You are on page 1of 15

EKONOMI POLITIK

I. Produksi barang-barang kebutuhan adalah Basis dari Kehidupan Sosial

Kita harus memulainya dari pemahaman yang sangat mendasar. Bahwa untuk
mempertahankan dan melanjutkan hidupnya, manusia harus dapat mencukupi kebutuhan
utamanya yaitu: makanan, pakaian dan tempat tinggal. Oleh karena itu manusia harus
memproduksi semua kebutuhan-kebutuhannya.1 Dalam proses produksi inilah, manusia
menggunakan dan mengembangkan alat-alat produksi (alat alat kerja dan obyek kerja) disamping
tenaga kerjanya sendiri. Dari mulai tangan, kapak, palu, lembing, palu, cangkul hingga komputer
serta mesin-mesin modern seperti sekarang ini. Alat-alat kerja (ada teknologi didalamnya) dan
tenaga kerja manusia (ada pengalaman, ilmu pengetahuan didalamnya) tidak pernah bersifat
surut melainkan terus berkembang maju disebut sebagai Tenaga produktif masyarakat. Tenaga
produktif inilah yang mendorong maju perkembangan masyarakat.

I. Hubungan Produksi, Tenaga Produktif dan Cara Produksi

Dalam suatu aktivitas proses produksi guna memenuhi kebutuhannya manusia berhubungan
dengan manusia lain. Karena Proses produksi selalu merupakan hasil saling hubungan antar
manusia, maka sifat dari produksi juga selalu bersifat sosial. Saling hubungan antar manusia
dalam suatu proses produksi ini disebut sebagai hubungan sosial produksi. Dari kegiatan produksi
ini kemudian muncul kegiatan berikutnya yaitu distribusi dan pertukaran barang. Hubungan
sosial produksi dalam sebuah masyarakat bisa bersifat kerja sama atau bersifat penghisapan. Hal
ini tergantung siapakah yang memiliki atau menguasai seluruh alat-alat produksi (alat-alat kerja
dan obyek kerja).

Hubungan sosial produksi dan tenaga produktif (alat-alat produksi dan tenaga kerja) inilah
kemudian membentuk suatu cara produksi dalam suatu masyarakat. Misalnya cara produksi
komunal primitif, perbudakan, feodalisme, kapitalisme dan sosialisme. Perubahan yang terjadi
dari suatu cara produksi tertentu ke cara produksi yang lain terjadi akibat berkembangnya tenaga
produktif dalam suatu masyarakat yang akhirnya mendorong hubungan produksi lama tidak dapat
dipertahankan lagi dan menuntut adanya hubungan produksi baru. Inilah hukum dasar sejarah
masyarakat dan merupakan sumber utama dari semua perubahan sosial yang ada.

1
Pertama kali manusia harus berjuang mengubah alam untuk kebutuhan hidupnya ini. Kegiatan produksi
ini dilakukan manusia secara sadar melaui kerjanya. Inilah salah satu yang membedakan manusia dengan
hewan.

1
III. Kelas-kelas dalam masyarakat

Berdasarkan Posisi dan hubungannya dengan alat-alat produksi inilah masyarakat kemudian
terbagi kedalam kelompok-kelompok yang disebut kelas-kelas. Misalnya Dalam suatu
masyarakat berkelas selalu terdapat dua kelas utama yang berbeda yang saling bertentangan
berdasarkan posisi dan hubungan mereka dengan alat-alat produksi. Tetapi, tidak semua cara
produksi masyarakat terdapat pembagian kelas-kelas. Dalam sejarah umat manusia terdapat
suatu masa dimana belum terdapat pembagian masyarakat ke dalam kelas-kelas. Misalnya dalam
cara produksi komunal primitif, alat-alat produksi dimiliki secara bersama (atau alat produksi
adalah milik sosial). Posisi dan hubungan mereka atas alat-alat produksi adalah sama. Semua
orang bekerja dan hasil produksinya dibagi secara adil diantara mereka. Karena alat produksi
masih primitif hasil produksinya pun belum berlebihan diatas dari yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Sehingga tidak ada basis/alasan orang/kelompok untuk menguasai hasil kerja orang
lain. Oleh karena itu tidak ada pembagian kelas-kelas dalam masa ini. Yang ada hanyalah
pembagian kerja, ada yang berburu, bercocok tanam dan lain-lain.

Masyarakat berkelas muncul pertama kali ketika kekuatan-kekuatan produksi (alat-alat


kerja dan tenaga kerja) berkembang hingga menghasilkan produksi berlebih. Kelebihan produksi
inilah yang pertama kali menjadi awal untuk kelompok lain untuk mengambil kelebihan produksi
yang ada. Dalam setiap masyarakat berkelas yang ada selalu didapati adanya
pengambilan/perampasan atas hasil produksi. Perampasan atas hasil produksi inilah yang
kemudian sering dinamakan dengan penghisapan.

Lain halnya dalam cara produksi setelah komunal primitif yaitu perbudakan, yang
menghasilkan dua kelas utama yaitu budak dan pemilik budak. Dalam masa perbudakan alat-alat
produksi beserta budaknya sekaligus dikuasai oleh pemilik budak. Budaklah yang bekerja
menghasilkan produksi. Hasil produksi seluruhnya dikuasai oleh pemilik budak. Budak sama
artinya dengan sapi, kerbau atau kuda. Pemilik budak cukup hanya memberi makan budaknya.

Sementara dalam masa feodalisme (berasal dari kata feud yang berarti tanah) dimana
terdapat dua kelas utama yaitu tuan feodal (bangsawan pemilik tanah) dengan kaum tani hamba
atau petani yang pembayar upeti. Produksi utama yang dihasilkan didapatkan dari mengolah
tanah. Tanah beserta alat-alat kerjanya dikuasai oleh tuan feodal atau bangsawan pemilik tanah.
Kaum Tani hambalah yang mengerjakan proses produksi. Ia harus menyerahkan (memberikan
upeti) sebagian besar dari hasil produksinya kepada tuan feodal atau para bangsawan pemilik
tanah.

2
Begitu pula halnya dalam sistem kapitalisme yang menghasilkan dua kelas utama yaitu kelas
kapitalis dan kelas buruh. Proses kegiatan produksi utamanya adalah ditujukan bukan untuk
sesuai dengan kebutuhan manusia, melainkan untuk menghasilkan barang–barang dagangan
untuk dijual ke pasar, untuk mendapatkan keuntungan yang menjadi milik kapitalis. Keuntungan
yang didapat ini kemudian dipergunakan untuk melipatgandakan modalnya. Keuntungan yang
didapatkan dari hasil kerja buruh ini, dirampas dan menjadi milik kapitalis.

Buruh berbeda dengan budak atau tani hamba. Buruh, adalah manusia bebas. Ia bukan
miliknya kapitalis. Tetapi 7 jam kerja sehari atau lebih dalam hidupnya menjadi milik kapitalis
yang membeli tenaga kerjanya. Buruh juga bebas menjual tenaga kerjanya kepada kapitalis
manapun dan kapanpun ia mau. Ia dapat keluar dari kapitalis yang satu ke kapitalis yang lain.
Tetapi akibat sumber satu-satunya agar ia dapat hidup hanya menjual tenaga kerjanya untuk upah,
maka ia tidak dapat pergi meninggalkan seluruh kelas kapitalis. Artinya buruh diikat,
dibelenggu, diperbudak oleh seluruh kapitalis, oleh sistem kekuasaan modal, oleh sistem
kapitalisme. Kita akan membahas persoalan lebih detail lagi.

Cara Produksi

Tenaga Produktif Hubungan-2 Produksi

KAPITALISME

Alat-alat kerja Orang-2 dengan Bentuk-2 Tempat Kelas- Bentuk-2


pengalaman Kepemilikan 2 dan Distribusi dan
(teknologi)
berproduksi dan alat-alat Kelompok-2 pertukaran
pengetahuan Produksi Sosial dalam barang-2
masyarakat kebutuhan
dan hubungan-
Kapitalisme, adalah sebuah nama yang diberikan
2 Mereka
terhadap sistem sosial dimana alat-alat produksi, tanah, pabrik-
pabrik dan lain-lain dikuasai oleh segelintir orang yaitu kelas kapitalis (pemilik modal). Jadi kelas

3
ini hidup dari kepemilikannya atas alat-alat produksi. Sementara kelas lain (buruh) yang tidak
menguasai alat produksi, hidup dengan bekerja (menjual tenaga kerjanya) kepada kelas kapitalis
untuk mendapatkan upah.

Kepemilikan alat-alat produksi kemudian dipergunakan untuk menghasilkan barang-barang


untuk dijual ke pasaran untuk mendapatkan untung. Keuntungan ini kemudian dipergunakan
kembali untuk menambah modal mereka untuk produksi barang kembali, jual kepasar, dapat
untung. Begitu seterusnya. Inilah yang kemudian sering dikatakan bahwa tujuan dari kapitalis
adalah untuk mengakumulasi kapital (modal) secara terus menerus.

Pengusaha yang pandai adalah seorang yang membayar sekecil mungkin terhadap apa yang
dibelinya dan menerima sebanyak mungkin terhadap apa yang dijualnya. Tahap awal menuju
keuntungan yang tinggi adalah menurunkan biaya-biaya produksi. Salah satu biaya produksi
adalah upah buruh. Oleh karena itulah kepentingan pengusaha untuk membayar upah serendah
mungkin. Selain itu pengusaha juga berkepentingan untuk mendapatkan hasil kerja buruhnya
sebanyak mungkin.

Kepentingan dari para pemilik modal ini bertentangan dengan kepentingan orang-orang yang
bekerja (buruh) kepada mereka. Kelas buruh berkepentingan terhadap meningkatnya upah,
meningkatnya kesejahteraannya. Kedua kelas ini bertindak sebagaimana kepentingan (keharusan)
yang ada pada mereka. Masing-masing hanya dapat berhasil dengan mengorbankan yang lain.
Itulah mengapa, dalam masyarakat kapitalis, selalu ada pertentangan antara dua kelas tersebut.

I. NILAI LEBIH

Kelas buruh yang tidak memiliki alat produksi harus menjual tenaga kerjanya untuk
mendapatkan upah untuk membeli sejumlah barang untuk kebutuhan hidupnya. Tetapi apakah
upah itu? Bagaimana upah itu ditentukan?

Upah adalah jumlah uang yang dibayar oleh kapitalis untuk waktu kerja tertentu. Yang dibeli
kapitalis dari buruh adalah bukan kerjanya melainkan tenaga kerjanya. Setelah ia membeli tenaga
kerja buruh, ia kemudian menyuruh kaum buruh untuk selama waktu yang ditentukan, misalnya
untuk kerja 7 jam sehari, 40 jam seminggu atau 26 hari dalam sebulan (bagi buruh bulanan).

Tetapi bagaimana kapitalis atau (pemerintah dalam masyarakat kapitalis) menentukan upah
buruhnya sebesar 591.000 perbulan (di DKI misalny) atau 20 ribu per hari (untuk 7 jam kerja
misalnya)? Jawabannya karena tenaga kerjanya adalah barang dagangan yang sama nilainya
dengan barang dagangan lain. Yaitu ditentukan oleh jumlah kebutuhan sosial untuk
memproduksikannya (cukup agar buruh tetap punya tenaga untuk bisa terus bekerja). Yaitu

4
kebutuhan hidupnya yang penting yaitu kebutuhan pangan (Misalnya 3 kali makan), sandang
(membeli pakaian, sepatu dll) dan papan (biaya tempat tinggal) termasuk juga untuk untuk
menghidupi keluarganya. Dengan kata lain cukup untuk bertahan hidup, dan sanggup
membesarkan anak-anak untuk menggantikannya saat ia terlalu tua untuk bekerja, atau mati.
Lihat misalnya konsep upah minimum yang ditetapkan oleh pemerintah.

Jadi upah yang dibayarkan oleh kapitalis bukanlah berdasarkan berapa besar jumlah barang
dan keuntungan yang diperoleh kapitalis. Misalnya saja sebuah perusahan besar (yang telah
memperdagangkan sahamnyadi pasar saham) sering mengumumkan keuntungan perusahaan
selama setahun untung berapa ratus milyar. Tetapi dari manakah keuntungan ini di dapat?

Jelas keuntungan yang didapat dari hasil kegiatan produksinya. Tetapi yang mengerjakan
produksi bukanlah pemilik modal melainkan para buruh yang bekerja di perusahaannya lah yang
menghasilkan produksi ini. Yang merubah kapas menjadi banang, merubah benang menjadi kain,
merubah kain menjadi pakaian dan semua contoh kegiatan produksi atau jasa lainnya. Kerja kaum
buruh lah yang menciptakan nilai baru dari barang-barang sebelumnya.

Contoh sederhana misalnya. Seorang buruh di pabrik garmen dibayar 20.000 untuk kerja
selama 8 jam sehari. Dalam 8 jam kerja ia bisa menghasilkan 10 potong pakaian dari kain 30
meter. Harga kain sebelum menjadi pakaian permeternya adalah 5000 atau 150.000 untuk 30
meter kain. Sementara untuk biaya benang dan biaya-biaya produksi lainnya (misalnya listrik,
keausan mesin dan alat-alat kerja lain) dihitung oleh pengusaha sebesar 50.000 seharinya. Total
biaya produksi adalah 20.000 (untuk upah buruh) + 150.000 (untuk kain) + 50.000 (biaya
produksi lainnya) sebesar 220.000. Tetapi pengusaha dapat menjual harga satu kainnya sebesar
50.000 untuk satu potong pakian atau 500.000 untuk 10 potong pakaian di pasaran. Oleh karena
itu kemudian ia mendapatkan keuntungan sebesar 500.000 – 220.000 = 280.000.

Jadi kerja 8 jam kerja seorang buruh garmen tadi telah menciptakan nilai baru sebesar sebesar
240.000 (nilai tambah). Tetapi ia hanya dibayar sebesar 20.000. Sementara 220.000 menjadi
milik pengusaha. Inilah yang disebut nilai lebih. Padahal bila ia dibayar 20.000, ia seharusnya
cukup bekerja selama kurang dari 1 jam dan dapat pulang ke kontrakannya. Tetapi tidak, ia tetap
harus bekerja selama 8 jam karena ia telah disewa oleh pengusaha untuk bekerja selama 8 jam.
Jadi buruh pabrik garmen tadi bekerja kurang dari satu jam untuk dirinya (untuk menghasilkan
nilai 20.000 yang ia dapatkan) dan selebihnya ia bekerja selama 7 jam lebih untuk pengusaha
(220.000).

II. Akumulasi kapital dan krisis kapitalisme

5
Seperti yang di jelaskan sebelumnya bahwa kapitalisme hidup pertama dari kepemilikan
mereka atas alat-alat produksi yang seharusnya menjadi milik sosial (lihat sejarah masyarakat
bahwa pada awalnya alat-alat produksi ini adalah milik bersama/sosial). Kepemilikan alat-alat
produksi ini dipergunakan untuk menghasilkan barang-barang yang dijual ke pasaran untuk
mendapatkan untung. Keuntungan ini kemudian dipergunakan kembali untuk menambah modal
mereka untuk produksi barang kembali, jual kepasar, dapat untung. Begitu seterusnya. Inilah
yang kemudian sering dikatakan bahwa tujuan dari kapitalis adalah untuk mengakumulasi
kapital (modal) secara terus menerus.

Sederhananya, kapital menuntut kapitalis untuk terus mengakumulasi modal, untuk


menjadi kaya, kaya sekaya-kayanya untuk semakin kaya lagi, dan tidak ada kata cukup untuk
menambah kekayaan. Ini semua bukanlah persoalan kapitalisnya serakah atau rakus atau karena
kapitalisnya adalah orang yang tidak taat agama, orang cina, Amerika, jepang, korea, arab dll.
Semua kapitalis adalah sama. Karena memang tuntutan ini bukan karena ada watak-watak
serakah dari individu-individu kapitalis. Melainkan tuntutan dari cara kerja sistem kapitalisme
menuntut setiap kapitalis untuk menjadi demikian. Penjelasannya seperti di bawah ini.

Misal bahwa harga ditentukan oleh komposisi permintaan dan penawaran. Adanya
permintaan yang besar terhadap suatu barang, sementara penawaran (persedian) yang ada lebih
kecil dari permintaan pasar menyebabkan harga suatu barang barang dagangan meningkat.
Kejadian ini menyebabkan kapital akan bergerak ke keadaan dimana permintaan meningkat, yang
menyebabkan kapital berkembang.

Ketika harga suatu barang dagangan tinggi akibat permintaan lebih besar daripada barang
yang tersedia di pasar, maka untuk memperbesar keuntungan maka si kapitalis meningkatkan
jumlah barang dagangannya. Ini dilakukan dengan cara meningkatkan/menambah jumlah mesin
yang ia miliki, menambah jumlah buruh, melakukan pembagian tugas/kerja yang lebih canggih
(lebih kecil), melakukan percepatan, dan meningkatkan efisiensi dalam pabrik.

Tetapi mesin-mesin juga menciptakan kelebihan populasi pekerja, mereka juga


mengubah watak buruh. Buruh-buruh trampil menjadi tidak berguna ketrampilannya karena
ketrampilannya telah diganti oleh mesin. Lihat misalnya para sarjana yang kerja di perbankan,
atau di perusahaan-perusahaan lainnya, mereka yang telatih menggunakan komputer, memiliki
kemampuan akutansi, memiliki bermacam keahlian. Semua ketrampilan dan keahlian ini menjadi
tidak berguna. Karena dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terjadi proses
mekanisasi kerja. Kerjanya kini hanya memasukkan data-data setiap harinya. Terus berulang-
ulang. Dengan penggantian mesin, anak-anak juga dapat dipekerjakan.

6
Penambahan mesin-mesin baru yang lebih modern/canggih (ingat sifat dari teknologi
yang terus berkembang) memungkinkan seorang buruh dapat memproduksi sebanyak tiga kali
lipat, sepuluh kali lipat, tujuh belas, atau puluhan kali lipat dari sebelumnya. Dengan cara ini,
maka hasil produksi dapat jauh lebih besar. Harga biaya produksi bisa lebih diperkecil.

Tetapi semua tindakan kapitalis diatas tidak saja dilakukan oleh satu kapitalis saja
melainkan kapitalis yang lain juga melakukan tindakan yang sama. Masing-masing berlomba
untuk dapat menguasai pasar, bahkan dengan menurunkan harga barang dagangan tadi (walaupun
harganya tetap diatas biaya produksi). Persaingan ini terus terjadi. Dimana disatu titik akan
menyebabkan beberapa kapitalis yang kalah dalam persaingan ini terpaksa kalah, bangkrut atau
pindah ke usaha lain yang berkembang. Kapitalis-kapitalis yang modalnya lebih besar
memenangkan pertarungan ini.

Sejak satu abad yang lalu, dengan mesin-mesin baru yang lebih canggih (hasil dari
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi) kemampuan produksi kapitalisme telah dapat
memenuhi jumlah dari permintaan yang ada, bahkan telah jauh diatasnya. Hingga akhirnya
produksi barang jauh lebih besar dibanding dengan kemampuan pasar untuk membeli barang-
barang ini. Akhirnya si kapitalis kini bukan saja harus memikirkan bagaimana mendapatkan
untung dari penjualan barang produksinya melainkan juga bagaimana dapat menjual barang
dagangannya yang berlimpah (diatas permintaan pasar) yang juga harus bersaing dengan kapitalis
lain, menyebabkan kebangkrutan dari beberapa kapitalis.

Kebangkrutan jelas juga membawa akibat terphknya buruh di perusahaan yang kalah
bersaing ini. Rakyat pekerja dilempar ke jalan-jalan menjadi pengangguran. Sementara itu,
barang-barang produksi melimpah di pasar, sementara masyarakat tidak memiliki daya beli untuk
mengkonsumsi barang—barang ini. Ini juga menyebabkan kebangkrutan kembali dari
perusahaan-perusahaan yang ada. Inilah cara kerja kapitalisme, dimana didalam keteraturannya
(ketertibannya) terkandung ketidaktertibannya, liar, anarki produksi.

Wajar bukan? Ya, tetapi lihat apa akibat dari ini semua?. Dalam skala nasional, maka
jutaan kaum buruh menjadi pengangguran. Para pekerja yang dibuat “tak berguna” oleh mesin-
mesin menjadi “tentara cadangan industri” yang bisa mati kelaparan secara perlahan. Tenaga
kerja buruh menjadi murah, karena banyaknya pengangguran. Misalnya saja saat ini di Indonesia,
sejak krisis terjadi telah menyebabkan sekitar 36 juta buruh menjadi pengangguran. Sementara
setiap tahunnya, ada sekitar lebih dari 400.000 tenaga kerja baru yang tidak dapat ditampung di
pasar tenaga kerja: menjadi pengangguran. Lebih dari 50% jumlah penduduk hidup dibawah garis
kemiskinan.

7
Kita saksikan bahwa cara kerja sistem kapitalisme tidak akan pernah lepas dari krisis-
krisis dalam sistem mereka sendiri. Lalu bagaimana, cara kapitalis dapat bertahan hingga saat ini,
dari krisis yang satu ke krisis yang lain?

III. NEGARA

Klas kapitalis, melalui penghisapannya terhadap klas pekerja, telah mendapatkan


kenyamanan, kekayaan dan martabat. Sementara klas buruh justru mendapatkan kemiskinan, dan
kesengsaraan.

Mengapa kelas yang sebenarnya minoritas dalam jumlah populasi di bumi ini (kapitalis)
justru lebih diuntungkan dibandingkan dengan kelas mayoritas penduduk dunia (buruh). Kondisi
terus bertahan hingga saat ini karena terdapat sistem kekuasaan sosial ekonomi oleh kelas
minoritas yang kaya terhadap mayoritas kelas buruh. Alat untuk mempertahankan penindasan
satu kelas terhadap kelas lain adalah negara.

Dalam pertentangan kelas kapitalis dan kelas buruh, kelas kapitalis menggunakan negara
sebagai sebuah senjata yang sangat diperlukan melawan pihak yang tidak memiliki.

Kita sering didengungkan oleh kampanye pemerintahan kapitalis bahwa mereka


mewakili semua orang, yang kaya dan miskin. Tetapi sebenarnya, sejak masyarakat kapitalis
yang didasarkan atas kepemilikan pribadi atas alat produksi serangan apapun terhadap
kepemilikan kapitalis akan dihadapi dengan kekerasan dari pemeritnahan kapitalis. Melalui
kekuatan tentara, UU, hukum, pengadilan dan penjara, negara telah berfungsi menjadi anjing
penjaga dari keberlangsungan sistem kepemilikan pribadi yang menguntungkan kelasminoritas.
Klas yang berkuasa secara ekonomi –yang memiliki alat-alat produksi– juga berkuasa secara
politik.

Sejak negara sebagai alat melalui salah satu klas yang menentukan dan mempertahankan
dominasinya/kekuasannya terhadap klas yang lain, kebebasan sejati bagi sebagian besar yang
tertindas tak dapat terwujud.

Negara terwujud untuk menjalankan keputusan-keputusan dari klas yang mengontrol


pemerintah. Dalam masyarakat kapitalis negara menjalankan keputusan-keputusan dari klas
kapitalis. Keputusan-keputusn tersebut dipola untuk mempertahankan sistem kapitalis dimana
klas pekerja harus bekerja melayani pemilik alat-alat produksi.

Kapitalisme Monopoli, perang dan imperialisme Klasik

8
Persaingan, sesuai teori, adalah sesuatu yang baik, tetapi pemodal menemukan bahwa
praktek tidak sesuai dengan teori. Mereka menemukan bahwa persaingan mengurangi keuntungan
sedangkan penggabungan meningkatkan keuntungan. Bila semua kapitalis tertarik pada
keuntungan jadi mengapa bersaing? Lebih baik bergabung.

Pada akhir abad ke 19 dan permulaan abad ke-20, pertukaran komoditi telah menciptakan
internasionalisasi hubungan ekonomi dan internasionalisasi kapital, bersamaan dengan
peningkatan produksi sekala besar, sehingga kompetisi digantikan dengan monopoli. Dengan kata
lain, dalam persaingan bebas, kenaikan produksi berskala luas akan diambil alih oleh monopoli.

Ciri dominan bisnis kapitalis adalah perusahaan-perusahaan yang tidak bisa lagi
berkompetisi baik di dalam negerinya sendiri maupun ketika berhubungan dengan negeri-negeri
lain, berubah menjadi monopoli persekutuan pengusaha, semacam perserikatan pengusaha (trust),
membagi-bagi pasar dunia bagi kepentingan akumulasi kapitalnya masing-masing.

Ciri khas penguasa berubah menjadi pemilik kapital keuangan, kekuatan yang secara
khas bergerak dan luwes secara khas jalin menjalin baik di dalam negerinya sendiri maupun
secara internasional yang menghindari individualitas dan dipisahkan dari proses produksi
langsung yang secara khas mudah dikonsentrasikan atau suatu kekuatan yang secara khas
memang sudah memiliki langkah panjang menuju pusat konsentrasi, sehingga tangan beberapa
ratus milyuner saja dan jutawan saja bisa menggenggam dunia.

Tidak sulit untuk melihat bahwa dengan dominasi yang luas seperti itu, monopoli
kapitalis berada di posisi sebagai penentu harga-harga. Dan mereka memang melakukan hal itu.
Mereka menentukannya melalui persetujuan diantara mereka sendiri, atau melalui pengumuman
harga perusahaan terkuat dan perusahaan sisanya memainkan peran sebagai “pengikut”, atau,
seperti seringkali terjadi, mereka mengontrol harga dasar dan memberikan surat ijin untuk
memproduksi hanya sebatas persetujuan yang telah ditentukan.

Monopoli membuat kemungkinan bagi para pemegang monopoli untuk mengerjakan


tujuannya – membuat keuntungan yang besar. Industri yang bersifat bersaing menghasilkan
keuntungan pada saat-saat yang baik dan memperlihatkan defisit di saat-saat buruk. Tetapi bagi
industri yang bersifat monopoli, polanya berbeda – mereka menghasilkan keuntungan yang besar
di saat-saat yang baik, dan beberapa keuntungan di saat buruk.

Produksi kapitalis dalam perkembangan tertingginya yaitu saham-saham perusahaan


merupakan cermin dari pemisahan antara pemilik kapital dengan fungsi manajerial dalam proses
produksi langsung, monopoli, perluasan campur tangan dalam aktivitas ekonomi dan munculnya

9
oligarkis keuangan yang berlindung dibalik fungsi penyandang dana perusahaan (sekedar direktur
papan nama) yang merupakan bentuk dominan guna mengakumulasi kapital dalam skala dunia.

Produktivitas kapitalis semakin terkonsentrasi di tangan para spekulator bursa saham, dan
bursa saham semakin menjadi perwakilan utama produksi kapitalis, sehingga kapitalisme saat ini
sering disebut sebagai ekonomi kasino yang didominasi para kapitalis keuangan.

Investor besar saat ini bukan saja kapitalis keuangan. Kapital keuangan adalah bentuk
baru kapital yang menyababkan pemilik kapital bukan saja memiliki bank-bank dan lembaga-
lembaga keuangan lainnya tetapi juga perusahaan-perusahaan industri. Pada abad ke-19 kapital
perindustrian dan kapital perbankan dimiliki oleh orang yang berlainan, mencerminkan operasi
kapitalis dalam skala kecil. Munculnya perusahaan-perusahaan gabungan bersaham sama
merupakan bentuk dominan bisnis kapitalis pada akhir abad ke-19. Kenaikan perusahaan-
perusahaan gabungan, sebagai bentuk dominan bisnis kapitalis pada akhir abad ke-19
mengakibatkan merger antara kapital industri dan kapital perbankan menjadi kapital keuangan.

Kebangkitan industri kapitalisme pada akhir abad 19 ini telah mendorong munculnya
imperialisme. Ada 5 ciri utama dari tahap imperilisme kapitalisme yaitu: konsentrasi produksi
dan kapital telah berkembang ke dalam monopoli-monopoli yang memainkan peranan
menetukan dalam kehidupan ekonomi. Kesua penggabungan kapital bank dan kapital industri dan
menjadi basis dari kapital finans. Ketiga eksport kapital mendapatkan kedudukan yang penting.
Keempat pembentukan asosiasi-asosiasi kapitalis monopoli internasional yang membagi dunia
diantara mereka sendiri dan. Kelima pembagian teritori seluruh dunia dikalangan kakuatan-
kekuatan besar kapitalis telah diselesaikan.

Kekuatan-kekuatan Eropa Barat: Inggris, Perancis dan Jerman- bersama-sama dengan AS


dan Jepang telah membagi-bagi daerah kekuasaaanya yang besar untuk kepentingan sumber-
sumber material bagi industri modern mereka, sejalan dengan kebutuhan pasar untuk
memasarkan produk-produk mereka. Negara-negara industri mengambil barang-barang mineral,
minyak dan karet bagi kebutuhan pabrik mereka dan bagi mesin-mesin perang dari negara-negara
jajahan. Ini merupakan periode dari imperialisme klasik yang terjadi dari tahun 1870-an hingga
1950. Persaingan diantara negara-negara besar imperialis telah mendorong terjadinya dua perang
dunia (perang dunia I dan II).

Zaman imperilisme, diatas segalanya akan ditandai oleh kendali setiap oligarki keuangan
negeri-negeri kapitalis maju, yang menggunakan kekuasaaan paksaan dan kekerasan terorganisir
(mesin-mesin negara yang mereka pimpin) untuk mempertahankan dominasi imperialnya

10
terhadap kehidupan ekonomi dan politik negeri-negeri terbelakang, serta untuk meningkatkan
kesejahteraan mereka dengan mengorbankan kelas pekerja di negerinya sendiri dan negeri-negeri
lain. Zaman baru, imperialis kapitalisme akan ditandai dengan pengulangan-pengulangan perang
kolonial yang dicetuskan oleh rakyat negeri-negeri imperialis yang mendominasi. Dan juga akan
mendorong konflik-konflik militer antar negeri-negeri imperialis.

Periode imperialisme klasik tidak berlangsung lama setelah negara-negara jajahan


bangkit melawan dalam gerakan kemerdekaan nasional dari negara-negara jajahan. Kebangkitan
ini dipengaruhi oleh munculnya serangkaian revolusi politik dan revolusi sosial di Meksiko, Tuki,
Cina, Persia dan Russia diantara tahun 1900 sampai 1920. Gerakan kemerdekaan nasional
bangkit di Afrika, Asia yang berhasil menjatuhkan kekuasaan negara-negara imperialis di negeri
tersebut. Dalam perlawanan ini sering terjadi perlawanan untuk kemerdekaan sebuah bangsa
berjalan seiringan dengan penolakan terhadap kapitalisme. Negeri-negeri jajahan pun kini telah
merdeka. Lalu, pertanyaanya apakah para kapitalis sadar dan menghentikan kegiatannya? Tidak.
Perang tetap harus dilanjutkan, karena ini tuntutan dari kapitalisme itu sendiri: untuk kelebihan
barang dan modal. Perang harus terus berlanjut untuk tetap hidupnya kapitalisme.

Globalisasi Kapitalisme Neoliberal

Perang dunia II telah berhasil membangkitkan kembali perkembangan modal di negeri-


negeri dunia I. Perang dan revolusi juga telah menurunkan dominasi Inggris dan menaikkan AS
sebagai kekuatan ekonomi dunia baru yang paling dominan dan mendorong terjadinya suatu
reorganisasi ekonomi-politik dunia sepanjang tahun 1950. Kebangkitan Uni Soviet sebagai
kekuatan utama di Eropa Timur dan saingannya AS telah menghasilkan sebuah dunia yang saling
bertentangan yang dikenal dengan nama perang dingin.

Tetapi kejatuhan kekuasaan negeri-negeri imperialis bukan berarti berakhirnya


imperialisme. Walaupun para penguasa negeri imperialis menerima hilangnya daerah-daerah
jajahannya, tetapi mereka tidak mau kehilangan dominasi ekonomi mereka. Sebuah sistem
ekonomi dan imperialis baru muncul.

Pelopornya adalah PBB dan kesepakatan Bretton Wood yang menciptakan IMF, dan
Bank Dunia yang kemudian bersama-sama mendirikan kesepakatan Umum tentang Perdagangan
dan tarif. Sebuah kerangka baru kapitalisme dunia dibangun. Hasilnya adalah penggantian dari
imperialisme dan penjajahan klasik dengan sebuah sistem neo-imperialisme dan neo-
kolonialisme.

11
Dalam periode ini negara-negara yang secara formal telah merdeka secara ekonomi dan
politik tetap dikuasai oleh kekuatan-kekuatan negara-negara kapitalis yang lebih kuat. AS
menggantikan posisi Inggris sebagai pusat pasar dunia dan mengambil alih kontrol dari
pembagian ekomi inernasional secara besar dan menguasai daerah-daerah ekonomi yang penting
seperti negara-negara penghasil minyak minyak di Timur Tengah.

Dalam periode neo-kolonial ini (mulai 1950) kepentingannya sama dengan periode
imperialisme klasik. Negara-negara Eropa, Amerika dan Jepang melihat negara-negara jajahan
yang baru bebas sebagai sumber bahan-bahan material dan energi. Sama dengan periode
imperialisme klasik kekuasaan imperialis memfokuskan pada sumber-sumber mineral, minyak
atau produk-produk perkebunan seperti kopi, gula dan karet.

Ketika Kaum Komunis berkuasa di Korea dan China, AS melihat Jepang sebagai penjaga
kapitalis di Asia untuk menjaga perluasan komunis di Asia. Ekonomi Jepang yang tergantung
pada sumber-sumber bahan dari Korea dan Manchuria tidak dapat tidak dapat mengharapkan lagi
untuk memperoleh sumber dari negeri ini. CIA pada tahun 1948 menyarankan bahwa Jepang
harus mendapatkan sumber-sumber materialnya dari Asia Tenggara dan secara khsusus
Indonesia. Pada tahun 1951, Jepang menyatakan bahwa negaranya tidak akan tergantung lagi
pada China, Jepang akan bekerja sama dengan negara-negara di Asia Tenggara dalam
pengembangan sumber-sumber alam. Walaupun AS yang mendorong Jepang untuk memainkan
peranan di Asia, tetapi AS dan negara-negara Eropa khsususnya di Indonesia mengambil peranan
utama dalam bidang pertambanagan.

Tahun 1980, negara-negara kapitalis maju telah merubah orientasi mereka dari
membangun sumber-sumber alam ke penciptaan industri barang-barang manufaktur yang
berorientasi eksport. Dorongan ini terjadi pada tahun 1960-an dan 1970-an. Tahun 1960-an,
Jepang dan Jerman telah membangun kembali infrastruktur industri mereka dan mulai
berkompetisi dengan AS. Selama periode tahun 1960-an perusahaan-perusahaan transnasional
dari negara-negara dunia I mulai masuk ke negara-negara dunai III. Walaupun demikian,
perkembangan gerak modal dirasakan dihambat akibat adanya sejumlah proteksi yang
dipraktekkan oleh negara-negara dunia III.

Di tahun 1970-an perusahaan-perusahaan besar di negera-negara kapitalis dunnia I telah


gagal mempertahankan keuntungannya dan menyebabkan terjadinya depresi ekonomi di 1974-
1975. Oleh karena itu kemudian pemerintah negara-negara imperialis yang tergabung dalam
kelompok G7 melihat kebutuhan untuk melakukan sejumlah reformasi strukturural di negara-
negara dunia III. Dalam pertemuan tahunan mereka pada tahun 1976 dihasilkan sebuah

12
kesepakatan untuk melakukan reformasi neoliberal yang pada intinya berisi: pencabutan berbagai
subsidi negara, kemudahan masuknya investasi asing, privatisasi perusahaan-perusahaan negara,
liberalisasi perdagangan. Semua kesepakatan Neoliberal ini menandai berakhirnya periode
ekonomi Keynesia, mengakhiri konsep negara kesejahteraan.

Tahun-tahun setelah 1976, semua kesepakatan yang dihasilkan dalam pertemuan


kelompok G7 ini telah menjadi kebijakan yang dipaksakan oleh IMF dan Bank Dunia terhadap
negara-negara penghutang dari Dunia Ketiga. Kekuasaan negara-negara imperialis dalam
mengontrol lembaga-lembaga keuangan internasional seperti IMF, Bank Dunia telah berhasil
mendorong kebijakan neoliberal ini untuk menjadi kebijakan global di seluruh negeri.
Pemerintahan negara-negara imperialis lah yang mengontrol IMF, Bank Dunia dan WTO, seperti
juga mereka mengontrol Dewan Keamanan PBB. Di dalam IMF, misalnya, suara ditentukan
berdasarkan proporsi sumber keuangan yang disumbangkan sebagai dana. Pada tahun 1990
misalnya, dua puluh tiga negara imperialis memiliki 62,7% suara dibandingkan 35,2% suara
untuk 123 anggota lainnya. Lima direktur tetap dari Dewan Eksekutif IMF dicalonkan oleh lima
penyumbang terbesar - AS, Inggris, Perancis, Jerman dan Jepang.

Lembaga-lembaga keuangan interanasional ini berfungsi tidak lebih sebagai agen


pemerintahan negeri-negeri imperialis untuk menjalankan kebijakan ekonomi neoliberal. Ekspor
modal melalui hutang luar negeri dari IMF dan Bank dunia menjadi senjata untuk menekan
pemerintah negeri-negeri dunia III untuk menjalakan kapitalisme neoliberal.

Resesi di tahun 1979-1981 telah mendorong globalisasi ekonomi neoliberal terjadi


semakin masif. Margaret Thatcher di Inggris dan Ronald Reagen di AS menjadi mempelopori
penggantian konsep negara kesejahteraan dengan agenda-agenda reformasi struktural yang
disebut neoliberal. Neoliberal menyatakan bahwa intervensi negara harus dikurangi dan
membiarkan kekuatan-kekuatan pasar untuk menyelesaikan seluruh masalah-masalah yang ada.
Neoliberal juga menyerukan sebuah perjuangan politik untuk memperlemah kekuatan dari
serikat-serikat buruh.

Sejak 1980-an bersamaan dengan krisis hutang Dunia Ketiga, menjadi momentum bagi
badan-badan dunia multilateral Bank Dunia, IMF dan WTO untuk memaksakan kebijakan
ekonomi neoliberal terhadap negara-negara penerima hutang.

Sementara itu di Eropa, Jerman memimpin dalam pendirian pasar bersama ekonomi
Eropa dan khsususnya dalam pasar uang bersama, Euro. AS, Kanada dan Meksiko mendirikan
NAFTA (North American free Trade Agreement), sebuah pasar bebas di Amerika. Jepang,

13
walaupun gagal membentuk sturktur ekonomi-politik yang sama tetapi tetap mendominasi
kekuatan ekonomi di Asia Tenggara, memiliki pengaruh yang penting dalam ASEAN.

Secara khsusus AS dan Jepang mulai mereorganisasi ekonomi mereka dalam skala
internasional melalui memindahkan produksi industri mereka di luar khususnya pabrik-pabrik
yang memerlukan tenaga kerja secara besar. Pertama kali mereka menempatkan di wilayah-
wilayah ekspor mereka di negara-negara tetangga mereka. Perusahan-perusahaan AS mulai
memindahkan produk-produk garmen, elektronik dan perusahan-perusahaan otomotif ke wilayah
Meksiko. Tahun 1990-an misalnya General Motor merupakan pengusaha terbesar di Meksiko.
Sama halnya dengan Jepang banyak memindahkan pabriknya ke negara-negara target ekspor
mereka seperti Indonesia. Mitsubishi menjadi produsen utama di Indonesia.

Walaupun demikian kebijakan ekonomi neoliberal telah terbukti gagal dipraktekkan di


sejumlah negara. Paket reformasi neoliberal telah menyebabkan negara miskin dunia ketiga
menjadi lebih miskin lagi. Kaum kapitalis bersama pemerintahan negeri-negeri imperialis
mencoba mempertahankan kebijakan ini dengan cara memunculkan sebuah propaganda
(ideologi) tentang globalisasi. Dalam pandangan ini, perkembangan ekonomi telah menjadi
global. Aturan-aturan sebuah negara tidak lagi relevan dalam situasi perekonomian dunia saat ini.
Oleh karena itu globalisasi dunia dalam makna globalisasi neoliberal tidak dapat dilawan oleh
siapapun karena merupakan tuntutan dari perkembangan ekonomi dunia.

Kenyataannya justru menunjukkan berlainan. Misalnya saja arus investasi dan jumlah
barang dunia justru terkonsentrasi di negeri-negeri imperialis. Yang menjadi kenyataan dalam
kebijakan ekonomi neoliberal saat ini adalah GLOBALISASI KEMISKINAN dan krisis global
sistem kapitalisme.

Dampak krisis ekonomi di Asia di tahun 1997-1998, telah merambat ke negara-negara


dunia. Resesi ekonomi yang telah terjadi di negara-negara dunia I semakin terpuruk dengan
adanya peristiwa aksi serangan teroris pada 11 September 2001. Dunia kini telah bergerak ke
krisis ekonomi kapitalisme global. Lagi-lagi, para penjaga sistem kapitalis berusaha mencari jalan
keluar untuk menyelamatkan sistem ekonomi kapitalisme. Kali ini dengan alasan Perang
melawan terorisme, perang melawan dunia jahat, negara-negara imperialis dipimpin AS
menjadikan perang terhadap teroris menjadi momentum untuk semakin menguasai negara-negara
dunia ketiga guna kepentingan ekonomi dan politiknya. Atas nama “dunia baik” AS telah
menuntut sejumlah negara untuk mengijinkan tentaranya masuk ke sejumlah negara.
Pemerintahan kapitalis di negara-negara dunia III kini juga telah meningkatkan kekerasannya
terhadap aksi-aksi perlawanan rakyat di negerinya masing-masing. Di Filipina, 600 tentara AS

14
masuk di Filipina. Hal yang sama juga dituntut ke Indonesia dan Malaysia walaupun kedua
negara ini menolaknya. Latihan perang untuk tentara Indonesia di AS di buka kembali. Kodam
Aceh dibentuk. Posisi tentara mengalami konsolidasi. Para aktivis demokrasi dan aktivis buruh
kembali ditangkap dan diadili.

Kapitalisme telah terbukti tidak mampu mensejahterahkan rakyat pekerja, dan rakyat
miskin bukan saja di negeri-negeri miskin dunia III melainkan juga kini di negri-negeri dunia I.
Tingkat kesejahteraan rakyat pekerja di negeri-negeri dunia I telah merosot. Wajar kemudian bila
kemudian mulai bangkitnya perlawanan baik dari kaum buruh, pemuda, mahasiswa, perempuan,
aktivitis lingkungan menentang keberadaan kapitalisme. Begitu pula halnya di negeri-negeri
miskin dunia III, mulai menyadari bahwa perjuangan kaum buruh tidak dapat dilakukan hanya
sebatas perjuangan menuntut perbaikan upah semata tanpa menghapuskan akar dari penghisapan
dan kemiskinan serta ketidakadilan yaitu sistem kapitalisme. Perjuangan harus ditujukan untuk
melakukan perjuangan politik yaitu untuk demokrasi revolusioner dan SOSIALISME.

15

You might also like