Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Fokus terbesar sebagai partner dalam usaha mikro penulis pilih pada
lembaga keuangan perbankan. Sebagai lembaga keuangan yang begitu besar
perannya dalam perputaran keuangan masyarakat, bank akan menjadi pelaku
utama yang secara signifikan dapat memberikan aura positif bagi
pengembangan usaha mikro di Indonesia.
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Setelah badai krisis yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998, kondisi
perbankan di Indonesia hancur lebur. Namun seiring dengan perbaikan
perekonomian yang dilakukan oleh pemerintah lewat kebijakan-kebijakan ekonomi,
perbankan di Indonesia berangsur-angsur memulihkan diri. Bank-bank yang hancur
bermerger dan menjadi Bank baru yang lebih terstrukturisasi dengan baik.
a. Bank Sentral
3
maupun luar negeri. Sebagai Bank Sentral BI berperan besar dalam
perlindungan dana masyarakat yang tersebar di berbagai Bank-Bank Umum.
b. Bank Umum
4
mereka kepada Bank. Tidak hanya itu masyarakat pun harus menggunakan dana
yang dipinjam tersebut untuk hal yang produktif dan tidak hanya bersifat konsumtif
seperti kartu kredit.
Pada sistemnya Bank biasanya memberikan 0-1 persen bagi pemilik dana
Tabungan, 3 persen untuk pemilik giro dan 9 persen untuk pemilik tabungan
deposito. Untuk mengembalikan bunga yang mereka tawarkan itu, Bank harus
mengadakan penjualan kembali dana masyarakat dengan membeli SBI,
menempatkan kembali dana mereka di Bank lainnya serta memberikan penyaluran
kredit kepada masyarakat umum(jenis-jenis kredit dapat dilihat di sub bab 2.6)
Maka jelaslah fungsi utama Bank dalam hal pemberian dana langsung
kepada masyarakat yang membutuhkan. Bank adalah lembaga keuangan yang
seharusnya secara selektif mampu memberikan pelayanan dana kepada
masyarakat yang akan membutuhkan dana. Bank pun harus mampu menjaga
perekonomian negara dengan tetap berdiri sehat.
Pemberdayaan UKM sampai saat ini masih terkesan sebagai "slogan" atau
retorika dan baru sebatas memperlakukan UKM sebagai obyek untuk diberdayakan
dan belum menyentuh sebagai subjek untuk aktif dengan ditingkatkan kualitas
kemampuan kemandiriannya. Mereka belum dikuatkan, dicerdaskan, diberi fasilitas
dan sebagainya. Dengan kata lain, belum ada keberpihakan dalam realisasi atau
aplikasinya.
Berdasarkan data BPS tahun 2005 kondisi UKM pada periode 2001-2004
menunjukkan perkembangan yang positif. Selama periode itu, kontribusi UKM pada
produk domestic bruto rata-rata mencapai 56,04 persen. Secara sektoral aktivitas
UKM ini mendominasi pertanian, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran.
Sektor-sektor inilah yang paling banyak menyerap tenaga kerja.
Tabel 1
Tabel 2
6
Usaha Menengah 0.06 8.15 38.71
Gambar 1
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian diatas adalah sebagian besar UKM
belum tersentuh oleh lembaga-lembaga keuangan. Sedangkan dilihat dari lembaga
keuangan formal yang identik dengan perbankan, pemberian berbagai kredit untuk
membantu permodalan UKM sangat kecil persentasenya jika dibandingkan dengan
jumlah kredit yang diberikan kepada pelaku Usaha Besar. Bahkan dalam rentang
tahun 200 sampai dengan 2004 kredit yang diberikan kepada UMKM porsinya
semakin mengecil (Lihat Tabel 3). Hal ini semakin memperjelas bahwa hanya
menggantungkan sumber pembiayaan dari lembaga keuangan formal tidak akan
mampu mengembangkan UKM, oleh karena itu perlu dikembangkan alternative
sumber-sumber pembiayaan yang mampu menjawa kebutuhan UKM yaitu LKM.
Tabel 3
Melihat kondisi tersebut diatas maka peranan yang dilakukan Bank Indonesia
dalam upaya pemberdayaan UKM dilakukan melalui empat pilar kebijakan dan
strategi, yaitu kebijakan kredit perbankan, pengembangan kelembagaan,
pemberian bantuan teknis, dan kerjasama dengan Pemerintah. Dari sisi kebijakan
kredit perbankan, Bank Indonesia mengajukan kepada perbankan untuk
memasukkan rencana penyaluran kredit UKM ke dalam business plan perbankan.
Pada tahun 2004, perbankan nasional, termasuk BPR merencanakan untuk
meningkatkan penyaluran kredit baru untuk sektor UKM menjadi sekitar Rp 36,02
triliun untuk bank umum dan Rp 2,47 triliun untuk BPR 1. Salah satu bank BUMN
yaitu Bank BRI telah menyalurkan enam puluh delapan persen atau Rp 2,5 triliun
dari total kredit yang disalurkan ditujukan kepada usaha mikro, kecil, dan
menengah. Secara regional sampai Desember 2004 total pinjaman Bank BRI
sebesar Rp 3,8 triliun. Jumlah itu terdiri atas pinjaman menengah Rp 31,89 milyar,
ritel Rp 2,33 triliun, dan mikro Rp 1,5 triliun2.
Pemerintah dalam rangka pemberdayaan usaha mikro hingga saat ini juga
telah melakukan langkah-langkan strategis. Sebagai berikut.
9
c. menyediakan bantuan teknis dan pendampingan (technical assistance and
facilitation) secara manajerial guna meningkatkan “status usaha” usaha
mikro agar feasible dan bankable dalam jangka panjang.
1
Sambutan Deputi Gubernur Bidang Kredit BI, 23 Juni 2004
2
Suara Merdeka, 6 Januari 2005
10
Akan tetapi sector UKM kerap kali mengalami hambatan dalam memperoleh
akses dana dan sering dibiayai melalui program pemerintah yang cenderung
bersifat subsidi atau sumber dana relative murah dari para donator. Dalam
perkembangannya, penyaluran kredit UKM semakin lama semakin meningkat
sejalan dengan meningkatnya portofolio perbankan untuk pemberian kredit bagi
sector UKM.
Tabel 4
Juni 2007
11
menunjukkan bahwa penyaluran kredit UKM ke sector usaha produktif masih perlu
ditingkatkan.
13
dalam rangka pengembangan UKM. Penelitian tersebu disesuaikan dengan
kebutuhan pengembangan UKM serta untuk menggali potensi sector UKM di
tiap-tiap daerah di Indonesia. Dalam upaya meningkatkan peran UKM untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi, pada tahun 2005 BI telah mensurvei
untuk memperoleh gambaran mengenai potensi dan permasalahan yang
dihadapi UKM ditinjau dari berbagai aspek. Pada tahun 2007, BI melakukan
kajian identifikasi peraturan pusat dan daerah dalam rangka pengembangan
UKM serta kajian dan implentasi pilot project klaster pengembangan UKM.
Kredit ini diberikan oleh Bank untuk pembiayaan modal kerja yang
sifatnya kecil. Kontribusi KMK ini jelas berorientasi pada pembiayaan Bank
bagi UKM. Contoh produk kreditnya adalah KUR atau Kredit Usaha Rakyat
yang dimiliki oleh BRI.
b. Kredit Investasi
Kredit ini diberikan oleh Bank untuk memberikan modal bagi korporasi-
korporasi yang membutuhkan dan berkisar miliaran rupiah. Jelas kredit
investasi ini berorientasi bagi Usaha Besar yang kebanyakan memiliki big
project.
c. Kredit Konsumsi
14
Akan tetapi penulis mempunyai hipotesis bahwa dana yang dihimpun pihak
bank justru banyak dilarikan ke kota-kota besar di Indonesia (misalnya Jakarta)
yang banyak didominasi untuk kredit konsumsi, seperti kartu kredit, kredit
kepemilikan rumah dan kredit kepemilikan mobil yang memiliki resiko yang lebih
rendah dan menjajikan dibandingkan dengan UKM. Bank beranggapan penyaluran
kredit kepada UKM mempunyai resiko relatif tinggi, manajemen dan administrasi
buruk dan ketiadaan agunan. Di lain pihak, fungsi intermediasi perbankan memang
sangat rumit karena prosedur dan aturan yang ketat terikat pada prudential
banking (prinsip kehati-hatian bank). Padahal, banyak UKM yang sebenarnya
memiliki prospek usaha yang baik, namun tidak memiliki agunan sebagai syarat
mendapatkan kredit bank. Ini terlihat dari tingkat kredit macet sektor usaha mikro,
kecil, dan menengah akhir tahun 2002 hanya sekitar 3,9 persen, yang jauh lebih
rendah dibandingkan kredit macet total kredit perbankan yang sekitar 10,3
persen4 .
15
3
www.bi.go.id
4
Kompas, 16 September 2004
1. Pembagian risiko
16
Dengan pembiayaan sebagian ditanggung oleh Bank ( umumnya sharing kredit
Bank: untuk kredit investasi 65% dan kredit modal kerja 70%), maka apabila terjadi
risiko maka pengusaha hanya menanggung risiko sebesar sharing dananya. Oleh
karena itu, sebaiknya perusahaan memisahkan antara harta perusahaan dengan
harta pribadi, sehingga kalau terjadi sesuatu, debitur bisa bangkit kembali.
2. Transparansi
Petugas Bank, umumnya diwakili oleh Account Officer, akan membantu pengusaha
memahami laporan keuangan, mendiskusikan prospek usaha, karena Bank juga
dituntut untuk melaporkan kolektibilitas kredit yang diberikan kepada Bank
Indonesia. Dalam hal ini antara nasabah kredit dan Bank ibarat suami isteri, yang
kalau perusahaan nasabah sakit, akan berakibat pada Bank. Oleh karena itu
merupakan kewajiban Bank untuk memantau perkembangan usaha nasabah, agar
baik nasabah maupun Bank sama-sama memperoleh keuntungan.
3. Meningkatkan disiplin
17
Pengusaha juga disiplin mengatur capex (Capital Expenditure) , merencanakan
secara jangka menengah atau panjang, perbaikan/investasi yang diperlukan
perusahaan untuk meningkatkan produksi.
Bank akan memantau kondisi nasabah minimal 3 (tiga) bulan sekali (yang dilihat
adalah kemampuan cash flow untuk membayar, dan prospek perusahaan). Karena
uang Bank digunakan untuk mengembangkan perusahaan, Bank bertindak sebagai
pengawas, konsultan maupun sebagai dokter bila perusahaan menunjukkan tanda-
tanda penurunan, agar dapat segera dilakukan penyelamatan.
Bank memiliki nasabah yang bergerak diberbagai bidang usaha. Setiap periodik,
Bank mengadakan “gathering” atau temu nasabah, yang dapat merupakan ajang
saling kenal, dan mempertemukan antara supplier dan demand.
Selain melakukan pemantauan, Bank juga akan membantu nasabah yang dinilai
layak untuk mengembangkan usahanya, misalkan meningkatkan pasar keluar
negeri. Disini peran Bank adalah membantu nasabah untuk memahami seluk beluk
transaksi devisa dan menjaga agar pengiriman barang keluar negeri melalui
transaksi L/C ( Letter of credit) sehingga dijamin pembayarannya, karena dari Bank
to Bank.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Akan tetapi akses permodalan yang harus didapatkan oleh para pelaku usaha
mikro kadang sangat sulit. Hal itu disebabkan oleh paradigm yang ada di perbankan
kita bahwa dengan memberikan kredit modal kerja kepada UKM maka tidak akan
terlalu menguntungkan dan menjanjikan bagi keuangan mereka. Padahal faktanya
tingkat kredit macet oleh pelaku UKM jauh lebih kecil ketimbang kredit lainnya.
19
Mulai saat ini perbankan harus sadar bahwa pembiayaan ekonomi di sector
mikro akan sangat menguntungkan tidak hanya bagi Bank itu sendiri tapi juga
banyak pihak lainnya, seperti pelaku UKM, perekonomian makro dan pendapatan
pemerintah pun turut menikmati hasil yang dicapai apabila UKM maju secara pesat.
3.2 Saran
2. Bank Indonesia yang dalam hal ini adalah pemimpin-pemimpin Bank umum
juga harus memberikan kebijakan-kebijakan yang sifatnya mendukung UKM
yang baik.
20
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar, Syamsu. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. 2002. Jakarta, Gramedia
21
22