Professional Documents
Culture Documents
http://www.kalbefarma.com/cdk
ISSN : 0125-913X
150.
Masalah Hati
2006
http://www.kalbefarma.com/cdk
International Standard Serial Number: 0125 – 913X
150.
Masalah Hepar
Daftar isi :
2006
2. Editorial
http:// www.kalbefarma.com/cdk
4. English Summary
ISSN : 0125 –913X
Artikel
5. Diagnosis dan Manajemen Hepatitis B Kronis - JB Suharjo, B Cahyono
10. Dekok Daun Paliasa ( Kleinhovia hospita Linn ) Sebagai Obat Radang Hati
Akut - Raflizar, Cornelis Adimunca, Sulistyowati Tuminah
15. Sindrom Hepatorenal - Azhari Gani
18. Hepatoma dan Sindrom Hepatorenal - B. Singgih, E.A. Datau
Hepar dan organ sekitarnya 22. Sonografi Sirosis Hepatis di RSUD Dr. Moewardi - Suyono, Sofiana,
Heru, Novianto, Riza, Musrifah
26. Farmakoterapi Rasional pada Amebiasis - Candra Wibowo
29. Perdarahan Varises Gastroesofageal pada Hipertensi Portal - Myrna Justina
150.
Masalah Hepar
31. Korelasi Sidik Tiroid Radioaktif dengan Pemeriksaan Histopatologis pada
Tonjolan Tiroid - Azamris
34. Gambaran Pola Penyakit Diabetes Melitus di Bagian Rawat Inap di RSUD
Keterangan gambar : Koja 2000-2004 - Santoso M, Lian S, Yudy
Hepar dan organ sekitarnya 35. Derajat Keasaman Air Ludah pada Penderita Diabetes Melitus - Suyono,
(www.altavista.com) Isa, Henry, Nugroho
38. Resistensi Insulin pada Diabetes Melitus Tipe 2 - Enrico Merentek
42. Penggunaan dan Efek Samping Steroid - Iris Rengganis
47. Gambaran Pola Komplikasi Penderita Hipertensi yang Dirawat di RSUD
Koja 2000-2004 - Santoso M, Lyta, Pina
50. Sindrom Nefrotik - Patogenesis dan Penatalaksanaan - Carta A. Gunawan
55. Peramalan Kadar Endometriosis Menggunakan Model Regresi Logistik -
Sardjana Atmadja
57. Spa Medic - pilar Anti Aging Medicine – Amarullah H. Siregar
Edisi ini juga memuat artikel-artikel mengenai diabetes melitus, hipertensi dan
beberapa masalah Penyakit Dalam lainnya.
Selamat membaca,
Redaksi
HBV DNA
HBeAg ALT Strategi pengobatan
(>105 copies/ml)
+ + ≤ 2 x BANN Efikasi terhadap terapi rendah
Observasi, terapi bila ALT meningkat
> 2 x BANN Mulai terapi dengan : interferon alfa, lamivudin atau adefovir
+ + End point terapi : serokonversi HBeAg dan timbulnya anti HBe
Durasi terapi :
• Interferon selama 16 minggu
• Lamivudin minimal 1 tahun, lanjutkan 3-6 bulan setelah terjadi serokonversi
HBeAg
• Adefovir minimal 1 tahun
Bila tidak memberikan respon/ada kontraindikasi, interferon diganti lamivudin / adefovir
Bila resisten terhadap lamivudin, berikan adefovir
- > 2 x BANN Mulai terapi dengan : interferon alfa, lamivudin atau adefovir. Interferon atau adefovir
+ dipilih mengingat kebutuhan perlunya terapi jangka panjang
End point terapi : normalisasi kadar ALT dan HBV DNA (pemeriksaan PCR) tidak
terdeteksi
Durasi terapi :
• Interferon selama satu tahun
• Lamivudin selama > 1 tahun
• Adefovir selama > 1 tahun
Bila tidak memberikan respon/ ada kontraindikasi interferon diganti lamivudin / adefovir
Bila resisten terhadap lamivudin, berikan adefovir
Sesuai dengan rekomendasi the American Association for sampai berat (3). HBeAg negatif dan HBV DNA>105
the Study of Liver Disease terapi diberikan pada penderita copies/ml dan kadar ALT>2 batas atas angka normal. (4).
hepatitis B kronis, dengan syarat : (1). HBeAg positif dan HBV Penderita sirosis hati dengan HBV DNA >105 copies/ml
DNA>105 copies/ml dan kadar ALT>2 batas atas angka (Tabel 5).
normal. (2). HBeAg positif dan HBV DNA>105 copies/ml dan Saat ini, ada 5 jenis obat yang direkomendasikan untuk
kadar ALT< 2 batas atas angka normal tidak perlu terapi, hanya terapi hepatitis B kronis di Amerika Serikat, yaitu : interferon
perlu dievaluasi setiap 6-12 bulan, kecuali bila pemeriksaan alfa-2b, lamivudin, adefovir dipivoxil, entecavir dan
histologi menunjukkan adanya nekroinflamasi tingkat sedang peginterferon alfa-2a (Tabel 6). Hal yang harus
Tabel 6. Perbandingan interferon, lamivudin dan adefovir, entecavir dan peginterferon pada penderita hepatitis B kronis dengan HBeAg positif dan
HBeAg negatif (15).
HBV DNA serum tak terdeteksi (%) 60-70 (10-20) 50-70 (tak ada 51 ( 0 ) 90 ( 72 ) 63 ( 73 )
data)
Normalisasi ALT (% ) 60-70 ( 10-20 ) 60-70 (tak ada 72 ( 29 ) 78 ( 71 ) 38 ( 73 )
data)
Perbaikan histologis (%) Tak ada data 60 ( tak ada data) 64 ( 33 ) 70 ( 61 ) 48 ( 40 )
Durability response (% ) 20-25 (tak ada data) <10 (tak ada data) < 10 (tak ada data) Tak ada data 30 ( 10 )
INTERFERON ADEFOVIR
Interferon tidak memiliki khasiat antivirus langsung tetapi Adefovir merupakan analog asiklik dari deoxyadenosine
merangsang terbentuknya berbagai macam protein efektor yang monophosphate (dAMP), yang sudah disetujui oleh FDA untuk
mempunyai khasiat antivirus. Berdasarkan studi meta analisis digunakan sebagai anti virus terhadap hepatitis B kronis. Cara
yang melibatkan 875 pasien hepatitis B kronis dengan HBeAg kerjanya adalah dengan menghambat amplifikasi dari cccDNA
positif: serokonversi HBeAg terjadi pada 18%, penurunan virus. Dosis yang direkomendasikan untuk dewasa adalah 10
HBV DNA terjadi pada 37% dan normalisasi ALT terjadi pada mg/hari oral paling tidak selama satu tahun(13).
23% (Tabel 6). Salah satu kekurangan interferon adalah efek Marcellin et al (2003) melakukan penelitian pada 515
samping dan pemberian secara injeksi. Dosis interferon 5-10 pasien hepatitis B kronis dengan HBeAg positif yang diterapi
juta MU 3 kali / minggu selama 16 minggu(4,15). dengan adefovir 10mg dan 30mg selama 48 minggu
dibandingkan plasebo.
LAMIVUDIN Disimpulkan bahwa adefovir memberikan hasil lebih baik
Lamivudin merupakan antivirus melalui efek peng- secara signifikan (p<0,001) dalam hal : respon histologi,
hambatan transkripsi selama siklus replikasi virus hepatitis B. normalisasi ALT, serokonversi HBeAg dan penurunan kadar
Pemberian lamivudin 100 mg/hari selama 1 tahun dapat HBV DNA. Keamanan adefovir 10 mg sama dengan
menekan HBV DNA, normalisasi ALT, serokonversi HBeAg plasebo(20).
dan mengurangi progresi fibrosis secara bermakna Hadziyanmis et al memberikan adefovir pada penderita
dibandingkan plasebo(17). Namun lamivudin memicu resistensi. hepatitis B kronis dengan HBeAg negatif. Pada pasien yang
Dilaporkan bahwa resistensi terhadap lamivudin sebesar mendapatkan 10 mg adefovir terjadi penurunan HBV DNA
lebih dari 32% setelah terapi selama satu tahun dan menjadi secara bermakna dibandingkan plasebo, namun efikasinya
57% setelah terapi selama 3 tahun(18). menghilang pada evaluasi minggu ke 48.
Risiko resistensi terhadap lamivudin meningkat dengan Pada kelompok yang medapatkan adefovir selama 144
makin lamanya pemberian. Dalam suatu studi di Asia, minggu efikasinya dapat dipertahankan dengan resistensi
resistensi genotip meningkat dari 14% pada tahun pertama sebesar 5,9%(21). Kelebihan adefovir dibandingkan lamivudin,
pemberian lamivudin, menjadi 38%, 49%, 66% dan 69% di samping risiko resistennya lebih kecil juga adefovir dapat
masing masing pada tahun ke 2,3,4 dan 5 terapi(19). menekan YMDD mutant yang resisten terhadap lamivudin.
ABSTRAK
Daun Paliasa (Kleinhovia hospita Linn) biasa digunakan sebagai obat tradisional untuk
pengobatan penyakit hati, kuning dan hepatitis tetapi informasi ilmiah belum pernah dilaporkan.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji khasiat dan manfaat daun paliasa terhadap tikus
penderita radang hati. Digunakan 63 ekor tikus putih betina strain Wistar berumur 6 bulan dengan
berat rata-rata (± SD) 150,28 g ± 4,45 g. Ekstrak daun paliasa diberikan per oral melalui sonde 1
ml; sebelum penelitian dimulai semua tikus kecuali kelompok kontrol diberi 0,55 mg/kgbb.
larutan CCl4 untuk merusak organ hatinya.
Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari 7 perlakuan dan 9
ulangan. Masing-masing perlakuan terdiri dari pemberian : Akuades (Kn) Kontrol negatif, CCl4
(Kp) Kontrol positif, CCl4 + ekstrak daun paliasa dengan dosis 250 mg/kg bb (P1). CCl4 + ekstrak
daun paliasa 500 mg/kg bb (P2), CCl4 + ekstrak daun paliasa dengan dosis 750 mg/kg bb (P3),
CCl4 + ekstrak daun paliasa dengan dosis 1000 mg/kg bb (P4) serta CCl4 + ekstrak daun paliasa
dengan dosis 1250 mg/kg bb (P5). Pada ketujuh kelompok tikus tersebut dilakukan pengukuran
kadar SGPT plasma, kandungan peroksida lipid hati dan derajat kerusakan sel hati. Pada hari
kedua atau jam ke 50 semua tikus dibunuh menggunakan larutan eter dan dilakukan pengambilan
darah melalui jantung serta organ hati untuk pemeriksaan histopatologi.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ketiga parameter tersebut secara statistik tidak
berbeda bermakna antar masing-masing perlakuan dengan ekstrak daun paliasa, sebaliknya
berbeda bermakna jika dibandingkan dengan kelompok positif CCl4 (Kp) (p≤0,05). Maka
disimpulkan bahwa ekstrak daun paliasa dapat melindungi radang hati yang diakibatkan CCl4;
namun belum dapat diketahui zat kimia mana yang berkhasiat.
Ulangan KN KP P1 P2 P3 P4 P5 Tabel IV. Perbandingan multipel kadar peroksida lipid dalam plasma
darah
1 6,30 10,96 5,50 5,24 5,78 5,23 5,95
Kn Kp P1 P2 P3 P4 P5
2 5,34 11,41 5,21 4,83 4,93 5,59 6,33 Kel R
5 14 32 59 41 50 23
3 5,06 0,75 5,63 5,53 4,81 5,17 5,39 Kn 5 -
4 4,73 9,92 5,62 5,27 4,79 5,10 6,35 Kp 14 9 -
5 4,56 9,94 5,54 5,44 5,34 4,56 5,89 P1 32 27* 18* -
P2 59 54* 45* 27* -
6 4,52 9,88 4,52 5,20 4,93 5,11 5,54
P3 41 36* 27* 9 18* -
7 4,52 0,49 5,66 5,29 5,15 5,05 5,87
P4 50 45* 36* 18* 9 9 -
8 4,51 10,49 5,70 5,48 5,00 4,95 5,92
P5 23 18* 9 9 36* 18* 27* -
9 4,52 10,95 5,74 5,30 5,20 4,90 6,00
Keterangan :
X 4,90 10,53 5,46 5,29 5,10 5,07 5,92 R : Rata rata rank setiap kelompok.
* : Secara statistik berbeda bermakna (P≤0,05)
SD 0,60 0,54 0,38 0,21 0,31 0,28 0,31
Tabel V. Hasil kromatografi lapisan tipis (KLT) ekstrak daun paliasa
Keterangan: Sinar biasa Sinar UV 366 mm
KN : Kontrol Negatif (Aquades) Kandungan
Dengan Dengan
KP : Kontrol Positif karbon tetraklorida (CCl4) No golongan Tanpa pereaksi
pereaksi pereaksi
Kimia
P1 : Perlakuan ekstrak daun paliasa (dosis 250 mg/kg bb) Warna Rf Warna Rf Warna Rf
P2 : Perlakuan ekstrak daun paliasa (dosis 500 mg/kg bb) 1 Alkaloid - - - - - -
P3 : Perlakuan ekstrak daun paliasa (dosis 750 mg/kg bb) Merah Hijau
2 Saponin - - 0,78 0,62
P4 : Perlakuan ekstrak daun paliasa (dosis 1.000 mg/kg bb) muda biru
P5 : Perlakuan ekstrak daun paliasa (dosis 1.250 mg/kg bb) Merah Hijau
0,85 0,83
muda biru
Tabel II. Perbandingan multipel aktivitas SGPT tikus coba Cardenolin
Hijau
3 & - - Merah 0,63 0,63
coklat
Kelo- Bufadienol
R Kn Kp P1 P2 P3 P4 P5
mpok Hijau
12,58 39,50 21,17 18,00 13,92 14,58 30,75 Merah 0,77 0,77
Kn 12,58 - coklat
Kp 13,50 26,92* - Hijau
Merah 0,90 0,90
P1 21,17 8,59 18,33* - coklat
P2 18,00 5,42 21,50* 4,17 - 4 Antrakinon - - Merah 0,28 Hijau 0,22
P3 13,92 1,34 25,58* 7,25 4,08 - Biru 0,40 Hijau 0,70
P4 14,58 2,00 24,92* 6,59 3,42 0,66 - Biru 0,70 Hijau 0,87
P5 30,75 18,17* 8,75 9,58 12,75 16,83* 16,17* - Merah 0,75
Merah 0,78
Keterangan: Keterangan :
R : Rata-rata rank setiap kelompok Ekstrak daun paliasa mengandung golongan komponen kimia : Saponin,
* : Secara statistik berbeda bermakna dengan (P ≤ 0,05) Cardenolin & Bufadienol serta Antrakinon.
R: 45 126 288 531 369 450 207 R: 45 458 292 310 273 283.5 355
12 x 84924 12 x 74897 . 71
χ 2
= − 3 x 64 χ 2
= − 3 x 64
63 x 64 63 x 64
= 54,28 = 42.40
Bila digunakan α = 0,05 maka menurut table χ2 = 0,05 Bila digunakan α = 0,05 maka menurut tabel χ2 = 0,05
Kadar peroksida lipid dari masing-masing perlakuan tidak sama; kadar Jumlah sel hati dari masing-masing perlakuan tidak sama; nilai histopatologi
peroksida lipid dalam 7 kelompok tikus coba berbeda bermakna. sel hati dalam 7 kelompok tikus coba berbeda bermakna.
Sindrom Hepatorenal
Azhari Gani
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Rumah Sakit Dr. Zainoel Abidin / Rumah Sakit Rumkit Tk. III Kesdam Iskandar Muda, Banda Aceh
ABSTRAK
Sindrom Hepatorenal adalah keadaan gagal ginjal akut yang ditandai dengan oliguri
progresif yang terjadi pada penderita penyakit hati berat tanpa penyebab lain yang secara klinis,
laboratoris dan anatomis dapat menyebabkan gagal ginjal. Kombinasi gagal ginjal akut dan gagal
hati dapat terjadi pada beberapa keadaan klinik yang langsung melibatkan hati dan ginjal,
sedangkan keadaan lain adalah penyakit primer pada ginjal dan sekunder pada hati, demikian pula
sebaliknya. Secara klinis mempunyai 2 subtipe, yaitu : tipe 1, ditandai oleh gangguan fungsi ginjal
secara cepat dan progresif dengan peningkatan kreatinin serum di atas 250 ug/ml dalam waktu
kurang dari 2 minggu, sedangkan pada tipe 2, gangguan fungsi ginjal dengan progresivitas yang
lebih lambat. Prinsip pengobatan adalah memperbaiki kelainan yang dapat mengancam jiwa
seperti hiperkalemia, hipoglikemia, asidosis berat, kelebihan cairan tubuh, dan gangguan
koagulasi sera upaya meningkatkan perfusi ginjal.
Kata kunci : Sindroma hepatorenal - gagal ginjal akut - gagal hati – progresivitas - perfusi ginjal
KESIMPULAN
Sirosis hepatis merupakan penyakit yang sering dijumpai
di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Prevalensi terbanyak
pada laki-laki dan pada usia 51-60 tahun. Penderita datang
dengan keluhan utama terbanyak adalah ascites, diikuti dengan
gejala ikterik. Sedangkan pada pemeriksaan USG, yang paling
banyak ditemukan adalah ascites, echostruktur hepar yang Gambar 3. Hepatocelluler Gambar 4. Sirrosis hepatis
kasar, splenomegali, hipertensi porta dan poembesaran hepar. carcinoma
Nodul, penebalan dinding kandung empedu dan pasir kandung
empedu ditemukan pada kurang dari 50% kasus.
KEPUSTAKAAN
Keterangan dosis:
KEPUSTAKAAN - Diloksanit furoat, 20 mg/kg/hr dalam 3 dosis atau 3 x 500 mg/hr (10 hari).
1. Reed SL. Amebiasis and infection with free living. In Fauci AS, - Paromomisin, 25-30 mg/kg/hr dalam 3 dosis atau 3 x 500 mg/hr (7 hari).
Braunwald E, Isselbacher KJ et al. Harrison’s Principles of Internal - Iodokuinol, 30-40 mg/kg/hr dalam 3 x dosis atau 3 x 650 mg/hr (20 hari),
Medicine. New York: Mc Graw Hill, 1998; 14: 1176-9. maksimum 2 g/hr 3 x 650 mg/hr (20 hari), maksimum 2 g/hr.
2. Soewondo ES. Amebiasis. Dalam: Noer S, Waspadji S, Rachman AM - Metronidazol, 35-50 mg/kg/hr dalam 3 dosis atau 3 x 750 mg/hr (10 hari).
dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I. Jakarta: Balai Penerbit - Dehidroemetin, 1-1,5 mg/kg/hr im/sc dalam 1-2 x pemberian, maksimum
FKUI, 1996; 3: 495-503. 90 mg/hr (5 hari).
3. Goldsmith RS. Infectious disease: protozoal & helminthic. Tierney LM, - Emetin, 1 mg/kg/hr im/sc dalam 1-2 x pemberian, maksimum 60 mg/hr (5
Mc Phee SJ, Papadakis MA. Current medical diagnosis & treatment. San hari).
Francisco: Appleton & Lange, 1999; 38: 1327-32. - Tetrasiklin, 20 mg/kg/hr dalam 4 dosis atau 4 x 250 mg/hr (5 hari)
4. Jeffrey HC, Leach RM. Atlas of medical helminthology and kemudian 4 x 500 mg/hr (5 hari).
protozoology. Edinburg: Churchill Livingstone, 1988; 2: 31-2, 49-56. - Klorokuin garam, 16 mg/kg/hr (14 hari) atau 600 mg/hr (2 hari) kemudian
5. Schain D, Ravdin Jl. Entanmoeba histolytica and other intestinal 300 mg/hr (12 hari).
ABSTRAK
Beberapa pemeriksaan dilakukan untuk mendeteksi kelainan kelenjar tiroid. Salah satunya
adalah dengan memakai bahan radioaktif Technetium 99m Pertechnetate.
Telah dilakukan penelitian cross sectional pada 30 kasus (25 wanita dan 5 pria) tonjolan
kelenjar tiroid menggunakan bahan radioaktif Tc 99m Pertechnetate yang kemudian menjalani
tiroidektomi dan pemeriksaan histopatologis terhadap spesimen hasil operasi. Dari penelitian ini
didapatkan seluruh hasil sidik tiroid menunjukkan hasil cold nodule dan ditemukan keganasan
pada 4 kasus. Tidak terdapat korelasi antara jenis kelamin, kelompok umur, konsistensi tumor
dengan keganasan tiroid. Sedangkan korelasi antara sidik tiroid dan keganasan tidak dapat dinilai
karena semua hasil sidik tiroid menunjukkan cold nodule.
PENDAHULUAN METODE
Untuk mendeteksi kelainan kelenjar tiroid diperlukan suatu Penelitian ini menggunakan metode cross sectional;
pemeriksaan penunjang diagnostik yang akurat. Beberapa cara semua responden adalah penderita tonjolan tiroid secara klinis
telah dikembangkan untuk membantu menegakkan diagnosis diduga ganas yang berkunjung ke Poliklinik Bedah RSUP Dr
kelainan kelenjar tiroid seperti sidik tiroid, ultrasonografi, M Jamil Padang. Penelitian ini dilakukan dari Mei 2004 sampai
biopsi aspirasi jarum halus(1-4). Sidik tiroid dapat dilakukan dengan November 2004.
dengan menggunakan berbagai macam zat radioaktif antara Setiap responden yang secara klinis menderita tonjolan
lain Technetium99m pertechnetate atau yodium radioaktif (I131 tiroid diduga ganas menjalani pemeriksaan laboratorium rutin,
atau I123)(2). TSH dan FT4; dilakukan skintigrafi menggunakan Technetium
Technetium lebih populer karena harganya murah, cepat 99m pertechnetate radioaktif 2 mCi, menjalani operasi
tersedia dan waktu paruhnya pendek; tetapi zat ini hanya tiroidektomi dan spesimen hasil operasi diperiksa
ditangkap di tiroid tanpa mengalami organifikasi. Sidik tiroid histopatologis dengan blok parafin. Data ditabulasi dan diolah
akan dapat membedakan cold, hot serta warm nodule, menggunakan program komputer (SPSS ver 10).
pembesaran difus dan noduler kelenjar tiroid, serta apakah
suatu tonjolan tunggal atau multipel(2,5). Diperkirakan sekitar HASIL PENELITIAN
90-95% tonjolan tiroid bersifat cold nodule, hanya 10-20 % Selama Mei-November 2004 (8 bulan) telah diteliti 30
bersifat ganas. penderita tonjolan tiroid. Masing-masing responden menjalani
Di Indonesia saat ini belum banyak dilakukan sidik tiroid , pemeriksaan sidik tiroid menggunakan Tc99m Pertechnetate
baik sebagai cara untuk mendeteksi kelainan kelenjar tiroid radioaktif dan pemeriksaan histopatologi terhadap spesimen
atau sebagai salah satu cara pengobatan, dan di bagian Bedah hasil operasi. Karakteristik responden dapat dilihat di Tabel 1.
RS Dr M Jamil Padang hal ini belum pernah diteliti. Setelah skintigrafi menggunakan Technetium 99m
Pertechnetate, ternyata semuanya berupa cold nodule dan pada
TUJUAN PENELITIAN pemeriksaan klinis seluruhnya berupa tonjolan tunggal. Pada
Untuk mencari hubungan antara hasil pemeriksaan sidik saat operasi tiroidektomi, didapatkan tonjolan bersifat kistik
radioaktif dengan hasil pemeriksaan histopatologis pada pada 2 spesimen sedangkan 28 spesimen sisanya berbentuk
tonjolan tiroid sebagai standar baku penilaian. padat. Setelah pemeriksaan histopatologis menggunakan blok
PENDAHULUAN makan. Pada usia di atas 65 tahun, pemeriksaan paling baik jika
Sebagai salah satu Rumah Sakit Umum daerah di kawasan dilakukan setelah berpuasa karena peningkatan gula darah
Jakarta Utara, RSUD Koja berusaha meningkatkan standar setelah makan sering lebih tinggi. Meskipun riset di bidang
dan mutu pelayanannya di segala bidang dalam rangka pengobatan sudah sangat maju, diet dan latihan jasmani masih
menghadapi berbagai masalah kesehatan yang banyak ditemui tetap yang utama pada penatalaksanaan diabetes, terutama pada
di masyarakat luas, seperti diabetes melitus yang dikenal DM tipe 2. Obat hipoglikemik oral (OHO) baru digunakan bila
dengan penyakit gula / kencing manis di kalangan masyarakat dalam 4-8 minggu sasaran gula darah belum tercapai dengan
umum. Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit yang diet dan latihan jasmani, sedangkan insulin baru digunakan bila
banyak diderita oleh masyarakat di negara berkembang dengan OHO sasaran gula darah masih juga belum tercapai
ditandai dengan kadar glukosa darah yang tinggi karena tubuh (secondary failure).
tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara
adekuat. Insulin adalah hormon pankreas, zat utama yang MASALAH
bertanggung jawab mempertahankan kadar gula darah yang Penyakit DM merupakan penyakit yang cukup rumit dan
tepat. Insulin menyebabkan gula berpindah ke dalam sel banyak komplikasinya sehingga harus benar-benar
sehingga bisa menghasilkan energi/disimpan sebagai cadangan diperhatikan. Oleh karena itu, pola penyakit DM harus
energi. ditelusuri supaya setiap komplikasi dan kelainan yang mungkin
DM terbagi atas DM tipe I jika pankreas hanya timbul dapat diatasi lebih dini.
menghasilkan sedikit/sama sekali tidak menghasilkan insulin
sehingga penderita selamanya tergantung insulin dari luar, TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
biasanya terjadi pada usia kurang dari 30 tahun, sedangkan DM Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persentase,
tipe II adalah keadaan pankreas tetap menghasilkan insulin, prevalensi, pola penyakit DM rawat inap di RSUD Koja
kadang lebih tinggi dari normal tetapi tubuh membentuk periode tahun 2000 sampai 2004, sehingga terhimpun data
kekebalan terhadap efeknya; biasanya terjadi pada usia di atas yang dapat digunakan oleh rumah sakit dan masyarakat luas.
30 tahun karena kadar gula darah cenderung meningkat secara BAHAN DAN CARA
ringan tapi progresif setelah usia 50 tahun terutama pada orang Penelitian ini bersifat deskriptif, retrospektif untuk semua
yang tidak aktif dan mengalami obesitas. kasus DM yang dirawat inap di bagian Penyakit Dalam RSUD
Penyebab diabetes lainnya adalah : Koja dalam kurun waktu 2000-2004. Pengambilan data
• Kadar kortikosteroid yang tinggi dilakukan melalui penelusuran rekam medik RSUD Koja.
• Kehamilan (diabetes gestasional)
• Obat-obatan HASIL PENELITIAN
Gejala diabetes melitus seperti sering berkemih dalam
Tabel 1. Sebaran pasien berdasarkan umur
jumlah banyak (poliuri), rasa haus dan lapar berlebihan
sehingga penderita banyak minum (polidipsi) dan banyak Umur Jumlah %
makan (polifagi), sering kali tidak disadari oleh penderita < 30 0 0
sampai muncul berbagai komplikasi ringan maupun berat yang 30 -39 22 7,74
dapat mengenai semua organ tubuh seperti pada mata, otak, 40 - 49 50 17,60
ginjal, jantung, pembuluh darah, saraf, dan lain-lain. 50 - 59 93 32,74
Diagnosis DM ditegakkan berdasarkan gejala klinis 60 - 69 91 32,04
(poliuri, polidipsi, polifagi) dan kadar gula darah yang tinggi.
>70 22 7,74
Kadar gula darah biasanya diukur dari sampel yang diambil
Total 284 100
setelah penderita berpuasa selama 8 jam atau diambil setelah
KEPUSTAKAAN
Nama obat Jumlah %
Glibenklamid 59 25,65 1. Kasper DL, Fauci AS, Lonjo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL:
Glidabet® (gliklazid) 122 53,04 Harrison's Principles Of Internal Medicine, 16 th ed, Mc Graw Hill Med.
Publ.Div., 2005
Metformin 32 13,91 2. Mansjoer A, Suprohalita, Wardhani WL, Setiowulan W: Kapita Selekta
Gluvas® (glimepirid) 35 15,21 Kedokteran, Jakarta, Media Aaesculapius FKUI, 2001
Tidak tahu 52 22,60 3. Noer MS: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ketiga, Jilid kesatu,
Balai Penerbit FKUI, 2003.
Total 230 100
4. Wawolumaya.C.Survei Epidemiologi Sederhana, Seri No.1, 2001.
ABSTRAK
PENDAHULUAN dalam waktu yang pendek, puncaknya sekitar pukul 8.00 pagi
Sejak penggunaannya pada tahun 1949 sampai sekarang, dan terendah pada malam hari. CRH merangsang pituitari/
hidrokortison atau kortisol yang merupakan glukokortikoid hipofisis anterior untuk mensekresi ACTH yang selanjutnya
atau kortikosteroid (KS) utama korteks adrenal merupakan obat merangsang produksi adrenal untuk membentuk kortisol.
anti-inflamasi dan imunosupresan yang sangat efektif. Istilah Sistem ini merupakan mekanisme umpan balik. KS yang
KS berasal dari hasil penelitian awal yang menunjukkan diberikan sinkron dengan puncak ACTH (pagi) tidak
adanya efek poten ekstrak korteks adrenal terhadap menunjukkan efek supresi sumbu HPA dibanding dengan
metabolisme glukosa dan glikogen. Dewasa ini telah tersedia pemberian sewaktu kadarnya terendah (malam). Dosis
berbagai preparat KS yang dapat diberikan melalui berbagai prednison >15 mg/hari akan menunjukkan efek supresi dalam
cara(1-6). seminggu. Dosis 7,5-15 mg/hari untuk 1 bulan biasanya tidak
menurunkan produksi ACTH. Efek supresinya akan kurang lagi
BIOKIMIA/FARMAKOLOGI bila KS diberikan satu kali pada pagi hari. Lama supresi
Orang dewasa mensekresi sekitar 20-30 mg kortisol per tergantung dari dosis dan lama pemberian(1,3,7,9).
hari. Lebih dari 90% KS dalam plasma diikat protein
(1)
transkortin (corticosteroid binding globulin–CBG) dengan Tabel 1. Potensi relatif glukokortikoid
afinitas kuat dan sekitar 5%-8% oleh albumin dengan afinitas
rendah. Steroid yang diikat tidak aktif dan hanya sekitar 5% KS Potensi relatif Ekuivalen
Masa tablet
endogen dan 35% KS sintetik eksogen bebas dalam sirkulasi. Preparat Gluko- Mineralo- kerja komersial
Kemampuan transkortin untuk mengikat KS berubah bila KS kortikoid kortikoid (mg)
diberikan untuk jangka waktu lama. Hal tersebut akan Kortison 0,8 0,8 Singkat 25
berpengaruh terhadap sekresi KS endogen. KS adalah hormon Kortisol 1 1 Singkat 20
steroid dengan 21-carbon yang aktivitasnya tergantung dari Prednison 4 0,8 Sedang 5
grup hidroksil pada rantai C-11. Dua KS terpoten yang banyak Prednisolon 4 0,8 Sedang 5
digunakan dalam praktek sehari-hari adalah kortison dan Metilprednisolon 5 0,5 Sedang 4
prednison yang mempunyai grup keto pada rantai C-11. Untuk Betametason 25 0 Panjang 0,75
menjadi aktif, keto rantai C-11 tersebut perlu dikonversikan Deksametason 25 0 Panjang 0,75
terlebih dahulu in vivo (dalam hati) ke dalam bentuk hidroksil
C-11 (kortisol/hidrokortison atau metilprednisolon). Pada MEKANISME KERJA
pasien dengan penyakit hati, konversi prednison ke prednisolon Setelah masuk dalam sirkulasi, KS bergerak pasif dan
terganggu, jumlah KS yang diikat protein plasma menurun dan melintas membran sel sasaran. Di dalam sitoplasma sel
akan meningkatkan kadar KS dalam darah. KS dimetabolisir di tersebut, KS diikat reseptor (R) spesifik yang membentuk
hati, ginjal mensekresi 95% metabolitnya dan sisanya kompleks KSR yang dengan segera ditranslokasikan kenukleus
dikeluarkan melalui saluran cerna. Berbagai preparat sintetis untuk kemudian diikat oleh GRE (glucocorticoid response
KS mempunyai masa paruh yang berbeda. KS dengan klirens element) spesifik dalam kromatin. Kejadian ini menimbulkan
yang lebih panjang akan cenderung lebih menimbulkan efek transkripsi DNA yang membentuk transkrip messenger RNA
samping(1,3,4,7-9). spesifik (mRNA). Transkrip-transkrip tersebut mengalami
proses postranskripsi yang kemudian diangkut ke sitoplasma
SINTESIS DAN SEKRESI KS sehingga terbentuklah protein baru. Reseptor KS ditemukan
Sekresi KS endogen ada di bawah pengaruh sumbu pada berbagai jenis sel (limfosit, monosit/makrofag, osteoblast,
hipotalamus-pituitari-adrenal (HPA). Hipotalamus mensekresi sel hati, sel otot, sel lemak dan fibroblast).Hal ini menerangkan
corticotropin-releasing hormone (CRH) yang merupakan me-ngapa KS memberikan efek biologik terhadap begitu
regulator utama dari sekresi kortisol. Sekresi CRH terjadi banyak sel(1-3).
2000 t
fo s i g) Imunosupresi
L im
Jumlah serta aktivitas limfosit B, limfosit T dan makrofag
1000
dikurangi, pada dosis amat tinggi juga produksi antibodi.
500
Efeknya adalah turunnya sistem imun dan tubuh menjadi lebih
fil peka terhadap infeksi oleh jasad-jasad renik. TBC dan infeksi
in o
400 Eos
s it parasit dapat diaktifkan, begitu pula tukak lambung usus
300 no
Mo dengan risiko meningkatnya perdarahan dan perforasi.
200
Gambar 2. Perubahan jumlah sel pada pemberian glukokortikoid(13) 3. Efek-efek umumnya adalah:
a) Efek sentral (atas SSP) berupa gelisah, rasa takut, sukar
Dosis perawatan: Pada beberapa kondisi, KS tidak tidur, depresi dan psikosis. Euforia dengan ketergantungan fisik
mungkin dihentikan karena akan menimbulkan kekambuhan. dapat pula terjadi.
Maka dianjurkan untuk memberikan dosis sekecil mungkin b) Efek androgen, seperti akne, hirsutisme dan gangguan
yang efektif sekali pada pagi hari. Hal tersebut akan haid.
mempertahankan ritme diurnal dan meminimalkan supresi c) Katarak dan kenaikan tekanan intraokuler, juga bila
sumbu HPA. digunakan sebagai tetes mata, risiko glaukoma meningkat.
Efek samping kortisol terutama tampak pada penggunaan d) Bertambahnya sel-sel darah: eritrositosis dan granulo-
lama dengan dosis tinggi, yakni lebih dari 50 mg sehari atau sitosis.
dosis setara dari derivat sintesisnya. Ada tiga kelompok efek e) Bertambahnya napsu makan dan berat badan.
samping, berdasarkan khasiat faali pokoknya, yakni efek f) Reaksi hipersensitivitas.
glukokortikoid, mineralokortikoid serta efek umum(1,4,8).
STRATEGI PENGGUNAAN KS(1,8,12).
1. Efek glukokortikoid yang terpenting berupa: Aplikasi topikal
a) Gejala Cushing. Terapi topikal adalah cara untuk mengantarkan dosis
Sindrom Cushing sering disebabkan oleh suatu tumor di tinggi KS ke permukaan jaringan inflamasi. Telah tersedia
hipofisis dan hiperproduksi ACTH. Gejala utamanya adalah berbagai preparat topikal terhadap setiap permukaan tubuh
retensi cairan di jaringan-jaringan yang menyebabkan naiknya yang kontak dengan dunia luar seperti paru, hidung, kulit,
berat badan dengan pesat, wajah menjadi tembem dan bundar mata, telinga dan saluran cerna. Pemberian topikal dapat
(moon face), adakalanya kaki-tangan gemuk (bagian atas). menggantikan pemberian sistemik sehingga KS dalam dosis
Selain itu, terjadi penumpukan lemak di bahu dan tengkuk. besar diberikan langsung ke tempat inflamasi dengan absorpsi
Kulit menjadi tipis, lebih mudah terluka dan timbul garis minimal.
kebiru-biruan (striae). Meskipun demikian KS topikal belum dapat mengeliminir
b) Atrofi dan kelemahan otot (myopathy steroid) keperluan KS sistemik, harganya mahal dan sebenarnya juga
Khususnya mengenai anggota badan dan bahu, lebih sering mempunyai efek samping. Berbagai usaha telah dilakukan
terjadi pada hidrokortison daripada derivat sintesisnya. untuk membuat molekul KS lebih lipofilik dan mempunyai
c) Osteoporosis (rapuh tulang) karena menyusutnya tulang afinitas besar terhadap KS-R dibanding dengan KS sistemik.
dan risiko besar fraktur bila terjatuh. Efek ini terutama pada Mekanisme unik efek anti-inflamasinya belum diteliti
penggunaan lama dari dosis di atas 7,5 mg prednison sehari seluruhnya, tetapi dalam beberapa hal berbeda dari KS sistemik
(atau dosis ekivalen dari glukokortikoid lain), seperti pada sebagai berikut : KS topikal yang diberikan melalui paru,
asma berat. Prevensi efektif dapat dilakukan dengan vitamin hidung dan kulit mencegah baik fase dini maupun fase lambat
D3 + kalsium, masing-masing 500 UI dan 1000 mg sehari. respons alergi, sedang KS sistemik hanya mencegah respons
Senyawa bifosfonat (etidronat, alendronat) dapat digunakan. fase lambat.
d) Menghambat pertumbuhan anak-anak, akibat dipercepat Hal ini mungkin disebabkan karena redistribusi sel mast
nya penutupan epifisis tulang pipa. yang disensitisasi IgE. Pemberian topikal dapat mengurangi
e) Atrofi kulit dengan striae, yakni garis kebiru-biruan akibat dosis sistemik atau menggantikan dosis yang tidak tinggi.
Tabel II. Penatalaksanaan tekanan darah pada orang dewasa umur >18 tahun
Tabel III. Sebaran responden berdasarkan variabel yang diteliti (Tahun 2000-2004)
Sindrom Nefrotik
Patogenesis dan Penatalaksanaan
Carta A. Gunawan
Bagian/ SMF Ilmu Penyakit Dalam
Program Pendidikan Dokter Spesialis Universitas Mulawarman / RSUD A.Wahab Sjahranie Samarinda
ABSTRAK
Endometriosis ditandai sebagai kesakitan di bawah abdomen semasa haid. Kajian ini
dijalankan untuk melihat hubungan antara ketidakhadiran pelajar / wanita ke kuliah dengan gejala
dismenorea primer yang dialami semasa haid. Selain itu, kajian ini juga adalah untuk mendapatkan
profil pelajar / mahasiswi dan faktor-faktor yang mempengaruhi dismenorea primer.
Penelitian dilakukan di Klinik Kesehatan Reproduksi Permata Hati Malang. Model regresi
logistik telah digunakan untuk mengkaji faktor-faktor utama terjadinya dismenorea di kalangan
pelajar / mahasiswa tersebut. Didapatai bahwa kadar prevalen dimenorea di kalangan pelajar
Kampus Kejuruteraan, model regresi logistik telah digunakan untuk faktor-faktor utama yang
menyumbang kepada berlakunya dismenorea di kalangan pelajar / mahasiswi. Antara faktor yang
diminati ialah menarke, haid, masa sekitar haid dan volume kehilangan darah. Dari model regresi
logistik didapati bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi terjadinya dismenorea di
kalangan pelajar / mahasiswi yaitu menarke, masa sekitar haid dan volume darah haid.
Spa Medic
Pilar Anti Aging Medicine
Amarullah H. Siregar
Perkumpulan Awet Sehat Indonesa
PENDAHULUAN judul Rig Veda yang berarti “perawatan air untuk penyembuhan
SPA merupakan suatu singkatan kata yang berasal dari demam”.
kata Solus Per Aqua (Solus = Pengobatan atau Perawatan Per Dalam dunia kedokteran, Hipokrates sebagai Bapak
= Dengan dan Aqua = Air). Berdasarkan arti tersebut maka Kedokteran Modern telah mempergunakan SPA secara luas
dapat dikatakan bahwa SPA adalah suatu sistem pengobatan untuk pengobatan sejak tahun 400 sM. Di dalam bukunya ia
atau perawatan dengan air atau dalam bahasa Inggris dikenal banyak mengulas berbagai macam penyakit yang dapat
sebagai Hydrotherapy. Secara lebih rinci SPA didefinisikan disembuhkan dengan mempergunakan perawatan SPA. Ia juga
sebagai suatu cara penatalaksanaan kesehatan dengan mem- menjelaskan secara luas indikasi dan kontra-indikasi perawatan
pergunakan air dalam berbagai bentuk untuk mengobati suatu dengan air. Prinsip prinsip dasar yang diuraikan Hipokrates ini
penyakit atau untuk mempertahankan kesehatan individu. menjadi titik tolak munculnya SPA MEDIC.
Walaupun cara ini telah dilakukan sejak dahulu kala tetapi Di jaman modern perawatan SPA MEDIC dimulai pada
dunia kedokteran konvensional masa kini masih memberikan abad 17 (1697), diperkenalkan oleh Sir John Floyer dalam
perhatian sebelah mata terhadap metode ini. Mengingat banyak tulisannya yang berjudul The History of Cold Bathing.
sekali riset dan data yang menunjukkan bahwa SPA merupakan Mengikuti cara Floyer yang mempunyai dasar ilmiah klinis
suatu cara yang sangat efektif dengan bukti ilmiah yang cukup kuat mengenai penggunaan air sebagai upaya penyembuhan
dapat dipertanggungjawabkan maka dunia kedokteran maka di daratan Eropa mulai muncul beberapa ahli baik medis
naturopati mulai melihat sarana ini sejak era 70an sebagai suatu maupun non-medis yang berkecimpung dalam dunia SPA di
upaya untuk melakukan upaya promotif, preventif, rehabilitatif antaranya adalah Priessnitz, Rausse dan Father Kneipp. Mereka
dan kuratif. sangat populer dalam mempergunakan SPA sebagai metode
Dunia kedokteran Anti Aging juga melihat bahwa pengobatan sampai akhir abad 19.
perawatan dengan SPA yang benar dalam hal ini SPA MEDIC Di daratan Amerika dikenal J.H. Kellog, seorang dokter
merupakan sarana yang cukup akurat secara klinis untuk yang memperkenalkan dan mempergunakan SPA secara ilmiah
mengatasi dan mencegah proses degenerasi yang dapat melalui beberapa risetnya atas penggunaan air dan efeknya.
menimbulkan terjadinya penyakit akibat proses penuaan dini. Pada tahun 1900 ia mempublikasikan tulisan berjudul Rational
Melihat peran SPA MEDIC tersebut sangat efektif dalam Hydrotherapy yang mengulas efek fisiologis dan efek
perawatan Anti Aging maka dunia kedokteran Anti Aging telah terapeutik air dengan berbagai macam teknik hidroterapinya.
memasukkannya ke dalam salah satu pilar Anti Aging Memasuki abad ke 20 popularitas SPA sebagai sarana
Medicine. Dalam dunia Anti Aging Medicine terdapat 7 pilar; pengobatan mulai menurun seiring dengan mulai munculnya
yaitu: [1]. Baseline knowledge; [2]. Biomarker and Preventive jenis-jenis terapi baru dan berkembang pesatnya teknologi
screening; [3]. Multihormone orchestra; [4]. Nutrition and kedokteran modern. Di antara dokter yang masih bertahan
Nutraceutical; [5]. Exercise and Musculoskeletal mainten-ance mempergunakan SPA sebagai metode pengobatan adalah Dr.
[6]. Spa Body-mind interaction dan [7]. Spiritual ageing. OG. Carroll, seorang dokter yang juga ahli kedokteran
Melihat saat ini banyak sekali bertebaran SPA di mana naturopati. Ia mengembangkan teknik SPA MEDIC secara
mana, maka perlu diluruskan bahwa sistem SPA tersebut hanya lebih spesifik dan ilmiah medis yang akhirnya dikenal sebagai
berlandaskan pada perawatan tubuh untuk relaksasi ataupun constitutional hydrotherapy.
kecantikan saja; tidak dalam kategori sebagai SPA MEDIC Metode ini pulalah yang saat ini menjadi landasan utama
sebagaimana yang dimaksud dalam definisi tersebut di atas. para ahli kedokteran naturopati dalam mempergunakan SPA
untuk perawatan dan pengobatan. Seiring dengan kemajuan dan
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN SPA perkembangan dunia kedokteran di negara-negara maju,
Sebagai suatu metode pengobatan kuno, pengobatan terutama di Barat maka landasan constitutional hydrotherapy
dengan SPA telah dikenal sejak jaman Mesir Kuno. kedokteran naturopati dipergunakan juga dalam proses
Penggunaan SPA sebagai sarana pengobatan telah tercantum perawatan Anti Aging sejak mulai berdirinya kedokteran Anti
dalam suatu kepustakaan medis pada tahun 1500 SM dengan Aging pada era 1980an.
ACTH SIMPATETIK
Adrenal Adrenal
cortex Medulla KEPUSTAKAAN
1. Batmanghelidj F. Water for health, for healing, for life. New York.
Warner Books. 2003.
CORTISOL ADRENALIN 2. Buchman D. The complete book of water healing. New York NY:
Contemporary Books. 2002
Disfungsi Psiko Neuro Endokrinolmuno Sirkulasi 3. Chaitow L. Water Therapy. San Fransisco:Thorsons. 1994
4. Hawlett AW. The effect of some hydrotherapeutic procedures on the
blood flow in the arm. Arch Intern Med 1911; 8: 591
5. Horay P, Harp D. Hot Water Therapy. New Delhi: Orient Paperbacks.
2000.
PROSES AGING 6. Kellog JH. Rational Hydrotherapy. 4thed. Battle Creek, Mn: Modern
Medical. 1923
7. Kuhn G, Buhring M. Physical medicine and quality of life: design and
results of a study on hydrotherapy. Comp Ther Med 1995; 3: 138-141
PENYAKIT AUTOIMUN KEGANASAN 8. Kulkarni VM. Drugless Prevention and Cure Diseases with water. New
KRONIS Delhi. Crest Publishing House. 1999
9. Lange A. Hydrotherapy. In: Pizzorno J.E Jr, Murray M.T. eds. Text book
of Natural Medicine. Churchill Livingstone. 2000; 345-356
Pandangan atau pendekatan PNEIS saat ini merupakan 10. Miller E. Day Spa Technique. Milady Publishing. NY. 1996
suatu mainstream di dalam dunia kedokteran; terutama dalam 11. Mitton G. Spa Therapies. In: Anti Ageing Handbook. London. New
Anti Aging Medicine. Berdasarkan pandangan ini jelas terlihat Holland. 2004
korelasi antara jiwa dan raga. Stres menyebabkan sistem 12. Ramaiah S. Healing Powers of Water. New Delhi: New Dawn. 2003.
13. Short L. Self-healing with Spas and Retreats. Indianapolis:Alpha Books.
imunitas cepat menurun; killer cell di de-aktifasi sehingga kita 2000.
akan lebih mudah diinvasi oleh bakteri, virus, bahkan sampai 14. Simpson G, Sinatra ST, Menendez JS. Spa Medicine. Basic Health. NJ.
sel kanker. 2004.
1. Jenis dan dosis kemoterapi (kemoterapi platinum dan dosis intensif) 0.1
2. Pasien lanjut usia. 0
3. Pasien dengan status performance buruk Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Siklus 4 Siklus 5 Siklus 6
4. Nutrisi pasien buruk M e di a n a b sol u t e n e ut r op hi l na d i r
5. Adanya penyekit penyerta (komorbid: disertai gangguan fungsi
hati, ginjal, darah tinggi atau infeksi) 100 n=94
Hari dengan ANC (< 0.5x10 9/L)
n=88*
Alur terjadinya netropeni dan komplikasi(3) 80
n=61*
Kemoterapi 60 n=55*
n=47*
n=40 n=40 n=42*
Netropeni 40
n=37*
n=25 n=24
n=17
20
Demam Netropeni
0
Komplikasi Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Siklus 4 Siklus 5 Siklus 6
Infeksi bakteremi Median duration of neutropenia
Tampilan website Kalbe Farma yang berisi laporan simposium, bisa diakses di http://www.kalbefarma.com/seminar
Kalbe Farma luncurkan obat untuk Endometriosis, Jakarta 1 nama dagang Lodopin®). Menurut dokter dari Division of Psychiatry
September 2005 & Neuroscience, School of Medicine & Densitry Queen's University
Anda menderita nyeri hebat saat haid? Kini, Anda bisa bernapas Belfast, zotepine dikembangkan oleh Astella/Fujisawa dan di
lega. PT Kalbe Farma Tbk baru saja memasarkan di Indonesia satu Indonesia dipasarkan oleh Kalbe Farma.
produk generik yang ditujukan bagi mereka yang menderita endo-
metriosis. PT Kalbe Farma Tbk memperkenalkan Endrolin® ke pada Donor Darah Massal ke-8, RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, 16
segenap media massa cetak maupun elektronik, pada tanggal 1 November 2005
September 2005 di Jakarta. Dalam foto, tampak penyerahan simbolis Selain melakukan aktifitas layaknya rumah sakit, ternyata RS
Endrolin® (leuprolide asetat) dari dr. Antonio Bouzada (produsen dari Mitra Keluarga Kelapa Gading tak lupa pula menyelenggarakan
Argentina) kepada Ibu Irawati Setiady (Kalbe Farma) aktifitas sosialnya. Bertempat di Auditorium lantai-5 rumah sakit ini,
pada tanggal 16 November 2005 yang lalu, telah diselenggarakan
Diluncurkan Promag Double Action, Jakarta 26 Oktober 2005 donor darah massal.
Sebagai pemimpin pangsa pasar obat gejala sakit maag di
Malam Klinik: Peran Tranexamic Acid pada penanggulangan
Indonesia (80%), Promag salah satu brand PT Kalbe Farma Tbk, tidak
terkini Menoragia di Asia, Jakarta, 18 September 2005
lantas hanya berdiam diri. Inovasi terus menerus dikembangkan.
Tranexamic Acid (Kalnex®) efektif digunakan untuk menekan
Terkini tapi bukan yang terakhir, PT Kalbe Farma segera meluncurkan
keluarnya darah menstruasi yang berlebihan, dikatakan Assoc. Prof.
varian dari Promag yang ditujukan untuk kalangan premium, Promag
Unnop Jaisamrarn, MD, MHS, pada acara malam klinik, yang diada-
Double Action, pendekatan dua sisi dalam pengobatan sakit maag di
kan di Hotel Four Seasons malam Senin 18 September 2005.
Indonesia. (catatan: sudah beredar sejak Desember 2005, Red.).
Konferensi Ahli Penyakit Hati se-Asia Pasifik, Bali 18-21 Agustus
Seminar Lodopin, Jakarta 26 November 2005 2005
Dengan kemajuan teknologi kedokteran saat ini terutama dalam Indonesia memperoleh kehormatan menjadi tuan rumah
bidang obat-obatan / farmasi, makin tinggi tuntutan masyarakat penyelenggaraan Asian Pacific Association for The Study of The Liver
terhadap keampuhan dan keamanan obat-obatan. Salah satu contohnya (APASL) yang untuk pertama kalinya diadakan secara tahunan setelah
adalah obat Antipsikotik. Menurut Prof. Dr. Sasanto Wibisono, SpKJ selama ini dilaksanakan setiap 2 (dua) tahun. Penyelenggara
(K), tuntutan Antipsikotik saat ini adalah efektif dan tidak me- konferensi ini adalah Perhimpunan Pemerhati Hati Indonesia (PPHI)
nimbulkan terlalu banyak gejala yang tidak diinginkan, mencegah yang diketuai oleh Prof. L.A. Lesmana.
bunuh diri, berkurangnya masalah-masalah ketidakpatuhan pasien
minum obat, meningkatkan kualitas hidup. Dan yang paling penting Autism Update, Jakarta 8 - 10 September 2005
adalah efisien dalam farmakoekonomi. Demikian disampaikan Guru Makin awal diketahui gejala autistik, makin 'mudah' pena-
Besar dari FKUI di hadapan sekitar 150 psikiater seluruh Indonesia di nganannya. Demikian dikatakan dr Purboyo Solek Sp. A(K) saat
Jakarta. Pada sesi ke dua tampil Dr. Stephen J Cooper yang memberi presentasi pada awal acara Autism Update yang diselenggarakan oleh
informasi mengenai zotepine (produk original, dipasarkan dengan Prokids, therapy center & preschool for children with special needs di
Level Of Electroencephalographic
Grade Personality and Intellect Neurologic Sign
Consciousness Abnormalites
0 Normal Normal None None
Abnormalities only on
Subclinical Normal Normal None
psychometric analysis
Tremor,apraxia,incoor-
Inverted sleep Forgetfulness,mild
1 dination,impaired hand Triphasic waves ( 5 cycles/sec)
pattern,restlessness confusion,agitation,irritability
writing
Disorientation as regards
Lethargy,slow time,amnesia,decreased Asterixis,dysarthria,ataxia
2 Triphasic waves ( 5 cycles/sec)
responses inhibitions, inappropriate hypoactive reflexes
behavior
Asterixis,hyperactive
Somnolence but Disorientation as regards
3 reflexes,Babinski Triphasic waves ( 5 cycles/sec)
rousability, confusion place,aggressive behavior
signs,muscle rigidity
4 Coma None Decerebration Delta activity
Metabolic encephalopathies
Hypoglycemia †
Electrolyte imbalance †
Hypoxia † Blood chemical analysis
Carbon doxide narcosis
Azotemia †
Ketoacidosis
Toxic encephalopathies
Alcohol †
Acute intoxication
Withdrawal syndrome
Wernicke-Korsakoff syndrome Measurement of blood alcohol level, erythrocyte transketolase
Psychoactive drugs activity,therapeutic response to thiamine, toxicologic screening
Salicylates
Heavy metals
Intracranial lesions
Subarachnoid,subdural,or intracerebral hemorrhage†
Cerebral infarction
Cerebral tumor
Cerebral abscess Computed tomorgraphy,lumbar puncture,arteriography, electroen
Meningitis cephalography,virologic testing
Encephalitis
Epilepsy or postseizure encephalopathy
1. Pemantauan serologi yang tidak diperlukan pada evaluasi 5. Yang bukan merupakan tanda gagal hati :
infeksi hepatitis B kronis ialah : a) Kelainan EEG
a) HBsAg b) Asites
b) HBcAg c) Anuri
c) HbeAg d) Kadar albumin darah rendah
d) AntiHBe e) Gangguan pembekuan darah
e) HBV DNA
6. Aspirasi cairan abses amebiasis hati diperlukan pada
2. Titer HbsAg yang positif setelah 6 bulan menunjukkan : keadaan berikut, kecuali :
a) Hepatitis akut a) Abses besar (> 5 cm)
b) Hepatitis kronis eksaserbasi akut b) Abses lobus kiri dengan komplkasi
c) Hepatitis carrier c) Klinis tidak membaik
d) Hepatitis kronis d) Dugaan piogenik
e) Karsinoma hepar e) Abses di dekat permukaan
JAWABAN RPPIK :
1. B 2. D 3. A 4. B
5. C 6. E 7. B 8. A