Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
0610110094
FAKULTAS HUKUM
2009
BAB I
PENDAHULUAN
adalah pelaku kejahatan. Pelaku kejahatan ini biasa disebut dengan penjahat,
criminal, atau lebih buruk lagi, sampah masyarakat, dan masih banyak lagi.
hukuman kepada pelaku dianggap sebagi upaya yang paling efektif untuk
menyembuhkan baik luka atau derita korban maupun kelainan perilaku yang di
idap oleh pelaku kejahatan. Dimana hukuman yang dimaksud yaitu merupakan
bergerak dari seorang terpidana yang dilakukan dengan menutup orang tersebut
1
Bambang Poernomo, Pelaksanaan Pidana Penjara Dengan system Pemasyarakatan,
Liberty, Yogyakarta, --------, hal 3
peraturan tata tertib yang berlaku didalam penjara yang dikaitkan dengan suatu
tindakan tata tertib bagi mereka yang telah melanggar peraturan tersebut.2
1. Tuchtuis adalah rumah penjara untuk menjalankan pidana yang sifatnya berat
2. Rasphuis adalah rumah penjara dimana kepada para terpidana diberikan pelajaran
mempergunakan amplas.
Pembagian rumah penjara ketika itu erat kaitannya dengan kebiasaan saat itu dalam hal
menempatkan para terpidana secara terpisah sesuai dengan berat ringannya pidana yang
Di Indonesia, hal tersebut juga diikuti namun bentuk dan namanya diubah menjadi
pengayoman warga binaan tidak hanya terfokus pada pada itikad menghukum (funitif Intend)
saja melainkan berorientasi pada tindakan-tindakan yang lebih manusiawi dan disesuaikan
dengan kondisi dari warga binaan. Dengan demikian tujuan pidana penjara itu adalah
membimbing terpidana agar bertobat dan mendidik supaya setelah menjalani masa pidananya
2
Ibid,hal 5.
Pidana penjara menurut P.A.F Lamintang adala suatu pidana berupa
dengan mewajibkan orang itu untuk mentaati semua peraturan tata tertib yang
tindakan tata tertib bagi mereka yang telah melanggar peraturan tersebut (P.A.F
Lamintang, 1988:69)
Narapidana tersebut di buat jera agar tidak mengulangi lagi perbuatan yang
melanggar hukum Hal ini akan mengandung persepsi yang berbeda-beda karena
Hal ini sesuai dengan orasi ilmiah Dr. Soeardjo, SH pada penerimaan gelar
Doktor Honoris Causa dalam ilmu hukum, oleh Universitas Indonesia di Istana
Negara pada tanggal 5 Juli 1963. Merumuskan bahwa tujuan Pidana penjara
Pemasyarakatan.
dalam kapasitasnya sebagai mahluk pribadi dan mahluk social dalam konteks
Hak Asasi nya sebagai Manusia, Pemulihan kesatuan ini memiliki masalah yang
manusia dari segala sisi termasuk yang paling prinsip yakni sisi HAMnya. Dalam
upaya pemulihan kesatuan ini, yang terpenting adalah proses yang berfungsi
tetapi juga merupakan suatu usaha rehabilitas dan reintegrasi sosial. Pidana
yang bertujuan untuk memulihkan kesatuan yang asasi antara induvidu warga
hak-hak asasi untuk memperoleh pembinaan rohani dan jasmani serta dijamin
keluarganya maupun pihak lain, memperoleh informasi baik melalui media cetak
Pemasyarakatan (BAPAS).
Narapidana.
Titik berat penulisan laporan penelitian ini adalah peneliti ingin mengkaji
dalam pemberian hak tersebut kepada Narapidana. Hak tersebut pada intinya
Pemasyarakatan.
(KKL) ini dengan mengidentifikasi tentang nama dan tempat kedudukan kantor
lembaga, sejarah berdirinya lembaga, fungsi dan tugas lembaga, visi dan misi
lembaga, struktur organisasi lembaga, Prosedur pelaksanaan tugas lembaga,
kendala yang dihadapi lembaga serta rekomendasi yang diberikan penulis untuk
lembaga.
yang merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan
aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai
3
Undang-undang No 12 tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan,Pasal 1 angka 1
Dalam pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL), penulis akan
Pemasyarakatan Klas I Lowokwaru Malang. Hal ini tidak lepas dari dukungan
KKL.
Lapangan (KKL).
KKL.
Brawijaya dan proposal KKL yang telah disetujui oleh dosen pembimbing ke
berikut:
(6) Kendala dan atau problematik yang dihadapi lembaga tempat KKL.
(8) Rekomendasi dari penulis untuk perbaikan dan atau alternatif solusi
a. Kegiatan Operasional
b. Kegiatan Pengamatan
prosedurnya.
c. Kegiatan Wawancara
dialog atau wawancara langsung dengan sumber data yang berasal dari
1.4.1.Tujuan Umum
Tujuan umum dari kegiatan KKL ini adalah untuk mengidentifikasi nama
fungsi dan tugas lembaga, visi dan misi lembaga, struktur organisasi
1.4.2.Tujuan Khusus
1. Bagi Mahasiswa
aplikasi teori, konsep dan proses manajemen dalam praktek dan sebagai
ada di lapangan.
b. Peneitian ini diharakan dapat menjadi wawasan baru dalam ilmu
perkuliahan
mahasiswa tersebut.
b. Hasil dari Kuliah Kerja Lapangan ini nantinya dapat digunakan sebagai
c. Selain itu dapat juga digunakan sebagai bahan masukan yang obyektif
terkait.
Lapangan selanjutnya.
1. Library Research
Setiap penulisan ilmiah pasti akan bergantung dan bersandar pada kepustakaan.
2. Field Research
Dalam penelitian ini riset lapangan perlu dilakukan untuk mempelajari secara
intensif tentang latar belakang obyek yang diteliti. Metode yang dilakukan
dengan cara:
a. Observasi
langsung terhadap suatu objek tertentu dengan jalan ikut serta aktif melihat,
mengamati, dan juga melaksanakan kegiatan yang terjadi pada objek yang
b. Interview
sehubungan dengan objek yang diteliti atau masalah yang akan dibahas.
c. Dokumentasi
Suatu cara untuk memperoleh data yang dilakukan dengan cara menelusuri
KERANGKA KONSEPSIONAL
Pidana merupakan salah satu bagian dari ilmu hukum yang berisi tentang
Pidana adalah reaksi atas delik dan ini berwujud suatu nestapa yang sengaja
ditimpalkan negara pada pembuat delik itu (Roeslan Salah, 1983 : 9).
unsur-unsur :
pemidanaan.
2. Fungsi teori, dalam hal ini sebagai meta teori maksudnya filsafat pemidanaan
berfungsi sebagai teori yang mendasari dan melatar belakangi setiap teori
pemidanan.
Berdasarkan kedua fungsi diatas dalam proses implementasinya, penetapan sanksi pidana
atau utilitas, dan pembalasan yang bertujuan) adanya sanksi pidana. Filsafat pemidanaan
pelanggaran hukum pidana. Filsafat keadilan dalam hukum pidana yang kuat
pengaruhnya ada 2 yaitu keadilan yang berbasis pada filsafat pemalasan (retributive
justice) dan keadilan yang berbasis pada fisafat restorasi atau pemulihan (restorative
justice), dan KUHP menganut filsafat keadilan lebih condong pada retributve justice.
Menurut teori ini pidana dijatuhkan semata-mata karena orang telah melakukan
Menurut teori ini memidana bukanlah untuk memutuskan tntutan absolut dari
kadiln.Pembalasan itu sendiri tidak mempunyai nilai tetapi hanya sebagai sarana
perbuatan yang melanggar hukum. Hal ini akan mengandung persepsi yang
cara.
dalam konteks Hak Asasi nya sebagai Manusia, Pemulihan kesatuan ini
hukum adalah pembinaan manusia dari segala sisi termasuk yang paling
prinsip yakni sisi HAMnya. Dalam upaya pemulihan kesatuan ini, yang
tujuan tersebut.
Dengan demikian fungsi Pidana Penjara, tidak lagi sekedar penjaraan
tetapi juga merupakan suatu usaha rehabilitas dan reintegrasi sosial. Pidana
warga yang baik dan berguna. Warga binaan dalam Sistem Pemasyarakatan
sebagainya.
1. Ibadah
4
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2006 Tentang Syarat dan
Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
4. Pelayanan Kesehatan dan Makanan
5. Keluhan
8. Kunjungan
9. Remisi
11.Pembebasan Bersyarat
13.Hak-hak Lain
2.4.1.Pengertian
Pemasyarakatan :
5
Undang-undang No 12 Tahun 1995 , Pasal 43
Dalam pasal 15 ayat 1 Kitab Undang-undang Hukum Pidana:
“ jika terpidana telah menjalani dua pertiga dari lamanya pidana penjara
2.4.2.Tujuan
penyelenggaraan pemasyarkatan.9
6
KitabUndang-undang Hukum Pidana. Pasal 14 huruf a
7
Permen Hukum dan HAM Republik Inodonesia No. M.2.Pk.04-10 Tahun 2007. Tentang
Syarat dan tata cara pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang
Bebas, dan Cuti Bersyarat, Pasal 4 ayat 2.
8
Ibid
9
ibid
Subyek pembebasan bersyarat, yaitu:
jiwanya; dan Napi yang sedang menjalani pidana penjara seumur hidup.
Bersyarat
dibebaskan
10
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I,Pt. Raja Grafindo Persada, 2002,
hal 63
5) Penerimaan masyarakat dimana ia akan bertempat tinggal
BAB III
PEMBAHASAN
(UPT) Pemasyarakatan dan bertanggung jawab pada Kantor Wilayah Hukum dan Hak
Asahan no.7 Kecamatan Lowokwaru Malang. Didirikan pada masa pemerintah Belanda di
57.710 m2, yang terdiri dari luas tanah 50.110 m2, luas bangunan 14.679 m2, dan Rumah
dinas seluas 7.600 m2. Dengan sertifikat tanah No. 1614/1985 Tanggal 17 Juli 1985 sebagai
hak pakai,dan sampai sekarang keadaan bangunan masih sangat layak huni. Bangunan
tersebut terdiri dari 22 Blok, 211 Kamar dengan kapasitas 936 Orang. Pada tahun 1987
berikut :
lain adalah :
2. BLOK Narapidana, terdiri dari ; Blok Narkoba, Blok Pengasingan, Blok Narapidana
5. Bengkel Kerja
6. Dapur
i. Gedung : 10.374 m2
v. R.Dinas : 7.600 m2
pertanian di desa Maguan Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang seluas 20.460 m2 dengan
terdapat bagunan seluas 147m2 yang dibangun pada tahun 2004. Sisa nya digunakan
sebagai lahan pertanian terbuka yang berfungsi untuk proses pembinaan Narapidana di luar
Lembaga Pemasyarakatan.
Malang :
TABEL I
1 Transpas Baik
2 Pick Up Daihatsu Rusak Berat
3 Cell Wagon Toyota Dyana Rusak
4 Cell Wagon Mitsubishi Rusak
5 Station Wagon Toyota Kijang Baik
6 Toyota Ambulans Baik
7 Ambulans L300 Mitsubishi Baik
8 Mitsubishi Kuda Minibus Baik
Sumber : Data Sub Bagian Umum Lembaga Pemasyarakatan Klas I Lowokwaru Malang, 2009
TABEL II
Lowokwaru Malang memilki beberapa sarana pendukung antara lain : Senjata api, Metal
Detector, Tongkat kejut, Borgol, Scanner Body, Gas air mata, Lampu emergency, Amunisi,
3.2.1. Visi
pemasyarakatan sebagai individu, anggota masyarakat dan mahkluk Tuhan Yang Maa
3.2.2. Misi
3.3.1. Tujuan
sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan
dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan
bertanggung jawab.
Tahanan Negara dan Cabang Rumah Tahanan Negara dalam rangka memperlancar
c. Memberikan jaminan perlindungan hak asasi tahanan/ para pihak yang berperkara
serta keselamatan dan keamanan benda-benda yang disita untuk keperluan barang
pengadilan.
3.3.2. Fungsi
Menyiapkan warga binaan pemasyarakatan agar dapat berinteraksi secara sehat dengan
masyarakat, sehingga dapat berperan kembali sebagai anggota masyarakat yang bebas
11
Undang-undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Pasal 3
3.4. Kepegawaian dan Stuktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Klas I
Lowokwaru Malang
adalah:
(STRUKTUR ORGANISASI )
(REKAP KEPEGAWAIAN)
Adapun tugas masing-masing bagian sebagai berikut :
2. Bagian Tata Usaha, bagian ini mempunyai tugas melaksanakan urusan tata
membuat laporan harian berita acara dan pelaksanaan tugas, KPLP terdiri :
a. Komandan Peleton A
b. Komandan Peleton B
c. Komandan Peleton C
d. Komandan Peleton D
Terdiri dari :
1. Seksi Registrasi
1. Seksi Keamanan
dibidang keamanan.
tanggal 21 Agstus 2009 ). Dalam tabel berikut akan disebutkan status hukum
dibawah ini :
Tabel III
TAHUN 2009
N STATUS HUKUM
GOLONGAN JUMLAH PRESENTASE
O PENGHUNI
BIIb 12 0.78 %
BIIIk - 0%
BIIIs - 0%
2. Tahanan
AI 78 5.12 %
AIV 3 0.19 %
AV 1 0.07 %
Keterangan :
BIIa :
Pidana 3 bulan sampai dengan 1 tahun
BIIIk :
Pidana kurungan karena melakukan pelanggaran
BIIIs :
Pidana kurungan pengganti denda
AI : Tahanan Kepolisian
AIV : Tahanan
AV : Tahanan
TABEL IV
PENGGOLONGN NARAPIDANA
N Jumla Presenta
Jenis Kejahatan Pasal KUHP/ UU
o h se
Merk
Sumber : Data Sub Bagian Registrasi, sampai dengan Bulan Juli 2009 (diolah)
Status Narapidana
1. Narapidana Pelayan
Adalah status pertama yang didapatkan oleh Narapidana yang bekerja di dalam Lembaga
Pemasyarakatan.
2. Narapidana Pendamping
Adalah status yang diperoleh Narapidana setelah mendapatkan status narapidana pelayan.
Fungsi dari narapidana pendamping adalah sebagai penghubung antara para Narapidana
3. Narapidana Pemuka
Adalah status tertinggi yang dapat diperoleh Narapidana. Narapidana yang memiliki
status pemuka memperoleh kesempatan untuk memperoleh remisi khusus pemuka, yang
Lapas. Blok I dihuni oleh Tahanan. Berikut adalah nama –nama Blok dan
( Layout Pemasyarakatan)
3.6. Tahapan Pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Lowokwaru
Malang
yaitu jika proses pembinaan telah dijalani ½ (setengah) dari masa pidana yang
d. Integrasi
Yaitu jika proses pembinaan telah dijalani ⅔ (duapertiga) dari masa pidana yang
Pengamat Pemasyarakatan
cara berupa interaksi langsung antara pembina dengan Napi yang dibina.
12
SK Menteri Kehakiman No. M.02.PK.04.10 Tahun 1990 Tentang Pola Pembinaan
Narapidana/ Tahanan
Pembinaan dengan bimbingan dan kegiatan lainnya yang
bermasyarakat.
yang tetap) sampai menjalani program release atau pelepasan baik berupa
proses, yaitu13 :
Masa ini dilaksanakan pada awal masuk dan diterimanya Napi di Lapas.
Semua napi memperoleh hak dan kewajiban yang sama, kecuali ada
2. Masa Pembinaan
13
Hasil wawancara dengan Pak Haryono (staf Bimpas), Agustus 2009
oleh lapas, sedangkan pembinaan diluar lapas dilaksanakan oleh BAPAS
9.00-11.00 WIB.
b. Pembinaan Kerohanian
Lapas dilaksanakan setiap ari senin dan rabo diisi dengan ceramah
kegian rutin kegereja setiap hari minggu. Untuk agam budha dan
Tadarus.
c. Pembinaan Ketramilan
dipasok dari Lapas, dan hasil nya ada yang dipakai untuk
kebutuhan Lapas itu sendiri, ada pula yang dijual keluar Lapas.
d. Pembinaan Fisik
volley, bola basket, tenis meja dan tenis lapangan. Lapas memiliki
disebutkan sebelumnya.
setiap hari sabtu. Dari semua makanan yang diberikan kepada napi
adalah makanan yang dimasak sendiri oleh napi yang berstatus
pelayan.
e. Pembinaan Ketertiban
Napi wajib mematuhi segala tata tertib yang ada. Bila terdapat
sangsi fisik.
3. Masa Asimilasi
4. Masa Integrasi
Selain itu agar tidak ada kesenjangan antara petugas dengan penghuni
maka diadakan pertemuan antara Kalapas dan staf dengan penghuni Lapas
yang ada dan menerima keluhan dan saran/ usul dari para penghuni kemudian
dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.2.PK.04-10
1. Syarat Substantif14
yang positif
dan bersemangat
14
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.2.PK.04-10 Tahun 2007
Tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti
Menjelang Bebas, Dan Cuti Bersyarat . Pasal 6
f. Telah menjalani masa pidana 2/3 (dua pertiga) dari masa pidananya
Syarat Administratif15
perkara lagi
yang dilakukan.
dengan Narapidana.
15
Ibid, pasal 7
swasta, dengan diketahui oleh pemerintah setempat serendah-
harus dipenuhi selama masa percobaan. Lama masa percoban sama dengan
sisa waktu pidana penjara yang belum dijalani ditambah satu tahun,
harus dipenuhi selama masa percobaan dapat berupa syarat umum yang
lainnya (Pasal 15 ayat (1)). Perbuatan tercela tidak hanya dalam lingkup
malam seperti diskotek, atau bergaul dengan para penjahat, para preman
16
Masruchin Ruba’I, Mengenal Pidana dan Pemidanaan di Indonesia, IKIP Malang,
1997, hal 25
17
Adami Chazawi, Op cit, hal 64
Sedangkan syarat khusus adalah segala ketentuan perihal
kelakuannya, asal saja syarat itu tidak membatasi hak-hak berpolitik dan
dapat ditahan kembali dengan alas an untuk kepentingan umum, jika ada
syarat yang ditetapkan dan demi keteriban umum ini disebut “recht van
aanhouding”19
Bersyarat adalah :
18
Loc cit
19
Ibid, hal 65
2. Apabila Kepala Lapas atau Kepala Rutan menyetujui usul TPP Lapas atau
penolakan itu beserta alasannya kepada Kepala Lapas atau kepala Rutan;
hal itu memakan waktu antara 3-6 Bulan. Berikut adalah skema Prosedur
Pembebasan Bersyarat :
Telah memenuhi
KAKANWIL
syarat adm dan Napi
syarat substantif Bebas
Bersyara
KAJARI PB t
KALAPAS
Bagan ini dibuat sesuai dengan Permen Kehakiman RI Nomor M.01-PK.04.10 Tahun 1989
tentang Asimilasi, Pembebasan Persyarat dan Cuti Menjelang Bebas.
TABEL V
Sumber : Kantor BIMPAS, Lembaga Pemasyarakatan Klas I Lowokwaru Malang (sampai bulan
Juli 2009)
orang yang telah mendapatkan pembebasan bersyarat (data tercatat sampai bulan
Juli 2009).
pembebasan bersyarat20 :
20
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 32 Tahun 1999, Tentang syarat dan tata
cara pelaksanaan hak warga binaan pemasyarakatan . Pasal 46
Pencabutan ini dilakukan oleh DirjenPas atas usul Kepala Balai
petugas BISPA yaitu pada saat proses memenuhi syarat administratif Napi
kendala lain yang timbul adalah kesulitan pihak Lapas untuk meminta
berasal dari diri napi yang akan di usulkan Pembebasan bersyarat itu
menghabiskan masa tahanan nya di dalam penjara. Sikap tidak antusias ini
Kendala yang paling besar yang dihadapi petugas adalah ketika melengkapi
sesuai dengan visi misi lembaga serta sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan tugas dan fungsi lembaga. Namun peningkatan kualitas pembinaan
warga binaan pemasyarakatan masih perlu ditingkatkan. Baik sarana prasarana maupun
pemenuhan kebutuhan warga binaan itu sendiri seperti peningkatan pelayanan kesehatan,
kegiatan kerja maupun sekolah lapas dan kualitas makanan yang diterima oleh warga
binaan pemasyarakatan.
Bila dilihat secara khusus sesuai dengan permasalahan yang di amati oleh peserta KKL,
maka prosedur pembebasan bersyarat telah dilaksanakan dengan baik sehingga tujuan dari
tugas dan fungsinya Lembaga banyak menghadapi kendala. Antara lain adalah saat
pemenuhan syarat administratif yang berupa surat pernyataan kesanggupan dan jaminan
keluarga dan persetujuan dari pihak korban. Oleh sebab itu diharapkan keluarga napi
petugas melakukan kerjasama dalam rangka melakukan pendekatan terhadap korban dan
memberikan pengertian mengenai hak napi tersebut serta tujuan dan manfaatnya bagi napi
21
Hasil wawancara dengan Pak Haryono, Seksi Bimbingan Pemasyarakatan , Agustus 2009
Dan dalam rangka melakukan proses usulan Pembebasan bersyarat, hendaknya jangka
bersyarat yang telah lewat waktu dari tanggal bebas yang seharusnya.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
yaitu jika proses pembinaan telah dijalani ½ (setengah) dari masa pidana yang
d. Integrasi
Yaitu jika proses pembinaan telah dijalani ⅔ (duapertiga) dari masa pidana yang
Pengamat Pemasyarakatan
2. Seorang Napi yang telah menjalani ⅔ (duapertiga) dari masa pidana akan diusulkan
administrative dan substantive. Dan hal itu memakan waktu antara 3-6 Bulan
penjamin dan kesulitan meneliti lingkungan calon tempat tinggal napi setelah
bersyarat
d. Usulan Pembebasan bersayarat memakan waktu yang cukup lama, yaitu 3-6 bulan,
4.2. Saran
1. Dalam rangka memberikan pelayanan maksimal kepada Napi, sebaikknya Lapas Klas I
terhadap warga binaan pemasyarakatan masih perlu ditingkatkan. Baik sarana prasarana
seperti sarana ketrampilan, maupun pemenuhan kebutuhan warga binaan itu sendiri
seperti peningkatan pelayanan kesehatan, kegiatan kerja maupun sekolah lapas dan
pembinaan.
5. Dihapakan bagi masyarkat, agar tidak menganggap bahwa setiap orang yang
manusia yang sama dengan kita yang sekali waktu dapat khilaf berbuat
kesalahan
6. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya yang kaitannya dengan pemberian pembebasan
bersyarat, hendaknya hendaknya jangka waktunya dapat dipersingkat, agar tidak terjadi
pemberian keputusan Pembebasan bersyarat yang telah lewat waktu dari tanggal bebas
yang seharusnya.
7. Diharapkan dapat memberi manfaat bagi pengembangan Studi serta
dan penologi.
DAFTAR PUSTAKA
Persada.2002
Malang.1997
Pemasyarakatan.
Pemasyarakatan
1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
Pemasyarakatan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2006 Tentang
Pemasyarakatan.
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.2.PK.04-10 Tahun