You are on page 1of 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai jenis


masalah. Masalah utama yang dihadapi diIndonesia adalah dibidang kependudukan
yang masih tingginya pertumbuhan penduduk. Keadaan penduduk yang demikian
telah mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Semakin
tinggi pertumbuhan penduduk semakin besar usaha yang dilakukan untuk
mempertahankan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu Pemerintah terus berupaya
untuk menekan laju pertumbuhan dengan Program Keluarga Berencana.

Program KB ini dirintis sejak tahun 1951 dan terus berkembang, sehingga
pada tahun 1970 terbentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN). Program ini salah satu tujuannya adalah penjarangan kehamilan
mengunakan metode kontrasepsi dan menciptakan kesejahteraan ekonomi dan sosial
bagi seluruh masyarakat melalui usaha-usaha perencanaan dan pengendalian
penduduk.

Pendapat Malthus yang dikutip oleh Manuaba (1998) mengemukakan bahwa


pertumbuhan dan kemampuan mengembangkan sumber daya alam laksana deret
hitung, sedangkan pertumbuhan dan perkembangan manusia laksana deret ukur,
sehingga pada suatu titik sumber daya alam tidak mampu menampung pertumbuhan
manusia telah menjadi kenyataan.

Berdasarkan pendapat di atas, diharapkan setiap keluarga memperhatikan dan


merencanakan jumlah keluarga yang diinginkan berkenaan dengan hal tersebut.
Paradigma baru Program KB Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan
NKKBS menjadi “Keluarga berkualitas 2015” untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas adalah keluarga sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak
yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, Harmonis, dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa (Sarwono, 2003 ).

Gerakan KB Nasional selama ini telah berhasil mendorong peningkatan peran


serta masyarakat dalam membangun keluarga kecil yang makin mandiri.
Keberhasilan ini mutlak harus diperhatikan bahkan terus ditingkatkan karena
pencapaian tersebut belum merata. Sementara ini kegiatan Keluarga Berencana masih
kurangnya dalam pengunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Bila
dilihat dari cara pemakaian alat kontasepsi dapat dikatakan bahwa 51,21 % akseptor
KB memilih Suntikan sebagai alat kontrasepsi, 40,02 % memilih Pil, 4,93 % memilih
Implant 2,72 % memilih IUD dan lainnya 1,11 %. Pada umumnya masyarakat
memilih metode non MKJP. Sehingga metode KB MKJP seperti Intra Uterine
Devices (IUD). Implamt, Medis Operatif Pria (MOP) dan Medis Operatif Wanita
(MOW) kurang diminati. (www. bkkbn. go. id, 2005).

Berdasarkan data dari BKKBN propinsi Lampung akseptor aktif IUD


sebanyak 13,01%. Kabupaten Kota Madya Metro jumlah peserta KB aktif IUD 2.541
orang atau 14,61 % dari seluruh metode KB. Menurut data yang diperoleh dari
Puskesmas Banjarsari Metro Utara tahun 2006, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS)
adalah 4.037 jiwa, sedangkan yang menjadi peserta KB aktif adalah 3.632 jiwa.
Dengan perincian sebagai berikut : KB Pil 1.341 orang atau 36,92 %, KB Suntik
1.174 orang atau 32,32 %, KB Implant 548 orang atau 15,08 %, KB IUD 395 orang
atau 10,87%, KB MOW 146 orang atau 4,01 %, KB MOP 18 orang atau 0,49%, KB
Kondom 10 orang atau 0,27 %.

Berdasarkan prasurvey di Puskesmas Banjarsari Metro Utara bahwa pengguna


alat kontrasepsi Metode Kontrasepsi Jangka Panjang khususnya IUD dipengaruhi
oleh beberapa faktor-faktor misalnya faktor tingkat ekonomi, usia, paritas,
pendidikan. Pada umumnya PUS (Pasangan Usia Subur) yang telah menjadi akseptor
KB lebih banyak menggunakan pil, suntik dan kondom. Namun pada akhir-akhir ini
akseptor lebih dianjurkan untuk menggunakan program Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKJP), yaitu alat kontrasepsi spiral (IUD), susuk (Implant) dan kontap
(Vasektomi dan Tubektomi). Metode ini lebih ditekankan karena MKJP dianggap
lebih efektif dan lebih mantap dibandingkan dengan alat kontrasepsi pil, kondom
maupun suntikan(www.bkkbn.go.id,1998). Hal inilah yang melatarbelakangi penulis
untuk melakukan penelitian mengenai “Faktor-faktor yang mempengaruhi Keenganan
Akseptor KB untuk Menggunakan Alat Kontrasepsi IUD ” .

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil prasurvey di Puskesmas Banjarsari Metro Utara dari jumlah


peserta KB aktif 3,632orang yang hanya menjadi peserta KB IUD hanya 10,87%. Hal
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor misalnya faktor tingkat ekonomi,
usia, paritas, pendidikan. Dengan demikian peneliti ingin mengetahui faktor apa saja
yang mempengaruhi keenganan akseptor KB untuk menggunakan alat kontrasepsi
IUD.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merumuskan masalah sebagai berikut


“Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keenganan akseptor KB untuk
menggunakan alat kontrasepsi IUD di Puskesmas Banjarsari Kecamatan Metro Utara
tahun 2006” .

1.4 Pertanyaan Peneliti

1.4.1 Apakah tingkat ekonomi berpengaruh terhadap pemilihan alat kontrasepsi


IUD di Puskesmas Banjarsari?

1.4.2 Apakah usia berpengaruh terhadap pemilihan alat kontrasepsi IUD di


Puskesmas Banjarsari ?

1.4.3 Apakah paritas berpengaruh terhadap pemilihan alat kontrasepsi IUD


diPuskesmas Banjarsari?

1.4.4 Apakah pendidikan berpengaruh terhadap pemilihan alat kontrasepsi IUD di


Puskesmas Banjarsari?
1.5 Tujuan

1.5.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi keenganan akseptor KB


untuk menggunakan alat kontrasepsi IUD.

1.5.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui apakah tingkat ekonomi berpengaruh terhadap


pemilihan kontrasepsi IUD.

b. Untuk mengetahui apakah usia berpengaruh terhadap pemilihan


kontrasepsi IUD.

c. Untuk mengetahui apakah paritas berpengaruh terhadap pemilihan


kontrasepsi IUD.

d. Untuk mengetahui apakah pendidikan berpengaruh terhadap pemilihan


alat kontrasepsi IUD.

1.6 Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas Banjarsari Kecamatan Metro Utara

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan guna peningkatan


pelayanan kontasepsi IUD demi terciptanya metode kontraswpsi efektif dan
berjangka panjang.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya dalam


memperbanyak referensi tentang alat kontrasepsi IUD dan sebagai acuan bagi
peneliti selanjutnya.

3. Bagi akseptor IUD (Responden)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi bagi masyarakat


setempat untuk mengerti dan memahami tentang fungsi, manfaat, serta
efektifitas kontrasepsi IUD sehingga masyarakat semakin mengenal dan
pemakaian kontrasepsi IUD semakin bertambah.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini sangat berguna untuk menambah pengalaman dan wawasan


dalam penelitian serta sebagai bahan untuk menerapkan ilmu yang telah
didapatkan selama kuliah.

5. Bagi Peneliti Lain

Agar dapat dijadikan masukan dalam penelitian serupa dan dapat lebih
memperdalam penelitian yang sudah ada.

1.6 Ruang Lingkup

Ruang Lingkup penelitian sebagai berikut :

1. Objek Penelitian : Faktor- faktor yang mempengaruhi keenganan


akseptor KB untuk menggunakan alat kontrasepsi
IUD.

2. Subjek Penelitian : Seluruh akseptor KB di wilayah Pusksesmas


Banjarsari Kecamatan Metro Utara

3. Lokasi Peneliti : Wilayah Puskesmas Banjarsari Kecamatan Metro


Utara

4. Waktu Penelitian :

5. Jenis Penelitian : Studi Deskriptif dengan pendekatan cross sectional

6. Alasan : Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi


keenganan akseptor KB untuk menggunakan alat
kontrasepsi IUD di Puskesmas Banjarsari Metro
Utara Tahun 2006
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas

2.1.1 Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah unit organisasi pelayanan kesehatan yang memberikan


pelayanan promotive, preventif, kurative dan rehabilitatif secara terpadu, menyeluruh
dan mudah dijangkau dalam suatu wilayah kerja Kecamatan/ sebagian di Kota
Madya/Kabupaten.

2.1.2 Kegiatan Pokok Puskesmas

Sesuai dengan kemampuan tenaga maupun fasilitas yang berbeda-beda, maka


kegiatan pokok yang dapat dilaksanakan oleh sebuah Puskesmas akan berbeda pula.

Namun demikian kegiatan pokok Puskesmas yang seharusnya dilaksanakan


adalah sebagai berikut :

1. KIA

2. Keluarga Berencana (KB)

3. Usaha Peningkatan Gizi

4. Kesehatan Lingkungan

5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

6. Pengobatan termasuk Pelayanan Darurat Karena Kecelakaan

7. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

8. Kesehatan Sekolah

9. Kesehatan Olah Raga

10.Perawatan Kesehatan Masyarakat


11.Kesehatan Kerja

12.Kesehatan Gigi dan Mulut

13.Kesehatan Jiwa

14.Kesehatan Mata

15.Laboratorium Sederhana

16.Pencatatan dan Pelaporan dalam rangka Sistem Informasi Kesehatan

17.Kesehatan Usia Lanjut

18.Pembinaan Pengobatan Tradisional

Pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas diarahkan kepada keluarga sebagai


satuan masyarakat terkecil. Puskesmas ditujukan untuk kepentingan kesehatan
keluarga sebagai bagian dari masyarakat wilayah kerjanya (Depkes RI, 1992).

2.1.3 Fungsi Puskesmas

1. Sebagai pusat pengembangan kesehatan masyarakat diwilayah kerjanya.

2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka


meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.

3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada


masyarakat wilayah kerjanya.

2.2 Keluarga Berencana (KB)

2.2.1. Pengertian Keluarga Berencana (KB)

Keluarga Berencana Menurut BKKBN (1998) Artinya mengatur jumlah anak


sesuai kehendak anda dan menentukan sendiri kapan anda ingin hamil atau salah satu
usaha masalah kependudukan sekaligus merupakan bagian yang terpadu dalam
program Pembangunan Nasional dan bertujuan untuk turut serta menciptakan
kesejahteraan ekonomi, spiritual, sosbud penduduk Indonesia agar dapat dicapai
keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi Nasional.
2.2.2 Pengertian Alkon IUD

2.2.1 Alkon Menurut (W.J.S.Poerwadarminta)

Benda yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu/ mempengaruhi berpengaruh


pada keadaan batin seseorang akan akan daya kerjanya.

2.2.2 Kontrasepsi

Kontrasepsi Menurut Buku Petugas Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana


(Depkes RI, 1999).

Berasal dari kata Kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan Konsepsi
adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria)
yang mengakibatkan kehamilan.

Kontrasepsi Menurut (Kapita Selekta Kedokteran 2001) adalah upaya


mencegah kehamilan yang bersifat sementara ataupun menetap dan dapat dilakukan
tanpa menggunakan alat, secara mekanis, menggunakan obat/alat atau dengan
operasi.

Menurut (Hanafi Winkjosastro 2002) Kontrasepsi adalah upaya untuk


mencegah terjadinya kehamilan.

Pada umumnya cara/ metode Kontrasepsi dapat dibagi menjadi 3 kategori :

1. Metode Sederhana

a. Tanpa alat/obat

1. Sengama Terputus

2. Pantang Berkala

b. Dengan Alat/Obat

1. Kondom

2. Diafragma atau Cup

3. Cream, Yelly dan Cairan berbusa


4. Tablet berbusa (Vaginal Tablet)

2. Metode Efektif

1. Pil KB

2. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

3. Susuk KB

3. Metode Mantap dengan Cara Operasi(Kontrasepsi Mantap)

a. Pada wanitaTubektomi

b. Pada pria Vasektomi

(Depkes RI, 1999) Buku Petugas Fasilitas Pelayanan KB

2.3.3 Intra Uterin Devices (IUD)

1. Pengertian IUD

Adalah kontrasepsi yang terbuat dari plastik halus berbentuk spiral


(Lippes Loop) atau berbentuk lain (Cu T 380A atau ML Cu 250) yang dipasang
didalam rahim dengan memakai alat khusus oleh dokter atau bidan/paramedis
lain yang sudah dilatih (Buku Petugas Fasilitas Pelayanan KB Depkes, RI
1999).

IUD merupakan alat kontrasepsi yang terbuat dari plastik halus, lembut
dan lentur yang diletakkan dalam rongga rahim.

IUD (Intra Uterine Device) adalah rangka plastik kecil yang dipasang
kedalam rahim lewat vagina (www. BKKBN.Go.id, 2005)

2. Jenis IUD

Macam-macam IUD menurut Hartanto (2003) yang dikategorikan menjadi 2


yaitu:
1. Un Medicated IUD

a. Lippes Loop

Diperkenalkan pada awal 1960an dan dianggap sebagai IUD standar,


terbuat dari polyethylene (suatu plastik inert secara biologik) ditambah
Barium Sulfat.

Ada empat macam IUD Lippes Loop yaitu Lippes Loop A, B, C, D

2. Medicated IUD

a.Cooper IUD

Yang paling dikenal sampai saat ini adalah CuT-380 A

b. IUD yang Mengandung Hormon

Progestasert – T = Alza T. Panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan 2


lembar benang ekor warna hitam. Mengandung 38 mg Progesterone,
dan Barium Sulfat melepaskan 65 mcg Progesterone per hari. Tabung
inserternya berbentuk lengkung. Daya kerja 18 bulan.

3. Daya Guna

Daya guna IUD biasa (non medicated IUD) seperti Lippes Loop (ukuran D)
dan cincin anti karat mempunyai angka kegagalan tinggi. Yaitu 2 sampai 6
untuk 100 wanita. Sebaliknya IUD tembaga ( Tcu 380 dan MLCu 375) yang
mempunyai luas permakaian tembaga yang besar adalah IUD yang sangat
efektif karena kegagalan tahun pertamanya hanya atau kurang dari 1. Angka
kehamilan tahun pertama dan kumulatif dalam 8 tahun adalah 0,6 dan 2,3
untuk Copper T 380A. IUD dengan luas permukaan tembaga yang lebih
kecil ( Tcu 200, Tcu 220, dan Tcu7) dan progestase ( IUD yang melepaskan
progesterone) mempunyai angka kegagalan pertama 1 sampai 3 per 100
wanita (Hartanto, 2003)

4. Daya Tahan
Daya tahan IUD sekitar 3,5 sampai 8 tahun. Untuk jenis IUD yang
mengandung hormon (progestasen- T) mempinyai daya tahan selama 18
bulan. Untuk IUD jenis Lippes Loop mempunyai daya kerja untuk selama-
lamanya sampai menopause selama tidak menimbulkan masalah atau
leluhan pemakaianya (Hartanto, 2003)

5. Cara Kerja IUD

IUD adalah suatu alat yang terbuat dari plastik yang biasa mengandung
tembaga hormon steroid. IUD akan berada dalam uterus, bekerja terutama
mencegah terjadinya pembuahan (fertilasi) dengan memblok bersatunya
ovum dengan sperma, mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba
falopi dan menginaktifkan sperma.

Mekanisme cara kerja yang pasti dari IUD belum diketahui. Ada beberapa
mekanisme cara kerja IUD yang telah diajukan yaitu:

a. Timbulnya reaksi radang lokal yang non spesifik didalam cavum


uterik sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu.
Disamping itu, dengan munculnya leokosit, makrofag, foreign body giant
cells, sel mononuclear dan sel plasma yang dapat mengakibatkan lysis
dari spermatozoa atau ovum dan blastocyst.

b. Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan


terhambatnya implantasi.

c. Gangguan atau terlepasnya blastocyst telah berimplantasi didalam


endrometrium

d. Pergerakan ovum yang bertambah cepat didalam tuba fallopii

e. Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri

f. Dari penelitian- penelitian terakhir, disangka bahwa IUD juga


mencegah spermatozoa membuahi sel telur.

g. Untuk IUD yang mengandung Cu :


1. Antogonisme kationic yang spesifik terhadap Zn yang terhadap
dalam enzim carbonic anhydrase yaitu salah satu enzim dalam traktus
genetalia wanita diman Cu menghambat reaksi carbonic anhydrase
sehingga tidak memungkinkan terjadinya implantasi dan mungkin juga
menghambat aktifitas alkali phosphatase.

2. Menganggu pengambilan esterogen endogenouse oleh mokosa


uterus

3. Menganggu jumlah DNA (Deoksiribo Nukleat Acid) dalam


endometrium

4. Menganggu metabolisme endogen

h. Untuk IUD yang mengandung hormon progesterone

1. Gangguan proses pematangan proliferatif-sekretoir sehingga


timbul penekanan terhadap endometrium dan terganggunya proses
implantasi.

2. Lendir selvik yang menjadi lebih kental atau tebal karena


pengaruh progestin

(Hartanto, 2003)

Melihat urian diatas dapat disimpulkan bahwa mekanisme kerja IUD


tidak mencegah ovulasi dan tidak mengganggu corpus luteum.

6. Efektifitas

1. Efektifitas dari IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas (continuation


rate) yaitu beberapa lama IUD tetap tinggal in-utero tanpa:

a. Ekspulsi spontan.

b. Terjadinya kehamilan.

c. Pengangkatan/ pengeluaran karena alasan- alasan medis atau pribadi.

2. Efektifitas dari bermacam- macam IUD tergantung pada:


a. IUD-nya yaitu ukuran, bentuk, mengandung Cu atau
Progesterone.

b. Akseptor yaitu umur, paritas, frekuensi seggama

3. Dari faktor- faktor yang berhubungan dengan akseptor yaitu


umur dan paritas, diketahui :

a. Makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, ekspulsi dan


pengangkatan/ pengeluaran IUD.

b. Makin muda usia, teritama pada nulligravid, makin tinggi


angka ekspulsi dan pengangkatan/ pengeluaran IUD.

4. Dari uraian diatas, maka use- beffectiveness dari IUD


tergantung pada variabel administratif, pasien dan medis, termasuk
kemudahan insersi, pengalaman pemasang, kemungkinan ekspulsi dari
pihak akseptor, kemampuan akseptor untuk mengetahui terjadinya
ekspulsi dan kemudahan aksepror untuk mendapatkan pertolongan
medis.

(Hartanto, 2003)

7. Keuntungan

Keuntungan- keuntungan IUD adalah sebagai berikut:

a. Sangat nefektif 0,6- 0,8 kehamilan / 100 perempuan dalam 1 tahun


pertam (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan).

b. Efektif dengan potensi jangka panjang (sampai 8 tahun atau lebih)


untuk Copper T 380 A.

c. IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.

d. Tidak menganggu hubungan seksual suami istri.

e. Tidak dapat efek samping hormonal dengan Cu IUD.

f. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus.


g. Cocok untuk ibu- ibu yang sedang menyusui.

h. Dapat digunakan sampai masa menopouse.

i. Tidak ada interaksi dengan obat- obat.

j. Membantu mencegah kehamilan ektopik

( Saifudin, 2003).

8. Kerugian

IUD bukanlah alat kontarsepsi yang sempurna, sehingga masih terdapat


beberapa kerugian, antara lain:

a.Pemeriksaan dalam dan penyaringan infeksi saluran genetalia


diperlukan sebelum pemasangan IUD.

b. Dapat meningkatkan resiko penyakit radang panggul (RPP)

c.Memerlukan prosedur pencegahan infeksi sewaktu memasang dan


mencabutnya

d. Bertambah darah haid dan rasa sakit selama beberapa bulan


pertama pemakaian IUD.

e.Klien tidak dapat mencabut sendiri IUDnya.

f. Tidak dapat melindungi klien terhadap PMS (Penyakit Menular


Seksual), AIDS/HIV.

g. IUD dapat keluar rahim melalui kanalis hingga keluar vagina.

h. Bertambahnya resiko mendapat penyakit radang panggul pada


pemakaian IUD

(Saifudin, 2003)

9. Kontra Indikasi

Kontra indikasi menurut Hartanto(2003) Kontra indikasi IUD terbagi


menjadi 2 yaitu :
a.Kontra-indikasi absolut:

1.Infeksi pelvis akut, termasuk persangkaan Gonorrhoe atau Chlamyda.

2.Kehamilan atau persangkaan kehamilan.

b. Kontra-indikasi relatif kuat ;

1. Partner seksual yang banyak

2. Kesukaran memperoleh pertolongan gawat darurat bila terjadi


komplikasi

3. Pernah mengalami infeksi pelvis atau infeksi pelvis yang


rekuren, post-partum endometritis atau abortus febrilis dalam tiga
bulan terakhir.

4. Cervicitis akut atau purulent.

5. Kelainan darah yang tidak diketahui sebabnya

6. Riwayat kehamilan ektopik atau keadaan-keadaan yang


menyebabkan predisposisi untuk terjadinya kehamilan ektopik.

7. Pernah mengalami infeksi pelvis satu kali dan masih


memungkinkan kehamilan selanjutnya.

8. Gangguan respon tubuh terhadap infeksi (AIDS, Diabetes


Melitus, pengobatan dengan kortikosteroid dan lain-lain)

9. Kelainan pembekuaan darah.

c.Keadaan- keadaan lain yang dapat menyebabkan kontra indikasi untuk


insersi IUD :

Penyakit katup jantung (Kemungkinan terjadi sub-akut bakterial


endokarditis), keganasan endometrium atau serviks, stenosis servik yang
sehat, uterus yang kecil sekali, endometriosis, myoma uteri, polip
endometrium, kelainan kongenital uterus, dismenore yang hebat, darah
haid yang banyak, haid yang ireguler, atau perdarahan bercak atau
(spotting), alergi terhadap Cu atau penyakit Wilson yaitu penyakit
gangguan Cu yang turun menurun,anemia, ketidakmampuan untuk
mengetahui tanda-tanda bahaya IUD, ketidakmampuan untuk
memeriksa sendiri ekor IUD, riwayat Gonorge, Chlaimyda, Syphilis,
atau Herpes, Actinomycosis genetalia, riwayat reaksi vaso-vagal yang
berat atau pingsan, Inkompatibilitas golongan darah misalnya Rh
negatif, pernah mengalami problem ekspulsi IUD, leukore atau infeksi
vagina, riwayat infeksi pelvis, riwayat operasi pelvis, keinginan untuk
mendapatkan anak dikemudian hari atau pertimbangan kesuburan
dimasa yang akan datang.

Sedangkan menurut (Wiknjosastro, 2002) terdapat beberapa kontra indikasi


IUD antara lain :

Indikasi-kontra mutlak pemakaian IUD ialah kehamilan, penyakit radang


panggul aktif atau rekuren, karsinoma servik, karsinoma korporis uteri

Indikasi-kontra relatif lain ialah tumor ovarium, kelainan utrerus 9mioma,


kanalis servikalis, dan sebagainya), Gonorgea, servisitis, kelainan haid,
dismenore, stenosis kanalis servikalis.

10. Waktu Pemasangan IUD

Waktu pemasangan IUD menurut (Manuaba, 1998) menyatakan IUD dapat


dipasang pada:bersamaan dengan menstruasi, segera setelah bersih menstruasi,
pada masa akhir puerperium, tiga bulan pasca persalinan, bersamaan dengan
seksio sesarea, bersamaan dengan abortus dan kuretage, hari kedua-ketiga pasva
persalinan.

11. Periksa Ulang IUD


Pemerisaan ulang IUD menurut (Manuaba, 1998) menyatakan jadwal
pemeriksaan ulang IUD sebagai berikut : 2 minggu setelah pemasangan, 1
bulan setelah pemeriksaan pertama, 3 bulan setelah pemeriksaan kedua, setiap
6 bulan sampai 1 tahun

12, Efek Samping

Kemungkinan terjadinya kehamilan, ekspulsi, dan beberapa efek samping


hendaknya dijelaskan kepada pasien.

Ekspulsi biasanya terjadi pada 3-6 bulan pertama, yang dapat sebagian atau
seluruh IUD. Ekspulsi dapat diketahui oleh pasien pada waktu memperhatikan
darah haidnya. Pasien dapat pula diberi petunjuk cara meraba filamen sendiri
sebelum senggama dan sesudah haid selesai.

Beberapa efek samping yang ringan ialah sebagai berikut:

1. Nyeri pada waktu pemasangan. Kalau nyeri sekali, dapat dilakukan


anestesia paraservikal.

2. Kejang rahim, terutama pada bulan-bulan pertama. Hal ini dapat


diatasi dengan memberikan spasmolitikum atau pemakaian IUD lebih kecil
ukurannya.

3. Nyeri pelvik. Pemberian spasmolitikum dapat mengurangi keluhan ini.

4. Semaput dapat terjadi pada pasien dengan prediposisi untuk keadaan


ini. Dapat diberikan atropin sulfas sebelum pemasangan, untuk mengurangi
frekuensi bradikardia dan refleks vasovagal.

5. Perdarahan diluar haid (spotting)

6. Darah haid lebih banyak (menoragia)

7. Sekret vagina lebih banyak.


Disamping itu pula terjadi efek samping yang lebih serius, walaupun jarang dan
biasanya segera dikenal, yaitu sebagai berikut:

1. Perforasi uterus.

Dalam keadaan ini IUD harus dikeluarkan melalui laparoskopi, atau


laparotomi. Hal ini lebig-lebih harus dilakukan kalau terjadi perforasi pada
IUD tembaga, karena dapat menimbulkan perlekatan-perlekatan dengan usus.

2. Infeksi Pelvik.

Infeksi yang ringan umumnya dapat diobati dengan antibiotika. Jika


infeksinya berat, hendaknya dibuat biakan dan uji kepekaan dari daerah
endoservuks. IUD itu harus dikeluarkan, dan antibiotika yang sesuai
diberikan.

3. Endrometritis

Gejala dini endometritis denagn IUD ini ialah keputihan yang berbau,
disparenia, metroragia, dan menoragia. Lebih lanjut dapat menjadi
parametritis, pembentukan abses pelvik, dan peritonitis. Pemeriksaan
bakteriologik dari endoserviks dan uterus harus dilakukan, dan IUD
dikeluarkan.

( Wikjnjosastro, 2002)

13. Pencabutan IUD

IUD ( Intra Uterine Devices) dapat dibuka sebelum waktunya bila dijumpai :

- Ingin hamil kembali

- Leokorea, sulit diobati dan peserta menjadi kurus

- Terjadi Infeksi

- Terjadi Perdarahan

- Terjadi kehamilan mengandung bahan aktif dengan IUD.


2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi IUD

1. Ekonomi

Ekonomi adalah sebuah kegiatan yang biasa menghasilkan uang. Ekonomi


juga cakupan urusan keuangan rumah tangga (Depdiknas, 2002).

Tingkat ekonomi mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini


disebabkan karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang diperlukan
akseptor harus menyediakan dana yang diperlukan. Adapun tingkat ekonomi
yang diteliti adalah penghasilan rendah < Rp750.000,- / bulan, sedang Rp
750.000- Rp 1. 400.000,- / bulan, tinggi > Rp.1.400.000,- / bulan. (Biro Pusat
Statistik Propinsi Lampung).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Ekonomi adalah ilmu mengenai


azas-azas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan,
pemanfaatan uang, tenaga, waktu dan sebagainya yang berharga.

Penggolongan Masyarakat dalam stratifikasi berdasarkan dalam Stratifikasi


berdasarkan status sosial ekonomi dibedakan 3 tingkatan yaitu: Upper class
(Tingkat atas), Meddlo class (Tingkat Menengah), Lower class (Tingkat
Bawah).

2. Usia

Usia adalah lama waktu hidup sejak dilahirkan. (Depdiknakes, 2002). Usia
yang dimaksud disini adalah usia akseptor KB. Usia mempengaruhi akseptor
dalam penggunaan alat kontrasepsi. Dari faktor-faktor usia dapat ditentukan
fase-fase. Usia kurang 20 tahun; fase menunda kehamilan, usia antara 20-30
tahun; fase menjarangkan kehamilan. Usia antara 30 tahun lebih; fase
mengakhiri kehamilan. (Hartanto, 2002).

3. Paritas

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang diteliti seseorang wanita


(Kamus Besar Indonesia 1990). Berdasarkan pengertian tersebut maka paritas
mempengaruhi pemilihan jenis alat kontrasepsi. Paritas yang diteliti adalah
paritas 1-2, paritas 2-4, paritas > 4. Hal ini dikarenakan akseptor yaitu
mempunyai anak lebih dari empat cenderung mengalami resiko tinggi
persalinan. Apabila terjadi kehamilan tersebut digolongkan dalam kehamilan
resiko tinggi (Wiknjosastro, 1999).

4. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2000). Sedangkan
Menurut beberapa ahli salah satunya adalah Dictionory of Education
Pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan
sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya didalam masyarakat dimana ia
hidup, proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan
yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah) sehingga
dia dapat memperoleh, mengalami perkembangan kemampuan sosial dan
kemampuan individu yang optimum (Dasar-Dasar Kependidikan Ihsan Fuad,
2005).

Adapun jenjang pendidikan akseptor yang diteliti :

a. Pendidikan Dasar (SD)

b. Pendidikan Menengah (SMP dan SMA)

c. Pendidikan Tinggi

Diseluruh dunia terdapat 6000 juta penduduk buta huruf, sekalipun mesin otak
telah ditemukan 500 tahun yang lalu. Hampir dapat dipastikan kemampuan
menyediakan fasilitas pendidikan semakin terbatas menyediakan fasilitas
terbatas maka seharusnya jumlah yang memanfaatkan harus terkendali dengan
jalan Keluarga Berencana.
BAB III
KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

Menurut Notoatmojo (2002) Kerangka konsep penelitian adalah kerangka


hubungan antara konsep-konsep yang ingin di amati atau di ukur melalui penelitian
yang akan di lakukan.

Berdasarkan teori dan literatur yang di dapat, maka penulis hanya memilih
variabel tunggal.

Gambar 1. Bagian kerangka konsep

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian alat kontrasepsi IUD

- Tingkat Ekonomi
- Umur Pemakaian alat kontrasepsi IUD
- Paritas
- Pendidikan

Tidak
Menggunakan
Menggunakan

3.2. Definisi Operasional


No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur

1 Akseptor KB Seseorang yang Angket dan Kuisioner - KB Nominal


menggunakan salah wawancara
- Tidak KB
satu cara
kontrasepsi atau
mencegah
kehamilan dengan
cara di pasang IUD

2 Ekonomi Menghasilkan rata- Angket Kuisioner - Interval


rata yang diperoleh Tinggi (> Rp
keluarga setiap 1.400.000,-
bulannya /bulan)
-
Sedang (Rp.
750.000 - Rp.
1.400.000,-
/bulan)
-
Rendah (< Rp.
750.000/ Bulan)

3 Usia Lama waktu hidup Angket Kuisioner - Interval


sejak dilahirkan Muda (< 20th)
-
Sedang (20 - 30 th)
-
Tua (> 30 th)

4 Paritas Jumlah kelahiran Angket Kuisioner - Interval


hidup yang di 1-2
mulai seorang
-
wanita
3-4
-
>4
5 Pendidikan Sekolah tertinggi Angket Kuisioner - Nominal
yang pernah Pendidikan dasar
dicapai oleh ibu (SD)
-
Pendidikan
menengah (SMP-
SMA)
-
Pendidikan tinggi
(PT)

3.3 Hipotesa

3.3.1 Ho : tidak ada pengaruh tingkat ekonomi dengan pemakaian kontrasepsi IUD.
Ha : ada pengaruh pengaruh tingkat ekonomi dengan pemakaian
kontrasepsi IUD.
3.3.2 Ho : tidak ada pengaruh usia dengan pemakaian kontrasepsi IUD.
Ha : ada pengaruh pengaruh usia dengan pemakaian kontrasepsi IUD.
3.3.3 Ho : tidak ada pengaruh paritas dengan pemakaian kontrasepsi IUD.
Ha : ada pengaruh pengaruh paritas dengan pemakaian kontrasepsi IUD.
3.3.4 Ho : tidak ada pengaruh tingkat pendidikan dengan pemakaian kontrasepsi
IUD.
Ha : ada pengaruh pengaruh tingkat pendidikan dengan pemakaian
kontrasepsi IUD.

Ho diterima jika x2 hitung < x2 tabel dan Ho ditolak jika x2 hitung > x2 tabel
(Chi Kuadrat Pengujian Independensi)
BAB IV

METODE PENELITIAN

1.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan metode cross sectional, yaitu


penelitian yang mengganbarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kontrasepsi IUD di
wilayah Puskesmas Banjarsari Kecamatan Metro Utara.

4.2 Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah diwilayah kerja Puskesmas
Banjarsari Kecamatan Metro Utara. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah belum
adanya penelitian tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi kontrasepsi IUD di
Wilayah Puskesmas Banjarsari Metro Utara.

3.5 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti (Notoatmodjo,


2002). Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada diwilayah penelitian,
maka penelitianya merupakan penelitian populasi.

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemakai kontrasepsi


IUD yang berada diwilayah Puskesmas Banjarsari Metro Utara dengan jumlah 389
jiwa.
4.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang memiliki dari keseluruhan objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmodjo, 2002). Sampel penelitian ini
menggunakan tekhnik simpel ramdom sampling dengan cara penganbilan sampel dari
seluruh anggota populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata
yang ada dalam populasi itu.

Untuk menentukan sampel pada penelitian ini maka digunakan teori yang
dikemukakan oleh Notoatmodjo (2002) dengan rumus sebagai berikut :

N
n=
1+ N (d )
2

Keterangan :

N = Besar Populasi (seluruh akseptor KB)

n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan / ketepatan (15%)

Dengan menggunakan rumus di atas dapat diambil jumlah sampel sebagai


berikut:

N
n=
1+ N (d ) 2

995
n=
1 + 995 (0,15 )
2

= 43
4.4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan pada bulan September 2006, dengan cara


memberikan kuesioner pada akseptor IUD yang terpilih sebagai sampel, metode yang
digunakan adalah wawancara.

4.5. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan menggunakan program komputer melalui langkah-


langkah sebagai berikut :

1. Coding

Memberikan kode pada setiap jawaban dalam kuesioner yang di isi oleh
responden untuk memudahkan dalam entry data.

2. Editing

Melakukan pemeriksaan pada setiap kuesioner yang di isi oleh responden untukn
memastikan bahwa tidak da kesalahan dalam pengisian kuesioner.

3. Entry

Memastikan data yang mendapatkan melalui kuesioner yang di isi oleh responden
kedalam program komputer.

4. Cleaning

Memeriksa kembali data yang ada diprogram komputer dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan dalam entry
data.

4.6. Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan analisis bivarat.


Analisa Bivarat

Analisa bivarat dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara


variabel dependen dengan variabel independen. Analisis yang digunakan adalah
Chisquare. Dengan α : 5%

α : Tingkat kemaknaan

x =∑
( 0 − E )2
E

O : Frekuensi yang diamati

E : Frekuensi yang diharapkan

Ho : Hipotetis Nol

Hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungan antara variabel satu


dengan variabel yang lain.

Ha : Hipotesis alternatif

Hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara variabel satu


dengan variabel lain.

Bila nilai perhitungan uji statistik lebih besar dibandingkan nilai yang berasal
dari tabel (nilai perhitungan > nilai table) maka keputusannya : Ho ditolak
dan Ha diterima.

Artinya ada hubungan antara variabel satu dengan yang lain.

You might also like