You are on page 1of 6

Nama : agus hadi prastia

NPM : 02.2008.1.90391

Bagaimana konsep dasar tentang Atom itu?

Konsep dasar tentang atom sebenarnya sudah lama dikenal


orang. Konsep tersebut antara lain berasal dari pemikiran orang
Yunani kuno yang dipelopori oleh Democritus yang hidup pada
akhir abad ke-4 dan awal abad ke-5 Sebelum Masehi. Menurut
teori yang dikemukakannya, suatu benda dapat dibagi menjadi
bagian-bagian yang sangat kecil yang akhirnya tidak dapat
dibagi lagi yang disebut atom. Kata atom berasal dari bahasa
Yunani yaitu ”atomos” yang berarti ”tidak dapat dibagi”.
Disebutkan bahwa alasan ini berasal dari observasi di mana butiran pasir dapat bersama-
sama membentuk sebuah pantai. Dalam analoginya, pasir adalah atom, dan pantai adalah
senyawa. Analogi ini kemudian dapat dihubungkan dengan pengertian Democritus
terhadap atom yang tidak bisa dibagi lagi: walaupun sebuah pantai dapat dibagi ke dalam
butiran-butiran pasirnya, butiran pasir ini tidak dapat dibagi. Democritus juga beralasan
bahwa atom sepenuhnya padat, dan tidak memiliki struktur internal. Dia juga berpikir
harus ada ruang kosong antar atom untuk memberikan ruang untuk pergerakannya
(seperti pergerakan dalam air dan udara, atau fleksibilitas benda padat). Sebagai
tambahan, Democritus juga menjelaskan bahwa untuk menjelaskan perbedaan sifat dari
material yang berbeda, atom dibedakan ke dalam bentuk, massa dan ukurannya.

Dengan model atomnya, Democritus mampu menjelaskan bahwa semua yang kita lihat
terdiri dari bagian/blok bangunan yang lebih kecil disebut atom. Namun model
Democritus ini kurang memiliki bukti eksperimental, namun baru tahun 1800an bukti
eksperimental muncul.

Model Atom John Dalton

Pada tahun 1803, John Dalton mengembangkan konsep atom


modern pertama. Model Dalton menaruh perhatian utamanya
pada sifat kimia atom, yaitu bagaimana atom membentuk
senyawa, daripada mencoba untuk menjelaskan sifat fisika
atom. Konsep utama dari model Dalton adalah sebagai
berikut:
1. Sebuah elemen terdiri dari partikel yang sangat kecil dan tidak dapat dibagi lagi
disebut atom.
2. Semua atom dari elemen tertentu memiliki karakteristik yang identik, yang
membedakan mereka dengan atom elemen lain.
3. Atom tidak dapat diciptakan, dimusnahkan, atau diubah menjadi atom dari elemen lain.
4. Senyawa terbentuk ketika atom-atom elemen yang berbeda bergabung satu sama lain
dalam sebuah rasio tertentu.
5. Jumlah dan jenis atom tersebut adalah konstan dalam senyawa tertentu.
Poin pertama dari teori Dalton berhubungan dengan pengertian orang Yunani tentang
atom, yaitu sebuah unit kecil yang bekerja bersama atom lain untuk membentuk senyawa
yang lebih besar. Dalton juga mampu untuk memahami tentang adanya sifat elemen yang
berbeda-beda dapat dijelaskan dengan bukti adanya berbagai macam atom, yang masing-
masing memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Poin ke-3 dari model Dalton
menunjukkan bahwa atom tidak dapat diubah dengan cara kimia. Ini ditunjukkan dengan
bagaimana garam dapat diambil walaupun telah larut dalam air. Poin ke-4 dan ke-5
mendeskripsikan bagaimana atom-atom dapat membentuk senyawa kimia. Konsep-
konsep ini secara tepat menjelaskan cara pembentukan senyawa, dan masih digunakan
hingga sekarang. Model Dalton, sebagai contoh, dapat menjelaskan bahwa air merupakan
senyawa yang berbeda (dengan sifat dan ciri yang berbeda) dari hidrogen hidroksida
karena memiliki 1 atom hidrogen lebih sedikit dalam tiap senyawanya daripada yang
dimiliki hidrogen hidroksida..

Model atom Dalton, seperti bola pejal

Walaupun teori Dalton cukup untuk menjelaskan keberadaan atom, namun struktur atom
masih belum dijelaskan dan alasan mengapa elemen yang berbeda memiliki sifat dan ciri
yang berbeda masih belum terjawab

Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov-Lavoisier

Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov-Lavoisier


adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup akan konstan
meskipun terjadi berbagai macam proses di dalam sistem tersebut(dalam sistem tertutup
Massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama (tetap/konstan) ). Pernyataan yang
umum digunakan untuk menyatakan hukum kekekalan massa adalah massa dapat
berubah bentuk tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Untuk suatu proses
kimiawi di dalam suatu sistem tertutup, massa dari reaktan harus sama dengan massa
produk.

Hukum kekekalan massa digunakan secara luas dalam bidang-bidang seperti


kimia, teknik kimia, mekanika, dan dinamika fluida. Berdasarkan ilmu relativitas spesial,
kekekalan massa adalah pernyataan dari kekekalan energi. Massa partikel yang tetap
dalam suatu sistem ekuivalen dengan energi momentum pusatnya. Pada beberapa
peristiwa radiasi, dikatakan bahwa terlihat adanya perubahan massa menjadi energi. Hal
ini terjadi ketika suatu benda berubah menjadi energi kinetik/energi potensial dan
sebaliknya. Karena massa dan energi berhubungan, dalam suatu sistem yang
mendapat/mengeluarkan energi, massa dalam jumlah yang sangat sedikit akan
tercipta/hilang dari sistem. Namun demikian, dalam hampir seluruh peristiwa yang
melibatkan perubahan energi, hukum kekekalan massa dapat digunakan karena massa
yang berubah sangatlah sedikit.

hukum perbandingan tetap atau hukum Proust

Dalam kimia, hukum perbandingan tetap atau hukum Proust (diambil dari nama
kimiawan Perancis Joseph Proust) adalah hukum yang menyatakan bahwa suatu senyawa
kimia terdiri dari unsur-unsur dengan perbandingan massa yang selalu tepat sama.
Dengan kata lain, setiap sampel suatu senyawa memiliki komposisi unsur-unsur yang
tetap. Misalnya, air terdiri dari 8/9 massa oksigen dan 1/9 massa hidrogen. Bersama
dengan hukum perbandingan berganda (hukum Dalton), hukum perbandingan tetap
adalah hukum dasar stoikiometri.
Perbandingan tetap pertama kali dikemukakan oleh Joseph Proust, setelah
serangkaian eksperimen di tahun 1797 dan 1804.[1] Hal ini telah sering diamati sejak
lama sebelum itu, namun Proust-lah yang mengumpulkan bukti-bukti dari hukum ini dan
mengemukakannya[2] Pada saat Proust mengemukakan hukum ini, konsep yang jelas
mengenai senyawa kimia belum ada (misalnya bahwa air adalah H2O dsb.). Hukum ini
memberikan kontribusi pada konsep mengenai bagaimana unsur-unsur membentuk
senyawa. Pada 1803 John Dalton mengemukakan sebuah teori atom, yang berdasarkan
pada hukum perbandingan tetap dan hukum perbandingan berganda, yang menjelaskan
mengenai atom dan bagaimana unsur membentuk senyawa

Model Atom JJ. Thomson

Pada awal 1900an, J.J. Thomson mengusulkan model atom


baru yang mengikutkan keberadaan partikel elektron dan
proton. Karena eksperimen menunjukkan proton memiliki
massa yang jauh lebih besar dibandingkan elektron, maka
model Thomson menggambarkan atom sebagai proton tunggal
yang besar. Di dalam partikel proton, Thomson memasukkan
elektron yang menetralkan adanya muatan positif dari proton.
Menurut Thomson, atom terdiri dari suatu bulatan bermuatan
positif dengan rapat muatan yang merata. Di dalam muatan
positif ini tersebar elektron dengan muatan negatif yang
besarnya sama dengan muatan positif. Cara yang populer untuk menggambarkan model
ini adalah dengan menganggap elektron sebagai kismis (plumb) di dalam kue puding
proton, sehingga model ini diberi nama model kue kismis (plumb-pudding model).

Model atom Thomson seperti roti kismis

Walaupun model atom Thomson adalah yang pertama yang memasukkan konsep
adanya proton dan elektron yang bermuatan, model Thomson tidak mampu melewati
pengamatan pada eksperimen-eksperimen berikutnya. Sebagai catatan, proton yang
digunakan dalam model Thomson ini bukanlah partikel proton yang ditemukan di model
yang lebih modern. Bahkan sesungguhnya dapat dikatakan model Thomson tidak
memiliki proton, namun sebuah sel bermuatan positif.
Pengaruh model atom Dalton dapat dilihat dengan jelas pada model Thomson. Dalton
berspekulasi bahwa atom adalah benda padat, dan Thomson mendukung gagasan ini
dalam modelnya dengan mengelompokkan elektron dan proton bersama-sama.

Model Atom Rutherford

Pada tahun 1910, Ernest Rutherford melakukan percobaan pada


kebenaran model ini dengan melakukan yang sekarang dikenal
sebagai eksperimen hamburan Rutherford (Rutherford
scattering experiment).
Rutherford menemukan partikel-α, sebuah partikel yang
dipancarkan oleh atom radioaktif, pada tahun 1909. Partikel ini
memiliki muatan positif, dan faktanya adalah kita sekarang
tahu bahwa partikel-α seperti atom helium dilepaskan dari
elektronnya, memberikannya muatan 2+. Dalam eksperimen
hamburan ini, aliran partikel-α ini diarahkan ke lembaran emas. Lembaran emas ini
dipilih oleh Rutherford karena dapat dibuat sangat tipis--hanya setebal beberapa atom
emas. Saat partikel-α melintasi lembaran emas, Rutherford dapat mengukur berapa
banyak partikel-α yang akan dihamburkan oleh atom emas dengan mengamati kilatan
cahaya partikel-α menabrak layar scintilator. Di bawah teori atom Thomson, Rutherfod
berhipotesa partikel-α akan dibelokkan sedikit, saat proton emas menolak partikel-α yang
bermuatan positif tinggi.
Namun pada kenyataannya, eksperimen hamburan Rutherford menunjukkan hasil yang
jelas-jelas menolak hipotesis tersebut dan tentunya model atom Thomson. Rutherfod
menemukan sebagian besar partikel alfa mampu menembus lembaran emas tanpa
dibelokkan. Bersamaan dengan itu, Rutherford juga menemukan partikel alfa yang
dibelokkan sedikit, namun dengan sangat mengejutkan, Rutherford juga menemukan
beberapa partikel alfa yang dibelokkan pada sudut yang sangat tajam kembali ke sumber
radioaktif.

Model atom Rutherford seperti tata surya

Untuk menjelaskan adanya sebagian besar partikel-α yang menembus lembaran


emas tanpa dibelokkan, Rutherford kemudian mengembangkan model inti atom. Dalam
model ini, Rutherford menempatkan sebuah proton yang besar (seperti eksperimen dan
model sebelumnya) di pusat atom. Rutherford berteori bahwa di sekitar proton terdapat
ruang besar yang kosong dari segala partikel kecuali elektron yang jarang-jarang. Ruang
terbuka yang besar ini memberikan alasan adanya partikel alfa yang tidak terbelokkan.
Partikel alfa yang dibelokkan sedikit diperkirakan telah lewat cukup dekat dari proton
sehingga dibelokkan oleh gaya elektrostatik. Sedangkan beberapa partikel alfa yang
dibelokkan kembali ke sumber diperkirakan telah mengalami tumbukan dengan inti
sehingga dipantulkan kembali oleh gaya elektrostatik.

Model Atom Niels Bohr

Pada tahun 1913 Niels Bohr mencoba menjelaskan model


atom Bohr melalui konsep elektron yang mengikuti orbit
mengelilingi inti atom yang mengandung proton dan neutron.
Menurut Bohr, hanya terdapat orbit dalam jumlah tertentu,
dan perbedaan antar orbit satu dengan yang lain adalah jarak
orbit dari inti atom. Keberadaan elektron baik di orbit yang
rendah maupun yang tinggi sepenuhnya tergantung oleh
tingkatan energi elektron. Sehingga elektron di orbit yang
rendah akan memiliki energi yang lebih kecil daripada
elektron di orbit yang lebih tinggi.
Bohr menghubungkan elektron yang mengorbit dan pengamatan terhadap spektrum gas
melalui sebuah pemikiran bahwa sejumlah energi yang dikandung dalam elektron dapat
berubah, dan karena itu elektron dapat mengubah orbitnya tergantung dari perubahan
energinya. Dalam situasi pemakaian arus listrik melewati gas bertekanan rendah, elektron
menjadi de-eksitasi dan berpindah ke orbit yang lebih rendah. Dalam perubahan ini,
elektron kehilangan sejumlah energi yang merupakan perbedaan tingkat energi kedua
orbit. Energi yang dipancarkan ini dapat dilihat dalam bentuk sebuah photon cahaya yang
panjang gelombangnya berdasar pada perbedaan tingkat energi kedua orbit.

Model atom bohr

Secara ringkas, Bohr mengemukakan:


1. Elektron dalam atom bergerak mengelilingi inti pada lintasan-lintasan tertentu, tidak
memancarkan energi. Lintasan-lintasan elektron itu disebut kulit atau tingkat energi
elektron.
2. Elektron dapat berpindah dari satu lintasan ke lintasan yang lain.
3. Perpindahan elektron dari tingkat energi tinggi ke rendah disertai pemancaran energi.
Sedang perpindahan elektron dari tingkat energi rendah ke tinggi disertai penyerapan
energi.
4. Elektron yang bergerak pada lintasannya berada pada keadaan stasioner, artinya
elektron tidak memancarkan atau menyerap energi.
Walaupun model atom Bohr cukup untuk memodelkan spektrum hidrogen, model ini
terbukti tidak cukup untuk memprediksikan spektrum elemen yang lebih kompleks.

You might also like