You are on page 1of 4

AKHIRNYA PENGADILAN TINGKAT NASIONAL MULAI

MENYIDANGKNA KEJAHATAN TERBESAR: “GENOSIDA”


Pasal VI Konvensi untuk Pencegahan dan Penghukuman Tindak Pidana Genosida yang
disahkan oleh Sidang Umum pada Desember 1948, menyatakan bahwa penuntutan atas
kejahatan genosida harus dilaksanakan dihadapan” suatu persidangan yang kompeten dari suatu
negara dimana kejahatan itu dilakukan,atau oleh semacam persidangan pidana internasional yang
memiliki yurisdiksi atas para Negara Pendatangan yang telah mengakui yurisdiksi tersebut”.
Sampai era 1990-an,tidak ada satu pun dari institusi-institusi tersebut yang menunjukkan
kecenderungan untuk menjamin adanya suatu penegakan Konvensi Genosida secara efektif.

“Persidangan pidana internasional” yang dahulu pembentukannya oleh Sidang Umum tahun
1948, hanya bisa dibayangkan sekarang telah terbentuk Pengadilan Pidana Internasioanl bisa
mengadili kejahatan genosida yang dilakukan di mana saja di dunia sejak tanggal 1 JUli 2002,
dengan catatan bahwa yurisdiksinya diakui eloh Negara-negara yang dinyatakan dalam Pasal VI.

1. Penuntutan di Skala Domestik dan Konvensi Genosida

Telah diketahui secara luas bahwa akademisi Yahudi Polandia, Raphael Lemkin, yang
menggunakan istilah “genocide” dalam bukunya Axis Rule in Occupied Europe tahun 1944. hal
itu dilakukan untuk mengisi kesenjangan hukum internasional yang ada, yang kurang mengatur
ketentuan-ketentuan perlindungan terhadap “kaum minoritas”. Berkaitan dengan ini hukum dan
kebiasaan-kebiasaan perang sebagaimana diatur dalam Konvensi Hague keempat tahun 1907,
juga belum mengatur hal itu secara layak. Bahkan penuntutan dalam kasus yang menjadi kasus
model genosida,seperti kasus Nazi dan Shoah, dengan demikian Mahkamah Militer internasional
di Nuremberg merasa tidak mampu untuk’ memberikan suatu pernyataan umum bahwa
kejahatan yang dilakukan sebelum 1939 adalah kejahatan terhadap kemanusiaan sesuai dengan
pengertian dalam Piagam. Sebagai akibatnya, mahkamah tersebut memutuskan bahwa
kekejaman rasial yang dilakukan oleh Nazi di Jerman sebelum pecahnya konflik bersenjata
internasional tidak dapat dihukum atas dasar hukum internasional. Amerika adalah negara
pertama menyatakan tidak setuju, dan mengusulkan agar persidangan terhadap kejahatan-
kejahatan yang dilakukan diluar wilayah suatu Negara hanya bisa dilaksanakan dengan
persetujuan Negara dimana perbuatan itu dilakukan. Delegasi Amerika menyatakan bahwa
prinsip penghukuman universal adalah salah satu dari prinsip-prinsip yang paling berbahaya dan
tidak dapat diterima. Uni Soviet menolak dengan tegas segala bentuk persidangan bersifat
internasional atas genosida, dan berpendapat bahwa tidak ada suatu pengecualian terhadap
prinsip yurisdiksi territorial, yang dianggap sebagai satu-satunya pendekatan yang sesuai dengan
kedaulatan negara. Akhirnya, Sidang Umum hanya menyetujui dasar yuridiksi paling konservatif
bagi penyidangan kasus kasus genosida, yaitu yurisdiksi universal-jika Negara yang mempunyai
yurisdiksi teritorial tidak dapat menyidangkannya (suatu bentuk awal pandangan berimabang)-
secara mutlak dikalahkan pada Komite Keenam Sidang Umum.

2. Pengadilan Tingkat Nasional dan Genosida di Rwanda

Rwanda meratifikasi Konvensi Genosida pada tahun 1975, tetapi tidak pernah mengesahkan
peraturan implementasi yang diperlukan. Hal ini menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan
peradilan di negara tersebut setelah terjadinya genosida tahun 1994, dan banyak yang khawatir
bahwa kelalaian tersebut akan menyebabkan tidak dapat dilakukannya penuntutan terhadap aksi
genosida. Salah satu inovasi yang menarik dalam peraturan Rwanda adalah pengadopsian yang
bersalah atas dasar tanggung jawab komando. Ketentuan ini jelas terinspirasi oleh teks yang
berkaitan dengan masalah itu dalam ketentuan-ketentuan persidangan-persidangan ad hoc.
Pengadilan genosida Rwanda dimulai pada akhir Desember 1996. Beribu-ribu orang telah diadili
dan dijatuhi hukuman karena peranan mereka dalam aksi kekejaman yang berlangsung bulan
April-Juli 1994. Dalam laporannya kepada persatuan Bangsa-Bangsa, yang disiapkan pada awal
tahun 2000, perwakilan khusu dari Michael Mousalliu menyatakan bahwa 2406 orang telah
diadili di pengadilan khusus genosida, 348 orang dijatuhi hukuman mati (14,4%), 30,3% seumur
hidup, 34% hukuman 20 tahun penjara, 19% dibebaskan. Pada April 1998, dua puluh dua dari
mereka yang telah diputuskan melakukan genosida dan mereka yang permohonan bandingnya
ditolak , dieksekusi didepan umum
3. Pengadilan Tingkat Nasional dan Pembersihan Etnis di Negara-negara bekas
Yugoslavia

Persidangan Pidana Internasional untuk negara-negara bekas Yugoslavia sempat


bersinggungan dengan satu persidangan nasional dalam kasus genosida pertama, kasus Dusko
Tadic. Proses persidangan Tadic sudah dimulai di pengadilan Jerman ketika jaksa penuntut
Richard Goldstone tertarik terhadap kasus Tadic. Tadic didakwa melakukan genosida

You might also like