You are on page 1of 138

MODUL

METODE PENELITIAN

DISUSUN OLEH
DR. Drs. H. BAMBANG SUDARYANA
MSi. DSM
BAB I
PENDAHULUAN

A. Mengenal tentang Penelitian

Banyak pendapat tentang arti penelitian, maka perlu


dilakukan pembahasan secara jelas apa sebenarnya
penelitian tersebut, sehingga akan mempermudah berbagai
pihak mengenal dan memahami tentang penelitian.
Penelitian adalah suatu cara guna menyelesaikan
permasalahan dengan menekan segala keterbatasan dan
ketidaktahuan manusia. . Atau dengan pengertian lain
bahwa penelitian adalah merupakan suatu pemikiran yang
rasional untuk melakukan aktivitas-aktivitas penelitian,
mengumpulkan fakta-fakta yang ada dan kemudian
memprosesnya sehingga peneliti dapat mengkombinasikan
dengan menggunakan metode ilmiah, sehingga
permasalahan yang ada dan pertanyaan yang tidak terjawab
dapat dipecahkan atau diselesaikan .Penelitian sebagai
suatu proses ilmiah tentunya menggunakan karakteristik
keilmuan yaitu secara rasional, sistematis dan berdasarkan
fakta empiris. Rasional artinya dilakukan dengan
menggunakan dan dapat diterima oleh akal, empiris artinya
sesuai atau berdasarkan realitas, dan empiris artinya
memiliki tata urutan tertentu.. Mekanisme tersebut
merupakan kerangka dasar suatu metode ilmiah. Dan
apabila mekanisme tersebut digunakan untuk memecahkan
permasalahan, maka hal ini dikenal sebagai penelitian
ilmiah.
Menurut Cooper (1996 : 11) penelitian ilmuah sebagai
suatu penyelidikan yang sistematis, terkendali, empiris, dan
kritis mengenai fenomena – fenomena alam yang dibimbing
oleh teori dan hipotesis – hipotetsis mengenai hubungan –
hubungan yang diduga antara fenomena – fenomena
tersebut.
Pada umumnya karakteristik penelitian berdasarkan
proses penelitian adalah sebagai berikut :
1. Penelitian diawali dari suatu masalah tertentu
2. Penelitian memerlukan hal yang jelas dan identifikasi
masalah. Permasalahan tersebut diperjelas terlebih
dahulu kemudian dipersempit selanjutnya ditentukan
tentang tujuan dari penelitian tersebut.
3. Penelitian tersebut bukan hanya menemukan atau
mencari jawaban terhadap masalah secara mendadak
atau kebetulan, dengan demikian penelitian
memerlukan suatu perencanaan dan pengarahan yang
efektif.
4. Penelitian terdiri dari masalah utama dan kemudian

dibagii kedalam sub-sub masalah yang selanjutnya


dilakukan pembatasan. Hal ini dilakukan guna
menghindari masalah baru dalam penelitian tersebut.
5. Dalam penelitian ditetapkan hipotesis sesuai dengan

asumsi. Hipotetsis adalah kesimpulan atau dugaan


sementara secara logis dan ilmiah yang mengarahkan
kepada permasalahan dan menyelesaikan masalah
tersebut. Tanpa asumsi mekanisme penelitian tidak
dapat dilakukan dengan akurat.
6. Penelitian berkaitan erat dengan fakta-fakta yang
diduga menyebabkan adanya permasalahan kemudian
diorganisir dan ditafsirkan secara tepat.
7. Penelitian merupakan hal yang berputar atau sirkulasi
Adapun langkah – langkah penelitian , terdiri dari
serangkaian aktivitas sebagai berikut :
1. Merumuskan isu – isu penelitian
2. Merumuskan permasalahan penelitian
3. Memilih jenis penelitian yang akurat
4. Menentukan sample dari populasi objek penelitian
5. Melakukan pengukuran data
6. Mengumpulkan data
7. Melakukan analisis data
8. Menafsirkan / menterjemahkan data
9. Menyusun pelaporan
10. Mengintegrasikan hasil penelitian ke dalam teori
Penelitian dapat dilakukan dengan melalui dua pendekatan,
yaitu :
a. Pendekatan rasional – empiris ( deduktif / kuantitatif)
b. Pendekatan empiris – rasional ( induktif / kualitatif )
Pendekatan rasional- empiris (Kuantitatif), dalam proses
penelitian ini peneliti memulai dengan menghadapi
permasalahan yang harus dikaji secara teoritis, kemudian
dicari dasar-dasar rasionalitasnya berdasarkan teori .
Selanjutnya ditentukan kesimpulan sementara atas
permasalahan atau merumuskan hipotesis. Untuk menguji
hipotesis tersebut diperlukan aktivitas pengumpulan data
empiris. Hipotetsis tersebut diterima atau ditolak
berdasarkan hasil pengujian atau analisis data yang
dilakukan yang kemudian disimpulkan.
Keuntungan dengan pendekatan rasional empiris ini
adalah (a) Untuk menuji hipotesis yang telah diajukan
terlebih dahulu disipkan data empiris secara akurat dengan
tingkat validitas dan reliabilitas secara optimal dapat
dijamin.; (b) Kesimpulannya telah terarah dan terbatas; dan
kelemahannya yaitu karena rasionalisasi data yang
diperoleh dibatasi oleh paradigma teori, maka temuan
penelitian hanya merupakan suatu verifikasi atas teori yang
sudah ada.
Pendekatan empiris – rasional (Kualitatif) ; dalam
pendekatan ini , penelitian yang dilakukan dimulai sebelum
diketahuinya permasalahan / problematic tertentu. Peneliti
melakukan penelitian diawali dengan pengumpulan data dan
fakta empiris yang telah tersedia. Selanjutnya data empiris
tersebut dilakukan rasionalisasi guna diperoleh penafsiran,
dan kesimpulan akhir dari kegiatan ini adalah generalisasi
empiris, konsep atau suatu teori.
Keuntungan dengan pendekatan ini adalah : ( a) untuk
mengambil kesimpulan data tidak dipersiapkan ; (b)
rasionalisasi data empiris dapat lebih mendalam sebab tida
dibatasi oleh paradigma teori tertentu dan akan memeproleh
hasil temuan yang baru; dan kelemahannya karena tidak
adanya tingkat validitas dan reliabilitas data yang optimal
maka tidak terarah pada kesimpulan tertentu bahkan bisa
melebar . Suatu proses penelitian akan diperoleh dengan
karakteristik yang lengkap, apabila pendekatan deduktif
dan induktif digunakan secara simultan dan saling
melengkapi .
Dalam penelitian dengan pendekatan rasional – empiris
disebut sebagai penelitian kuantitatif, dan penelitian melalui
pendekatan empiris – rasional disebut penelitian kualitatif.
Mc Millan dan Schumacher (2001) membedakan kedua
pendekatan ini . Pendekatan kuantitatif dibedakan pula
antara metode-metode penelitian eksperimental dan
noneksperimental. Dalam penelitian kualitatif dibedakan
antara kualitatif inetraktif dengan non interaktif.
Metode-Metode Penelitian
KUANTITATIF KUALITATIF
Eksperimental Non Eksperimental Interaktif Non interaktif
* Eksperimental *. Deskriptif * Etnografis * Analisis Konsep
murni * Komparatif * Historis *Analisis Kebijakan
* Eksperimental * Korelasional *Fenomenologis * Analisis Historis
kuasi * Survai * Studi kasus
* Eksperimental * Ekspos fakto * Teori Dasar
lemah * Tindakan * Studi Kritis
* Subyek
tunggal
Penelitian
Pengembangan
Sumber : Mc. Millan dan Schumacher (2001)

B. Makna Penelitian Ilmiah


Penelitian ilmiah adalah suatu penyelidikan yang kritis
dan sistematis dalam lingkungan suatu disiplin ilmu
pengetahuan tertentu, yang bertujuan untuk mencari
jawaban terhadap permasalahan yang terkait dengan
disiplin ilmu pengetahuan tersebut serta menemukan,
menguji, mengubah, dan mengembangkan konsep,
pengetahuan, dan teori-teori di lingkungan disiplin ilmu
pengetahuan tersebut. Hasil dari upaya tersebut harus dapat
dikomunikasikan serta diverifikasi kepada pihak lain atau
oleh pihak lain.
Penelitian sebagai suatu sistem ilmu pengetahuan,
memiliki suatu peranan yang sangat strategis dalam
pengembangan ilmu pengetahuan sendiri serta sebagai
sumber informasi yang signifikan dalam penyusunan
kebijakan maupun penyusunan program kegiatan. Demikian
juga apabila tanpa konsistensi yang berkelanjutan tentang
penelitian ilmiah, maka ilmu pengetahuan tidak akan
berkembang . Penelitian ilmiah dan ilmu pengetahuan tidak
dapat dipisahkan satu sama lain, ibaratnya sebagai saudara
kembar identik, selalu saling bekerja sama, dan merupakan
suati sstem dan keduanya secara bersama-sama
mengembangkan sistem ilmiah .
C. Tahapan Penelitian Ilmiah
Dalam proses penelitian seorang peneliti harus
menggunakan :
1. Tahapan berpikir secara ilmiah dan mencoba
mengungkapkan teori dari sebuah fenomena-fenomena
sosial atau fakta-fakta empiris atau memulainya
dengan berpikir deduktif dan kemudian
mengintepretasikan hukum, teorti-teori, serta kaidah-
kaidah keilmuan lainnya.
2. Dari proses berpikir deduktif, peneliti memberikan
jawaban sementara terhadap apa yang
dipermasalahkan atau menjadi pertanyaan dalam
penelitian tersebut yang disebut sebagai hipotesis.
Hipotesis diajukan dalam bentuk dugaan teoritis yang
merupakan dasar dalam menjelaskan kemungkinan –
kemungkinan adanya hubungan atau pengaruh.
3. Tahap selanjutnya dari proses penelitian , seorang
peneliti harus melakukan pembuktian – pembuktian
terhadap hipotesis yang telah dirumuskan yang akan
menjadi jawaban sementara dalam penelitian. Dalam
pelaksanaan pembuktian, peneliti harus menyediakan
piranti-piranti penelitian berupa metode penelitian
guna merekam data sebagai langkah menguji hipotesis
yang nantinya menunjukkan apakah hipotesis tersebut
ditolak atau diterima. Kesimpulan dari fakta-fakta
empiris yang diperoleh atas pengujian hipotesis akan
menjadi jawaban yang sebenarnya dalam penelitian
tersebut. Namun demikian proses ilmiah ini belum
selesai, karena harus melalui proses analisis, yang
bergerak dari hal yang bersifat khusus menuju kepada
yang bersifat umum, yakni teori keilmuan sebagai
sumber hipotesis dalam proses ilmiah. Kondisi inilah
yang memungkinkan proses penelitian (ilmiah) tidak
dapat dipisahkan dengan ilmu pengetahuan
Suatu proses penelitian tidak saja menggunakan proses
berpikir deduktif namun juga perlu memahami proses
induktif, hal ini sejalan dengan langkah-langkah proses
penelitian yang dikembangkan oleh Charles Darwin yaitu
mengawinkan keduanya. Dalam proses berpikir induktif ,
seorang peneliti apabila telah sampai kepada kesimpulan-
kesimpulan induktif, kemudian menarik kedalam ranah
keilmuan yang telah ada, menganggap bahwa proses
penelitian telah selesai dan telah menyiapkan kerangka-
kerangka atau landasan teori bagi penelitian lainnya sebagai
wahana untuk mengembangkannya secara lebih luas lagi.
Untuk melengkapi tahapan tersebut, oleh Singarimbun
dikemukakan langkah – langkah penelitian , terdiri darii
serangkaian aktivitas sebagai berikut :
1. Merumuskan isu – isu penelitian
2. Merumuskan permasalahan penelitian
3. Memilih jenis penelitian yang akurat
4. Menentukan sample dari populasi objek penelitian
5. Melakukan pengukuran data
6. Mengumpulkan data
7. Melakukan analisis data
8. Menafsirkan / menterjemahkan data
9. Menyusun pelaporan
10. Mengintegrasikan hasil penelitian ke dalam teori
Penelitian dapat dilakukan dengan melalui dua pendekatan,
yaitu :
1. Pendekatan rasional – empiris ( deduktif / kuantitatif)
2. Pendekatan empiris – rasional ( induktif / kualitatif )

D. Merencanakan Proyek Penelitian .

Penelitian yang akan berhasil adalah penelitian yang


direncanakan. Hanya karena perencanaan yang kurang
menyeluruh dan desain yang tidak meyakinkan banyak
penelitian yang gagal, karena peneliti langsung melakukan
aktivitas penelitian seperti menggunakan kepustakaan,
mencatat, mengumpulkan data, membuat observasi, dan
melakukan pengolahan data.
Seluruh bentuk prosedur penelitian pada dasarnya
sama. Penelitian dengan latar belakang pengetahuan yang
sama, seringkali harus dilakukan lebih luas jika dibandingkan
dengan penelitian yang dilakukan oleh berbagai disiplin ilmu
dalam meneliti bidangnya masing-masing. Peneliti mungkin
melakukan kesalahan dengan berpikir terlalu sempit dengan
membatasi masalah untuk meneliti displin ilmu tertentu.
Peneliti kadang-kadang lebih menyukai untuk meneliti
masalah=masalah yang berkembang secara umum,
daripada meneliti disiplin ilmu.
Penelitian fisika berbeda dengan penelitian filosofi atau
penelitian sejarah, Terdapat pula perbedaan yang nyata
antara penelitian sebagai proses dengan metodologi dalam
disiplin ilmu yang berbeda . Tidak semua disiplin ilmu
menemukan ketepatan dalam mengerjakan metode yang
sama pada jumlah data. Metode yang digunakan oleh
seorang peneliti dengan peneliti lainnya berbeda, hal
tersebut terjadi karena situasi data dengan lainnya berbeda.
Penelitian harus merupakan kegiatan yang praktis, disusun
dengan perencanaan yang jelas, realis dan dikerjakan
dengan kerangka penelitian yang tersusun baik.
Semua penelitian hendaknya diuji dengan
menggunakan kriteria yang tepat. Dalam rancangan
penelitian, standar penelitian yang baik adalah sebagai
berikut :
a. Menyeluruh
Proyek penelitian harus bias dikerjakan oleh seseorang
yang mempunyai kompeten di luar pekerjaan penelitian itu
sendiri
b. Dapat diulang
Penelitian harus bisa diulang. Peneliti yang lain harus
dapat mengambil alih masalah dan mengumpulkan data
dengan kondisi yang sama, parameter yang sama, serta
dapat memperoleh hasil yang dapat diperbandingkan.
c. Kontrol
Kontrol penting untuk penelitian ulang, suatu percobaan
akan diulang pada kondisi dan jalan yang sama
d. Pengukuran
Data yang akan diteliti harus mudah diukur. Dalam
penelitian sosial lebih sulit untuk mengkuantifikasikan,
mengukur atau mengevaluasi faktor-faktor kritis dalam
rancangan penelitian.
Perencanaan dalam proyek penelitian merupakan hal yang
penting, walaupun nampaknya waktu penelitin habis untuk
mempersiapkan perencanaan tersebut. Untuk
memperkirakan suatu proyek penelitian diperlukan adanya
studi. Dibawah ini akan ditemukan bagaimana bentuk
kelayakan proyek penelitian yang dapat diterapkan secara
praktis.
BAB II
LINGKUP DAN KLASIFIKASI PENELITIAN
A. LINGKUP DAN KLASIFIKASI PENELITIAN

Penelitian merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam


rangka pemecahan suatu permasalahan. Hasil penelitian
tidak pernah dimaksudkan sebagai suatu pemecahan
( solusi) langsung atas permasalahan yang dihadapi, karena
penelitian merupakan bagian saja dari usaha pemecahan
masalah yang lebih besar. Penjelasan dan jawaban terhadap
permasalahan itu dapat bersifat abstrak dan umum
sebagaimana hal dalam penelitian dasar ( basic research)
dan dapat pula sangat konkret dan spesifik seperti biasanya
ditemui pada penelitian terapan ( applied research)
Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan
sudut pandang:
I. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi
atas 2 macam yaitu :
a. Penelitian Kuantitatif, penelitian yang menekankan
pada analisis data – data numerial ( angka) yang diolah
dengan metoda statisti. Pada dasarnya pendekatan
kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensial
( pengujian hipotesis) dan menyandarkan kesimpulan
hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan penolakan
hipotesis no ( nihil). Dengan metoda kuantitatif akan
diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau
signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti. Pada
umumnya, penelitian kuantitatif merupakan penelitian
sampel besar.
b. Penelitian kualitatif, lebih menekankan analisisnya
pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada
analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena
yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah. Hal ini
bukan berati bahwa pendekatan kualitatif sama sekali
tidak mengunbakan dukungan data kuantitatif akan tetapi
penekannya tidak pada pengujian hipotesis, melainkan
pada usaha menjawab pertanyaan penelitian melalui cara
berfikir formal dan argumentatif. Penelitian kualitatif
vmerupakan penelitian sampel kecil
II. Dilihat dari kedalaman analisisnya, penelitian
diklasifikasikan atas :
a. Penelitian deskriptif, melakukan analisis hanya sampai
taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta
secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk
difahami dan disimpulkan. Kesimpulan selalu jelas dasar
faktualnya, sehingga semuanya selalu dapat dikembalikan
langsung pada data yang diperoleh. Pengolahan data
didasarkan pada analisis persentase dan analisis
kecenderungan ( trend)
b. Penelitian inferensial, melakukan analisis hubungan
antar variabel dengan pengujian hipotesis. Dengan
demikian kesimpulan penelitian jauh melampaui sajian
data kuantitatif saja. Dalam penelitian inferesial dapat
berbicara mengenai besarnya peluang kesalahan dalam
pengambilan kesimpulan.
III. Dipandang dari karakteristik masalah berdasarkan
kategori fungsional, penelitian dapat diklasifikasikan
( Isaac & Michael (1976) yaitu :
a. Penelitian deskriftif, bertujuan menggambarkan secara
sistematik dan akurat fakta serta karakteristik mengenai
populasi atau mengenai bidang tertentu. Penelitian ini
berusaha menggambarkan situasi atau kejadian. Data
yang dikumpulkan semata – matabersifat deskriptif,
sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji
hipotesis, membuat prediksi, maupun mempelajarai
implikasi ( penelitian survai)
b. Penelitian perkembangan, bertujuan mempelajari pola
dan urutan perkembangan dan / atau perubahan, sejalan
dengan berlangsungnya perubahan waktu.
Pelaksanaannya dapat dilakukan secara longitudinal dan
dapat pula dilakukan secara cross sectional. Penelitian
fokus kepada studi mengenai variabel – variabel dan
perubahannya dalam periode bulan atau tahun, dalam
upaya memperoleh jawaban atas pertanyaan.
c. Penelitian lapangan atau studi kasus, tujuan studi ini
adalah mempelajari secara intensif latar belakang, status
terakhir, dan interaksi lingkungan yang terjadi pada suatu
satuan sosial seperti individu, kelompok, lembaga, atau
komunitas. Cakupan studi ini dapat meliputi keseluruhan
siklus kehidupan atau dapat pula hanya meliputi segmen
– segmen tertentu saja. Penelitian ini menyelidiki banyak
variabel dan banyak kondisi pada sampel yang kecil
d. Penelitian korelasional, bertujuan menyelidiki sejauh
mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi
pada satu atau lebih variabel lain, berdasarkan koefisien
korelasi
e. Penelitian kausal – komparatif, melalui penelitian ini
hubungan sebab akibat dapat diselidiki lewat pengamatan
terhadap konsekuensi yang sudah terjadi dan melihat
ulang data yang ada untuk menemukan faktor – faktor
penyebab yang mungkin terdapat disana
f. Penelitian eksperimental murni, penelitiaauntuk
meneliti kemungkinan adanya hubungan sebab akibat
diantara variabel – variabel dengan cara menghadapkan
kelompok eksperimental pada beberapa macam kondisi
perlakuan dan membandingkan akibatnya ( hasilnya)
dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak
dikenai perlakuan.
g. Penelitian semieksperimental, penelitian ini meniru
kondisi penelitian eksperimental murni, akan tetapi tidak
semua variabel yang relevan dapat dikendalikan dan
dimanipulasi. Peneliti harus menyadari betul keterbatasan
penelitian ini dan seberapa jauh validitas internal dan
eksternalnya.
B. KLASIFIKASI PENELITIAN MANAJEMEN BISNIS,
INFORMATIKA, DAN AKUNTANSI

Memperhatikan tentang klasifikasi penelitian baik dari


sudut pandang pendekatan analisisnya, kedalaman
analisisnya, serta karakteristik masalah berdasarkan
kategori fungsional, maka klasifikasi penelitian manajemen
bisnis, informatika, dan akuntansi dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
a. Manajemen bisnis, dalam penelitiannya dapat
menggunakan :
- Metode deskriptif
- Metode kuantitatif
- Metode inferensial
- Metode studi kasus
- Metode Kausal – komparatif
b. Manajemen informatika, dalam penelitiannya dapat
menggunakan :
- Metode kuantitatif
- Metode inferensial
- Metode studi kasus
- Metode Kausal – komparatif
- Metode eksperimental
- Metode perkembangan
c. Manajemen akuntansi, dalam penelitiannya dapat
menggunakan :
- Metode kuantitatif
- Metode inferensial
- Metode studi kasus
- Metode Kausal – komparatif
- Metode eksperimental
- Metode perkembangan

C. KARAKTERISTIK PENELITIAN BISNIS YANG BAIK

1. Maksud penelitian atau masalahnya harus didefinisikan


dengan jelas dan tidak ambigu
2. Prosedur penelitianm harus diuraikan secara cukup
rinci
3. Desain prosedur penelitian harus direncanakan dengan
seksama untuk menghasilkann seobjektif mungkin.
4. Peneliti haruys melaporkan sejujurnya, kekurangan –
kekurangan dalam desain prosedurnya dan menduga
pengharuhnya terhadap hasil – hasil penelitian
5. Analisis data harus cukup memadai untuk
mengungkapkan arti pentingnya, dan metode analisis
yang dipakai harus cocok.
6. Kesimpulan harus dibatasi pada hal yang akan
ditunjangh oleh data penelitian, dan juga pada hal yang
mana data hasil penelitian dapaty menjadi dasar yang
cukup
7. Keyakinan akan hasil penelitian lebih besar, jika
penelitinya berpengalaman, mempunyai integritas,dan
memiliki reputasi yang baik dalam penelitian.
D. KERJA PRAKTEK DAN TUGAS AKHIR

Kerja Praktek, merupakan kewajiban bagi mahasiswa


Program diploma, sebagai suatu kegiatan dalam
menerapkan dan melihat kondisi tempat bekerja disesuaikan
dengan pengetahuan yang dimiliki selama mengikuti
perkuliahan. Selanjutnya pengalaman selama merngikuti
kerja praktek, dituangkan dalam laporan kerja praktek
secara komprehensif, kemudian bahan laporan tersebut
dapat digunakan sebagai referensi dalam rangka menyusun
laporan tugas akhir.
BAB III
FORMULASI PERMASALAHAN

A. PERMASALAHAN PENELITIAN

Pada dasarnya penelitian dilakukan guna mendapatkan


data yang dapat digunakan untuk memecahkan
permasalahan. Untuk itu setiap penelitian yang akan
dilakukan selalu dimulai dari masalah. Menurut Tuckman
1988 :25) bahwa memilih masalah penelitian sering
merupakan hal yang paling sulit dalam proses penelitian

1. PENTINGNYA PERMASALAHAN

Permasalahan dalam penelitian menjadi penting sebab :

a. Karena permasalahan harus dapat


mengilustrasikan tingkat kepentingan penyandang dana
penelitian
b. Permasalahan yang dipilih tidak menimbulkan
kerawanan dan goncangan sosial terutama menyangkut
nilai dan norma yang berlaku dilingkungan masyarakat
c. Karena permasalahan merupakan langkah awal
dimulainya proses penelitian dan harus berupaya
dipecahkan oleh peneliti
d. Masalah harus feasible, karena masalah tersebut
harus dicari jawabannya melalui sumber yang jelas, tidak
menghabiskan dana, tenaga, dan waktu
e. Masalah harus jelas, setiap orang memberikan
persepsi yang sama terhadap masalah tersebut
f. Masalah harus signifikan, artinya jawaban masalah
yang diberikan harus memberikan kontribusi terhadap
pengembangan ilmu , dan pemecahan masalah kehidupan
manusia

2.TIPE PERMASALAHAN

Dilihat dari apa yang diharapkan, masalah dapat


dikelompokan kedalam 3 (tiga) tipe yaitu :
a. Masalah filosofis, jika gejala – gejala empirisnya tidak
sesuai dengan pandangan hidup yang ada dalam
masyarakat
b. Masalah Kebijakan, perilaku – perilaku atau kenyataan –
kenyataan yang tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh pembuat kebijakan
c. Masalah ilmiah, kenyataan – kenyataan yang tidak
sesuai dengan ilmu pengetahuan

B. BENTUK DAN PERUMUSAN MASALAH

Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara


yang seharusnya dengan apa yang benar – benar terjadi.
Stoner ( 1982 : 257), mengemukakan bahwa sumber –
sumber masalah dalam bidang manajemen adalah sebagai
berikut :
1. Terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan
kenyatan
2. Terdapat penyimpangan antara apa yang telah
direncanakan dengan kenyataan
3. Ada pengaduan
4. Ada kompetisi
Fraenkel dan Wallen ( 1990 : 22) mengemukakan
masalah penelitian yang baik adalah sebagai berikut :
1. Masalah harus feasible, karena masalah tersebut harus
dicari jawabannya melalui sumber yang jelas, tidak
menghabiskan dana, tenaga, dan waktu
2. Masalah harus jelas, setiap orang memberikan
persepsi yang sama terhadap masalah tersebut
3. Masalah harus signifikan, artinya jawaban masalah
yang diberikan harus memberikan kontribusi terhadap
pengembangan ilmu , dan pemecahan masalah
kehidupan manusia
4. Masalah bersifat etis, yaitu tidak berkenaan dengan hal
– hal yang bersifat etika, moral, dan nilai keyakinan.
Untuk merumuskan masalah berangkat dari isu ,
kemudian perlu diperhatikan dua pertanyaan pokok yang
membantu memperjelas masalah yaitu :
1. Mengapa masalah itu penting, untuk menjawabnya
perlu diungkapkan latar belakang permasalahannya,
sumber – sumber literatur yang relevan yang dapat
membantu menjelaskan latar belakang, serta perlu
dijajagi berbagai penelitian yang pernah dilakukann
menyangkut masalah tersebut. Dari hal ini kita dapat
mengungkapkan signifikansi penelitian yang akan
dilakukan.
2. Apa masalahnya. Untuk menjajakan di sekitar lokasi
penelitian. Dengan metode induksi kita merumuskan
konsep yang merupakan fokus penelitian. Selanjutnya,
dengan konsep tersebut kita meruymuskan masalah
penelitian secara eksplisit
Biasanya kita merumuskan masalah dalam bentuk kalimat
tanya, tetapi dapat juga dengan kalimat deklaratif.
Contohnya :
1. Mengapa mutu pendidikan di lembaga – lembaga
pendidikan kita semakin rendah ( merosot) ?
2. Mengapa lulusan perguruan tinggi di Kota X sukar
mendapat pekerjaan ?

GEJALA
ISU
TEORI EMPIRIS
MASALAH

Gambar : Membuat Perumusan Masalah

Bentuk masalah penelitian dikembangkan berdasarkan


penelitian tingkat eksplanasi, yaitu :
1. Permasalahan deskriptif, adalah suatu permasalahan
yang berkenaan dengan variabel mandiri, contohnya :
Seberapa tinggi produktivitas kerja karyawan PT,
Samudera ?.
2. Permasalahan Komparatif, adalah permasalahan
penelitian yang bersifat membandingkan keberadaan
suatu variabel pada dua sampel atau lebih .
Contohnya : Adakah perbedaan produktivitas kerja
pegawai negari dan swasta ?
3. Permasalahan asosiatif, suatu pertanyaan penelitian
yang bersifat menghubungkan dua variabel atau lebih.
Bentuk permasalahan ini ada 3 jenis yaitu :
a. Hubungan simetris, adalah suatu hu8bungan antara 2
variabel atau lebih yang bersifat kebersamaan.
Contoh : Adakah hubungan antara banyaknya semut di
pohon dengan tingkat manisnya buah ?.
b. Hubungan kausal, adalah hubungan yang bersifat
sebab akibat. Dalam hal ini ada variabel independen
dan variabel dependen. Contoh : Adakah pengaruh gaji
terhadap prestasi kerja ?.
c. Hubungan interaktif, adalah hubungan yang saling
mempengaruhi. Di sini tidak tidak diketahui mana
variabel independen dan variabel dependen. Contoh :
Hubungan antara kepandaian dengan kekayaan.
Kepandaian dapat menyebabkan kaya, demikian juga
orang kaya dapat lebih pandai karena fasilitas belajar
lengkap.
Untuk memperjelas dan mengaplikasikan uraian diatas ,
penulis memberikan contoh tentang rumusan masalah dari
penelitian yang penulis lakukan sebagai berikut :

Contoh :

Perumusan Masalah

Bertolak dari pembatasan masalah, selanjutnya

dikemukakan pernyataan masalah penelitian secara umum

yaitu Seberapa besar pengaruh variabel Kebijakan (X1),

Latar Belakang Pendidikan (X2), Training Penjenjangan

Strutural ( X3), dan Training Teknis Fungsional (X4) terhadap

Kualitas Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah (Y), baik secara

sendiri-sendiri maupun bersama-sama


Berdasarkan pernyataan masalah tersebut, maka fokus

masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut :

a. Seberapa besar pengaruh Kebijakan dan Latar

Belakang Pendidikan terhadap Diklat Penjenjangan

Struktural?.

b. Seberapa besar pengaruh Kebijakan dan Latar

Belakang Pendidikan terhadap Diklat Teknis Fungsional?.

c. Seberapa Besar pengaruh Kebijakan dan Latar

Belakang Pendidikan dan Diklat Penjenjangan Struktural

terhadap Diklat Teknis Fungsional?.

d. Seberapa besar pengaruh Kebijakan dan Latar

Belakang Pendidikan terhadap Kualitas Kinerja Aparatur

Pemerintah Daerah?.

e. Seberapa besar pengaruh Kebijakan dan Latar

Belakang Pendidikan dan Diklat Penjenjangan Struktural

terhadap Kualitas Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah ?

f. Seberapa besar pengaruh bersama kebijakan,

latar belakang pendidikan, Diklat Penjenjangan struktural,


dan Diklat teknis fungsional terhadap Kualitas Kinerja

Aparatur Pemerintah Daerah ?.

Rumusan masalah penelitian tersebut dijabarkan dalam

kaitan antar variabel penelitian, hal ini dikemukakan

Kerlinger ( 1973:20) bahwa variabel adalah konstruk atau

sifat yang akan dipelajari, dan suatu sifat diambil dari suatu

nilai yang berbeda. Dengan demikian kaitan antar variabel

dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

X 3

X 1
ε6
Y

X 2

Gambar I.1
Kaitan Antar Variabel Penelitian
X 4
Keterangan :
X1 : Variabel independen Kebijakan
X2 : Variabel Independen Latar Belakang Pendidikan
X3 : Variabel independen Training Penjenjangan Strutural
X4 : Variabel Independen Training Teknid Fungsional
Y : Variabel Dependen Kualitas Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah

BAB IV
KERANGKA TEORITIS DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS

Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat


peneliti memberikan penjelasan tentang hal – hal yang
berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel atau
pokok masalah yang ada dalam penelitian. Langkah -
langkah yang harus dilakukan oleh penelitii dalam membuat
kerangka teori :
1. Menjelaskan batasan tentang variabel – variabel
penelitian
2. Menjelaskan tentang teori hubungan / pengaruh
( tergantung judul penelitian). Penjelasan tentang
hubungan ini diberikan sekaligus untuk digunakan
sebagai penjelasan kerangka berfikir yang kan
mengarah pada hipotesis
Agar kerangka teori dapat baik sesuai dengan ketentuan,
peneliti dapat menggunakan pedoman sebagai berikut :
1. Kerangka teori hendaknya lengkap, meliputi konsep –
konsep variabel pokok yang ada dalam permasalahan
penelitiannya.
2. Kerangka teori bukan hanya langsung memberikan
penjelasan tentang variabel yang dimaksud, tetapi
mulai dari beberapa penjelsan umum kemudian
mengarah pada alternatif yang dimaksudkan.
3. Kerangka teori tidak selalu yang diterangkan tetapi
dapat juga diambil dari bidang – bidang lain yang
relevan.

Pengajuan Hipotesis:

Biasanya hipotesis menunjuk pada hubungan antara dua


atau lebih variabel. Di awal suatu proses penelitian
dikatakan bahwa peneliti dihadapkan pada problema yang
ingin dicarikan pemecahannya dengan mengumpulkan
banyak informasi melalui penelitiannya.
Hipotesis adalah alternatif dugaan jawaban yang dibuat
peneliti bagi problema yang diajukan dalam penelitiannya.
Dugaan jawaban merupakan kebenaran yang sifatnya
sementara, yang akan diuji kebenarannya dengan data yang
dikumpulkan melalui penelitian.
Tujuan peneliti mengajukan hipotesis adalah agar dalam
kegiatan penelitiannya, perhatian peneliti terfokus hanya
pada informasi atau data yang diperlukan bagi pengujian
hipotesis. Agar pemilihan alternatif dapat tepat, peneliti
dituntut untuk hati – hati dan cermat. Menurut Borg dan Gall
ada 3 syarat bagi hipotetsis yang baik :
1. Harus menggambarkan hubungan dua atau lebih
variabel
2. Dirumuskan sesuai dengan dasar yang kuat
3. Dapat diuji serta dinyatakan dalam rumusan yang
singkat dan padat.
Tidak semua penelitian harus berhipotesis. Jika peneliti tidak
mempunyai jawaban sebelum melakukan penelitian, maka
yang dilakukan adalah penelitian tanpa hipotesis. Jenis
penelitian tanpa hipotesis yaitu penelitian deskriptif, historis,
filosofis, pelacakan, penelitian evaluasi, dan penelitian
tindakan.

A. STUDI PUSTAKA DAN TUJUAN STUDI PUSTAKA

Uraian mengenai cara – cara mengkaji bahan pustaka,


bukan hanya berguna bagi peneliti yang akan menyusun
proposal penelitian. Penyusun proposal penelitian menelaah
sumber dengan tujuan untuk mmemperoleh pengetahuan
yang sifatnya umum dan sedapat mungkin menyeluruh
karena baru akan memilih problema yang akan digarap.
Penyusun laporan penelitian di dalam menelaah bahan
pustaka sudah digiring perhatiannya oleh permasalahan
yang sedang di tekuni, yaitu terpecahnya problematika
penelitian yang sudah dirumuskan serta sudah dicarikan
data.
Agar uraian tentang cara mengkaji bahan pustaka
berurutan dan mudah dipahami, maka perlu dikemukakan
jenis sumber bahan pustaka sebagai berikut :
I. Jenis sumber bahan pustaka.
Untuk memperoleh informasi mengenai teori dan hasil
penelitian, peneliti dapat mengkaji berbagai sumber yang
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Klasifikasi Menurur bentuk : dibedakan atas
susmber tertulis atau dokumen ( printed materials) : buku
harian, surat kabar, majalah, buku notulen rapat, buku
inventaris, buku – buku pengetahuan, surat keputusan .
dan sumber bukan tertuliskan ( Non Printed Materials) :
rekaman suara, benda purbakala, film , dan slide
b. Klasifikasi menurut isi : dibedakan sumber
primer dan sumber sekunder .
Sumber primer : sumber bahan atau dokumen yang
dikemukakan atau digambarkan sendiri oleh orang atau
pihak yang hadir pada waktu kejadian yang digambarkan
tersebut berlangsung, sehingga mereka dapat dijadikan
saksi. Termasuk sumber primer : buku harian, notulen
rapat, manuskrip, memorandum akhir jabatan, dan lain
sebagainya yang berasal dari tangan pertama
Sumber sekunder : sumber bahan kajian yang
digambarkan oleh bukan orang yang ikut mengalami atau
yang hadir pada waktu kejadian berlangsung. Termasuk
sumber sekunder : bahan publikasi, buku teks ( buku ajar)
2. Tujuan studi pustaka adalah :

1. Memudahkan peneliti untuk memberikan pengertian -


pengertian yang berkaitan dengan variabel penelitian .
2. Memudahkan peneliti memberikan penjelasan
mengenai istilah dalam proses penelitian
3. Memudahkan peneliti dalam rangka mengemukakan
sumber teori yang dijadikan landasan dalam penelitian
4. Membimbing peneliti dalam mengaplikasikan teori, cara
menyusun data, mengolah data, dan menganalisis data

3. Manfaat peneliti harus melakukan kajian pustaka :

1. Peneliti akan mengetahui dengan pasti apakah


permasalahan yang dipilih untuk memecahkan melalui
penelitian betul – betul belum pernah diteliti oleh orang
terdahulu.
2. Dengan mengadakan kajian literatur peneliti dapat
mengetahui masalah – masalah lain yang mungkin
ternyata lebih menarik dibandingkan dengan yang
telah dipilih terdahulu
3. Dengan mengetahui banyak hal yang tercantum di
dalam literatur, peneliti akan dapat lancar dalam
menyelesaikan pekerjaannya.
4. Penelitian merupakan kegiatan akademik, peneliti
adalah ilmuawan, maka harus bersifat jujur, terbuka,
dan bertanggung jawab atas apa yang dilakukan.

B. SUMBER – SUMBER DAN PEMILIHAN SUMBER


KEPUSTAKAAN

Sumber – sumber kepustakaan dibedakan sumber primer


dan sumber sekunder .
Sumber primer : sumber bahan atau dokumen yang
dikemukakan atau digambarkan sendiri oleh orang atau
pihak yang hadir pada waktu kejadian yang digambarkan
tersebut berlangsung, sehingga mereka dapat dijadikan
saksi. Termasuk sumber primer : buku harian, notulen
rapat, manuskrip, memorandum akhir jabatan, dan lain
sebagainya yang berasal dari tangan pertama
Sumber sekunder : sumber bahan kajian yang digambarkan
oleh bukan orang yang ikut mengalami atau yang hadir
pada waktu kejadian berlangsung. Termasuk sumber
sekunder : bahan publikasi, buku teks ( buku ajar)
Pemilihan sumber kepustakaan :
1. Dari sumber yang telah terdokumentasikan dan
dilegalisasi oleh institusi yang berwenang (Data
sekunder Kerpendudukan dari BPS Statistik)
2. Dari hasil penelitian yang telah dipublikasikan dan
diakui secara keilmuan.
3. Dari hasil penerbitan jurnal ilmu pengetahuan nasional
maupun internasional yang telah terdokumentasikan
secara faktual

C. DESKRIPSI TEORI

Deskripsi teori dalam penelitian merupakan uraian


sistematis tentang teori ( bukan sekedar pendapat pakar
atau penulis buku ), dan hasil – hasil penelitian yang relevan
dengan variabel yang diteliti. Berapa jumlah kelompok teori
yang perlu dikemukakan / dideskripsikan, akan tergantung
pada luasnya permasalahan dan secara teknis tergantung
padea jumlah varibel yang diteliti. Apabila dalam suatu
penelitian terdapat 3 variabel independen dan satu
dependen, maka kelompok teori yang perlu dideskripsikan
ada 4 kelompok teori, yaitu kelompok teori berkenaan
dengan 3 variabel independen dan satu dependen. Oleh
karena itu semakin banyak variabel yang diteliti , maka akan
semakin banyak teori yang perlu dikemukakan.
Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan t
erhadap variabel – variabel yang diteliti, melalui
pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari
berbagai referensi, sehingga ruang lingkup kedudukan dan
prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan diteliti
menjadi lebih jelas dan terarah.
Untuk menguasai teori, maupun generalisasi –
generalisasi dari hasil penelitian , maka peneliti harus rajin
membaca. Orang harus membaca dan membaca, dan
menelaah yang dibaca itu setuntas mungkin agar ia dapat
menegakkan landasan yang kokoh bagi langkah – langkah
berikutnya.
Langkah – langkah untuk dapat melakukan
pendeskripsian teori adalah sebagai berikut :
1. Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah
variabelnya
2. Cari sumber – sumber bacaan yang sebanyak –
banyaknya dan yang relevan dengan setiap variabel
yang diteliti.
3. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan
dengan setiap variabel yang akan diteliti
4. Cari definisi setiap variabel pada setiap sumber bacaan,
bandingkan antara satu sumber dengan sumber yang
lain, dan pilih definisi yang sesuai dengan penelitian
yang akan dilakukan.
5. Baca seluruh isi topik buku yang sesuai dengan variabel
yang diteliti, lakukan analisis, kemudian buatlah
rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap
sumber data yang dibaca.
Setiap peneliti selalu menggunakan teori. Seperti yang
dinyatakan Neumen (2003) researchersr use theory
differently in various types of research, but some type of
theory is present in most social reserach. Kemudia Kerlinger
(1978) bahwa theory is a set of interrelated construct
( concepts) definitions, and prepositions that present a
systematic view of phenomena by specifying relations
among variables with purpose of explaining and predicting
the phenomena. ( teori adalah seperangkat konstruk /
konsep, definisi, proposisi yang befungsi untuk melihat
fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan
antar variable sehingga dapat berguna untuk menjelaskan
dan meramalkan fenomena.
Mark ( 1963) mengemukakan 3 macam tiga teori yang
berhubungan dengan data empiris sebagai berikut :
1. Teori yang deduktif : memberi keterangan yang
dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran spekulatif
tertentu ke arah data akan diterangkan
2. Teori yang induktif : cara menerangkan adalah
dari data ke arah teori
3. Teori yang fungsional : disini tampak suatu
interaksi pengaruh antara data dan perkiraan teoritis,
yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan
pembentukan teori kembali mempengaruhi data
Kegunaan teori dalam penelitian :
Cooper and Schindler ( 2003) menyatakan bahwa
kegunaan teori dalam peneltian adalah :
1. Theory narrows the range of fact we need to study
2. Theory suggest which research approaches are like to
yield the greatest meaning
3. Theory suggest a system for the research to impose on
data in order to classify them in the most meaningful
way
4. Theory summarizes what is known about object of
study and states the uniformities that lie beyond
immediate observation
5. theory can be used to predict further fact that should
be found.

D. KERANGKA BERFIKIR

Uma Sekaran ( 1992), mengemukakan bahwa


kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang
telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
Kerangka berfikir yang baik
1. Akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar
variabel yang kan diteliti
2. Secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel
independen dan dependen
3. Sebagai dasar dalam penyusunan paradigma
penelitian.
Seorang peneliti harus menguasai teori – teori ilmiah
sebagai dasar bagi argumentasi dalam menyusun kerangka
pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran
ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala –
gejala yang menjadi objek permasalahan. Kriteria utama
agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan sesama
ilmuwan, adalah alur – alur pikiran yang logis dalam
membangun suatu kerangka berfikir yang membuahkan
kesimpulan yang berupa hipotesis. Jadi kerangka berfikir
merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang
disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan.
Berdasarkan teori – teori yang telah dideskripsikan tersebut,
selanjutnya dianalis secara kritis dan sistematis, sehingga
menghasilkan sintesa tentang hubungan antarvariabel yang
diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel tersebut,
selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis.
Untuk memperjelas proses penyusunan kerangka
berfikir untuk merumuskan hipotesis, digambarkan sebagai
berikut :
Variabel X Variabel Y

Membaca buku Membaca buku Membaca Membaca


& Hasil & Hasil buku & Hasil buku & Hasil
penelitian penelitian penelitian penelitian

Deskripsi teori Deskripsi teori Deskripsi Deskripsi


& HP & HP teori & HP teori & HP

Analisis Kritis Analisis Kritis Analisis Analisis


terhadap teori & terhadap teori & Kritis Kritis
HP HP terhadap teori terhadap teori
& HP & HP

Analisis Analisis Analisis Analisis


Komparatif Komparatif Komparatif Komparatif
tehdp teori & tehdp teori & tehdp teori & tehdp teori &
HP yg diambil HP yg diambil HP yg HP yg
diambil diambil

Sintesa / Kesimpulan Sintesa / Kesimpulan


Teori dan HP Teori dan HP
Kerangka Berfikir

Perumusan Hipotesis

Selanjutnya Uma Sekaran ( 1992), bahwa kerangka


berfikir yang baik memuat hal – hal sebagai berikut :
1. Variabel – variabel yang akan diteliti harus dijelaskan
2. Diskusi dalam kerangka berfikir harus dapat
menunjukkan dan menjelaskan pertautan / hubungan
antar variabel yang diteliti, dan ada teori yang
mendasari
3. Diskusi juga harus dapat menunjukkan dan
menjelaskan apakah hubungan antar variabel itu positif
atau negatif, berbentuk simetris, kausal atau interaktif
4. kerangka berfikir selanjutnya perlu dinyatakan dalam
bentuk diagram ( paradigma penelitian), sehingga
pihak lain dapat memahami kerangka pikir yang
dikemukakan dalam penelitian.

E. HIPOTESIS DAN BENTUK HIPOTESIS PENELITIAN

Perumusan hipótesis penelitian merupakan langkah


ketiga dalam penelitian. Setelah peneliti mengemukakan
landasan teori dan kerangka berfikir. Tetapi tidak setiap
penelitian harus merumuskan hipótesis. Hipótesis
merupakan jalaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, di mana rumusan masalah telah dinyatakan
dalam bentuk kalimat pertanyaan . Dikatakan jawaban
sementara, karena jawaban baru didasarkan lepada teori
yang relevan, Belem didasarkan pada falta –fakta empiris
yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Penelitian yang merumuskan hipotesis ádalah penelitian
yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Dan selanjutnya
hipótesis tersebut akan diuji dengan pendekatan kuantitatif.

Bentuk – bentuk Hipótesis:

Bentuk bentuk hipótesis penelitian Sangat terkait


dengan rumusan masalah penelitian. Bila dlihat dari tingkat
eksplanasinya, maka bentuk rumusan masalah penelitian
ada 3 yaitu :
Rumusan masalah deskriptif (variable mandiri),
Komparatif (perbandingan), dan asosiatif ( hubungan).
Bentuk hipotesis juga tiga seperti rumusan masalah yaitu :
1. Hipotetsis deskriptif, merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah desktiptif, yaitu yang
berkenaan dengan variable mandiri :
a. Rumusan masalah deskriptif :
- Berapa daya tahan lampu pijar merk Ok?
- Sewberapa tinggi semangat kerja karyawan di PT. KO ?
b. Hipotetsis deskriptif:
- Daya tahan OK = 600 jam ( H0), Ini merupakan
hipotesis 0 (H0), karena daya tahan lampu yang nyata
berbeda dengan yang diharapkan ( 600 Jam). Hipotesis
alternatifnya ( Ha) yaitu : Daya tahan lampu pijar merk
OK = 600 jam. Tidak sama dengan hal ini, bisa lebih
besar atau lebih kecil dari 600 jam.

c. Hipotesis Statistik, hanya ada bila berdasarkan data


sampel
- H0 : µ = 600
- Ha : µ = 600 atau > 600 atau < 600
- µ adalah nilai populasi yang dihipotesiskan.
Untuk rumusan masalah no 2 H0 dapat berbentuk :
a. Semangat kerka karyawan di PT.KO = 75% dari kriteria
ideal yang diterapkan
b. Semangat kerja karyawan di PT . KO paling sedikit 60%

dari kriteria ideal yang diterapkan (paling sedikit berarti


lebih besar atau sama dengan > )
c. Semangat kerja karyawan di PT . KO paling banyak 60%

dari kriteria ideal yang diterapkan (paling banyak


berarti lebih kecil atau sama dengan > )
Dalam kenyatannya hipotesis yang diajukan salah satu
saja, dan hipotesis mana yang dipilih, tergantung pada
teori dan pengamatan pendahuluan yang dilakukan pada
objek. Ha masing – masing adalah :
a. Semangat kerja karyawan di PT. K = 75%
b. Semangat kerja karyawan di PT. K < 75%
c. Semangat kerja karyawan di PT. K > 75%
Hipotetsis statistiknya ( apabila berdasarkan data sampel )
adalah :
a. H0 : p = 75% ( p = propesi / prosentase)
Ha : p = 75%
b. H0 : P > 75%
Ha : p < 75%
c. H0 : P < 75%
Ha : p > 75%

2. Hipotetsis komparatif, merupakan jawaban


sementara terhadap rumusan masalah komparatif.
Rumusan variabelnya sama tetapi populasi dan
sampelnya berbeda
Contoh:
a. Rumusan masalah komparatif :
1. Bagaimanakah produktivitas kerja karyawan PT. KO
bila dibandingkan dengan PT. KP ?
2. Adakah perbedaan gaya kepemimpinan di lembaga KO
dan KP ?
b. Hipotesis untuk No. 1 sebagai berikut :
1. Tidak terdapat perbedaan productivitas verja antara

karyawan di PT. KO dan PT. KP atau terdapat


persamaan produktivitas kerja antara karyawan PT. KO
dan PT . KP (H0)
Hipotesis alternatifnya ( Ha) :
Terdapat perbedaan produktivitas kerja Karyawan PT, Ko
dan PT. KP.
2. Produktivitas kerja karyawan PT. KO lebih kecil atau
sama dengan karyawan PT. KP (H0)
Hipotesis alternatifnya :
Produktivitas kerja karyawan PT. KO lebih besar dari
karyawan PT. KP ( Ha)
3. Produktivitas kerja karyawan PT KO lebih besar atau
sama dengan karyawan PT. KP (H0)
Hipotesis alternatifnya :
Produktivitas kerja karyawan PT. KO lebih kecil dari
karyawan PT. KP ( Ha)
c. Hipotesis statistik untuk ke 3 rumusan tsb :
1.H0 : µ1 = µ2
Ha : µ1 = µ2
2. H0 : µ1 < µ2
Ha : µ1 > µ2
3. H0 : µ1 > µ2
Ha : µ1 < µ2
µ1 = Rata – rata produktivitas karyawan X
µ2 = Rata – rata produktivitas karyawan Y

3. Hipotetsis asosiatif, Adalah jawaban sementara


terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu
menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
Contoh :
a. Rumusan masalah asosiatif:
1. Adakah hubungan antara pengawsan melekat dengan
efisiensi kerja pegawai di departemen LN
2. Adakah hubungan antara disiplin kerja dengan gaya
kepemimpinan di PT. Gembira

b. Hipotetsis Penelitian
H0 : tidak terdapat hubungan antara pengawasan
melekat dan efisiensi kerja di departemen LN
Ha : Terdapat hubungan positif antara pengawasan
melekat dan efisiensi kerja di departemen LN
C. Hipotetsis statistik :

H0 : p = 0 0 artinya tidak ada hubungan


Ha : P = 0 tidak sama dengan 0 artinya lebih besar
atau kurang
Dari 0 berarti ada hubungan
P = Nilai korelasi dalam formulasi yg
dihipotesiskan

F. KARAKTERISTIK HIPOTESIS YANG BAIK

Menurut Borg dan Gall ada 3 syarat bagi hipotetsis yang baik
:
a. Harus menggambarkan hubungan dua atau lebih
variabel
b. Dirumuskan sesuai dengan dasar yang kuat
c. Dapat diuji serta dinyatakan dalam rumusan yang
singkat dan padat.

BAB V
DESAIN PENELITIAN

Desain penelitian merupakan cetak biru yang


menentukan pelaksanaan selanjutnya. Penyusunan desain
ini dilakukan setelah ditetapkan judul / topik penelitian yang
akan dilaksanakan. Desain penelitian memaparkan apa,
mengapa, dan bagaimana masalah tersebut diteliti dengan
menggunakan prinsip – prinsip metodologis yang telah
dibicarakan sebelumnya.
Berkaitan dengan persyaratan desain penelitian yaitu
substansi penelitian dan metodologi penelitian, maka desain
penelitian dibagi dalam 2 pokok, yaitu konseptualisasi
masalah dan operasionalisasi. Kedua pokok tersebut disusn
dalam pokok – pokok sebagai berikut :
1. Latar belakang penelitian
2. Tujuan dan hipotesis
3. Kerangka dasar penelitian
4. Penarikan sampel
5. Metode pengumpulan data
6. Analisis data
Dibawah ini digambarkan Unsur – unsur pokok desain
penelitian sebagai berikut :

Latar Belakang:
Latar belakang Masalah
Gejala – gejala umum &
khusus
Perumusan masalah
Konseptualisasi Signifikansi Penelitian
masalah

Tujuan:

Tujuan
Hipotesis

Kerangka Hipotesis:
Definisi operasional
Indikator empiris
Pengukuran
Kerangka hubungan

Penarikan sampel:
Satuan analisis
Populasi
Sampel
Metodologi
Metode Pengumpulan data

Analisis data:
Analisis pendahuluan
Analisis lanjut

A. TUJUAN STUDI PENELITIAN

Sebagai suatu kegiatan ilmiah, penelitian memiliki tujuan


yaitu :
1. Kegiatan penelitian dalam kerangka pemecahan
permasalahan, walaupun tidak memberikan jawaban
langsung terhadap permasalahan yang diteliti, tetapi
hasilnya harus memberikan kontribusi dalam usaha
pemecahan permasalahan.
2. Hasil penelitian harus memberikan penjelasan akan
fenomena yang menjadi pertanyaan
3. Penelitian harus dapat melandasi keputusan serta
tindakan pemecahan permasalahan
Guna memperjelas uraian diatas, dikemukakan tujuan
dan manfaat penelitian yang lazim digunakan oleh para
peneliti sebagai berikut :
Contoh :

Maksud Dan Tujuan Penelitian


Penelitian ini bermaksud untuk mendeskripsikan,

mengkaji dan menganalisis proses pelaksanaan kebijakan

pengembangan kemampuan profesional dan Latar belakang

pendidikan aparatur/pegawai serta pengaruhnya terhadap

peningkatan Kualitas kinerja aparatur pemerintah daerah

oleh Pemerintah Daerah beserta aspek-aspek yang terkait di

dalamnya, sebagai bagian dari implementasi kebijakan

pemerintah untuk membangun Kualitas kinerja aparatur

pemerintah daerah.

Adapun tujuannya adalah mempelajari, mengkaji dan


menganalisis tentang pengaruh antara kebijakan
pengembangan kemampuan profesional, latar belakang
pendidikan aparatur pemerintah daerah, dan peningkatan
kualitas kinerja aparatur pemerintah daerah. Oleh karena itu
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mendapatkan gambaran empiris tentang variabel
Kebijakan, Latar Belakang Pendidikan, Diklat Penjenjangan
Struktural, dan Diklat Teknis Fungsional terhadap kualitas
kinerja aparatur pemerintah daerah.
b. Untuk mengidentifikasi alternatif- alternatif pengaruh
Kebijakan, Latar Belakang Pendidikan, Diklat Penjenjangan
Struktural, dan Diklat Teknis Fungsional terhadap kualitas
kinerja aparatur pemerintah daerah.
Manfaat Penelitian
Dalam studi kebijakan pemerintah, upaya dalam
memahami wujud nyata proses implementasi kebijakan
merupakan sesuatu yang sangat penting. Dalam kaitan ini
bagaimana kebijakan pemerintah dalam membangun SDM
aparatur, dalam hal ini aparatur pemerintah daerah diwujud
nyatakan pada level yang paling operasional, yaitu oleh
Pemerintah Kota Tasikmalaya dan Badan Diklat. Dengan
jumlah widyaiswara sebanyak 41 orang yang mengasuh
peserta diklat sebanyak 890 orang pada program Diklat
Struktural dan Fungsional, menjadi penting dan menarik
untuk dikaji lebih dalam peran yang dilakukan oleh
Pemerintah Kota Tasikmalaya dalam mengembangkan dan
meningkatkan kualitas aparatur pemerintah daerah.
Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai
berikut :
a. Secara akademis yaitu bahwa penelitian ini akan

memberikan kontribusi positif bagi pengembangan teori


atau studi kebijakan pendidikan dan latihan aparatur,
sebagai bagian dari kebijakan pemerintah (public policy)
serta sebagai bagian dari studi administrasi pendidikan.
Secara lebih khusus diharapkan menjadi bagian penting
dari pengembangan teori implementasi kebijakan
pendidikan, sebagai bagian dari studi kebijakan
pemerintah yang akhir-akhir ini mengemukakan untuk
dikaji lebih mendalam;
b. Secara praktis-institusional, yaitu bahwa penelitian

ini hasilnya dapat bermanfaat bagi Pemerintah Daerah


dan Badan Diklat sebagai bagian dari implementing agent
dari kebijakan pemerintah untuk membangun sumber
daya manusia. Secara lebih khusus bermanfaat bagi para
pengambil keputusan (decision makers) pada berbagai
jenjang organisasi di Pemerintah Kota Tasikmalaya
tentang bagaimana mengembangkan dan
memberdayakan aparatur pemerintah daerahnya sebagai
bagian integral dari manajemen sumber daya manusia
(human resource management). Dengan hasil penelitian
ini diharapkan peningkatan kualitas kinerja aparatur
pemerintah daerah yang dilakukan di masa depan lebih
mendukung upaya tercapainya tugas, fungsi dan
wewenang Badan Diklat sebagai institusi pendidikan dan
latihan aparatur.

B. TIPE HUBUNGAN VARIABEL

Menurut Hatch & Farhady ( 1981) Variabel dapat


didefinisikan sebagai atributy dari seseorang atau obyek
yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain
atau satu obyek dengan obyek yang lain. Tinggi badan,
berat badan, sikap, motivasi, kepemimpinan, disiplin kerja,
merupakan atribut setiap orang. Berat, ukuran, bentuk, dan
warna merupakan atribut dari obyek.
Menurut Kerlinger ( 1973) bahwa variabel adaa atau sifat
yang akan dipelajari. Contoh : Tingkat aspirasi, peeeeeeee,
status soial, jenis kelamin, golongan gaji, produktivv. Dan
menurut yang bersangkutan bahwa variabel dapat dikatakan
sebagau suatu sifat yang diambil d ari sesuatu yang
berbeda. Sedangkan menurut Kidder ( 1981) menyatakan
bahwa variabel adalah suatu kualitas di mana peneliti ingin
mempelajari dan menarik kesimpulan darinya.
Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel
lainnya, maka macam – macam variabel dapat dibedakan
sebagai berikut :
1. Variabel independen : Variabel bebas, sering
juga disebut variabel stimulus, prediktor, antecedent,
yaitu merupakan variabel yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)
Contoh :
Kemampuan kerja dan produktivitas
Kemampuan kerja = VI
Produktivitas = VD
2. Variabel dependen : variabel output, kriteria,
konsekuen, variabel terikat., yaitu variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas contoh produktivitas, motivasi kerja
3. Variabel Moderator : yaitu variabel yang
mempengaruhi hubungan antara variabel independen
dengan dependen. Variabel ini juga disebut variabel
independen ke 2
4. Variabel intervening : yaitu variabel yang
secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel
independen dengan dependen, tetapi tidak dapat diukur
5. Variabel kontrol, yaitu variabel sehingga
peneliti dapat melakukan penelitian yang bersifat
membandingkan.
Bahwa inti penelitian ilmiah adalah mencari hubungan antar
variabel. Hubungan yang paling dasar adalah hubungan
antara dua variabel, variabel pengaruh ( indpenden variabel)
dengan variabel terpengaruh ( dependen variabel). Apabila
hubungan antara variabel merupakan inti penelitian ilmiah,
maka tentunya perlu diketahui berbagai macam hubungan
antara variabel lainnya. Berikut ini diuraikan 3 jenis / tipe
hubungan simetris, hubungan timbal balik (reciprocal) dan
hubungan simetris. Berbagai hubungan variabel dapat dilihat
sebagai berikut :
Tipe hubungan antar variabel :
I. Hubungan simetris:
a. Kedua variabel merupakan indikator untuk konsep yang
sama
b. Kedua variabel merupakan akibat dari faktor yang sama
c. Kedua variabel berkaitan secar fungsional
d. Hubungan yang kebetulan semata – mata
II. Hubungan timbal balik
III. Hubungan a simetris
a. Hubungan antara stimulus dan respons
b. Hubungan antara disposisi dan respons
c. Hubungan anatara ciri individu dan disposisi atau tingkah
laku
d. Hubungan yang imanen
e. Hubungan antara tujuan dan cara

C. LINGKUNGAN PENELITIAN ( Lokasi penelitian)

Lingkungan penelitian merupakan suatu hal yang sangat


penting dalam proses penelitian, sebab ketepatan objek,
lokasi dan ke akuratan data, tergantung kepada bagaimana
peneliti menentukan lingkungan penelitian. Untuk
memudahkan memahami hal ini, perlu diperhatikan
mengenai jenis penelitian .
Jenis penelitian dapat dikelompokkan menurut tujuan,
pendekatan, tingkat eksplanasi, dan jenis data, hal ini
disusun sebagai berikut :

1. Lingkungan Penelitian berdasarkan penelitian


menurut tujuan.
Penelitian berdasarkan tujuan dapat dikelompokkan
menjadi penelitian murni ( dasar) dan terapan. Penelitian
dasar bertujuan mengembangkan teori dan tidak
memperhatikan kegunaan yang bersifat praktis. Penelitian
dasar ( murni) pada umumnya dilakukan di
laboratorium yang kondisinya terkontrol dengan
ketat. Dan penelitian terapan dilakukan dengan tujuan
menguji dan mengevaluasi kemampuan suatu teori atau
memecahkan permasalahan kehidupan praktis
menggunakan pengetahuan ilmiah, hal ini dilakukan di
objek kemasyarakatan.
2. Lingkungan Penelitian berdasarkan penelitian
menurut pendekatan
Penelitian menurut pendekatan ini dikelompokkan
menjadi penelitian survey, ex post facto, eksperimen,
naturalistik, policy research, action research, evaluasi dan
sejarah.
a. penelitian survey, peneilitian ini dilakukan
untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan
yang tidak mendalam terutama berhubungan dengan
variabel sosiologis, maupun psikologis dan objeknya di
lingkungan masyarakat.
b. Penelitian Ex Post Facto, penelitian yang
dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi ,
kemudian melihat kebelakang untuk mengatahui faktor –
faktor penyebabnya . Lingkungan kegiatannya di alam
terbuka / di lapangan.
c. Penelitian eksperimen, penelitian untuk
mencari pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain
dilakukan di laboratorium
d. Penelitian naturalistik, penelitian yang dilakukan
pada objek yang natural atau alam.
e. Policy research, dilakukan di lingkungan institusi
pemerintahan / swasta
f. Action research, lingkungan penelitiannya di
lakukan dalam suatu organisasi, karena tujuan utamanya
dalam penelitian ini adalah mengubah situasi, perilaku,
struktur organisasi, iklim kerja, dan kelembagaan.
g. Penelitian evaluasi, dilakukan dilingkungan
organisasi pemerintahan atau perusahaan, karena
penekanan nya kepada efektivitas pencapaian program
yang berupa produk tertentu termasuk feedbacknya.
h. Penelitian sejarah, dilakukan di laboratorium
lapangan, alam terbuka, dan laboratorium
khusus.
3. Lingkungan penelitian berdasarkan penelitian menurut
tingkat eksplanasi, pada umumnya dilakukan di
lingkungan suatu organisasi
4. Lingkungan penelitian berdasarkan menurt jenis data,
lingkungan penelitiannya lebih luas tergantunga data
yang digunakan, dapat dilingkungan laboratorium, pada
suatu organisasi, dilingkungan kehidupan masyarakat ,
dan di alam terbuka.
D. UNIT ANALISIS DAN HORIZON WAKTU (waktu
penelitian)

Berdasarkan teknis analisis data dalam penelitian, unit


analisis yang digunakan meliputi :
1. Statistik deskriptif dan infernsial
2. statistik parametrik dan non parametrik
3. Analisis statistik

Waktu penelitian untuk setiap jenis penelitian berbeda


namun berdasarkan beberapa pakar dan pengalaman dalam
pelenlitian horizon waktu yang dibutuhkan berkisar antara 3
hingga 1 tahun, dan ini dikemukakan pada proposal
penelitian.
Untuk lebih memahami tentang horizon waktu penelitian,
disampaikan contoh jadwal penelitian sebagai berikut :

Pada jadwal penelitian ini dirancang mulai dari


persiapan sampai kepada ujian tesis. Waktu yang digunakan
dalam rancangan penelitian ini selam 10 ( sepuluh 10 bulan
dengan perincian sebagi berikut :
.JADWAL PENELITIAN
B U L A N
KEGIATAN JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES JAN PEB MRT
No

1. Persiapan
2. Mengajukan judul *
dan masalah
*
3. Membuat usulan
penelitian
4. Konsultasi
Seminar usulan *
5.
Penelitian
Pengumpulan
*
Data
Pengolahan Data
Penulisan tesis
* *
Ujian tesis

* *
* * * *

Keterangan : * = Waktu pelaksanaan kegiatan

E. PENGUKURAN KONSTRUCT

Dalam pengukuran konstruct,berkaitan dengan hasil


penelitian yang valid dan reliable. Maka untuk itu diperlukan
pengujian data berdasar instrumen validitas dan reliabilitas.
Pengujian validitas konstruct dapat digunakan pendapat dari
para ahli ( Judgement Experts) .
Rumus yang digunakan untuk pengukuran konstruct
yaitu :
a. Korelasi Spearman digunakan apabila pengukuran

instrumen menggunakan skala ordinal. Langkah-

langkahnya sebagai berikut :

• Menentukan hipotesis statistik

Ho : Butir I dalam kuesioner tidak valid

Hi : Butir I dalam kuesioner valid

• Penggunaan rumus Spearman

6Σdi 2
rs = ………………….. jika tidak ada data
n( n 2 − 1)

kembar

ΣΧ2 + Y2 Σ + Σdi 2
rs = …… jika ada data kembar
2 ΣX 2 ΣY 2

(X dan Y merupakan variabel hasil pengamatan dari d i


=R (X 1 -R(Y 1 )

b. Rumus Korelasi Pearson untuk menguji validitas :

Korelasi Pearson digunakan apabila tingkat pengukuran


mempunyai skala interval. Langkah-langkahnya sebagai
berikut :
• Menetapkan hipotesis statistik
Ho : Dimana butir ke-I dalam kuesioner tidak valid

H1 : Dimana butir ke-I dalam kuesioner valid

• Penggunaan rumus korelasi Pearson


nΣ ΧΥ − (Σ Χ) (Σ Υ)
rxy =
nΣ − (Σ Χ) )
2 2
(Σ Υ) 2 )

Keterangan :

n : Ukuran sample

X dan Y: Variabel penelitian

• Criteria uji menolak Ho pada taraf uji ∝ jika t ∝.n.2


< t hitung artinya butir pernyataan dalam kuesioner
valid.
BAB VI
PEMILIHAN DATA PENELITIAN

A. POPULASI PENELITIAN

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas


objek / subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang dapat ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan hanya
orang, tetapi juga benda – benda alam lainnya. Populasi
bukan hanya sekedar jumlah yang ada pada objek / subjek
penelitian , tetapi meliputi seluruh karakteristik / sifat yang
dimiliki oleh objek / subjek penelitian
Misalnya akan dilakukan penelitian di lembaga /
organisasi ABJAD, maka lembaga / organisasi ABJAD
merupakan populasi. Di lembaga tersebut mempunyai
pegawai berati populasi dalam arti kuantitas / jumlah
pegawai. Tetapi lembaga/organisasi tersebut mempunyai
karakteristik, misal motivasi kerjanya, kepemimpinannya,
displin kerjanya, dan iklim organisasinya.

B. SAMPEL PENELITIAN
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, peneliti tidak
memungkin melakukan penelitian terhadap populasi
tersebut. Hal ini disebabkan keterbatasan dana, waktu, dan
tenaga. Maka peneliti akan menggunakan sampel dari
populasi tersebut sebagai objek / subjek penelitiannya.

C. TEKNIK SAMPLING

Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam


penelitian terdapat teknik sampling yang digunakan, secara
skematis sebagai berikut :

Teknik sampling

Non Probability
Probability sampling
sampling

1. Simple random sampling 1. Sampling sistematis


2. Proportionate stratified 2. Sampling kuota
random sampling 3. Sampling aksidental
3. DisProportionate stratified 4. Purposive sampling
random sampling 5. Sampling jenuh
4. Area ( Cluster) sampling 6. Snowball sampling
( daerah)
1. Probability sampling : adalah teknisk sampling yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel
a. Simple random sampling, karena cara
pengambilan sampel dari semua anggota populasi
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata anggota populasi
b. Proportionate stratified random sampling,
Teknik ini digunakan apabila populasi mempunyai
anggota yang tidak homogen dan berstrata secara
proporsional
c. DisProportionate stratified random
sampling, teknik ini digunakan untuk
menentukan sampel apabila populasi berstrata
tetapi kurang proporsional. Misal populasi pegawai
di PT. ASDAM meiliki pegawai lulusan S3 4 orang,
Lulusan S2 2 orang, 50 Lulusan S1, 800 orang
lulusan SLTA, 700 orang lulusan SLTP, maka unutk
4 orang lulusan S3 dan 2 orang l;ulusan S2
semuanya digunakan sebagai sampel karena
jumlahnya sedikit.
d. Area ( Cluster) sampling ( daerah), teknik ini diambil apabila

daerah yang digunakan untuk menentukan sampel


sangat luas

2. Non Probability sampling, adalah teknik sampling


yang tidak memberi peluang / kesempatan yang sama
bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi
sampel . Teknik sampling ini terdiri dari :
a. Sampling sistematis, adalah teknik
pengambilan sampel berdasarkan urutan dari
anggota populasi yang telah diberi nomor. Misal
populasi 100 orang, setiap anggota populasi
diberi nomor 1 sampai dengan 100. Pengambilan
samplenya dapat dilakukan dengan mengambil
nomor ganjil saja, atau genap saja, ataupun
kelipatan bilangan tertentu.
b. Sampling kuota, teknik untuk menentukan
sampel dari populasi yang mempunyai ciri – ciri
tertentu sampai jumlah yang diinginkan
c. Sampling aksidental, yaitu teknik pengambilan
sampel berdasarkan kebetulan dan cocok
dijadikan sumber data
d. Purposive sampling, yaitu teknik pengambilan
sampel dengan pertimbangan tertentu. Misal
akan melakukan penelitian manajemen komputer,
maka ahli komputer akan menjadi sampel
e. Sampling jenuh, teknik penentuan sampel bila
semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel
f. Snowball sampling, teknik penentuan sampel
yang mula – mula jumlahnya kecil, kemudian
membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding
yang lama – lama menjadi lebih besar .

D. MENENTUKAN UKURAN SAMPEL

Menurut Isaac & Michael, untuk tingkat kesalahan


1%, 5%,dan 10%. Rumusnya sebagai berikut :

λ2. N . P . O
S =
D2 ( N -1 ) + λ2 . P . O

Keterangan :
λ2. dengan dk = 1, taraf kesalahan bisa 1%,5%,10%
P = Q = 0,5 ; d = 0,05 ; s = jumlah sampel

Dalam nomogram Henry king, jumlah populasi maksimum


2000, dengan taraf kesalahan yang bervariasi 0,3% sampai
dengan 15%, dan faktor pengali yang disesuaikan dengan
taraf kesalahan yang ditentukan. Dalam nomogram untuk
confident interval ( Derajat kepercayaan) 80% faktor
pengalinya 0,780, untuk 85% faktor pengalinya 0,785, untuk
90% faktor pengalinya 1,195 dan untuk 99% faktor
pengalinya 1,573

E. KESALAHAN STATISTIK
Dalam menaksir parameter populasi berdasarkan data
sampel secara statistik kemungkinan akan terdapat dua
kesalahan yaitu :
1. Kesalahan tipe 1. adalah suatu kesalahan bila menolak

hipotesis nol ( H0) yang sebenarnya diterima. Dalam


hal ini tingkat kesalahan dinyatakan dengan α ( alpha)
2. Kesalahan tipe 2. adalah suatu kesalahan bila
menerima hipotesis yang salah ( seharusnya ditolak).
Tingkat keslahan ini dinyatakan dengan β ( betha)
Apabila nilai statistik ( data sampel) yang diperoleh dari
hasil pengumpulan data dengan nilai parameter populasi
atau masih pada nilai interval parameter populasi. Maka
hipotesis yang telah dirumusk% tanpa ada kesalahan.
Tetapi apabila nilai statistik di luar nilai parameter
populasi, maka akan terdapat kesalahan. Kesalahan
tersebut akan semakin besar apabila nilai statistik
menyimpang jauh dari nilai parameter.
Tingkat kesalahan tersebut dinamakan level of
significance atau tingkat signifikansi. Dalam praktek
tingkat signifikansi ini telah ditetapkan terlebih dahulu
oleh peneliti sebelum hipotesis diuji. Biasanya tingkat
signifikansi yang digunakan 1% dan 5% . Suatu hipotesis
terbukti memiliki kesalahan 1%, artinya peneliti
mengambil 100 sampel dari populasi yang sama (satu
populasi), maka akan terdapat 1 kesalahan generalisasi.
Dan dalam praktek pengujian hipotesis kebanyakan
digunakan kesalahan tipe 1 (α ( alpha) artinya berapa %
kesalahan untuk menolak hipotetsis yang benar
( seharusnya diterima)

BAB VII
METODE DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data dalam kegiatan penelitian


mempunyai tujuan mengungkap fakta mengenai variabel
yang diteliti. Tujuan untuk mengetahui haruslah
menggunakan metode atau cara – cara yang efisien dan
akurat. Data dari tangan pertama (data Primer) biasanya
diperoleh melalui observasi akan tetapi seringkali tidak
efisien karena untuk memperolehnya diperlukan
sumberdaya yang lebih besar. Sebaliknya, data dari tangan
kedua (data sekunder) yang biasanya diperoleh dari otorita
atau fihak yang berwenang, mempunyai efisiensi yang tinggi
tetapi kadang – kadang kurang akurat.
A. JENIS DATA

Data primer dan data sekunder dapat pula digolongkan


menurut jenisnya sebagai :
a. Data Kuantitatif, data yang berupa yang diperoleh
melalui pengukuran ( alat ukur) misalnya jumlah, berat,
dan semuanya berbentuk angka
b. Data kualitatif, data yang diberikan pengertian /
ditafsirkan dengan narasi atau penjelasan

B. SUMBER DATA

Menurut sumbernya, data penelitian digolongkan


sebagai dat primer dan data sekunder. Data primer atau
data tangan pertama, adalah data yang diperoleh langsung
dari subyek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran
atau alat pengambilan data langsung sebagai sumber
informasi yang dicari . Data sekunder atau data tangan
kedua adalah data yang diperoleh lewat pihak lain , tidak
langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya.
Data sekunder biasanya berbentuk data dokum,entasi atau
data laporan yang telah tersedia

C. SKALA PENELITIAN
Skala pengukuran dapat berupa skala nominal, skala
ordinal, skala interval, dan skala rasio. Skala dalam
penelitian yang digunakan terdiri dari :
a. Skala Likert, digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial . Jawaban responden terdiri dari :
Sangat setuju, ( SS) 5
setuju, (S) 4
cukup setuju, ( CS) 3
kurang setuju, ( KS) 2
dan tidak setuju (TS) 1
b. Skala Guttman, dalam skala ini dilakukan bila
ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu
permasalahan yang ditanyakan. ( Jawaban Ya atau tidak)
c. Rating Scale, data yang mentah diperoleh berupa
angka kem,udian ditafsirkan dalam penelitian kualitatif
d. Semantic deferensial, digunakan untuk
mendapatkan jawaban sangat positif dibagian kanan garis
dan jawaban sangat negatif terletak di sebelah kiri garis
Bersahabat 5 4 3 2 1 Tidak bersahabat
Tepat janji 5 4 3 2 1 Lupa janji
Bersaudara 5 4 3 2 1 Memusuhi
Memberi pujian 5 4 3 2 1 Mencela
Mempercayai 5 4 3 2 1 Mendominasi

D. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen Pengumpulan data, yang harus digunakan
dalam berbagai penelitian diataranya :
a. Sosiometri, digunakan sebagai metoda pengumpulan
data mengenai preferensi atau pilihan individual dalam
suatu kelompok. Pertanyaan yang diajukan dapat berupa :
Siapakah yang anda sukai sebagai teman diskusi ?. Dengan
siapakah anda paling dapat bekerjasama ?. Setiap anggota
kelompok diminta memilih satu atau lebih diantara anggota
lain dalam kelompok yang bersangkutan. Data pilihan para
anggota kelompok disebut data sosiometri
b. Skala sikap model Likert
Skala sikap disusun untuk mengungkap sikap pro dan
kontra, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju terhadap
suatu objek sosial. Dalam skala sikap, objek sosial tersebut
berlaku sebagai objek sikap.
Suatu skala sikap biasanya terdiri atas 25 sampai 30
pernyataan sikap. Subyek memberi respon dengan lima
kategori kesetujuan :
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Antara setuju dan tidak
d. Setuju
e. Sangat setuju
c. Tes dan skala psikologi, digunakan untuk
mengungkap data mengenai atribut psikologis yang dapat
dikategorikan sebagai variabel kemampuan kognitif dan
variabel kepribadian ( afektif)
d. Kuesioner, merupakan suatu bentuk instrumen
pengumpulan data yang sangat fleksibel dan relatif mudah
digunakan
e. Observasi, merupakan suatu proses pengumpulan data
yang digunakan berkaitan dengan penelitian perilaku
manusia, proses kerja, gejala – gejala alam, dan bila
responden tidak besar.

E. METODE SURVEI

Metode penelitian survei menggunakan informasi yang


dikumpulkan dari responden dengan menggunakan
kuesioner. Umumnya penelitian survei dibatasi pada
penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas
populasi untuk mewakili seluruh populasi. Dengan demikian
penelitian survai adalah penelitian yang mengambil sampel
dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data yang pokok
Penelitian survei dapat digunakan untuk maksud :
a. Penjajagan ( Eksploratif)
b. Deskriptif
c. Explanatory ( Penjelasan)
d. Evaluasi
e. Prediksi / Meramal
f. Penelitian operasional
g. Pengembangan indikator – indikator sosial

Melakukan survei adalah mengajukan pertanyaan kepada


orang – orang / responden dan merekam jawabannya untuk
dianalisis. Untuk melihat lebih luas tentang hal ini,
dikemukakan perbandingan metode – metode survei sebagai
berikut :
Ket Wawancara Wawancara Survai
pribadi Telepon Surat
Uraian Orang – orang yang Orang – orang yang Kuesioner di poskan
dipilih untuk menjadi dipilih untuk menjadi kepada sampel untuk
bagian dari sampel bagian dari sampel diisi sendiri. Amplop
diwawancarai sendiri – diwawancarai melalui pengembalian
sendiri oleh seorang telepon oleh seorang berperangko umumnya
pewawancara terlatih pewawancara terlatih disertakan. Insentif
dapat digunakan untuk
meningkatkan tingkat
tanggapan

Keuntu -Kerjasama yang baik - Biayanya lebih - Memakan biaya yang


ngan dari responden rendah daripada paling rendah
- Pewawancara dapat wawancara pribadi -Memperluas cakupan
menjawab pertanyaan -Memperluas cakupan geografis tanpa
tentang survei, geografis tanpa meningkatkan biaya
menggali informasi, adanya peningkatan - Membutuhkan sedikit
menggunakan biaya yang tajam staf
pertanyaan tindak - Menggunakan - Dip[andang lebih
lanjut, dan pewawancara yang mampu merahasiakan
mengumpulkan lebih terlatih, tetapi jati diri responden-
informasi melalui jumlahnya lebih Memberikan
observasi sedikit kesempatan kepada
- Alat bantu visual - Menurunkan biaya responden untuk
khusus dan sarana pewawancara berpikir sebelum
penilaian dapat - Mempercepat waktu menjawab pertanyaan
digunakan pengisian kuesioner - Memberikan peluang
- Responden yang buta - Akses yang lebih untuk menghubungi
huruf dan buta secara baik ke responden responden yang tidak
fungsional dapat dicapai yang sulit dicapai dapat ditemui ( Mis.
- Pewawancara melalui kontak ulang CEO)
sebelumnya dapat - Dapat menggunakan
menyaring responden pemutaran digit acak
untuk meyakinkan yang terkomputerisasi
mereka aesuai dengan - CATI : Wawancara
profil populasi telepon yang dibantu
- CAPI : wawancara komputer jawaban
pribadi yang dibantu dapat langsung
komputer; jawaban disimpan ke dalam file
dapat dimasukkan komputer untuk
kedalam mikrokomputer menurunkan
portabel untuk kesalahan dan biaya
menurunkan kesalahan
dan biaya
Kerugia - Biaya tinggi - Tingkat - Tingkat
n - Membutuhkan tanggapan tanggapan yang
pewawancara lebih rendah rendah
yang sangat daripada - Tidak adanya
terlatih wawancara intervensi
- Periode yang pribadi pewawancara
lebih panjang - Biaya yang (untuk menggali
diperlukan untuk lebih tinggi jika informasi atau
mengumpulkan wawancara menjelaskan)
data langan dilakukan - Tidak dapat
- Bisa tersebar terhadap dibuat panjang /
dalam wilayah sampel yang Kompleks
geografis yang tersebar secara - Dibutuhkan
lebih luas geografis daftar
- Tindak lanjut - Lamanya pengiriman
adalah intensif wawancara surat yang
tenaga kerja harus dibatasi akurat
- Tidak semua - Banyak nomor - Acapkali
responden telepon yang responden yang
berada di tempat tidak terdaftar mengembalikan
atau dapat atau tidak kuesioner
ditemui bekerja, menggambarka
- Beberapa membuat buku n perbedaan
responden telepon tidak besar dari
enggan dapat populasi
berbicara dimanfaatkan (tanggapan
dengan orang - Beberapa yang tidak
asing dirumah kelompok benar)
mereka sasasaran tidak
- Beberapa memiliki
lingkungan susah telepon
dikunjungi - Ilustrasi tidak
- Pertanyaan bisa bisa digunakan
melenceng atau - Jawaban
responden menjadi kurang
dituntun oleh lengkap
pewawancara
Sumber : Metode Penelitian Bisnis Cooper & Emory ( 1996 : 308)

BAB VIII
ANALISIS DATA

A. STATISTIK DESKRIPTIF DAN INFERENSIAL

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan


untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi. Penelitian ini
dilakukan pada populasi ( tanpa diambil sampel) jelas akan
menggunakan statistik deskriptif dalam analisisnya. Tetapi
bila penelitian dilakukan pada sampel, maka analisisnya
dapat menggunakan statistik deskriptif maupun inferensial.
Statistik deskriptif dapat digunakan bila peneliti hanya ingin
mendeskripsikan data sampel, dan tidak ingin membuat
kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel
diambil. Tetapi bila peneliti ingin membuat kesimpulan yang
berlaku untuk populasi, maka teknik analisis yang digunakan
statistik inferensial.

Statistik
deskriptif

Macam Statistik Statistik


Utk analisis data Parametris

Statistik
Inferensial

Statistik
Non Parametris

Termasuk dalam statistik deskriptif antara lain penyajian


data melalui tabel, grafik, diagran lingkaran, pictogram,
perhitungan modus, median, mean ( pengukuran tendensi
sentral), perhitungan desil, persentil, perhitungan
penyebaran, data melalui perhitungan rata – rata dan
standar deviasi, perhitungan prosentase.
Dalam statistik ini juga dilakukan untuk mencari kuatnya
hubungan antara variabel melalui analisis korelasi,
melakukan prediksi dengan analisis regresi dan
membandingkan rata – rata data sampel atau populasi.
Hanya dalam analisis korelasi, melakukan prediksi dengan
analisis regresi dan membandingkan rata – rata data sampel
atau populasi, tidak perlu dilakukan uji signifikansi. Dengan
demikian dengan statistik deskriptif tidak ada uji signifikansi,
tidak ada taraf kesalahan, karena peneliti tidak bermaksud
membuat generalisasi, sehingga tidak ada kesalahan
generalisasi.
Statistik inferensial ( statistik induktif atau
probabilitas ) , yaitu teknik statistik yang digunakan untuk
menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk
populasi. Statistik ini akan cocok digunakan sampel diambil
dari populasi yang jelas, dan teknik pengambilan sampel
dari populasi itu dilakukan secara random. Suatu kesimpulan
dari data sampel yang akan diberlakukan untu populasi itu
mempunyai peluang kesalahan dan kebenaran
( kepercayaan) yang dinyatakan dalam prosentase. Apabila
peluang kesalahan 5% maka taraf kepercayaannya 95%.
Peluang kesalahan dan kepercayaan tersebut disebut
dengan taraf signifikansi.
Pengujian taraf signifikansi ini juga akan lebih praktis bila
didasarkan pada tabel sesuai teknik analisis. Misal Uji t akan
menggunakan tabel t, Uji f akan menggunakan tabel f.
Maka signifikansi adalah kemampuan untuk di
generalisasikan dengan kesalahan tertentu. Ada hubungan
signifikansi berarti perbedaan itu dapat digeneralisasikan.
Asignifikan berarti perbedaan itu dapat digeneralisasikan

B. STATISTIK PARAMETRIS DAN NON PARAMETRIS

Statistik parametris digunakan untuk menguji parameter


populasi melalui statistik, atau menguji ukuran populasi
melalui data sampel . Parameter populasi itu meliputi rata –
rata dengan notasi μ (mu), simpangan baku  (sigma), dan
varians 2 .
. Sedangkan statistiknya adalah rata – rata X
( X bar), simpangan baku s, dan varians s2.
Misal nilai pelajaran 1000 mahasiswa rata – rata 7,5 . Dari
1.000 Mahasiswa diambil sampel 50 orang, dan nilai rata –
rata 50 mahasiswa adalah 7,5. Hal ini menun jukkan tidak
ada perbedaan antara parameter ( data populasi) dan
statistiknya ( data sampel). Statistik non parametris menguji
distribusi.
Statistik parametris memerlukan banyak asumsi. Asumsi
utama adalah data yang akan dianalisis harus bersistribusi
normal. Selanjutnya dalam penggunaan salah satu test
mengharuskan data dua kelompok atau lebih , yang diuji
harus homogen, dalam regresi harus terpenuhi asumsi
linieritas.
Statistik non parametris tidak menuntut terpenuhi banyak
asumsi, misalnya data yang akan dianalisis tidak harus
berdistribusi normal.
Statistik parametris kebanyakan digunakan untuk
menganalisis data interval dan rasio. Statistik non
parametris kebanyakan digunakan untuk menganalisis data
nominal, dan ordinal.

C. JUDUL PENELITIAN, KONSEP DASAR PENGUJIAN


HIPOTESIS

Judul penelitian sering menjadi hal yang sering


dijadikan asumsi lebih mudah, padahal judul p[enelitian
haruys dirumuskan secara benar dan komprehensif. Apabila
judul penelitian tidak dapat mengembangkan varial –
variabel yang diteliti serta tiddadahi pemecahan
permasalahan yang diteliti. Maka penelitian akan
menghadapi kendala yang kompleks.
Memperhatikan teknis penyusunan desain penelitian
dan merumuskan permasalahan penelitian, maka teknis
membuat judul penelitian harus melihat kepada langkah –
langkah penelitian sebagai berikut :

Minat Gagasan Teori


? y X Y A B E F
Y ? A B
C D X Y
Konseptualisasi Pemilihan Metode Populasi dan Sampel
Penelitian
Tentukan konsep dan Kesimpulan akan
variabel yang diteliti Penelitian lapangan diambil dari kelopok
Content analysis mana ?
Analisa Data sekunder Siapa yang diobservasi
Eksperimen untuk itu ?
Operasionalisasi Penelitian evaluasi
Penelitian Survai
Bagaimana variabel
penelitian diukur

Observasi

Kumpulan Data untuk


analisa dan penafsiran

Pengolahan Data

Ubah data untuk


dianalisis

Analisa

Analisa data dan tarik


kesimpulan

Sumber : Masri Singarimbun ( 1989 : 15)

D. PENGUJIAN STATISTIK

Dalam pengujian statistik dilakukan terhadap penelitian


kuantitatif dirinci sebagai berikut :
Analisis Data

Dalam memecahkan masalah penelitian sesuai dengan


hipotesis yang diajukan, digunakan analisis korelasi, dan
analisis jalur.

1.Analisis Korelasi
Korelasi merupakan ukuran statistik untuk mengetahui
sejauhmana keeratan dua variabel. Besarnya keeratan
tersebut dinyatakan dalam suatu koefisien. Dalam analisis
korelasi tidak mengenal variabel bebas maupun variabel
tidak bebas. Salah satu ukuran korelasi tertua yaitu korelasi
Pearson atau dikenal juga sebagai korelasi product moment
.

Apabila antara dua buah variabel X dan Y yang masing-


masing mempunyai skala pengukuran sekurang-kurangnya
interval dan hubungannya merupakan hubungan linier, maka
keeratan hubungan antara kedua variabel itu disebut
dengan korelasi Pearson yang didefinisikan sebagai
berikut :

n n n
n∑ xi yi − ∑ xi ∑ yi
ryxi = i =1 i =1 i =1
2 2
n
  n n
 n 
n∑ xi −  ∑ xi  n∑ y −  ∑ yi 
2 2
i
i =1  i =1  i =1  i =1 
Arti Koefisien korelasi
Koefisien korelasi terletak antara –1 dan 1 atau -1≤ rXY≤ 1
rXY =1 menunjukkan hubungan linier positif sempurna antara
X dan Y, dalam arti makin besar harga X makin besar
pula harga Y dan sebaiknya.
rXY =-1menunjukkan hubungan linier negatif sempurna
antara X dan Y, dalam arti makin besar harga X makin
kecil pula harga Y atau makin kecil harga X makin besar
pula harga Y
rXY =0 menunjukkan menunjukkan tidak ada hubungan linier
antara X dan Y

Menguji Koefisien Korelasi


Data yang dikemukakan dalam suatu penelitian merupakan
data yang berasal dari sebuah sampel berukuran n, sebelum
mengambil kesimpulan mengenai koefisien korelasi
tersebut, terlebih dahulu keberartian koef.korelasi yang
telah dihitung, yaitu dengan hipotesis sebagai berikut :

Ho :ρ yxi = 0, tidak ada hubungan antara y dengan x


H1 :ρ yxi ≠ 0, ada kaitan hubungan y dengan x

Statistik uji :
r n −2
t=
(1 − r 2 )
Kriteria : tolak Ho jika nilai t lebih besar dari t tabel atau
t1/2α (n-2)
atau statistik tolak Ho jika nilai signifikansi lebih besar
dari nilai α .
(jika menggunakan Program)
Penafsiran koefisien korelasi
Setelah melakukan pengujian dan hasilnya signifikan, maka untuk
menentukan keeratan hubungan digunakan kriteria
Guilford(1956), yaitu:
1. ≥ 0.00 - < 0.20 : Hubungan yang sangat kecil dan bisa
diabaikan
2. ≥ 0.21 - < 0.40 : Hubungan yang kecil (tidak erat)
3. ≥ 0.41 - < 0.70 : Hubungan yang moderat
4. ≥ 0.71 - < 0.90 : Hubungan yang erat
5. ≥ 0.91 - < 1.00 : Hubungan yang sangat erat

2. Analisis Jalur (Path Analysis)

Pada dasarnya analisis jalur merupakan bentuk analisis


regresi linier terstruktur yang berkenaan dengan variabel-
variabel baku (standardized variables) dalam suatu sistem
tertutup yang secara formal bersifat lengkap Dengan
demikian analisis jalur dapat dipandang sebagai suatu
analisis struktural yang membahas hubungan kausal di
antara variabel-variabel dalam sistem tertutup.
Menghitung Koefisien Jalur
Untuk menentukan berapa besarnya pengaruh dari suatu
variabel terhadap variabel lainnya diperlukan persyaratan :

1. Hubungan antara variabel harus merupakan hubungan


linier dan aditif
2. Semua variabel residu tidak mempunyai korelasi satu
sama lain
3. Pola hubungan antara variabel adalah rekursif
4. Skala pengukuran baik pada variabel penyebab maupun
pada variabel akibat sekurang-kurangnya interval.
Apabila persyaratan ini dipenuhi, maka koefisien jalur bisa
dihitung dengan langkah kerja sebagai berikut :

1. Gambarkan diagram jalur untuk hubungan antara variabel


secara lengkap.Diagram jalur ini mencerminkan hipotesis
konseptual yang diajukan, sehingga tanmpak dengan
jelas yang mana sebagai variabel penyebab dan yang
mana sebagai variabel akibat.
2. Hitung besarnya pengaruh antara suatu variabel
penyebab dengan variabel akibat. Perhitungan ini
didasarkan pada substruktur antara k buah variabel
penyebab dengan sebuah variabel akibat.
3. Berdasarkan data yang ada hitung koefisien korelasi
sederhana dengan menggunakan rumus
n nn
n∑ i yx h − ∑ xi ∑ hyh
ry = x n n n n
i
= 1h = 1h = 1h
i = 1,2,…,k

{ ∑ xi − hn(∑ xi )h} ∑ yh −{(∑ yh) }n


2 2 2 2

= 1h = 1h = 1h = 1h
harga koefisien korelasi antar variabel dibuat dalam
sebuah matriks korelasi dengan bentuk sebagai berikut :

Y X1 X2 … Y

ryy ryx 1
ryx ... 2
ryx k
Y
rx x
1 1
rx x ...
1 2
rx x 1 k
X1

rx kxk
Xk

4. Hitung matriks invers korelasinya


Y X1 X2 … Xk

CR yy CR yx 1
CR yx ...2
CR yx k
Y
CR x x 1 1
CR x x ...
1 2
CR x x 1 k
X1

CR x kxk
Xk
5. Hitung koefisein jalur dengan rumus
k
p yx =∑ CR ij  r yx j i = 1,2,…k
i
j=1

pYxi merupakan koefisien jalur dari variabel XI terhadap


variabel Y

rYxi korelasi antara variabel Y dengan variabel XI

CRij unsur elemen pada baris ke-I dan kolom ke-j dari matriks
invers korelasi

6. Hitung pengaruh variabel lain yang tidak masuk ke dalam


model dengan menggunakan rumus
p yε = 1 − R 2yx x ... x
1 2 k

Pengujian Koefisien Jalur

Sebelum mengambil kesimpulan mengenai hubungan kausal


yang telah digambarkan dalam diagram jalur, terlebih
dahulu diuji keberartian untuk setiap koefisien jalur yang
telah dihitung. Untuk menguji koefisien jalur tersebut dapat
ditempuh melalui dua cara yaitu : secara keseluruhan
(overall) dan secara individual.

Pengujian Secara Keseluruhan


Hipotesis pada pengujian keseluruhan ini adalah :
Ho : pYx1 = pYx2 = pYY = …. = pYxk = o
H1 : Sekurang-kurangnya ada sebuah pYxi ≠ 0
Dengan statistik uji F pada Tabel ANOVA:
(n − k − 1)R2YX1X2 ...Xk
F=
k(1 − R2YX1X2 ...Xk )
Dengan derajat bebas v1 = k dan v2= n-k-1 tolak Ho jika F
hitung lebih besar dari Fα , v1,v2 atau bandingkan nilai
signifikansi (pada SPSS) dengan nilai α , jika sig.< α maka
Ho ditolak.

Pengujian Secara Individual


Apabila pada pengujian secara keseluruhan Ho ditolak
artinya sekurang kurangnya ada sebuah pYxi ≠ 0. Untuk
mengetahui pYxi yang mana sama dengan nol, atau untuk
menguji hipotesis konseptual yang diajukan maka dilakukan
pengujian secara individual.
Hipotesis statistik yang akan diuji :
a. Ho : pYxi = 0 melawan H1 : pYxi ≠ 0

b. Ho : pYxi ≤ 0 melawan H1 : pYxi >0

c. Ho : pYxi ≥ 0 melawan H1 : pYxi < 0

Rumus pengujian
pYX
ti = i

(1 − R2
YX 1 X 2 ... X 5 )CR ii i= 1,2…
n − k −1

statistik uji di atas mengikuti distribusi t dengan derajat

bebas n-k-1, tolak Ho jika t hitung lebih besar dari t(1-α ;- n-k-

1). atau bandingkan nilai signifikansi (pada SPSS) dengan

nilai α , jika sig.< α maka Ho ditolak.


E. PEMILIHAN METODE STATISTIK

Statistik adalah ilmu yang terdiri dari teori dan metode


yang merupakan cabang dari matematika terapan dan
membicarakan tentang bagaimana mengumpulkan data,
bagaimana meringkas data, mengolah dan menyajikan data,
bagaimana menarik kesimpulan dari hasil analisis,
bagaimana menentukan keputusan dalam batas – batas
resiko tertentu berdasarkan strategi yang ada .
Pemilihan metode statistik untuk berbagai hal diatas
dapat menggunakan rumus – rumus sebagai berikut :
1. Apabila antara dua buah variabel X dan Y yang masing-
masing mempunyai skala pengukuran sekurang-
kurangnya interval dan hubungannya merupakan
hubungan linier, maka keeratan hubungan antara kedua
variabel itu disebut dengan korelasi Pearson yang
didefinisikan sebagai berikut :

n n n
n∑ xi yi − ∑ xi ∑ yi
ryxi = i =1 i =1 i =1
2 2
n
 
n n
 n 
n∑ xi −  ∑ xi  n∑ yi2 −  ∑ yi 
2

i =1  i =1  i =1  i =1 

2. Menghitung koefisien korelasi sederhana dengan menggunakan


rumus
n nn
n∑ i yx h − ∑ xi ∑ hyh
ry = x n n n n
i
= 1h = 1h = 1h
i = 1,2,…,k

{ ∑ xi − hn(∑ xi )h} ∑ yh −{(∑ yh) }n


2 2 2 2

= 1h = 1h = 1h = 1h

3. Menghitung koefisein jalur dengan rumus


k
p yx = ∑CR ij ryx
i j
i = 1,2,…k
j=1

pYxi merupakan koefisien jalur dari variabel XI terhadap


variabel Y

rYxi korelasi antara variabel Y dengan variabel XI

CRij unsur elemen pada baris ke-I dan kolom ke-j dari matriks
invers korelasi

4. Menghitung pengaruh variabel lain yang tidak masuk ke


dalam model dengan menggunakan rumus
p yε = 1 − R 2yx x ... x
1 2 k
5. Pengujian Secara Keseluruhan

Hipotesis pada pengujian keseluruhan ini adalah :


Ho : pYx1 = pYx2 = pYY = …. = pYxk = o
H1 : Sekurang-kurangnya ada sebuah pYxi ≠ 0
Dengan statistik uji F pada Tabel ANOVA:
(n − k − 1)R2YX1X2 ...Xk
F=
k(1 − R2YX1X2 ...Xk )

Dengan derajat bebas v1 = k dan v2= n-k-1 tolak Ho jika F


hitung lebih besar dari Fα , v1,v2 atau bandingkan nilai
signifikansi (pada SPSS) dengan nilai α , jika sig.< α maka
Ho ditolak.

6. Pengujian Secara Individual


Apabila pada pengujian secara keseluruhan Ho ditolak
artinya sekurang kurangnya ada sebuah pYxi ≠ 0. Untuk
mengetahui pYxi yang mana sama dengan nol, atau untuk
menguji hipotesis konseptual yang diajukan maka
dilakukan pengujian secara individual.
Hipotesis statistik yang akan diuji :
d. Ho : pYxi = 0 melawan H1 : pYxi ≠ 0

e. Ho : pYxi ≤ 0 melawan H1 : pYxi >0

f. Ho : pYxi ≥ 0 melawan H1 : pYxi < 0


Rumus pengujian
pYX
ti = i

(1 − R 2
YX 1 X 2 ... X 5 )CR ii i= 1,2…
n − k −1

statistik uji di atas mengikuti distribusi t dengan derajat

bebas n-k-1, tolak Ho jika t hitung lebih besar dari t(1-α ;- n-k-

1). atau bandingkan nilai signifikansi (pada SPSS) dengan

nilai α , jika sig.< α maka Ho ditolak.

7. Rumus yang digunakan untuk pengukuran konstruct


yaitu :
a.Korelasi Spearman digunakan apabila pengukuran

instrumen menggunakan skala ordinal. Langkah-

langkahnya sebagai berikut :

• Menentukan hipotesis statistik

Ho : Butir I dalam kuesioner tidak valid

Hi : Butir I dalam kuesioner valid

• Penggunaan rumus Spearman

6Σdi 2
rs = ………………….. jika tidak ada data
n( n 2 − 1)

kembar

ΣΧ2 + Y2 Σ + Σdi 2
rs = …… jika ada data kembar
2 ΣX 2 ΣY 2
(X dan Y merupakan variabel hasil pengamatan dari d i
=R (X 1 -R(Y 1 )

b. Rumus Korelasi Pearson untuk menguji validitas :

Korelasi Pearson digunakan apabila tingkat pengukuran


mempunyai skala interval. Langkah-langkahnya sebagai
berikut :
• Menetapkan hipotesis statistik
Ho : Dimana butir ke-I dalam kuesioner tidak valid

H1 : Dimana butir ke-I dalam kuesioner valid

• Penggunaan rumus korelasi Pearson


nΣ ΧΥ − (Σ Χ) (Σ Υ)
rxy =
nΣ − (Σ Χ) )
2 2
(Σ Υ) 2 )

Keterangan :

n : Ukuran sample

X dan Y: Variabel penelitian

• Criteria uji menolak Ho pada taraf uji ∝ jika t ∝.n.2


< t hitung artinya butir pernyataan dalam kuesioner
valid.

Guna melengkapi penjelasan yang diuraikan diatas ,

dikemukakan tabel Penggunaan Statistik Parametris dan

Non Para metris untuk menguji hipotesis sebagai berikut :


Bentuk Hipotesis
Macam Deskriptif Komparatif Komparatif Asosiatif
Data ( Satu ( Dua sampe) ( lebih dari dua (hubungan)
Variabel) sampel)
Related independe Related independe
n n
Nominal Fisher X2 for k X2 for k Contingency
Binominal Mc. Exact sample sample Contingency
X2 One Nemar Probability C
Sample X2 two Cochran
sample Q

Ordinal Run Test Sign Test Median Friedman Median Spearman


Wilcoxon test Two Way extention Rank
Matched Mann – Anova Correlation
pairs Whitney U Kruskal – Kendall Tau
test Walls one
Kolmogoro Way
v anova
Smirnov
Wald -
Woldfowitz
Interval t Test t test of t test One Way One Way Perason
Rasio related independe anova anova Product
nt Two Way Two Way Moment
Anova Anova Partial
Correlatin
Multiple
Correlation
BAB IX
PENULISAN ILMIAH

A. KODE ETIK PENULISAN ILMIAH

Dalam penulisan karya ilmiah tentunya terdapat


berbagai kode etik, yaitu sebagai berikut :
1. Penulisan karya ilmiah harus menggunakan teknik
penyusunan karya ilmiah
2. Dalam penulisan dilarang melakukan penjiplakan karya

penelitian orang lain tanpa seijin yang bersangkutan


3. Dalam pencuplikan teori atau pendapat harus
menuliskan sumbernya
4. Dalam pencuplikan data, sumber informasi dan
dokumentasi harus mencantumkan penulis atau pemilik
sumber

B. TATA CARA PENULISAN LAPORAN PRAKTEK KERJA

1. Mengajukan rencana
judul Laboran dan Dosen Pembimbing lepada Lembaga
paling lambat 2 (dua) minggu estela melaksanakan
waktu PKL yang ditetapkan
2. Melaksanakan PKL
minimal 1 (satu) bulan dan selama – lamnya 3 (tiga)
bulan di tempat PKL sesuai dengan waktu yang
ditentukan
3. Draft laboran
dikonsultasikan dengan Dosen Pembimbing
4. Laporan setelah
disetujui wajib dilakukan ujian sidang sesuai dengan
batas waktu ujian sidang yang ditetapkan lembaga

C. TATA CARA PENULISAN PROPOSAL TUGAS AKHIR

Menyusun Proposal Penelitian

Kegiatan penelitian selalu diawali dari penyusunan


proposal atau rencana penelitian. Ada beberapa langkah
yang harus ditempuh dalam merumuskan proposal
penelitian, yaitu :
1. Latar Belakang Masalah
2. Identifikasi masalah
3. Pembatasan masalah
4. Perumusan masalah
5. Tujuan Penelitian
6. Menyusun kerangka Teori
7 Menentukan jadwal penelitian
D. TATA CARA PENULISAN LAPORAN TUGAS AKHIR
1. Mahasiswa telah menyelesaikan kewajiban administratif
2. Mahasiswa mengajukan usulan rencana judul dan
pembimbing ke bidang akademik sesuai dengan waktu
yang ditentukan
3. Mahasiswa mendapat persetujuan rencana judul dan
pembimbing dari lembaga
4. Mahasiswa mengikuti proses bimbingan baik rencana
konsep penulisan, teknik penulisan dan perjanjian waktu
bimbingan dengan dosen pembimbing yang ditunjuk
minimal 5 kali bimbingan
5. Mahasiswa mendapat persetujuan dari dosen pembimbing
bahwa laboran yang dibuat telah dianggap layak untuk
diujikan
6. Mahasiswa menempuh Ujian Sidang sesuai dengan waktu
yang ditentukan
7. Mahasiswa yang dinyatakan tidak lupus dalam ujian
sidang wajib mengikuti ujian sidang perbaikan
8. Mahasiswa yang dinyatakan lupus dengan perbaikan
dalam ujian sidang diwajibkan melakukan perbaikan
dengan Dosen pembimbing sesuai dengan lembar catatn
perbaikan yang disarankan oleh tim penguji
9. Mahasiswa yang dinyatakan lupus tanpa perbaikan dalam
ujian sidang disarankan agar laboran segera di hardcover
dan diserahkan lepada lembaga. Untuk laboran semestre
menyerahkan sebanyak 1 buah dan laboran akhir
sebanyak 2 buah
10. Jangka waktu penyerahan laboran yang sudah diujikan /
perbaikan hádala selama 30 hari terhitung Sejas
pelaksanaan ujian sidang.
Skematik prosedur penulisan laboran :

Mulai

ya
Menyelesaikan Mengajukan usulan
ketentuan Lengkap rencana judul &
administratif pembimbingan

tidak

tidak

Persetujuan rencana
Proses pembimbingan yajudul & pembimbing
dengan Dosen
Pembimbing

Persetujuan Sidang
Penyusunan Laporan dari pembimbing
ya

tidak
Selesai
Perbaikan & ya
penyerahan hasil Persetujuan Ujian Sidang
laporan

tidak

E. MENYUSUN LAPORAN PENELITIAN

Laporan penelitian , panjang, dan pendek, mempunyai


sekelompok komponen yang dapat dikenali, guna melihat
lebih luas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Laporan Singkat Laporan Panjang
Modul Laporan Memo / Teknis Manajem Teknis
surat pendek en
Informasi pembukaan
(prefatory) 1
Surat Trasmisi v 1 1
Halaman judul V V V
Surat otorisasi V V v
Ringkasan Eksekutif V V
Daftar isi 1 2 2 2
Pendahuluan V v V V
Pernyataan masalah V V V v
Tujuan Penelitian V v V V
Latar Belakang v V V V
Metodologi v V 3
Singkat singkat
Penarikan Sampel V
Rancangan Penelitian V
Pengumpulan Data V
Analisa Data V
Batasan V V v
Temuan 3 4 4
Kesimpulan 2 4 3 5
Ringkasan dan V V V V
Kesimpulan
Saran –saran v V V V
Lampiran 5 5 6
Daftar Pustaka 7
Sumber Cooper & Emory (1999 : 184)

F. FORMAT LAPORAN

Pada umumnya format laporan disesuaikan dengan


ketentuan yang lazim digunakan serta disesuaikan dengan
Pedoman Penulisan laporan Tugas Akhir dan skripsi yang
diperinci sebagai berikut : (Judul ; Contoh saja)

I. LAPORAN SEMESTER ( KHUSUS PROGRAM D III / D


IV)
A. Bagian Awal :
1. Cover Depan
2. Cover Dalam
3. Lembar Pengesahan
4. Lembar Persetujuan
5. Lembar Tim Penguji
6. Lembar Pernyataan Penulis
7. Lembar Motto ( Jika Ada)
8. Kata pengantar
9. Daftar Tabel
10. Daftar Isi
11. Daftar Gambar
12. Daftar Lampiran
B. Bagian Isi
BAB. I Pendahuluan
I.1 Latar Belakang Penulisan
I.2. Pokok Permasalahan
I.3. Pertanyaan Penelitian
I.4. Tujuan dan Manfaat Laporan
I.5. Kajian Ilmiah
BAB II. Konsep dan Implementasi
2.1. Sejarah Singkat Perusahaan/ institusi/Dinas
2.2. Visi dan Misi
2.3. Tugas Pokok dan Fungsi
2.4. Struktur Organisasi
2.5. Hasil Praktek Kerja Lapangan
a. Sistem Pelayanan Pelanggan

b. Hubungan antara Pelayanan Dengan Kepuasan


Pelanggan
c. Permasalahan Dalam Sistem Informasi Pelayanan
Pelanggan
d. Upaya Pemecahan masalah dalam sistem pelayanan
pelanggan

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
c. Bagian Akhir :
- Daftar pustaka
- Lampiran
- Riwayat Hidup Penulis

II. TUGAS AKHIR KHUSUS PROGRAM D III


A. BAGIAN AWAL
1. Copver Depan
2. Cover Dalam
3. Lembar Pengesahan
4. Lembar Persetujuan
5. Lembar Tim Penguji
6. Lembar Pernyataan Penulis
7. Lembar Motto ( Jika Ada)
8. Kata pengantar
9. Abstrak Bahasa Indonesia
10. Abstrak Bahasa Inggris
11. Daftar Tabel
12. Daftar Isi
13. Daftar Gambar
14. Daftar Lampiran
B. BAGIAN ISI
BAB. I Pendahuluan
I.1 Latar Belakang Penelitian
I.2. Pokok Permasalahan
I.3. Pertanyaan Penelitian
I.4. Tujuan Penelitian
I.5. Kegunaan Penelitian
BAB II. Kerangka Pemikiran Dan Metodologi Penelitian
2.1. Kajian Ilmiah
A. Pengertian Konsep dan Implementasi
B. Pengertian dan Ruang Lingkup Sistem
C. Data dan Informasi
D. Pelayanan
E. Sistem Informasi
F. Sistem Informasi Pelayanan
G. Pelanggan
H. Pelayanan Pelanggan

2.2. Metodologi Penelitian dan Teknik Pengumpulan


Data
A. Metodologi Penelitian
B. Definisi Operasional
C. Populasi Dan Sampel Penelitian
D. Teknik Pengumpulan Data

• BAB III. KONSEP DAN IMPLEMENTASI SISTEM


INFORMASI PELAYANAN PELANGGAN

3.1. Sejarah Singkat


3.2. Visi dan Misi
3.3. Tugas Pokok dan Fungsi
3.4. Struktur Organisasi
3.5. Sistem Pelayanan Pelanggan
3.6. Hubungan anatara Pelayanan Dengan
Kepuasan Pelanggan
3.7. Permasalahan Dalam Sistem Informasi
Pelayanan Pelanggan
3.8. Upaya Pemecahan masalah dalam sistem
pelayanan pelanggan

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
4.2. Saran

4. BAGIAN AKHIR
- Daftar pustaka
- Lampiran
- Riwayat Hidup Penulis

III. SKRIPSI KHUSUS PROGRAM D IV


A. BAGIAN AWAL
1. Copver Depan
2. Cover Dalam
3. Lembar Pengesahan
4. Lembar Persetujuan
5. Lembar Tim Penguji
6. Lembar Pernyataan Penulis
7. Lembar Motto ( Jika Ada)
8. Kata pengantar
9. Abstrak Bahasa Indonesia
10. Abstrak Bahasa Inggris
11. Daftar Tabel
12. Daftar Isi
13. Daftar Gambar
14. Daftar Lampiran

B. BAGIAN ISI
BAB. I Pendahuluan
I.1 Latar Belakang Penelitian
I.2. Pokok Permasalahan
I.3. Pertanyaan Penelitian
I.4. Tujuan Penelitian
I.5. Kegunaan Penelitian
BAB II. Landasan Teori, Kerangka Pemikiran Dan
Hipotesis
2.1. Landasan Teori

A. Pengertian Konsep dan Implementasi


B. Pengertian dan Ruang Lingkup Sistem
C. Data dan Informasi
D. Pelayanan
E. Sistem Informasi
F. Sistem Informasi Pelayanan
G. Pelanggan
H. Sistem Informasi Pelayanan Pelanggan
2.2. Kerangka Pemikiran
2.3. Hipotesis
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
3.2. Definisi Operasional Variabel
A. Sistem Informasi Yang Cepat dan Modern
B. Komunikasi yang Efektif
C. Pelayanan yang simpatik kepada pelanggan
D. .........................
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
3.4. Teknik Pengumpulan Data
3.5. Uji Hipotesis

BAB IV. KONSEP DAN IMPLEMENTASI SISTEM


INFORMASI PELAYANAN PELANGGAN

4.1. Sejarah Singkat


4.2. Visi dan Misi
4.3. Tugas Pokok dan Fungsi
4.4. Struktur Organisasi
4.5. Sistem Pelayanan Pelanggan
4.6. Hubungan anatara Pelayanan Dengan
Kepuasan Pelanggan
4.7. Permasalahan Dalam Sistem Informasi
Pelayanan Pelanggan
4.8. Upaya Pemecahan masalah dalam sistem
pelayanan pelanggan
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
5.2. Saran

C. BAGIAN AKHIR
- Daftar pustaka
- Lampiran
- Riwayat Hidup Penulis

Berikut ini, guna menambah wawasan disampaikan


beberapa contoh mengenai proposal penelitian sebagai
berikut :

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RENCANA UMUM TATA


RUANG WILAYAH (RUTRW) TERHADAP KUALITAS
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN
( STUDI KASUS KOTA SAMARINDA)

SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Sebagian dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kebijakan Publik
DISUSUN OLEH :
.BAMBANG SUDARYANA.
NIM : 019817

FAKULTAS ILMU SOSIAL POLITIK


KONSENTRASI KEBIJAKAN PUBLIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA
1999
Lembaran Persetujuan Proposal Penelitian

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PANITIA UJIAN


SARJANA DAN PASCASARJANA

Ketua

Prof. Dr. ARIFIN LEO


Sekretaris

Prof. Dr. SAROSA HAMONGPRANOTO SH

Anggota

DRS. SUDJAYA, MA.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 22 Tahun

1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No.

25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah merupakan faktor

penyebab terjadinya perubahan sosial, ekonomi, budaya dan

politik yang meluas di daerah. Daerah otonom akan diberi


kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab,

disertai dengan pemberian sumber-sumber keuangan yang

cukup signifikan, seimbang dengan kewenangannya.

Berdasarkan ketentuan tersebut serta berbagai

peraturan pelaksanaan lainnya, akan terjadi konsentrasi

pengambilan keputusan dan perputaran uang yang lebih

besar didaerah otonom, terutama daerah Kabupaten/Kota.

Dengan bertambahnya jumlah uang yang beredar

diharapkan akan mempercepat proses pembangunan dan

pemerataan hasilnya di daerah, tentunya apabila

masyarakat setempat dapat memanfaatkan peluang

tersebut, dan apabila tidak, maka orang lain yang akan

memanfaatkan peluang tersebut.

Perubahan sebagaimana dikemukakan di atas juga

akan menimbulkan berbagai konsekuensi, termasuk

kemungkinan terjadinya cultural shock bagi masyarakat dan

pemerintah daerah, berupa kegamangan, rasa tidak percaya

diri atau perasaan ego kedaerahan yang berlebihan. Kunci

utamanya terletak pada sumber daya manusia yang dapat

mengubah berbagai kelemahan menjadi kekuatan serta

mengubah tantangan menjadi peluang, serta kebijakan-


kebijakan pembangunan sesuai dengan Rencana Strategis

yang berfokus kepada peningkatan kesejahteraan rakyat.

Rencana strategis sebagai pedoman pelaksanaan

pencapaian visi kota/kabupaten melalui misi, kebijakan,

program , dan kegiatan, harus secara konsisten

dilaksanakan, walau bagaimanapun kebijakan inilah yang

akan dipertanggungjawabkan oleh pemerintah daerah

kepada rakyatnya. Kegagalan pelaksanaan pembangunan,

bukanlah merupakan kesalahan pelaksana di lapangan saja (

Operating Core), tetapi juga semua stakeholder

pembangunan .

Dalam pembangunan infrastruktur perkotaan,

seringkali menimbulkan dampak penting berupa perubahan

tata lingkungan maupun kondisi sosial. Demikian juga

kendala yang dialami pada saat pra konstruksi maupun

pasca konstruksi pembangunan infra struktur. Kendala-

kendala tersebut muncul sebagai akibat tidak disiplinnya

perencana dan pelaksana pembangunan terhadap kebijakan

tata ruang yang sudah merupakan acuan awal dalam

pelaksanaan pembangunan infrastruktur.


Berdasarakan kenyataan pada saat ini menunjukan,

bahwa pada umumnya kualitas pembangunan infrastruktur

di daerah otonom belumlah terlalu menjanjikan. Hal ini

disebabkan oleh kebijakan politik pembangunan yang

selama ini tidak optimal memihak kepada kebutuhan utilitas

perkotaan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

tetapi hanya berorientasi pada pembangunan fisik semata,

yang konkrit dan mudah diukur. Hal tersebut terlihat jelas

pada dampak lingkungan di wilayah perkotaan antara lain

banjir setiap musim hujan yang tidak pernah terselesaikan,

penggunaan lahan tidak sesuai dengan peruntukannya,

kemacetan lalu lintas sebagai akibat kawasan pembangunan

campur aduk antara pendidikan, pertokoan, tempat hiburan,

dan pemukiman menjadi satu.

Berkaitan dengan hal tersebut, aparatur pemerintah

daerah hendaknya tidak harus selalu melaksanakannya

sendiri, tetapi lebih banyak bersifat mengarahkan (steering

rather than rowing), atau memilih kombinasi yang optimal

antara melaksanakan atau mengarahkan. Segala sesuatu

yang sudah dapat dilaksanakan oleh masyarakat secara


mandiri/swadaya hendaknya tidak perlu lagi dilaksanakan

oleh pemerintah, tetapi pemerintah cukup melakukan upaya

pemberdayaan (empowering) guna mencapai kualitas

pelayanan yang memuaskan masyarakat. Artinya keputusan

atas pilihan tersebut harus dilandasi oleh suatu kepentingan

yang lebih besar yaitu kepentingan dan kualitas pelayanan

yang memuaskan masyarakat.

Dengan diberlakukannya ketentuan-ketentuan dalam

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, maka akan terjadi

pergeseran pusat-pusat kewenangan dalam

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dari

pusat ke daerah. Hakekatnya kebijakan desentralisasi

tersebut adalah pemerintah berusaha mendekatkan diri

dengan yang diperintah (rakyat). Dengan berdekatan

tersebut diharapkan pemerintah mampu

mengenali/mengetahui dengan baik tentang apa yang

menjadi permasalahan dan kebutuhan, serta aspirasi

masyarakat yang dilayaninya. Maka sebagai konsekuensi

logis dengan meningkatnya kewenangan daerah tersebut,

tentunya harus diikuti dengan meningkatnya akuntabilitas


kinerja instansi pemerintah daerah dalam penyelenggaraan

pemerintahan di daerah.

Paradigma penyelenggaraan pemerintahan,

pembangunan, dan layanan masyarakat telah mengalami

pergeseran pula dari rule government menjadi good

governance. Penyelenggaraan pemerintahan,

pembangunan, dan pelayanan publik, berdasarkan

paradigma ini tidak hanya berdasarkan pada peraturan saja

(rule) atau pemerintah (Government), tetapi juga perlu

melibatkan domain yang lain yaitu sektor swasta (Private

Sector) dan masyarakat (Civil Society).

Menghadapi dinamika tersebut, dibutuhkan suatu

pendekatan strategi besar dalam Adminsitrasi publik, yaitu

pendekatan yang mencerminkan lompatan peningkatan

kualitas dan kekenyalan (Tamin, 2004:17). Aspek tersebut

sangat penting dan harus terus menerus, disertai organisasi

pemerintah yang solid dan berkinerja tinggi memang

imperatif. Secara konseptual, kualitas tinggi, dan kekenyalan

terus menerus dalam mengurus organisasi dan tata

kerja pemerintahan yang baik terkait dengan sikap


profesionalisme dan responsivitas aparatur terhadap

kebutuhan dan harapan masyarakat yang dipengaruhi

perkembangan (tantangan dan peluang) lingkungan

strategis nasional, regional, dan global. Maka dengan

demikian aparatur pemerintah daerah harus senantiasa

membangun kompetensi dirinya, aparatur pemerintah juga

harus mau dan mampu mengubah posisi dan peran mereka

dalam memberikan pelayanan publik. Selain itu mereka juga

dituntut untuk profesional dalam menjalankan tugas pokok,

fungsi, kewenangan, dan tanggung jawabnya yang telah

diamanatkan oleh rakyat kepadanya. Profesionalisme lebih

diarahkan kepada sikap dan perilaku para aparatur

pemerintah daerah yang mampu bertanggung jawab dan

mempertanggung jawabkan segala sikap, perilaku, tindakan,

dan kebijakan yang dilakukannya kepada masyarakat. Maka

dari itu mereka harus memiliki kompetensi, bersikap

demokratis, responsif, dan adaptif dalam melaksanakan

semua tugas pokok dan fungsinya.

Schermerhorn, Hunt, Osborne (1991:104)

mengemukakan bahwa kinerja merupakan hasil daripada


atribut seseorang, upaya kerja, dan dukungan organisasi

yang ia peroleh. Artinya setiap faktor harus dioptimalkan

untuk setiap pegawai dalam suatu tatanan kerja, jikalau

tingkat pencapaian harus direalisasikan. Maka setiap

pimpinan/manajer harus mengerti bagaimana ketiga faktor

tersebut berfungsi, baik sendiri - sendiri maupun dalam

kombinasi dalam mempengaruhi hasil. Untuk mencapai

kinerja pegawai yang tinggi atribut individu merupakan

suatu hal yang harus menjadi perhatian. Sebab siapa saja

yang memiliki atribut individu harus memiliki kemampuan,

ketrampilan, dan intelektual yang prima, serta yang

bersangkutan harus mengembangkan upaya kerja yang

memadai. Tamin (2004:20) mengemukakan beberapa

indikator kinerja yang dikenal dengan good governance yaitu

sebagai alat ukur yang sering disampaikan meliputi tingkat

akuntabilitas publik, transparansi, efisiensi, dan efektivitas,

rule of law, partisipasi, ekonomi pasar.

Harapan dan keinginan masyarakat terhadap kualitas

kinerja aparatur pemerintah yang baik merupakan suatu

kewajaran, sebab fungsi aparatur adalah sebagai public


service. Tetapi hal ini seringkali dirasakan oleh aparatur

pemerintah tidak rasional, karena euphoria masa lalu

aparatur pemerintah beranggapan bahwa dirinya sebagai

penguasa yang harus dilayani, dengan adanya reformasi

masyarakat pengguna jasa, justru masyarakat menghendaki

ingin menjadi raja dan harus dilayani dengan sebaik-baiknya

dari aparatur pemerintah. Masyarakat merasa bukan lagi

sebagai objek pelayanan yang dapat dijadikan sapi perahan

oleh aparat pemerintah, dan masyarakat berharap menjadi

subjek pelayanan yang ikut menentukan bentuk dan jenis

pelayanan serta harus diperlakukan secara manusiawi.

Berdasarkan hal-hal tersebut, serta mengingat sangat

pentingnya tahap implementasi kebijakan Rencana Tata

Ruang Wilayah sebagai bagian dari siklus kebijakan secara

keseluruhan, khususnya dalam upaya pengembangan dan

pembangunan infrastruktur, mendorong penulis untuk

mengkajinya lebih jauh melalui penelitian, dan

menuangkannya dalam penelitian yang berjudul : Pengaruh

Implementasi Kebijakan Rencana Umum Tata Ruang


Wilayah terhadap Kualitas Pembangunan Infra

struktur di Perkotaan.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Kebijakan pemerintah untuk membangun infrastruktur

yang sesuai dengan peruntukannya dalam Rencana Tata

Ruang Wilayah, khususnya memasuki era kompetisi global

saat ini tidak dapat ditunda - tunda lagi. Aparatur

pemerintah daerah yang berkualitas kinerjanya akan

menjadi salah satu determinan utama bagi pelaksanaan

pelayanan publik yang berkualitas, yang pada giliran

berikutnya akan berkontribusi positif terhadap kualitas

kehidupan bangsa secara keseluruhan.

Menghadapi dinamika masyarakat tersebut, aparatur

pemerintah daerah dituntut profesional dan senantiasa

meningkatkan kinerjanya dalam menjalankan tugas pokok,

fungsi, kewenangan, dan tanggung jawab yang diamanatkan

oleh rakyat kepadanya. Profesionalisme ini lebih diarahkan

kepada sikap dan perilaku para aparatur pemerintah daerah


yang benar-benar mau dan mampu bertanggung jawab

(responsible) dan mempertanggungjawabkan (accountable)

segala sikap, perilaku, tindakan, dan kebijakan yang telah

dan sedang dilakukan kepada masyarakat secara

transparan. Meraka harus memiliki kompetensi, bersikap

demokratis, responsif, dan adaptif dalam melaksanakan

kewajibannya. Terutama dalam menyikapi perubahan

lingkungan, tuntutan, aspirasi, dan kepentingan yang

senantiasa mengalami pertumbuhan dan perkembangan di

masyarakat.

Pemerintah Daerah sebagai salah satu unsur

pelaksana dalam turut mengimplementasikan kebijakan

pemerintah dalam membangun infrastruktur, pasti

dihadapkan pada berbagai kendala. Kendala-kendala

tersebut bervariasi, termasuk tentang kelembagaan,

kewenangan sumber daya, peraturan dan komunikasi.

Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa implementasi

kebijakan pemerintah tentang Rencana Umum Tata Ruang

Wilayah belum sepenuhnya meningkatkan kualitas


kebutuhan akan infrastruktur yang konsisten dan berkualitas

sesuai dengan yang diharapkan.

Bahwa banyak faktor yang diasumsikan berpengaruh

terhadap kualitas pembangunan infrastruktur di daerah

diantaranya adalah faktor :

• Kebijakan Proses pengadaan barang dan jasa

pemerintah ( Keppres 80 Tahun 2003

• Kebijakan Rencana Detail Tata Ruang Daerah

• Kebijakan yang meliputi tujuan, filosofi, dan nilai dari

pelayanan jasa yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat dan diterima oleh masyarakat

• Komitmen yang jelas terhadap kualitas yang dipahami

dan dianut oleh pegawai

• Latar belakang pendidikan aparatur pemerintah daerah

• Prosedur pelatihan dan pengembangan staf yang

berkaitan dengan penjaminan dan pengendalian

kualitas

• Diklat profesional bagi aparatur pemerintah daerah

yang dilaksanakan oleh organisasi profesi


• Pendidikan formal yang diasumsikan sebagai sumber

dari pengetahuan dan ketrampilan

• Benchmarking ke lembaga/badan/institusi yang sudah

mampu melaksanakan pembangunan infrastruktur

sesuai dengan RTRW

• Diklat Teknis di Luar negeri melalui kerjasama antar

Kota (Sister City)

• Pemberian fasilitas bea siswa untuk mengikuti

pendidikan di dalam dan luar negeri sesuai tuntutan

tugasnya.

• Pemberian reward berupa promosi atau tunjangan

pendidikan bagi aparatur yang berprestasi.

• Penyelenggaraan diklat yang berkualitas dan sesuai

kebutuhan peningkatan kualitas kinerja aparatur serta

sesuai dengan visi dan misi penyelenggaraan

pemerintahan yang bersih.

Berdasarkan uraian tersebut, maka ruang lingkup

masalah penelitian oleh peneliti dibatasi hanya mencakup

permasalahan : Kebijakan, Rencana Umum Tata Ruang

Wilayah, Manajemen Proyek, Manajemen pembangunan


Infrastruktur serta Kualitas Pembangunan Infrastruktur.

Kaitan antar variabel tersebut dapat digambarkan secara

visual, seperti yang yang tertera dalam gambar berikut ini:

X 3

X 1
ε6
Y
X 2
Ga

mbar I.1

X 4
Kaitan Antar Variabel Penelitian

Keterangan :

X1 : Variabel Independen Kebijakan

X2 : Variabel Independen Rencana Umum Tata Ruang Wilayah

X3 : Variabel Independen Manajemen Proyek

X4 : Variabel Independen Pembangunan Infrastruktur

Y : Variabel Dependen Kualitas Pembangunan Infrastruktur

€ : Variabel residual

2. Perumusan Masalah
Bertolak dari pembatasan masalah, selanjutnya

dikemukakan pernyataan masalah penelitian secara umum

yaitu Seberapa besar pengaruh variabel Kebijakan (X1),

Rencana Umum Tata Ruang Wilayah (X2), Manajemen Proyek

(X3), dan Manajemen Pembangunan Infrastruktur (X4)

terhadap Kualitas Pembangunan Infrastruktur Perkotaan (Y),

baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama.

Berdasarkan pernyataan masalah tersebut, maka fokus

masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut :

• Seberapa besar pengaruh Kebijakan dan Rencana

Umum Tata Ruang Wilayah terhadap Manajemen

Pembangunan Infrastruktur?.

• Seberapa Besar pengaruh Kebijakan dan Manajemen

Proyek terhadap Manajemen Pembangunan

Infrastruktur?.

• Seberapa besar pengaruh Kebijakan dan Manajemen

Proyek terhadap Kualitas Pembangunan Infrastruktur

perkotaan?.
• Seberapa besar pengaruh Kebijakan dan Manajemen

Pembangunan Infrastruktur terhadap Kualitas

Pembangunan Infrastruktur perkotaan ?

• Seberapa besar pengaruh bersama kebijakan, Rencana

Umum Tata Ruang Wilayah, Manajemen Proyek,

Manajemen Pembangunan Infrastruktur terhadap

Kualitas Pembangunan Infrastruktur Perkotaan ?.

3. Maksud Dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini bermaksud untuk mendeskripsikan,

mengkaji dan menganalisis proses pelaksanaan Kebijakan,

Rencana Umum Tata Ruang Wilayah, Manajemen Proyek,

Manajemen pembangunan Infrastruktur serta Kualitas

Pembangunan Infrastruktur beserta aspek-aspek yang

terkait di dalamnya, sebagai bagian dari implementasi

kebijakan pembnangunan di perkotaan

Adapun tujuannya adalah mempelajari, mengkaji dan

menganalisis tentang pengaruh antara kebijakan, Rencana

Umum Tata Ruang Wilayah, Manajemen Proyek, Manajemen

pembangunan Infrastruktur serta Kualitas Pembangunan


Infrastruktur. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

c. Untuk mendapatkan gambaran empiris tentang variabel

Kebijakan, Rencana Umum Tata Ruang Wilayah,

Manajemen Proyek, Manajemen pembangunan

Infrastruktur serta Kualitas Pembangunan Infrastruktur

d. Untuk mengidentifikasi alternatif- alternatif pengaruh

Kebijakan, Rencana Umum Tata Ruang Wilayah,

Manajemen Proyek, Manajemen pembangunan

Infrastruktur terhadap Kualitas Pembangunan

Infrastruktur

4. Manfaat Penelitian

Dalam studi kebijakan pemerintah, upaya dalam

memahami wujud nyata proses implementasi kebijakan

merupakan sesuatu yang sangat penting. Dalam kaitan ini

bagaimana kebijakan pemerintah dalam membangun

infrastruktur perkotaan, dalam hal ini aparatur pemerintah

daerah diwujud nyatakan pada level yang paling

operasional, yaitu oleh Pemerintah Kota Samarinda, Badan

Perencanaan dan Dinas Kimpraswil.


Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai

berikut :

c. Secara akademis yaitu bahwa penelitian ini akan

memberikan kontribusi positif bagi pengembangan teori

atau studi kebijakan pendidikan dan latihan aparatur,

sebagai bagian dari kebijakan pemerintah (public policy)

serta sebagai bagian dari studi administrasi

pemerintahan. Secara lebih khusus diharapkan menjadi

bagian penting dari pengembangan teori implementasi

kebijakan publik, sebagai bagian dari studi kebijakan

publik yang akhir-akhir ini mengemuka untuk dikaji lebih

mendalam;

d. Secara praktis-institusional, yaitu bahwa penelitian

ini hasilnya dapat bermanfaat bagi Pemerintah Daerah

dan Badan Perencanaan Daerah, dan Dinas Kimpraswil

sebagai bagian dari implementing agent dari kebijakan

pemerintah untuk membangun infrastruktur Perkotaan.

Secara lebih khusus bermanfaat bagi para pengambil

keputusan (decision makers) pada berbagai jenjang

organisasi di Pemerintah Kota Samarinda tentang


bagaimana menginplementasikan kebijakan pemerintah

daerah sebagai bagian integral dari manajemen

pembangunan daerah. Dengan hasil penelitian ini

diharapkan peningkatan kualitas kinerja pembangunan

infrastruktur di daerah yang dilakukan di masa depan dan

lebih mendukung upaya tercapainya tugas, fungsi dan

wewenang Pemerintah Kota Samarinda sebagai institusi

pelayan publik yang prima.

5. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran studi ini dapat dinyatakan secara

skematika visual seperti yang tertera pada gambar dibawah

ini :

Kebijakan
Good
RENSTRA
Governan Pemerintah
ce Kota /
Kabupaten

Manajemen
Proyek

rastruktur
Kebijakan
Kualitas
Pembangunan
Infrastrktur

RUTRW
Manajemen
Pembangunan
Infrastruktur

Gambar 1.2. Kerangka Pikir Penelitian

Kepemerintahan yang baik (Good Governance) terkait

erat dengan akuntabilitas administrasi publik dalam

menjalankan tugas, fungsi, dan tanggungjawabnya.

Pemerintahan pada hakekatnya adalah pelayanan kepada

masyarakat, bukan untuk melayani dirinya sendiri, juga

untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap

anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan

kreativitasnya untuk mencapai tujuan bersama yang telah

ditetapkan. Thoha (1997:110) menegaskan bahwa untuk

menemukan pemerintahan yang bersih dan berwibawa, itu

sangat tergantung kepada hal-hal berikut ini :

1. Pelaku-pelaku dari pemerintahan, dalam hal ini

sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya aparaturnya;


2. Kelembagaan yang dipergunakan oleh pelaku-

pelaku pemerintahan untuk mengaktualisasikan

kinerjanya;

3. Perimbangan kekuasaan yang mencerminkan

seberapa jauh sistem pemerintahan itu harus

diberlakukan;

4. Kepemimpinan dalam birokrasi publik yang

berahlak, berwawasan, demokratis, dan responsif.

Karakteristik penyelenggaraan kepemerintahan yang

baik menurut Bhata dan Nisjar (1997:119) adalah

akuntabilitas ( accountability), transparansi (transparency),

keterbukaan (openess), dan rule of law. Dalam

penyelenggaraannya menuntut keterlibatan seluruh

stakeholder atau unsur-unsur yang ada dalam masyarakat,

hal ini bisa terwujud manakala sistem desentralisasi dan

otonomi daerah mampu dijalankan artinya pemerintah

didekatkan dengan yang diperintah. Dengan demikian

pemerintah dapat mengenali apa yang

menjadi kebutuhan masyarakat, permasalahan,

keinginan, kepentingan, serta aspirasi dari rakyatnya secara


tepat, sebab kebijakan yang akan dibuat harus

mencerminkan semua kepentingan dan aspirasi masyarakat.

Kebijakan pemerintah untuk mewujudkan kondisi good

governance, merupakan tantangan sekaligus peluang bagi

Pemerintah Kota Tasikmalaya untuk membangun daerahnya

kearah peningkatan kualitas kinerja aparatur pemerintah

daerah sebagai penggerak pembangunan.

Dalam konteks administrasi pembangunan, bahwa

pembangunan sarana infrastruktur perkotaan di desain

untuk menangani beberapa pelayanan yang berkaitan

dengan kebutuhan publik dalam peningkatan kualitas

kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Fokus dalam

penelitian ini adalah pada implementasi kebijakan Rencana

Umum Tata Ruang Wilayah, dikaitkan dengan kualitas

pembangunan infrastruktur perkotaan.

Karena keterbatasan peneliti, maka variabel kualitas

pembangunan infrastruktur perkotaan yang menyangkut

organisasi pemerintah daerah saja yang dianalisis, dan

variabel tersebut dianggap relevan dengan fenomena-

fenomena yang terjadi dilapangan, yaitu Kebijakan, RUTRW,


Manajemen Proyek, dan Manajemen Pembangunan

Infrastruktur

6. Asumsi Penelitian

1. Kebijakan ialah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan

yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah

dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya

hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-

peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran

yang diinginkan. Dengan demikian ciri-ciri kebijakan publik

berimplikasi sebagai berikut : Kebijakan negara/publik dalam

suatu sistem politik merupakan suatu tindakan yang

direncanakan yang mengarah pada pencapaian suatu

tujuan; merupakan suatu keputusan yang berkaitan dengan

implementasi dan masa pemberlakuannya; memiliki

keterkaitan dengan apa yang harus dilakukan oleh

pemerintah pada bidang tertentu; mempunyai beberapa

tindakan,baik yang harus dilakukan maupun tidak perlu

dilakukan dalam menghadapi suatu permasalahan; dan tidak

memiliki arti atau nilai jika kebijakan tersebut tidak

dimplementasikan (Udoji, 1981:32).


2. Implementasi kebijakan adalah sesuatu yang penting,

bahkan mungkin jauh lebih penting daripada pembuatan

kebijakan. Dan kebijakan akan sekedar berupa impian atau

rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak

diimplementasikan. Hal ini disebabkan karena implementasi

kebijakan publik berusaha untuk diwujudkan kedalam realita

yang sebenarnya atau dengan kata lain implementasi

kebijakan publik berusaha menimbulkan hasil (outcomes)

yang dapat dirasakan oleh target groups. (Dunn, 2000:21-

22).

3. Sumber daya dalam implementasi kebijakan, yang

dimaksudkan dalam konteks ini adalah sumber daya

manusia yang harus memiliki keahlian (profesionalisme) dan

kemampuan untuk melaksanakan kebijakan tersebut.

Pengembangan sumber daya manusia layaknya melalui

pendidikan, harus disesuaikan dengan perubahan

masyarakat. As an organized and sustained communication

designed to bring about learning . Education can be defined

as the organized,systematic effort to foster learning,to


establish the conditions and to provide the activities through

which learning can accour. (Sujana,2000:423; Smith1981).

7. Hipotesis

Berdasarkan pada asumsi penelitian yang telah

dikemukakan diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini

yaitu :

a. Kebijakan dan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah

berpengaruh terhadap Manajemen Pembangunan

Infrastruktur Perkotaan

b. Kebijakan dan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah

berpengaruh terhadap Manajemen Proyek

c. Kebijakan, Rencana Umum Tata Ruang Wilayah dan

Manajemen Proyek berpengaruh terhadap Manajemen

Pembangunan Infrastruktur Perkotaanl.

d. Kebijakan dan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah

berpengaruh terhadap Kualitas Pembangunan

Infrastruktur perkotaan

e. Kebijakan, Rencana Umum Tata Ruang Wilayah dan

Manajemen Proyek berpengaruh terhadap Kualitas

Pembangunan Infrastruktur Perkotaan


f. Kebijakan, Rencana Umum Tata Ruang Wilayah,

Manajemen Proyek, dan Manajemen Pembangunan

Infrastruktur terhadap Kualitas Pembangunan

InfraStruktur

BAB II

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode penelitian survai berupa deskriptif-analitik

dengan menggunakan data dari responden. Data diperoleh

melalui hasil kuesioner, wawancara, dan observasi lapangan.

Adapun proses pengembangan instrumen penelitian untuk

mengumpulkan data dilaksanakan berdasarkan: (a).

Peraturan Daerah Renstra dan RUTRW, (b). Observasi pra

penelitian, (c). Hasil diskusi dengan Dinas Teknis dan

masyarakat, serta (d). Referensi yang berkaitan dengan

Penelitian ini.

Kemudian teknik analisis data dalam penelitian ini,

menggunakan teknik analisis regresi korelasi dan analisis

jalur (path analysis). (Sitepu,1994).

I. Lokasi dan Sampel Penelitian.

a. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan terhadap Pegawai dan

pimpinan Badan dan Dinas Teknis Daerah yang bertugas di

Pemerintah Kota Samarinda serta warga masyarakat Kota

Samarinda yang memerlukan pelayanan dari aparatur

pemerintah daerah.
b. Sampel penelitian.

Penelitian menggunakan sampel yang berjumlah 280

Orang terdiri atas sebagai berikut :

1. Bapeda Kota Samarinda87 orang


2. Dinas Kimpraswil Samarinda66 orang
3. Anggota DPRD Kota Samarinda 27 orang
4. Warga masyarakat 100 orang
Sampel diatas berdasarkan stratified random sampling,

hal ini disebabkan populasi yang heterogen, maka populasi

tersebut dibagi berdasarkan strata dan dari setiap strata

diambil secara acak sehingga setiap lapisan terwakili.

c. Jadwal Penelitian:

NO. KEGIATAN WAKTU

1. PENYUSUNAN PROPOSAL JANUARI ( MI)


SEMINAR PROPOSAL PENELITIAN JANUARI (M3)
2
3 PENYUSUNAN INSTRUMEN JANUARI (M4)
PENELITIAN PEBRUARI (MI)
4 PEBRUARI (M2)
OBSERVASI
5 PEBRUARI (M3)
UJI COBA INSTRUMEN PENELITIAN
6 TEST VALIDITAS DAN RELIABILITAS PEBRUARI (M4)

7 PENGAJUAN KUESIONER MARET ( MI + M2)

PENGUMPULAN DATA MARET ( M3)


8
PENGKAJIAN PUSTAKA MARET (M4)
9
ANALISIS/PENGOLAHAN DATA APRIL (M1)
10 PENYUSUNAN LAPORAN PENELITIAN APRIL (M2)

11 DISKUSI DENGAN PEMBIMBING APRIL (M3)


SEMINAR SKRIPSI APRIL (M4)
12
PERBAIKAN SKRIPSI SESUAI JADWAL
13
UJIAN PENDADARAN SKRIPSI AKADEMIS

Keterangan : M adalah minggu pada bulan yang


bersangkutan

Demikian, proposal penelitian ini disusun, dengan


harapan mendapat persetujuan untuk ditindak lanjuti.
Samarinda, 25 Desember 1999
Peneliti,

BAMBANG SUDARYANA

DAFTAR PUSTAKA

Ginanjar, Ary,2001, Emotional Spiritual Quotient, Jakarta, Penerbit Arga


Giovany, 1998, Modern Filosofy, London, Everhaold, Inc
Ki Fudyatanta,2006, Filsafat Pendidikan Barat Dan Filsafat Pendidikan
Pancasila,yogyakarta, Penerbit Amus
Lokcyre, 2000, About Knowledge, Plato and sugest, Goldehall,USA
Revert.R,2004, Filsafat Ilmu: Sejarah dan Ruang Lingkup Sejarah
Bahasa. Jogyakarta,Pustaka Pelajar
Russel, Bertrand,1974, History of Western Philosophy, London, George
Allen
Syna, 2001, Indahnya Toleransi Beragama, Darul T, Bandung
Sumarna,2006, Filsafat Ilmu, Bandung, Pustaka Bany Quraisy
Soleh,A Hudori,2004, Wacana Baru Filsafat Islam, Yohjakarta,Pustaka
Pelajar
Suriasumantri,S.jujun,2003, Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer,
Jakarta, Sinar Harapan
Titus, Smith, & Nolan, 1984, Persoalan-Persoalan Filsafat, Jakarta: Bulan
Bintang

BAB X
TEKNIK PRESENTASI HASIL PENELITIAN

1. Presentasi dilakukan dengan cara


memberikan penjelasan singkat dan padat tentang isi
secara keseluruhan terutama permasalahan yang ada,
dan pemecahan masalah yang diberikan
2. Presentasi dapat dilakukan dengan media
transparan OHP, demo program dengan komputer dan
atau menggunakan media in focus atau alat peraga lain
yang dianggap menarik untuk mendukung kelancaran
presentasi
3. Bagi mahasiswa yang presentasi dengan
menggunakan fasilitas komputer wajib untuk
menyerahkan file / programnya paling lambat 1 (satu) hari
sebelum ujian sidang
4. Setiap laporan yang dibuat wajib
dipresentasikan / dilakukan Ujian sidang sebagai
pertanggung jawaban akademik di depan Tim Penguji
5. Waktu Presentasi yang disediakan bagi
mahasiswa adalah paling lama 10 menit untuk laporan
semester, dan laing lama 15 menit untuk tugas akhir dan
skripsi

You might also like