You are on page 1of 57

2003

http. www.kalbe.co.id/cdk
139. Kebidanan International Standard Serial Number: 0125 – 913X

dan Penyakit
Kandungan

Daftar isi :
2. Editorial
4. English Summary
Artikel
5. Beberapa Cara Prediksi Hipertensi dalam Kehamilan – John
Rambulangi
9. Balon Mitral Valvotomi pada Kehamilan – William Sanjaya, Jetty
RH Sedyawan, T. Dewi Anggraini
13. Insiden Preeklampsia – Eklampsia di Rumah Sakit Umum Tarakan
Kalimantan Timur – tahun 2000 – I Putu Sudinaya
16. Penanganan Pendahuluan Prarujukan Penderita Preeklampsia Berat
dan Eklampsia – John Rambulangi
20. Management of Placental Abruption and Incomplete Uterine
Rupture caused by Accidental Trauma of Abdomen – Eddy
Karya Sriwidodo WS Suparman, Aloysius Suryawan
22. Diabetes Mellitus dalam Kehamilan – Eddy Suparman
27. Ekspresi CD 44 pada Jaringan Tumor Karsinoma Payudara –
Keterangan Gambar Sampul: Azamris
Diolah dari gambaran
termografi sebagai salah satu
33. Giant Mammary Dysplasia (Penyakit fibrokistik) – Azamris
cara deteksi dini kanker payudara 36. Trikomoniasis dan Penatalaksanaannya – AM Adam, Hardy Suwita
41. Toksoplasmosis Ibu Hamil Di Indonesia (Studi Tindak Lanjut
Survei Kesehatan Rumah Tangga 1995) – Salma Ma’roef,
Soeharsono Soemantri

46. Akondroplasia – Vivianty Hartiono, R. Satriono

49. Produk Baru


50. Kapsul
51. Internet untuk Dokter
52. Kegiatan Ilmiah
54. Abstrak
56. RPPIK
Masalah kesehatan ibu dan anak, khususnya penanganan masalah-
masalah komplikasi yang mungkin timbul selama masa kehamilan
seyogyanya selalu menjadi perhatian mengingat risiko dan pengaruhnya
terhadap kesejahteraan mereka, apalagi jika diperhitungkan juga efek
jangka panjangnya terhadap perkembangan anak.
Beberapa masalah dan komplikasi yang perlu diwaspadai selama
kehamilan merupakan topik bahasan Cermin Dunia Kedokteran edisi ini;
mulai dari masalah-masalah ‘klasik’ seperti eklampsia dan diabetes
melitus sampai pada kasus-kasus yang relatif spesialistik. Beberapa
tulisan mengenai tumor ginekologik juga ikut melengkapi,
Selamat membaca

Redaksi

2 Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003


Bl

International Standard Serial Number: 0125 – 913X

KETUA PENGARAH
Prof. Dr Oen L.H. MSc REDAKSI KEHORMATAN
PEMIMPIN UMUM
Dr. Erik Tapan – Prof. DR. Sumarmo Poorwo Soedarmo – Prof. Dr. R. Budhi Darmojo
Staf Ahli Menteri Kesehatan, Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam
KETUA PENYUNTING Departemen Kesehatan RI, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro,
Dr. Budi Riyanto W. Jakarta. Semarang.

PELAKSANA – Prof. Drg. Siti Wuryan A. Prayitno – Prof. DR. Hendro Kusnoto Drg.,Sp.Ort
Sriwidodo WS. SKM, MScD, PhD. Laboratorium Ortodonti
Bagian Periodontologi, Fakultas Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti,
TATA USAHA Universitas Indonesia, Jakarta Jakarta
Dodi Sumarna
ALAMAT REDAKSI
Majalah Cermin Dunia Kedokteran, Gedung Enseval, – DR. Arini Setiawati
Jl. Letjen Suprapto Kav. 4, Cempaka Putih, Jakarta Bagian Farmakologi
10510, P.O. Box 3117 Jkt. Telp. (021)4208171 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
E-mail : cdk@kalbe.co.id Jakarta
Website : http://www.kalbe.co.id/cdk

NOMOR IJIN DEWAN REDAKSI


151/SK/DITJEN PPG/STT/1976
Tanggal 3 Juli 1976
PENERBIT
– Dr. Boenjamin Setiawan Ph.D – Prof. Dr. Sjahbanar Soebianto
Grup PT Kalbe Farma
Zahir MSc.
PENCETAK
PT Temprint http://www.kalbe.co.id/cdk

PETUNJUK UNTUK PENULIS

Cermin Dunia Kedokteran menerima naskah yang membahas berbagai urutan pemunculannya dalam naskah dan disertai keterangan yang jelas. Bila
aspek kesehatan, kedokteran dan farmasi, juga hasil penelitian di bidang- terpisah dalam lembar lain, hendaknya ditandai untuk menghindari ke-
bidang tersebut. mungkinan tertukar. Kepustakaan diberi nomor urut sesuai dengan pe-
Naskah yang dikirimkan kepada Redaksi adalah naskah yang khusus munculannya dalam naskah; disusun menurut ketentuan dalam Cummulated
untuk diterbitkan oleh Cermin Dunia Kedokteran; bila pernah dibahas atau Index Medicus dan/atau Uniform Requirements for Manuscripts Submitted to
dibacakan dalam suatu pertemuan ilmiah, hendaknya diberi keterangan me- Biomedical Journals (Ann Intern Med 1979; 90 : 95-9).
ngenai nama, tempat dan saat berlangsungnya pertemuan tersebut. Contoh:
Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris; bila menggunakan 1. Basmajian JV, Kirby RL. Medical Rehabilitation. 1st ed. Baltimore.
bahasa Indonesia, hendaknya mengikuti kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang London: William and Wilkins, 1984; Hal 174-9.
berlaku. Istilah media sedapat mungkin menggunakan istilah bahasa Indonesia 2. Weinstein L, Swartz MN. Pathogenetic properties of invading micro-
yang baku, atau diberi padanannya dalam bahasa Indonesia. Redaksi berhak organisms. Dalam: Sodeman WA Jr. Sodeman WA, eds. Pathologic phy-
mengubah susunan bahasa tanpa mengubah isinya. Setiap naskah harus siology: Mechanisms of diseases. Philadelphia: WB Saunders, 1974;457-72.
disertai dengan abstrak dalam bahasa Indonesia. Untuk memudahkan para 3. Sri Oemijati. Masalah dalam pemberantasan filariasis di Indonesia. Cermin
pembaca yang tidak berbahasa Indonesia lebih baik bila disertai juga dengan Dunia Kedokt. l990; 64: 7-10.
abstrak dalam bahasa Inggris. Bila tidak ada, Redaksi berhak membuat sendiri Bila pengarang enam orang atau kurang, sebutkan semua; bila tujuh atau
abstrak berbahasa Inggris untuk karangan tersebut. lebih, sebutkan hanya tiga yang pertama dan tambahkan dkk.
Naskah diketik dengan spasi ganda di atas kertas putih berukuran kuarto/ Naskah dikirimkan ke alamat : Redaksi Cermin Dunia Kedokteran, Gedung
folio, satu muka, dengan menyisakan cukup ruangan di kanan-kirinya, lebih Enseval, JI. Letjen Suprapto Kav. 4, Cempaka Putih, Jakarta 10510 P.O.
disukai bila panjangnya kira-kira 6 - 10 halaman kuarto disertai/atau dalam Box 3117 Jakarta. Tlp. (021) 4208171. E-mail : redaksiCDK@yahoo.com
bentuk disket program MS Word. Nama (para) pe-ngarang ditulis lengkap, Pengarang yang naskahnya telah disetujui untuk diterbitkan, akan diberitahu
disertai keterangan lembaga/fakultas/institut tempat bekerjanya. Tabel/ secara tertulis.
skema/grafik/ilustrasi yang melengkapi naskah dibuat sejelas-jelasnya dengan Naskah yang tidak dapat diterbitkan hanya dikembalikan bila disertai
tinta hitam agar dapat langsung direproduksi, diberi nomor sesuai dengan dengan amplop beralamat (pengarang) lengkap dengan perangko yang cukup.

Tulisan dalam majalah ini merupakan pandangan/pendapat masing-masing penulis


dan tidak selalu merupakan pandangan atau kebijakan Cermin
instansi/lembaga/bagian
Dunia Kedokteran No. 139, 2003 3
tempat kerja si penulis.
English Summary
MANAGEMENT OF PLACENTAL CD 44 EPITOPE IN EARLY STAGE GIANT MAMMARY DYSPLASIA –
ABRUPTION AND INCOMPLETE PRIMARY BREAST CANCER CASE REPORT
UTERINE RUPTURE CAUSED BY ACCI-
DENTAL TRAUMA OF ABDOMEN Azamris Azamris
Oncology Surgery Consultant,
Eddy Suparman*, Aloysius Faculty of Medicine, Andalas Oncology Surgery Consultant,
Suryawan** University/M Jamil Hospital, Padang, Faculty of Medicine, Andalas
West Sumatra, Indonesia University/M Jamil Hospital, Padang,
* Consultant, Fertility and Repro- West Sumatra, Indonesia
duction Endocrinology, Department CD 44 is an adhesion mole-
of Obstetrics and Gynecology, cule and play a role in carcino-
Faculty of Medicine, Sam Ratulangi genesis and metastases. Expres- Fibrocystic disease, preferably
University, Manado, Indonesia sion of CD 44 may be used as a termed fibrocystic disorder, is an
** Department of Obstetrics and new tool for staging and prog- ill-defined entity. Patients present
Gynecology, Faculty of Medicine, with diffuse, often bilateral breast
nosis.
Sam Ratulangi University, Manado,
This prospective study was to pain. Palpation reveals multiple
Indonesia
evaluate the expression of CD irregularities. When biopsied, the
44 in early stage human breast specimens contain “fibrocystic
A case of 28 year-old woman
cancer as prognostic indicator elements”. Most lesions are not
with placental abruption and
for axillary metastases. precursors for breast cancer. The
incomplete uterine rupture was
Invasive ductal carcinoma risk for cancer is increased only
admitted at Manado General
tissues obtained from 20 patients when there is an associated
Hospital. The symptom was
were examined both histopa- dysplasia.
vaginal bleeding since 1/2 hour
thologically and for CD 44 antigen A 33-year old female was
ago after she fell in her bathroom.
by immunohistochemical staining. admitted to Oncology-Surgery
She looked nervous, in pain and
The study was from January Department Dr. M. Djamil General
her consciousness was lowered.
1999 until July 2000. Patients were Hospital with chief complaint of
Her abdomen was very tense
from 24-64 years old. According diffuse enlargement of both
and painful. Blood parameters
to TNM staging, there were T1=2 breasts for eight months. Clinically,
were normal.
cases (10 %), T2=11 cases (55 %) the patient presents with discom-
Oxygenation and IVFD were
and T3=7 cases (34,5 % ). fort or pain associated with
done to resuscitate the baby. An
There was no significant multiple cystic lesions of the
antifibrinolytic agent and sectio
correlation between the age and breast. Palpation reveals multiple
caesarea were performed to
the concentration of CD 44. CD nodule irregularities. On biopsy,
overcome the bleeding.
44 antigen expression was the specimens contain mammary
Hysterorrhapia was done to
detected in all cases with the dysplasia. Reduction mammo-
repair the rupture.
average of 34,5 %. Concentration plasty was done to reduce the
The patient was cured and
of CD 44 in T1cases=19 %, breast tissue and to decrease
discharged with her baby a
T2=29,45 % and T3=49,57 %. pain.
week after operation.
There was significant correlation
between tumor size and CD 44 Cermin Dunia Kedokt. 2003; 139: 33-5

Cermin Dunia Kedokt. 2003; 139: 20-1 concentration in tumor tissues. Azs
es, as Patients with axillary node meta-
stases has higher CD 44 value.
Determination CD 44 in breast
cancer patient was useful for
detection of metastases to axillary
lymph nodes.
Cermin Dunia Kedokt. 2003; 139: 27-32
azs

4 Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003


Artikel
ANALSIS

Beberapa Cara Prediksi Hipertensi


dalam Kehamilan
John Rambulangi
Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Makassar

ABSTRAK

Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan salah satu penyebab morbiditas dan
mortalitas pada ibu dan janinnya. Bila kelainan ini dapat dicegah maka diharapkan
akan dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas penyakit ini. Pencegahan
tidak hanya memerlukan pengetahuan mengenai patofisiologi tetapi juga cara-cara
deteksi dini dan cara intervensi terhadap perubahan yang terjadi dalam proses penyakit
tersebut.
Gejala-gejala preeklampsia baru menjadi nyata pada usia kehamilan yang lanjut,
biasanya pada trimester ketiga, walaupun sebenarnya kelainan sudah terjadi jauh lebih
dini yakni pada usia kehamilan antara 8-18 minggu.
Tes yang ideal untuk prediksi harus sederhana, mudah dikerjakan, tidak memakan
waktu lama, sensitivitasnya tinggi, non invasif dan mempunyai nilai prediksi positif
yang tinggi.
Dalam tulisan ini dikemukakan beberapa cara prediksi preeklampsia mulai dari
cara yang sederhana sampai kepada yang memerlukan pemeriksaan yang canggih.

Kata kunci : Hipertensi dalam kehamilan, prediksi.

PENDAHULUAN kehamilan yang lanjut (trimester ketiga). Namun sebenarnya


Hingga saat ini hipertensi dalam kehamilan masih kelainan sudah terjadi jauh lebih dini yakni pada usia ke-
merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas pada hamilan antara 8 dan 18 minggu.
ibu dan janinnva. Upaya pencegahan terhadap penyakit ini Tes yang ideal untuk deteksi dini preeklampsia harus
dengan sendirinya akan menurunkan angka morbiditas dan sederhana, mudah dikerjakan, tidak memakan waktu lama, non
mortalitas tersebut. Untuk itu diperlukan bukan hanya pe- invasif, sensitivitasnya tinggi dan mempunyai nilai prediksi
ngetahuan mengenai patofsiologi tetapi juga cara-cara deteksi positif yang tinggi.
dini dan cara intervensi terhadap perubahan yang terjadi dalam
proses penyakit tersebut. CARA-CARA PREDIKSI
Perlu dibedakan antara prediksi dan deteksi dini penyakit. Lebih dari 100 jenis pemeriksaan klinik, biofisik dan
Prediksi lebih awal dari deteksi dini yakni sebelum tanda atau biokimia telah diajukan untuk mendeteksi terjadinya pre-
gejala penyakit ditemukan. Deteksi dini berusaha menemukan eklampsia. Beberapa cara prediksi yang ada dapat digolongkan
kelainan awal penyakit yang bila dibiarkan akan berlanjut, sebagai berikut :
namun batas antara prediksi dan deteksi dini kadang-kadang 1. Pemeriksaan baku pada perawatan antenatal
tidak jelas. 2. Pemeriksaan sistem vaskuler
Gejala-gejala preeklampsia baru menjadi nyata pada usia 3. Pemeriksaan biokimia

Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003 5


4. Pemeriksaan hematologi Tes ini dikerjakan pada kehamilan 28-32 minggu, dengan
5. Ultrasonografi memberikan Angiotensin II per infus >8 ng/kgbb/menit meng-
1. Pemeriksaan baku pada perawatan antenatal hasilkan respons tekanan darah 20 mmHg, tetap normotensi
a. Tekanan darah selama kehamilan, sedangkan yang mengdapat < 8 ng/
Gambaran klinik yang khas pada hipertensi dalam kgbb/menit dan terjadi kenaikan tekanan diastolik 20 mmHg,
kehamilan (HDK) yaitu ditemukannya kenaikan tekanan darah 90% akan terjadi HDK. Namun tes ini mahal, rumit dan
yang tinggi. Perbedaan kenaikan tekanan darah mempunyai memakan waktu sehingga tidak praktis dipakai sebagai tes
arti klinis yang lebih penting dibandingkan dengan nilai penapisan.
absolut tekanan darah yang tinggi. Demikian pula kenaikan c. Tes latihan isometrik (Isometric exercise test)
tekanan diastolik mempunyai arti prognostik yang lebih ber- Tes ini mempunyai sensitivitas dan spesifitas cukup
makna dari pada perubahan sistolik. tinggi. Degani dkk berpendapat bahwa tekanan darah diastol
Pengukuran tekanan darah sebaiknya menggunakan tensi- yang berespons terhadap tes hand grip ini menggambarkan
meter air raksa, dengan penderita posisi duduk. Pengukuran reaktifitas vaskuler pada wanita hamil. Jadi dapat digunakan
dilakukan setelah penderita beristirahat sedikitnya 10 menit untuk deteksi hiperaktivitas vaskuler dan untuk prediksi pre-
dan diulang sedikitnya 2 kali pemeriksaan. Dinyatakan hiper- eklampsia.
tensi bila: Tes dilakukan dengan cara penderita baring kesisi lateral
a. Terdapat kenaikan tekanan sistolik > 30 mmHg atau kiri, ukur tekanan darah, kemudian penderita memijit bola
tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih. karet tensimeter yang dipasang pada lengan lain, sampai kon-
b. Bila didapatkan kenaikan tekanan diastolik > 15 mmHg traksi maksimal untuk 30 detik dalam waktu 3 menit. Tes
atau tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih. dikatakan positif bila terdapat kenaikan tekanan diastolik lebih
Mayoritas ibu hamil akan tetap normotensif selama dari 20 mmHg.
kehamilan bila tekanan darah diastolik < 75 mmHg sebelum
kehamilan 20 minggu. Penelitian yang dilakukan oleh 3. Pemeriksaan Biokimia
Sahetapy di Makassar pada tahun 1994 tidak mendapatkan Pada penderita preeklampsia konsentrasi dari sejumlah zat
hubungan yang bermakna antara nilai validitas tekanan darah yang terdapat dalam darah dan urin termasuk hormon-hormon
diastol dengan prevalensi hipertensi dalam kehamilan. mengalami perubahan-perubahan. Beberapa dari perubahan-
b. Kenaikan berat badan. perubahan ini mempunyai nilai prediksi untuk diagnosis dini.
Seringkali gejala pertama yang mencurigakan adanya a. Kadar asam urat
HDK ialah terjadi kenaikan berat badan yang melonjak tinggi Pada HDK terjadi perubahan sistim hemodinamik seperti
dan dalam waktu singkat. Kenaikan berat badan 0,5 kg setiap penurunan volume darah, peningkatan hematokrit dan
minggu dianggap masih dalam batas wajar, tetapi bila kenaik- viskositas darah. Akibat dari perubahan-perubahan tersebut
an berat badan mencapai 1 kg perminggu atau 3 kg perbulan akan terjadi perubahan fungsi ginjal, aliran darah ginjal
maka harus diwaspadai kemungkinan timbulnya HDK. Ciri menurun, kecepatan filtrasi glomerulus menurun yang meng-
khas kenaikan berat badan penderita HDK ialah kenaikan yang akibatkan menurunnya klirens asam urat dan akhirnya terjadi
berlebihan dalam waktu singkat, bukan kenaikan berat badan peningkatan kadar asam urat serum. Rata-rata kadar asam urat
yang merata sepanjang kehamilan, karena berat badan yang mulai meningkat 6 minggu sebelum preeklampsia menjadi
berlebihan tersebut merupakan refleksi dari pada edema. berat.
Konsentrasi asam urat > 350 umol/l merupakan pertanda
2. Pemeriksaan sistim vaskuler suatu preeklampsia berat dan berhubungan dengan angka ke-
a. Tes tidur miring (TTM) matian perinatal yang tinggi khususnya pada umur kehamilan
Tes ini dikenal dengar nama Roll-over test pertama kali 28-36 minggu. Pada penderita yang sudah terbukti pre-
diperkenalkan oleh Gant dan dilakukan pada usia kehamilan eklampsia maka kadar asam urat serum menggambarkan
28-32 minggu. Pasien berbaring dalam sikap miring ke kiri, beratnya proses penyakit.
kemudian tekanan darah diukur, dicatat dan diulangi sampai b. Kadar kalsium
tekanan darah tidak berubah. Kemudian penderita tidur ter- Beberapa peneliti melaporkan adanya hipokalsiuria dan
lentang kemudian diukur dan dicatat kembali tekanan darah- perubahan fungsi ginjal pada pasien preeklampsia. Perubahan-
nya. Tes dianggap positif bila selisih tekanan darah diastolik perubahan tersebut terjadi beberapa waktu sebelum munculnya
antara posisi baring ke kiri dan terlentang menunjukkan 20 tanda-tanda klinis. Hal ini terlihat dari perubahan hasil tes
mmHg atau lebih. Tes ini mempunyai sensitivitas 88%, fungsi ginjal.
spesifitas 95%, nilai prediksi positif 93% dan nilai prediksi Rondriquez mendapatkan bahwa pada umur kehamilan
negatif 91%. 24-34 minggu bila didapatkan mikroalbumniuria dan hipok-
b. Infus Angiotensin II lasiuria ini dideteksi dengan pemeriksaan tera radioimuno-
Abdul Karim dan Assali pada tahun 1960 melaporkan logik.
bahwa infus Angiotensin II menyebabkan sedikit kenaikan c. Kadar human chorionic gonadotrophin (hCG)
tekanan darah pada wanita hamil dibandingkan dengan yang Beberapa peneliti melaporkan bahwa kadar -hCG me-
tidak hamil. Wanita hamil yang normotensi relatif refrakter ningkat pada penderita preeklampsia. Sorensen dkk melapor-
terhadap infus Angiotensin. kan bahwa wanita hamil trimester 11 dengan kadar hCG > 2

6 Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003


kali nilai rata-rata mempunyai risiko relatif 1,7 kali lebih besar nya berkonsentrasi pada permukaan pembuluh darah. Fibro-
untuk mengalami preeklampsia dibandingkan dengan wanita nectin akan dilepaskan ke dalam sirkulasi bila terjadi kerusak-
yang mempunyai kadar -hCG < 2 kali nilai rata-rata. Terakhir an endotel pembuluh darah. Keadaan ini memperkuat hipotesis
Miller dkk melaporkan bahwa peningkatan kadar -hCG pada bahwa kerusakan pembuluh darah merupakan dasar poto-
kehamilan 15-20 minggu memprediksi timbulnya pre- genesis terjadinya HDK. Bellenger melaporkan peningkatan
eklampsia terutama preeklampsia berat. Namun hingga saat ini kadar fibronectin sebagai tanda awal preeklampsia pada 31
pemeriksaan kadar preeklampsia masih terbatas. dari 32 wanita dengan usia kehamilan antara 25-36 minggu.
Kadar fibronectin meningkat antara 3,6 – 1,9 minggu lebih
4. Pemeriksaan Hematologi awal dari kenaikan tekanan darah atau proteinuria.
a. Volume plasma
Pada keadaan HDK terjadinya penurunan volume plasma 5. Ultrasonografi
sesuai dengan beratnya penyakit Chesley (dikutip oleh Dalam 2 dekade terakhir ultrasonografi semakin banyak
pengemanan) menyatakan terjadi penurunan volume plasma dipakai alat penunjang diagnostik dalam bidang obstetri.
sebesar 30%-40% dari nilai normal, bahkan ada beberapa Bahkan dengan perkembangan teknik Doppler dapat dilakukan
peneliti yang melaporkan terjadinya penurunan volume plasma pengukuran gelombang kecepatan aliran darah dan volume
jauh sebelum munculnya manifestasi klinik HDK. aliran darah pada pembuluh darah besar seperti arteri uterina
Volume plasma diukur dengan cara : penderita tidur posisi dan arteri umbilikalis. Pada penderita HDK sering disertai
miring ke kiri selama 30 menit, diambil 10 cc darah kemudian dengan kelainan gelombang arteri umbilikalis, dimana dapat
tambahkan dengan 3 ml Evans dye blue selanjutnya dicampur terlihat gelombang diastolis yang rendah, hilang atau terbalik.
dengan 10 ml NaCL. Setiap 10 menit diambil darah untuk 3 Steel dkk meneliti dengan memakai teknik Doppler wanita
sampel kemudian disentrifus untuk memisahkan serum. hamil pada usia kehamilan antara 16-22 minggu mendapatkan
Sampel darah kemudian dibandingkan dengan serum kontrol perbedaan yang bermakna dalam frekuensi preeklampsia an-
yang mempunyai ukuran 620 nm, dengan mempergunakan tara wanita hamil dengan gambaran doppler yang abnormal
spektofotometer Beckman Acta C III. Hasil yang didapat dibandingkan dengan yang normal.
dimasukkan ke dalam rumus: Ducey dkk dalam penelitian terhadap 136 wanita hamil
mendapatkan 43% penderita preeklampsia mempunyai gam-
Dye injected (ug) baran SD ratio yang abnormal, dan mendapatkan adanya pe-
Volume Plasma ( ml) = -------------------------------- nurunan aliran darah arteri uterina dan arteri umbilikalis pada
Konsentrasi dye ( ug/ml ) mayoritas penderita preeklampsia. Nilai prediktif positif pada
penelitian ini sekitar 75%.
b. Kadar hemoglobin dan hematokrit Pada penelitian lain, Kofinas dkk memperlihatkan bahwa
Pengurangan volume plasma pada preeklampsia tampak insidens preeklampsia pada plasenta letak unilateral 2,8 kali
pada kenaikan kadar hemoglobin dan hematokrit. Murphy dkk lebih besar dari pada pasien dengan plasenta letak sentral.
menunjukkan bahwa pada wanita hamil terdapat korelasi yang Penentuan letak plasenta ini dilakukan dengan pemeriksaan
tinggi antara terjadinya preeklampsia dan kadar Hb. Mereka USG real time. Dikatakan bahwa bila plasenta terletak uni-
mendapatkan pada primigravida frekuensi terjadinya HDK 7% lateral maka arteri uterina yang terdekat dengan plasenta
bila kadar Hb < 10.5 gr% sampai 42% bila kadar Hb > 14.5% mempunyai tahanan yang lebih rendah dibandingkan dengan
gr%. Gerstner (dikutip oleh pengemanan) menyatakan adanya yang lainnya, sedang pada plasenta letak sentral tahanan kedua
hubungan langsung antara nilai Ht dengan indeks gestosis. arteri tersebut sama besarnya.
Indeks gestosis > 7 selalu disertai Ht > 37%, dan dikatakan ada Pada tahanan yang lebih besar tersebut dapat menurunkan
korelasi antara hematokrit dan progesivitas penyakit. aliran darah uteroplasenter yang merupakan salah satu kelain-
c. Kadar trombosit dan fibronectin an dasar pada preeklampsia. Terjadinya hipertensi dalam
Redman (dikutip oleh pengemanan) menyatakan bahwa kehamilan merupakan salah satu mekanisme kompensasi untuk
HDK didahului oleh menurunnya trombosit sebelum tekanan meningkatkan aliran darah uterus yang disebabkan oleh
darah meningkat, dan trombositopeni merupakan tanda awal iskemia.
HDK. Dikatakan trombositopenia bila kadar trombosit < Ultrasonografi dapat digunakan sebagai alat untuk pe-
150.000/mm3. Bukti adanya kelainan proses koagulasi dan meriksaan wanita hamil dengan risiko tinggi sebab cara ini
aktivasi platelet pertama kali didapatkan pada tahun 1893 aman, mudah dilakukan, tidak invasif dan dapat dilakukan
dengan ditemukannya deposit fibrin dan trombosit pada pada kehamilan muda.
pembuluh darah berbagai organ tubuh wanita yang meninggal
karena eklampsia. Kelainan hemostatik yang paling sering KESIMPULAN
ditemukan pada penderita preeklampsia adalah kenaikan kadar Telah dibahas mengenai beberapa cara pemeriksaan yang
faktor VIII dan penurunan kadar anti trombin III. dapat dipakai untuk prediksi hipertensi dalam kehamilan.
Pada penderita HDK didapatkan peningkatan kadar fibro- Tidak semua cara tersebut dapat dilakukan sebab berkaitan
nectin. Fibronectin merupakan glikoprotein pada permukaan dengan biaya, tersedianya alat dan bahan serta tenaga yang
sel dengan berat molekul 450.000, disentesis oleh endotel dan terlatih.
histiosit. Kadar normalnya dalam darah 250-420 ug/ml, biasa- Tes tidur miring (roll over test) merupakan salah satu cara

Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003 7


prediksi yang sederhana, tidak membutuhkan biaya yang 8. Rondriquez MH, Damon I, Masaki et al. Calcium/creatinine ratio and
microalbuminuria in the prediction of preeclampsia. Am J Obstet
tinggi, dapat dilakukan oleh tenaga medis/paramedis, dan tidak Gynecol 1988 ; 159 : 1452-5.
membutuhkan alat yang canggih. Maka dapat dipertimbangkan 9. Sorensen TK, Williams MA, Zingheim RW et al. Elevated second
penggunaan tes ini sebagai salah satu cara prediksi hipertensi trimester human chorionic gonadotropin and subsequent pregnancy -
dalam kehamilan pada pusat pelayanan kesehatan di perifer. induced hypertension. Am J Obstet Gynecol 1993; 169 : 834-38.
10. Miller HS, Melendez TD, Wein R et al. Preeclampsia is predicted by
elevated second trimester human chorionic gonadotropin value. In 15th
KEPUSTAKAAN
Annual meeting Society of Perinatal Obstetricians Atlanta- Georgia,
January 23-28, 1995.
1. Handaya. Cara-cara prediksi preeklampsia pada perawatan antenatal
11. Murphy JF, O’Riordan J, Newcombe RG et al. Relation of haemoglobin
dibawakan dalam PTP IX POGI, Surabaya 1995. Bagian Obstetri dan
levels in first and second trimester to outcome pregnancy. Lancet 1986; 1
Ginekologi FKUI/RSCM.
: 1992-4.
2. Subai BM. Current proplems in obstetrics, ginecology and fertility, 1990;
12. Balleger V, Spitz B, Kieckens L et al. Predictive value of increased
vol XIII (I) : 20-1.
plasmalevels of fibronectin in gestational hypertention. Am J Obstet
3. Dekker GA, Subai BM. Early detection of preeclampsia. Am J Obstet
Gynecol, 1989 ; 161 (2): 432-36.
Gynecol 1991 ; 165 : 160-72.
13. Mose JC. Peranan doppler ultrasound pada kehamilan risiko tinggi.
4. Pengemanan WT. Diagnosis dini dan prediksi hipertensi dalam
Dalam kumpulan Kuliah Ultrasonografi Obstetri & Ginekologi.
kehamilan (HDK). Makalah Simposium Hipertensi Dalam Kehamilan.
Bagian/SMF obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UNPAD,
PTP VII POGI, Surakarta, 1991.
Bandung: 59-66.
5. Cunningham F, MacDonald PC, Gant NF. Clinicals aspects of
14. Steel SA, Pearce JM, McParland P, Chamberlain GVP. Early ultrasound
preeclampsia. In Williams obstectrics th ed. Conneticut; Appleton &
screening in prediction of hypertensive disorders of pregancy. Lancet
Lange; 1989 : 671-72.
1990 ; 335 : 1548-51.
6. Sahetapy RR. Hubungan antara nilai tekanan darah diastolis pada umur
15. Ducey J Velocity waveforms in hypertesive disease. In Clinical
kehamilan 20-24 minggu dengan prevalensi hipertensi dalam kehamilan,
obstetrics and gynecology. 1989 ; 32 (4) : 679-86.
persalinan dan nifa. Tesis pada program pendidikan dokter spesialis
16. Kofinas AD, Penry M, Swain M. Effect of placental laterality on uterine
Makassar; 1994.
artery resistance and development of preeclampsia and intrauterine
7. Redman CWG, Williams GF, Jones DD et al. Plasma orate and serum
growth retardation. Am J Obstet Gynecol 1989 ; 161 : 1536-9.
deoxycytidylate deaminase measurements for the early diagnosis of
preeclampsia. Br J Obstet Gynecol 1977 ; 84 : 904-8.

8 Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003


LAPORAN KASUS

Balon Mitral Valvotomi (BMV)


pada Kehamilan
William Sanjaya*, Jetty RH Sedyawan*, T. Dewi Anggraeni**
*Bagian Kardiologi, **Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

PENDAHULUAN reumatik sebelumnya disangkal. Riwayat sesak napas pada ke-


Kehamilan normal berkaitan dengan keadaan sirkulasi hamilan sebelumnya disangkal.
hiperdinamik yang meliputi peningkatan volume darah, denyut Tanda-tanda vital saat masuk rumah sakit : TD 120/80
jantung dan isi sekuncup, dan penurunan tahanan vaskuler mmHg, FN 180 kali/menit, tak teratur,isi defisit, FP 30 kali/
sistemik yang menghasilkan peningkatan 40% curah jantung.1-4 menit, dan afebris.Distensi vena jugularis (+).Paru-paru : sonor,
Stenosis mitral yang berat dapat mengganggu kemampuan bronkovesikuler, ronki basal halus +/+, mengi -/-. Jantung : S1
wanita hamil dalam menghadapi perubahan hemodinamik. dan P2 mengeras, murmur sulit dinilai, opening snap (-).
Selain itu peningkatan volume darah dan takikardia mengubah Abdomen: Hepatomegali 2 jari di bawah lengkung iga, kenyal.
pengosongan atrium kiri dan meningkatkan tekanan veno- Ekstremitas: akral hangat, edema -/-. Elektrokardiogram me-
kapiler paru secara bermakna. Penurunan curah jantung akibat nunjukkan fibrilasi atrium dengan respon ventrikel yang cepat,
penyempitan orifisium katup mitral menyebabkan komplikasi deviasi aksis ke kanan, dan kontraksi ventrikel prematur. Foto
yang mengancam jiwa berupa edema paru peripartum.1,5-7 sinar dada dengan kondisi dan inspirasi cukup, dan asimetris
Konsensus Brazilia II mengenai Penyakit Jantung dan menunjukkan kardiomegali kanan dengan edema paru. Eko-
Kehamilan menetapkan faktor-faktor risiko komplikasi wanita kardiogram menunjukkan pembesaran ventrikel kanan dan
hamil dengan stenosis mitral berupa/meliputi perburukan kelas atrium kiri, fraksi ejeksi 40%, stenosis mitral berat dengan area
fungsional (KF), fibrilasi atrium, kekerapan ekstrasistol supra- 0,5 cm2 dan skor Massachusetts General Hospital (MGH) =
ventrikel, pengisian atrium kanan yang berlebihan dan diameter 10, regurgitasi trikuspid ringan, dan trombus di appendiks
atrium kiri > 45mm. Konsensus juga menentukan bahwa area atrium kiri.
katup mitral < 1,5 cm2 berkaitan dengan kematian ibu yang Pemeriksaan laboratorium rutin pada saat masuk:
tinggi tetapi hubungan dengan data klinis yang lain sangat Hb 11,6 g/dl Leukosit 8.500/ul Ureum 23 mg/dl
mutlak diperlukan.8 Ht 34 vol% Trombosit 243.000/ul Kreatinin 0,5 mg/dl
Penatalaksanaan umum meliputi pembatasan aktifitas, GDS 85 mg/dl Natrium 140 mEk/l Kalium 4,0 mEk/l
pembatasan garam, profilaksis antibiotik, dan penggunaan Pemeriksaan analisa gas darah pada saat masuk:
penghambat beta, digoksin, dan diuretik. Terapi alternatif harus pH 7,4 pO2 57 mmHg Defisit basa -7,9 mEk/l
dipertimbangkan bila pasien tidak responsif secara memuaskan pCO2 26 mmHg HCO3- 16,1 mEk/l Saturasi 89%
hanya dengan obat-obatan. Balon mitral valvotomi (BMV) per- Pasien didiagnosis sebagai edema paru akut akibat
kutan dapat memperbaiki stenosis mitral pada wanita hamil stenosis mitral berat dengan fibrilasi atrium dengan respon
dengan kesuksesan mendekati 100%. Meskipun demikian perlu ventrikel yang cepat dan ditatalaksana dengan non rebreathing
diperhatikan risiko paparan radiasi pada janin selama mask 10 liter/menit, digitalisasi cepat, furosemid 2 ampul, dan
prosedur.5 spironolakton 25 mg, lalu dirawat di unit perawatan yang lebih
tinggi (HCU) dan dipasang kateter vena sentral.
LAPORAN KASUS Pada perawatan hari ke dua tekanan darah pasien 80/60
Pasien, Ny. M, 37 tahun, G5P4A0 hamil 20 minggu mmHg (low output syndrome) lalu diberi inotropik dopamin 5
dirujuk dengan masalah sesak napas dan berdebar-debar 2 hari ug/kgBB/menit dan dobutamin 10 ug/kgBB/menit, tetapi masih
sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh cepat lelah, menunjukkan fibrilasi atrium dengan laju 150 kali/menit.
tidur dengan bantal tinggi (ortopneu), terbangun malam karena Pada perawatan hari ketiga pasien dirujuk ke PJNHK
sesak (paroxysmal nocturnal dyspnea), batuk tanpa dahak dan untuk dilakukan BMV dengan waktu prosedur 9,6 menit,
darah. Riwayat demam, sakit sendi, gerakan tak terkoordinasi, dengan hasil penurunan tekanan di atrium kiri dari 17 sampai
kemerahan, benjolan pada kulit, dan riwayat penyakit jantung dengan 13 mmHg, dan peningkatan area katup mitral dari 0,5

Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003 9


sampai dengan 1,55 cm2. Kehamilan dipertimbangkan untuk TINJAUAN KEPUSTAKAAN
diperahankan bilamana tidak ada komplikasi dan BMV berhasil Stenosis mitral adalah sebuah hambatan aliran darah ke
baik. Pasca BMV pasien diberikan antikoagulansia dengan ventrikel kiri pada tingkat katup mitral akibat kelainan struktur
heparin subkutan 2 X 7500 unit. aparatus katup mitral, yang mencegah pembukaan pada saat
Pada perawatan hari ke empat ketuban pasien pecah, lalu diastolik. Penyebab tersering adalah karditis reumatik. Stenosis
dilakukan painless labour. Antikoagulansia heparin subkutan mitral terisolasi terjadi pada 40% dari semua pasien dengan
dilanjutkan dengan warfarin 1 X 1 tablet. Secara keseluruhan penyakit jantung reumatik dan riwayat demam reumatik dapat
pasien dirawat selama 10 hari di RSUPNCM dengan terapi ditemukan pada ± 60% pasien.9
pada waktu pulang: siprofloksasin 2X500 mg, furosemid 1X1 Area katup mitral yang normal adalah 4,0-5,0 cm2. Gejala
tablet, digoksin 1X1 tablet, spironolakton 1X50 mg, warfarin timbul jika area katup menyempit sampai < 2,5 cm2. Ber-
1X1 tablet, OBH 3X1 sendok, Becom C 1X1 tablet. kurangnya area katup oleh proses reumatik, menyebabkan
darah dapat mengalir dari atrium kiri ke ventrikel kiri hanya
14
13 oleh dorongan gradien tekanan. Gradien transmitral diastolik
12 12 ini merupakan dasar terjadinya gejala klinis stenosis mitral dan
Tekanan vena sentral

11 11
10 9.5 9.5 9.5 9.5 menghasilkan peningkatan tekanan di atrium kiri yang di-
9
8 kembalikan lagi ke sirkulasi vena dan kapiler paru yang
6 menyebabkan edema paru akibat tekanan di vena paru yang
melebihi tekanan onkotik plasma. Arterola paru bereaksi
4
dengan vasokonstriksi, hiperplasia intima, dan hipertrofi medial
2 menyebabkan terjadinya hipertensi arteri paru (Gambar 2).8,10
0 Edema paru dapat tejadi secara bertahap dan dimulai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 dengan ortopnea, dan paroxysmal nocturnal dyspnea pada
Hari perawatan pasien dengan stenosis mitral yang ketat. Edema paru men-
Gambar 1. Tekanan vena sentral selama perawatan

Stenosis Mitral (area) Pemendekan diastolik,


kehilangan sinkroni AV
(fibrilasi atrium, blok),
 aliran vena paru
 gradien katup mitral (beban volume)

 Tekanan atrium kiri  Tekanan akhir


diastolik ventrikel kiri

Pembesaran atrium kiri  Tekanan vena paru

Aritmia atrium Edema paru

Hipertensi arteri paru

Pembesaran ventrikel
kanan

GEJALA

Gambar 2. Patofisiologi stenosis mitral

10 Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003


Dikutip dari (10)
Area < 1 cm2
dadak dapat terjadi pada pasien stenosis mitral yang tidak kritis (berat)
(area katup >1,4cm2) jika terdapat keadaan yang dapat me-
ningkatkan aliran katup mitral yang mendadak, yang meliputi:
1. Fibrilasi atrium dengan respon ventrikel yang cepat yang Tanpa gejala
meningkatkan aliran katup mitral dengan pemendekan waktu
diastolik per denyutan.
2. Keadaan lain yang meningkatkan curah jantung (seperti
tirotoksikosis, pneumonia dan pembedahan terutama dengan Dapat dilakukan
komplikasi kelebihan beban cairan, takikardia, dan demam) BMV?
dapat meningkatkan aliran katup mitral, menyebabkan tekanan
baji paru mencapai tingkat edema paru.
3. Kehamilan merupakan salah satu pencetus edema paru Ya Tidak
pada pasien stenosis mitral yang tidak kritis. Kehamilan
meningkatkan aliran katup mitral dengan meningkatkan curah
jantung, denyut jantung, dan tekanan vena sentral. Efek-efek BMV (+) Pemantauan setiap
ini maksimal pada kehamilan 25-27 minggu.11 6 bulan
Diagnosis stenosis mitral dapat dibuat berdasarkan riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik, foto sinar dada, dan elektro-
kardiografi. Beberapa pasien dapat tanpa gejala tetapi sudah
mempunyai kelainan pada pemeriksaan fisik, dengan gejala
cepat lelah, sesak nafas, edema paru, fibrilasi atrium, dan Area < 1 cm2 (berat)
kejadian emboli.
Strategi umum tatalaksana pasien dengan stenosis mitral
dapat dilihat pada Gambar 3. Gejala klinis dengan KF II-IV
Error!
Stenosis Mitral

BMV (+) Reparasi (+) BMV/Resparasi (-)

Ekokardiografi
KF II KF III-IV

Area > 2 cm2 Area 1,5-2cm2 Area <1,5 (Sedang- Pemantauan Ganti
(sangat ringan) (Ringan) berat) setiap 6 katup

Terapi Terapi Gambar 3. Alur tatalaksana pasien dengan stenosis mitral


medikamentosa medikamentosa Dikutip dari (10)

Pemantauan setiap 5 Pemantauan setiap 3 Wanita hamil dengan riwayat demam reumatik akut dan
tahun tahun karditis harus mendapatkan profilaksis penisilin sma seperti
pada keadaan tidak hamil. Pasien dengan stenosis ringan
sampai sedang diberi diuretik dan penghambat beta. Diuretik
diberikan untuk mengurangi kelebihan kongesti paru dan
Area 1-1,3 cm2 (sedang) sistemik, tetapi harus diperhatikan bahwa deplesi volume yang
berlebihan dapat menyebabkan hipoperfusi uteroplasenta.
Sedangkan penghambat beta diindikasikan untuk mencegah
dan mengobati takikardia untuk mengoptimalkan pengisian
Tanpa gejala Dengan gejala diastolik.9
Kelompok pasien stenosis berat dengan KF III-IV selama
kehamilan harus menjalani BMV perkutan.9 Pengembangan
Terapi medikamentosa Ikuti jalur dengan gejala balon secara mekanis akan memisahkan fusi komisura katup;
pada area < 1 cm2 prosedur ini digunakan secara luas, dilakukan dengan anestesi
lokal dengan keberhasilan yang nyata.11
Teknik BMV pertama kali dideskripsikan oleh Inoue dkk
Pemantauan setiap tahun

Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003 11


pada tahun 1984 dengan menggunakan kateter balon yang KEPUSTAKAAN
menghasilkan keuntungan hemodinamik dan perbaikan
1. Elkayam, U. Pregnancy and cardiovascular disease. Dalam: Braunwald E.
gejala.11 Sedangkan keberhasilan BMV dengan teknik balon Heart Disease. A Textbook of Cardiovascular Medicine. 5 edition.
ganda pada wanita hamil dengan stenosis mitral juga sudah Philadelphia:WB Saunders 1997; 1843-64.
dilaporkan oleh banyak ahli seperti Palacios dkk13, Safian 2. Metcalfe J, Ueland K. Maternal cardiovascular adjustments to pregnancy.
dkk14, Mangione dkk15, Smith dkk16, dan Patel dkk17. Prog Cardiovasc Dis 1974; 16: 363-74.
3. Katz R, Karliner JS, Resnik R. Effects of a natural volume overload state
Paparan ion radiasi selama prosedur intervensi kardiologi (pregnancy) on left ventricular performance in normal human subjects.
selalu mendapat perhatian yang besar. Masalah ini terutama Circulation 1978; 58: 434-41.
sangat peka pada wanita hamil karena risiko potensial 4. Rubler S, Damani PM, Pinto ER. Cardiac size and performance during
teratogenik. Paparan janin terhadap ion radiasi mempunyai efek pregnancy estimated with echocardiography. Am J Cardiol 1977; 40:
534-8.
dengan berbeda sesuai dengan usia gestasi pada saat paparan. 5. Lee CH, Chow WH, Kwok OH. Percutaneous balloon mitral
Efek yang berbahaya meliputi retardasi mental berat, mal- valvuloplasty during pregnancy: long term follow-up of infant growth and
formasi organ, dan keganasan terutama leukemia.5 development. HKMJ 2001; 7: 85-8.
Beberapa tindakan dianjurkan pada wanita hamil untuk 6. Szekely P, Turner R, Snaith L. Pregnancy and the changing pattern of
rheumatic heart disease.Br Heart J 1973; 35: 1293-303.
mengurangi paparan radiasi meliputi perlindungan abdomen 7. Sugishita Y, Ito I, Ozeki K, Ohta C, Kubo T. Intracardiac pressures in
dan pelvis dengan apron timbal, menghindari ventrikulografi pregnant patients with mitral stenosis. Jpn Heart J 1981; 22: 885-94.
kiri, membatasi tindakan hanya pada kelompok usia gestasi ≥ 8. Barbosa PJB, Lopes AA, Feitosa GS, de Almeida BV, da Silva BM, Brito
20 minggu (saat organogenesis sudah lengkap) dan meng- JC, et al. Prognostic factors of rheumatic mitral stenosis during pregnancy
and puerpurium. Arg Bras Cardiol 2000; 75: 220-4.
gunakan ekokardiografi transtorakal atau transesofageal untuk 9. Carebello B, De Leon AC, Edmunds LH, Fedderly BJ, Freed MD,
menuntun pungsi transeptal. Meskipun demikian, efek yang Gaasch WH, et al. ACC/AHA Guidelines for the Management of patients
tidak dikehendaki pada janin tetap besar dan tetap menjadi with valvular heart disease. J Am Coll Cardiol 1998; 32: 1486-588.
perhatian utama pada wanita hamil.5 10. Rahimtoola S, Durairaj A, Mehra A, Nuno I. Clinical Evaluation and
management of patients with mitral stenosis. Circulation 2002; 106:
Griem dkk tidak menemukan perbedaan insidensi kanker 1183-8.
dengan kelompok kontrol pada pemantauan selama 20 tahun 11. Dalen JE, Fenster PE. Mitral Stenosis. Di dalam: Alpert JS, Dalen JE,
pada 1000 wanita hamil dengan usia gestasi sama yang Rahimtoola S. Valvular Heart Disease. 3rd ed.Philadephia, Tokyo:
menjalani radioplevimetri dengan dosis 15-30 mSv.18 Meski- Lippincott Williams & Wilkins. 2000; 75-112.
12. Inoue K, Owaki T, Nakamura T, Kitamura F, Miyamoto N. Clinical
pun demikian Wagner dkk menganjurkan paparan radiasi yang application of transvenous mitral commissurotomy by a new balloon
diperkenankan pada wanita hamil ≤ 5 mSv.19 cathether. J Thorac Cardiovasc Surg 1984; 87:394-402.
13. Palacios IF, Block PC, William GT, Rediker DE, Daggett WM. Per-
cutaneous mitral balloon valvotomy during pregnancy in patient with
severe mitral stenosis. Cathet Cardiovasc Diagn 1988; 15:109-11.
RINGKASAN 14. Safian RD, Berman AD, Sachs B, Diver DJ, Come PC, Baim DS, et al.
Seorang wanita hamil 20 minggu dirujuk dengan masalah Percutaneous balloon mitral valvuloplasty in a pregnant woman with
edema paru akut karena stenosis mitral berat dan fibrilasi mitral stenosis. Cathet Cardiovasc Diagn 1988; 15: 103-8.
atrium dengan respon ventrikel yang cepat. Selama perawatan 15. Mangione JA, Zuliani MF, Del Castillo JM, Nogueira EA, Arie S.
Percutaneous double balloon mitral valvuloplasty in pregnant women.Am
hari-hari pertama terjadi perburukan hemodinamik akibat low J Cardiol 1989; 64:99-102.
output syndrome, sehingga harus menjalani BMV. BMV di- 16. Smith R, Brender D, Mc Credie M. Percutaneous transluminal dilatation
lakukan perkutan dengan perlindungan apron tembaga abdo- of the mitral valve in pregnancy. Br Heart J 1989; 61: 551-3.
men dan pelvis, dengan penghematan waktu prosedur 9,6 17. Patel JJ, Mitha AS, Hassen F, Patel N, Naidu R, Chetty S, et al.
Percutaneous balloon mitral valvotomy in pregnant patients with tight
menit, dan berhasil baik, sehingga kehamilan dipertimbangkan pliable mitral stenosis. Am Heart J 1993; 125: 1106-9.
layak untuk dipertahankan. Setelah tindakan BMV terjadi 18. Griem ML, Meier P, Dobben GD. Analysis of the morbidity and
perbaikan segera klinis dan hemodinamik, namun kehamilan mortality of children irradiated in fetal life. Radiology 1967; 88:347-9.
tidak dapat dipertahankan karena ketuban pecah, dan dilakukan 19. Wagner LK, Hayman LA. Pregnancy and women radiologist. Radiology
1982; 145: 559-62.
abortus medisinalis.

Blame
is the

12 Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003


HASIL PENELITIAN

Insiden Preeklampsia – Eklampsia


di Rumah Sakit Umum Tarakan
Kalimantan Timur - tahun 2000
I Putu Sudinaya
Bagian Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Tarakan, Kalimantan Timur

ABSTRAK

Dari 1431 persalinan selama periode 1 Januari - 31 Desember 2000 terdapat 74


kasus preeklampsia - eklampsia (5,1%) di RSU Tarakan, preeklampsia 61 kasus (4,2%)
dan eklampsia 13 kasus (0,9%).
Kasus preeklampsia - eklampsia terutama dijumpai pada usia 20-24 tahun dan
primigravida .
Terdapat 7 kematian maternal pada kasus preeklampsia - eklampsia (9,4%).

PENDAHULUAN Etiologi pasti preeklampsia/eklampsia masih belum di-


1. Latar Belakang ketahui. Beberapa teori antara lain memperkirakan faktor-
Seperti diketahui, angka kematian ibu melahirkan masih faktor:(4)
tinggi. Salah satu penyebab utama kematian maternal adalah - Prostasiklin dan tromboksan
preeklampsia - eklampsia. - Imunologis
Preeklampsia - eklampsia merupakan penyakit hipertensi - Genetik/familial
yang disebabkan oleh kehamilan, yang ditandai dengan hiper- - Renin Angiotensin - Aldosteron System (RAAS).
tensi, edema dan proteinuri masif setelah minggu ke 20 dan Kriteria diagnosis preeklampsia ringan :
jika disertai kejang disebut eklampsia. 1. Hipertensi antara 140mmHg/90mmHg atau
Diagnosis dini dan penanganan yang adekuat dapat men- kenaikan sis-tolik dan diastolik 30 mmHg/15mmHg.
cegah kematian ibu akibat preeklampsia - eklampsia. 2. Edema tungkai, lengan atau wajah, atau kenaikan
berat badan 1 kg/ minggu.
2. Rumusan Masalah 3. Proteinuri 0,3 g/24 jam atau plus 1-2.
a. Kejadian preeklampsia - eklampsia pada 4. Oliguri.
kelompok umur tertentu. Kriteria diagnosis preeklampsia berat(3).
b. Penyebab kematian ibu preeklampsia - eklampsia. Apabila pada kehamilan lebih 20 minggu didapatkan satu atau
lebih tanda berikut: .
3. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan darah > 160/110 mmHg diukur dalam keadaan
Preeklampsia - eklampsia merupakan kesatuan penyakit relaks (minimal setelah istirahat 10 menit) dan tidak dalam
yang masih merupakan sebab utama kematian ibu dan sebab keadaan his.
kematian perinatal yang tinggi di Indonesia sehingga diagnosis 2. Proteinuri > 5g/24 jam atau +4 pada pemeriksaan
dini preeklampsia yang merupakan pendahuluan eklampsia kualitatif.
serta penatalaksanaannya harus diperhatikan dengan seksama(²). 3. Oliguri : urine <500 ml/24 jam disertai kenaikan kreatinin
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin men- plasma
cari tanda preeklampsia yaitu hipertensi, edema dan proteinuri 4. Gangguan visus dan serebral
sangat penting dalam usaha pencegahan, di samping pe- 5. Nyeri epigastrium/hipokondrium kanan.
ngendalian faktor-faktor predisposisi lain(1). 6. Edema paru dan sianosis.

Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003 13


7. Gangguan pertumbuhan janin intrauterin. Tabel 3. Kasus preeklampsia - eklampsia berdasarkan paritas
8. Adanya HELLP Syndrome (Hemolysis, Elevated Liver en-
Paritas
zyme, Low platelet count). Jumlah
I II III IV V VI VII VIII
33 15 8 7 3 3 2 3 74
TUJUAN (44,5%) (20,2%) (10,8%) (9,4%) (4%) (4%) (2,6%) (4%) (100%)
1. Mengetahui angka kejadian preeklampsia - eklampsia
berdasarkan umur dan paritas. (Persen = Persentase dari semua kasus preeklampsia - eklampsia selama
2. Mengetahui jumlah dan sebab kematian ibu dengan periode 1 Januari 2000 - 31 Desember 2000).
preeklampsia - eklampsia.
Tabel 4. Kematian maternal pada eklampsia.
METODOLOGI Jumlah
Penelitian dilakukan secara retrospektif selama 1 tahun Usia ibu
Kematian
Penyebab
terhadap ibu hamil dengan preeklampsia - eklampsia di RSU < 20 th - -
Tarakan - Kalimantan Timur periode 1 Januari 2000 sampai 31 20-24 th 3 Edema paru
Desember 2000. 25-29 th - -
30-34 th 1 Edema paru
35-39 th 2 Edema paru (1), GGA+ Edema paru (1)
BAHAN DAN CARA ≥ 40 th 1 Edema paru
Data diambil dari register persalinan di RSU Tarakan
Kalimantan Timur periode 1 Januari 2000 sampai 31 Desember HASIL
2000. Selama periode 1 Januari 2000 sampai 31 Desember 2000
Data yang dicatat : didapatkan 1431 persalinan, baik fisiologis maupun patologis.
1) Usia ibu Kasus preeklampsia - eklampsia didapatkan 74 kasus, 61
2) Paritas kasus preeklampsia (4,2%) dan 13 kasus eklampsia (0,9%).
3) Kematian ibu melahirkan akibat preeklampsia - eklampsia. Kematian maternal akibat eklampsia 7 orang (0,49%)
4) Kematian janin. (tabel 4).
Pada persalinan dengan preeklampsia - eklampsia terdapat
Tabel 1. Kasus preeklampsia berdasarkan umur dan paritas.
4 kasus IUFD, 2 kasus gemelli.
Paritas
Umur
I II III IV V VI VII VIII PEMBAHASAN
< 20 thn 2 - - - - - - - Tabel 1 menunjukkan bahwa kasus preeklampsia ter-
(2,7%)
banyak pada usia 20 - 24 tahun, terjadi pada kehamilan pertama
20 – 24 th 13 2 - - - - - -
(17,5%) (2,7%)
(17,5%); kasus eklampsia juga lebih banyak pada usia 20 - 24
25 – 29 th 7 6 1 - - 1 - - tahun dan kehamilan pertama (5,4%) (tabel 2).
(9,4%) (8,1%) (1,3%) (1,3%) Preeklampsia - eklampsia lebih sering terjadi pada usia
30 – 34 th 3 4 2 4 1 2 - - muda dan nulipara diduga karena adanya suatu mekanisme
(4,0%) (5,4%) (2,7%) (5,4%) (1,3%) (2,7%)
imunologi di samping endokrin dan genetik; dan pada kehamil-
35 – 39 th - 1 3 2 2 - 1 1
(1,3%) (4,0%) (2,7%) (2,7%) (1,3%) (1,3%)
an pertama pembentukan blocking antibodies terhadap antigen
≥ 40 th - - - - - - 1 2 plasenta belum sempurna, yang makin sempurna pada kehamil-
(1,3%) (2,7%) an berikutnya(4).
Preeklampsia juga terjadi pada usia ≥ 35 tahun (13 kasus).
(Persen = Persentase dari semua kasus preeklampsia - eklampsia selama Hal tersebut diduga akibat hipertensi yang diperberat oleh ke-
periode 1 Januari 2000 - 31 Desember 2000)
hamilan, karena insiden hipertensi meningkat di atas usia 35
Tabel 2. Kasus eklampsia berdasarkan umur dan paritas. tahun (5).
Kematian maternal karena eklampsia disebabkan oleh
Paritas edema paru (6 kasus) serta oleh edema paru dan gagal ginjal
Umur
I II III IV V VI VII VIII
< 20 thn 1 - - - - - - -
akut (1 kasus). Edema paru terjadi akibat aspirasi pneumoni
(1,3%) akibat kejang disertai muntah dan gagal jantung akibat hiper-
20 – 24 th 4 2 1 - - - - - tensi berat. Gagal ginjal akut karena nekrosis tubuler, namun
(5,4%) (2,7%) (1,3%) lebih sering karena perdarahan(5).
25 – 29 th 2 - 1 - - - - - Faktor-faktor yang berperan pada kematian maternal kare-
(2,7%) (1,3%)
30 – 34 th 1 - - - - - - -
na eklampsia di RSU Tarakan:
(1,3%) 1. Pengetahuan yang rendah sehingga seringkali penderita
35 – 39 th - - - 1 - - - - dibawa ke rumah sakit sudah dalam keadaan kejang.
- (1,3%) 2. Persalinan yang ditolong oleh dukun menyebabkan pen-
≥ 40 th - - - - - - - - derita eklampsia terabaikan sehingga dirujuk dalam keadaan
gawat.
(Persen = Persentase dari semua kasus preeklampsia - eklampsia selama 3. Transportasi.
periode 1 Januari 2000 -31 Desember 2000).

14 Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003


Adanya kendala transportasi menuju RSU Tarakan terutama karena edema paru.
dari daerah terpencil.
4. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan
kehamilannya ke bidan atau ke dokter. KEPUSTAKAAN
Terdapat 2 kasus preeklampsia dengan gemelli. Diduga
karena adanya peningkatan tropoblast (hyperplacentosis)(3). 1. Manuaba, IBG. Penuntun Diskusi Obstetri dan Ginekologi untuk Maha-
siswa Kedokteran, EGC, Jakarta, 1995; 152-3.
Kematian bayi dalam kandungan / IUFD (4 kasus), biasanya 2. Wiknjosastro H dkk. Ilmu Kebidanan ed. ke tiga cetakan keempat,
akibat hipoksia intra uterin dan prematuritas(1). Yayasan Bina Pustaka, Jakarta, 1997; 22: 281-301.
3. Ansar MD. Hipertensi dalam kehamilan. Satgas Gestosis POGI,
KESIMPULAN DAN SARAN Surakarta, Juni 1991.
4. Wibisono. Kematian perinatal pada Preeklampsia. FK UNDIP Semarang,
1) Preeklampsia - eklampsia sering terjadi pada usia muda 1997; 6-12.
dan nullipara. 5. Pritchard JA. Mc Donald PC, Gant NF. Williams Obstetrics. Penerjemah
2) Kasus kematian pada ibu dengan eklampsia lebih banyak Hariadi R. Airlangga University Press Surabaya, 1997; 773-804.

Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003 15


PRAKTIS

Penanganan Pendahuluan
Prarujukan Penderita
Preeklampsia Berat
dan Eklampsia
John Rambulangi
Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Makassar

ABSTRAK

Preeklampsia-eklampsia merupakan penyakit kehamilan sistemik yang etiologinya


hingga kini belum diketahui. Penyakit ini banyak dijumpai di daerah-daerah di luar
jangkauan rumah sakit yang mempunyai fasilitas memadai dan pada umumnya diderita
oleh golongan sosio ekonomi lemah.
Dalam Sistem Kesehatan Nasional, rujukan upaya kesehatan dibagi menjadi dua
kategori, yaitu :
a. Rujukan kesehatan (health referral): terutama dikaitkan dengan upaya peningkatan
dan pencegahan yang mencakup kegiatan bantuan teknologi, sarana dan operasional.
b. Rujukan medik (medical referral) : rujukan pelayanan yang ditekankan pada
upaya penyembuhan dan pemulihan.
Ditinjau dari kegiatannya dapat dibagi menjadi : Transfer of knowledge, transfer of
document, transfer of specimen, transfer of patient.
Dalam kegiatan sehari-hari upaya rujukan yang terbanyak adalah transfer of
patient.
Dalam merujuk penderita preeklampsia berat - eklampsia, kegiatannya dapat di-
bagi dalam beberapa tahapan, yaitu tahap pengobatan pendahuluan, tahap transportasi
penderita, tahap pengobatan lanjutan, tahap merujuk-balik.
Tahap pengobatan pendahuluan ialah secepatnva dapat mendiagnosis adanya
hipertensi dalam kehamilan, menentukan klasifikasinya, serta menentukan adanya
penyulit-penyulit yang timbul agar penderita tidak jatuh dalam stadium yang lebih
berat dan dapat segera mengatasi penyulit-penyulitnya. Tahap ini lasim disebut tahap
resusitasi.

Kata kunci : Prarujukan, preeklampsia berat, eklampsia.

PENDAHULUAN insiden preeklampsia-eklampsia berkisar 10-13% dari kese-


Angka kematian maternal di Indonesia adalah 4,5 permil, luruhan ibu hamil; di dua rumah sakit pendidikan di Makassar
tertinggi di antara negara-negara ASEAN. Salah satu penyebab insiden preeklampsia berat 2,61%, eklampsia 0,84% dan angka
kematian tersebut adalah preeklampsia - eklampsia, yang ber- kematian akibatnya 22,2°% (Lukas dan Rambulangi 1994).
sama infeksi dan perdarahan, diperkirakan mencakup 75 - 80% Sedangkan Angsar mendapatkan fatalitas preeklampsia -
dari keseluruhan kematian maternal(1). eklampsia di beberapa rumah sakit perkotaan berentang
Berdasarkan hasil survai yang dilakukan oleh Angsar, 1-15,2%.1,2,3

16 Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003


Seperti diketahui preeklampsia-eklampsia merupakan pe- jatuh dalam stadium yang lebih berat dan dapat segera meng-
nyulit kehamilan sistemik yang etiologinya hingga kini belum atasi penyulit-penyulitnya. Tahap ini lasim disebut tahap
diketahui. Preeklampsia - eklampsia banyak dijumpai di resusitasi. Dalam memberikan pengobatan pendahuluan ini
daerah-daerah di luar jangkauan rumah sakit yang mempunyai perlu diingat hal-hal yang berhubungan dengan perubahan
fasilitas memadai untuk merawatnya dan pada umumnya fisiologi kehamilan normal dan patofisiologi hipertensi dalam
diderita oleh golongan sosio ekonomi lemah. kehamilan.
Dalam pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan
Tabel 1. Perubahan-perubahan penting pada kehamilan normal dan
dalam bentuk pokok Sistem Kesehatan Nasional, maka rujukan
hipertensi
upaya kesehatan dibagi menjadi dua-kategori, yaitu4 :
a. Rujukan kesehatan (health referral) : terutama dikaitkan Kehamilan normal
dengan upaya peningkatan dan pencegahan yang mencakup 1. Adanya kompresi aorta - caval oleh rahim
kegiatan bantuan teknologi, sarana dan operasional. 2. Peningkatan kebutuhan O2 dan ventilasi
b. Rujukan medik (medical referral) : rujukan pelayanan 3. Resiko aspirasi bahan lambung
yang ditekankan pada upaya penyembuhan dan pemulihan. Hipertensi dalam kehamilan
Ditinjau dari kegiatannya dapat dibagi menjadi : 1. Hipovolemia
1. Transfer of knowledge 2. Vasokonstriksi
2. Transfer of document 3. Penurunan aliran darah pada organ-organ penting
3. Transfer of specimen
4. Transfer of patient Obat-obat yang diberikan
Dalam kegiatan sehari-hari upaya rujukan yang terbanyak Pengobatan pendahuluan mutlak dilakukan agar tercapai
adalah transfer of patient, terutama pemindahan penderita dari stabilitas hemodinamik dan metabolik:
satu unit pelayanan kesehatan terendah sampai yang tertinggi, 1. Pemasangan infus
namun masih dijumpai kesalahan atau kesulitan dalam pelak- Pemasangan kanula intravena dengan diameter 16 G dimak-
sanaannya. Tujuan rujukan pasien ialah agar dapat dilakukan sudkan agar dapat memberikan cairan infus dengan lancar dan
pemindahan penderita secara efektif, efisien dan memuaskan; sebagai sarana pemberian obat-obat intravena. Cairan infus
di samping itu pelaksanaan rujukan perlu memperhatikan yang diberikan adalah dekstrose 5% setiap 1000 ml diselingi
tingkat kegawatan, sarana yang dibutuhkan dan tingkat ke- cairan ringer laktat 500 ml.
mampuan tempat rujukan. Oleh karena itu alur rujukan 2. Obat-obat anti kejang
preeklampsia berat - eklampsia tidak perlu berjenjang tetapi a. MgS04
langsung ke tempat pelayanan kesehatan yang mampu mem- Diberikan secara intramuskuler pada preeklampsia berat,
berikan pertolongan pertama. sedang pada eklampsia diberikan secara intravena.
- Loading dose: 4 g MgSO4 40% dalam larutan 10 ml
INDIKASI RUJUKAN intravena selama 4 menit, disusul 8 g MgSO4 40% dalam
Pada dasarnya penderita preeklampsia- eklampsia yang larutan 25 ml intramuskuler pada bokong kiri dan kanan
harus dirujuk ke rumah sakit dengan fasilitas yang sesuai masing-masing 4 g.
dengan kebutuhan adalah : - Maintenance dose: 4 g MgSO4 tiap 6 jam secara
1. Semua penderita preeklampsia berat-eklampsia intramuskuler; bila timbul kejang lagi, dapat diberikan
2. Penderita hipertensi dalam kehamilan dengan penyakit- tambahan 2 g MgSO4 iv selama 2 menit sekurang-kurangnya
penyakit dasar kardiovaskuler, renovaskuler atau metabolik 20 menit setelah pemberian terakhir. Bila setelah pemberian
3. Penderita hipertensi dalam kehamilan dengan penyulit dosis tambahan masih tetap kejang maka diberikan amobar-
obstetrik. bital 3-5 mg/kgbb/iv. Pada pemberian MgSO4 diperlukan
Kegiatan rujukan penderita preeklampsia berat - pemantauan tanda-tanda keracunan MgSO4. Kejang ulang
eklampsia, dapat dibagi dalam beberapa tahapan, yaitu : setelah pemberian MgSO4 hanya 1%. Magnesium sulfat
1. Tahap pengobatan pendahuluan menurunkan eksitabilitas neuromuskuler; walaupun dapat me-
2. Tahap transportasi penderita nembus plasenta, tidak ditemukan bukti toksisitas pada neo-
3. Tahap pengobatan lanjutan natus dari fetus.
4. Tahap merujuk balik b. Diazepam
Pada makalah ini akan dibicarakan secara garis besar tahap- Suatu antikonvulsan yang efektif dengan jalan menekan
tahap pengobatan pendahuluan. reticular activating system dan basal ganglia tanpa menekan
pusat meduler. Diazepam melewati barier plasenta dan dapat
TAHAP PENGOBATAN PENDAHULUAN menyebabkan depresi pernapasan pada neonatus, hipotensi dan
Bagi semua tenaga kesehatan, kemampuan yang perlu hipotermi hingga 36 jam setelah pemberiannya. Depresi
dimiliki pada tahap pengobatan pendahuluan ialah secepatnya neonatal ini hanya terjadi bila dosisnya lebih dari 30 mg pada
dapat mendiagnosis adanya hipertensi dalam kehamilan, me- 15 jam sebelum kelahiran.
nentukan klasifikasinya, serta menentukan adanya penyulit- Dosis awal : 10-20 mg bolus intravena
penyulit yang timbul. Dosis tambahan : 5-10 mg intravena jika diperlukan atau
Tujuan pengobatan pendahuluan ialah agar penderita tidak tetesan 40 mg diazepam dalarn 500 ml larutan dekstrose 5%

Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003 17


3. Obat-obat anti hipertensi - aspirasi
Diberikan jika tekanan darah sistolik 160 mmHg atau tekanan Bahaya terbesar yang mengancam penderita koma adalah
darah diastolik 110 mmHg. buntunya jalan napas atas. Setiap penderita eklampsia yang
a. Klonidin jatuh ke dalam koma harus dianggap bahwa jalan napas atas
Satu-satunya antihipertensi yang tersedia dalam bentuk nya terbuntu, kecuali dibuktikan lain. Oleh karena itu tindakan
suntikan. 1 ampul mengandung 0,15 mg/ml. pertama adalah menjaga dan mengusahakan agar jalan napas
Caranya : 1 ampul klonidin diencerkan dalam 10 ml larutan atas tetap terbuka. Cara yang sederhana dan cukup efektif
garam faal atau aquadest. Disuntikkan mula-mula 5 ml i.v adalah dengan cara head tilt-chin lift atau head tilt-neck lift
pelan-pelan selama 5 menit; setelah 5 menit tekanan darah yang kemudian dilanjutkan dengan pemasangan kanul
diukur, bila belum turn, diberikan lagi sisanya. Klonidin dapat orofaringeal.(5,6)
diberikan tiap 4 jam sampai tekanan darah mencapai normal. Hal penting ke dua yang perlu diperhatikan ialah bahwa
b. Nifedipin penderita koma akan kehilangan refleks muntah sehingga
Obat yang termasuk golongan antagonis kalsium ini dapat ancaman aspirasi bahan lambung sangat besar. Ibu hamil selalu
diberikan 10 mg sub lingual atau 3-4 kali 10 mg peroral. dianggap memiliki lambung penuh, oleh sebab itu semua
c. Hidralasin benda-benda yang berada dalam rongga mulut dan teng-
Vasodilator ini tergolong obat yang banyak dipakai untuk gorokan, baik berupa makanan atau lendir harus diisap secara
hipertensi dalam kehamilan. Ferris dan Burrow14 mengatakan intermitten. Penderita ditidurkan dalam posisi yang stabil
bahwa penurunan vasospasme akan meningkatkan perfusi untuk drainase lendir.
uteroplasenter. Obat ini di Indonesia hanya tersedia dalam Pada penderita yang kejang tujuan pertolongan pertama
bentuk tablet. ialah mencegah penderita mengalami trauma akibat kejang-
4. Diuretika kejang tersebut. Penderita diletakkan di tempat tidur yang
Diuretika tidak digunakan kecuali jika didapatkan7,8: lebar; hendaknya dijaga agar kepala dan ekstremitas penderita
a. edema paru yang kejang tidak membentur benda di sekitarnya. Hindari
b. payah jantung kongestif fiksasi terlalu kuat yang justru dapat menimbulkan fraktur.
c. edema anasarka Beri sudip lidah dan jangan mencoba melepas sudip lidah yang
Yang dipakai adalah golongan furosemid. Baik tiazid sedang tergigit karena dapat mematahkan gigi. Ruangan pen-
maupun furosemid dapat menurunkan fungsi uteroplasenter. derita harus cukup terang. Bila kejang-kejang reda, segera beri
5. Kardiotonika oksigen.
Indikasi pemberiannya ialah bila ditemukan tanda-tanda
payah jantung.
6. Antipiretika PEMANTAUAN JANIN DALAM RAHIM
Digunakan bila suhu rektal di atas 38,5°C ; dapat dibantu Denyut jantung janin dapat dipantau secara sederhana
dengan pemberian kompres dingin.6,7 dengan alat monoskop, jika tersedia, digunakan doppler atau
7. Antibiotika ultrasonografi.
Diberikan atas indikasi
8. Anti nyeri TAHAP TRANSPORTASI PENDERITA
Bila penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksi Yang dimaksud dengan tahap transportasi penderita ialah
rahim dapat diberi petidin 50-75 mg sekali saja selambat- memindahkan penderita dari suatu tempat ke tempat lain yang
lambatnya 2 jam sebelum bayi lahir. lebih memadai secara efektif, efisien dan benar.
Ada dua kegiatan yang harus dilakukan yaitu(6):
Mengingat dalam kasus rujukan preeklampsia berat - 1. Evaluasi penderita setelah pengobatan pendahuluan (pre-
eklampsia, pos terdepan yang sering menemukan kasus ini transfer assessment setelah pretransfer treatment)
adalah perawat atau bidan maka para petugas tersebut wajib 2. Transfer penderita
dan harus mampu memberikan obat-obat pendahuluan yang
mutlak dilakukan sebelum transportasi. Kewenangan dokter Pada tahap pretransfer assessment perlu diperhatikan
puskesmas dalam memberikan obat-obat pendahuluan dapat apakah setelah pemberian obat-obat pendahuluan, stabilitas
didelegasikan kepada perawat maupun bidan. Bila perawat hemodinamik dan metabolik sudah tercapai, biasanya me-
atau bidan mengetahui dengan benar syarat-syarat, indikasi dan merlukan waktu 4-6 jam setelah pengobatan medikamantosa
cara pemberian obat tersebut maka kecil kemungkinan lengkap berakhir.
terjadinya pengaruh sangkal obat-obat tersebut. Evaluasi klinik yang penting untuk menentukan stabilitas
Bila penderita preeklampsia - eklampsia kejang-kejang penderita adalah dari aspek:
kemudian jatuh kedalam koma, maka selain diberikan peng- a. Sistem kardiosirkulasi
obatan pendahuluan, perawatan pendahuluan juga penting b. Sistem respirasi
dalam persiapan transportasi. Perlu diingat bahwa penderita c. Sistem susunan saraf pusat
koma tidak bereaksi atau mempertahankan diri terhadap(5): Semua data penderita dicatat dalam dokumen medik
- suhu yang ekstrim dengan model “Dokumen medik berorientasi masalah” dan
- posisi tubuh yang menimbulkan nyeri harus disertakan bersama penderita pada saat dirujuk.

18 Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003


Waktu yang dipakai untuk menunggu tercapainya sta- KEPUSTAKAAN
bilitas penderita hendaknya dimanfaatkan untuk menyiapkan 1. Angsar MD. Integrated health post (POSYANDU) as a strategy in
transporrtasi. managing EPH – Gestosis. MOGI, 1993; 19 : 53-60.
Sarana yang perlu diperhatikan sebelum melakukan 2. Rambulangi J. Eklampsia ditinjau dari beberapa aspek di rumah sakit
transfer penderita ialah(6): umum Ujung Pandang. Skripsi bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Ilmu-Ilmu Kedokteran Universitas Hasanuddin Ujung Pandang; 1982. p.
a. Menyiapkan penderita dalam tandu yang benar 38-50
b. Pemasangan saluran intravena yang dijamin tidak akan 3. Lukas E, Rambulangi J. Karakteristik penderita preeklampsia berat dan
macet selama perjalanan. eklampsia pada dua rumah sakit di Ujung Pandang. PTP X POGI.
c. Menyiapkan semua obat, cairan infus dan bila perlu darah Surabaya: Juli 1995.
4. Sjahid S. Aspek umum rujukan medik EPH- Gestosis. Kongres Obstetri
untuk bekal di perjalanan. dan Ginekologi Indonesia IX. Jakarta, Desember 1993.
d. Pemasangan kateter kandung kemih dengan foley catheter 5. Angsar MD. Aspek rujukan hipertensi dalam kehamilan. PTP VI POGI.
No. 18F. Manado. Juli 1989.
e. Pemasangan endotracheal tube atau oropharyngeal 6. Angsar MD. Transportasi penderita EPH- Gestosis untuk rujukan.
Kongres Obstetri dan Ginekologi Indonesia IX. Jakarta. Desember 1993.
airway bila mungkin. 7. Standar pelayanan medik obstetri dan ginekologi. Bagian I. Pengurus
besar Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Jakarta. 1991.
8. Seminar dan lokakarya penanganan preeklampsia dan eklampsia. Bagian
PENUTUP Obstetri dan Ginekologi FKUI. Jakarta. Januari 1993.
9. Crowhurst JA, Morris DG. Diagnosis and resuscitation in severe
Preeklampsia - eklampsia merupakan penyulit kehamilan preeeclampsia/eclampsia. J Paed Obstet Gynaecol. 1987; 13: 17-20.
yang menyebabkan tingginya angka kematian ibu bersalin dan 10. Oats JN. Hypertensive disorders in pregnancy. J Paed Obstet Gynaecol.
perinatal di Indonesia. 1993; 19: 11-5.
Penanganan pendahuluan prarujukan yang meliputi tahap 11. Moore MP, Benny PS. Preeclampsia. J Paed Obstet Gynaecol. 1995; 21:
14-7.
pengobatan pendahuluan dan transportasi penderita yang benar 12. Lubbe WF. Hypertension in pregnancy mechanism. Assesment and
dan memadai sebelum penanganan lanjutan merupakan salah management. J Paed Obstet Gynaecol. 1989; 15 : 25-38.
satu tahapan penting yang dikerjakan oleh pelaksana kesehatan 13. Pangemanan WT. Penanganan pendahuluan prarujukan penderita EPH -
di pos terdepan dalam upaya menekan angka kematian Gestosis. Kongres Obstetri dan Ginekologi lndonesia IX. Jakarta. 1993.
14. Cunningham FG, Mac Donald PC, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC.
tersebut. Williams’ Obstetrics. 19th ed. Appleton - Lange, 1993; 763-817.

Blame
is the
l

Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003 19


LAPORAN KASUS

Management of Placental Abruption


and Incomplete Uterine Rupture caused
by Accidental Trauma of Abdomen
Eddy Suparman*, Aloysius Suryawan**
* Consultant, Fertility and Reproduction Endocrinology, Department of Obstetric and Gynecology
Faculty of Medicine, University of Sam Ratulangi, Manado, Indonesia
** Department of Obstetric and Gynecology, Faculty of Medicine, University of Sam Ratulangi
Manado, Indonesia.

ABSTRAK

Sebuah kasus solutio plasenta yang disertai ruptura uterus inkomplet ditemukan di
Rumah Sakit Umum Pusat Manado dengan G2P1A0, 28 tahun. Ia mengeluh adanya
perdarahan dari vagina sejak terjatuh di kamar mandi 1/2 jam sebelum ke rumah sakit.
Ia tampak gelisah, kesakitan dengan kesadaran yang mulai menurun disertai
peningkatan denyut nadi. Perut teraba sangat tegang dan nyeri. Pemeriksaan darah
menunjukkan nilai hemoglobin, leukosit dan trombosit dan bed side clotting time
normal. Obat antifibrinolitik dan seksio sesarea dilakukan untuk menghentikan
perdarahan. Histerorapia dilakukan untuk memperbaiki robekan uterus inkomplet.
Oksigenasi dan IVFD dilakukan untuk resusitasi janin. Penderita diperbolehkan pulang
bersama bayinya setelah dirawat 1 minggu.

INTRODUCTION and shock will also disturb renal perfusion(1,3,5,6,7).


Obstetric trauma is one of the causes of placental The baby’s safety depends on the area of separation; small
abruption; about 1-2% of placental abruption caused by trauma. separation area caused no symptom of fetal depression. Death
A minimal trauma can cause a mild placental abruption, that caused by anoxia can occur if a part or all the placenta tissue
can develop to severe placental abruption after 24 hours. The separates. In this case, time factor is very important in
appropriate and accurate management is needed(1,2,3). development of blood coagulation abnormality, renal perfusion
Accidental trauma to abdomen will cause decidual hematoma. dysfunction and fetal death. The longer time between placental
If the bleeding is minimal, the small hematoma will push the abruption and delivery process, the more severe complication
placental tissue but the blood flow between the uterus and the will occur(1,6,8,9,11).
placenta is still normal so there are no symptoms. The Abdominal trauma can caused some complications, like
hematoma will form a curve at placental maternal site with a uterine rupture, complete or incomplete. In incomplete uterine
black blood coating(1,2,4,5). rupture, parametrium hematoma may be formed which is very
If the bleeding is severe, the uterus muscle that already difficult to be recognized(1,2,4,12).
tense can't contract to stop the bleeding. The hematoma will get
bigger and cause a part or whole placental tissue separated from CASE REPORT
uterine wall. Blood will sneak to the area below the amnion A 28 year-old pregnant Indonesian woman was referred to
membrane and spread in muscle fibers. This extravasation will the Obstetric and Gynecology Department at Manado General
cause couvedaire uterus and the patient will feel tension and Hospital because of vaginal bleeding after she fell in the
pain. Myometrium damage and retroplacentar hematoma will bathroom an hour ago; she couldn't remember why did she fall.
enhance thromboplastine tissue secretion into maternal She is on her second pregnancy. She didn’t have hypertension,
circulation and cause intravascular coagulation. This condition diabetes mellitus, and abnormality of heart, lung and kidney

20 Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003


diseases. incomplete uterine rupture at anterior corpus, 7x2 cm in size.
Physical examination showed anxiety and reduced These two events together was unusual. Sectio caesarea is the
consciousness. Her blood pressure was 100/60 mmHg and her treatment choice. The management quality of this case is right
pulse rate was normal 108/minute. Her respiration was because it only took one hour since accident to operation so the
24/minute and her body temperature was 37° C. The heart and coagulation disorder is not developed yet. The important thing
lung were normal. There is hematoma at frontal and left is incomplete uterus rupture was found at anterior corpus, 7x2
palpebra superior. The conjunctiva is not icteric and sclera is cm in size. This incomplete rupture has to be treated
not anemic. At right arm we found a 15 cm laceration. Obstetric immediately because it may cause severe complication, which
examination showed the height of uterus fundus is 33 cm and is very difficult to observe and can be fatal. Repair with
the abdomen were very tense and painful. The baby position is histerorhapy is the choice because the site of rupture is clean,
difficult to evaluate. The baby heart rate is below normal no necrosis observed and the reproduction function is still
(10-10-10). We found active bleeding in closed ostium uteri needed. The prognosis for the next pregnancy is dubia ad
internum. Haematuria was noticed at catheterisation and urine malam.
volume was 200 ml.
Blood examination showed normal parameters: Hemo- SUMMARY AND SUGGESTION
globin was 14,6 g%, leukocytes 15.600/mm3 and trombocytes Obstetric trauma is one of the most common causes of
242.000/mm3. solutio placenta. About 1-2% severe solutio placenta is caused
Diagnosis: G2P1A0, 28 years old, aterm pregnancy not in by maternal trauma. A minimal trauma can cause a mild solutio
labor with solutio placenta and suspected uterine rupture The placenta, which develops to severe solutio placenta in 24 hours.
fetus is alive, single, intrauterine and in fetal distress. An abdominal trauma can cause complications, including
Treatment was based on the mother and her baby complete or incomplete uterus rupture. In incomplete uterine
condition. Oxygenation and IVFD were done to overcome fetal rupture, parametrium hematoma would be formed. This
distress. Factors that may influence the fetal condition, hematoma is very difficult to recognize and can cause more
including mother's blood pressure, pulse rate and uterine serious complications and death. In order to overcome those
contraction and fetal heart rate were observed carefully with complications, the right observation and management are
cardiotochography. An antifibrinolytic agent (tranexamic acid) needed.
and sectio caesarea were performed in order to stop bleeding.
Before operation, the mother's condition was prepared with
transfusion. Bleeding time > 7 minutes, clotting time was 6
minutes 30 seconds and bed side clotting time was 10 minutes.
The operation took one hour and started with SCTP REFERENCES
incision. We found a retroplacentar hematoma, 5x5 cm in size 1. Blumenfelt M, Gabbe S. Placental Abruption. In: Sciarra Gynecology and
(20%), at placenta maternal site and an incomplete uterine Obstetrics; Revised Ed, 1997. Philadelphia: Lippincott Raven Publ, 1997;
rupture at anterior corpus, 7x2 cm in size. We decided to do 1-17.
hysterorhapia. During operation, bleeding was 1.5 L and 2. Cunningham, MacDonald, Gant. Obstetrical Hemorrhage. In : Williams
Obstetrics; 20th ed. Connecticut: Prentice Hall Internati Inc, 1997; 745 –
diuresis was 500 ml. After operation, vital signs were normal. 55.
Antibiotics was given to the mother. Hb was 9,9 g%. 3. Sumapraja S. Solusio Plasentae. Dalam: Sarwono Prawirohardjo (ed)
The baby was normal, male, Apgar score was 3-5-7, the Ilmu Kebidanan; Edisi ke 3. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka., 1997;
baby's weight was 3360 g and length was 51 cm. 340-4.9.
4. Cunningham, MacDonald, Gant. Rupture of The Uterus. In : Williams
Obstetrics; 21st ed. Connecticut : Prentice Hall Internat Inc, 2001; 646-52.
DISCUSSION 5. Vintzileos AM, Campbell WA, Nochimsom DJ et al: Preterm premature
The most important things in this case are timely and rupture of the membrane and abruptio placentae, Am J Obstet Gynecol
prompt management to give a better prognosis. Management 1987; 156: 1235.
6. Hill LM, Breckle R. Fetal outcome after intraamniotic hemorrhage with
began since the patient was adimitted until recovery. Time is placental abruption. J Reprod Med 1986; 31 l: 1065.
very important because it can influence the degree of compli- 7. Mintz MC, Kurtz AB, Arenson R et al. Abruptio placentae: Apparent
cation severeness. The longer time between placental abruption thickening of the placenta caused by hyperechoic retroplacental clot. J
and delivery process, the more severe blood coagulation Ultrasound Med 1986; 5: 411.
8. Heinonen PK, Kajan M, Saarikoski S: Cardiotocographic findings in
abnormality, renal perfusion dysfunction and risk of fetal death. abruption placentae 1985; 67: 48.
This patient got the symptoms two hours after trauma. She 9. Galen LH. Rupture Uterus. In Obstetrical Decision Making; 2nd ed.
fell in the bathroom and cause a bruise at the abdomen around Philadelphia: B.C. Decker Inc., 1987; 230-2.
the fundus and at the superior palpebra. She looked painful with 10. Burke L. Abruptio Placentae. In : Obstetrical Decision Making; 2ad ed.
Philadelphia: B.C. Decker Inc., 1987; 92-3.
blood pressure 100/60 mmHg and pulse rate 108x/m. The 11. Galen LH. Trauma In Pregnancy. In Obstetrical Decision Making; 2nd ed.
abdomen was very tense and painful. Haematuria was noticed Philadelphia: BC Decker Inc, 1987; 124-5.
at catheterisation and urine volume was 200 ml. Blood studies 12. Saifudin BA, Adriansz G, Winkjosastro HG, Waspodo, eds. Solutio
show no evidence of coagulation disorder. Plasenta. Dalarn : Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. JNPKKR-POGI & Yayasan Bina Pustaka, Jakarta: 2001;
During operation, a retroplacentar hematoma was found, 166-9.
6x6 cm in size (25%), at placental maternal site and an

Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003 21


TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Diabetes Mellitus dalam Kehamilan


Eddy Suparman
Bagian SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi/
Rumah Sakit Umum Pusat Manado

PENDAHULUAN B. Riwayat Ibu :


Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan se- 1) Adanya riwayat DM pada keluarga
bagai gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat yang 2) Umur > 30 tahun
diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah 3) Pernah menderita DMG pada kehamilan sebelumnya
penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan Pada penderita dengan faktor risiko tinggi seperti di atas,
trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan pemeriksaan penyaring dapat dilakukan lebih awal dilakukan
hal ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari dimulai pada usia kehamilan 18-22 minggu. Jika hasilnya
ibu ke janin. Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga negatif maka pemeriksaan dapat diulang kembali pada ke-
diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan hamilan 26-30 minggu(1,2,5,6,7,9).
rutin(1,2). Klasifikasi diagnosis DM yang dianjurkan adalah klasifikasi
Di Indonesia insiden DMG sekitar 1,9-3,6% dan sekitar menurut WHO tahun 1985, yaitu:
40-60% wanita yang pernah mengalami DMG pada peng- • Diabetes Mellitus
amatan lanjut pasca persalinan akan mengidap diabetes 1) DM tergantung insulin (DM TI)
mellitus atau gangguan toleransi glukosa. Pemeriksaan pe- 2) DM tidak tergantung insulin (DM TTI)
nyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah − Tidak gemuk
sewaktu dan 2 jam post prandial (pp). Bila hasilnya belum − Gemuk
dapat memastikan diagnosis DM, dapat diikuti dengan test 3) DM terkait Malnutrisi (DMTM)
toleransi glukosa oral. DM ditegakkan apabila kadar glukosa 4) DM tipe lain yang berhubungan dengan keadaan sindroma
darah sewaktu melebihi 200 mg%. Jika didapatkan nilai di tertentu, seperti:
bawah 100 mg% berarti bukan DM dan bila nilainya diantara − Penyakit pankreas
100-200 mg% belum pasti DM(1,3). − Penyakit hormonal
Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang − Karena obat/ bahan kimia lain
terbaik adalah dengan test tantangan glukosa yaitu dengan
− Kelainan receptor insulin
pembebanan 50 gram glukosa dan kadar glikosa darah diukur
− Sindroma genetik tertentu
1 jam kemudian. Jika kadar glukosa darah setelah 1 jam
− Sirosis hepatis
pembebanan melebihi 140 mg% maka dilanjutkan dengan
pemeriksaan test tolesansi glukosa oral(2). • Toleransi Glukosa Terganggu
Faktor risiko tinggi yang membutuhkan pemeriksaan − Tidak gemuk
penyaring antara lain : − Gemuk
A. Riwayat kebidanan : − Yang berhubungan dengan keadaan atau sindroma ter-
1) Riwayat lahir mati tentu.
2) Riwayat melahirkan bayi dengan berat > 4000 gr • Diabetes Mellitus Gestasional (DMG)
3) Adanya riwayat melahirkan prematur • Kelas risiko statistik
4) Adanya riwayat preeklamsia pada multipara (pasien dengan toleransi glukosa yang normal, tetapi jelas
5) Polihidramnion mempunyai risiko yang lebih besar untuk timbulnya DM)
6) Riwayat >3 kali abortus spontan − Toleransi glukosa pernah abnormal
7) Hipertensi kronik − Toleransi glukosa potensial abnormal.
8) Monilisasi berat yang berulang Pembagian diabetes mellitus pada kehamilan
9) Infeksi saluran kemih yang berulang selama hamil 1) DM yang memamg sudah diketahui sebelumnya dan

22 Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003


kemudian menjadi hamil (DM hamil = DM progestasional). menurun)
Sebagian besar termasuk golongan IDDM (Insulin Dependent 4) Efektifitas ekskresi ginjal meningkat
DM) 5) Efek hormon-hormon gestasional (human plasental
2) DM yang baru saja ditemukan pada saat kehamilan (DM lactogen, hormon-hormon plasenta lainnya, hormon-hormon
Gestasional = DMG). Umumnya termasuk golongan IIDDM ovarium, hormon pankreas dan adrenal, growth factor, dan
(Non Insulin Dependent DM)(2,5,6) sebabagainya) (2,5,8).
DMG sendiri dibagi dua sub kelompok. Selain itu terjadi juga perubahan metabolisme lemak dan asam
1) Sebenarnya sudah mengidap DM sebelumnya, tetapi baru amino.
diketahui pada saat hamil (sama dengan DMH)
2) Sebelumnya belum mengidap DM dan baru mengidap DM PATOFIOLOGI DIABETES MELLITUS PADA KE-
pada masa kehamilan (Pregnancy-Induced Diabetes Mellitus). HAMILAN
Merupakan DMG sesungguhnya, sesuai dengan definisi lama Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut,
WHO 1980(1,5,6,7). akan terjadi suatu keadaan di mana jumlah/fungsi insulin
Ke dua sub kelompok ini baru dapat dibedakan setelah menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan
dilakukan tes toleransi glukosa oral (TTGO) ulangan pasca resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber
persalinan. Untuk sub kelompok DMH, hasil TTGO pasca energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi,
persalinan masih tetap abnormal, sedangkan untuk DMG hasil kadar insulin tetap tinggi).
akan kembali normal. Menurut O'Sullivan dan Mahan, diag- Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, di
nosis DMG dibagi dalam dua tahap, yaitu : Test Tantangan mana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi
Glukosa (Glukosa Challenge Test) dan Test Toleransi Glukosa abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai kom-
Oral. Test tantangan glukosa dilakukan tanpa harus berpuasa plikasi). Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin
yaitu pada saat ibu hamil berkunjung ke poliklinik diberikan juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia, hipo-
50 gr glukosa yang dilarutkan dalam air 1 gelas. Contoh darah magnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagai-
vena diambil setelah 1 jam pembebanan. Test ini disebut nya(3,5,8).
positif bila kadar glukosa plasma sama dengan atau lebih dari
140 mg%. Test toleransi glukosa oral dilakukan dengan cara MORBIDITAS DAN MORTALITAS IBU DAN JANIN
penderita makan cukup kalori minimal 3 hari sebelum PADA DMG
pemeriksaan, kemudian semalam sebelum hari pemeriksaan Komplikasi maternal meliputi infeksi saluran kemih,
harus berpuasa selama 8-12 jam. Setelah persiapan dalam hidramnion dan hipertensi (kronik/preeklampsia/eklampsia),
keadaan berpuasa, contoh darah diambil pada pagi hari dan sedangkan komplikasi fetal intrauterin adalah risiko abortus
penderita diberi beban glukosa 75 gram dalam 200 ml air. spontan, kelainan kongenital (terutama pertumbuhan sistim
Contoh darah berikutnya diperiksa dua jam setelah beban syaraf pusat), insufisiensi plasenta (mengakibatkan hipoksemia
glukosa. Contoh darah yang diperiksa adalah plasma kronik), kematian intra uterin, makrosomia dan organo-
vena(1,2,3,4,6,8,10,11) megali(11,12,13).
Kriteria diagnosis WHO (1980 dan 1985) sama dengan Komplikasi neonatus pasca persalinan meliputi prema-
kriteria diagnosis DM pada keadaan tidak hamil. turitas, kematian perinatall neonatal, trauma lahir, gangguan
Kriteria diagnosis modifikasi WHO-PERKENI (1997) metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia dan
adalah sebagai berikut: hiperbilirubinemia), sindrom gawat napas neonatus, polisi-
− Diperiksa hanya kadar glukosa plasma 2 jam pp. temia, trombosis vena renalis. Komplikasi pada usia anak atau
− Nilai >200 mg/dl : diabetes mellitus (jika baru diketahui dewasa adalah gangguan tumbuh kembang intelektual,
saat hamil, DMG). obesitas sampai diabetes mellitus itu sendiri(1,3,7,9,14).
− Nilai 140-200 mg/dl : toleransi glukosa terganggu (TGT)
− Nilai <140 mg/dl : normal PENGELOLAAN DIABETES MELLITUS PADA KE-
Sesuai anjuran WHO, pada temuan TGT (gala darah 2 jam pp HAMILAN
140-200 mg/dl) ditangani juga sebagai kasus DMG, sehingga
1. PENGELOLAAN MEDIS
penderita dengan kadar gula yang lebih rendah (dalam kriteria
Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya,
O’Sullivan) juga termasuk dalam yang ditangani(1,3,4,6,11,12).
pengelolaan DMG juga terutama didasari atas pengelolaan
gizi/diet dan pengendalian berat badan ibu.
METABOLISME KARBOHIDRAT PADA KEHAMILAN
A. Prinsip penanganan
NORMAL
Pada wanita hamil normal terjadi banyak sekali perubahan • Kontrol secara ketat gula darah, sebab bila kontrol kurang
hormonal dan metabolik untuk pertumbuhan dan perkembang- baik upayakan lahir lebih dini, pertimbangkan kematangan
an fetus yang optimal. Pada kehamilan normal, kadar glukosa paru janin. Dapat terjadi kematian janin memdadak. Berikan
plasma ibu menjadi lebih rendah secara bermakna, karena: insulin yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan melalui
1) Ambilan glukosa sirkulasi plasenta meningkat drips.
2) Produksi glukosa dari hati menurun • Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya.
3) Produksi alanin (salah satu prekursor glukoneogenesis Lakukan upaya pencegahan infeksi dengan baik.

Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003 23


• Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia
sehingga perlu diberikan infus glukosa(4,6,9).
B. Diet
• Penanganan DMG yang terutama adalah diet, dianjurkan GDP =
diberikan 25 kalori/kgBB ideal, kecuali pada penderita yang gula darah puasa GDP < 130 mg/dl GDP > 130 mg/dl
gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah.
GD 2jpp =
• Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = gula darah 2 jam postprandial
(TB-100)-10% BB.
• Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang Perencanaan makan (diet)
diperhitungkan dari: 1-2 minggu

− Kalori basal 25 kal/kgBB ideal


− Kalori kegiatan jasmani 10-30%
GDP < 105 mg/dl atau GDP > 105 mg/dl atau
− Kalori untuk kehamilan 300 kalor GD 2jpp < 120 mg/dl GD 2jpp > 120 mg/dl
− Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB.
Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa
darah belum mencapai normal atau normoglikemia, yaitu Teruskan diet Teruskan diet
kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mg/dl dan 2 jam pp di + INSULIN
bawah 120 mg/dl, maka terapi insulin harus segera dimulai.
Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat Algoritma Penatalaksanaan Medik Kehamilan dengan DM
pengukur glukosa darah kapiler. Perhitungan menu seimbang
sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya, dengan Gambar 1. Penatalaksanaan Medik Kehamilan Dengan DM.
ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh
kembang janin selama masa kehamilan sampai dengan masa Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil, maka insulin
menyusui selesai(10,13). langsung digunakan. Insulin yang digunakan harus preparat
Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk : insulin manusia (human insulin), karena insulin yang bukan
− Mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl berasal dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkan
− Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp < 120 terbentuknya antibodi terhadap insulin endogen dan antibodi
mg/dl ini dapat menembus sawar darah plasenta (placental blood
− Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) < 6% barrier) sehingga dapat mempengaruhi janin(4,6,8).
− Mencegah episode hipoglikemia Pada DMG, insulin yang digunakan adalah insulin dosis
− Mencegah ketonuria/ketoasidosis deiabetik rendah dengan lama kerja intermediate dan diberikan 1-2 kali
− Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan sehari. Pada DMH, pemberian insulin mungkin harus lebih
normal. sering, dapat dikombinasikan antara insulin kerja pendek dan
Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali intermediate, untuk mencapai kadar glukosa yang diharap-
seminggu (ideal setiap hari, jika mungkin dengan alat peme- kan(4,6,9).
riksaan sendiri di rumah). Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG
Dianjurkan kontrol sesuai jadwal pemeriksaan antenatal, karena efek teratogenitasnya yang tinggi dan dapat diekskresi-
semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol kan dalam jumlah besar melalui ASI(3,4,9,10).
semakin sering. Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8
minggu sekali(4,5,7,9). C. Insulin
− Pada umumnya pemberian insulin dimulai dari dosis kecil
Tabel 1. Kisaran kenaikan berat badan selama kehamilan normal (g). dan bertambah secara bertahap sesuai dengan usia kehamilan
Massa 10 mg 20 mg 30 mg 40 mg yang semakin meningkat.
Fetus 5 300 1500 3500 − Insulin yang dipakai sebaiknya human insulin dengan
Plasenta 20 170 430 650
Cairan amnion 30 350 750 800
dosis 0.5-1.5 U/kgBB.
Uterus 140 320 600 970 − Selain itu, pemantauan glukosa darah juga dapat melalui
Payudara 45 180 360 405 pemeriksaan HBA1C berkala tiap 6-8 minggu dengan kadar
Darah/plasma 100 600 1300 1250 HBA1C yang diharapkan sebesar 6%. Obat anti diabetik oral
C. intersisial (tanpa edema) 0 30 80 1580
Jaringan lemak maternal 310 2050 3480 3345
tidak dapat digunakan karena dapat melewati sawar plasenta,
Total 650 4000 8500 12500 disamping bersifat teratogenik. Beberapa preparat insulin yang
bekerja cepat adalah Humulin R (40 IU, 100 IU) dan Actrapid
Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-2.5 kg pada Human 40, 100(2,6,9).
trimester pertama dan selanjutnya rata-rata 0.5 kg setiap
minggu. Sampai akhir kehamilan, kenaikan berat badan yang 2. PENGELOLAAN OBSTETRIK
dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang − Pada pemeriksaan antenatal dilakukan pemantauan keada-
14-20 kg, ibu BB normal 12.5-17.5 kg dan ibu BB an klinis ibu dan janin, terutama tekanan darah, pembesaran/
lebih/obesitas 7.5-12.5 kg).

24 Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003


tinggi fundus uteri, denyut jantung janin, kadar gula darah ibu, • Seksio sesarea dipertimbangkan bila terdapat makrosomia,
pemeriksaan USG dan kardiotokografi (jika memungkinkan). pertumbuhan janin terhambat dan gawat janin. Bila keadaan
− Pada tingkat Polindes dilakukan pemantauan ibu dan janin ibu dan janin baik dan tidak ada masalah dari aspek DM
dengan pengukuran tinggi fundus uteri dan mendengarkan maupun aspek obstetri lainnya, maka dapat diharapkan pen-
denyut jantung janin. derita melahirkan melalui persalinan spontan pervaginam
− Pada tingkat Puskesmas dilakukan pemantauan ibu dan biasa(1,3,4,6,8,10,12,14).
janin dengan pengukuran tinggi fundus uteri dan mendengar-
kan denyut jantung janin. 3. PENGELOLAAN BAYI
− Pada tingkat rumah sakit, pemantauan ibu dan janin Pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita DM,
dilakukan dengan cara : dilakukan pemeriksaan darah tali pusat untuk mengukur kadar
• Pengukuran tinggi fundus uteri glukosa darah dan hematokrit bayi. Selain itu, persiapan
• NST - USG serial resusitasi neonatus harus dilakukan dengan baik.
• Penilaian menyeluruh janin dengan skor dinamik janin Masalah yang mungkin timbul pada bayi adalah :
plasenta (FDJP), nilai FDJP < 5 merupakan tanda gawat janin. − Perubahan morfologi/fisiologi akibat gangguan per-
Penilaian ini dilakukan setiap minggu sejak usia kehamilan 36 tumbuhan intrauterin, makrosomia, cacat bawaan
minggu. Adanya makrosomia, pertumbuhan janin terhambat − Gangguan metabolik seperti hipoglikemia, hipokalsemia,
(PJT) dan gawat janin merupakan indikasi untuk melakukan hipomagnesemia, hiperbilirubinemia
persalinan secara seksio sesarea. − Gangguan hematologik seperti polisitemia atau hiper-
• Pada janin yang sehat, dengan nilai FDJP > 6, dapat viskositas darah
dilahirkan pada usia kehamilan cukup waktu (40-42 mg) − Gangguan pernafasan dan kelainan jantung bawaan
dengan persalinan biasa. Pemantauan pergerakan janin (normal Penanganan bayi dari ibu DMG harus dilakukan dengan
>l0x/12 jam). seoptimal mungkin, yaitu dengan langkah-langkah sebagai
• Bayi yang dilahirkan dari ibu DMG memerlukan perawat- berikut :
an khusus. • Pada tingkat Polindes, BIDMG harus dikelola sejak
• Bila akan melakukan terminasi kehamilan harus dilakukan dilahirkan. Evaluasi dilakukan segera setelah lahir, meliputi :
amniosentesis terlebih dahulu untuk memastikan kematangan Penghitungan nilai APGAR
janin (bila usia kehamilan < 38 mg). − Pemeriksaan keadaan umum bayi
• Kehamilan DMG dengan komplikasi (hipertensi, pre- − Pemeriksaan fisik untuk melihat adanya cacat bawaan
eklamsia, kelainan vaskuler dan infeksi seperti glomerulo- − Pemeriksaan plasenta
nefritis, sistitis dan monilisasis) harus dirawat sejak usia − Pemeriksaan kadar glukosa
kehamilan 34 minggu. Penderita DMG dengan komplikasi − Pemeriksaan hematokrit tali pusat
biasanya memerlukan insulin(3,4,5,7). − Pengawasan lanjut
• Penilaian paling ideal adalah penilaian janin dengan skor Pemeriksaan fisik diulang untuk melihat perubahan yang
fungsi dinamik janin-plasenta (FDJP). terjadi pada janin seperti gemeteran, apnea, kejang, tangis
lemah, malas minum dan adanya tanda sindroma gawat nafas,
kelainan jantung, kelainan ginjal, trauma lahir pada extremitas,
kelainan metabolik dan kelainan saluran cerna. Untuk men-
DM Terkendali DM tidak Terkendali cegah hipoglikemia bayi diberi minum (dosis 60-90 ml/kg BB
hari), dibagi dalam beberapa dosis, dimulai sejak jam pertama
selanjutnaya tiap 12 jam.(3,4,6,10,15,16,18)
Sejak Kehamilan 34-36 minggu
• Pada tingkat Puskesmas, BIDMG harus dikelola sejak
lahir dan dicegah terjadinya hipoglikemia sesuai penanganan
Monitor setiap minggu RAWAT
GD, USG, CTG Monitor setiap minggu diatas.
GD, USG, CTG • Pada tingkat Rumah Sakit, BIDMG harus dikelola sejak
lahir dan dicegah terjadinya hipoglikemia sesuai penanganan
Janin sehat Gawat janin Amniosentesis diatas ditambah dengan pemeriksaan laboratorium untuk me-
Makrosomia
negakkan dan memantau adanya kelainan BIDMG.(4,6,8,10,15,18)
IUGR
− Kadar glukosa serum tali pusat diperiksa pada 1, 2, 4, 8,
Paru matang Paru belum matang
40 minggu 12, 24, 36 dan 48 jam setelah kelahiran. Apabila kadar reflec-
tancemeter < 45 mg/dl, harus diperiksa kadar glukosa serum.
Partus biasa
Steroid − Kadar kalsium dan magnesium harus diperiksa pada umur
Terminasi 6, 12, 24 dan 48 jam.
− Hematokrit harus diperiksa dari tali pusat dan pemeriksa-
an selanjutnya pada umur 4 dan 24 jam.
Algoritma Penatalaksanaan − Kadar serum bilirubin harus diperiksa bila bayi tampak
Gambar 2. Penatalaksanaan Obstetrik Kehamilan Dengan DM. kuning.

Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003 25


− Pemeriksaan lain dilakukan atas indikasi. 2. Konsensus diagnosis dan penatalaksanaan DMG. Jakarta: PERKENI,
1997 : 1-12.
− Mengatasi kelainan metabolik. 3. Buku Acuan Nasional. Diabetes Mellitus Gestasional (DMG). Dalam:
1) Hipoglikemia Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Edisi Pertama. Jakarta :
− Jika kadar glukosa yang diperiksa dengan reflektometer JNPKKR-POGI, 2000; 290-299.
4. Suwito Tjondro Hudono. Diabetes Mellitus. Dalam: Ilmu Kebidanan.
meter < 25 mg/dl dan juga dibuktikan dengan pemeriksaan
Edisi ke 3. Jakarta: YBPSP, 1991; 480-93.
serum, diberikan larutan glukosa intravena sebanyak 6 mg/kg 5. Wulur CH, Suparman E, Loho MF. Tinjauan persalinan makrosomia di
BB/menit dan kadar glukosa harus diperiksa setiap jam. RSUP Manado. Majalah Obstetri Ginekologi Indonesia, 1997; 21: 202-8.
− Bila kadar glukosa antara 25-45 mg/dl dan bayi tidak 6. Carr DB, Gabbe S. Gestational diabetes : detection, management and
implication. Clinical Diabetes, 1988: 16 : 4-11.
tampak sakit diberi minum larutan glukosa 5% dan kadar 7. Stepen R, Carr DB. Screening for gestational diabetes mellitus. Diabetes
glukosa darah diperiksa setiap jam sampai stabil kemudian Care, 1998: 21: B14-8.
setiap 4 jam. Bila kadar glukosa tetap rendah diberi infus 8. Madam M, Bajaj JS. Gestational diabetes in developing country. In :
glukosa 6 mg/kgBB/ Anne Dorhorst, david RH, eds. Diabetes and pregnancy. New York :
John Wiley & Sons, 1996 : 284-9.
2) Hipokalsemia dengan kejang harus diobati dengan larutan 9. Person B, Hanson U. Neonatal morbiditas in gestasional diabetes
kalsium glukonat 10% sebanyak 1 ml/kgBB intravena, kadar mellitus. Diabetes Care, 1998; 21: B79-83.
kalsium dipantau setiap 12 jam dan selama pemantauan diper- 10. Jovanovic L, Peterson CM. Screening for Gestational Diabetes :
hatikan adanya bradikardia, aritmia jantung dan ekstravasasi Optimum Timing and criteria for resesting. Diabetes, 1985; 34: 21.
11. Ogata ES. Perinatal Morbiditas off spring of Diabetic Mother. Diabetes
cairan dari alat infus karena dapat menyebabkan nekrosis kulit. Rev, 1995; 65-6.
3) Hipomagnesemia 12. Langer O, Rodriquez DA, Xenakin EMJ. Intensified Versus
Dapat dikoreksi dengan larutan magnesium sulfat 50% Compentional Managemant of Gestasional Diabetes Melitus. Am J
sebanyak 1,2 ml/kgBB/hari intramuskuler dalam dibagi dalam Obstet Gynecol, 1994; 170: 1036-47.
13. Hold M, Robinson D, Pelid Y. Gestational Diabetes Mellitus : Is it a
2-3 dosis. clinical entity? Diabetes Rev 1995; 602-11.
4) Pengobatan terhadap kelainan hematologis 14. Petti DJ, Knowler WC, Brairt HR. Gestational diabetes: Infant and
Pada keadaan hiperbilirubinemia, dilakukan pemantauan maternal Complication of pregnancy in relation to third trimester glucose
terhadap kadar bilirubun serum dengan seksama sejak bayi tolerance in Pima Indians. Diabetes care 1980; 3: 458-64.
15. Neiger R, Coustan MD. The role of repeat glucose tolerance test in the
mulai kuning, bila perlu diberikan terapi sinar atau transfusi diagnosis of gestational diabetes. Am J Obstet Gynecol, 1991; 165:
tukar. Pada polisitemia, apabila kadar hematokrit darah vena 787-90.
60-70% tanpa gejala, diberikan tambahan minum sebanyak 16. Pendegras M, Fazioni E, Defronso RA. NIDDM and gestational diabetes
20-40 ml/kgBB/hari. Kadar hematokrit diperiksa setiap 6-12 mellitus: same diseases another name. Diabetes care, 1995; 3: 566-77.
17. Colditz GA, Willet WC, Rotnitzky A, Manson JE. Weight gain as a risk
jam, sampai nilainya dibawah 65%. Bila kadar Hematokrit > factor for clinical diabetes mellitus in women. Ann Intern Med, 1995;
70% dan timbul gejala, harus dilakukan transfusi tukar parsial 122: 482-6.
dengan plasma beku segar.(3,4,6,10,19,21) 18. Counstan DR, Nelson C, Carpenter MW. Maternal age and screening for
gestational diabetes mellitus: a population base study. Obstet Gynaecol,
1989; 73: 557-60.
KESIMPULAN 19. Jang HC, Cho NH, Jung KB. Screening for gestational diabetes mellitus
Pengelolaan diabetes mellitus dalam kehamilan mem- in Korea. Int J Obstet Gynaecol, 1995; 51: 115-22.
butuhkan pendekatan dan kerja sama tim yang sebaik-baiknya. 20. Wingjosastro GH. Penanganan diabetes mellitus gestasional. Dalam:
Dengan pengelolaan medis, obstetrik dan pediatrik yang baik Adam JMF, Sanusi H, Tendean H, Lawrence GS, Aman M eds. Konas
IV Perkeni. Ujung Pandang: Lab ObGin FK UI Jakarta, 1997:46-8.
maka diharapkan memperoleh hasil akhir semaksimal mung- 21. Weiss PAM. Diabetes in pregnancy: lesson from the fetus. In: Domhorst
kin, setidak-tidaknya sama atau mendekati hasil akhir pada A, Hadden DR eds. Diabetes in pregnancy. Chichester: John Wiley &
kehamilan normal. Sons Ltd, 1996: 221-39.

KEPUSTAKAAN

1. Konsensus Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Gesta-


sional. Disampaikan dalam Pertemuan Tahunan Ilmu Penyakit Dalam,
Jakarta, 1997.

Reason cannot show itself more reasonable than to cease


reasoning on things above reason
(Sydney)

26 Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003


HASIL PENELITIAN

Ekspresi CD 44 pada
Jaringan Tumor Karsinoma Payudara
Azamris*, Wirsma Arif*, Eriyati Darwin**
* Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
** Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Rumah Sakit Umum Dr. M. Jamil, Padang

ABSTRAK

CD 44 merupakan suatu molekul permukaan sel lekosit yang memainkan peranan


penting dalam cell mediated immunity, resirkulasi limfosit, aktifasi sel T, adhesi ke sel
lainnya dan matriks interseluler, metabolisme hyaluronida, transduksi sinyal melewati
membran sel, dan sekresi faktor pertumbuhan. Ekspresi berlebihan gen ini terjadi pada
keganasan dan kemampuan metastasis sel kanker.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat ekspresi CD 44 pada jaringan tumor
payudara dan hubungannya dengan metastasis ke kelenjar getah bening.
Dari sampel periode 1 Januari 1999 sampai 1 Juli 2000 didapatkan 20 kasus
Karsinoma Payudara stadium dini yang menjalani operasi Modifikasi Radikal
Mastektomi. Usia yang paling muda adalah 24 tahun dan usia yang paling tua adalah
64 tahun, rerata usia : 42,7 tahun dengan SD 12,5 tahun. Dari Fischer exact test untuk
melihat adanya pengaruh umur terhadap kadar CD 44 didapatkan p=0,39 dengan nilai
kemaknaan p < 0,05, menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna.
Dari ukuran TNM didapatkan pasien dengan T1 = 2 kasus (10%), T2 = 11 kasus
(55%) dan sisanya T3 = 7 kasus (35%). Dari seluruh kasus didapatkan CD 44 positif
pada seluruh kasus dan kadar rata-rata adalah 34,5%. Nilai rata-rata T1 adalah 19%, T2
= 29,45% dan T3 = 49,57%. Dapat dilihat korelasi makin besar T (ukuran tumor) kadar
CD 44 makin tinggi.
Pada pemeriksaan patologi anatomi didapatkan dari 15 (70% kasus) kelenjar getah
bening yang teraba secara klinis ternyata hanya 10 kelenjar yang positif mengandung
metastasis. Pada hasil pemeriksaan CD 44 jaringan tumor pada NO = 37% (5 kasus),
N1 = 35,07% (14 kasus) dan N2 = 21% (1 kasus). Hasil ini menunjukkan terdapat
peningkatan kadar CD 44 pada kasus dengan pembesaran getah bening aksila.
Dari penelitian disimpulkan bahwa kada CD 44 meningkat pada kasus dengan
tumor yang besar dan adanya metastasis aksila. Walaupun demikian pemakaiannya
secara klinis harus mengikutsertakan faktor-faktor prognostik lainnya.

PENDAHULUAN makanan masyarakat Indonesia(1).


Latar Belakang Insiden penderita karsinoma payudara bergerak naik terus
Karsinoma payudara sama dengan kanker mulut rahim dari usia 30 tahun. Keganasan ini jarang sekali ditemukan pada
merupakan keganasan yang sering pada wanita. Kanker payu- usia di bawah 20 tahun. Angka tertinggi terdapat pada usia
dara 100 kali lebih sering pada wanita daripada pria. Di 45-66 tahun. Dari penelitian biomolekuler telah dibuktikan
Indonesia insiden relatif karsinoma payudara cukup tinggi, ke bahwa kanker disebabkan karena mutasi gen BRCa1 dan
dua setelah keganasan mulut rahim dalam deretan 10 keganas- BRCa2 pada 2% kasus maupun akibat mutasi spontan yang
an terbanyak di Indonesia; dan terdapat kesan terjadi pening- terjadi akibat pengaruh lingkungan(2). Dari penelitian epi-
katan insiden sebagai refleksi perubahan pola hidup dan demiologi didapatkan bahwa faktor yang berpengaruh sebagai

Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003 27


faktor risiko karsinoma payudara adalah usia, hormonal, diet, membunuh langsung sel tumor atau melalui aktivasi berbagai
virus, sinar radiasi, menderita tumor di tempat lain dan pola komponen sistim imun. Terdapat 2 jenis subdivisi sel T yaitu
hidup/kebiasaan yang salah.(1,2) CD 4 dan CD 8; CD 4 akan merangsang pelepasan berbagai
Karsinoma Payudara sebagian besar berkembang di mediator dan menginduksi respon inflamasi dan CD 8 selain
duktus, setelah itu baru menembus parenkim. Lima belas memiliki kemampuan menghasilkan limfokin, yang paling
sampai empat puluh persen bersifat multi sentris. Penyebaran utama adalah kemampuan membunuh sel tumor secara lang-
keganasan payudara terutama melalui aliran limfe aksila sung(8,9). Adanya sel tumor akan membuat sel T memiliki
(metastasis lokal), yang kemudian baru menyebar sistemik. memori dalam menghadapi sel tumor tersebut, hal ini terutama
Metastasis jauh terutama ke tulang, paru-paru dan hati. tampak dari perubahan antigen permukaan sel T.
Prognosis pasien ditentukan oleh tingkat penyebaran dan Salah satu bentuk antigen yang mengalami perubahan
potensi metastasis. Bila tidak diobati ketahanan hidup lima adalah CD 44 yang terdapat pada permukaan membran sel
tahun adalah 16-22 % sedangkan ketahanan hidup sepuluh T(10). CD 44 merupakan suatu ikatan hyaluronidase. Penelitian
tahun adalah 1-5 %. Ketahanan hidup tergantung pada tingkat mutakhir tentang ekspresi gen CD 44 memberikan hal yang
penyakit, saat mulainya pengobatan, gambaran histopatologis, menjanjikan dalam diagnostik dini kanker, diagnostik metas-
reseptor estrogen dan progesteron serta penanda biomolekul tasis dan pemantauan pengobatan. CD 44 merupakan suatu
lainnya. Tingkat penyakit pada saat ini dinilai menurut TNM. molekul permukaan sel lekosit yang memainkan peranan
Tingkat penyakit pada stadium dini menurut TNM adalah penting dalam cell mediated immunity, resirkulasi limfosit,
stadium I-II. Untuk stadium III-IV disebut stadium lanjut. aktivasi sel T, adhesi ke sel lainnya dan matriks interseluler,
Ketahanan hidup lima tahun berdasarkan TNM adalah metabolisme hyaluronida, transduksi sinyal melewati membran
berturut-turut 85%, 65%, 40%, 10%(1,2). Salah satu faktor yang sel dan sekresi faktor pertumbuhan. CD 44 memiliki bentuk
menentukan stadium dan prognosis penderita adalah terdapat- varian isoform yang terbagi ke dalam beberapa grup dan
nya metastasis ke kelenjar getah bening aksila. Karena akan terletak dalam kromosom lokus 11p13. Dengan proses yang
membuat angka rekurensi menjadi lebih tinggi dan survival. kompleks, gen ini mengatur fungsi sel dan terjadi perubahan
Adanya metastasis sangat menentukan angka ketahanan ekspresi pada terjadinya keganasan. Berdasarkan fungsinya ini
hidup penderita. maka ekspresi CD 44 berhubungan dengan kemampuan
metastasis pada kanker(11,12). Hal ini memberikan makna
TUJUAN PENELITIAN pemakaian CD 44 pada klinis.
1. Mengetahui ekspresi antigen CD 44 var 5 di jaringan Molekul CD 44 terbentuk dalam berbagai isoform (hampir
tumor payudara. 11 jenis isoform). Maing-masing isoform menunjukkan
2. Mengetahui hubungan antara kadar CD 44 var 5 pada migrasi limfosit yang berbeda. Variasi isoform ini tergantung
jaringan tumor dengan ukuran kanker payudara. pada jenis exon antara transmembran dan N-terminus. Epitel
3. Mengetahui hubungan antara ekspresi antigen CD 44 var yang normal akan memberikan bentuk isoform CD 44 H
5 pada jaringan kanker payudara dengan adanya metastasis dengan dominasi bentuk ikatan hyaluran tanpa exon v1-v10.
pada kelenjar limfe aksila. Sedangkan pada kanker terdapat over ekspresi exon-v1-v10,
yang menunjukkan bahwa exon ini berhubungan dengan ada-
TINJAUAN PUSTAKA nya pertumbuhan yang berlebihan dan penyebaran tumor(12).
Dengan berkembangnya pengetahuan onkologi, telah Bentuk isoform CD 44 tergantung pada CD44mRNA. Pem-
diketahui bahwa faktor imunitas memegang peranan dalam berian antibodi monoklonal anti CD 44 akan mencegah
timbulnya keganasan termasuk keganasan payudara; penyim- terjadinya pertumbuhan tumor dan metastasis.
pangan sistim imun diduga terlibat dalam pembentukan sel Abnormalitas ekspresi CD 44 pada kanker payudara dapat
ganas. Sel tumor merupakan suatu benda asing dalam tubuh diketahui melalui teknik RT-PCR pada jaringan tumor dan
yang memiliki susunan antigenik yang khas; hal ini akan kelenjar aksila yang segar. Melalui teknik pewarnaan imuno-
memicu respon imun dan karena itu disebut sebagai tumor histokimia dapat dilihat peningkatan CD 44 dan bentuk
associated antigen (TAA). TAA merupakan antigen permuka- isoformnya v5, v6 dan v9 pada karsinoma jika dibandingkan
an sel yang membangkitkan respon imunitas spesifik bila dengan epitel normal payudara(13). Penelitian lain menyebutkan
diinjeksikan pada hospes yang sama(3,4,5). Pengetahuan ini korelasi yang signifikan antara ekspresi v3, v4, v6 dan
digunakan dalam diagnosis dan pengobatan neoplasma tertentu peningkatan gradasi kanker payudara(14,15). Beberapa peneliti
pada manusia. melaporkan bahwa terdapatnya reseptor estrogen yang tinggi
Respon individu terhadap pertumbuhan sel tumor ternyata pada permukaan sel tumor juga menunjukkan peningkatan
tidak sama seperti yang terlihat di bawah ini(6,7): ekspresi varian CD 44; namun setelah diteliti lebih lanjut
1. Penolakan (rejeksi) disebabkan karena inkompatibilitas. ternyata tidak terdapat hubungan antara status reseptor estro-
2. Penerimaan (acceptance). gen dengan ekspresi CD 44 ini. CD 44 merupakan kelompok
3. Pertumbuhan (enhancement). protein permukaan sel yang berhubungan dengan adhesi dan
Penelitian genetik dan perubahan biologis pada keganas- metastasis tumor. Adanya bentuk isoform spesifik dengan
an telah membuka cakrawala mengenai diagnostik dan inter- ekspresi yang berlebihan menunjukkan adanya metastasis dan
vensi terapi kanker. Sel T merupakan respon host dalam prognosis yang jelek pada kanker payudara. Ekspresi v5 yang
mengontrol pertumbuhan tumor. Dia memiliki kemampuan terdapat pada jaringan payudara merupakan suatu petanda

28 Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003


adanya peningkatan gradasi tumor dan kemampuan metastasis Substrat dilarutkan dari DAB (diamino tetra benzidine) dengan
ke kelenjar aksila(11). TRIS BSA dan perydol.
10. Cuci dengan PBS selama 5 menit.
METODOLOGI PENELITIAN 11. Warnai dengan Hematoxilin.
Bahan 12. Cuci dengan air.
Pasien : 13. Tutup dengan deckglass yang dilengketkan dengan
Sebagai responden diambil pasien karsinoma payudara glycerine gelatin.
stadium yang telah menjalani operasi modifikasi mastektomi 14. Hitung jumlah sel yang positif yaitu sel yang berwarna
radikal. Teknik modifikasi mastektomi radikal yang dipilih coklat dari 100 sel.
adalah menurut cara Auchincloss yaitu payudara secara total Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam persen, yaitu jumlah
diangkat bersama dengan kelenjar limfe aksila secara en blok. sel limfosit dengan ekspresi CD 44 var 5 terhadap perhitungan
Kemudian atas jaringan tumor dan kelenjar aksila dilakukan 100 sel limfosit. Nilai ambang batas positif adalah lebih besar
dua pewarnaan yaitu dengan hematoksilin eosin dan pewarna- dari 50%. Proses pembuatan sediaan dan pewarnaan dilakukan
an imunohistokimia (antibodi monoklonal). oleh satu orang tenaga yang menguasai teknik menurut pro-
tokol yang sudah baku. Setiap proses pewarnaan disertai
Pemeriksaan Antibodi Monoklonal dengan pewarnaan positif dan negatif.
Pemeriksaan Antibodi Monoklonal dilakukan di Labora-
torium Histologi FKUA. Antibodi monoklonal yang digunakan Analisis Statistik
berasal dari murine monoclonal antibody yaitu : Mo Ab CD 44 Data yang diperoleh dari pemerikasaan histopatologi dan
var 5. antibodi monoklonal dibuat persentase dan kemudian masing-
masing kelompok sampel dibandingkan dengan memperguna-
Pemeriksaan Histopatologi kan Fischer exact test. Nilai signifikan secara statistik adalah p
Pemeriksaan histopatologi jaringan tumor dan kelenjar > 0.05. Data disajikan dalam bentuk tabel dan diagram.
limfe aksila dalam sediaan blok parafin dan diwarnai dengan
hemtoksilin eosin. Pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Waktu Penelitian
Patologi Anotomi FKUA. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 1 Januari 1999 sam-
Sampel pasien karsinoma payudara yang menjalani modi- pai dengan 1 Juli tahun 2000. Penelitian dilakukan di RSUP
fikasi mastektomi radikal sebanyak 20 kasus dan dilakukan Dr. M. Jamil Padang untuk pengambilan spesimen operasi
dua macam pemeriksaan yaitu histopatologi dengan blok sebanyak 20 kasus. Pemeriksaan histopatologi dilakukan di
parafin dan pemeriksaan antibodi monoklonal untuk antigen Laboratorium Patologi Anatomi FK Universitas Andalas dan
CD 44 var 5. Pemeriksaan antibodi monoklonal untuk antigen pemeriksaan antibodi monoklonal di Laboratorium Histopato-
CD 44 var 5 dilakukan dengan pewarnaan imunohistokimia logi FK Universias Andalas Padang.
(Imunoperoksidase indirek ) dengan metoda berikut ini.
HASIL PENELITIAN
Tahap-tahap pewarnaan : Periode 1 Januari 1999 sampai 1 Juli 2000 didapatkan 20
1. Sediaan dikeringkan pada suhu ruangan selama 2-24 jam kasus Karsinoma Payudara stadium dini yang menjalani
dan difiksasi dengan aseton selama 10 menit. Sampel ini operasi Modifikasi Mastektomi Radikal, dilakukan pemeriksa-
dikeringkan dan dapat langsung diwarnai atau disimpan pada an histopatologis pada jaringan payudara serta aksila. Pada
suhu -30°C. Sebelum proses pewarnaan dimasukkan ke dalam kasus tersebut dilakukan pemeriksaan terhadap CD 44 pada
metanol dengan H2O2 1% untuk mengurangi reaksi warna jaringan karsinoma payudara dan pada kelenjar aksila. Usia
endogen. pasien paling muda adalah 24 tahun dan usia paling tua adalah
2. Cuci preparat dengan PBS 5 selama 5 menit. 64 tahun, rerata usia: 42,7 tahun, SD=12,5 tahun.
3. Inkubasi dengan antibodi monoklonal yang telah dilarut-
kan dengan TRIS-BSA selama 30 menit pada suhu kamar
dalam ruang lembab. Sel pelet seluas 1 cm2 membutuhkan 100
ul Mo Ab.
4. Cuci preparat dengan PBS selama 5 menit. T1
5. Inkubasi dengan Rabbit anti Mouse POD conjugated T3
(sigma) yang dilarutkan dengan serum selama 30 menit pada
suhu ruang di dalam ruang lembab.
6. Cuci preparat dengan PBS selama 5 menit.
7. Inkubasi dengan Goat anti Rabit POD conjugated (sigma)
T2
yang dilarutkan dengan serum. Inkubasi dilakukan pada suhu
kamar di ruang lembab selama 30 menit.
8. Cuci dengan PBS selama 5 menit.
9. Inkubasi dengan substrat Peroksida selama 10-15 menit
sampai terlihat warna coklat di bawah kontrol mikroskop. Gambar 1. Distribusi besar tumor menurut ukuran T.

Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003 29


Rata-rata ekspresi CDK 44 var 5 pada T1=13%,
Dari ukuran tumor menurut TNM didapatkan pasien T2=29,57%. Peningkatan kadar CD 44 jaringan tumor seban-
dengan Tl=2 kasus (10%), T2=11 kasus (55%) dan sisanya ding dengan peningkatan ukuran T.
T3=7 kasus (35%). Sedangkan untuk kelenjar getah bening
yang positif secara klinis didapatkan 15 kasus (75%) dengan 50
perincian N1=14 kasus dan N2=1 kasus; tidak ditemukan 45
pembesaran kelenjar getah bening (N0) pada 5 kasus (25%). 40
35

Kadar CD 44
Tabel 1. Hubungan umur dengan kadar CD 44 tumor 30
25
<50% >50% Jumlah 20
< 40 tahun 6 7 8 15
> 40 tahun 7 5 12 10
Jumlah 13 7 20 5
0
Dari perhitungan dengan Fischer exact test didapatkan N0 N1 N2
p=0,39 dengan nilai kemaknaan p<0,05, maka tidak terdapat
Gambar 3. Hubungan antara kadar CD 44 jaringan tumor dengan
hubungan yang bermakna antara usia dengan jumlah CD 44 terabanya kelenjar getah bening aksila.
tumor.
Pada seluruh kasus didapatkan ekspresi CD 44 dengan Kadar CD 44 jaringan tumor pada N0 adalah 37,2%,
nilai rata-rata 34,5% (4% - 87%). N1=44,64% dan N2=21%.
Pada pemeriksaan Patologi anatomi atas 15 kelenjar getah
Tabel 2. Hubungan antara ukuran tumor (T) dan kelenjar getah bening
(N) dengan jumlah CD 44 per lapangan pandang. bening yang teraba secara klinis ternyata hanya 10 kelenjar
yang positif dengan metastasis karsinoma. Satu kasus yang
% CD 44 per lapangan tidak teraba ternyata mengandung metastasis.
No Tumor T KGB (N)
pandang
1 2 1 68 Tabel 3. Hubungan antara hasil pemeriksaan klinis dan patologi anatomi
2 2 1 25
3 3 1 54 PA + PA - Total
4 3 1 24 Klinis + 9 6 15
5 2 0 83 Klinis - 1 4 5
6 3 0 71 Total 10 10 20
7 3 1 87
8 2 1 16
9 2 1 8 Dari uji Fischer didapatkan p=0,15 dimana p > 0,05, tidak
10 2 1 4 terdapat hubungan secara statistik antara pemeriksaan klinis
11 1 0 19 dan metastasis secara mikroskopis. Pada 5 kasus dengan klinis
12 3 2 21
13 2 1 36
teraba ternyata pada pemeriksaan histopatologi menunjukkan
14 2 1 51 gambaran hiperplasia reaktif.
15 2 1 11
16 3 1 7 Tabel 4. Hubungan antara hasil pemeriksaan histopatologi kelenjar
17 3 1 83 getah bening dengan kadar CD 44 pada jaringan tumor.
18 2 1 17
19 2 0 5 CD 44 + CD 44 - Total
20 1 0 7 PA + 5 5 10
Rata-rata 34,5 PA - 4 6 10
Total 9 11 20
% CD44
60 Dari uji Fischer didapatkan p=0,5 (p > 0,05), jadi tidak
didapatkan hubungan yang bermakna.
50
Dari 10 kasus dengan metastasis aksila didapatkan rata-
40 rata jumlah CD 44 adalah 44,9% dibandingkan dengan tanpa
30
metastasis aksila adalah sebesar 24,9%.
20 DISKUSI
10 Dari penelitian ini (20 kasus) usia yang paling muda
adalah 24 tahun dan usia paling tua adalah 64 tahun, rerata
0
usia: 42,7 tahun dengan SD=12,5 tahun. Dari 20 kasus tersebut
1 2 3
terdapat 6 kasus (30%) merupakan kanker payudara pada usia
muda (<35 tahun). Perhitungan Fischer exact test untuk
Gambar 2. Hubungan antara jumlah CD 44 dan ukuran T melihat pengaruh umur terhadap kadar CD 44 mendapatkan

30 Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003


p=0,39 dengan nilai kemaknaan p < 0,05, yang menunjukkan metastasis ke aksila (37,2% vs 44,64%). Kondisi ini dapat
tidak terdapat hubungan yang bermakna. Hal ini sesuai dengan disebabkan karena jumlah sampel yang masih sedikit atau
laporan beberapa peneliti yang tidak menemukan hubungan karena memang kedua hal ini tidak berhubungan secara
antara kadar CD 44 dengan usia penderita. statistik. Sheen chen dkk melaporkan bahwa adanya molekul
Molekul CD 44 dapat diekspresikan pada beberapa jaring- CD 44 merupakan faktor prognostik jelek pada karsinoma
an normal dan hampir pada semua sel kanker. Sedangkan payudara; 100 pasien karsinoma duktal invasif dengan kadar
antibodi terhadap CD 44 pada jaringan tumor payudara CD 44 tinggi mengandung metastasis. Manfred Kaufman
memiliki epitop bervariasi yang memiliki distribusi terbatas. melaporkan bahwa ekspresi CD 44 yang lebih tinggi memiliki
Pemeriksaan CD 44 pada penelitian ini melalui pemeriksaan survival yang lebih pendek. Walaupun demikian masih perlu
pada jaringan tumor. Hasil pemeriksaan dalam bentuk per- penelitian yang lebih lanjut terutama dengan mengikutsertakan
sentase per 100 lapangan pandang seperti yang dilakukan juga faktor-faktor prognostik lainnya.
oleh Kinosita dkk. Dari ukuran TNM didapatkan pasien
dengan T1=2 kasus (10%), T2=11 kasus (55%) dan sisanya KESIMPULAN
T3=7 kasus (35%); CD 44 positif pada seluruh kasus dan 1. Ekspresi CD 44 didapatkan pada seluruh kasus kanker
kadar rata-rata adalah 34,5% dengan nilai terendah 4% dan payudara yang diteliti.
tertinggi 85%. Nilai rata-rata pada T1 adalah 13%, T2=26,85% 2. Kadar ekspresi CD 44 sebanding dengan peningkatan
dan T3=73,5%. Dari persentase dapat dilihat korelasi bahwa ukuran tumor, tetapi tidak ada hubungannya dengan usia
makin besar T (ukuran tumor) makan kadar CD 44 makin penderita.
tinggi. Hal ini sesuai dengan yang dilaporkan Manfred 3. Terdapat peningkatan kadar CD 44 pada jaringan tumor
Kaufman dkk; peningkatan ukuran tumor akan meningkatkan kasus dengan metastasis ke kelenjar aksila.
kadar CD 44 dan akan membuat prognosis menjadi lebih 4. Perlu penelitian lebih lanjut untuk dapat memakai ekspresi
buruk. CD 44 var 5 sebagai faktor prognostik untuk timbulnya
Dari pemeriksaan patologi anatomi atas 15 (70% kasus) metastasis.
kelenjar getah bening yang teraba secara klinis, ternyata hanya 5. Hasil pemeriksaan histopatologis “Hiperplasia Reaktif”,
10 kelenjar yang positif mengandung metastasis, pada 5 kasus dengan konfirmasi pemeriksaan CD 44 var 5 yang positif perlu
lainnya berupa hiperplasia reaktif. Satu kasus pada pemeriksa- di follow up untuk menentukan hubungan terdapat rekurensi
an klinis tidak teraba ternyata mengandung metastasis. Dari uji dan survival rate penderita.
Fischer ternyata tidak terdapat hubungan antara pemeriksaan
klinis dengan hasil pemeriksaan histopatologi. Pembesaran
dapat terjadi juga akibat infeksi sekunder, atau akibat lepasnya KEPUSTAKAAN
bahan-bahan inflamasi akibat pertumbuhan tumor. Walaupun
1. Ramli B. Penerapan mutakhir karsinoma payudara. Makalah Simposium
demikian dari 10 kasus dengan metastasis aksila (histopato- Terapi Kanker Payudara. Padang; Maret 2000.
logi) didapatkan rata-rata jumlah CD 44 44,9% dibandingkan 2. Henderson C, Harris MR, Kinne DW, Hellman S. Cancer of the Breast,
dengan tanpa metastasis aksila sebesar 24,9%. Hal ini menun- In Cancer Principles and Practice of Oncology 3rd ed, Devita VT Jr,
jukkan bahwa peningkatan kadar CD 44 pada jaringan tumor Hellman S, Rosenberg SA eds. Philadelphia: JB Lippincott Co. 1989;
1197-1258.
sebanding dengan angka kajadian metastasis pada kelenjar 3. Austyn JM, Wood KJ. Principles of cellular and molecular immunology.
getah bening aksila. New York: Oxford University Press, 1994 ; 203-17.
Kinosita dkk, melakukan pemeriksaan CD 44 pada 4. Janeway CA, Travers P. Immunobiology: the immune system in health
jaringan karsinoma mamae pada 91 kasus dan menghubung- and disease. New York: Blackwell Scient. Publ, 1994; 601-37.
5. Chandrasoma P, Taylor CR. Concise Pathology. 2nd ed. London:.
kannya dengan metastasis ke kelenjar aksila. 31 pasien dengan Prentice Hall International, 1995; 47-68.
CD 44 positif mengalami rekurensi. CD 44 yang positif 6. Belanty JA. Immunology. 3rd ed. Jogjakarta: Gajah Mada University
menunjukkan kecenderungan tinggi untuk metastasis ke Press, 1993; 18-57.
kelenjar limfe, walaupun CD 44 bukan satu-satunya faktor 7. Roitt I. Essential Immunology. 9th ed. London: Blackwell Science Ltd,
1997; 195-1198.
yang berhubungan dengan metastasis ke kelenjar limfe. Pada 8. Elgert KD. Immunology: understanding the immune system. New York:
penelitian ini didapatkan hasil rata-rata pemeriksaan CD 44 Wiley Liss, 1996; 173-98.
jaringan tumor pada N0=37,2%, N1=46,64% dan N2=21%. 9. Kresno SB. Immunologi : diagnosis dan prosedur laboratorium. Edisi
Dari diagram 3 tampak bahwa terdapat peningkatan kadar CD ketiga. Jakarta: FKUI, 1996; 5-77.
10. Griffioen AW, Coenen MJ, Damen CA, Hellwig SM, Van Weering DH,
44 sebanding dengan pembesaran kelenjar getah bening aksila Vooys W, Blijham GH, Groenewegen G. CD 44 is involved in tumor
(N0 dan N1). Pada N2 terdapat penurunan nilai CD karena angiogenesis; an activation antigen on human endothelial cells. Blood
jumlah sampel hanya 1 kasus dan juga nilai N2 sendiri 1997; 90(3): 1197-1258.
menunjukkan adanya perlengkapan antara kgb dengan jaringan 11. Lancher C, Moser R, Bauernhofer T, Wilder TM, Samonigg H, Berghold
A, Zatloukal K. Soluble CD 44 v5 and v6 in serum patients with breast
sekitarnya. cancer. Corelation with expression of CD 44 v5 and v6 in primary
Dari uji Fische tidak didapatkan perbedaan yang ber- tumors and location of metastasis. Breast Cancer Res Treat 1998; 47(1):
makna antara ekspresi CD 44 di jaringan tumor dengan adanya 29-40.
metastasis ke aksila secara histopatologis (Tabel 4). Namun 12. Kitti EM, Ruckser R, Sakery S, Samek V, Hofmann J, Huber K, et al.
Evaluation of solube cd 44 splice variant v5 in the diagnosis and follow-
kadar CD 44 di jaringan payudara pasien tanpa metastasis ke up in breast cancer patients. Experiment and Clin Immunogenetics 1997;
kelenjar aksila lebih rendah daripada pada pasien dengan 14(4).

Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003 31


13. Ermak G, Jennings T, Boguniewicz A, Figge J. Novel CD 44 messenger 15. Murti B. Penerapan metode statistik non parametik dalam ilmu-ilmu
RNA isoforms in human thyroid and breast tissues feature unusual kesehatan. Jakarta: Gramedia, 1996.
sequence rearrangements. Clin Cancer Res 1996; 2: 1251-54. 16. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis.
14. Martin S, Jansen F, Bokelmann J, Kolb H. Soluble CD 44 splice variants Jakarta: Binarupa Aksara, 1995.
in metastasing human breast cancer, Int J Cancer 1997; 74(4): 443-5.

KALENDER KEGIATAN ILMIAH PERIODE APRIL – JULI 2003


Waktu Kegiatan Ilmiah Tempat dan Sekretariat
Tiara Convention Center, Medan
MARET 26 - 29 AOFOG 4 (Feto Maternal) E-mail: obgynham@indosat.net.id
Telp : 061-4534190, 4511522
Kursus Penyegar dan Penambah Ilmu Kedokteran Fakultas Hotel Borobudur, Jakarta
11 - 13 Kedokteran Universitas Indonesia (KIPPIK FKUI 2003) Email: cme_fkui@yahoo.com
Phone No:021-3106737
6th International Conference on Hemodynamics of the Nikko Bali Resort & Spa, Bali
20 - 21 International Hemodynamic Society Email:bimatama@centrin.net.id
Telp :021-3927958, 3151665, 3144361
Hotel Tiara, Medan
20 - 23 Kongres Nasional VI PERKENI Email : perkeni_medan@yahoo.com
Telp: 061-836 3009
APRIL
Hotel Borobudur, Jakarta
The 12th Annual Scientific Meeting of the Indonesia Heart E-mail: PERKI-JAYA@cbn.net.id,
24 - 26 Association (Cardiology Update 2003) inaheart@indosat.net.id
Tep: 021-5684093, 5684085 (ext. 3508);
Fax : 021-5608239
Hotel Sahid Jaya, Jakarta
4th Jakarta Antimicrobial Update (JADE) 2003 E-mail: tropik@indosat.net.id
26 - 27
Telp: 021-3908157, 3925491
Fax : 021-3929106
Simposium Pertemuan Ilmiah Tahunan Ke-1 (PIN-1) PB Hotel Sheraton, Jogjakarta
2-4 PAPDI: Therapeutic Update in Internal Medicine Email: pb_papdi@indonet.net.id
Telp: 021-331384, 3159704, 330808 Ext. 6703
Hotel Sahid Jaya, Jakarta
3-4 Penatalaksanaan Holistik Autisme Email : knai2003@rad.net.id
Telp: 021-7980888, 7985177, 7940836/7
9 - 10 3rd Jakarta Nephrology Hypertension (JNHC) Hotel Borobudur, Jakarta
Email : inasn@link.net.id, pernefri@cbn.net.id
11 Symposium Hipertensi Telp : 021-314 9208
MEI
Bali International Convention Center, Bali
International Congress on E-mail : ab2003@cbn.net.id
16 - 18
Pharmacokinetic/Pharmacodynamic (Antibiotic 2003) Telp: 62-21-5684093 ext. 5019, 62-21-
5684085 ext. 1242
Indo Surgitex 200, IKABI Jakarta Convention Center
22 - 25
Telp: 021-390 5533
Temu Ilmiah Geriatri 2003: Penatalaksanaan Pasien Geriatri Hotel Sahid Jaya, Jakarta
24 - 25 dengan Pendekatan Interdisiplin Email: geriatri.fkui@mailcity.com
Telp: 021-31900275
PIN PERALMUNI 2003 Hotel Sahid Jaya, Jakarta
JUNI 21 - 22
Telp : 021-314 1160
Batu, Malang
Kongres Nasional Ke-XI PGI-PEGI dan PIN ke-XII PPHI email: hegasindo_mlg@telkom.net;
4-7
konasgastro_2003@yahoo.com
Telp : 0341-348265
Kongres Nasional Obstetri & Ginekologi Indonesia (KOGI Hotel Sheraton, Yogyakarta
4 - 11
XII) Telp: (0274)587333 psw 296
JULI Indonesian Digestive Week (IDDW) in Conjunction with the Hotel Discovery Kartika Plaza, Bali
9 - 12 American Gastroenterological Association (AGA) E-mail: gitipdui@cbn.net.ui
Telp: 021-3153957
Grand Bali Beach, Bali
10 - 13 Mukernas Perdossi / Konas Perdossi Email : perdossi_bali@indo.net.id
Telp : 0361-246082, 227911/25 psw 174
The 2nd National Symposium The Recent Advances in Hotel Borobudur, Jakarta
18 - 20
Critical Care Management Telp: 021-3441008 Ext. 2426, 3518038
Sewindu Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Penyakit Dalam Hotel Sahid Jaya, Jakarta
25 - 27 FKUI/RSCM 2003 Email: ipdfkui@pacific.net.id
Telp: 021-330956

32 Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003


Sewindu Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Penyakit Dalam Hotel Sahid Jaya, Jakarta
25 - 27 FKUI/RSCM 2003 Email: ipdfkui@pacific.net.id
Telp: 021-330956
Informasi Terkini, Detail dan Lengkap (jadwal acara/pembicara) bisa diakses di http://www.kalbe.co.id Medical >>
Calender of Event >> Complete

Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003 33


LAPORAN KASUS

Giant Mammary Dysplasia


(Penyakit Fibrokistik)
Azamris
Konsultan Bedah Tumor/Onkologi
Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RSU Dr. M. Djamil
Padang

ABSTRAK

Penyakit fibrokistik, lebih tepat disebut kelainan fibrokistik, merupakan kelainan


yang paling sering ditemukan pada wanita dan biasanya didapatkan pada wanita pada
usia dekade 3-4. Pasien biasanya datang dengan keluhan pembesaran multipel dan
sering kali rasa nyeri payudara bilateral terutama menjelang menstruasi. Ukuran dapat
berubah yaitu menjelang menstruasi terasa lebih besar dan penuh serta rasa sakit ber-
tambah, bila setelah menstruasi rasa sakit berkurang sampai hilang dan tumorpun
mengecil.
Dilaporkan seorang pasien wanita, menikah, belum punya anak, umur 33 tahun,
suku Minang dirawat di bangsal bedah RSU Dr. M. Djamil dengan keluhan utama
kedua payudara membesar sejak 8 bulan yang lalu. Pembesaran difus kedua payudara
ini disertai nyeri yang hebat. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kedua payudara
membesar difus. Terdapat nodul multipel dengan perabaan kistik sampai solid, dengan
batas yang tidak tegas. Pada pemeriksaan histopatologi didapatkan kesan mammary
dysplasia. Dilakukan operasi reduksi mammoplasti untuk memperkecil bentuk payu-
dara dan mengurangi keluhan nyeri hebat.

Kata kunci : Makromastia, Reduksi Mammoplasti, Penyakit Fibrokistik

PENDAHULUAN dengan gambaran histopatologis maupun klinis yang ber-


Penyakit fibrokistik merupakan kelainan yang paling macam-macam pula.(1,2,3)
sering ditemukan pada wanita dan biasanya didapatkan pada Pada tahun 1981, Scanlon mendefinisikan penyakit fibro-
wanita pada usia dekade 3-4. Penyakit fibrokistik lebih tepat kistik sebagai “Suatu keadaan dimana ditemukan adanya
disebut kelainan fibrokistik. Pasien biasanya datang dengan benjolan yang teraba di payudara yang umumnya behubungan
keluhan pembesaran multipel dan sering kali rasa nyeri payu- dengan rasa nyeri yang berubah-ubah karena pengaruh siklus
dara bilateral terutama menjelang menstruasi. Ukuran dapat menstruasi dan memburuk sampai saat menopause”.(4)
berubah yaitu menjelang menstruasi terasa lebih besar dan Kelompok penyakit ini sering mengganggu ketentraman
penuh serta rasa sakit bertambah, bila setelah menstruasi maka penderita karena cemas akan nyerinya. Pada pasien akan
sakit hilang/berkurang dan tumorpun mengecil.1,2,3) menyebabkan perasaan tidak enak serta rasa cemas yang me-
Kelainan fibrokistik ini disebut juga mastitis kronis kistik, nyertainya sehingga mempengaruhi kualitas hidup pasien.(4)
hiperplasia kistik, mastopatia kistik, displasia payudara dan Beberapa bentuk kelainan fibrokistik mengandung risiko
banyak nama lainnya. Istilah yang bermacam-macam ini me- untuk berkembang menjadi karsinoma payudara, tetapi umum-
nunjukkan proses epitelial jinak yang terjadi amat beragam nya tidak.(3,4) Bila ada keraguan terutama bila konsistensinya

34 Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003


berbeda, perlu dilakukan biopsi. Nyeri yang hebat dan ber- tidak diingat namanya, karena setelah 9 tahun berkeluarga
ulang atau pasien yang khawatir dapat pula menjadi indikasi belum mempunyai anak. Setelah mengkonsumsi jamu bebe-
eksisi.(3) rapa kali ternyata kedua payudara menjadi membesar, tegang
Tumor jenis kelainan fibrokistik ini umumnya tidak ber- dan nyeri berdenyut. Pasien mencoba mencari pengobatan
batas tegas, kecuali kista soliter. Konsistensi padat kenyal dan secara medis dan non medis sampai akhirnya berobat ke RSU
dapat pula kistik. Jenis yang padat, kadang-kadang sukar Dr. M. Djamil. Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan histo-
dibedakan dengan kanker payudara dini. Kelainan ini dapat patologis memperlihatkan terdapat tonjolan papiler di antara
juga dijumpai pada massa tumor yang nyata, hingga jaringan stromal yang menunjukkan pengaruh hormon estrogen.(3)
payudara teraba padat, permukaan granular. Kelainan ini di- Penatalaksanaan pada kelainan fibrokistik ada 2 macam
pengaruhi oleh gangguan keseimbangan hormonal.(5) yakni: (1,2,4,5)
Love, Gelmen dan Silen menyatakan bahwa atau nyeri 1. Medis
payudara bukanlah manifestasi penyakit tetapi lebih mungkin Pemberian obat anti nyeri untuk mengurangi nyeri yang
merupakan suatu respon fisiologi terhadap variasi hormonal ringan sampai sedang.
yang sesuai dengan gambaran histopatologis suatu kelainan Pemberian diuretik serta pembatasan pemberian cairan
fibrokistik.(5) dan garam.
Empat tahun kemudian Vorherr menyatakan Teori Estro- Di Perancis dicoba pemberian progesteron untuk kelainan
gen Predominan yang menyarankan terapi medik untuk pe- fibrokistik karena dianggap terdapat ketidakmampuan fungsi
nyakit fibrokistik melalui supresi sekresi estrogen ovarial corpus luteum sebagai penyebab nyeri dan timbulnya nodul,
dengan pemberian oral kontrasepsi rendah estrogen dan tetapi hal ini disangkal dari penelitian double blind yang meng-
pemakaian siklis progesterone atau medroksiprogesteron.(5) gunakan plasebo dimana tidak didapatkan perbedaan yang
bermakna.
KASUS Teori hyperprolaktinemia dan estrogen overstimulasi
Seorang pasien wanita, menikah, belum punya anak, umur menyarankan pemberian bromokriptin dan danazol. Tetapi
33 tahun, suku Minang, dirawat di bagian bedah RSU Dr. M. penelitian tidak memperlihatkan hasil yang impresif dan fakta
Djamil dengan pembesaran yang difus pada kedua payudara- yang ada menunjukkan bahwa lama pengobatan serta meka-
nya sejak 8 bulan yang lalu. Pembesaran difus kedua payudara nisme kerjanya tidak diketahui.
terjadi setelah pasien ini mencoba meminum jamu/ramuan 2. Bedah
yang tidak diketahui namanya dengan maksud agar hamil dan Penatalaksanaan secara pembedahan dilakukan bila :
punya anak karena telah menikah selama 9 tahun belum − Pengobatan medis tidak memberikan perbaikan.
memperoleh keturunan. Setelah terjadi pembesaran pasien − Ditemukan pada usia pertengahan sampai tua.
merasakan nyeri hebat pada payudara dan mencoba mendapat- − Nyeri hebat dan berulang.
kan pengobatan baik medis maupun non medis. − Kecemasan yang berlebihan dari pasien.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kedua payudara mem- Reduksi mammoplasti dilakukan pada keadaan:(4)
besar difus, terdapat multipel lesi nodul dengan perabaan kistik 1. Mammary hipertrophy
sampai solid dan dengan batas yang tidak tegas. Papila mamae Gejala antara lain nyeri punggung dan leher serta spasme
berjarak 30 cm dari mid klavikula dan jarak pelebaran payu- otot. Pasien umumnya tidak mengetahui bahwa reduksi
dara adalah 16 cm. Pada pemeriksaan histopatologis didapat- mammoplasti dapat mengurangi gejala. Beratnya payudara
kan kesan mammary dysplasia. dapat menyebabkan kifosis tulang belakang.
Pada pasien ini dilakukan operasi reduksi mammoplasti 2. Makromastia
untuk memperkecil bentuk payudara serta untuk mengurangi Pasien dengan makromastia akan datang dengan keluhan
keluhan nyeri. Pada kedua payudara dilakukan reseksi paren- ulnar parestesia sebagai akibat terperangkapnya bagian ter-
kim dengan cara B-modified pattern. Pada payudara kanan bawah pleksus brakialis; sulit melakukan aktifitas olah raga
dilakukan free skin graft menurut teknik Thorek, sedangkan dan latihan. Pada kebanyakan wanita akan menyebabkan gang-
pada payudara kiri dilakukan operasi the two pedicle. Pada guan penampilan serta kurang rasa percaya diri. Bilateral
masing-masing payudara dikurangi massa payudara seberat 2,5 makromastia merupakan akibat akhir sensitivitas organ ter-
kg, jadi total massa tumor yang dibuang adalah 5 kg. Setelah hadap estrogen.
operasi, lapangan operasi ditutup dengan amnion membran dan 3. Gigantomastia
dipasang penyalir cairan.(6,7) Pembesaran masif payudara selama kehamilan dan selama
masa adolesen. Payudara membesar sangat cepat dan secara
DISKUSI tidak proporsional.
Penyakit fibrokistik payudara biasanya mengenai wanita Komplikasi setelah reduksi mammoplasti adalah:(4,6)
pada usia reproduktif dan merupakan penyakit yang tersering 1. Hematom
pada wanita. Biasanya lesi ini bersifat multipel dan bilateral, 2. Infeksi
tetapi sangat jarang sekali yang berukuran sangat besar dan 3. Nekrosis flap kulit dan kompleks nipple areola
memberikan penderitaan rasa sakit yang sangat hebat.(1,2,3) 4. Inversi Nipple
Pada pasien ini didapatkan pembesaran payudara yang 5. Asimetri
difus serta sangat besar, setelah mencoba maminum jamu yang 6. Timbul Keloid

Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003 35


KESIMPULAN 2. Pisi Lukito dkk. Kelainan Fibrokistik Dalam: Sjamsuhidajat, Wim de
Jong penyunting Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta. EGC. 1997; 512-55.
• Telah dilakukan Reduksi Mammoplasti pada pasien Giant 3. Iglehart JD. The Breast. In : Sabiston’s Textbook of Surgery. 14th ed.
Mammary Dysplasia/Penyakit Fibrokistik. Philadelphia. WB Saunders. 1991; 510-50.
• Dapat terjadi lagi pembesaran payudara setelah reduksi 4. Marchant DJ. Fibrocystic changes. In : Breast Diseases. Philadelphia.
mammoplasti karena pengaruh hormonal. WB Saunders Co. 1997; 21-9.
5. Ramli M. Kanker Payudara. Dalam: Soelarto R penyunting Kumpulan
• Pengobatan selanjutnya adalah mastektomi. Kuliah Ilmu Bedah. Bagian Bedah FKUI. 1995; 342-63.
6. Strombeck JO. Reduction Mammoplasty. In : Grabb WC penyunting
KEPUSTAKAAN Plastic Surgery. Boston. Little Brown and Co. 1973; 955-71.
7. Catalioti L, et al. The response of surgeon to changing patterns in breast
1. Bland KI, Verenidis MP, Edwar M. Copeland EM. Breast. In : cancer diagnosis. In : European Journal of Cancer. Lisbon. Pergamon.
Schwartz’s Principle of Surgery. 7th ed. New York. Mc Graw Hill 2001. vol 37.
International. 1999; 533-99.

Lampiran:

Gb. 1. Sebelum operasi Gb. 2. Sebelum operasi

Gb. 4. Setelah operasi mammoplasti reduksi


Gb. 3. Jaringan tumor

36 Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003


TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Trikomoniasis
dan Penatalaksanaannya
AM Adam, Hardy Suwita
SMF Kulit dan Kelamin RSUD Lambuang Baji, Makassar

ABSTRAK
Trikomoniasis adalah infeksi Trichomonas vaginalis yang merupakan protozoa
patogen pada saluran genito-urinaria manusia. Berbagai macam gejala klinis dapat
ditemukan baik pada wanita maupun pria dan diagnosis pasti adalah dengan
menemukan organisme ini. Hingga saat ini metronidasol masih merupakan obat pilihan
untuk trikomoniasis.

Kata kunci: Trikomoniasis, Penatalaksanaan.

PENDAHULUAN
Trichomonas vaginalis merupakan protozoa patogen(1,2) usaha untuk lebih mengetahui farmakodinamik pada peng-
yang umumnya ditemukan pada saluran genitourinaria gunaan nitroimidazol(7).
manusia. Penularan biasanya melalui hubungan kelamin; Peningkatan risiko terkena trikomoniasis terdapat pada
organisme ini dapat menyebabkan vaginitis pada wanita dan individu yang mempunyai pasangan seksual yang banyak,
uretritis non gonore pada pria(1). higiene yang buruk dan sosial ekonomi yang rendah(1).
Pada tahun 1836 Donne menemukan Trichomonas
vaginalis pada duh tubuh vagina yang segar. Beberapa peneliti EPIDEMIOLOGI
selama 30 tahun terakhir ini memperlihatkan bahwa Prevalensi Trichomonas vaginalis sebesar 5-10% pada
Trichomonas vaginalis merupakan patogen urogenital penting populasi umum wanita(1), 50-60% pada wanita penghuni pen-
yang dapat menular secara seksual(1,3). jara dan pekerja seks komersial(1,2).
Azomycin (2 nitroimidazol) yang ditemukan oleh Naka- Pada wanita yang mempunyai keluhan pada vagina,
mura (1955)♦, mempunyai efek trikomoniasida, sehingga prevalensi Trichomonas vaginalis antara 18-50%; dan pada 30-
disintesis secara kimia. Salah satunya adalah 1-β- 50% wanita dengan gonore juga ditemukan infeksi Tricho-
hydroxyethyl-2-methyl-5 nitroimidazol, sekarang dikenal se- monas vaginalis. Prevalensi infeksi Trichomonas vaginalis
bagai metronidazol, diketahui memiliki aktivitas tinggi secara pada pria yang mengunjungi klinik penyakit menular seksual
in vitro terhadap Trichomonas vaginalis. Metronidazol mem- sebanyak 6%. Infeksi Trichomonas vaginalis pada pria selalu
punyai spektrum yang luas terhadap protozoa dan sebagai dihubungkan dengan uretritis non gonore, dengan prevalensi
antimikroba(4). antara 1-68%(1).
Sejak tahun 1958, metronidazol sudah dikenal di seluruh Pada skrining serologis yang dilakukan pada orang-orang
dunia sebagai kemoterapi untuk Trichomonas vaginalis(5). yang terlihat sehat di rumah sakit, diperkirakan sebanyak 1/3
Baru-baru ini dilaporkan beberapa kasus kegagalan peng- dari seluruh wanita mengidap agen ini selama masa aktif
obatan ulang dengan metronidazol yang menandakan adanya seksualnya(2). Trichomonas vaginalis ditemukan pada lebih
strain dengan resistensi tinggi(6). Kurangnya pengobatan alter- dari 30% saluran urogenital pria yang pasangan wanitanya
natif untuk infeksi Trichomonas vaginalis yang resisten ter- terinfeksi Trichomonas vaginalis(4).
hadap metronidazol menyebabkan peningkatan dosis dan Di Eropa Timur infeksi Trichomonas vaginalis sekurang-

Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003 37


kurangnya 25% ditemukan pada kasus uretritis non gonore. Di dapat merangsang kemotaktik sel lekosit PMN, yang mungkin
Zimbabwe 5,5% infeksi Trichomonas vaginalis terjadi pada mempengaruhi perkembangan gejalanya(3).
pria dan 10-50% infeksi Trichomonas vaginalis pada wanita Mekanisme lengkap penghancuran sel epitel vagina yang
bersifat asimtomatik(3). Di Lods, Polandia, pada pemeriksaan diserang oleh Trichomonas vaginalis belum diketahui dengan
urin penderita pria dengan usia 18-60 tahun ditemukan 1,74% pasti(3).
terinfeksi Trichomonas vaginalis sedangkan pada wanita usia Terdapat 3 kemungkinan untuk timbulnya spektrum klinis
18-60 tahun ditemukan 10,67%. Di Inggris Barat, 5,3% wanita yang luas pada penyakit ini:
yang datang ke klinik ginekologi terinfeksi Trichomonas 1. Terdapat variasi virulensi intrinsik di antara strain tricho-
vaginalis dan 21,3% penderita yang datang ke bagian penyakit monas yang berbeda(3,10).
menular seksual mengandung organisme ini. Di Amerika, pada 2. Perbedaan kerentanan epitel vagina di antara penderita dan
465 pekerja asuransi didapatkan 6,3% wanita yang menikah juga pada penderita yang sama pada waktu yang lama(3,10).
dari 1,4% wanita tidak menikah mengidap Trichomonas 3. Terdapat perbedaan lingkungan mikro vagina yang mem-
vaginalis. Sebagian besar pekerja seks komersial atau peng- pengaruhi gejala klinisnya(3).
guna obat (70%) mem-punyai Trichomonas vaginalis. Pada Pria yang mengandung Trichomonas vaginalis sebagian
wanita kulit hitam diperkirakan 2-8 kali lebih banyak ditemu- besar asimtomatik dan respon radang pada uretra pria biasa-
kan Trichomonas vaginalis dibandingkan wanita kulit putih(8). nya tidak ditemukan. Hal ini berhubungan dengan epitel
Infeksi paling sering terjadi pada dekade II dan III, tetapi kuboid pada uretra. Trichomonas vaginalis dapat menginfeksi
dapat terjadi pada setiap umur dan pernah dilaporkan hampir epitel skuamosa pada vagina tetapi hanya yang rentan saja(3).
17% bayi usia 1 hari – 11 bulan telah terinfeksi Trichomonas Cara menghilangkan Trichomonas vaginalis dari saluran
vaginalis(9). urogenital pria belum diketahui pasti, tetapi mungkin organis-
me hilang secara mekanik pada waktu buang air kecil dan
adanya seng di dalam cairan normal prostat dapat dengan cepat
membunuh trichomonas(3).
ETIOLOGI
Trikomonas adalah suatu organisme eukaryotik yang
termasuk kelompok mastigophora(10), mempunyai flagel,
PENULARAN
dengan ordo trichomonadida. Terdapat lebih dari 100 spesies,
Trichomonas vaginalis menular melalui hubungan sek-
sebagian besar trichomonas merupakan organisme komensal
sual(1,9,11) meskipun masih diperdebatkan(1). Trichomonas
pada usus mamalia dan burung. Terdapat 3 spesies yang sering
vaginalis dapat hidup pada obyek yang basah(11) selama 45
ditemukan pada manusia yaitu Trichomonas vaginalis yang
menit pada kloset duduk, kain lap pencuci badan, baju, air
merupakan parasit pada saluran genitourianaria, Trichomonas
mandi(1) dan cairan tubuh(11). Penularan perinatal terjadi kira-
tenax dan Pentatrichomonas hominis merupa-kan trichomonas
kira 5% dari ibu yang terinfeksi(1,11) tetapi biasanya sembuh
non patogen yang ditemukan di rongga mulut untuk
sendiri dengan metabolisme yang progresif dari hormon ibu(1).
Trichomonas tenax dan usus besar untuk Pentatrichomonas
Infeksi Trichomonas vaginalis mempunyai masa inkubasi
hominis(1).
selama 4-21 hari(9).
Nama Trichomonas vaginalis sebenarnya salah, karena
juga ditemukan di uretra wanita dan tidak jarang ditemukan di
uretra pria(8). Organisme ini berbentuk oval atau fusiformi, atau
GEJALA KLINIS
seperti buah pir(1,8) dengan panjang rata-rata 15 mm dengan
Pada wanita
tanda khas selalu berpindah tempat. Intinya terletak anterior,
• Vaginitis
antara inti dan permukaan ujung yang lebih luas terdapat 1 atau
Adanya duh tubuh vagina yang encer berwarna kuning
lebih struktur yang membulat yang disebut blepharoplasts dan
dari tempat inilah keluar keempat flagel(8). Flagel kelima kehijauan(1,11) dan purulen merupakan gambaran yang karak-
teristik untuk vaginitis trichomonal(1). Bau vagina yang
berbentuk membran bergelombang yang berasal dari kompleks
abnormal, pruritus, vulva yang kemerahan dan membengkak,
kinetosomal dan terbentang sepanjang setengah dari organisme
ini(1). petechiae pungtata pada serviks (strawberry cervix)(9,11-14).
Lebih dari setengah wanita yang terinfeksi mempunyai gejala
Pergerakannya dengan kedutan yang didorong oleh
klinis(11), difus, ekskoriasi pada bagian dalam paha(8). Pen-
keempat flagel anterior(1), kecepatan dan aktivitas hentakan-
nya yang khas menyebabkan organisme ini mudah diidentifi- derita mungkin juga mengeluh disparenia dan pada waktu
pemasangan spekulum terasa sakit(8,14) serta edema vestibulum
kasi pada sediaan segar(8). Trichomonas vaginalis tumbuh di
dan labia minor mungkin ditemukan(12).
ling-kungan yang basah dengan suhu 35-37º C dengan pH
antara 4,9-7,5(1). Trichomonas vaginalis tidak menyerang • Uretritis
jaringan di sebelah bawah dinding vagina, ia hanya ada di Kira-kira setengah kasus vaginitis trikomonalis juga me-
rongga vagina; sangat jarang ditemui di tempat lain. Ling- ngenai uretra. Keadaan ini mungkin asimtomatik atau me-
kungan vagina sangat disukai oleh organisme ini(10). nyebabkan disuria(8).
Trichomonas vaginalis dapat menimbulkan reaksi radang • Skenitis dan bartolinitis
pada rongga vagina yang didominasi oleh sel lekosit polymor- Skenitis dan bartolinitis dengan pembentukan abses
phonuclear (PMN). Trichomonas vaginalis dan ekstraknya mungkin berhubungan dengan trikomoniasis dan kadang-

38 Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003


kadang Trichomonas vaginalis dapat diisolasi dari sekreti diambil oleh parasit) dan mikroflora vagina yang menyertainya
organ ini(8), infeksi kedua kelenjar ini sangat jarang terjadi(9). (yang mungkin mengurangi jumlah obat se-tempat).
Metronidazol masih tetapi sebagai obat pilihan untuk
Pada pria trikomoniasis pada wanita dan pria(1,8,15). Tidak ada peng-
Penemuan secara langsung Trichomonas vaginalis dengan obatan alternatif yang efektif selain metronidazol(13).
menggunakan mikroskop sukar pada genitalia pria atau sampel Metronidazol bekerja dengan cara menghambat sintesis
urin(1). Sebagian besar pria yang terinfeksi tidak mempunyai DNA pada Trichomonas vaginalis dan menyebabkan degra-
gejala(3,8,11,13). Bila bergejala kebanyakan berupa duh tubuh dasi DNA(4) yang berakibat putusnya untaian DNA dan tidak
ure-tra yang seperti susu dan sakit bila buang air kecil(11) stabil-nya helix(15), dengan cara mereduksi ferredixin-depleted
sehingga memberikan gejala sebagai uretritis non gonore(3,13). extract pada Trichomonas vaginalis melalui pyrovat ferredoxin
Diagnosis dibuat dengan menemukan organisme ini pada duh oxidoreductase dan diduga hasil reduksi ini yang bertanggung
tubuh uretra dengan hapusan atau kultur atau keduanya(8). jawab pada kematian sel(15).
Metronidazol hampir sempurna diserap melalui usus(16),
LABORATORIUM berpenetrasi dengan baik kedalam jaringan dan cairan tubuh
(vagina, semen, saliva dan ASI)(4) serta diekskresi sebagian
Pemeriksaan mikroskop secara langsung
besar melalui urin(16).
Dengan sediaan basah dapat ditemukan protozoa dengan
4-5 flagel dan ukuran 10-20 µm(11) yang motil(1,9).
Pada wanita metode ini mempunyai sensitifitas 50- Rejimen yang dianjurkan
70%(1,3,5) dan spesimen harus diambil dari vagina karena agen Metronidazol 2 g dosis tunggal, peroral(1,4,8,11,13). Peng-
penyebab hanya menyerang epitel skuamosa(1,11). Pada pria obatan ini sangat efektif dengan angka keberhasilan antara 82-
cara penemuan Trichomonas vaginalis tidak selalu berhasil(11) 90%(1,3,14,16). Pengobatan juga diberikan kepada pasangan
dan Trichomonas vaginalis dapat dideteksi dengan meng- seksualnya dengan rejimen yang sama(1,2,8). Jika pasangan
gunakan sedimen urin(1,11). seksual-nya diobati bersama-sama maka angka kesembuhan
Cara lain menggunakan pewarnaan Gram, Giemsa, Papa- melebihi 95%. Angka reinfeksi 16-25% terjadi jika pasangan
nicolaou, Periodic acid schiff, Acridine orange, Fluorescein, seksualnya tidak diobati(3). Penderita dan pasangan seksualnya
Neutral red dan Imunoperoxidase(1). dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual hingga dinyata-
kan sembuh(1,13,14).
Kultur
Teknik kultur menggunakan berbagai cairan dan media Rejimen alternatif
semi solid yang merupakan baku emas untuk diagnosis(1). • Metronidazol 500 mg, 2 kali sehari selama 7 hari. Rejimen
Biasanya dengan menggunakan medium Feinberg-Whittington ini dianjurkan untuk penderita yang tidak sembuh dengan
memberikan hasil yang dapat dipercaya(9). Teknik kultur ini pengobatan dosis tunggal(1,13,14,16).
mempunyai sensitifitas kira-kira 97%(3). • Metronidazol 2 g dosis tunggal selama 3-5 hari. Di-
anjurkan untuk penderita yang gagal dengan pengobatan
Metode serologi ulangan(1,13). Rejimen metronidazol multidosis selama 7 hari
Beberapa studi mengatakan bahwa uji serologis kurang sangat efektif untuk penderita pria(1).
sensitif daripada kultur atau pemeriksaan sediaan basah(1). Pada • Metronidazol 250 mg, 3 kali sehari selama 7 hari(4,11). Di
metode serologi ini dapat digunakan teknik ELISA, tes latex Amerika Serikat digunakan selama 10 hari(17).
agglutination yang menggunakan antibodi poliklonal(3). • Metronidazol 1 g, 2 kali sehari selama 1-2 hari(14).
Antigen detection immunoassay yang menggunakan antibodi Fenobarbital dan kortikosteroid akan menurunkan kadar
monoklonal dan nucleic acid base test(1). metronidazol plasma(16,18) dan akan menurunkan aktifitas
metronidazol terhadap Trichomonas vaginalis(18), sedangkan
DIAGNOSIS cimetidine akan menaikan kadar metronidazol plasma(16).
Diagnosis trikomoniasis masih merupakan suatu masalah, Kasus yang resisten secara klinis dapat diobati dengan
sebab gambaran klinis trikomoniasis tidak dapat dipercaya se- dosis 2-4 g metronidazol selama 3-14 hari(2,7) atau metro-
bagai petunjuk diagnosis, karena kurang sensitif dan spesifik. nidazol 2 g peroral setiap hari disertai 500 mg yang diberikan
Diagnosis efektif trikomoniasis tergantung pada identifikasi intravagina(3,7).
organismenya(3,8). Spesimen dari uretra jarang digunakan bila Hubungan antara sensitifitas Trichomonas vaginalis in
dibandingkan yang berasal dari vagina(8). vitro dengan respon klinis terhadap kemoterapi mungkin lebih
ditentukan oleh kadar yang dicapai pada jaringan dinding
PENGOBATAN vagina daripada kadar dalam duh tubuh vagina, karena metro-
Pengobatan trikomoniasis vagina tidaklah semudah hu- nidazol hanya sedikit terdapat di dalam duh tubuh vagina(5).
bungan langsung antara kerentanan organisme terhadap metro- Infeksi pada neonatus biasanya akan hilang secara spontan
nidazol dengan dosis obat, tetapi mungkin tergantung pada dalam beberapa minggu. Jika gejala menetap hingga 4 minggu
interaksi kompleks beberapa faktor yang meliputi: kerentanan setelah lahir, maka bayi harus diberi metronidazol dengan
obat terhadap trichomonas, kadar obat setempat, potensial dosis 5 mg/kgBB, 3 kali sehari selama 5 hari peroral(16).
redoks intravagina (yang mungkin mengatur jumlah obat yang Kegagalan pengobatan infeksi Trichomonas vaginalis oleh

Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003 39


karena dosis yang tidak sama, kelainan penyerapan obat pada • Nonoxynol mempunyai aktifitas anti trichomonas dan
usus atau adanya inaktivasi oleh flora vagina(19), dan terjadinya dilaporkan 1 kasus terbukti efektif sebagai pengobatan topikal
reinfeksi(20). terhadap strain Trichomonas vaginalis dengan resistensi tinggi
terhadap metronidazol(1).
• Povidon iodine douche terbukti dapat digunakan untuk
Kehamilan dan laktasi pengobatan Trichomonas vaginalis yang resisten terhadap
Metronidazol tidak digunakan pada awal kehamilan atau 3 metronidazol. Pengobatan ini harus dihindari pada kehamil-an,
bulan pertama kehamilan(7,8,16,21). Untuk menghilangkan gejala- karena peningkatan kadar serum iodine dapat menekan per-
nya dapat diberikan clotrimazol 100 mg/hari sebagai suposi- kembangan tiroid fetus(1,22).
toria vagina selama 7 hari(3,16). Tidak ada bukti klinis yang
mendukung adanya kelainan fetus pada penggunaan metroni- Pengobatan lainnya
dazol oleh wanita hamil(7,8,21). Pemberian ASI harus dihentikan • Nimorazol dilaporkan sama efektifnya dengan metro-
hingga 24 jam setelah pengobatan dihentikan, karena metroni- nidazol dan diberikan dengan dosis 3 x 250 mg/hari, peroral
dazol diekskresi kedalam susu(16,21). Centre for Disease selama 7 hari(8), dapat pula diberikan 2 g dosis tunggal(8,21) atau
Control menganjurkan wanita hamil yang men-derita 2 x 1 g dalam waktu 24 jam, angka keberhasilannya 80-90%(8).
trikomoniasis diobati setelah trimester pertama(1). Selama • Beberapa turunan nitroimidazol lainnya yaitu tinidazol,
kehamilan dan menyusui dianjurkan dosis tinggi dan dalam ornidazol, carnidazol dan secnidazol semua memberikan hasil
waktu yang singkat(8) yaitu dengan metronidazol 2 g dosis yang baik dengan dosis tunggal 2 g peroral dan ornidazol juga
tunggal, peroral(13). efektif dengan dosis tunggal 1,5 g(8).
• Vaksinasi untuk imunisasi aktif terhdap trikomoniasis
sudah dipasarkan di Eropa. Vaksin ini berisi aberrant lacto-
Efek samping bacilli yang mati, diisolasi dari wanita dengan trikomo-
Beberapa penderita mengeluh tidak enak atau rasa seperti niasis(1).
logam(1,2,4,14,16). Nausea terjadi pada sekitar 10% pada pen-
derita yang menggunakan dosis 2 g(1,2,4,11,14). Beberapa pen- KESIMPULAN
derita lainnya mengalami efek yang menyerupai disulfiram • Trikomoniasis masih merupakan masalah pada penyakit
(antabuse) berupa muntah, gangguan abdomen, sakit kepala, menular seksual.
nausea dan kemerahan pada kulit setelah meminum alkohol
• Diagnosis pasti trikomoniasis adalah dengan menemukan
selama pengobatan(1,4,11,16,21). Data pada binatang, diduga ter-
organisme penyebabnya yaitu Trichomonas vaginalis melalui
dapat hubungan antara metronidazol dengan peningkatan
sediaan langsung atau kultur.
karsinogenesis, sedangkan pada studi epidemiologi retros-
• Hingga saat ini metronidazol masih merupakan obat
pektif memperlihatkan bahwa metronidazol yang diberikan
pilihan untuk trikomoniasis.
pada orang dewasa dengan dosis standar tidak meningkatkan
angka kejadian kanker(11). KEPUSTAKAAN
Parestesia dan hiperalgesia terjadi pada penderita yang
mendapat metronidazol 5 g/hari selama 14 hari(2), mulut 1. Krieger JN, Alderette JF. Trichomonas vaginalis and trichomoniasis. In:
kering, diare dan gangguan abdomen kadang-kadang ditemu- Holmes KK, Mardh PA, Sparling PF, et al (eds). Sexually transmitted
kan(4,14,16). Dizziness, vertigo juga ditemukan dan sangat jarang diseased. 3rd ed. New York: McGraw-Hill, 1999: 587-604.
2. Lossick JG, Muller M, Gorell TE. In vitro drug susceptibility and doses of
encephalopathy, kejang, gangguan koordinasi dan ataksia(4). metronidazol required for cure in cases of refractory vaginal
Warna urin yang gelap, stomatitis, lekopenia yang reversibel trichomoniasis. J Infect Dis 1986; 153 (5): 948-55.
dan neuropati perifer yang ringan dan cepat menghilang(16), 3. Rein MF. Uncertainties and controversies in trichomoniasis. In: Sobel JD,
urtikaria, flushing, pruritus, disemia, sistitis dan terasa ada ed. Vulvovaginal infections current concepts in diagnosis and therapy.
New York: Academy Professional Information Service, 1990: 73-85.
penekanan pada pelviks juga pernah di-laporkan(4). 4. Webster LT. Drugs used in the chemotherapy of protozoal infectious. In:
Goodman LS, Gilman A, eds. The pharmacological basic of the
therapeutics. 8th ed. New York: Pergamon Press, 1990: 999-1007.
Kontra indikasi 5. Korner B, Jensen NK. Sensitivity of trichomonas vaginalis to
metronidazole, tinidazole and nifurated in vitro. British J Venereol Dis
− Hipersensitifitas. 1976; 52: 404-8.
− Hamil muda. 6. Ralph ED, Darwish R, Austin TW, Smith EA, Pattison FLM.
− Alkoholisme kronis(12). Susceptability of trichomonas vaginalis strains to metronidazole: response
to treatment. Sex Trans Dis 1983; 10 (3): 119-22.
7. Lossick JG. Treatment of intactable vaginal trichomoniasis. In: Horowitz
Pengobatan topikal BJ, Mardh PA, eds. Vaginitis and vaginosis. New York: Wiley-Liss, 1991:
Pengobatan topikal merupakan pengobatan cadangan pada 215-20.
keadaan nitroimidazol sistemik merupakan kontra indikasi(1). 8. King A, Nicol C, Rodin P. Venereal diseases. London: Bailliere Tindall,
1980.
• Klotrimazol, dosis 100 mg intravagina selama 6 hari 9. Bryceson ADM, Hay RJ. Parasitic worms and protozoa. In: Champion
dilaporkan dapat menyembuhkan 48-66% penderita yang RH, Burton JL, Burns DA, Breathnach SM, eds. Rook/Wilkinson/Ebling
ditentukan dengan kultur. Pengobatan ini dipakai untuk ke- textbook of dermatology. 6th ed. London: Blackwell Science, 1998: 1377-
hamilan trimester pertama(1,3,9). 422.
10. Muller M. Trichomonas vaginalis and trichomoniasis. In: Horowitz BJ,

40 Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003


Mardh PA, eds. Vaginitis and vaginosis. New York: Wiley-Liss, 1991: 39-
45. 17. Dykers JR. Single dose metronidazole for trichomoanal vaginitis. Engl J
11. EichmannAR. Other venereal diseases. In: Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff Med 1975; 293 (1): 23-4.
K, et al (eds). Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 5th ed. New 18. Livengood CH, Lossick JG. Resolution of resistant vaginal trichomoniasis
York: 1999: 2603-07. associated with the use of intravaginal nonxyrol-9. Obstet Gynecol 1991;
12. Ive FA. The umbilical, perianal and genital regions. In: Champion RH, 78: 954-56.
Burton JL, Burns DA, Breathnach SM, eds. Rook/Wilkinson/Ebling 19. Robertson DHH, Heyworth R, Harrison C, Lumsden WHR. J
textbook of dermatology. 6th ed. London: Blackwell Science, 1998: 3163- Antimicrobiol Chemotherapy 1988; 21: 373-78.
238. 20. Meingassner JG, Thurner J. Strain of trichomonas vaginalis resistant to
13. MMWR. Epidemiology program office, Atlanta, 1998: 47. metronidazole and other 5-nitroimidazole. Antimicrob Agent Chemother
14. Gilly PA. Vaginal discharge. Medical currents, 1989; 11 (4): 21-4. 1979; 15 (2): 254-57.
15. Edwards DI. Nitroimidazole drugs-action and resistance mechanisms. J 21. Adler MW. ABC of sexually transmitted diseases. London: Blackwell
Antimicrobiol Chemotherapy 1993; 31: 9-20. Science, 1985.
16. World Health Organization. Drugs used in sexually transmitted diseases 22. Vorherr H, Vorherr UF, Mehta P, Ulrich JA, Messer RH. Vaginal
and HIV infection. Geneva, 1995. absorption of povidon iodine. JAMA 1980; 244: 2628-29.

Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003 41


ANALISIS

Toksoplasmosis Ibu Hamil


Di Indonesia
(Studi Tindak Lanjut Survai Kesehatan
Rumah Tangga 1995)
Salma Ma'roef, Soeharsono Soemantri
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta

ABSTRAK

Untuk meningkatkan derajat kesehatan di tahun 2010 perlu diketahui indikator


yang berpengaruh; salah satu di antaranya ialah pencegahan abortus dan meningkatkan
sumber daya manusia (SDM) melalui pencegahan kecacatan akibat toksoplasmosis
pada ibu hamil.
Dari analisis tindak lanjut ibu hamil SKRT 1995 terhadap toksoplasmosis didapat-
kan 697 tabung serum dari 805 tabung serum ibu hamil yang dapat dimerge dengan
dBase.
Dari enam pulau di Indonesia didapatkan 59,8% serum ibu hamil positif kumulatif
IgG toksoplasmosis, tertinggi di pulau Sulawesi (76,5%) dan terendah di Nusa
Tenggara (43,4%), sedangkan lainnya sekitar 57,5%-65,0% (Jawa-Bali, Sumatera,
Irian Jaya dan Kalimantan). Irian Jaya menunjukkan IgM toksoplasmosis tertinggi
(20,0%), Nusa Tenggara rendah yaitu 1,9%, dan di Sulawesi tidak ditemukan IgM,
sedangkan daerah Kalimantan dan Sulawesi hampir sama (2,7%-3,2%).
Propinsi dengan IgG toksoplasmosis paling tinggi adalah Lampung (88,66%)
sedangkan IgM paling tinggi di Irian Jaya dan Riau (20,0%) dari 19 propinsi di
Indonesia.
Kebanyakan ibu hamil mempunyai kumulatif IgG unit 0,200-0,299 (22,0%),
kumulatif unit > 0,900 (17,1%) , dan kumulatif unit 0,100-0,199 (16, 5%).
Kelompok umur yang terutama adalah 20-34 tahun (72,3%) dan kurang 19 tahun
(16,4%).
Berdasarkan trimester kehamilan, terutama pada trimester ke dua (41,5%) dan
trimester ke tiga (35,2%).
Perlu dilakukan penyuluhan pada remaja usia subur oleh petugas kesehatan/bidan
dan kalau perlu dilakukan penelitian dengan metode lain yaitu case control.

PENDAHULUAN 1. Risiko pada kehamilan trimester I: ringan 40% dan berat


Data yang digunakan dalam laporan ini secara intern di- 60%.
ambil dari laporan studi follow up ibu hamil(1) SKRT 1995 2. Risiko pada kehamilan trimester II: ringan 70% dan berat
dengan alasan apabila studi tindak lanjut SKRT terhadap 30%.
toksoplasmosis ibu hamil direncanakan dari semula maka 3. Risiko pada kehamilan trimester III: ringan 100% dan berat
laporn ini harus tercakup dalam Studi Tindak Lanjut Ibu Hamil 0%.
SKRT tersebut. Masalah Toksoplasmosis Ibu Hamil ini perlu Risiko infeksi toksoplasmosis kongenital pada kehamilan
diperhitungkan karena salah satu risikonya adalah toksoplas- trimester I telah terbukti tinggi; penelitian Hartono pada tahun
mosis kongenital(2) : 1993/1994(3) yang mengambil sampel plasenta keguguran

42 Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003


spontan dalam kehamilan trimester I dari RSUPN Dr. Cipto ELISA menggunakan kit toxonostika IgG dan toxonostika IgM
Mangunkusumo Jakarta dan RS Dr. Hasan Sadikin Bandung buatan Organon. Dari tiap sampel dipisah 10 µl yang dilarutkan
memberikan hasil isolasi positip 80,2% mengandung parasit dalam 1 ml phosphate buffer saline (PBS). Untuk deteksi IgG
Toxoplasma gondii, sedangkan hasil test ELISA dari pasien dimasukkan 100 µl larutan serum ke dalam sumur lempeng
yang sama memberikan hasil 51,48% positif dengan titer antara Micro ELISA, kemudian diinkubasi selama 1 jam pada suhu
1 : 100 sampai dengan lebih dari 1 : 3200; selisih dari hasil dua 37°C. Konjugat diikat pada kompleks Ag - Ab akan meng-
macam cara diagnosis yang cukup bermakna tersebut alami kerusakan sehingga terjadi perubahan warna. Reaksi
disebabkan oleh gangguan hormonal pada kehamilan muda(4). dihentikan dengan larutan H2SO4. Intensitas perubahan warna
Toksoplasmosis pada ibu hamil dapat menyebabkan diukur dengan ELISA Reader menggunakan filter 450 ηm.
abortus dan lahir mati, bayi dengan kelainan kongenital seperti Sebagai kontrol digunakan serum negatif, serum positif lemah
hidrosefalus, ensefalitis, khorioretinitis, miokarditis, miositis, dan serum positif kuat sebagai kalibrator. Titer zat 1:100 adalah
limfadenopati dan gangguan saraf(5). positif. Pada toxonostika IgM prinsipnya adalah Antibody
Karena itu toksoplasmosis pada manusia perlu mendapat Capture Sandwich. Dasar sumur dilapisi dengan anti-human
prioritas utama di samping penyakit zoonosis lainnya, IgM. Bila ditambah serum penderita, semua antibodi IgM akan
lebih-lebih dengan meningkatnya import daging dan mengingat diikat. Bila ditambahkan antigen toksoplasma dan konjugat
kegemaran masyarakat Indonesia akan sate kambing setengah akan terbentuk kompleks anti IgG-IgM yang mengikat antigen
matang serta sayuran mentah. dan konjugat. Penambahan substrat menyebabkan perubahan
warna yang intensitasnya diukur dengan ELISA Reader setelah
TUJUAN PENELITIAN reaksinya dihentikan dengan larutan H2SO4.
Mengetahui gambaran distribusi Toksoplasmosis pada Ibu
Hamil (Bumil) di Indonesia dan masing-masing daerah (pulau). HASIL
Tujuan Khusus Untuk melengkapi laporan deteksi zat dari serum ibu hamil
1. Untuk melihat distribusi serum, IgG dan IgM ibu hamil SKRT 1995 ini kiranya perlu dilaporkan juga data Ibu Hamil
berdasarkan daerah. yang diambil secara intern dari laporan Studi Follow Up Ibu
2. Untuk melihat distribusi serum, IgG dan IgiM ibu hamil Hamil SKRT sebagai berikut :
berdasarkan propinsi
3. Untuk melihat distribusi persentase IgG/unit berdasarkan Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Serum*
kelompok umur ibu hamil.
4. Untuk mengetahui distribusi persentase IgG/unit berdasar- Jumlah
Penyakit Cara Pemeriksaan %
Diperiksa Positif
kan trimester kehamilan ibu hamil. Malaria Sediaan tebal 901 0 1,0
Data didapatkan dari serum pertama kunjungan responden Syphilis Hemaglutinasi RPHA 1000 13 1,3
yang berjumlah 1396 ibu hamil. Jumlah serum yang diambil HIV ELISA Western Blot 1014 0 0
dari responden sebanyak 5 -- 7 ml. digunakan untuk: Hepatitis
HBs Ag ELISA 1024 118 11,5
1. Pemeriksaan Hepatitis B (oleh Biofarma Bandung). HB e Ag ELISA 118 24 20,3
2. Pemeriksaan HIV/AIDS dengan metoda ELISA. (Kutipan Studi Follow Up Ibu Hamil. Seminar Hasil SKRT 1995)
5
3. Pemeriksaan Syphilis (oleh laboratorium NAMRU II,
Jakarta). Dari jumlah serum yang diperiksa setelah dimerge dengan
Bila positif, pemeriksaan diulang dengan test Western Blot dBase maka ditemukan IgG antibodi T. gondii positif pada
untuk konfirmasi. 419(59,8%) dari 697 ibu hamil dan IgM positif pada 34 ibu
Pemeriksaan syphilis dilakukan dengan 2 metode yaitu : hamil (4,9%) (tabel 2):
(1) Hemaglutinasi dan (2) Reversed Passive Haemaglutination
(RPHA).
Serum disimpan di laboratorium Puslit Penyakit Menular Tabel 2. Penyebaran Toxoplasma gondii pada serum ibu hamil menurut
dan laboratorium NAMRU II Jakarta sejak pertengahan tahun pulau di Indonesia
1984 dalam freezer Revco (-70° C), dan berkali-kali dicairkan
Jumlah
sehingga berisiko penurunan titer zat anti yang dikandung, No Pulau Serum %
IgG % IgM %
ditambah dengan transportasi yang mungkin tidak disertai 1 Sumatera 218 31,3 137 62,6 17 7,8
dengan dry-ice, hal ini akan mempengaruhi pemeriksaan titer 2 Jawa - Bali 261 37,4 150 57,5 7 2,7
IgM. 3 Nusatenggara 53 7,6 23 43,4 1 1,9
Keadaan ini juga terjadi saat serum dipindahkan dari 4 Kalimantan 123 17,6 80 65,0 4 3,2
5 Sulawesi 17 2,4 13 76,5 - -
laboratorium Parasitologi FKUI juga mengalami pencairan 6 Irian Jaya 25 3,6 16 64,0 5 20,0
pada waktu seleksi sehingga akhirnya jumlah serum yang dapat Total 697 100,0 417 59,8 34 4,9
diperiksa untuk toksoplasmosis dengan test ELISA terhadap
IgG dan IgM tinggal 767 tabung dan sisanya dari 805 tabung Persentase data serum dari Jawa-Bali yang paling banyak
yang dikirim ternyata 70 tabung kosong. (37,4%) kemudian dari Sumatera (31,3%) dan Kalimantan
Prosedur pemeriksaan adalah sebagai berikut : (17,6%), Nusa Tenggara (7,6 %) Irian Jaya (3,6 %) dan
Deteksi IgG dan IgM Toksoplasma dilakukan dengan test Sulawesi hanya 2,4 %. Dari data di atas tampak bahwa IgG anti

Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003 43


toksoplasma pada ibu hamil tersebar merata di semua pulau; di bawah ini:
persentase antibodi IgM tertinggi ibu hamil adalah di Irian Jaya
(20,0%). Grafik 1. Gambaran kumulatif IgG unit berdasarkan umur ibu hamil
100 I II III
Tabel 3. Presentase IgG T gondii positif pada serum ibu hamil menurut
Propinsi di Indonesia (Analisis Lanjut SKRT 1995) 90
80
Jumlah
No Propinsi 70
Diperiksa IgG % IgM %
1 Aceh 44 26 59,09 1 2,27 60
2 Sumatera Utara 29 20 68,96 1 3,45
3 Sumatera Barat 50 27 54,00 6 12,00 50
4 Riau 20 11 55,00 4 20,00 40
5 Jambi 41 21 51,21 3 7,32
6 Lampung 34 30 88,23 3 8,82 30
7 DKI Jaya 26 20 76,92 - - 20
8 Jawa Barat 67 46 68,66 - -
9 Jawa Tengah 58 34 58,62 4 6,90 10
10 Jawa Timur 54 20 48,78 - - 0
11 Bali 56 30 53,57 3 3,56 <0.099 0.100- 0.200- 0.300- 0.400- 0.500- 0.600- 0.700- 0.800- >0.999
12 Nusa Tenggara Barat 38 11 28,95 - - 0.199 0.299 0.399 0.499 0.599 0.699 0.799 0.899
13 Nusa Tenggara Timur 15 12 80,00 1 6,25
14 Kalimantan Barat 34 20 55,88 - -
15 Kalimantan Tengah 19 13 68,42 1 5,26 Grafik 2. Persentase IgG berdasarkan trimester kehamilan (analisa lanjut
16 Kalimantan Selatan 38 21 55,26 2 5,26 SKRT 1995) di Indonesia
17 Kalimantan Timur 32 26 81,25 1 3,12
18 Sulawesi Tengah 17 13 76,47 - - I II III
19 Irian Jaya 25 16 68,00 5 20,00 50
45
Total 697 419 59,83 34 4,88
40
35
Dari data di atas (tabel 3) terlihat distribusi IgG tertinggi di 30
Lampung (88,2%), di 6 propinsi tidak ditemukan IgM anti - 25
20
toxoplasma: DKI Jaya, Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa
15
Tenggara Barat, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Tengah, 10
sedangkan distribusi IgM tertinggi di Riau dan Irian Jaya 5
(20.0%). 0
<0.099 0.100- 0.200- 0.300- 0.400- 0.500- 0.600- 0.700- 0.800- >0.900
Untuk melihat persentase kumulatif IgG anti - Toxoplasma .199 0.299 0.399 0.499 0.599 0.699 0.799 0.899
gondii pada umur ibu hamil dan trimester kehamilan ibu dapat
dilihat di tabel 4 :
Gambaran kumulatif IgG serum ibu hamil terlihat pada grafik
Tabel 4. Presentase IgG berdasarkan umur ibu hamil dan umur kehamilan

Persentase Umur Ibu Hamil (Tahun) Umur Kehamilan (Semester)


Total
IgG / Unit < 19 20-34 > 35 I II III
(0,099) 2 (0,3) 2 (100,0) 1 (50,0) 1 (50,0) -
0,100-0,199 115 (16,5) 20 (17,4) 83 (72,2) 12 (10,4) 26 (22,6) 51 (44,3) 38 (33,0)
0,200-0,299 153 (22,0) 37 (24,2) 103 (67,3) 13 (8,5) 35 (22,9) 65 (42,5) 53 (21,6)
0,300-0,399 89 (12,8) 16 (18,0) 59 (66,3) 14 (15,7) 21 (23,6) 35 (39,3) 33 (37,1)
0,400-0,499 69 (9,9) 6 (8,7) 55 (79,7) 8 (11,6) 14 (20,3) 31 (44,9) 24 (34,8)
0,500-0,599 40 (5,7) 6 (15,0) 30 (75,0) 4 (10,0) 10 (10,0) 15 (37,5) 15 (37,5)
0,600-0,699 40 (5,7) 5 (12,5) 31 (77,5) 4 (10,0) 17 (42,5) 17 (42,5) 6 (15,0)
0,700-0,799 35 (5,0) 5 (14,3) 26 (74,3) 4 (11,4) 14 (40,0) 14 (40,0) 16 (45,7)
0,800-0,899 35 (5,0) 4 (11,4) 25 (71,4) 6 (17,1) 16 (45,7) 16 (45,7) 13 (37,1)
> 0,900 119 (17,1) 15 (12,6) 90 (75,6) 14 (11,8) 44 (37,0) 44 (37,0) 47 (39,5)
Total 697 (100,0) 114 (16,4) 504 (72,3) 79 (11,3) 163 (23,4) 289 (41,5) 245 (36,2)

Dalam tabel 4 terlihat bahwa umur ibu hamil kebanyakan umur kurang 19 tahun pada persentase kumulatif IgG
sekitar umur 20-34 tahun (504 - 72,3%), dan persentase 0,200-0,299 ada pada 37 Bumil (24,2%), sedangkan pada
kumulatif paling tinggi pada trimester kedua (41,5%). kelompok umur lebih dari 35 tahun persentase kumulatif IgG
Persentase kumulatif tertinggi pada IgG unit 0,200-0,299 0,300-0,399 ada pada 14 Bumil (15,%) dan kumulatif IgG unit
(22,0%). > 0,900 pada 14 Bumil (17,7%).
Pada kelompok umur 20-34 tahun persentase kumulatif Usia kurang 19 tahun paling banyak pada kumulatif IgG
IgG unit 0,400-0,499 ada pada 55 ibu (79,7%). Pada kelompok 0,200-0,299 yaitu 37 Bumil (32,4%) dan kumulatif IgG unit

44 Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003


0,100-0,199 sebanyak 20 Bumil (17,5%), usia 20-34 tahun pada Sulawesi (75,6%) dan Kalimantan (65,0%) dan Irian Jaya
kumulatif 0,200-0,299 sebanvak 103 Bumil (20,4%) dan (64,0%), sedangkan yang paling rendah adalah Nusa Tenggara
kumulatif IgG unit > 0,900 sebanyak 90 Bumil (17,9%), dan Timur. Dan untuk IgM unit yang paling tinggi adalah Irian Jaya
pada kelompok usia di atas 34 tahun yang terbanyak adalah (20,0%), Sumatera (7,8%), dan di Kalimatan (3,2%), sedangkan
kumulatif IgG 0,300-0,399 - 14 Bumil (17,7%); > 0,900 - 14 pulau Sulawesi tidak didapatkan IgM pada serum Bumil.
Bumil (17,7%); dan 0,200-299 - 13 Bumil (16,4%). 2. Persentase propinsi yang paling tinggi mempunyai kumu-
Persentase dan proporsi berdasarkan trimester kehamilan latif unit IgG adalah Lampung (81,2%); Kalimantan Timur
terlihat sama yaitu: (81,2%); Nusa Tenggara Tirnur (80,0%); dan yang paling
Proporsi yang paling banyak pada trimester pertama adalah rendah adalah Nusa Tenggara Barat (28,9%), sedangkan daerah
kumulatif IgG 0,200-0,299 sebanyak 35 Bumil dan kumulatif lainnya tidak banyak beda. Persentase propinsi yang paling
IgG unit > 0,900 adalah 28 Bumil; trimester kedua juga pada tinggi mempunyai kumulatif IgM unit adalah Irian Jaya dan
kumulatif IgG 0,200-0,299 sebanyak 65 Bumil dan kumulatif Riau (20,0%), Sumatera Barat (12,0%); Lampung dan Jambi
unit 0,100-0,199 sebanyak 51 Bumil, dan pada trimester ke tiga (8,0%); Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Timur (6,2%-7,3%).
sama yaitu pada kumulatif IgG unit 0,200-0,299 dan kumulalif Dan propinsi yang tidak ditemukan kumulatif IgM unit adalah
IgG unit > 0,900, sedangkan yang lainnya tidak banyak beda. daerah DKI Jaya, Jawa Barat dan Sulawesi Tengah.
3. Kebanyakan Ibu hamil mempunyai persentase kumulatif
DI SKUSI IgG unit 0,200-0,299 sebanyak 153 Bumil (22,0%), kumulatif
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak semua IgG unit >0,900 sebanyak 119 Bumil (17,1%) dan kumulatif
Bumil diambil darahnya. Dari serum yang diperiksa ada 70 IgG unit 0,100-0,199 sebanyak 115 Bumil (16,5%), sedangkan
tabung yang kosong karena telah dipakai untuk pemeriksaan yang lainnya hampir sama.
terhadap penyakit lain. Prosentase positif serum ini rendah Berdasarkan kelompok umur terlihat bahwa kelompok
yaitu 59,8% bila dibandingkan dengan negara maju (15%-85%) umur 20-34 tahun yang paling banyak dalam pemeriksaan
padahal di negara berkembang hygienenya masih rendah. serum yaitu 504 (72,3%) kemudian kelompok umur < 19 tahun
Keadaan ini mungkin disebabkan oleh proses penyimpanan yaitu 114 Bumil (16,4%) dan sisanya > 35 tahun yaitu 79
serum yang cukup lama dan pencairan serum yang berulang- Bumil (11,3%). Proporsi kelompok umur < 19 tahun yang
ulang sehingga akan menurunkan titer antibodi dan paling tinggi adalah kumulatif IgG 0,200-0,299 sebanyak 37
menimbulkan konversi titer dari sero positif ke sero negatif. Bumil (32,4%), begitu pula pada kelompok 20-34 tahun mem-
Pemeriksaan darah banyak dilakukan setelah trimester kedua punyai kumulatif IgG 0,200-0,299, sedangkan kelompok umur
dengan persentase kumulatif serum yang hampir sama sehingga >35 tahun pada kumulatif IgG unit 0,300-0,399 dan > 0,900
akibat yang terjadi tidak terlihat adanya angka hydrocepalus yaitu 14 Bumil (17,7%).
dan keguguran. Keadaan ini mungkin data serum yang di 4. Berdasarkan trimester kehamilan maka terlihat bahwa
periksa tidak lengkap sehingga tidak terlihat dalam dBase. serum Bumil yang diperiksa adalah pada trimester kedua adalah
Kalau proses penyimpanan dan pengambilan darah langsung 289 Bumil (41,5%), kemudian trimester ketiga 245 Bumil
dilakukan pemeriksaan atau tidak dilakukan pencairan yang (35,2%), dan sedikit trimester pertama 163 Bumil (23,4%).
berulang-ulang angka-angka ini mungkin akan lebih besar. Persentase ataupun proporsi dari trimester kehamilan tidak ter-
Data di atas menjelaskan bahwa hampir tiga per empat lihat adanya perbedaan tentang kumulatif IgG unit yaitu
persen ibu-ibu hamil terinfeksi toksoplasmosis dan yang paling masing-masing menunjukkan yang paling tinggi dengan urutan
banyak pada periode organ reproduksi aktivitas tinggi yaitu sebagai berikut : 0,200-0,299 (sekitar 21,5-22,5%); >0,900
sekitar umur 20-35 tahun 72,3%). Pada umur di atas 35 tahun (sekitar 15,2-19,2%) dan 0,100-0,199 (sekitar 15,5-17,6%).
aktivitas reproduksi berkurang yaitu proses hormonal menurun
sehingga angka IgG menurun (11,3). Dan infeksi yang terjadi SARAN
banyak setelah trimester kedua atau mungkin kejadian banyak 1. Penyuluhan pada wanita remaja atau usia subur oleh pe-
terjadi dalam keadaan khronis dimana pada IgM yang positif tugas Puskesmas terutama bagian kebidanan tentang tokso-
tidak memperlihatkan reaksi pada anak yang dilahirkan. plasmosis serta pencegahannya.
Berkaitan dengan hasil penelitian di atas perlu dilakukan 2. Penyuluhan tentang hidup bersih terutama kaum wanita
beberapa upaya : a) penyuluhan terhadap masyarakat untuk sedini mungkin.
lebih hygiene terutama bagi ibu-ibu hamil muda (pada kehamil- 3. Dilakukannya penelitian secara case-control pada ibu yang
an 3 bulan pertama) b) menghindari sumber-sumber penularan melahirkan abortus atau bayi yang dilahirkan mengalami
makan yang tidak dimasak dan vektor kucing. c) Dan kalau hydrocephalus atau chorioretinitis di rumah sakit.
memungkinkan perlu diadakannya evaluasi pada bayi yang
dilahirkan untuk melihat apakah ada kaitan antara IgG dan IgM
UCAPAN TERIMA KASIH
yang didapat dari ibu hamil d) Dilakukan penelitian faktor yang Tulisan ini ditujukan sebagai peringatan hari wafatnya Bapak Drh.
sangat berpengaruh adanva antibodi T. gondii pada orang sebab Thomas Hartono, Pusat Penelitian Penyakit Tidak Menular (Departemen
hampir semua sudah pernah terinfeksi toksoplasma. Kesehatan) serta ucapan terima kasih atas kesediaannya untuk membantu
pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian ini. Ucapan terima kasih juga
kami sampaikan kepada semua pihak Subbagian Protozoologi, bagian
KESIMPULAN Parasito-logi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di Jakarta yang turut
1. Persentase kumulatif IgG unit yang paling tinggi adalah membantu pelaksanaan penelitian.

Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003 45


KEPUSTAKAAN

1. Ratna Budiarso L, dkk. Studi Follow Up Ibu Hamil. Seminar hasil SKRT
1995. Jakarta Februari 1997.
2. Puspenegoro, HD. Toxoplasmosis pada Bayi dan Anak serta penata-
laksanaannya. MDK, Vol. 11 No. 8 Agustus 1992.
3. Hartono, Th. Penemuan Toxoplasmagondii dari wanita keguguran di
RSCM Jakarta dan RSHS Bandung. Majalah Kesehatan Masyarakat
Indonesia tahun XXII, No. 12, 1995.
4. Cornain, S. Diagnosis Immunologic Molekuler Toxoplasmosis, Diskusi
Panel Diagnosis dan Terapi Toxopolasmosis, FKUI 13 November 1993.
5. Benerson, A. Control of Communicable Disease in Man. American Public
Health and human Service, Atlanta 1985. Hal. 323-5.
6. Soesbandoro, SDA at. all. Infeksi Toxoplasma pada Ibu-Ibu hamil di RSU
Mataram. Majalah obstetri dan ginekologi Indonesia Vol. 20 No. 4
Oktober 1996; Hal: 254-7.
7. Stephanis Kurniadi Budijanto. Antibodi IgA dan P30 sebagai pertanda
pada toxoplasma kongenital dan akut. Majalah Kedokteran Indonesia,
Vol. 45 No. 1 Januari 1995.
8. Dubey JP, Beatic JF. Toxoplasmosis of animals and man. Boca Raton FL.
CRC Press, 1998; hal. 220.
9. Soedarto. Pengaruh waktu penyimpanan sampel serum dan frekuensi cair-
an ulang serum beku penderita toxoplasmosis yang dapat dilakukan di
lapangan adalah metode Hemaglutinasi tidak langsung. Fakultas Kedok-
teran Universitas Airlangga. Surabaya 1990. Abstrak Penelitian Kesehat-
an. Seri 10.

46 Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003


LAPORAN KASUS

Akondroplasia
Vivianty Hartiono, R. Satriono
Sub Bagian Endokrinologi, Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin/
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar

PENDAHULUAN diukur. Mekonium ke luar 5 jam setelah kelahiran. Riwayat


Akondroplasia (AK) adalah salah satu bentuk kekerdilan kehamilan ibu: hamil yang pertama kali di saat berusia 19
tubuh yang sering dijumpai. Penyakit ini merupakan kelainan tahun, periksa teratur, tidak pernah sakit dan tidak pernah
kongenital tulang rawan. Gangguan terutama pada pertumbuh- minum obat-obatan lain selain vitamin. Riwayat penyakit yang
an tulang-tulang panjang. Penyakit ini diturunkan secara sama dalam keluarga tidak ada. Ibu dan bapak tidak memiliki
autosom dominan. Sekitar 85-90% kasus merupakan mutasi hubungan keluarga satu sama lainnya.
genetik. AK pertama kali ditemukan oleh Parrot (1878). Angka
kejadian kelainan ini adalah 1/25.000 kelahiran. Ditemukan Pemeriksaan fisik
lebih banyak penderita AK pada anak perempuan Anak tampak sakit sedang, sadar dan secara klinik tidak
dibandingkan anak laki-laki(1,2,3,4,5). ditemukan gejala kekurangan gizi. Berat badan 5,2 kg, panjang
Diagnosis AK ditegakkan berdasarkan gejala klinik yaitu badan 60 cm dengan upper segment 39 cm dan lower segment
perawakan tubuh dan anggota gerak yang pendek, tidak 21 cm. Pernapasan 32 x/menit, torakoabdominal. Nadi 128
proporsional, disertai kepala yang besar dengan penonjolan x/menit, reguler berisi. Suhu rektal 36,6º C. Bentuk kepala
frontal dan hidung pesek. Gambaran radiologik penunjang brakisefal dengan lingkar kepala 45 cm, ubun-ubun besar datar
diagnosis yaitu ditemukannya basis kranium yang kecil, kepala belum menutup, sutura tidak melebar. Mata isokor dengan
relatif lebih lebar dari wajah dengan penonjolan frontal dan pupil 3 mm, refleks cahaya positif normal. Hidung pesek.
hipoplasia mandibula, pemendekan tulang-tulang panjang dan Telinga, hidung, dan tenggorok tak ada kelainan. Lingkar dada
pelvis yang sempit. Riwayat adanya AK dalam keluarga 38 cm. Paru: bunyi pernapasan vesikuler, bunyi tambahan
semakin memperkuat diagnosis ini(1,2,4). tidak ada. Jantung: bunyi jantung I dan II normal, bising tak
Tulisan ini membahas satu kasus AK pada bayi perem- terdengar. Abdomen datar, ikut gerak napas dengan peristatik
puan yang berumur 8 bulan. kesan normal. Anggota gerak pendek dan hipotoni, panjang
lengan 21 cm (segmen proksimal 8 cm; tengah 7,5 cm dan
LAPORAN KASUS distal 5,5 cm), panjang tungkai 25,5 cm (segmen proksimal
IF, bayi perempuan, umur 8 bulan berobat ke poliklinik 12,5 cm; tengah 11 cm dan distal 2 cm). Refleks fisiologik
Anak RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo pada tanggal 15 normal, refleks patologik dan tanda-tanda rangsang meningeal
Agustus 1997, dirujuk oleh dokter spesialis anak di Bima tidak ditemukan. Tulang vertebra ditemukan lordosis setinggi
dengan diagnosis gangguan pertumbuhan/perkembangan vertebra torakal 12 sampai lumbal 5.
(gangguan hormonal?).
Diagnosis
Anamnesis Akondroplasia.
Anak baru dapat membalikkan badan saat berumur 7 bulan. Diagnosis banding
Kepala belum dapat diangkat dan gerakan kepala masih sangat Hipotiroidisme kongenital.
terbatas. Anak kuat isap, selera makan baik. Buang air besar Pemeriksaan anjuran
biasa. Buang air kecil lancar. Riwayat kelahiran: Lahir di rumah Foto untuk bone survey dan bone age.
tanggal 15 Desember 1996, spontan dengan letak belakang Pemeriksaan TSH.
kepala, segera menangis. Berat badan dan panjang badan tidak Pemeriksaan darah, urin dan tinja rutin.

Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003 47


Pengamatan lanjut dengan protrusi frontalis(1,3,5). Pada kasus ini terlihat diameter
Pengamatan pada hari 3: Keadaan umum baik. Pernapasan biparietalis lebih dari normal dan diameter kraniokaudal kecil
32x/menit. Nadi 128 x/menit. Suhu rektal 36,4ºC. Pemeriksaan dari normal serta ditemukannya protrusi frontalis. Jarak
laboratorium darah: Hb 11,5 g/dl, lekosit 8600/mm3, hitung interpedikuler vertebra L1 – L5 berkurang, tapi ini biasanya
jenis eosinofil 2 /basofil - /batang - /segmen 38/limfosit belum nyata pada neonatus(1,3). Pada penderita ini foto polos
60/monosit -. Pemeriksaan urin dan tinja tidak ada kelainan. vertebra tak tampak kelainan. Pada pelvis didapatkan adanya
Pemeriksaan radiologik memberikan kesan sebagai berikut: pemendekan dengan tulang ileum lebar, atap asetabulum
Kepala: Diameter biparietal kepala 14,7 cm (normal 12,9 ± 0,9 horisontal dan insisura sakroiskiadika sempit dan dalam(1,5).
cm), diameter kraniokaudal 11,9 cm (N: 13,8 ± 0,5 cm), os Pada kasus ini belum didapatkan kelainan pada gambaran foto
frontalis protrusi (menonjol ke depan). polosnya. Tulang-tulang panjang memendek terutama segmen
Toraks: Tak tampak kelainan radiologik. proksimal anggota gerak, lebih lebar dan tebal(1,3,4). Pada anak
Vertebra: Tak tampak kelainan radiologik. yang dilaporkan tulang-tulang lengan dan tungkai sedikit
Pelvis: Tak tampak kelainan radiologik. melengkung dan iregular. Gambaran radiologis AK serupa
Lengan kaki: Os radius sedikit melengkung, epifisis os radius dengan pseudoakondroplasia (PAK), tapi pada PAK kelainan-
dan ulna sedikit ireguler. nya di epifisis sedangkan AK terletak di metafisis. Dengan
Tungkai : Tulang femur kiri dan kanan agak melengkung, os foto lateral tulang belakang pada PAK terlihat penonjolan di
fibula kiri dan kanan melengkung, epifisis os femur dan tibia pusat vertebra yang berasal dari permukaan depan, sedang
ireguler. pada AK kelainan pada arkus bagian belakang(2).
Kesan: Akondroplasia. AK pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis
Bone age: Pertumbuhan tulang sesuai umur 6 bulan. yaitu keterlambatan perkembangan motorik, pemeriksaan fisik
yang menemukan pemendekan tubuh dan anggota gerak dan
Hari ke 9: Keadaan umum baik. Pernapasan 32 x/menit. Nadi ditunjang oleh pemeriksaan radiologik.
120 x /menit. Suhu rektal 36,8º C. Hasil pemeriksaan TSH : AK dapat berkomplikasi sebagai otitis media, gangguan
3,35 ulU/ml (N: 0,3 – 5 ulU/ml). pendengaran, maloklusi dental, strabismus, hidrosefalus dan
Hari ke 25: Keadaan umum baik. Pernapasan 32 x/menit. Nadi kompresi medula spinalis(4). Pada kasus ini belum ditemukan
120 x /menit. Suhu rektal 37º C. Penderita pulang ke Bima dan komplikasi tapi masih tetap harus dipantau kemungkinannya.
dianjurkan untuk kontrol kembali. Penatalaksanaan penderita AK tidak ada yang khusus,
hanya perlu diberikan penyuluhan dan konseling terhadap pe-
DISKUSI ngaruh sosial dan psikologis kepada keluarga dan penderita
AK adalah kelainan tulang rawan kongenital yang akibat perawakan yang sangat pendek dan tidak biasanya(4).
diturunkan secara genetik. Penyakit ini memberikan gambaran Kasus ini sebelum penderita pulang ke Bima, keluarga
perawakan pendek pada tubuh dan anggota gerak yang tidak penderita telah diberikan pengertian dan arahan tentang
proporsional. Pemendekan anggota gerak terutama pada penyakit tersebut.
segmen proksimal yang disebut rhizomelia(4,5). Demikian pula Penderita AK dapat hidup normal, kecuali bila terdapat
pada penderita ini ditemukan adanya perawakan pendek pada komplikasi hidrosefalus atau kompresi medula spinalis yang
tubuh dan anggota gerak terutama segmen proksimal. tidak ditangani(1,4,5,6). Tinggi badan maksimal yang dapat
Pada AK biasanya ditemukan bentuk kepala brakisefal dicapai oleh penderita AK perempuan adalah 125 cm dan
dengan penonjolan frontal, hidung pesek dan penonjolan 131,5 cm pada laki-laki(4).
tulang mandibula(1,4). Anak yang dilaporkan penulis mem-
punyai bentuk kepala brakisefal dengan penonjolan frontal dan RINGKASAN
hidung pesek. Gibbus pada daerah lumbal merupakan tanda Telah dilaporkan satu kasus akondroplasia pada bayi pe-
umum AK dan akan menghilang pada tahun pertama. Selanjut- rempuan umur 8 bulan dengan adanya gangguan pertumbuh-
nya punggung akan menjadi lurus dan berganti dengan lordosis an/perkembangan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anam-
lumbal(3,6). Pada kasus ini ditemukan adanya lordosis setinggi nesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan radiologik.
vertebra torakal 12 sampai lumbal 5.
KEPUSTAKAAN
Bayi AK sering hipotoni disertai dengan gangguan per-
kembangan motorik yang sering sukar dibedakan dengan 1. Cocburn SB, Hilt NE. Manual of orthopaedics. Saint Louis: CV Mosby
penderita hipotiroidisme kongenital (HK). Keduanya mem- Co, 1980; 369-70.
berikan perawakan pendek pada tubuh dan anggota gerak serta 2. Gordon IRS, Ross FGM. Diagnostic radiology in paediatrics. Boston:
Butterworth Co (Publ) Ltd, 1977; 2-3.
hidung pesek(1,5,6). Kasus ini dibedakan dari HK dengan 3. Lovel WW, Winter RB. Pediatric orthopaedics. 2nd ed; Philadelphia: JB
didapatkannya kadar TSH dalam batas normal. Bone age pada Lippincott Co, 1989; 45-8.
HK biasanya lebih lambat dari umur kronologiknya, sedang- 4. Sillerve DO. Genetic skeletal dysplasia. Kliegman RM, Nelson WE,
kan pada AK umumnya umur tulang sesuai dengan umur Vaughan VC, Eds. Nelson text book of pediatrics. 15th ed; Philadelphia:
WB Saunders Co, 1996; 638-9.
kronologik anak(1,5,6). Pada kasus yang dilaporkan bone age 5. Brashear HR, Reney RB. Shands’ handbook of orthopaedic surgery. 6th
penderita masih dianggap sesuai dengan umur penulangan. ed; Saint Louis: CV Mosby Co, 1978; 56-9.
Pemeriksaan foto polos AK pada kepala biasanya 6. Warkany J. Congenital malformation. 1st ed; Chicago: Year Book Medical
ditemukan basis kranium kecil, kepala relatif lebar dari wajah Publ Inc, 1971; 767-81.

48 Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003


Produk Baru
Peran Isoflavon
untuk Kesehatan Reproduksi Wanita
Isoflavon merupakan zat yang serupa dengan estrogen, namun berbeda yang mengkonsumsi fitoestrogen lebih tinggi dari bangsa Barat. Selain itu,
dalam ikatan OH. Zat ini banyak terdapat dalam tumbuh-tumbuhan, biji-bijian, kadar fitoestrogen dalam urin dan darah bangsa Asia lebih tinggi daripada
dan sayur-sayuran. Zat aktif isoflavon terdiri dari isoflavon, lignan, dan bangsa Barat. Selain itu, pada fase menopause fitoestrogen terbukti dapat
coumestan, namun yang paling banyak digunakan dalam bidang kesehatan mengurangi gejolak panas. Berdasarkan penelitian terhadap 58 wanita meno-
adalah isoflavon. Zat aktif ini tidak hanya terdapat dalam bahan mentah, tetapi pause yang diberi tepung kedelai dan tepung terigu selama 12 minggu gejolak
juga hasil olahan seperti tempe, tahu, dsb. Di dalam tubuh isoflavon bersifat panas berkurang secara signifikan sebesar 40% dan 25%. Penelitian lain
aktif serupa dengan hormon estrogen. menggunakan tocopil yang mengandung 56 fitoestrogen 38 mg diberikan ke-
Secara in situ dibuktikan bahwa isoflavon mengadakan aksi inhibisi pada 152 wanita menopause selama 26--29 bulan. Hasilnya terjadi penurunan
tirosin kinase yakni menghambat pertumbuhan dan perkembangan sel sehingga gejolak panas, keringat malam, rasa lemah, dan peningkatan libido.
dapat digunakan sebagai pencegahan penyakit kanker. Mekanisme isoflavon Isoflavon tidak hanya berperan pada organ reproduksi tetapi juga ber-
dalam hal ini dengan mencegah inhibisi topoisomerase 1, 2 transkripsi DNA peran pada kesehatan jantung. Pada masa premenopause perempuan memiliki
yakni mencegah replikasi DNA yang menghasilkan protein yang tidak normal. perlindungan terhadap penyakit kardiovaskular dengan adanya perlindungan
Selain itu, khasiat isoflavon bermacam-macam misalnya kardioprotektif, bone hormon estrogen terhadap endotel. Setelah memasuki masa menopause saat
turnover, reproduksi, dll. Isoflavon juga dapat diguna-kan untuk mencegah dan kadar hormon estrogen berkurang, insiden penyakit kardiovaskular pada
menurunkan risiko terjadinya kanker payudara. Sedangkan pada kanker perempuan sama dengan laki-laki. Mekanisme isoflavon dalam mencegah
ovarium isoflavon mengubah resistensi karena kemo-terapi dengan penyakit kardiovaskular adalah melalui penurunan kolesterol. Isoflavon ter-
meningkatkan permeabilitas memban sel sehingga mudah diper-baiki kembali bukti menurunkan kolesterol total, meningkatkan HDL, menurunkan trigli-
dan mempercepat penyembuhan dengan pengobatan kemo-terapi. Dalam serida, dan mencegah oksidasi kolesterol LDL. Seperti diketahui LDL yang
bidang reproduksi isoflavon terbukti memperbaiki pola haid, nyeri haid, dan mengalami oksidasi akan menjadi radikal bebas yang dapat melukai dinding
lama haid. endotel sehingga timbul plak dan terjadilah aterosklerosis. Isoflavon dapat
Target utama fitoestrogen pada jaringan tubuh yang pertama adalah dikonsumsi dalam bentuk asli berupa kedelai, kacang lengkuas, biji bunga
sistem reproduksi karena pada organ tersebut jumlah estrogen reseptor cukup matahari, dsb. Sementara hasil olahan isoflavon dapat dikonsumsi dalam ben-
tinggi. Pada fase menstruasi efek fitoestrogen memperpanjang fase luteal. tuk tempe, tahu, yoghurt, dsb.
Sedangkan pada fase premenopause fitoestrogen menimbulkan efek estro-genik Untuk wanita menopause kapsul Calvonin yang mengandung bahan aktif
yang bermanfaat mencegah kanker payudara. Hal ini dibuktikan secara isoflavon dari ekstrak tumbuh-tumbuhan murni dapat menjadi alternatif untuk
epidemiologis bahwa insiden kanker payudara lebih rendah pada bangsa Asia mengganti estrogen yang hilang (diolah dari Hidayati W.B.).

Calvonin®
Meredakan gejala-gejala menopause
dan membantu mencegah osteoporosis
Komposisi : Indikasi :
Tiap kapsul mengandung : Sebagai suplemen untuk membantu meredakan gejala-gejala menopause dan
Isoflavone 50 mg. membantu mencegah osteoporosis.
Dosis dan cara pemakaian :
Farmakologi : Dosis yang dianjurkan adalah 2 x 1 kapsul sehari.
Isoflavone adalah salah satu jenis fitoestrogen yang mempunyai struktur Hasil optimal tercapai jika Calvonin® diminum secara teratur dalam jangka
kimia serupa dengan estradiol. Dalam usus halus, isoflavone akan dihidrolisis panjang.
oleh β-glukosidase dan menghasilkan aglikones, daidzein, genistein dan
Peringatan dan Perhatian :
glisitein, yang selanjutnya akan diabsorpsi dan berikatan dengan asam Penggunaan Calvonin® harus hati-hati bila diberikan bersama-sama dengan
glukuronik, kemudian mencapai siklus enterohepatik dan disekresi melalui
bahan-bahan yang dapat berinteraksi dengan estrogen seperti alkohol, diet
kandung empedu. Hasil metabolisme isoflavone didistribusikan keberbagai
protein dan lemak tinggi.
jaringan tubuh dan mencapai kadar maksimal setelah 4-8 jam. Sebagian besar
daidzein dan genistein diekskresikan dalam 24 jam pertama melalui urin. Efek samping :
Fitoestrogen dapat berikatan dengan reseptor spesifik estrogen pada Calvonin® ditoleransi dengan baik dan efek samping serius pada penggunaan-
nukleus sel berdampak menyerupai respon hormon estrogen, dapat menambah nya belum pernah dilaporkan.
atau melemahkan respon hormon estrogen.
Kemasan :
Pada keadaan estrogen yang rendah, seperti pada wanita pasca
Dus @ 3 strip @ 10 kapsul No. Reg. POM SD 021 301 921
menopause fitoestrogen akan berperan sebagai agonis estrogen.
Isoflavone dapat menghambat aktivitas osteoklas melalui intervensi Reference:
enzim spesifik seperti tirosin kinase, yang dapat mengaktivasi faktor per- Dapat menghubungi PT. Kalbe Farma Tbk.
tumbuhan dan reseptor protein. Pada dosis rendah isoflavone dapat mening- P.O. Box 3105 JAK, Jakarta – Indonesia
katkan metabolisme tulang.

Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003 49


Kapsul
EFEK SAMPING OBAT ‘HERBAL’
Dengan bertambah populernya pengobatan alternatif yang menggunakan berbagai ramuan atau bagian dari tumbuh-tumbuhan,
perlu diwaspadai adanya risiko interaksi bahan tersebut dengan obat-obat yang (mungkin) digunakan bersama.
Efek interaksi yang perlu diwaspadai antara lain :

INTERAKSI KLINIS MEKANISME

Garlic/bawang putih :
Khlorpropamid Hipoglikemi Efek aditif
Parasetamol Perubahan farmakokinetik parasetamol Tidak diketahui
Ritonavir Peningkatan konsentrasi ritonavir dan toksisitas Menghambat metabolisme autoinduksi ritonavir
gastrointestinal berat
Warfarin Meningkatkan INR, meningkatkan waktu Efek aditif
pembekuan

Gingko
Aspirin Hifema spontan Inhibisi aditif terhadap agregasi trombosit
Diuretik tiazid Tekanan darah naik Tidak diketahui
Trazodon Coma Peningkatan aktivitas GABAergik oleh flavonoid
gingko
Warfarin Perdarahan intrakranial Efek aditif terhadap mekanisme koagulasi

Ginseng
Alkohol Menurunkan konsentrasi alkohol dalam darah Perlambatan pengosongan lambung oleh
ginsenosides
Fenelzin Insomnia, nyeri kepala, gejala mania Peningkatan kadar cAMP
Warfarin Penurunan INR, peningkatan prothrombin time Tidak diketahui

Kava
Alprazolam Letargi dan disorientasi Efek aditif pada reseptor GABA dan pelepasannya
Levodopa Pemanjangan dan penambahan off-period Antagonisme dopamin

St. John’s wort


Alprazolam Penurunan AUC alprazolam Induksi enzim hepar
Amitriptilin Penurunan konsentrasi amitriptilin Induksi enzim hepar
Siklosporin Penurunan konsentrasi siklosporin, kadang- Induksi enzim hepar
kadang dengan episode penolakan
Dekstrometorfan Cenderung meningkatkan metabolisme Induksi enzim hepar
dekstrometorfan
Digoksin Penurunan kadar plasma digoksin Induksi P-glikoprotein usus halus
Indinavir Penurunan AUC indinavir Induksi enzim hepar
Loperamid Episode singkat delirium akut Potensiasi inhibisi MAO
Kontrasepsi oral Perdarahan lucut atau berubah polanya Induksi enzim hepar
Fenprokumon Penurunan konsentrasi fenprokumon dan Induksi enzim hepar
penurunan efek antikoagulan
SSRI/SNRI Mual, muntah, nyeri kepala, episode manik Inhibisi sinergis terhadap uptake serotonin
Teofilin Penurunan konsentrasi teofilin Induksi enzim hepar
Warfarin Penurunan efek antikoagulan Induksi enzim hepar

D&TP 2002; 18 (9) : 17-21


Brw

50 Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003


INTERNET UNTUK DOKTER
Website atau Homepage
Web berarti jaringan sedangkan site adalah suatu tempat. 9 name nama personal
Website berarti suatu tempat yang mempunyai hubungan 10 net penyedia jaringan (untuk perusahaan yang
dengan tempat lain membentuk jaringan. Sedangkan homepage berkecimpung dalam infrastruktur internet)
sebenarnya berarti induk/rumah dari suatu halaman (page). Jadi 11 org (or) organisasi non komersial
di dalam website terdapat banyak page. Namun saat ini pe- 12 sch lembaga Pendidikan yang menyeleng-
ngertian homepage sudah meluas menjadi sama artinya dengan garakan pendidikan seperti SD, SMP dan
website, yaitu suatu tempat memperoleh informasi di internet atau SMU, dll.
yang terdiri dari kumpulan halaman. 13 web badan usaha, organisasi atau perseorangan
Homepage merupakan alat informasi yang diletakkan di yang melakukan kegiatannya di World
internet. Namun tidak seperti brosur, buku atau media cetak Wide Web
lainnya yang hanya searah sifatnya, dalam homepage bisa ter- (ket. dalam kurung menunjukkan yang digunakan untuk Indonesia)
jadi interaksi, seperti tanya jawab bahkan chatting yang terjadi
saat itu juga, real time. Begitu juga sifat homepage yang Namun akhirnya aturan ini tidak terlalu ketat, tergantung
hipertext, teks yang mempunyai link (hubungan dengan halam- kepada penyedia jasa pemberian nama. Di Indonesia bisa
an yang lain). diakses di: http://www.idnic.net.id.

Aturan Penamaan di internet Kodenegara


Umumnya suatu alamat (bisa dianalogi dengan lokasi) di Berikut disajikan beberapa country code top level domains
internet dimulai dengan ”http://www” contohnya (ccTLDs):
http://www.kalbe.co.id. atau http://www.kalbefarma.com.
Tanda titik dibaca sebagai dot, sehingga kalbefarma.com No ccTLD Negara
dibaca kalbefarma dot com dan kalbe.co.id dibaca kalbe dot co 1 us Amerika Serikat
dot id. 2 ca Kanada
Penamanaan ini mengikuti suatu pola yang disepakati 3 jp Jepang
bersama, Domain Name System (DNS) yang dijalankan server 4 au Australia
DNS. Server ini mengubah nama yang ada menjadi sederetan 5 id Indonesia
angka yang disebut IP, yang digunakan oleh internet. Contoh 6 sg Singapura
IP dari www.kalbe.co.id adalah 202.158.47.250 dan IP dari 7 hk Hongkong
www.detik.com adalah 202.158.66.181. 8 to Tonga
9 tv Tuvalu
Aturannya:
http://www.namaserver.topleveldomain.kodenegara Tidak taat azas
Jika sudah mengetahui ini, tentu bagi mereka yang pernah
Nama server adalah nama unik yang bisa kita tetapkan sendiri berinternet atau membaca di media cetak, akan terlintas per-
sesuai dengan keinginan kita misalnya Kalbe Farma, dstnya. tanyaan mengapa ada perusahaan yang menggunakan akhiran
negara (ccTLD) tidak sesuai seperti: rcti.tv (tidak di Tuvalu),
Top Level Domain detik.com (bukan perusahaan Amerika), netsurf.to (ada di AS),
Berikut disajikan beberapa TLD yang sering digunakan: dll.
Alasannya, negara seperti Tuvalu dan Tonga bisa
No TLD Untuk mengumpulkan uang dengan menjual hak mereka kepada pihak
ketiga, yang pada gilirannya menjual lagi kepada penawar lain.
1 biz kepentingan bisnis
Akhiran TV dan to, mempunyai arti tersendiri (unik) bagi
2 com (co) badan usaha komersial Amerika (Indonesia)
perusahaan yang berkepentingan. Begitu pula dengan akhiran
3 edu (ac) institusi pendidikan/universitas /akademi
com yang lebih populer dari akhiran co.id.
4 gov (go) instansi, badan, departemen, lembaga Artinya, sebenarnya aturan yang ditetapkan tidak ada sanksi
pemerintahan bila dilanggar, sehingga bila mengguntungkan maka suatu per-
5 info informasi usahaan bisa menggunakannya.[SIM]
6 int organisasi international Singkatan:
7 mil militer - http = HyperText Transfer Protocol
8 museum museum - www = world wide web

Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003 51


Kegiatan Ilmiah
7th Asian Congress of Sexology 2002 Singapore

Kongres yang diselenggarakan hubungan seksual meningkat sebesar 2,5 kali pada orang nor-
oleh Departement of Obstetrics & mal dan hanya meningkat sebesar 3 kali pada pasien dengan
Gynaecology National University of penyakit kardiovaskuler, jadi tidak ada perbedaan bermakna
Singapore dan Society for Study of antara orang normal dan pasien kardiovaskuler.
Andrology and Sexology Singapore Jika energi yang dikeluarkan dihitung dengan suatu standar
merupakan kongres yang ketujuh di yaitu METS (metabolic equivalents of the task), maka kita bisa
Asia yang membahas mengenai segala melihat bahwa kegiatan hubungan seksual kira-kira sama lelah-
aspek seksologi. Menurut P Ganesan nya dengan berkebun atau mengepel lantai.
Adaikan, Congress President, acara
yang berlangsung sejak tanggal 14 Aktivitas Skor METS
hingga 17 November 2002, ditunjang Hubungan seksual 2-3 s/d 5-6
oleh berbagai badan, seperti: Asia Pacific Society for Impoten- Pekerjaan rumah tangga sederhana: menyetrika 2-4
ce Research (APSIR), International Society for the Study of the Jalan 1 km dalam waktu 15 menit 3-4
Aging Male (ISSAM), International Society for Sexual and Membersihkan jendela 3-4
Impotence Research (ISSIR), dan World Association for Sexo- Mengangkat dan membawa beban 9-20 kg 4-5
Golf 4-5
logy (WAS). Berikut laporan dari Singapura seperti yang di-
Berkebun 4-5
tuturkan wakil KalbeFarma.
Pekerjaan rumah tangga agak berat: mengepel lantai 3-6

Disfungsi Ereksi
Kongres multidisipliner yang diikuti sekitar 400 peserta Kehidupan seksual pada menopause
mempresentasikan berbagai aspek seksologi oleh pakar-pakar Sehubungan dengan masih adanya kontroversi penggunaan
seksolog, urology, psikiater, psikolog, kebidanan, dan berbagai terapi sulih hormon (TSH) bagi wanita menopause, disimpul-
disiplin lainnya. Topik yang paling banyak dibahas adalah kan dari berbagai penelitian bahwa TSH boleh diberikan jangka
masalah Disfungsi Ereksi/DE (Erectile Dysfunction/ED). Urut- pendek untuk wanita menopause guna meningkatkan kualitas
an terapi DE dari yang paling non-invasif adalah dengan obat- hidupnya, terutama kehidupan seksualnya.
obat oral, baik yang bekerja menghambat enzim fosfodiesterase
5 (PDE5I) maupun yang bekerja sentral. Pengobatan tahap ke SIMPOSIUM LAIN
dua adalah dengan aplikasi obat intrauretral, misalnya dengan Simposium lain, selengkapnya bisa diakses di
MUSE (Medicated Urethral System for Erection), selanjutnya http://www.kalbe.co.id >> News/Articles >> Seminar
juga bisa dilakukan tindakan vakum organ penis. Tindakan
yang lebih invasive bisa berupa suntikan transuretral dan jika Jakarta Diabetes Meeting 2002, Hotel Horison Jakarta 2 - 3
diperlukan bisa dilakukan operasi implantasi penis buatan November 2002
(penile implantation). Jakarta Diabetes Meeting 2002 yang diselenggarakan
tanggal 2-3 Nopember 2002 di Horison Resort Hotel dihadiri
Prosentasi DE pada pasien oleh kurang lebih 200 peserta dari berbagai daerah di Indonesia
Beberapa pasien seperti tercantum di bawah ini mengalami (sebagian besar peserta berasal dari Jakarta dan sekitarnya).
DE: Pertemuan dengan tema "The Recent Management in Diabetes
and Its Complication : From Molecular to Clinic" ini tidak
Penyakit Prosentase hanya dihadiri oleh para ahli Endokrin dan Metabolisme tetapi
Depresi berat 90 % juga dihadiri dokter umum, dokter ahli jantung, dokter ahli
Penyakit Vaskuler Perifer 86 % ginjal dan hipertensi, dokter ahli saraf, dan sebagainya.
Diabetes 64 %
Penyakit Jantung Iskemik 61 % Seminar Breast Conserving Treatment, RS Mitra Keluarga
Hipertensi 52 % Kelapa Gading, Sabtu 18 Januari 2003
Penyakit aterosklerotik 40 % Penanganan Kanker Payudara, tidak selalu dengan operasi
pengangkatan seluruh payudara. Dengan kemajuan ilmu ke-
Hubungan seks bukan kontra indikasi pasien koroner dokteran saat ini, para penderita kanker payudara bisa dioperasi
Menurut pakar kardiologi, hubungan seksual tidak merupa- dengan mengangkat sebagian kecil kelenjar. Demikian topik
kan kontraindikasi untuk pasien dengan penyakit koroner. Dari seminar yang diadakan pada hari Sabtu, 18 Januari 2003 RS
penelitian dibuktikan bahwa resiko infark miokard setelah Mitra Keluarga Kelapa Gading dengan tema BCT (Breast

52 Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003


Conserving Treatment); Terapi Pilihan pada Kanker Payudara pengetahuan akan tahap-tahap pengembangan obat sangat di-
Dini dengan Teknologi Prosedur Sentinel. Hadir sebagai nara butuhkan. Begitu pula dengan ketrampilan dalam evaluasi obat.
sumber ialah: dr Kahar Kusumawidjaja, Sp Rad., dr Kardinah, Untuk memperdalam hal tersebut, maka sejak tanggal 3
SpRad, dr Maria R, SpPA, dan dr Samuel J Haryono, SpB Onk. hingga 4 Februari 2003 telah diadakan Workshop Evaluasi
Obat Antihipertensi di Yogyakarta yang diikuti oleh para
Simposium Nasional PERMI-APMF, Hotel Horison dokter dan apoteker dari beberapa perusahaan farmasi termasuk
Jakarta, 18 Januari 2003 PT Kalbe Farma dan BPOM RI. Penyelenggaranya adalah
Terapi Sulih Hormon (TSH) atau Hormon Replacement Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universita
Therapy (HRT) tidak hanya menghilangkan keluhan kaum Gadjah Mada.
wanita pada masa pra dan menopause, akan tetapi dalam jangka
panjang mempunyai keuntungan dapat mencegah osteoporosis, Pendekatan Holistik Penyakit Kardiovaskular II, Hotel
menurunkan kematian karena penyakit jantung, dan diharapkan Sahid Jaya Jakarta, 7-9 Februari 2003
dapat pula mencegah kanker kolorektal, penyakit Alzheimer, Pada simposium 'Pendekatan Holistik Penyakit Kardio-
dll. Namun, ironisnya, tidak banyak wanita yang secara teratur vaskular II' yang berlangsung dari tanggal 7-9 Februari 2003 di
menggunakan TSH. Salah satu penyebab utamanya adalah dari Hotel Sahid Jaya Jakarta diperkenalkan alternatif baru dalam
dokter yang memberikan pengobatan serta para pasiennya penatalaksanaan Penyakit Jantung Koroner (PJK). Alternatif
sendiri, mepertimbangkan efek samping atau untung ruginya tersebut berupa penambahan obat pada stent yang banyak
menggunakan TSH. Demikian dikatakan dr Suhartono, SpOG- dipakai untuk melebarkan pembuluh darah jantung.
KFER pada acara Simposium Nasional PERMI-APMF di Hotel
Horison Jakarta, Sabtu 18 Januari 2003 yang lalu. Pertemuan Ilmiah Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi
(PIPKRA), Hotel Borobudur, 14 - 15 Februari 2003.
Seminar A New Paradigm in The Management of Sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan kemajuan
Parkinson's Disease, Hotel Menara Peninsula Jakarta, 25 industri, obat-obat asma pun turut berkembang, antara lain
Januari 2003 ditemukan obat-obat yan baru, bentuk sediaan yang lebih baik
Banyak dokter yang masih luput mendiagnosa penderita seperti bentuk inhalasi (hirup) dan cara pemberian obat-obat
Parkinson, demikian dikatakan dr Achdiat Agoes Sp S(K), yang baru. Demikian dikatakan dr. Faisal Yunus, PhD, SpP (K)
dalam Seminar A New Paradigm in The Management of saat membawa presentasi "Penelitian multisenter obat-obat
Parkinson's Disease. Seminar yang dilaksanakan di Hotel asma" pada acara Pertemuan Ilmiah Pulmonologi dan Ke-
Menara Peninsula Jakarta pada tanggal 25 Januari 2003 meng- dokteran Respirasi (PIPKRA), yang baru pertama kali diada-
hadirkan para pakar yang membahas pelbagai aspek Parkinson kan. Simposium yang diikuti oleh sekitar 500 peserta di adakan
seperti dr Jan S Purba PhD, dr Andradi Suryamihardja Sp S(K), pada tanggal 14 hingga 15 Februari 2003 di Hotel Borobudur
Prof dr Jusuf Misbach Sp S(K) dan Prof dr Aznan Lelo SpFK Jakarta.
PhD. Simposium sendiri dibuka oleh ketua panitia, dr Al Recent Advances In Liver Transplantation and Tre-
Rasyid Sp S, dari Bagian Neurologi FK Universitas Indonesia. mendous Coronary Angioplasty Manipulation in Complex
Lesion + Acute Coronary Syndrome, Rumah Sakit
10th ASEAN ORL, Brunei Darussalam, 27 - 29 Januari HUSADA, 22 Februari 2003
2003 Banyak kendala yang dihadapi untuk mendapatkan trans-
Acara 10th ASEAN Otorhinolaryngology diikuti oleh plantasi hati. Persediaan hati yang kurang karena terbatasnya
seluruh negara ASEAN termasuk juga beberapa delegasi dan donor, membuat banyak pasien meninggal saat masih dalam
pembicara dari Hongkong, Australia, Amerika, India, Inggris, daftar antrian. Data di Singapura menyebutkan, dalam satu
Jepang dan Swedia. Selain acara kongres itu sendiri, juga tahunnya rata-rata hanya tersedia 4.500 donor untuk 14.500
diadakan Pre-congress workshop 25-26 Januari 2003 dan Post- penderita penyakit hati. Yang meninggal saat dalam masa
congress workshop 30 Januari 2003. Acara kongres dihadiri antrian ditaksir sekitar 60 %.
dan dibuka oleh Menteri Kesehatan Brunei Pehin Orang Kaya
Putera Maharaja Dato Seri Setia Haji Awanb Abu Bakar bin Occupational Diseases & Allergy Clinical Immunology
Haji Apong, dan seluruh kegiatan diselenggarakan di Inter- Symposium, Jakarta 22-23 Februari 2003
national Convention Centre yang memiliki eksterior dan Dunia industri berkembang pesat. Ada sekitar 70.000 jenis
interior gedung yang mewah. bahan berupa logam, kimia, pelarut, plastik, karet, pestisida,
gas dan sebagainya yang dihasilkan untuk kenyamanan dan
Workshop Evaluasi Obat Antihipertensi, Yogyakarta, 3 - 4 kemudahan yang digunakan secara umum dalam kehidupan
Februari 2003 sehari-hari. Namun disamping itu, banyak jenis bahan tersebut
Ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang obat ber- telah menimbulkan berbagai dampak seperti cedera dan pe-
kembang sangat pesat pada dekade terakhir ini, baik dalam nyakit. Hal tersebut dikemukakan Karnen Baratawidjaja, pada
bentuk pengembangan obat baru maupun modifikasi terhadap acara Kuliah Umum, Seminar Occupational Diseases &
senyawa yang telah ada. Bagi para ahli yang berkecimpung Allergy Clinical Immunology yang berlangsung sejak tanggal
pada bidang pengembangan obat dan produksi, penguasaan 22 hingga 23 Februari 2003 di Jakarta.

Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003 53


ABSTRAK
INTERVENSI DINI UNTUK IN- Asupan yang cukup dari buah dan masih membutuhkan pengamatan lebih
FARK MIOKARD sayur mungkin dapat menurunkan lanjut.
Apakah intervensi dini untuk risiko beberapa jenis kanker terutama Dalam editorial yang menyertai
pasien non ST elevation coronary syn- kanker saluran cerna; pengaruh daging, artikel ini, dikemukakan perlunya pe-
drome bermanfaat ? serat dan vitamin masih belum jelas. najaman tujuan penelitian ke arah pe-
Sejumlah 1810 pasien (rata-rata 62 Anjuran yang dapat diberikan saat ini nurunan kematian akibat kanker, obat
tahun, 38% wanita) dibagi dua kelom- ialah diet yang bervariasi termasuk yang lebih aman dan kelompok popu-
pok : 895 pasien menjalani angiografi banyak buah, sayur dan biji-bijian lasi yang paling diuntungkan dari peng-
koroner dini – revaskularisasi dalam 72 (cereal), mempertahankan berat badan gunaan obat ini.
jam, di sampign mendapatkan terapi ideal melalui aktivitas fisik teratur dan
anti anginal dan antiplatelet, sedang- membatasi alkohol. Lancet 2003; 360: 817-24, 813-4
kan 915 lainnya hanya emndapat terapi Brw
Lancet 2003; 360: 861-8
obat. Brw
Setelah 4 bulan 86 (9,6%) pasien PENGARUH KEMATIAN ANAK
revaskularisasi meninggal dunia atau PADA ORANGTUANYA
TAMOXIFEN MENCEGAH Kematian anak dapat diduga me-
terkena infark miokard atau angina KANKER PAYUDARA
refrakter, dibandingkan dengan 133 nyebabkan efek merugikan di kalangan
Kanker payudara mungkin bisa orangtuanya.
(14,5%) di kalangan konservatif (hanya dicegah dengan tamoxifen – kesan ini
terapi obat) – RR 0,66 95%CI 0,51- Suatu studi berdasarkan catatan
didapat dari hasil penelitian buta- medik nasional di Denmark meneliti/
0,85 ; p=0,001. Perbedaan terutama ganda, acak, plasebo atas 7152 wanita
pada angina refrakter yang dua kali membandingkan kelompok 21 602
35-70 tahun yang berisiko tinggi, orangtua yang kematian anaknya de-
lipat lebih sering terjadi di kalangan dengan dosis tamoxifen 20 mg/hari
konservasif, sedangkan kejadian infark ngan 293 745 kelompok orangtua se-
selama 5 tahun. bagai kontrol, sampai 18 tahun setelah
miokard dan kematian tidak berbeda Setelah follow up selama rata-rata
bermakna setelah 1 tahun (68-7,6% vs. kematian anak.
(median) 50 bulan, 69 kasus kanker Ternyata di kalangan ibu yang
76-8,3%; RR: 0,91, 95%CI: 0,67-1,75, payudara dideteksi di kalangan 3578
p=0,58). Gejala angina dan pengguna- kematian anaknya, secara keseluruhan
wanita yang mendapat tamoxifen dan mortalitasnya meningkat (hazard ratio
an obat anti angina menurun drastis di pada 101 wanita di kalangan antara
kelompok intervensi (p≤0.0001). 1,43; 95%CI: 1,24-1,64; p≤0,0001);
3566 wanita yang menerima plasebo peningkatan mortalitas akibat sebab
Para peneliti menganggap bahwa (RR 32%, 95%CI: 8-50, p=0,013);
di kalangan unstable coronary artery alami (natural causes) meningkat
reduksi ini tidak dipengaruhi oleh usia, hanya pada periode tahun ke 10 – 18
disease, tindakan intervensi lebih baik, derajat risiko dan penggunaan terapi
terutama karena menurunkan angka ke- (1,44; 1,15 – 1,78; p≤0,0001).
sulih hormon (HRT). Mortalitas karena sebab-sebab lain
jadian angina berat/rafrakter hingga se- Kejadian kanker endometrium me-
paruhnya tanpa peningkatan risiko (unnatural causes) meningkat selama
ningkat tidak bermakna (11 vs. 5, periode follow up, terutama dalam 3
infark miokard dan kematian. p=0,2), kejadian tromboemboli me- tahun pertama (3,84; 2,48-5,88;
ningkat di kalangan tamoxifen (43 vs. p≤0,0001); sedangkan di kalangan ibu
Lancet 2002; 360: 743-51
17; odds ratio 2,5 (1,5-4,4), p=0,001)), yang anaknya meninggal akibat sebab-
Brw
terutama setelah pembedahan. Didapat- sebab tidak umum (unnatural causes),
kan angka kematian akibat semua hazard rationya 1,72 (1,38-2,15;
KANKER DAN DIET sebab meningkat di kalangan tamoxi- p=0040) sedangkan jika kematiannya
Faktor diet dapat berperan dalam fen (25 vs. 11, p=0,028). tidak terduga (unexpected), hazard
kira-kira 30% kejadian kanker di Meskipun tamoxifen dapat me- rationya 1,67 (1,37-2,03; p=0037).
negara maju; obesitas meningkatkan ngurangi risiko kanker payudara de- Di kalangan ayah peningkatan
risiko kanker esofagus, kolo-rektum, ngan sepertiganya, penggunaannya di- hanya terjadi pada kelompok kematian
payudara, endometrium dan ginjal. Al- kontraindikasikan pada wanita yang tidak umum (unnatural) (hazard ratio
kohol dapat menyebabkan kanker berisiko tinggi terhadap penyakit 1,57; 1,06-2,32; p=0,04).
rongga mulut, farings, larings, eso- tromboemboli; dan meskipun kematian
fagus, hepar dan sedikit meningkatkan akibat kanker lain tidak meningkat, Lancet 2002; 361: 363-67
risiko kanker payudara. anjuran penggunaannya dalam klinik Brw

54 Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003


ABSTRAK
KELAINAN OTAK PADA TAMOXIFEN VS. RALOXIFEN ASAM FOLAT DAN KELAINAN
SKIZOFRENIA Tamoxifen dan raloxifen telah di- JANIN
Sekelompok peneliti di Australia uji sebagai profilaktik kanker payu- Suplementasi asam folat dianjur-
membandingkan gambaran MRI orang- dara. kan di kalangan wanita hamil untuk
orang yang dalam perjalanan kliniknya Rangkuman dari 5 studi pen- mencegah neural tube defect.
mengidap skizofrenia. cegahan di atas menunjukkan bahwa Suatu studi di Cina betujuan untuk
Pada perbandingan cross sectio- tamoxifen menghasilkan 38% reduksi mengetahui apakah suplementasi ter-
nal, 75 orang dewasa dengan gejala (95%CI: 28-46; p≤0.0001) kejadian sebut meningkatkan kehamilan multi-
prodroma psikosis menjalani MRI, dan kanker payudara; reduksi ini hanya pel.
setelah sedikitnya 12 bulan, 23 (31%) terjadi pada kanker payudara yang Sejumlah 242 015 wanita yang
berkembang menjadi psikosis; ternyata estrogen receptor positive (ER-posi- mengikuti kampanye suplementasi
yang kemudian berkembang menjadi tive) – sebesar 48% (36-58; p≤0.0001), asam folat (400 mg/hari) antara
psikosis mempunyai lebih sedikit subs- sedangkan di kalangan kanker yang Oktober 1993 sd. September 1995 di-
tansia grisea di korteks temporomedial, ER-negative, hazard rationya 1,22 catat persalinannya; dan tercatat 1496
temporo-lateral dan frontal inferior (0,89 – 1,67; p=0,21). Keadaan ini (0,62%) kehamilan multipel.
kanan, dan korteks singuli bilateral. tidak tergantung usia. Ternyata angka kelahiran multipel
Selanjutnya pada studi longitu- Kejadian kanker endometrium me- di kalangan yang mendapat asam folat
dinal di kalangan yang menjadi psiko- ningkat di semua studi tamoxifen untuk 0,59% dibandingkan dengan kelompok
tik, terlihat pengurangan substansia pencegahan – RR 2,4 (1,5-4,0), kontrol sebesar 0,65% (RR-0,91;
grisea di korteks parahippocampus kiri, p=0,0005, dan juga di studi ajuvan – 95%CI: 0,82-1,00). Suplementasi asam
fusiform dan orbitofrontal dan sere- RR 3,4 (1,8-6,4); p=0,0002) sedangkan folat tidak meningkatkan kejadian ke-
belum; sedangkan di kalangan yang raloxifen tidak meningkatkan risiko. hamilan multipel.
tidak menjadi psikosis perubahan Kejadian tromboemboli vena me-
hanya terjadi di serebelum. ningkat di semua studi tamoxifen – RR Lancet 2003; 361: 380-84
1,9 (1,4-2,6), p≤0.0001. Tidak ditemu- Brw
Lancet 2003; 361: 281-88 kan efek samping lain, tetapi terdapat PETANDA UNTUK EKLAMPSIA
Brw peningkatan mortalitas akibat emboli Preeklampsia merupakan penyakit
paru (6 vs. 2). kehamilan yang dihuhungkan dengan
SINGLE PARENT DAN RISIKO Lancet 2003; 361: 296-300 buruknya invasi sitotrofoblas extravili
GANGGUAN PSIKIATRIK Brw dan apoptosis trofoblas yang berlebih-
Anak-anak berorangtua tunggal an; sedangkan HB-EGF (heparin-
(single parent) lebih berisiko meng- RISIKO KANKER SETELAH IVF binding epidermal-growth-factor-like
idap berbagai gangguan psikiatrik. Di Belanda setiap tahun sekitar growth factor) diketahui mempunyai
Suatu studi population-based di 3000 wanita menjalani IVF (in vitro aktivitas sitoprotektif yang kuat dan
Swedia membandingkan 65 085 anak fertilization) dan selama ini tidak merupakan protein yang pentingn
dengan single parent dengan 921 257 ditemukan risiko kanker di kalangan untuk mengatur invasi trofoblas selama
anak dengan dua orangtuanya sepan- bayinya. Antara November 2000 – fase awal pembentukan plasenta.
jang tahun 1991 – 1998. Ternyata anak Pebruari 2002 telah ditemukan 5 kasus Dari penelitian atas jaringan pla-
dengan orangtua tunggal lebih berisiko retinoblastoma di kalangan bayi hasil senta diketahui bahwa HB-EGF mRNA
mengidap gangguan psikiatrik (wanita: IVF, sedangkan asumsi normal kejadi- dan protein ekspresinya manurun
RR 2,1; 95%CI: 1,9-2,3 ; pria 2,5 (2,3- an kanker tersebut ialah 1.0 – 1.5%. hingga 5 kali lebih rendah (p=0.0001)
2,8), percobaan bunuh diri – wanita 2,0 Kejadian ini menghasilkan pe- di kalangan kehamilan preeklampsia;
(1,9-2,2), pria 2,3 (2,1-2,6); penyakit ningkatan risiko (RR) menjadi 7,2 sedangkan tingkat ekspresi HB-EGF
berkaitan dengan alkohol – wanita 2,4 (95%CI: 2,4-17.0) untuk angka kejadi- mRNA menengah (intermediate) di-
(2,2-2,7), pria 2,2 (2,0-2,4) dan an 1% dan menjadi 4,9 (1,6-11,3) asosiasikan dengan gangguan per-
penyakit yang berhubungan dengan untuk angka kejadian 1,5%. tumbuhan janin yang dikaitkan dengan
narkotik – wanita 3,2 (2,7-3,7) dan pria Keadaan ini perlu diteliti lebih invasi trofoblas yang dangkal dan
4,0 (3,5-4,5). lanjut, terutama dengan studi popula- apoptosis tingkat moderat.
tion-based.
Lancet 2002; 306: 1215-19
Lancet 2003; 361: 289-95 Lancet 2002; 361: 309-10
Brw Brw
Brw

Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003 55


Ruang
Penyegar dan Penambah
Ilmu Kedokteran
Dapatkah saudara menjawab
pertanyaan-pertanyaan di bawah ini?

1. Preeklamsi sebenarnya sudah terjadi sejak kehamilan 5. Obat anti kejang yang digunakan pada eklamsi :
berusia : a) MgSO4
a) 6 – 8 minggu b) Diazepam
b) 8 – 12 minggu c) Fenobarbital
c) 18 – 24 minggu d) a + b
d) 24 – 32 minggu e) Semua bisa benar
e) 32 – 36 minggu 6. Solutio plasenta dapat menyebabkan komplikasi :
2. Hipertensi pada kehamilan didiagnosis jika : a) Diatesa hemoragik
a) Sistolik ≥ 120 mgHg dan diatolik ≥ 80 mmHg b) Syok
b) Sistolik ≥ 120 mgHg dan diatolik ≥ 90 mmHg c) Kematian janin
c) Sistolik ≥ 140 mgHg dan diatolik ≥ 90 mmHg d) a + b
d) Sistolik ≥ 160 mgHg dan diatolik ≥ 90 mmHg e) a + b + c
e) Sistolik ≥ 160 mgHg dan diatolik ≥ 95 mmHg 7. Diabetes dalam kehamilan didiagnosis jika kadar gula
3. Kenaikan berat badan yang dapat mengindikasikan hiper- darah sewaktu lebih dari :
tensi pada kehamilan ialah jika lebih dari : a) 80 mg%
a) ½ kg/minggu b) 120 mg%
b) 1 kg/minggu c) 140 mg%
c) 1 kg/bulan d) 200 mg%
d) 2 kg/bulan e) 240 mg%
e) Disertai edema 8. Trichomonas vaginalis disebabkan oleh organisme jenis :
4. Balon Mitral Malvektomi dikerjakan jika area katup mitral a) Kokus
lebih kecil dari : b) Basil
a) 2 cm c) Spirochaeta
b) 1½ cm d) Protozoa
c) 1 cm e) Virus
d) ½ cm
e) 0,2 cm JAWABAN RPPIK :
1. B 2. C 3. B 4. B
5. D 6. D 7. D 8. D

Batter the gates of heaven with storms of prayer


(Tennyson)

56 Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003

You might also like