Professional Documents
Culture Documents
KENDALI ALAMIAH (BIOLOGI) b. BUATAN MANUSIA c. GABUNGAN BIOLOGI DAN BUATAN MANUSIA 3. BENTUK SIGNAL a. KENDALI KONTINYU b. KENDALI DISKRIT 4. PRILAKU SISTEM a. KENDALI MANUAL b. KENDALI OTOMATIS
1
R(s)
G(s)
C(s)
C(s) G(s) =
R(s)
SIMBOL OPERASI
Penyerderhanaan Blok
Hubungan Paralel
Di samping cara penyambungan blok seri, ada kalanya diperlukan model sambungan lain, yaitu dimana sejumlah blok disambung secara paralel. Ilustrasi selengkapnya dapat dilihat seperti Gambar berikut ini.
Penyerderhanaan Blok
10
Apabila kedua model hubungan yang telah ada sebelumnya digabungkan sedemikian rupa, sehingga dihasilkan sebuah model hubungan baru yang dina-makan hubungan campuran (kanonikal)
11
suatu bentuk pengaturan dimana hasil keluaran dari sistem tidak berpengaruh terhadap aksi pengontrolan sistem.
12
OUTPUT TIDAK MENENTUKAN PROSES SISTEM MEMPUNYAI DUA KONDISI YAITU ON OFF TIDAK PERNAH BEKERJA PADA KONDISI 100% SANGAT TERPENGARUH OLEH LINGKUNGAN
13
sambungan
1. Keluaran tidak diukur dan tidak diumpan balikkan guna dibandingkan dengan masukan
2. Untuk setiap kondisi masukan acuan terdapat suatu kondisi operasi yang tetap.
14
Kelebihan:
1. kontruksinya sederhana dan perawatannya mudah 2. lebih murah daripada sistem kendali untai tertutup 3. tidak ada persoalan kestabilan 4. cocok digunakan jika keluaran sukar diukur atau secara ekonomi tidak layak
15
Kelemahan:
gangguan dan perubahan kalibrasi akan menimbulkan kesalahan, sehingga keluaran mungkin berbeda dengan yang dinginkan untuk menjaga kualitas yang diperlukan pada keluaran, diperlukan kalibrasi ulang dari waktu ke waktu.
16
R (s)
G(s)
C (s)
Dalam hal ini: G (s) dikenal sebagai faktor penguatan R (s) adalah acuan (reference) C (s) adalah keluaran (controlled)
17
18
POSISI SAKLAR
19
PETIR
20
SISTEM CERMIN
SINAR DATANG SINAR PANTUL
CERMIN DATAR
21
4. Pemanggang sate Masak tidaknya sate hanya ditentukan oleh lama pemanasan
22
Sistem kendali untai tertutup sering dikenal sebagai sistem kendali berumpan balik adalah sistem kendali yang senantiasa menjaga hubungan yang telah ditentukan antara keluaran dan masukan acuan (referensi) dengan membandingkan dan menggunakan selisihnya sebagai alat pengontrolan.
23
24
Ada beberapa komponen yang menentukan prilaku sistem di atas, seperti: Kontroler sering disebut komparator atau detektor beda yaitu bagian yang berfungsi untuk membandingkan antara sinyal acuan dengan fraksi keluaran yang dikembalikan.
25
Hasil komparasi ini menghasilkan sinyal beda (error) yang digunakan sebagai masukan plant untuk diproses lebih lanjut. Elemen ukur adalah elemen yang berfungsi untuk menyesuaikan secara proporsional sinyal keluaran yang dikembalikan agar sesuai dengan sinyal acuan.
Tranduser adalah sebuah piranti yang berfungsi merubah suatu besaran (bentuk keluaran) menjadi besaran lain (biasanya untuk mengembalikan menjadi bentuk informasi masuk-an), yang selanjutnya akan dibandingkan oleh elemen kontroler / detektor.
26
simbol yang artinya bahwa pada komparator terjadi proses penjumlahan secara aljabar (bisa menambah atau mengurangi) sehingga dalam hal ini akan dibedakan sistem kendali umpan balik positif dan sistem kendali umpan balik negatif. Sedangkan kontroler atau komparator dilukiskan oleh simbol lingkaran dengan tanda silang di dalamnya.
28
maka diperoleh relasi matematik sebagai berikut: E(s) = R(s) B(s) B(s) = H(s) .C(s) C(s) = G(s) . E(s) Kembali kerumus:
Besarnya fungsi alih untai tertutup adalah hasil perbandingan antara sinyal keluaran terhadap sinyal acuan sistem dan dinyatakan dengan simbol GF(s) .
dalam hal ini: G(s) = penguatan untai terbuka GF(s) = penguatan untai berumpan balik
30
Di sini muncul tanda yang bermakna, bahwa dalam sistem kendali berumpan balik, terdapat dua bentuk umpan balik yaitu umpan balik positif dan umpan balik negatif. Bila dicapai kondisi : |GF(s)| |G(s) | dikenal dengan sistem Regenatif, yaitu sistem berumpan balik positif |GF(s)| |G(s)| dikenal dengan sistem Degeneratif, yaitu sistem berumpan balik negatif
31
Beberapa ciri yang dimiliki oleh sistem kendali umpan balik positif adalah: 1. Sinyal beda (error) akan selalu bertambah besar 2. Fase sinyal yang dikembalikan selalu sama dengan acuan 3. Keluran sistem selalu bertambah besar 4. Sistem senantiasa tidak menjadi stabil 5. Bila terjadi gangguan pada sistem, maka sistem menjadi tidak stabil Prinsip ini banyak diterapkan pada rangkaian pembangkit frekuensi atau generator frekuensi (oscillator)
32
33
5. Keluaran tetap dikondisikan mantap (stabil) Sistem ini banyak diterapkan pada proses sistem yang menghendaki adanya kestabilan operasi seperti pada rangkaian stabilisator, servo mekanik, sistem penggerak tangan robot, pengatur suhu ruangan. Jenis sistem kendali umpan balik negatif ini sering dikenal dengan istilah sistem kendali berumpan balik (Feed back control system) atau sistem kendali otomatis (automatic control system)
34
Model sistem kendali umpan balik negatif merupakan sistem yang paling banyak digunakan untuk berbagai bidang pengendalian, karena pada umumnya dalam sistem operasi berbagai peralatan cenderung menginginkan kestabilan dalam proses kendalinya.
35
CONTOH APLIKASI:
1. STABILISATOR POWER SUPPLY 2. INKUBATOR BAYI 3. PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK 4. PENGATURAN DISK PARABOLA 5. PROSES INDUSTRI 6. PENGATUR SUHU TURBIN UAP 7. SERVO MEKANIK POWER STEERING DLL.
36
Prinsip kerja
SS1 adalah selector-switch yang ketika ON akan mengaktifkan modul power-supply 12VDC yang kemudian akan menghidupkan modul timer. Solenoid-valve dapat diaktifkan dengan 2 cara, yakni menggunakan timer atau manual. Pertama dengan menekan tombol push-button PB1, dan yang kedua adalah dengan mengaktifkan modul timer TMR01. Modul Timer TMR01 memiliki sebuah Tombol START yang berfungsi untuk mengaktifkan countdown timer. Sesaat setelah Tombol START ditekan dan dilepas, timer akan mengaktifkan relay dan melakukan penghitungan waktu mundur dengan durasi yang dapat diatur menggunakan tombol operasi pada modul timer. Ketika waktu telah mencapai 00.0, secara otomatis relay akan dimatikan oleh modul timer.
Dengan mengaplikasikan modul timer untuk mengontrol kerja solenoid-valve, maka diharapkan pengisian air minum ke dalam galon menjadi lebih cepat dan lebih tepat.
Pengaplikasian timer memang bukan solusi yang terbaik, karena boleh jadi dengan volume/level air dalam tangki yang berbeda, tekanan air pun berbeda sehingga debit air per satuan waktu pun menjadi berbeda. Solusi yang terbaik adalah menggunakan flow-meter yang dapat menghitung volume aliran fluida tanpa tergantung tekanan air. Namun demikian, investasi untuk solusi ini juga jauh lebih tinggi dibanding pengaplikasian modul timer.
Dengan adanya tombol MANUAL untuk mengoperasikan solenoid-valve, maka jika memang terjadi kekurangan volume pengisian dengan menggunakan timer ketika level air dalam tangki rendah, maka operator dapat menambah secara manual menggunakan tombol MANUAL tersebut. Demikian sekelumit contoh aplikasi timer TMR01 untuk mengontrol kerja solenoid-valve pada depo pengisian air minum isi-ulang. Masih banyak masalah otomasi yang dapat diselesaikan dengan modul timer TMR01
42