Professional Documents
Culture Documents
Satu hari menjelang lebaran, Nina masih berharap, mamamnya akan segera pulang dari pasar
sambil membawa barang-barang, penganan, kue-kue dan sudah tentu baju lebaran yang akan
dipakainya selepas sholat ied nanti. Kumandang takbir telah menggema, memecah udara alam
sore, kering namun dingin, berhembus di altar pepohonan padi, gunung membiru seolah
bersyukur jika Ramadhan tahun ini akan segera berakhir. Suara bedug yang ditabuh di mesjid
seimbang dengan gemebyarnya riuh petasan. Jalanan telah ramai, anak-anak menghadirkan
hiburan yang tak akan pernah lelah ditatap oleh mata kalian.
Satu Hari menjelang Lebaran, Mata Nina berkilatan, ada bahagia tersembur keluar, aura di
wajahnya mengingatkan kalian pada bulat mentari sore dengan nuansa cerah emas. Satu fokus
pandangan darinya menatap jalan dimana seorang ibu dengan jilbab merah jambu berjalan,
penuh semangat, senyum, dan kalian akan membayangkan betapa di dalam diri wanita itu ada
segudang kebahagiaan meskipun, jika kalian tahu, wanita itu telah lama ditinggal pergi oleh
suaminya. Senyum itu sama sekali tidak keluar secara terpaksa, kecuali keluar tanpa paksaan,
dan begitu hangat. Barisan giginya memang sengaja diperlihatkan kepada anaknya, supaya
keceriaan dan rasa bahagia tidak akan terlepas lagi dari dalam diri Nina. Ya, kebahagiaan Nina
bukan tanpa alasan, tentu saja kebahagiaan itu karena mamanya membawa barang-barang
selaras dengan harapan dalam dirinya.
Satu hari menjelang Lebaran, Mama mencium Nina yang telah berdiri menyambutnya. Ciuman
itu akan mengingatkan kalian pada cinta. Aku yakin, kalian pernah dicium oleh cinta. Penanda
kebahagiaan lebih lengkap dan utuh ketika mama mengeluarkan bungkusan dan memberikannya
kepada Nina. Baju Baru. Dengan alasan tertentu, maka mama berkata kepada anaknya.
” Baju lebaran Untukmu…”