Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dari pada daratan, oleh
karena itu Indonesia di kenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia
kaya akan berbagai biota laut baik flora maupun fauna. Demikian luas serta
keragaman jasad– jasad hidup di dalam yang kesemuanya membentuk dinamika
kehidupan di laut yang saling berkesinambungan (Nybakken 1988).
Dewasa ini, perhatian terhadap biota laut semakin meningkat dengan munculnya
kesadaran dan minat setiap lapisan masyarakat akan pentingnya lautan. Menurut
Bengen (2001) laut sebagai penyedia sumber daya alam yang produktif baik
sebagai sumber pangan, tambang mineral, dan energi, media komunikasi
maupun kawasan rekreasi atau pariwisata. Karena itu wilayah pesisir dan lautan
merupakan tumpuan harapan manusia dalam pemenuhan kebutuhan di masa
datang.
Salah satu sumber daya laut yang cukup potensial untuk dapat dimanfaatkan
adalah lamun, Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (angiospermae)
yang berbiji satu (monokotil) dan mempunyai akar rimpang, daun, bunga dan
buah. Dimana secara ekologis lamun mempunyai beberapa fungsi penting di
1
daerah pesisir. Lamun merupakan produktifitas primer di perairan dangkal di
seluruh dunia dan merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme.
1.2 Tujuan
2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
3
Gambar . Padang Lamun dalam Ekosistem Laut
Karena pola hidup lamun sering berupa hamparan maka dikenal juga istilah
padang lamun (Seagrass bed) yaitu hamparan vegetasi lamun yang menutup
suatu area pesisir/laut dangkal, terbentuk dari satu jenis atau lebih dengan
kerapatan padat atau jarang. Sedangkan sistem (organisasi) ekologi padang
lamun yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik disebut Ekosistem Lamun
(Seagrass ecosystem). Habitat tempat hidup lamun adalah perairan dangkal agak
berpasir dan sering juga dijumpai di terumbu karang.
Ekosistem padang lamun memiliki kondisi ekologis yang sangat khusus dan
berbeda dengan ekosistem mangrove dan terumbu karang. Ciri-ciri ekologis
padang lamun antara lain adalah :
4
Padang lamun adalah ekosistem pesisir yang ditumbuhi oleh lamun sebagai
vegetasi yang dominan. Lamun (seagrass) adalah kelompok tumbuhan berbiji
tertutup (Angiospermae) dan berkeping tunggal (Monokotil) yang mampu hidup
secara permanen di bawah permukaan air laut (Sheppard et al., 1996). Komunitas
lamun berada di antara batas terendah daerah pasangsurut sampai kedalaman
tertentu dimana cahaya matahari masih dapat mencapai dasar laut (Sitania,
1998).
Eksistensi lamun di laut merupakan hasil dari beberapa adaptasi yang dilakukan
termasuk toleransi terhadap salinitas yang tinggi, kemampuan untuk
menancapkan akar di substrat sebagai jangkar, dan juga kemampuan untuk
5
tumbuh dan melakukan reproduksi pada saat terbenam. Salah satu hal yang
paling penting dalam adaptasi reproduksi lamun adalah hidrophilus yaitu
kemampuannya untuk melakukan polinasi di bawah air.
Secara rinci klasifikasi lamun menurut Den Hartog (1970) dan Menez, Phillips,
dan Calumpong (1983) adalah sebagai berikut :
Devisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Famili : Potamogetonacea
Subfamili : Zosteroideae
6
Berbagai bentuk pertumbuhan tersebut mempunyai kaitan dengan perbedaan
ekologik lamun (den Hartog, 1977). Misalnya Parvozosterid dan Halophilid
dapat dijumpai pada hampir semua habitat, mulai dari pasir yang kasar sampai
lumpur yang lunak, mulai dari daerah dangkal sampai dalam, mulai dari laut
terbuka sampai estuari. Magnosterid dapat dijumpai pada berbagai substrat,
tetapi terbatas pada daerah sublitoral sampai batas rata-rata daerah surut. Secara
umum lamun memiliki bentuk luar yang sama, dan yang membedakan antar
spesies adalah keanekaragaman bentuk organ sistem vegetatif. Menjadi
tumbuhan yang memiliki pembuluh, lamun juga memiliki struktur dan fungsi
yang sama dengan tumbuhan darat yaitu rumput. Berbeda dengan rumput laut
(marine alga/seaweeds), lamun memiliki akar sejati, daun, pembuluh internal
yang merupakan sistem yang menyalurkan nutrien, air, dan gas.
• Akar
Terdapat perbedaan morfologi dan anatomi akar yang jelas antara jenis lamun
yang dapat digunakan untuk taksonomi. Akar pada beberapa spesies seperti
Halophila dan Halodule memiliki karakteristik tipis (fragile), seperti rambut,
diameter kecil, sedangkan spesies Thalassodendron memiliki akar yang kuat dan
berkayu dengan sel epidermal. Jika dibandingkan dengan tumbuhan darat, akar
dan akar rambut lamun tidak berkembang dengan baik. Namun, beberapa
penelitian memperlihatkan bahwa akar dan rhizoma lamun memiliki fungsi yang
sama dengan tumbuhan darat. Akar-akar halus yang tumbuh di bawah permukaan
rhizoma, dan memiliki adaptasi khusus (contoh : aerenchyma, sel epidermal)
terhadap lingkungan perairan. Semua akar memiliki pusat stele yang dikelilingi
oleh endodermis. Stele mengandung phloem (jaringan transport nutrien) dan
xylem (jaringan yang menyalurkan air) yang sangat tipis. Karena akar lamun
tidak berkembang baik untuk menyalurkan air maka dapat dikatakan bahwa
lamun tidak berperan penting dalam penyaluran air.
7
Patriquin (1972) menjelaskan bahwa lamun mampu untuk menyerap nutrien dari
dalam substrat (interstitial) melalui sistem akar-rhizoma. Selanjutnya, fiksasi
nitrogen yang dilakukan oleh bakteri heterotropik di dalam rhizosper Halophila
ovalis, Enhalus acoroides, Syringodium isoetifolium dan Thalassia hemprichii
cukup tinggi lebih dari 40 mg N.m-2.day-1. Koloni bakteri yang ditemukan di
lamun memiliki peran yang penting dalam penyerapan nitrogen dan penyaluran
nutrien oleh akar. Fiksasi nitrogen merupakan proses yang penting karena
nitrogen merupakan unsur dasar yang penting dalam metabolisme untuk
menyusun struktur komponen sel.
8
• Rhizoma dan Batang
Semua lamun memiliki lebih atau kurang rhizoma yang utamanya adalah
herbaceous, walaupun pada Thallasodendron ciliatum (percabangan simpodial)
yang memiliki rhizoma berkayu yang memungkinkan spesies ini hidup pada
habitat karang yang bervariasi dimana spesies lain tidak bisa hidup.
Kemampuannya untuk tumbuh pada substrat yang keras menjadikan T. Ciliatum
memiliki energi yang kuat dan dapat hidup berkoloni disepanjang hamparan
terumbu karang.
Struktur rhizoma dan batang lamun memiliki variasi yang sangat tinggi
tergantung dari susunan saluran di dalam stele. Rhizoma, bersama sama dengan
akar, menancapkan tumbuhan ke dalam substrat. Rhizoma seringkali terbenam di
dalam substrat yang dapat meluas secara ekstensif dan memiliki peran yang
utama pada reproduksi secara vegetatif dan reproduksi yang dilakukan secara
vegetatif merupakan hal yang lebih penting daripada reproduksi dengan
pembibitan karena lebih menguntungkan untuk penyebaran lamun. Rhizoma
merupakan 60 – 80% biomas lamun.
• Daun
Seperti semua tumbuhan monokotil, daun lamun diproduksi dari meristem basal
yang terletak pada potongan rhizoma dan percabangannya. Meskipun memiliki
bentuk umum yang hampir sama, spesies lamun memiliki morfologi khusus dan
bentuk anatomi yang memiliki nilai taksonomi yang sangat tinggi. Beberapa
bentuk morfologi sangat mudah terlihat yaitu bentuk daun, bentuk puncak daun,
keberadaan atau ketiadaan ligula. Contohnya adalah puncak daun Cymodocea
serrulata berbentuk lingkaran dan berserat, sedangkan C. Rotundata datar dan
halus. Daun lamun terdiri dari dua bagian yang berbeda yaitu pelepah dan daun.
Pelepah daun menutupi rhizoma yang baru tumbuh dan melindungi daun muda.
Tetapi genus Halophila yang memiliki bentuk daun petiolate tidak memiliki
pelepah.
9
Anatomi yang khas dari daun lamun adalah ketiadaan stomata dan keberadaan
kutikel yang tipis. Kutikel daun yang tipis tidak dapat menahan pergerakan ion
dan difusi karbon sehingga daun dapat menyerap nutrien langsung dari air laut.
Air laut merupakan sumber bikarbonat bagi tumbuh-tumbuhan untuk
penggunaan karbon inorganik dalam proses fotosintesis.
3. Sebagai penangkap sedimen : Daun lamun yang lebat akan memperlambat air
yang disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga perairan disekitarnya menjadi
tenang. Disamping itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan dan mengikat
sedmen, sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar permukaan. Jadi,
padang lamun disini berfungsi sebagai penangkap sedimen dan juga dapat
mencegah erosi (Gingsuburg & Lowestan, 1958).
10
Sedangkan menurut Philips & Menez (1988), ekosistem lamun merupakan salah
satu ekosistem bahari yang produktif, ekosistem lamun pada perairan dangkal
berfungsi sebagai :
6. Menfiksasi karbon yang sebagian besar masuk ke dalam sistem daur rantai
makanan.
Selain itu secara ekologis padang lamun mempunyai beberapa fungsi penting
bagi wilayah pesisir, yaitu :
11
Selanjutnya dikatakan Philips & Menez (1988), lamun juga sebagai komoditi
yang sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat baik secara tradisional
maupun secara modern. Adapun pemanfaatan lamun tersebut baik secara
modern maupun tradisional yaitu sebagai berikut :
12
dibandingkan dengan ekosistem lain seperti ekosistem terumbu karang dan
ekosistem mangrove, meskipun diantara ekosistem tersebut di kawasan pesisir
merupakan satu kesatuan sistem dalam menjalankan fungsi ekologisnya.
Peranan padang lamun secara fisik di perairan laut dangkal adalah membantu
mengurangi tenaga gelombang dan arus, menyaring sedimen yang terlarut dalam
air dan menstabilkan dasar sedimen (Kiswara dan Winardi, 1999). Peranannya di
perairan laut dangkal adalah kemampuan berproduksi primer yang tinggi yang
secara langsung berhubungan erat dengan tingkat kelimpahan produktivitas
perikanannya. Keterkaitan perikanan dengan padang lamun sangat sedikit
diinformasikan, sehingga perikanan di padang lamun Indonesia hampir tidak
pernah diketahui. Keterkaitan antara padang lamun dan perikanan udang lepas
pantai sudah dikenal luas di perairan tropika Australia (Coles et al., 1993).
• Kecerahan
• Temperatur
Secara umum ekosistem padang lamun ditemukan secara luas di daerah bersuhu
dingin dan di tropis. Hal ini mengindikasikan bahwa lamun memiliki toleransi
14
yang luas terhadap perubahan temparatur. Kondisi ini tidak selamanya benar jika
kita hanya memfokuskan terhadap lamun di daerah tropis karena kisaran lamun
dapat tumbuh optimal hanya pada temperatur 28 – 30 0C. Hal ini berkaitan
dengan kemampuan proses fotosintesis yang akan menurun jika temperatur
berada di luar kisaran tersebut.
• Salinitas
• Substrat
Padang lamun hidup pada berbagai macam tipe sedimen, mulai dari lumpur
sampai karang. Kebutuhan substrat yang utama bagi pengembangan padang
lamun adalah kedalaman sedimen yang cukup. Peranan kedalaman substrat
dalam stabilitas sedimen mencakup 2 hal yaitu : pelindung tanaman dari arus laut
dan tempat pengolahan dan pemasok nutrien.
• Kecepatan arus
Produktivitas padang lamun juga dipengaruhi oleh kecepatan arus perairan. Pada
saat kecepatan arus sekitar 0,5 m/detik, jenis Thallassia testudium mempunyai
kemampuan maksimal untuk tumbuh.
2.6 Jenis Fauna dan Flora yang Terdapat Pada Padang Lamun
15
Padang lamun merupakan ekosistem yang tinggi produktivitas organiknya,
dengan keanekaragaman biota yang juga cukup tinggi. Pada ekosistem ini hidup
beraneka ragam biota laut, seperti ikan, krustasea, moluska (Pinna sp., Lambis
sp., Strombus sp.), Ekinodermata (Holothuria sp., Synapta sp., Diadema sp.,
Archaster sp., Linckia sp.), dan cacing Polikaeta.
Jika dilihat dari pola zonasi lamun secara horisontal, maka dapat dikatakan
ekosistem lamun terletak di antara dua ekosistem bahari penting yaitu ekosistem
mangrove dan ekosistem terumbu karang (pada gambar dibawah). Dengan letak
yang berdekatan dengan dua ekosistem pantai tropik tersebut, ekosistem lamun
tidak terisolasi atau berdiri sendiri tetapi berinteraksi dengan kedua ekosistem
tersebut.
Adanya interaksi yang timbal balik dan saling mendukung, maka secara ekologis
lamun mempunyai peran yang cukup besar bagi ekosistem pantai tropik. Adapun
16
peran lamun tersebut (Nienhuis et al., 1989; Hutomo dan Azkab, 1987; Zulkifli,
2000) adalah sebagai berikut:
1. Produsen primer, dimana lamun memfiksasi sejumlah karbon organik dan
sebagian besar memasuki rantai makanan di laut, baik melalui pemangsaan langsung
oleh herbivora maupun melalui dekomposisi serasah
2. Sebagai habitat biota, lamun memberi perlindungan dan tempat penempelan
hewan dan tumbuh-tumbuhan
3. Sebagai penangkap sedimen, lamun yang lebat memperlambat gerakan air
yang disebabkan oleh arus dan ombak
4. Sebagai pendaur zat hara
5. Sebagai makanan dan kebutuhan lain, seperti bahan baku pembuatan kertas.
Sedangkan dalam Fortes (1990), peran lamun bagi manusia baik langsung
maupun tidak langsung, dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Peran tradisional, seperti sebagai bahan tenunan keranjang, kompos untuk
pupuk
2. Peran kontemporer, seperti penyaring air buangan; pembuatan kertas.
BAB 3. PERMASALAHAN
Lamun pada umumnya dianggap sebagai kelompok tumbuhan yang homogen. Lamun
terlihat mempunyai kaitan dengan habitat dimana banyak lamun (Thalassia) adalah
substrat dasar dengan pasir kasar. Menurut Haruna (Sangaji, 1994) juga mendapatkan
Enhalus acoroides dominan hidup pada substrat dasar berpasir dan pasir sedikit
berlumpur dan kadang-kadang terdapat pada dasar yang terdiri atas campuran pecahan
karang yang telah mati. Keberadaan lamun pada kondisi habitat tersebut, tidak
terlepas dan ganguan atau ancaman-ancaman terhadap kelangsungan hidupnya baik
berupa ancaman alami maupun ancaman dari aktivitas manusia.
17
Kerusakan yang terjadi pada padang lamun dapat disebabkan oleh natural stress dan
anthrogenik stress. Natural stress bisa disebabkan gunung meletus, sunami,
kompetisi, predasi. Sedangkan anthrogenik stress bisa disebabkan :
Selain itu juga limbah pertanian, industri, dan rumah tangga yang dibuang ke laut,
pengerukan lumpur, lalu lintas perahu yang padat, dan lain-lain kegiatan manusia
dapat mempengaruhi kerusak lamun. Di tempat hilangnya padang lamun, perubahan
yang dapat diperkirakan menurut Fortes (1989), yaitu:
1. Reduksi detritus dari daun lamun sebagai konsekuensi perubahan dalam jaring-
jaring makanan di daerah pantai dan komunitas ikan.
2. Perubahan dalam produsen primer yang dominan dari yang bersifat bentik
yang bersifat planktonik.
3. Perubahan dalam morfologi pantai sebagai akibat hilangnya sifat-sifat pengikat
lamun.
4. Hilangnya struktural dan biologi dan digantikan oleh pasir yang gundul.
Banyak kegiatan atau proses dari alam maupun aktivitas manusia yang mengancam
kelangsungan hidup ekosistem lamun seperti berikut :
1. Dampak kegiatan manusia pada ekosistem padang lamun (Bengen, 2001)
Kegiatan Dampak Potensial
• Pengerukan dan pengurugan yang • Perusakan total padang lamun
berkaitan dengan pembangunan • Perusakan habitat di lokasi
areal estate pinggir laut, pembuangan hasil pengerukan
18
pelabuhan, industri, saluran • Dampak sekunder pada perairan
navigasi dengan meningkatnya kekeruhan air, dan
• Pencemaran limbah industri terlapisnya insan hewan air.
terutama logam berat, dan senyawa • Terjadinya akumulasi logam berat
organolokrin padang lamun melalui proses biological
• Pembuangan sampah organik magnification
• Pencemaran limbah pertanian • Penurunan kandungan oksigen
19
Kondisi ekosistem padang lamun di perarain pesisir Indonesia sekitar 30-40%. Di
pesisir pulau Jawa kondisi ekosistem padang lamun telah mengalami gangguan yang
cukup serius akibat pembuangan limbah indusri dan pertumbuhan penduduk dan
diperkirakan sebanyak 60% lamun telah mengalami kerusakan. Di pesisir pulau Bali
dan pulau Lombok ganguan bersumber dari penggunaan potassium sianida dan telah
berdampak pada penurunan nilai dan kerapatan sepsiens lamun (Fortes, 1989).
Ancaman kerusakan ekosistem padang lamun di perairan pesisir berasal dari aktivitas
masyarakat dalam mengeksploatasi sumberdaya ekosistem padang lamun dengan
menggunakan potassium sianida, sabit dan gareng serta pembuangan limbah industri
pengolahan ikan, sampah rumah tangga dan pasar tradisional. Dalam hal ini Fauzi
(2000) menyatakan bahwa dalam menilai dampak dari suatu akifitas masyarakat
terhadap kerusakan lingkungan seperti ekosistem padang lamun dapat digunakan
dengan metode tehnik evaluasi ekonomi yang dikenal dengan istilah Environmental
Impact Assesment (EIA). Metode ini telah dijadikam istrumen universal dalam
mengevaluasi dampak lingkungan akibat aktivitas pembangunan, disamping itu
metode evaluasi ekonomi dapat menjembatani kepentingan ekonomi masyarakat dan
kebutuhan ekologi dari sumber daya alam.
20
21
BAB 4. PEMBAHASAN
Permasalahan dan isu pengelolaan sumber daya pesisir dan lautan dalam hal ini
ekosistem padang lamun, secara umum sedang dihadapi di Indonesia, bahkan juga
sama dengan yang terjadi di beberapa negara berkembang lainnya. Walaupun dalam
skala mikro bisa jadi tidak terlalu persis karena perbedaan sosial ekonomi dan budaya.
Karena itu, isu persoalan seperti kemiskinan, konflik interes antar lembaga, rendahnya
kesadaran masyarakat terhadap lingkungan, pencemaran laut dan pesisir, keterbatasan
dana pengelolaan merupakan persoalan yang sedang dihadapi. (PKSPL, 1999).
Disadari bahwa padang lamun memberikan banyak manfaat bagi manusia. Dengan
demikian, mempertahankan areal-areal padang lamun, termasuk tumbuhan dan
hewannya, sangat penting untuk pembangunan ekonomi dan sosial. Namun, akhir-
akhir ini, tekanan penduduk semakin meningkat akan sumberdaya laut menjadi faktor
utama dalam perubahan lingkungan ekosistem di laut. Yang menjadi kelemahan
adalah bahwa selama ini banyak masyarakat yang menganggap bahwa areal pesisir
mutlak merupakan milik umum yang sangat luas yang dapat mengakomodasi segala
bentuk kepentingan termasuk kegiatan yang berbahaya sekalipun. Ini suatu kelemahan
cara berpikir dan pengetahuan yang dapat mengancam keberlangsungan sumber daya
pesisir dan laut salah satunya adalah ekosistem padang lamun. Meskipun telah banyak
produk hokum yang jelas–jelas mengatur bahwa tidak ada satu orang ataupun
kelompok yang dapat semena-mena memanfaatkan dan mengelola kawasan pesisir
ini, tetapi penegakkannya melalui pengenaan sanksi yang tegas dan transparan belum
berjalan sebagaimana mestinya.
Meskipun beberapa areal ekosistem pesisir termasuk areal padang lamun di Indonesia
telah dimasukan ke dalam suatu kawasan lindung, namun pada kenyataan di lapangan
menunjukkan banyak diantaranya yang masih mendapat tekanan yang cukup berarti.
Sebagai upaya pemecahan, kini pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kelautan
22
dan Perikanan bekerja sama dengan perguruan tinggi dan instansi terkait lainnya
berusaha mengembangkan pendekatan terpadu yang melibatkan berbagai pihak, yaitu
Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu atau Integrated Coastal Management
(ICM).
Pada lingkunag pesisir, memiliki kendala khusus dalam melihat implikasi dari suatu
strategi pengelolaan, hal ini disebabkan karena adanya bermacam-macam aktivitas dan
kelompok masyarakat sebagai pengguna, seperti rencana pengelolaan yang dibuat
oleh pemerintah sering tidak dapat mencakup semua kepentingan masayarakat dan
sebaliknya masyarakat menganggap sumber alam sebagai open acces resources
(Raharjo, 1996)
Namun yang paling penting dalam pengelolaan ekosistem di dalam wilayah pesisir
harus diingat, bahwa suatu ekosistem di wilayah pesisir tidak berdiri sendiri atau
diantara beberapa ekosistem saling terkait baik secara biogeofisik, maupun secara
sosioal-ekonomi; dan kelangsungan hidup suatu ekosistem juga sangat tergantung
pada aktifitas manusia di darat yang dipengaruhi oleh faktor budaya masyarakat
setempat. Dengan demikian, upaya konservasi dan pelestarian serta pengunaan sumber
daya ekosistem lamun yang berkelanjutan memerlukan pengelolaaan secara terpadu
memiliki pengertian bahwa pengelolaan sumber daya alam jasa-jasa lingkungan
pesisir dan laut dilakukan melalui penilaian secara menyeluruh (comprehensive
assesment), merencanakan tujuan dan sasaran, kemudian merencanakan serta
mengelola segenap kegiatan pemanfaatannya guna mencapai pembangunan yang
optimal dan berkelanjutan. Perencanaan dan pengelolaan tersebut dilakukan secara
kontinyu dan dinamis dangan mempertimbangkan aspek sosial-ekonomi budaya dan
23
aspirasi masyarakat pengguna wilayah area pesisir (stakeholder) serta konflik
kepentingan dan pemanfaatan yang mungkin ada.
Pelestarian ekosistem padang lamun merupakan suatu usaha yang sangat kompleks
untuk dilaksanakan, karena kegitan tersebut sangat membutuhkan sifat akomodatif
terhadap segenap pihak baik yang berada sekitar kawasan maupun di luar kawasan.
Pada dasarnya kegiatan ini dilakukan demi memenuhi kebutuhan dari berbagai
kepentingan. Namun demikian, sifat akomodatif ini akan lebih dirasakan manfaatnya
bilamana keperpihakan kepada masyarakat yang sangat rentan terhadap sumberdaya
alam diberikan porsi yang lebih besar.
24
BAB 5. PENUTUP
Padang lamun adalah ekosistem pesisir yang ditumbuhi oleh lamun sebagai vegetasi
yang dominan. Lamun (seagrass) adalah kelompok tumbuhan berbiji tertutup
(Angiospermae) dan berkeping tunggal (Monokotil) yang mampu hidup secara
permanen di bawah permukaan air laut. Komunitas lamun berada di antara batas
terendah daerah pasangsurut sampai kedalaman tertentu dimana cahaya matahari
masih dapat mencapai dasar laut. Padang lamun merupakan suatu komunitas dengan
produktivitas primer dan sekunder yang sangat tinggi, detritus yang dihasilkan sangat
banyak, dan mampu mendukung berbagai macam komunitas hewan (Orth, 1987).
Padang lamun memiliki peranan ekologis yang sangat penting, yaitu sebagai tempat
asuhan, tempat berlindung, tempat mencari makan, tempat tinggal atau tempat
migrasi berbagai jenis hewan.
Banyak kegiatan atau proses, baik alami maupun oleh aktivitas manusia yang
mengancam kelangsungan ekosistem lamun. Ekosistem lamun sudah banyak terancam
termasuk di Indonesia baik secara alami maupun oleh aktifitas manusia. Besarnya
pengaruh terhadap integritas sumberdaya, meskipun secara garis besar tidak diketahui,
namun dapat dipandang di luar batas kesinambungan biologi.
Ekosistem lamun sangat terkait dengan ekosistem di dalam wilayah pesisir seperti
mangrove, terumbu karang, estauria dan ekosistem lainya dalam menunjang
keberadaan biota terutama pada perikanan serta beberapa aspek lain seperti fungsi
fisik dan sosial-ekonomi. Hal ini menunjukkan keberadaan ekosistem lamun adalah
tidak berdiri sendiri, tetapi terkait dengan ekosistem sekitarnya, bahkan sangat
dipengaruhi aktifitas darat. Namun, akhir-akhir ini kondisi padang lamun semakin
menyusut oleh adanya kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas manusia.
25
terpadu yang melibatkan berbagai pihak untuk membuat solusi tepat dalam
mempertahankan fungsi ekologis dari ekosistem yaitu pengelolaan pesisir secara
terpadu atau Integrated Coastal Management (ICM).
26
DAFTAR PUSTAKA
27