You are on page 1of 48

OLEH

SUB BAGIAN PENEGAKAN DISIPLIN


DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI
BAGIAN ADMINISTRASI
KEPEGAWAIAN
SETDITJEN PERBENDAHARAAN
 UU No 11 Tahun 1969 tentang Pensiun
Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai
(Lembaran Negara Tahun 1969 No. 42,
Tambahan Lembaran Negara No. 2906);
 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
(Lembaran Negara tahun 1974 No. 1,
Tambahan Lembaran Negara No. 3019);
 UU No. 28 tahun 1999 tentang Penyelenggara
Negara Yang Bersih Dari Kolusi, Korupsi Dan
Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 No.
75, Tambahan Lembaran Negara No. 3851);
 Undang-Undang No. 31 tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(Lembaran Negara Tahun 1999 No. 140,
Tambahan Lembaran Negara No. 3874)
 UU No. 43 tahun 1999 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang No. 8 Tahun 1974
Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 169,
Tambahan Lembaran Negara No. 3890);
 Undang-Undang No. 9 tahun 2004 tentang
Perubahan atas UU No. 5 tahun 1986
tentang PTUN (Lembaran Negara Tahun
2004 No. 35, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4380);
 PP No. 4 Tahun 1966 tentang
Pemberhentian/Pemberhentian sementara
Pegawai Negeri (Lembaran Negara Tahun
1966 No.7, Tambahan Lembaran Negara No.
2797);
 PP No. 32 tahun 1979 tentang Pemberhentian
PNS (Lembaran Negara Tahun 1979 No. 47,
Tambahan Lembaran Negara No. 3149)
 PP No. 30 tahun 1980 tentang Peraturan
Disiplin Pegawai (Lembaran Negara Tahun
1980 No. 50, Tambahan Lembaran Negara
No. 3176)
 PP No. 10 tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan dan
Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Tahun 1983 No. 13, Tambahan Lembaran Negara No.
3250)
 PP No. 45 tahun 1990 tentang Perubahan Atas PP No.
10 Tahun 1983 tentang Tentang Izin Perkawinan dan
Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Tahun 1990 No. 61, Tambahan Lembaran Negara No.
3424)
 PP No. 98 tahun 2000 tentang pengadaan pegawai
negeri sipil (Lembaran Negara tahun 2000 No. 195)
 PP No. 12 Tahun 2002 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 Tentang
Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil
 PP No.9  tahun 2003 tentang wewenang
pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian PNS
(LN tahun 2003 No. 15, TLN No. 4263)
 PP No. 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Internal
 Keputusan Menteri Keuangan No.
15/KMK.01/UP.6/1985 tentang Ketentuan Penegakan
Disiplin Kerja Dalam Hubungan Pemberian Tunjangan
Khusus Pembinaan Keuangan Negara Kepada Pegawai
Di Lingkungan Departemen Keuangan Republik
Indonesia;
 Keputusan Menteri Keuangan No.
725/KMK.01/UP.6/1985 tentang Besarnya
Pemotongan Tunjangan Khusus Pembinaan
Keuangan Negara Bagi Pegawai Di Lingkungan
Departemen Keuangan Yang Tidak Masuk Dan
Terlambat Masuk Kerja/Kuliah/Belajar Serta Pulang
Sebelum Waktunya;
 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
No. 462/ KMK.09/2004 Tentang Tata Cara
Investigasi Oleh Inspektorat Bidang Investigasi
Pada Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan;
 Keputusan Menteri Keuangan No.
580/KMK.01/UP.11/2006 tentang
Pendelegasian Wewenang Kepada Pejabat Di
Lingkungan Departemen Keuangan Untuk
Menjatuhkan Hukuman Disiplin PNS;
 Surat Edaran Kepala BAKN No. 48/SE/1990
tanggal 22 Desember 1990 tentang Petunjuk
Pelaksanaan PP No. 45 tahun 1990 tentang
Perubahan Atas PP No. 10 tahun 1983 tentang
Izin Perkawinan Dan Perceraian Bagi PNS;
 Intruksi Menteri Keuangan No. 01/IMK.01/2009
tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan
Penegakan Disiplin Pegawai Di Lingkungan
Departemen Keuangan.
PENEGAKAN DISIPLIN
PEGAWAI
 Disiplin berarti tertib, ketaatan
(kepatuhan) kepada peraturan(Kamus
besar Bahasa Indonesia, 2002)
 Pelanggaran disiplin adalah setiap
ucapan, tulisan, atau perbuatan PNS
yang melanggar ketentuan sebagaimana
tertuang dalam kewajiban dan larangan
PNS (lihat Pasal 4 PP 30 th 1980)
1. Presiden.
2. Menteri / Jagung/ Pimpinan Lembaga
Tertinggi/ Pimpinan Tinggi Negara/
Pimpinan Lemb. Pemerintah Non Dep.
3. Gubernur
4. Kepala Perwakilan RI di Luar Negeri.
5. Pejabat Lain yang mendapat
pendelegasian wewenang.
Dijatuhkan kepada PNS yang
berpangkat Pembina Tk.I sepanjang
mengenai:
1. Pemberhentian dari PNS.
2. Pembebasan dari Jabatan Eselon I
atau jabatan lain yang wewenang
pengangkatan dan
pemberhentiannya di tangan
Presiden.
 Meliputi segala hukuman kecuali
hukuman berupa PEMBERHENTIAN DARI
PNS.
 ESELON I :  pembebasan dari Jabatan.
 ESELON II :  penundaan kenaikan
pangkat.
 ESELON III:  penundaan KGB.
 ESELON IV:  pernyataan tidak puas
dengan tertulis.
 Pada dasarnya setiap PNS yang melakukan
pelanggaran disiplin pegawai harus menerima
hukuman oleh pejabat yang berwenang.
 Pejabat yang berwenang sebelum
menjatuhkan keputusan penjatuhan hukuman
disiplin harus memperhatikan beberapa aspek
yang terkait.
 Aspek-aspek itu antara lain jenis
pelanggaran,kelalaian atau kesengajaan,
motivasi pelanggaran dan berat ringannya
tingkat kesalahan.
 Pemberian hukuman atas pelanggaran
disiplin oleh pejabat yang berwenang,
pada hakekatnya merupakan salah satu
bentuk proses pembinaan kepada
pegawai
 Untuk itu, pejabat yang berwenang
dalam mengambil suatu keputusan
penjatuhan hukuman disiplin harus
diliputi rasa keadilan dan kebijaksanaan.
 Selain itu, pejabat yang berwenang
dalam pengambilan keputusan
haruslah memperhatikan Asas-Asas
Umum Pemerintahan yang Baik
(AAUPB). Asas tersebut merupakan
salah satu sebagai alat uji oleh
Hakim PTUN selain peraturan yang
berlaku lainnya di dalam
memutuskan sengketa
kepegawaian yang ada.
 Pasal 53 ayat (2) poin a UU No. 9
tahun 2004 tentang Perubahan atas
UU No. 5 tahun 1986 tentang PTUN
menyebutkan bahwa keputusan tata
usaha Negara yang dapat digugat itu
bertentangan dengan AAUPB. Untuk
itu asas tersebut harus dipahami dan
dipedomani oleh pejabat yang
berwenang dalam setiap
pengambilan keputusan.
 AAUPB terdiri dari:
1. asas bertindak cermat
2. asas motivasi
3. asas kepastian hukum
4. asas kesamaan dalam pengambilan keputusan
5. asas meniadakan akibat-akibat suatu keputusan
yang batal
6. asas menanggapi penghargaan yang wajar
7. asas kebijaksanaan
8. asas jangan mempercampuradukkan kewenangan
9. asas keadilan dan kewajaran
10. asas penyelenggaraan kepentingan umum
Ada 3 (tiga) jenis hukuman disiplin
berdasarkan PP No. 30 tahun 1980,
yaitu :
1. Hukuman disiplin ringan
2. Hukuman disiplin sedang

3. Hukuman disiplin berat


Hukuman disiplin ringan terdiri atas:
1. teguran lisan
2. teguran tertulis
3. pernyataan tidak puas secara tertulis

Hukuman disiplin sedang terdiri atas:


1. penundaan KGB untuk paling lama 1tahun
2. penurunan gaji sebesar satu kali KGB untuk
paling lama 1tahun
3. penundaan kenaikan pangkat untuk paling
lama 1 tahun
Hukuman disiplin berat terdiri atas:
1. penurunan pangkat pada pangkat yg
setingkat lebih rendah untuk paling lama
1tahun
2. pembebasan dari jabatan

3. pemberhentian dengan hormat tidak atas


permintaan sendiri sebagai PNS
4. pemberhentian tidak dengan hormat
sebagai PNS
1. Pemeriksaan:
1. Lisan ~ untuk pelanggaran dengan hukuman disiplin ringan.
2. Secara tertulis dengan Berita Acara ~ untuk pelanggaran
yang dapat dijatuhkan hukuman disiplin sedang dan berat.
2. Penjatuhan hukuman disiplin dengan Surat
Keputusan.
3. Terhukum boleh mengajukan keberatan kepada
atasan pejabat yang berwenang menghukum (paling
lambat 14 hari setelah diterima SK) kecuali:
1. Hukuman yang dijatuhkan oleh Presiden.
2. Hukuman disiplin ringan.
3. Hukuman yang dijatuhkan Menteri /Pimpinan Lembaga
Tertinggi /Tinggi/ Pimpinan Lemb. Nondep, Gubernur, dsb
yang berupa: Penundaan KGB, Penurunan Gaji, Penundaan
Kenaikan Pangkat, Penurunan pangkat, pembebasan dari
jabatan.
4. Pejabat yang menerima surat keberatan
harus sudah menyampaikan kepada
atasannya paling lambat 3 hari.
5. Pejabat yang berwenang yang telah
menjatuhkan hukuman harus membuat
tanggapan tertulis atas keberatan.
Tanggapan tsb beserta dg surat keberatan
dan BAP disampaikan ke pejabat
atasannya paling lambat 3 hari.
6. Pejabat atasan tsb harus sudah membuat
keputusan (mengukuhkan atau mengubah
hukuman) sebulan kemudian.
 Sengketa yang dapat diajukan keberatan ke BAPEK
yaitu suatu sengketa yang diputuskan berdasarkan
PP No. 30 Tahun 1980.
 Hal di atas berbeda dengan suatu sengketa yang
diputuskan berdasarkan PP No. 32 tahun 1979.
Sengketa tersebut dapat langsung diajukan ke PTUN
tanpa perlu melalui saluran hirarkhis
 PNS golongan IV / a ke bawah yang dijatuhi hukuman
pemberhentian.
 PENYELESAIANNYA:
 Terhukum menyampaikan keberatan ke
BAPEK melalui saluran hirarkis.
 Pejabat yang menghukum wajib membuat
tanggapan tertulis paling lambat 3 hari dan
menyampaikan ke BAPEK beserta surat
keberatan, BAP, dan SK Hukuman Disiplin.
 BAPEK melakukan pemeriksaan, membuat
pertimbangan dan memutuskan untuk
mengukuhkan atau mengubah keputusan
dalam waktu singkat.
 Hukuman disiplin ringan berlaku sejak saat
diterimanya keputusan hukuman.
 Hukuman disiplin berupa pembebasan dari jabatan
berlaku sejak ditetapkan.
 Terhadap Hukuman disiplin yang masih boleh
banding berlaku sejak hari ke 15 setelah
ditetapkannya hukuman (jika tak ada keberatan).
 Jika ada keberatan terhadap keputusan hukuman
disiplin yang dimungkinkan banding, maka jika
banding keputusannya baru berlaku sejak ada
putusan pengukuhan atau perubahan dari Pejabat
yang berwenang atau Bapek.
1. Habis masa hukumannya.
2. Meninggal / Pensiun dalam hal:
a. Hukuman penundaan KGB
b. Penurunan Gaji
c. Penurunan Pangkat.
PEMBERHENTIAN
PEGAWAI NEGERI SIPIL
(Ditinjau dari PP No. 32 tahun
1979 dan PP No. 4 tahun
1966)
 Pemberhentian sebagai PNS adalah
pemberhentian yang mengakibatkan
yang bersangkutan kehilangan statusnya
sebagai PNS (lihat pasal 1 huruf a PP 32
tahun 1979)
 Ada beberapa macam pemberhentian
menurut PP N0. 32 tahun 1979, yaitu:
1. Atas permintaan sendiri (Pasal 2)
2. Mencapai usia batas usia pensiun (BUP)
(Pasal 3-5)
3. Adanya penyederhaan organisasi (pasal
6-7)
4. Melakukan pelanggaran/tindak
pidana/penyelewengan (Pasal 8-10)
5. Tidak cakap jasmani atau rohani (Pasal
11)
6. Meninggalkan tugas (Pasal 12)
7. Meninggal dunia atau hilang (Pasal 13-14)
8. Karena lain-lain (Pasal 15)
 Selain pemberhentian sebagaimana disebutkan
diatas, dikenal pula pemberhentian sementara
yang diatur pada PP No. 4 tahun 1966.
Syarat-syarat pemberhentian sementara, yaitu:

1. Untuk kepentingan peradilan, seorang PNS yang


didakwa telah melakukan suatu kejahatan
/pelanggaran jabatan. Untuk itu pihak yang
berwajib melakukan penahanan sementara.
Pemberhentian sementara sejak penahanan
2. Seorang PNS yang oleh pihak yang
berwajib dikenakan tahanan sementara
karena didakwa telah melakukan suatu
pelanggaran hukum pidana. Dalam hal
pelanggaran yang dilakukan tersebut
berakibat hilangnya penghargaan dan
kepercayaan atas diri pegawai atau
hilangnya martabat serta wibawa
pegawai itu.(lihat pasal 2 UU No. 4 tahun
1966)
 Apabila pegawai masih berstatus Calon Pegawai
Negeri Sipil (CPNS), maka pemberhentian pegawai
yang bersangkutan mengacu pada PP No. 98
tahun 2000 tentang pengadaan pegawai negeri
sipil.

 Calon Pegawai Negeri Sipil diberhentikan apabila :

1. mengajukan permohonan berhenti;


2. tidak memenuhi syarat kesehatan;
3. tidak lulus pendidikan dan pelatihan prajabatan;
4. tidak menunjukkan kecakapan dalam
melaksanakan tugas;
5. menunjukkan sikap dan budi pekerti yang tidak baik
yang dapat mengganggu lingkungan pekerjaan;

6. dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau berat;

7. pada waktu melamar dengan sengaja memberikan


keterangan atau bukti yang tidak benar;
8. dihukum penjara atau kurungan berdasarkan
keputusan pengadilan yang sudah mempunyai
kekuatan hukum yang tetap karena dengan sengaja
melakukan sesuatu tindak pidana kejahatan atau
melakukan sesuatu tindak pidana kejahatan yang ada
hubungannya dengan jabatan/tugasnya; atau
9. menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik.
SELANJUTNYA KE BAHASAN
PEMENSIUNAN PEGAWAI
 Pensiun adalah hak yang diberikan setiap
bulan oleh negara setelah berakhirnya
masa dinas sebagai pegawai negeri sipil
jika telah memenuhi syarat-syarat
tertentu.
 Tujuan adanya pensiun yakni sebagai
jaminan hari tua dan merupakan
penghargaan atas jasa-jasa pegawai
negeri sipil yang selama bertahun-tahun
bekerja dalam dinas pemerintah
PNS yang meninggal dunia atau akan
diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun
karena mencapai BUP, dapat diberikan kenaikan
pangkat pengabdian setingkat lebih tinggi,
apabila:
1.Memiliki masa kerja sebagai PNS selama:
a. Sekurang-kurangnya 30 tahun secara terus
menerus dan sekurang-kurangnya telah 1
bulan dalam pangkat terakhir;
b. Sekurang-kurangnya 20 tahun secara terus
menerus dan sekurang-kurangnya telah 1
tahun dalam pangkat terakhir;
c. Sekurang-kurangnya 10 tahun secara terus
menerus dan sekurang-kurangnya telah 2
tahun dalam pangkat terakhir,
Masa kerja sebagai PNS secara terus menerus
yang dimaksud dalam ketentuan ini adalah
masa kerja yang dihitung sejak CPNS sampai
dengan yang bersangkutan mencapai BUP
dan tidak terputus statusnya sebagi PNS.
2. Setiap unsur penilaian prestasi kerja (DP3)
sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1
(satu) tahun terakhir; dan
3. Tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin
tingkat sedang atau berat dalam 1 (satu)
tahun terakhir.
BERLANJUT KE BAHASAN
PERKAWINAN DAN PERCERAIAN
 Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara
seorang pria dan seorang wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
 Perkawinan adalah sah apabila dilakukan
menurut hukum masing-masing agama dan
kepercayaannya itu. Tiap-tiap perkawinan
dicatat menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku
 Asasnya seorang pria hanya boleh memiliki
seorang isteri, begitupun sebaliknya. Kecuali atas
izin pengadilan, dapat memberi izin kepada
seorang suami untuk beristeri lebih dari seorang
apabila dikendaki oleh pihak-pihak yang
bersangkutan.
 Syarat-syaratnya yaitu:

a. istri tidak dapat memnjalankan kewajibannya


sebagai isteri;
b. istri mendapat cacat badan atau penyakit yang
tidak dapat disembuhkan;
c. istri tidak dapat melahirkan keturunan.
 PNS yang menikah wajib melaporkan
secara tertulis kepada Pejabat (atau
yang diberi delegasi wewenang,
serendah-rendahnya Eselon IV) selambat-
lambatnya 1 th setelah menikah.
 Cerai berarti pisah, putus hubungan
sebagai suami istri. Perceraian berarti
proses, cara,perbuatan menceraikan
hubungan suami istri. (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 2002)
 Setiap PNS yang akan melakukan
perceraian Wajib mendapat ijin/srt
keterangan tertulis dari Pejabat yang
berwenang.
 Alasan yang membolehkan PNS melakukan
perceraian, antara lain sebagai berikut:
1. Salah satu pihak berzina
2. Salah satu pihak menjadi pemabuk, pemadat,
penjudi.
3. Salah satu pihak meninggalkan yang lain selama
2 th berturut-turut tanpa ijin pihak lain dan tanpa
alasan yang jelas.
4. Salah satu pihak dihukum penjara 5 tahun atau
lebih berat.
5. Salah satu pihak melakukan kekejaman.
6. Antara suami istri bertengkar terus menerus
(dengan surat keterangan Kepdes disahkan
Camat).
 Bikin surat permohonan ijin beserta alasan/bukti
disampaikan kepada Pejabat secara hirarkis (dalam
rangkap dua).
 Atasan memberi pengarahan dan berusaha merukunkan.
 Kalau usaha merukunkan tidak berhasil kmd. meneruskan
permohonan ke Pejabat disertai dengan pertimbangan
tertulis. [selambat-lambatnya 3 bulan setelah diterima
permohonan].
 Pejabat mengambil keputusan [menolak memberi ijin/
memberi ijin] selambat-lambatnya dalam waktu 3 bulan.
Sebelum membuat keputusan, Pejabat berusaha
merukunkan.
 Setelah ada ijin, dan setelah cerai, PNS paling lambat
dalam 1 bulan harus lapor tertulis ke Atasan.
 Bertentangan dengan agama PNS
pemohon.
 Tidak ada alasan yang sah.
 Bertentangan dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
 Alasan yang disebut bertentangan
dengan akal sehat.
 Bila cerai atas kehendak PNS pria:
 Masing-masing 1/2, bila tak ada anak.
 Masing-masing 1/3, bila ada anak.
 Bila cerai karena kehendak istri:
 Eks istri tak mendapat bagian gaji suami.
 Eks istri mendapat bagian gaji, kalau cerainya dengan
alasan suami mau menikah lagi.
 Bila perceraian atas kehendak berdua:
 Pembagian sesuai kesepakatan.
 Bagian anak 1/3 bagian.
 Bila istri yang dicerai kawin lagi:
 Hak bagian gaji hapus.
 ALASAN ALTERNATIF:
 Istri sakit atau cacad sehingga tak dapat menjalankan
tugasnya.
 Istri tak melahirkan anak setelah pernikahan 10 tahun
(bukan karena suami mandul).

 ALASAN KOMULATIF:
 Ada persetujuan istri secara tertulis disahkan atasan
langsung serendah-rendahnya Eselon IV.
 PNS punya penghasilan cukup, dibuktikan dengan Sket
Pajak.
 Ada pernyataan tertulis bahwa ia akan berbuat adil.
1. Melengkapi syarat-syaratnya.
2. Mengajukan ijin kepada Pejabat melalui
atasan.
3. Atasan memberi pertimbangan kepada
Pejabat selambatnya 3 bulan setelah
permohonan.
4. Pejabat membuat keputusan
selambatnya 3 bulan setelah diterimanya
permintaan ijin. Sebelum membuat
keputusan, Pejabat harus memberi
nasihat kepada suami istri

You might also like