Professional Documents
Culture Documents
Gambaran Klinis
Gingivostomatitis ulseratif akut terjadi sebagai akibat replikasi
virus dalam jaringan yang terkena. Masa inkubasi umumnya 4 hingga 5
hari kemudian gejala diawali dengan demam. Pasien dapat merasa rasa
sakit, panas dan perih atau gatal terutama pada saat makan dan minum.
Gusi dapat membengkak dan mudah berdarah.
Vesikuler
dapat terjadi di seluruh
mulut. Mereka
mungkin memiliki
penampilan bintik-bintik di daerah kontak dengan rahang atas.
Menyentuhnya atau mencoba untuk mengkonsumsi makanan bisa
menyebabkan rasa sakit parah.
Di dalam rongga mulut dapat timbul vesikel (gelembung)
berukuran kecil yang umumnya berkelompok dan dapat dijumpai di
bagian dalam bibir, lidah, tenggorokan, langit-langit dan di bagian
dalam pipi. Selanjutnya vesikel ini akan pecah dan menjadi ulkus (luka)
yang dipermukaannya terdapat semacam lapisan kekuningan. Pada saat
inilah rentan terjadi penularan karena vesikel tersebut mengeluarkan
cairan yang mengandung jutaan virus herpes simpleks. Kelenjar getah
bening setempat yaitu di sekitar leher dapat membesar dan saat ditekan
terasa lunak.
Herpes gingivostomatitis
Diagnosa
Isolasi dan kultur HSV menggunakan viral swab, metode standard
diagnosa. Infeksi HSV dapat juga diperkuat dengan adanya kenaikan
empat kali lipat antibodi. Metode ini membutuhkan 10 hari untuk
menghasilkan hasil. Chair- side kits dapat dengan cepat mendeteksi
HSV dalam waktu beberapa menit pada lesi smear/ coreng
menggunakan immunofluoressence yang tersedia, tapi terbatas pada
biaya. Biopsi jarang digunakan tapi jika dilakukan akan
memperlihatkan vesikula yang tidak spesifik atau ulserasi dengan
multinucleated giant cells yang menggambarkan viral- infected
keratinocytes.
Perawatan
Pasien, dan anak- anak seharusnya ditenangkan tentang kondisi
dasar dan diberi tahu tentang infeksi lesi. Instruksi seharusnya diberikan
untuk membatasi bibir dan mulut untuk mengurangi resiko penyebaran
infeksi di daerah lainnya. Terapi supportive symptomatic termasuk obat
kumur clorhexidine, terapi analgesik, soft diet, dan cukup minum.
Menggunakan acyclovir, agen antivirus dengan melakukan perlawanan
terhadap HSV. Dosis standard 200mg acyclovir, 5 kali sehari selama 5
hari. Dosis harus dikurangi setengahnya untuk anak dibawah 2 tahun.
Mendukung langkah-langkah yang biasa untuk infeksi virus akut
harus dilakukan. Ini termasuk pemeliharaan kebersihan mulut yang
tepat, cukup asupan cairan untuk mencegah dehidrasi, dan penggunaan
analgesik sistemik untuk mengontrol rasa sakit. Agen antipiretik juga
ditentukan ketika demam adalah gejala. Pada kasus yang parah
mungkin perlu untuk menggunakan anestesi topikal seperti lidokain
atau diphenhyclramine. Pasien sering dapat mentolerir cairan dingin,
dan mereka dapat membantu dalam mencegah dehidrasi.
Diagnosis
Tempat prediliksi VHS tipe I di daerah pinggang ke atas terutama
di daerah mulut dan hidung. Infeksi primer oleh VHS tipe II
mempunyai tempat predileksi di daerah pinggang ke bawah, terutama di
daerah genital. Daerah predileksi ini sering kacau karena adanya
aktivitas seksual seperti oro-genital.
Infeksi ini berlangsung kira-kira 3 minggu dan sering disertai
gejala sistemik, seperti demam dan malese, serta dapat ditemukan
pembengkakkan kelenjar getah bening regional. Kelainan klinisnya
dijumpai berupa vesikel yang berkelompok di atas kulit yang erimatosa,
berisi cairan jernih dan kemudian menjadi seropurulen (bersifat serosa
dan bernanah), dapat menjadi kusta dan kadang-kadang mengalami
ulserasi yang dangkal.
Perawatan
Pengobatan bersifat simtomatik. Aspirin atau asetaminofen dapat
diminum untuk mengatasi demam dan mengatur keseimbangan cairan
tubuh. Untuk pasien yang mengalami kesulitan makan dan minum,
dapat diberikan topikal anastesi, seperti dyclonine hyrocloride 0,5%.
Untuk pengobatan sistemik dapat diberikan asiklovir 5 x 400 mg/hari
selama 5-10 hari.
Etiologi
Infeksi herpes labialis yang berulang ( recurrent herpes labialis
(RHL) merupakan infeksi recurrent intraoral herpes simplex (RIH)
terjadi pada pasien yang mengalami infeksi herpes simplex sebelumnya
dan yang memiliki serum antibody dalam proteksi infeksi primer.
Sebaliknya, infeksi yang berulang ini terbatas pada daerah di kulit dan
membran mukosa. Herpes yang berulang tidak merupakan infeksi tetapi
virus yang aktif kembali dari masa laten di jaringan saraf. Herpes
simplex dikultur dari trigeminal ganglion dari cadavers manusia, dan
lesi herpes yang berulang biasanya tampak setelah pembedahan
ganglion. Herpes recurrent mungkin dapat diaktifkan oleh trauma bibir,
demam, sunburn, immunosuppression dan menstruasi. Perjalanan virus
menginfeksi sel epitel, penyebarannya dari sel ke sel untuk
menyebabkan sebuah lesi.
Seluruh pasien yang mengalami infeksi herpes primer tidak
mengalami herpes recurrent. Jumlah pasien dengan riwayat infeksi
genital primer dengan HSV1 yang kemudian mengalami infeksi HSV
recurrent kira-kira 15%. Rata- rata angka kambuhan untuk infeksi
HSV1 oral antara 20-40%.
Gambaran Klinis
Fever blister
Diagnosa
Jika pada tes laboratorium dapat dipastikan, RIH dapat dibedakan
dari RAS dengan cytology smears dari lesi baru. Cairan dari lesi herpes
menunjukkan sel dengan ballooning degeneration dan multinucleated
giant cells; sedangkan pada lesi RAS tidak. Untuk hasil yang lebih
akurat, dapat di test dengan cytology smears untuk HSV dengan
menggunakan fluorescein- antigen HSV. Kultur virus juga digunakan
untuk membedakan herpes simplex dari lesi virus lainnya, terutama
infeksi varicella zoster.
Perawatan
Infeksi herpes kambuhan pada bibir dan mulut jarang dibandingkan
gangguan sementara pada individu normal. Pasien yang sering
mengalami , besar, nyeri atau lesi yang kotor harus berkonsultasi.
Pertama dokter harus mencoba untuk memperkecil pemicunya.
Beberapa kambuhan dapat dikurangi dengan menggunkan unblock
selama terpapar sinar matahari.
Obat- obatan dapat menekan formasi dan mempercepat waktu
penyembuhan dari lesi recurrent yang baru. Acyclovir, obat antiherpes,
aman dan efektif. Obat antivirus yang baru seperti valacyclovir, prodrug
dari acyclovir, dan famciclovir, prodrug dari penciclovir, memiliki
bioavailabilitas yang lebih besar dari pada acyclovir, tapi tidak
mengurangi masa laten HSV. Tetapi , pada percobaan tikus, famciclovir
dapat menekan HSV laten. Keefektivan obat antiherpes untuk
mencegah kambuhan genital HSV. Acyclovir 400mg dua kali sehari,
valaciclovir 250 mg dua kali sehari dan famciclovir 250mg yang lebih
efektiv pada kambuhan genital. Penggunaan antiherpes nucleoside
analog untuk mencegah dan mengobati RHL namun sangat
controversial. Terapi sistemik seharusnya tidak digunakan untuk
pengobatan berkala atau RHL yang biasa, tapi kadang- kadang
digunakan untuk mencegah lesi pada pasien mudah terjangkit sebelum
resiko yang tinggi seperti berski dengan ketinggian yang tinggi atau
sebelum menjalani prosedur seperti dermabrasi atau pembedahan
nervus trigeminal. Beberapa dokter menganjurkan menggunakan terapi
antiherpes suppressive untuk persentase kecil pada pasien RHL yang
sering mengalami peristiwa deforming pada RHL. Acyclovir 400 mg
dua kali sehari terbukti mengurangi frekuensi dan keganasan RHL.
Acyclovir maupun penciclovir tersedia pada sediaan topical, digunakan
pada untuk mempercepat waktu penyembuhan pada RHL kurang dari 2
hari.
Gambaran Klinis
Anak-anak yang sehat umumnya mengalami satu atau dua hari dari
demam, sakit tenggorokan, dan malaise sekitar dua minggu setelah
paparan VZV. Selanjutnya, 3 sampai 5 hari kemudian muncul gejala
yang khas yaitu ruam pada awalnya berkembang di dada dan kemudian
menyebar selama tujuh hingga 10 hari ke luar untuk kepala, lengan, dan
kaki. Ruamnya terdiri dari papul kecil di seluruh badan yang cepat
berubah menjadi vesikel (“benjolan” berisi air). Selanjutnya, vesikel
yang pecah akan ditutupi krusta (keropeng). Biasanya, seluruh lesi akan
penuh ditutupi krusta dalam waktu 10 hari. Lesi tersebut dapat muncul
dimana saja tetapi umumnya di kulit kepala, wajah, badan, mulut, dan
konjungtiva.
Manifestasi Oral pada penderita chicken pox
Pada puncak penyakit, pasien mungkin memiliki lebih dari 300 lesi
kulit pada satu waktu Setelah semua luka berkerak di atas, orang tidak
lagi menular. Jarang menyebabkan luka jaringan parut permanen,
kecuali infeksi sekunder berkembang (lihat di bawah). Lesi mungkin
umumnya dapat ditemukan di mulut dan mungkin juga melibatkan alat
kelamin.
Diagnosa
Diagnosis varicella terutama gejala klinis karena biasanya dapat
didiagnosis dengan gejala-gejala saja. Jika diagnosis masih belum jelas
setelah pemeriksaan fisik, tes diagnostik mungkin diperlukan
penyelidikan lebih lanjut, konfirmasi diagnosis dapat dicari melalui
pemeriksaan baik di dalam cairan vesikel, atau dengan tes darah untuk
bukti respon kekebalan yang akut. Cairan vesikuler dapat diperiksa
dengan Tsanck smear, atau lebih baik dengan pemeriksaan untuk
antibodi fluorescent langsung. Cairan juga dapat dikultur, yaitu usaha
yang dibuat untuk menumbuhkan virus dari sampel fluida. Tes darah
dapat digunakan untuk mengidentifikasi respon terhadap infeksi akut
(IgM) atau sebelumnya berikutnya infeksi dan kekebalan (IgG).
Chicken pox pada batang tubuh,
mukosa oral dan wajah
Potensial komplikasi
* Varicella pneumonia
* Ensefalitis
* Asceptic meningitis
* Bakteri superinfections
* Miokarditis
* Glomerulonefritis
* Purpura fulminans
* Reye's syndrome
* Cacat bawaan
Perawatan
Cacar air biasanya merupakan penyakit yang ringan dan dapat
sembuh sendiri. Pada anak normal (tidak mengalami gangguan sistem
kekebalan tubuh), tidak ada terapi khusus. Cukup calamine lotion,
kompres dingin. Apabila anak mengalami gatal hebat, dapat diberikan
antihistamin oral di malam hari untuk meningkatkan kualitas tidur anak.
Jika mengalami demam, dokter anda dapat merekomendasikan
acetaminophen atau ibuprofen. Dan apabila tampak mengalami
dehidrasi dan tidak dapat minum cairan, dapat dilakukan melalui cairan
intravena cairan IV baik di ruang gawat darurat atau sebagai pasien di
rumah sakit. Upayakan agar vesikel tidak pecah, kulit tidak digaruk
sehingga anak terhindar dari risiko terjadinya infeksi sekunder.
Potonglah kuku si anak.
Bakteri sekunder infeksi kulit dapat diobati dengan antibiotik.
Karena virus penyebab cacar air, tidak ada antibiotik yang dapat
menyembuhkan penyakit. Bagi orang-orang yang memiliki infeksi
berat, sebuah agen antivirus yang disebut asiklovir (zovirax) telah
terbukti dapat mempersingkat durasi dan keparahan gejala bila
diberikan segera setelah timbul ruam. Acyclovir dapat diberikan
melalui mulut atau dengan IV untuk membantu orang-orang beresiko
terkena infeksi parah.
Gambaran Klinis
Lesi-lesi intraoral adalah vesikuler dan ulseratif dengan tepi
meradang dan merah sekali. Perdarahan adalah biasa. Bibir, lidah, dan
mukosa pipi dapat terkena lesi ulseratif unilateral jika mengenai cabang
mandibuler dari saraf trigeminus. Keterlibatan divisi dua dari saraf
trigeminus secara khas akan menyebabkan ulserasi palatum unilateral yang
meluas ke atas, tetapi tidak keluar dari raphe palatum. Malaise, demam,
dan penderitaan yang cukup berat dapat menyertai herpes zoster. Pasien
sering kali datang dengan sakit hebat 1 sampai 2 hari sebelum vesikel-
vesikel virusnya timbul.
1. Dapat menyerang pria dan wanita tapi biasanya pada orang dewasa,
kadang-kadang pada anak-anak.
Bila tidak terjadi absorbs tetapi vsikel pecah, maka infeksi ekunder
mudah terjadi yang menyebabkan ulsera atau nekrosis dan
menyembuh dengan sikatriks yang dalam.
Bila herpes zoster hanya pada stadium papel, disebut herpes abortif.
5. Herpes zoster biasanya disertai dengan pembesaran kelenjar, limfe
regional.
Pada herpes zoster torakal dan di lengan, kelenjar limfe aksila besar.
Jika menyerang perut bawah dan tungkai akan menyebabkan
pembesaran kelenjar inguinal. Dan jika menyerang muka maka
kelenjar pre aurikuler membesar.
6. Neuralgia hebat pada orang tua. Neuralgia pos herpetic dapat terasa
beberapa minggu-bulan setelah erupsi hilang.
Diagnosa
Frekuensi penyakit ini pada pria dan wanita sama, dan lebih sering
pada orang dewasa. Sebelum timbul gejala kulit, terdapat gejala prodomal,
baik sistemik (demam, pusing, malese), maupun gejala prodomal local
(nyeri otot-tulang, gatal, pegal). Setelah itu timbul eritema yang dalam
waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit yang
erimatosa dan edema. Vesikel ini berisi cairan yang jernih, kemudian
menjadi warna keruh, lalu dapat menjadi pustule dan krusta.
Masa tunasnya 7-12 hari. Pada masa aktif penyakit ini, timbul lesi-
lesi baru yang kirra-kira berlangsung selama seminggu. Disamping gejala
kulit dapat juga dijumpai pembesaran kelenjar getah bening regional.
Lokalisasi penyakit ini adalah unilateral dan bersifat dermatomal sesuai
dengan tempat persarafan. Pada susunan saraf tepi, jarang timbul kelainan
motorik. Kelainan pada wajah sering disebabkan karena gangguan pada
saraf trigeminus atau saraf fasialis.
Postherpetic neuralgia adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah
bekas penyembuhan lebih dari sebulan setelah penyakitnya sembuh. Nyeri
ini dapat berlangsung selama beberapa bulan bahkan bertahun-tahun
dengan gradasi nyeri yang bervariasi. Kecenderungan ini terjadi pada
pasien yang terkena herpes zoster di atas usia 40 tahun.
Cytology adalah metoda evaluasi yang cepat yang dapat digunakan
dalam kasus-kasus dimana diagnosa tidak meyakinkan. Fluorescent-
antibody yang tercemar melumasi dengan menggunakan fluorescein yang
di konjugasi dengan monoclonal antibody lebih dapt diandalkan dari pada
cytology rutin dan hasilnya positif pada lebih dari 80% kasus. Metoda
diagnosa yang paling akurat adalah isolasi virus dalam kultur jaringan
tetapi tes ini lebih m,ahal dan hasilnya membutuhkan waktu berhari-hari.
Demonstrasi dari titer antibody yang meningkat jarang diperlukan untuk
diagnosa kecuali dalam kasus zoster sine eruptione, dimana hal itu
merupakan satu-satunya cara untuk mengkonfirmasi kasus yang
dicurigai/diduga.
Perawatan
Perawatan secara umum
- Meredakan rasa sakit – aspirin, atau parasetamol, atau ibuprofen
biasanya sudah memadai. Tablet aspirin dan papaveretum, setiap 2
atau 4 jam, efeknya sedikit lebih kuat. Jika rasa sakit hebat, dapat
dipertimbangkan pemberian narkotik. Dextromoramide 5-10 mg setiap
4 sampai 6 jam secara oral akan sangat membantu. Buprenorphine
sebaiknya dihindari untuk lansia karena efek sampingnya.
- Depresi sering kali menyertai herpes dan bisa muncul pada awal
penyakit. Depresi dapat sangat mendalam dan banyak pasien lansia
yang ingin mengakhiri hidupnya. Obat antidepresi seperti
amitryptiline, 25 – 50 mg sehari bersama dengan sodium valproate 200
mg 3 kali per hari dapat membantu baik dalam mengontrol rasa sakit
dan depresi, maupun mengurangi kemungkinan terjadinya neuralgia
pascaherpetik. Pada pria lansia, hindari pemakaian obat trisiklik bila
ada riwayat penyakit prostat. Pada kasus neuralgia pascaherpatik dapat
diberikan dosis obat psikotropik yang sama. Krem analgesic yang
dioleskan pada bagian yang terlibat akan mengurangi rasa sakit.
-
Penatalaksanaan :
1. Istirahat total