakan riba, sadarkah ia atau tidak

D.

MEMBUKA PELUANG EKSPANSI INVESTASI Karena investasi dapat dilakukan melalui lembaga keuangan (Investasi Financial) seperti saham dan obligasi dan Investasi Riil seperti perumahaan dan manfacturing, karena itu bagai para investor yang sudah terlibat maka peluang-peluang yang bisa digali lebih lanjut adalah dengan cara: 1. Melakukan sosialisasi secara optimal, mencakup dari prinsip-prinsip syari`ah yang telah diakui, susunan organisasi secara syari`ah sampai tatacara berdiri suatu perusahaan syariah, kemudian juga menjelaskan tentang manajemen likuiditas, menetapkan kebijakan-kebijakan yang berlaku atau sistem operasional dan prosedur. 2. Memperluas jaringan, baik dengan cabang baru atau menggunakan fasilitas lembaga keuangan lain, misalnya Bank Umum Syari`ah menggunakan fasilitas BPRS atau BMT atau menggunakan fasilitas ATM. 3. Menerapkan prinsip muamalah, misalnya konsep produk perbankan syari`ah dapat diterapkan di lembaga keuangan non Bank, seperti: a. Koperasi Syari`ah atau BMT b. Pegadaian Syariah c. Dana Reksa (seperti Dana Reksa Syariah dan PNM Investment Manajemen Syari`ah), d. Lembaga Multifinance seperti: Leasing Syari`ah, Factoring (anjak piutang) syariah, Modal Ventura Syari`ah, e. dan sebagainya 4. Melakukan peningkatan SDM, dengan cara bekerjasama dengan lembaga pendidikan seperti SEBI, Tazkia Institute, IBI, dan sebagainya. 5. Melakukan pengembangan terhadap Lembaga Pendukung seperti: a. Law Firm Syari`ah (seperti Warrens & Hidayat Achyar),

Berinvestasi dalam Konsep Islam

b. Notaris Syari`ah, untuk menganalisa dari segi aspek yuridis hukum porsitif dan syari`ah dan bentuk-bentuk akad yang harus diterapkan. c. Lembaga Auditor Syari`ah (seperti Kantor Audit Syari`ah SHIDDIQ), d. Lembaga Manajemen dan Konsultan Syari`ah (misalnya tentang rekruitmen secara syari`ah atau BAC-PNM= Business Advisory Center PNM), e. Lembaga Penjamin Usaha Pembiayaan Syari`ah, f. Masyarakat Ekonomi Syari`ah (MES) g. Lembaga Pendidikan seperti Universitas umum atau Universitas Islam, dimana salah satu kurikulumnya ada Eknomi Syariah.

Wallahu a`lam bi Ash Shawab TERIMA KASIH

Berinvestasi dalam Konsep Islam

10

You might also like