Professional Documents
Culture Documents
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Pada saat ini industri Indonesia berjalan dengan bermodalkan pada
keterampilan, produktivitas dan upah yang rendah. Kondisi ini tidak dapat
dipertahankan, sehubungan dengan usaha yang sungguh-sungguh dari negara lain
dalam meningkatkan kemampuan angkatan kerjanya. Negara yang sejajar dengan
Indonesia seperti Thailand, Malaysia dan Pilipina memiliki cara yang relatif sudah
lebih maju dalam mengembangkan angkatan kerjanya. Negara ini dalam masa yang
akan datang dimungkinkan untuk menggeser posisi Indonesia dalam menghasilkan
produk dengan upah yang rendah. Dengan demikian sasaran yang harus dicapai
Indonesia, yaitu menghasilkan produk berkualitas tinggi dengan teknologi yang makin
canggih, sehingga tercapai produktivitas dan efesiensi yang semakin tinggi.
Ketertinggalan di berbagai bidang di era globalisasi dibandingkan negara-
negara tetangga rupanya menyebabkan pemerintah terdorong untuk memacu diri untuk
memiliki pendidikan dengan standar internasional. Sektor pendidikan termasuk yang
didorong untuk berstandar internasional. Dorongan itu bahkan dicantumkan di dalam
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 50 ayat (3), Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 61 Ayat (1)
Keinginan melakukan penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional (SBI)
dilatarbelakangi oleh tiga alasan yaitu (1) kebutuhan sumber daya manusia (SDM) di
era global, (2) adanya dasar hukum yang kuat, dan (3) landasan filosofi
eksistensialisme dan esensialisme (fungsionalisme) (Depdiknas, 2006). Era globalisasi
menuntut kemampuan daya saing yang kuat dalam teknologi, manajemen dan
sumberdaya manusia. Keunggulan teknologi akan menurunkan biaya produksi,
meningkatkan kandungan nilai tambah, memperluas keragaman produk, dan
meningkatkan mutu produk. Keunggulan manajemen akan meningkatkan efektivitas
dan efisiensi. Keunggulan SDM merupakan kunci daya saing karena SDM yang akan
menentukan siapa yang mampu menjaga kelangsungan hidup, perkembangan, dan
kemenangan dalam persaingan.
Sekolah bertaraf internasional yang dimaksud oleh undang-undang dan peraturan
pemerintah, di samping untuk memicu peningkatan mutu pendidikan, bertujuan untuk
meningkatkan mutu pendidikan setingkat atau memiliki level yang sama dengan
sekolah-sekolah sejenis di negara-negara maju sehingga mutu pendidikan tidak hanya
mempunyai keunggulan lokal tetapi juga keunggulan internasional atau global. Saat ini
penyelenggaraan SBI dilakukan oleh masyarakat maupun pemerintah. Beberapa
sekolah menggunakan label sekolah internasional maupun kelas internasional dengan
2
pola penyelenggaraan yang berbeda. Ada pula sekolah penyelenggara SBI yang
memperlakukan siswa secara keseluruhan sebagai siswa internasional, bukan kelas
internasional, sedangkan dilihat dari segi ketenagaan, SBI juga memiliki karakteristik
yang berbeda-beda. Ada juga SBI yang menggunakan tenaga asing (expatriate) sebagai
tenaga pendidik dan ada pula yang menggunakan guru lokal secara keseluruhan.
Seiring dengan tuntutan peraturan perundangan dan era global, penyelenggaraan
SBI harus memiliki keunggulan kompetitif. Penyelenggaraan SBI pada SMK diproyek-
sikan agar lulusannya dapat segera terserap di dunia kerja, baik dalam negeri maupun
luar negeri. Penyelenggaraan SBI perlu memiliki strategi-strategi good practice untuk
menghasilkan lulusan sesuai tuntutan dunia kerja dalam rangka peningkatan mutu dan
daya saing. Dengan demikian rintisan pembukaan Sekolah Menengah Kejuruan
merupakan harapan bagi penyediaan tenaga kerja yang berkualitas dan siap bersaing di
era global dan tantangan bagi fihak penyelenggara pendidikan dan sekolah untuk
dapat mempersiapkan segala kemampuannya dalam rangka menyongsong era
perbaikan kualitas pendidikan agar menghasilkan lulusan yang berkompeten dan dapat
diterima di pasar tenaga kerja industri secara global.
3
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2. Standar SBI
Mengingat SBI merupakan upaya sadar, intens, terarah, dan terencana untuk
mewujudkan citra manusia ideal yang memiliki kemampuan dan kesanggupan hidup
secara lokal, regional, nasional, dan global (internasional), maka perlu dirumuskan
standar SBI yang meliputi input, proses, dan output. Input adalah segala hal yang
diperlukan untuk berlangsungnya proses dan harus memiliki tingkat kesiapan yang
memadai. Input penyelenggaraan SBI yang ideal untuk menyelenggarakan proses
pendidikan yang bertaraf internasional meliputi siswa baru (intake) yang diseleksi
secara ketat dan masukan instrumental yaitu kurikulum, pendidik, kepala sekolah,
tenaga pendukung, sarana dan prasarana, dana, dan lingkungan sekolah. Intake (siswa
baru) diseleksi secara ketat melalui saringan rapor SMP, hasil ujian nasional (UN),
scholastic aptitude test (SAT), kesehatan fisik, dan tes wawancara. Siswa baru SBI
memiliki potensi kecerdasan unggul, yang ditunjukkan oleh kecerdasan intelektual,
emosional, dan spiritual, dan potensi untuk bekembang.
Kurikulum SBI harus diperkuat, diperluas, dan diperdalam (direkayasa) agar
memenuhi standard isi SNP plus kurikulum bertaraf internasional yang digali dari
berbagai sekolah dari dalam dan dari luar negeri yang jelas-jelas memiliki reputasi
internasional karena kurikulum ini merupakan proses dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Guru harus memiliki kompetensi professional dalam penguasaan mata
pelajaran, pedagogik, kepribadian, dan sosial yang bertaraf internasional, serta
kemampuan berkomu-nikasi secara internasional yang ditunjukkan oleh penguasaan
salah satu bahasa asing, misalnya bahasa Inggris. Selain itu guru memiliki kemampuan
menggunakan ICT mutakhir dan canggih. Kepala sekolah harus memiliki kemampuan
profesional dalam manajemen, kepemimpinan, organisasi, adminsitrasi, dan
kewirausahaan yang diperlu-kan untuk menyelenggarakan SBI, termasuk kemampuan
komunikasi dalam bahasa asing, khususnya Bahasa Inggris.
7
Standar – standar yang harus dipenuhi dalam merintis sekolah menengah
kejuruan berstandar Internasional adalah: STANDAR INPUT, PROSES DAN OUT
PUT SEKOLAH DASAR STANDAR NASIONAL
(SDSN)
1. Kurikulum
a. Kurikulum disusun berdasarkan kompetensi dan tujuan yang akan dicapai.
b. Pada kurikulum terlihat adanya hubungan/ keterkaitan langsung dan jelas antara
tujuan yang akan dicapai dengan isi masing-masing komponen kurikulum
(masing-masing mata pelajaran)
c. Kurikulum dikembangkan secara sistematis dan berkesinambung-an sejalan
dengan tujuan yang akan dicapai
d. Kurikulum disusun berdasarkan kemajuan IPTEK
e. Praktikum siswa harus memenuhi standar kerja pabrik yang diakui secara
internasional seperti standar kerja yang dikeluarkan oleh OECD (Organization
for Economic Co-operation and Development) ILO (international Labour
Organizations) atau standar ISO yang diakui secara internasional.
f. Memiliki dokumen kurikulum lengkap, yaitu standar kompetensi, tujuan,
KTSP, Silabus, RPP, dan bahan ajar.
g. Memiliki tim pengembang kurikulum yang anggota-anggotanya merefleksikan
kelompok-kelompok keahlian yang terkait dengan setiap mata pelajaran.
2. Guru
a. Jumlah dan kualifikasi sesuai dengan kebutuhan
b. 80% Guru memiliki tingkat pendidikan minimal S1
c. Kemampuan dan kompetensi yang dimiliki oleh guru sesuai dengan mata
pelajaran yang diampu
d. Minimal 50% guru, memiliki sertifikasi profesi sebagai guru
e. Memiliki kesanggupan kerja yang tinggi
f. Mampu menggunakan ICT sederhana
3. Kepala Sekolah
4. Tenaga Kependidikan
a. Pustakawan
1) Tingkat pendidikan: minimal D3
2) Bidang pendidikan : diutamakan kepustakaan
3) Memiliki kompetensi untuk melaksanakan tugas dan fungsi sebagai
pustawan
b. Laboran
1) Tingkat pendidikan : S1
2) Bidang pendidikan : sesuai dengan kebutuhan laboratorium
3) Memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas dan fungsi sebagai laboran
c. Teknisi komputer
1) Tingkat pendidikan : S1
2) Bidang pendidikan : komputer/teknik informatika
3) Memiliki kompetensi untuk melaksanakan tugas dan fungsi sebagai teknisi
komputer
d. Kepala TU
6. Pembiayaan
a. Menyediakan dana pendidikan yang cukup dan berkelanjutan untuk
menyelenggarakan pendidikan di sekolah
b. Menghimpun/menggalang dana dari potensi sumber dana yang bervariasi
c. Mengelola dana pendidikan secara transparan, efisien, dan akuntabel sesuai
dengan prinsip manajemen berbasis sekolah
d. Dalam mengalokasikan dana pendidikan, SDSN berpegang pada prinsip keadilan
dan pemerataan.
8. Kultur Sekolah
Sekolah dapat menumbuhkan dan mengembangkan budaya/kultur yang kondusif
bagi peningkatan efektivitas sekolah pada umumnya dan efektivitas
pembelajaran pada khususnya, yang dibuktikan oleh: berpusat pada
pengembangan peserta didik lingkungan belajar yang kondusif, penekanan pada
pembelajaran, profesionalisme, harapan tinggi, keunggulan, respek terhadap
setiap individu warga sekolah; keadilan, kepastian, budaya korporasi atau
10
kebiasaan bekerja secara kolaboratif/kolektif, kebiasaan menjadi masyarakat
belajar, wawasan masa depan (visi) yang sama, perencanaan bersama,
kolegialitas, tenaga kependidikan sebagai pebelajar,
B. STANDAR PROSES:
1. Pengelolaan Aspek
a. Dilaksanakan aspek dan fungsi manajemen secara utuh, meliputi aspek
kurikulum, pendidik, siswa, sarana dan prasarana, dana dan hubungan
masyarakat dan fungsi manajemen sekolah yang dimaksud meliputi:
pengambilan keputusan, pemformulasian tujuan dan kebijakan, perencanaan,
pengorganisasian, pen-staf-an, pengkomunikasian, pelaksanaan,
pengkoordinasian, pensupervisian, dan pengontrolan.
b. Menetapkan manajemen berbasis sekolah yang menerapkan prinsip-prinsip
kemandirian, partisipasi, transparansi, akuntabilitas, keluwesan, kewenangan
dan tanggung jawab lebih besar pada SDSN.
c. Memiliki rencana pengembangan sekolah yang bersifat strategis dan
operasional.
d. Kemitraan dengan komite sekolah kuat yang dapat dilihat dari besarnya
dukungan, baik finansial, moral, jasa (pemikiran, keterampilan), dan
barang/benda.
e. menerapkan kepemimpinan visioner/ transformatif dalam:
1) merumuskan visi, misi, tujuan, dan sasaran yang secara jelas ditulis,
dipublikasikan, dan diartikulasikan keseluruh kelompok kepentingan
sekolah.
2) menyakini bahwa sekolah adalah tempat untuk belajar yang dibuktikan
oleh iklim/kultur sekolah yang kondusif untuk belajar;
3) menghargai bawahan yang dibuktikan oleh penghargaan terhadap nilai-
nilai inti kemanusian seperti misalnya solidaritas, kasih sayang,
kebersamaan, keharmonisan, keadilan, dan kesopanan.
4) memberdayakan warga sekolah yang dibuktikan oleh upaya-upaya konkret
dalam: peningkatan kemampuan dan kesanggupan kerja, pemberian
11
kewenangan dan tanggungjawab, pemberian kepercayaan dan memfasilitas
bawahan.
5) berpikir dan bertindak secara proaktif, komunikatif, dan berani mengambil
resiko.
2. Proses Pembelajaran
a. Pro-perubahan yaitu yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan daya
kreasi, inovasi, nalar dan ekperimentasi untuk menemukan kemungkinan-
kemungkinan baru, a joy discovery.
b. Menekankan pada pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan
(PAKEM), student centered, reflective learning, dan active learning.
3. Administrasi
a. pembagian tugas
b. struktur organisasi sekolah yang mengikuti pembagian tugas
c. hirarki otoritas jelas
d. pembagian kewenangan dan tanggungjawab yang jelas
e. koordinasi yang dilakukan secara teratur
f. aturan, prosedur dan mekanisme kerja yang jelas
g. hubungan struktural dan fungsional yang jelas
h. administrasi yang rapi, efisien, dan efektif pada lingkup: proses belajar
mengajar, kurikulum, kesiswaan, sarana dan prasarana (perpustakaan,
peralatan, perlengkapan, bahan, tata persuratan dan kearsipan dsb), keuangan,
dan hubungan sekolah-masyarakat
i. Membuat dan menegakan peraturan sekolah secara adil, teratur dan
berkesinambungan.
12
3. Pribadi yang bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan yang ditunjukkan
dengan kesediaan menerima tugas, menentukan standar dan strategi tersebut, dan
bertanggung jawab terhadap hasilnya.
4. Kemampuan berpikir ilmiah, kritis, kreatif, inovatif, dan eksperimentatif untuk
menemukan kemungkinan-kemungkinan baru atau ide-ide baru yang belum
dipikirkan sebelumnya.
5. Penguasaan tentang diri sendiri sebagai pribadi (intra personal/kualitas pribadi)
6. Penguasaan materi pelajaran yang dituntunjukkan dengan kelulusan ujian akhir
sekolah
7. Penguasaan teknologi dasar (konstruksi, manufaktur, transportasi, komunikasi,
energi, bio, dan bahan).
8. Kemampuan mengkomunikasikan ide dan informasi kepada orang lain.
9. Kemampuan mengelola kegiatan (merencanakan, mengorganisasi-kan,
melaksanakan, mengkoordinasikan, dan mengevaluasi).
10. Kemampuan memecahkan masalah dan pengambilan keputusan
11. Terampil mengaplikasikan dasar-dasar ICT
12. Memahami budaya/kultur Indonesia (lintas budaya antar suku/ pulau).
13. Kepedulian terhadap lingkungan sosial, fisik dan budaya
14. Menghasilkan karya yang bermanfaat bagi diri sendiri dan bangsa.
3. Pendidikan Kejuruan
15
BAB III
PENDEKATAN MASALAH
17
6. Kualifikasi seluruh tenaga pendidik minimal S1 atau D4 di bidangnya dengan
memiliki pengalaman industri / mengelola usaha minimal 1 tahun.
7. Memiliki/mengakses sumberdaya (sarana prasarana) sesuai tuntutan
kompetensi yang ingin dicapai.
8. Seluruh tenaga pendidik mempunyai sertifikat kompetensi di bidangnya dan
sertifikat pedagogik yang dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi yang
berwenang.
9. Memiliki mitra lembaga pendidikan dan usaha relevan yang bertaraf
internasional.
10. Sekolah memiliki Training Production Unit sesuai dengan unggulan daerah
pada skala usaha / omzet tertentu.
11. Sekolah mempunyai program pembelajaran yang diakui oleh mitra / lembaga
profesi yang relevan dan bertaraf internasional dan keduabelas proses belajar
mengajar di sekolah menggunakan sistem ICT.
18
2. Object/sasaran yang ingin dicapai dalam penyelenggaraan sekolah menengah
kejuruan bertaraf internasional
3. Lingkungan lokal yang mendukung penyelenggaraan sekolah menengah
kejuruan bertaraf internasional seperti kesiapan sumber daya manusia,
kesiapan sarana dan prasarana sekolah, teknologi informasi, peralatan
praktikum yang sesuai dengan standar internasional
4. Lingkungan regional yang mendukung penyelenggaraan sekolah menengah
kejuruan bertaraf internasional seperti lulusan yang dapat diserap oleh
perusahaan yang berstandar internasional.
Pertimbangan analisa:
a. Sarana dan Prasarana yang dimiliki oleh sekolah
b. Kumpulan pendapat dari dalam organisasi sekolah ataupun dari instansi
pendidikan dan masyarakat
c. Komparasi dengan lembaga lain
d. Hasil pengamatan sendiri
Obyek analisa :
a. Kemampuan memimpin
b. Jumlah dan kualitas anggota
c. Kerapian organisasi (Struktur, AD/ART, kebijakan-kebijakan)
d. Aturan kedisiplinan
Pertimbangan analisis :
Obyek analisa :
Langkah-langkah SWOT :
Upaya yang harus dilakukan dalam rangka memperbaki mutu sumber daya
manusia adalah dengan meningkatan mutu pendidikan. Fokus utama yang harus
perhatikan dalam peningkatan mutu pendidikan adalah peningkatan institusi sekolah
sebagai basis utama pendidikan, baik aspek manajemen, sumber daya manusianya,
maupun sarana dan prasarananya. Salah satu program yang dilaksanakan pemerintah
agar perubahan dan perkembangan tersebut dapat direspon dengan cepat adalah dengan
meningkatkan kualitas/mutu sekolah dengan mengembangkan sekolah bertaraf
internasional.
Sekolah Bertaraf Internasional adalah sekolah nasional yang menyiapkan
peserta didiknya berdasarkan standar nasional pendidikan (SNP) Indonesia dan
tarafnya internasional sehingga lulusannya memiliki kemampuan daya saing
internasional. Sekolah Bertaraf Internasional pada hakikatnya mengacu pada Standar
Nasional Pendidikan meliputi 8 (delapan) standar, yaitu kompetensi lulusan, isi,
proses, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan,
pengelolaan, dan penilaian yang diperkaya, dikembangkan, diperluas, diperdalam
melalui adaptasi atau adopsi terhadap standar pendidikan yang dianggap reputasi
mutunya diakui secara internasional
20
Aspek-aspek yang dikembangkan pada Sekolah Bertaraf Internasional adalah standar
kompetensi lulusan standar Internasional, kurikulum standar internasional, PBM
standar internasional, SDM standar internasional, fasilitas standar internasional,
manajemen standar internasional, pembiayaan standar internasional, penilaian standar
internasional. Standar kompetensi lulusan Sekolah Bertaraf Internasional adalah
keberhasilan lulusan yang melanjutkan ke sekolah internasional dalam negeri maupun
di luar negeri dengan tetap berkepribadian bangsa Indonesia, menguasai dan terampil
menggunakan ICT, mampu debat dengan Bahasa Inggris, terdapat juara internasional
dalam bidang: olahraga, kesenian, kesehatan, budaya, dll, mampu menyelesaikan,
tugas–tugas dan mengumpulkan portofolio dengan baik, mampu
meyampaikan/mendemonstrasikan tugas-tugas dari guru/sekolah, mampu
melaksanakan eksprimen dalam pengembangan pengetahuan dan keterampilan,
mampu menemukan / membuktikan pengalaman belajarnya dengan berbagai karya,
mampu menulis dan mengarang dengan bahasa asing atau dengan bahasa Indonesia
yang baik dan benar, memperoleh kejuaraan olimpiade internasional dalam bidang:
matematika, fisika, biologi, kimia, stronomi, dan atau lainnya Iditunjukkan dengan
sertifikat internasional), NUAN rata-rata tinggi (> 7,5), memiliki kemampuan
penguasaan teknologi dasar, melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, baik secara
individual, kelompok/kolektif (lokal, nasional, regional, dan global) dengan bukti ada
piagam kerjasama atau MoU yang dilakukan oleh lulusan, memiliki dokumen lulusan
tentang karya tulis, persuratan, administrasi sekolah, penelitian, dll dalam bahasa asing
atau dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, memiliki dokumen dan
pelaksanaan, pengelolaan kegiatan belajar secara baik (ada perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengkoordinasian, dan evaluasi) dari lulusan,
menguasai budaya bangsa lain, memiliki dokumen karya tulis, nilai, dll tentang
pemahaman budaya bangsa lain dari lulusan, memiliki pemahaman terhadap
kepedulian dengan lingkungan sekitar sekolah, baik lingkungan sosial, fisik maupun
budaya, memiliki berbagai karya-karya lain dari lulusan yang bermanfaat bagi dirinya
maupun orang lain, bangsa, dll, dan terdapat usaha-usaha dan atau karya yang
mencerminkan jiwa kewirausahaan lulusan.
Sekolah Berstandar Internasional akan dicapai melalui sebuah proses
peningkatan kualitas sekolah yang berkesinambungan. Salah satu tujuan pokoknya
adalah lulusan sekolah yang kompetensinya diakui secara internasional.
21
Harapan dengan terwujudnya sekolah menengah kejuruan bertaraf internasional
adalah mendekatkan kompetensi lulusan ke dunia kerja secara fungsional,
pembelajaran mata pelajaran produktif dilakukan terintegrasi dengan unit produksi di
sekolah dapat membentuk kompetensi siswa sesuai dengan kebutuhan dunia kerja,
penerapan manajemen mutu penyelenggaraan sekolah berstandar internasional ISO
9001-2000, ini menunjukkan kesungguhan dari civitas sekolah untuk menjadikan
sekolah unggul, kerja sama dengan dunia usaha dan industri yang dilakukan oleh kedua
sekolah telah meningkatkan mutu pembelajaran praktik dan mendekatkan kebutuhan
dunia industri akan tenaga kerja terdidik dan terampil serta layanan terhadap siswa
berupa bimbingan konseling, career path, dan bursa kerja dapat meningkatkan
keterserapan lulusan ke dunia kerja baik secara regional,nasional serta internasional.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah proses pembelajaran, penilaian, dan
penyelenggaraan SBI sebagai berikut: (1) pro-perubahan, yaitu proses pembelajaran
yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan daya kreasi, inovasi, nalar, dan
eksperimentasi untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan baru, a joy of
discovery, (2) menerapkan model pem-belajaran aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan; student centered; reflective learning, active learning; enjoyable dan
joyful learning, cooperative learning; quantum learning; learning revolution; dan
contextual learning, yang kesemuanya itu telah memiliki standar internasional; (3)
menerapkan proses pembelajaran berbasis TIK pada semua mata pelajaran; (4) proses
pembelajaran menggunakan bahasa Inggris, khususnya mata pelajaran sains,
matematika, dan teknologi; (5) proses penilaian dengan menggunakan model penilaian
sekolah unggul dari negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya, dan (6)dalam
penyelenggaraan SBI harus menggunakan standar manajemen intenasional, yaitu
mengoimplementasikan dan meraih ISO 9001 versi 2000 atau sesudahnya dan ISO
14000, dan menjalin hubungan sister school dengan sekolah bertaraf internasional di
luar negeri.
22
BAB IV
23
DAFTAR PUSTAKA
24