You are on page 1of 56

DEPARTEMEN KEHUTANAN

DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL


BALAI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN
JAWA DAN MADURA
Jl. Raya Tanjungsari Km.22, Sumedang,Jawa Barat. Tlp. (022) 7911343, 7912525

MANUAL
PENGUJIAN BENIH
TANAMAN HUTAN

Sumedang, Desember 2006


Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

KATA PENGANTAR

Manual Pengujian Benih ini disusun sebagai acuan dalam


melaksanakan kegiatan pengujian benih untuk memperoleh data dan
informasi mutu fisik-fisiologis dari benih yang akan digunakan bagi
produksi bibit. Pada akhirnya, dari bibit yang berasal dari benih yang
telah diuji diharapkan dapat dibangun hutan yang berkualitas.
Melalui pengujian benih yang pada aplikasinya dimuat dalam suatu
bentuk sertifikat mutu benih dapat dijadikan bahan informasi yang
berguna baik bagi produsen benih maupun bagi konsumen benih.
Pada dasarnya dengan disertifikasinya benih yang beredar dapat
memberikan keterjaminan bagi user yang akan menggunakan benih
yang bersangkutan. Disamping itu dengan adanya sertifikasi benih
dapat dikontrol peredaran benih, sehingga dapat menambah atau
meningkatkan kualitas bibit yang digunakan dalam pembangunan
hutan berkualitas (fisik-fisiologik-genetik).
Benih berkualitas hanya dapat dideteksi apabila benih yang digunakan
melalui tahap pengujian. Dengan demikian pengujian benih
merupakan salah satu stage yang dapat mendukung terhadap
pembangunan tegakan berkualitas di masa datang.
Demikian manual ini disusun dengan harapan dapat berguna bagi
para pihak yang berminat untuk membangkitkan produksi benih
berkualitas dan membangun hutan berkualitas.

Sumedang, Desember 2006


Kepala Balai BPTH Jawa dan Madura

Ir. Harijoko SP, MM


NIP. 080 056 541

Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan i


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

DAFTAR ISI

Teks Halaman

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... iv
PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
Latar Belakang ......................................................................................... 1
Tujuan ....................................................................................................... 3
Prosedur Pengujian Benih ........................................................................ 3
Istilah-istilah ............................................................................................ 4
Landasan ................................................................................................. 6

CONTOH BENIH ......................................................................................... 7


Pengambilan Contoh .............................................................................. 7
Cara Pengambilan Contoh ...................................................................... 10
Intensitas Sampling .................................................................................. 13

PENGUJIAN MUTU FISIK ............................................................................. 17


Pengujian Kemurnian .............................................................................. 17
Penentuan Kadar Air ............................................................................... 21
Berat 1000 Butir Benih ............................................................................ 26

PENGUJIAN MUTU FISIOLOGIK BENIH ...................................................... 29


Daya Hidup (Viabilitas) Benih ................................................................ 29
Persentase Perkecambahan ..................................................................... 30
Laju Perkecambahan .............................................................................. 30
Nilai Perkecambahan ............................................................................. 30
Uji Daya Kecambah ............................................................................... 31
Metode Pengujian Daya Kecambah ........................................................ 36

LAMPIRAN..................................................................................................... 41

Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan


iii
ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman
Tabel 1. Contoh Benih yang Dianggap Mewakili ........................................... 8
Tabel 2. Intensitas Sampling untuk Benih dalam Satu Wadah Besar ................ 14
Tabel 3. Contoh Penentuan Kadar Air ......................................................... 25
Tabel 4. Contoh Penentuan Berat 1000 Butir ............................................... 27

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman
Gambar 1. Posisi Pengujian Benih dalam Mendukung Tegakan Berkualitas......... 1
Gambar 2. Skema Prosedur Pengujian Benih .................................................... 5
Gambar 3. Alur Pengujian Benih ..................................................................... 5
Gambar 4. Cara Pengambilan Contoh untuk 1 (Satu) Asal-usul .......................... 12

DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman
Lampiran 1. Contoh Data Pengujian Benih ................................................ 43
Lampiran 2. Contoh Data Pengujian Benih (lanjutan) ................................ 44
Lampiran 3. Contoh Blanko Pengambilan Contoh Benih ........................... 45
Lampiran 4. Contoh Sertifikat Mutu Benih Tanaman Hutan ...................... . 46
Lampiran 5. Contoh Keterangan Hasil Pengujian Benih ............................. 47
Lampiran 6. Contoh Label Benih .............................................................. . 48

Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan v


Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengujian benih ditujukan untuk mengetahui


mutu atau kualitas dari suatu jenis atau kelompok
benih. Data dan informasi mengenai benih yang
diuji tentunya akan sangat bermanfaat bagi
produsen, penjual maupun konsumen benih. Hal Kecambah

ini dilandasi oleh kerena konsumen dapat


memperoleh keterjaminan mengenai benih yang
akan digunakan.
Terdapat hubungan yang cukup erat antara pengujian benih dengan
pembangunan hutan berkualitas. Dalam rangka mendukung
pembangunan hutan berkualitas, maka posisi pengujian benih dapat
dilihat seperti Gambar 1.

Gambar 1. Posisi Pengujian Benih dalam Mendukung Tegakan Berkualitas

Pengujian benih dilakukan di laboratorium untuk menentukan baik mutu


fisik maupun mutu fisiologik suatu jenis atau kelompok benih. Pengujian
terhadap mutu fisik benih mencakup kegiatan pengambilan contoh
benih, pengujian terhadap kemurnian benih, kadar air benih dan

Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan 1


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

berat1000 butir benih. Sedangkan pengujian terhadap mutu fisiologik


benih mencakup kegiatan pengujian daya kecambah atau daya hidup
dan kesehatan benih. Uji daya kecambah benih dapat dilakukan secara
langsung dengan mengamati dan membandingkan unsur-unsur tumbuh
penting dari benih pada suatu periode uji tertentu.

Struktur pertumbuhan yang dinilai terdiri untuk menguji daya kecambah


dari akar, batang dan daun. Uji daya hidup benih dapat pula dilakukan
secara tidak langsung, yaitu dengan mengukur aktivitas metabolisme
benih misalnya dengan menggunakan uji Tetrazolium. Pengujian dengan
menggunakan uji Tetrazolium lebih bersifat kepada pendugaan daya
hidup benih bukan untuk mengukur daya kecambah benih. Oleh karena
itu, untuk mengetahui daya kecambah benih yang sesungguhnya harus
dilakukan uji perkecambahan. Namun demikian, untuk menduga daya
hidup benih yang paling cepat, metode uji Tetrazolium merupakan
alternatif yang dapat digunakan.

Dalam melaksanakan pengujian benih, harus menggunakan benih murni


dari contoh kerja (working sample) yang berasal dari pengujian kemurnian
benih dan pengembalian contoh benih. Pengambilan contoh uji benih
dalam rangka mempertahankan identitas asal-usul benih (sebagai bentuk
menjaga kualitas genetik) harus dilakukan secara hati-hati. Perlu
dipahami bersama bahwa kehilangan identity dari asal-usul benih akan
sangat mempengaruhi terhadap pendugaan dan pengembangan
genetik dan akan kehilangan informasi yang berharga. Sampai saat ini,
untuk menjaga kualitas genetik benih masih menganut pendekatan
identitas sumber benih (penelusuran asal-usul benih).

Dalam hal pengembangan benih dan bibit berkualitas, maka posisi


sumber benih sangat memegang peranan penting.

Melalui pengujian benih, akan dihasilkan informasi mengenai mutu benih


yang akan ditanam. Informasi tersebut sangat dibutuhkan oleh produsen
benih dalam hubungannya dengan pemasaran benih tersebut. Bagi
pemakai benih, informasi tersebut merupakan pedoman untuk
menetapkan jumlah benih yang dibutuhkan serta bagaimana
perlakuannya. Pengujian benih juga merupakan kegiatan pengawasan
terhadap mutu benih yang beredar.

Data dan informasi hasil dari kegiatan pengujian benih harus diruangkan
dalam bentuk dokumen yang memiliki kekuatan yuridis. Sampai saat ini

2 Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

pihak yang berwenang dan ditunjuk oleh pemerintah sebagai penerbit


dokumen yang memiliki kekuatan yuridis adalah BPTH. Hal ini sangat
dipahami karena berdasarkan TUPOKSI yang harus dilaksanakan BPTH
adalah sebagai fasilitator untuk perbenihan di wilayah kerja masing-
masing.

Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dengan pembuatan manual ini diharapkan
dapat menjadi bahan informasi yang bermanfaat bagi para pelaku
produsen benih tentang arti pentingnya pengujian benih serta dapat
dijadikan bahan monitoring tentang kualitas benih yang diproduksi oleh
konsumen.
Bagi pelaksana, data hasil pengujian akan sangat bermanfaat bagi
pengendalian peredaran benih dan bibit serta dapat memberikan
keterjaminan mutu benih bagi para konsumen.

Prosedur Pengujian Benih


Prosedur pengujian benih akan sangat membantu bagi para pihak yang
akan mengujikan benih kepada instansi berwenang (BPTH). Secara umum,
skema pengujian mutu benih seperti Gambar 2.
Sedangkan dalam teknis pelaksanaannya, maka alur pengujian benih
seperti Gambar 3.

Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan 3


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Istilah-istilah

Seed Lot (Kelompok Benih); sekumpulan benih yang dianggap


homogen, baik dalam varietas, perujudan fisik maupun perujudan
fisiologik yang semuanya berasal dari kebersamaan areal sumber
benih dan umur tegakannya, waktu panen serta cara-cara
pengolahannya.

Contoh primer; contoh yang didapat dari setiap kali penarikan contoh
dengan menggunakan alat maupun tangan.

Contoh komposit; contoh yang di da p at denga n jal a n


menggabungkan/mencampurkan seluruh contoh primer yang berasal
dari satu kelompok benih.

Contoh kiriman; contoh yang dikirim ke laboratorium pengujian mutu


benih yang jumlahnya paling sedikit sesuai dengan ketentuan ISTA
(International Seed Testing Association).

Contoh kerja; sub contoh yang didapat dari contoh kiriman di

Mutu fisik; kualitas morfologis benih yang dilihat berdasarkan kasat


mata.

Kemurnian; persentase berdasarkan berat benih murni yang terdapat


dalam suatu contoh benih.

Kadar air; kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan


hilangnya kandungan air tersebut dan dinyatakan dalam persen.

Berat 1000 butir benih adalah berat setiap kelompok benih per 1000
butir benih. Tujuannya untuk mengetahui jumlah benih per satuan
berat.

Mutu fisiologik benih; kualitas fisiologik benih yang diakibatkan dari


proses metabolisme yang berjalan di dalam benih yang diekspresikan
dalam bentuk daya hidup dan daya kecambah benih.

Daya hidup benih; kemampuan benih untuk dapat hidup dan tumbuh
setelah proses perkecambahan.

Daya kecambah; kemampuan benih untuk berkecambah atau


membentuk radiks.

4 Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Gambar 2. Skema Prosedur Pengujian Benih

Contoh
Uji
Data
BPTH Benih
Data
Benih
Contoh DATA Bank
Uji

Laboratorium

Data

Gambar 3. Alur Pengujian Benih

Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan 5


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Landasan

Landasan yang menjadi dasar dari mengapa benih yang akan


dimanfaatkan untuk pembangunan hutan harus melalui tahap pengujian
adalah :

Undang-undang Nomor 12 tahun 1982 tentang Sistem Budidaya


Tanaman.

Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 1995 tentang Perbenihan


Tanaman.

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 85/Kpts-II/2001, tentang


Perbenihan Tanaman Hutan.

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 123/Kpts-II/2001, tentang


Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kehutanan.

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 663/Kpts-II/2002, tentang


Organisasi dan Tata Kerja Balai Perbenihan Tanaman Hutan.

Keputusan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial


No. 079/Kpts/V/2002 tentang Pedoman Sertifikasi Mutu Benih Tanaman
Hutan.

6 Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

CONTOH BENIH
Pengambilan Contoh

Langkah pertama dalam pelaksanaan pengujian benih adalah


menyediakan suatu contoh benih yang dapat dianggap seragam dan
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh ISTA. Suatu contoh
benih yang diuji harus dapat mewakili keseluruhan kelompok benih
yang lebih besar jumlahnya.

Keterwakilan contoh uji yang akan diuji merupakan


salah satu aspek yang sangat mempegaruhi
mengenai kondisi keseluruhan benih yang diuji.
Contoh benih yang diambil dengan tidak
memperhatikan keterwakilan dari benih yang akan
diuji akan berdampak kepada informasi yang
diperoleh menjadi kurang valid. Oleh karena itu,
untuk mendapatkan keterwakilan dari contoh uji,
maka harus diperhatikan antara berat maksimum
seddlot dengan berat minimum contoh. Untuk
beberapa contoh benih tanaman kehutanan,
contoh benih yang dianggap mewakiliseperti Tabel1.

Prinsip dari pengambilan contoh benih adalah mengambil benih dari


beberapa bagian dari suatu kelompok yang kemudian dicampurkan
menjadi satu. Ada 4 (empat) macam contoh benih yang dinyatakan
dalam peraturan ISTA, yaitu :

1. Contoh primer (primery sample)

Adalah benih yang diambil dalam jumlah besar dari berbagai


tempat penyimpanan baik wadah maupun bulk. Dikarenakan
contoh primer merupakan contoh yang diambil dari berbagai
tempat penyimpanan, maka untuk tetap menjaga identitas dari
masing-masing wadah agar identitas dari masing-masing wadah
tetap diketahui harus dipilah. Pemilahan diperlukan agar dalam
pelaksanaan pengujian masih dapat ditelusuri asal-usul benih yang
diuji. Dengan demikian, contoh primer dapat dibedakan
berdasarkan sumber benih yang dijadikan sebagai bahan

Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan 7


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Tabel 1. Contoh Benih yang Dianggap Mewakili

Berat Berat
No Jenis Tanaman Maksimum Minimum
Seed Lot Contoh
(kg) (g)
1 Acacia auriculiformis 1.000 70
2 Acacia mangium 1.000 70
3 Agathis loranthifolia 1.000 1.000
4 Altingia excelsa 1.000 50
5 Dalbergia latifolia 1.000 200
6 Eucalyptus spp. 1.000 25
7 Paraserianthes falcataria 1.000 110
8 Pinus merkusii 1.000 120
9 Santalum album 1.000 1.000
10 Swietenia spp. 1.000 400
11 Tectona grandis 1.000 2.000
12 Callopogonium mucunoides 20.000 400
13 Crotalaria juncea 10.000 700
14 Centrosema pubescens 20.000 600
15 Leucaena leucocephala 1.000 350
16 Pinus caribaea 1.000 100
17 Pinus kesiya 1.000 80
18 Pinus oocarpa 1.000 70
19 Calliandra tetragona 1.000 160
20 Toona sureni 1.000 250
Sumber : Standar ISTA

2. Contoh campuran (composite sample)

Adalah semua contoh primer yang dijadikan satu dan dicampur


dalam satu tempat (kantong, kotak, tray dan lain-lain). Biasanya
contoh campuran jauh lebih besar dari yang diperlukan sehingga
harus dikurangi.

Apabila dalam pengujian menggunakan contoh campuran, maka


sebenarnya apabila pencampuran tidak memperhatikan asal-usul
dari benih yang diuji dapat menghilangkan identitas dari benih
yang diuji tersebut. Oleh karena itu, dalam mencampurkan benih
yang akan diuji harus tetap memperhatikan asal-usul benihnya. Hal
ini dilakukan agar tetap mempertahankan kualitas genetik dari
benih yang diuji.

3. Contoh yang dikirim ke laboratorium (submitted sample)

Adalah contoh campuran yang telah dikurangi sampai jumlah


berat tertentu yang telah ditetapkan dan kemudian dikirim ke
laboratorium penguji benih.

8 Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Pada saat akan mengirimkan contoh ke laboratorium, agar masih


tetap teridentifikasi asal-usul benih, maka kemasan yang dijadikan
wadah untuk dikirim ke penguji harus disertai dengan informasi dari
asal-usul benih yang diuji. Pemasangan identitas asal-usul benih
dalam setiap kemasan akan sangat membantu dalam pendeteksian
asal-usul, sehingga masih tetap dapat menjaga kualitas genetik dari
benih yang diuji.

4. Contoh kerja (working sample)

Adalah contoh benih yang diambil dari “submitted sample” dan


digunakan sebagai bahan uji benih di laboratorium.

Dalam mengambil contoh kerja sebagai unit sampel yang akan diuji
harus dapat memberikan gambaran kondisi benih yang diuji. Artinya
pengambilan contoh harus dilakukan secara acak dan memenuhi
azas keterwakilan.

Untuk tetap dapat mempertahankan identitas yang akan dijadikan


informasi kualitas genetik, maka dalam pengambilan contoh uji harus
hati-hati. Hal ini dapat dilakukan dengan cara apabila telah diperoleh
contoh uji, maka harus cepat menulis data asal-usul dari benih yang
terambil sebagai contoh kerjanya.

Hal lain yang harus diperhatikan adalah jangan sampai terjadi


kesalahan penulisan identitas asal-usul benih serta tertukarnya contoh
kerja. Kondisi demikian akan sangat merugikan bagi pihak yang
mengujikan benih maupun konsumen benih karena telah terjadi
kesalahan dalam pengujian.

Berdasarkan hal tersebut, maka dalam pengambilan sampel harus tetap


memperhatikan data/informasi mengenai asal-usul benih yang diambil
sampelnya. Kesalahan dalam menentukan identitas asal-usul akan sangat
berpengaruh terhadap kualitas benih yang diuji serta dapat merugikan
pihak produsen maupun konsumen. Mengingat begitu pentingnya hasil
pengujian bagi semua pihak yang berkompeten terhadap benih, maka
kehati-hatian dalam pengujian serta kejujuran dalam menguji sangat
diperlukan.

Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan 9


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Cara Pengambilan Contoh

Contoh primer (primary sample). Dapat diambil dengan tangan atau


dengan “seed trier”, yaitu suatu alat untuk
mengambil contoh benih. Apabila menggunakan
tangan, maka pengambilan contoh benih harus
dilakukan pada kedalaman lebih dari 40 cm dari
wadah atau bulk. Dalam beberapa hal dan untuk
spesies tertentu, terutama yang benihnya sukar
dialirkan, cara pengambilan contoh benih dengan
Alat untuk Mengambil
Contoh Benih tangan lebih memuaskan. Tetapi cara yang lebih
umum dengan menggunakan seed trier. Alat ini
terbuat dari pipa logam yang mempunyai celah
atau lubang-lubang di satu sisi melalui mana contoh
benih dapat masuk. Terdapat beberapa bentuk
dan ukuran seed trier, tergantung pada ukuran
benih dan cara benih disimpan.
Pencampuran Contoh
Benih

Contoh campuran (composite sample). Semua contoh primer dijadikan


satu dan dicampur bersama-sama dalam sebuah wadah, dalam kantong,
kaleng, kotak atau tray. Jumlah contoh campuran ini jauh lebih besar dari
yang diperlukan untuk diuji, oleh karena itu masih harus dikurangi lagi.

Contoh yang dikirim ke laboratorium (submitted sample). Berasal dari


contoh campuran yang telah dikurangi, sesuai dengan berat minimum
yang telah ditetapkan oleh peraturan ISTA (Tabel 1).

Contoh kerja (working sample). Berasal dari submitted sample. Untuk


mendapatkan contoh uji yang seragam, maka submitted sample harus
diaduk terlebih dahulu di dalam suatu alat pengaduk (mixer), kemudian
baru diacak. Ada beberapa metode pengacakan :

1. Metode pembagi secara mekanik (mechanical divider method)

a. Conical divider (Boerner type)

b. Soil divider

c. Centrifugal divider (Gamet type)

2. Metode pengacakan dengan cangkir (random cups method)

10 Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

3. Metode paroan yang diubah (modified halving method)

4. Metode sendok (spoon method)

Berdasarkan teknik-teknik yang dapat digunakan dalam pengacakan


benih, maka metode dengan menggunakan cangkir, paroan dan metode
sendok sangat memungkinkan untuk diterapkan. Hal ini dengan dasar
bahwa dunia perbenihan di kita masih bersifat konvensional dan belum
memasayakatnya teknologi perbenihan.

Untuk metode pengacakan secara mekanik, kelihatannya hanya dapat


diterapkan apabila produsen benih sudah benar-benar merupakan suatu
bisnis. Apabila produsen telah mengarah kepada bisnis yang terus digeluti
maka produsen akan memilih suatu metode dengan menggunakan
peralatan yang cukup modern. Penggunaan peralatan sebagai sarana
yang dimiliki produsen benih akan berdampak kepada investasi yang
ditanamkan dalam bisnis benih yang dijalankan.

Sebagai upaya melengkapi data/informasi dari contoh benih yang diuji,


maka sebelum dilakukan pengujian terhadap contoh kerja sebaiknya
dilakukan pencatatan terhadap data/informasi dari benih yang akan diuji.
Disamping itu dicatat juga tentang kondisi benih yang akan diuji. Data
yang harus dicatat adalah bagaimana kondisi benih yang akan diuji dari
aspek morfologinya (seperti : bentuk, kebernasan, kesehatan, warna dan
ukuran). Informasi tersebut akan sangat bermanfaat sebagai bahan
informasi pendukung dari benih yang akan diuji.

Bentuk dari benih yang diuji merupakan salah satu informasi bagi kondisi
benih apakah benih tersebut terserang oleh hama atau tidak. Bentuk
benih yang terserang hama dapat dicirikan dengan tidak lengkapnya
struktur benih yang diuji. Kerusakan benih mungkin saja terjadi akibat
adanya serangan hama benih pada saat penaganan benih.

Warna benih dapat memberikan informasi bahwa benih yang akan diuji
adalah benar-benar sudah masak atau masih muda. Biasanya benih-
benih yang muda akan memberikan warna yang berbeda dibanding
dengan benih yang sudah masak.

Kerbernasan merupakan informasi yang sangat penting bagi benih-benih


yang memiliki peluang untuk tumbuh apabila dikecambahkan. Benih-
benih yang tidak bernas, maka sebenarnya benih tersebut tidak akan
memiliki peluang untuk berkecambah. Benih yang tidak bernas

Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan 11


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

merupakan benih yang tergolong ke dalam benih yang kopong. Benih


kopong dapat terjadi akibat penyimpanan yang terlalu banyak oksigen,
sehingga terjadi over repirasi pada benih atau benih yang lolos dari seleksi
benih pada saat dilakukan penanganan benih (seed handling).

Kesehatan benih dapat dilihat dari ada/tidaknya jamur yang menempel


pada contoh kerja benih. Jamur dapat terlihat pada benih apabila pada
benih tersebut terdapat tanda-tanda struktur jamur (misal : hipa). Jamur
yang terlihat pada benih dapat disebabkan oleh jemur terbawa benih
atau jamur bawaan benih. Apabila terdapat bentuk struktur jamur pada
kulit benh yang diuji, maka dapat diduga bahwa jamur tersebut tergolong
jamur yang terbawa benih. Seperti diketahui bahwa jamur maupun
bakteri yang terdapat pada benih dapat menghambat proses
perkecambahan benih.

Ukuran benih merupakan suatu informasi bagi peluang benih untuk


tumbuh dengan baik. Terdapat suatu bentuk korelasi yang positif antara
ukuran benih dengan kemampuan berkecambah dan pertumbuhan.
Biasanya benih-benih dengan ukuran yang lebih besar akan memiliki
cadangan makanan yang tinggi, sehingga dapat membantu dalam
proses fisiologis perkecambahan benih. Teknik penarikan contoh benih
untuk satu identitas (asal-usul) seperti Gambar 4. Sedangkan untuk cara
pengambilan contoh dengan identitas asal-usul berbeda harus dilakukan
seperti Gambar 4 (tetapi untuk masing-masing asal-usul dibedakan). Oleh
karena itu, untuk kondisi yang memiliki perbedaan asal-usul, harus dapat
menunjukkan asal-usul dari benih tersebut (misal : berdasarkan asal-usul
sumber benih dari masing-masing kelas tegakan benih).

Contoh Primer

Contoh Primer Contoh Campuran

Contoh Primer

Submitted Sample

Contoh Kerja
Gambar 4. Cara Pengambilan Contoh untuk

12 Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Dalam hal ini dapat digambarkan untuk suatu produsen benih yang
memiliki dua sumber asal-usul benih, maka harus membedakan setiap
contoh berdasarkan sumber benih dimana benih diambil.

Contoh harus berdasarkan asal -usul benih dikumpulkan untuk tetap menjaga
kualitas genetik

Intensitas sampling

Intensitas sampling merupakan langkah pengambilan sampel yang akan


diuji. Intensitas sampling akan sangat membantu untuk pelaksanaan
pekerjaan pengujian, apabila benih yang akan diuji dalam jumlah yang
banyak.

Intensitas sampling diperlukan sebagai bahan untuk


analisa, sehingga diperoleh data yang valid dan dapat
mewakili semua lot benih yang dianalisa. Untuk mengambil
sampling yang akan dijadikan contoh uji analisa adalah :

a. Benih dalam wadah-wadah karung atau kaleng yang beratnya


kurang lebih seragam.

1. Menurut ISTA (International Seed Testing Association)

1 - 5 wadah : Contoh diambil dari setiap wadah, paling


sedikit 5 contoh primer.

6 - 30 wadah : Contoh diambil paling sedikit dari 5 wadah,


atau diambil dari setiap 3 wadah, pilih angka
yang paling lebih besar.

31 400 wadah : Contoh diambil paling sedikit dari 10 wadah


atau diambil dari setiap 5 wadah, pilih angka
yang paling besar.

> 401 wadah : Contoh diambil paling sedikit dari 80 wadah


atau diambil dari setiap 7 wadah, pilih angka
yang paling besar.

Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan 13


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

2. Menurut AOSA (Association of Official Seed Analysis)

1 wadah : Contoh diambil dari berbagai sudut wadah


tersebut.

2 6 wadah : Contoh diambil dari setiap wadah

> 6 wadah : Menggunakan rumus Y = 5 + 0,1X


Dimana ;
X = jumlah seluruh
Y = jumlah wadah yang harus diambil contohnya

b. Benih dalam satu wadah yang besar atau hamparan syarat minimum
pengambilannya seperti Tabel 2.

Tabel 2. Intensitas Sampling untuk Benih dalam Satu Wadah Besar


Berat
Beratlot
lotbenih
benih Jumlahcontoh
Jumlah contohprimer
primer yang
yang diambil
diambil
s/d
s/d500
500kgkg Paling sedikit55contoh
Paling sedikit contohprimer
primer
501
501- –3.000
3.000kg
kg 11 contoh
contoh primer dari setiap
primer dari setiap300
300kgkgtetapi
tetapitidak
tidakkurang
kurang
dari
dari 5 contoh
contohprimer
primer
3.001 - –20.000
3.001 20.000kg
kg 11 contoh primer dari
contoh primer darisetiap
setiap500
500kg,
kg,tetapi
tetapi tidak
tidak kurang
kurang
dari
dari 10 contoh
contohprimer
primer
> 20.000
> 20.000kg
kg 11 contoh primer dari
contoh primer darisetiap
setiap700
7 00 kg,
kg, tetapi
tetapi tidak
tidak kurang
kurang
dari
dari 40 contoh
contohprimer
primer

Untuk mendapatkan contoh yang mewakili untuk setiap wadah yang


hanya diambil dari beberapa wadah, maka penentuan wadah terpilih
harus dilakukan secara acak. Pengacakan terhadap wadah merupakan
suatu bentuk keadilan terhadap semua wadah. Pengambilan yang
dilakukan dengan acak, maka sebenarnya telah mengnanggap bahwa
semua wadah telah memiliki peluang untuk terambil. Penentuan wadah
secara porposif (ditunjuk) akan sangat mempengaruhi terhadap data
yang dihasilkan pada saat pengujian. Oleh karena itu, metode purposif
harus dihindari pada saat dihadapkan kepada wadah yang banyak
karena akan mengakibatkan data yang diperoleh menjadi tidak valid.

Penentuan sampling sebenarnya dalam rangka efisiensi dan efektifitas


kerja pengujian. Pengujian yang dilakukan dengan sensus, apabila contoh
uji terlalu banyak, maka akan meningkatkan human error. Disamping itu,
akan banyak benih yang tidak dapat dimanfaatkan untuk dijadikan bibit.
Oleh karena itu, penggenaan sampling dalam pengujian benih tidak
dapat dihindari.

14 Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Dalam pelaksanaannya, pengambilan contoh benih dilakukan oleh staf


dari BPTH yang telah ditunjuk dan ditetapkan oleh pimpinan yang
berwenang. Sebelum petugas ke lapangan untuk mengambil contoh uji,
maka sebaiknya harus memiliki pengetahuan tentang teknik pengambilan
contoh serta teknik pengepakan contoh yang akan diuji. Teknik
pengepakan tentunya akan sangat memperangaruhi terhadap kualitas
yang akan diuji. Hal ini dikarenakan kesalahan dalam pengepakan akan
sangat mempengaruhi benih yang dibawa untuk diuji. Demikian juga
pengetahuan mengenai teknik pengambilan contoh uji. Pengambilan
contoh uji yang tidak dilakukan secara acak serta keterwakilan akan
sangat mempengaruhi validitas data hasil pengujian.

Informasi maupun data mengenai asal-usul benih maupun dokumentasi


dari benih yang akan diuji harus dicatat. Pencatatan data tersebut sangat
diperlukan sebagai upaya mempertahankan/menjaga kualitas genetik
dari benih yang akan diuji.

Proses tersebut tentunya dilakukan apabila pengambilan contoh uji


apabila dilakukan oleh petugas BPTH. Sedangakan apabila contoh uji
dikirim langsung oleh produsen benih, maka data-data yang berhubungan
dengan benih yang akan diuji harus disertakan. Disamping itu juga harus
tetap memperhatikan teknik penarikan contoh serta teknik pengemasan
contoh yang akan diuji.

Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan 15


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

PENGUJIAN MUTU FISIK

Pengujian mutu fisik benih merupakan bentuk kegiatan pengujian


terhadap benih yang diuji untuk mendapatkan informasi tentang kondisi
fisik benih. Kondisi fisik disini didefinisikan sebagai bentuk benih yang
dapat dilihat secara kasat mata. Kondisi fisik benih dapat dilihat
berdasarkan bentuk morfologi benih yang dapat dilihat secara kasat
mata. Faktor-faktor yang dapat dijadikan sebagai indikator bagi kualitas
fisik benih, yaitu :

Pengujian Kemurnian

Pengujian kemurnian diperlukan sebagai upaya untuk mengetahui


seberapa besar benih yang sebenarnya tanpa mempertimbangkan
komponen lain selain benih. Kemurnian sangat diperlukan untuk menduga
berapa berat benih yang diperlukan untuk memproduksi sejumlah bibit
tertentu. Oleh karena itu, dalam penentuan keperluan benih untuk suatu
tujuan produksi bibit, maka harus dipertimbangkan berapa kemurnian dari
benih tersebut.

Berdasarkan hal tersebut, maka jelas bahwa dengan


diketahuinya informasi mengenai kemurnian benih,
maka akan mendukung efisiensi dari penggunaan
benih untuk tujuan produksi bibit. Efisiensi sangat
diperlukan untuk menghindari cost yang harus
dikeluarkan oleh konsumen apabila akan
memproduksi bibit. Tidak diketahuinya data
kemurnian benih tentunya dapat mengakibatkan
inefisiensi dalam pembelian benih, sehingga secara Benih Toona sinensis

ekonomis dapat merugikan.

Disamping hal tersebut, dengan diketahuinya kemurnian, maka akan


diperoleh data dan informasi kondisi benih yang sebenarnya (di luar
komponen lain selain benih).

Kemurnian benih merupakan persentase berdasarkan berat benih murni


yang terdapat dalam suatu contoh benih. Tujuan utama dari analisa
kemurnian benih adalah :

Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan 17


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

1. Untuk menentukan komposisi berdasarkan berat dari contoh benih


yang akan diuji atau dengan kata lain komposisi dari kelompok benih.

2. Identitas dari berbagai spesies benih dan partikel-partikel lain yang


terdapat dalam contoh.

Oleh karena itu, untuk analisa kemurnian benih, maka contoh uji yang
dijadikan bahan analisa dapat dipisahkan menjadi 4 (empat komponen),
yaitu :

1. Benih murni

Dalam pengertian benih murni termasuk semua benih dari spesies yang
dinyatakan oleh pengirim atau berdasarkan penemuan dengan uji
laboratorium. Benih murni dapat dikategorikan menjadi :

Benih masak dan utuh

Benih yang berukuran kecil, mengerut, tidak masak

Benih yang telah berkecambah sebelum diuji

Pecahan benih yang ukurannya lebih besar dari separuh benih


yang sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan
benih itu termasuk ke dalam spesies yang dimaksud.

2. Benih spesies lain

Komponen benih spesies lain mencakup semua benih yang ikut


tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji.

3. Bahan lain atau kotoran

Termasuk semua pecahan benih yang tidak memenuhi persyaratan


baik dari komponen benih murni maupun benih spesies lain, partikel-
partikel tanah, pasir, sekam, jerami dan bagian-bagian tanaman
seperti ranting, daun dan lain-lain (dalam hal bagian-bagian tanaman
termasuk sayap apabila benih memiliki sayap).

Untuk pelaksanaan pengujian kemurnian tentunya diperlukan


peralatan yang harus digunakan dalam proses analisa. Peralatan
yang digunakan pada analisa kemurnian benih adalah :

Alat pembersih kotoran fisik (seed blower) digunakan untuk


memisahkan kotoran fisik yang ringan dari benih. Untuk

18 Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

membersihkan kotoran fisik yang dari benih biasanya digunakan waktu


lima menit dengan ukuran hembusan angin yang tergantung masing-
masing benih.

2. Alat pembersih kotoran (purity desk), untuk menghitung kotoran


diambil contoh uji seberat 50 gram. Pemeriksaan kemurnian dilakukan
di atas ”Purity desk” dengan memisahkan benih tanaman lain, benih
yang pecah, sisa benih hampa dan kotoran fisik yang berat. Benih
hampa dapat dipisahkan dari benih murni dengan pertolongan
”Diffusion light” yang terdapat pada purity desk tersebut. Makin halus
benih biasanya makin banyak ditemui kotoran dan semakin perlu
dilakukannya analisa kemurnian.

3. Alat timbangan, untuk kelompok benih ringan digunakan alat


timbangan halus (Torsion balance) yang mempunyai maksimum 100
gram. Sedangkan untuk menimbang kelompok benih yang lebih berat
digunakan timbangan kasar (Ohaus) yang kemampuannya bisa
sampai 5 kg.

4. Peralatan lainnya adalah kaca pembesar, mikroskop strereo, forsep,


saringan dan sebagainya.

5. Kantong plastik; digunakan untuk menempatkan sementara benih


yang akan dianalisa kemurniannya.

6. Kertas label; digunakan untuk menandai identitas setiap benih yang


dianalisa serta untuk mencantumkan data-data lain yang
berhubungan dengan identitas benih agar tidak terjadi kesalahan
input data.

7. Spidol; alat yang digunakan untuk menuliskan data-data yang


berhubungan dengan identitas benih serta hasil analisa.

Dalam prakteknya, (untuk menguji kemurnian benih) apabila dalam seed


handling telah diterapkan dengan baik maka alat seed blower dapat
dikatakan kurang diperlukan. Demikian juga apabila purity desk tidak
dimiliki pengujian dapat dilakukan di atas meja biasa dengan alas yang
berwarna kontras dengan warna benih. Sedangkan peralatan lainnya
merupakan peralatan yang sangat diperlukan dalam pengujian benih.

Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan 19


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

membersihkanKenyamanan ruang kerja serta situasinya akan sangat


mendukung terhadap kenyamanan penguji. Oleh karena itu, suasana
dan kenyamanan ruangan juga harus diperhatikan untuk dapat
memperoleh data yang valid (menghindari human error).

Analisa kemurnian benih biasanya dilakukan secara duplo (dua kali). Beda
antara hasil ulangan pertama dan kedua tidak boleh lebih tinggi dari 5%
atau harus lebih rendah dari 5%. Setiap komponen ditimbang lalu ditotal,
dimana berat total seharusnya sama dengan berat mula-mula
keseluruhan contoh uji untuk kemurnian, tetapi bisa juga kurang.
Persentase dari setiap komponen didapatkan dari berat masing-masing
komponen dibagi berat total kali 100%. Hasilnya ditulis dalam 2 desimal
(dua angka di belakang koma).

Berikut diberikan suatu contoh hasil analisa kemurnian benih dimana


contoh uji terdiri dari campuran dua jenis yakni benih mahoni (Swietenia
spp.) dan jati (Tectona grandis), yang akan diuji kemurniannya adalah
mahoni. Didapatkan hasil sebagai berikut :

Benih murni (mahoni dan jati) = a%

Benih tanaman lain = b%

Kotoran = c%

Dari komponen benih murni diambil contoh uji lalu diamati di atas purity
desk (di atas meja). Dipisahkan antara benih mahoni dan jati kemudian
ditimbang diperoleh benih mahoni = x gram dan jati = y gram. Berdasarkan
hal tersebut, maka dapat diperoleh informasi :

Persen benih murni mahoni sesungguhnya

x xa%
y
Persentase benih tanaman lain sekarang adalah

x xa%+b%
y

Kotoran tetap c %

20 Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Apabila contoh uji tersebut terdiri dari dua atau lebih jenis yang sulit
dibedakan, maka diperbolehkan untuk memasukkan dan menimbang
benih-benih yang serupa dalam satu komponen (dengan catatan tidak
kehilangan informasi dari asal-usul benih yang diuji).

Kemurnian :

Penentuan Kadar Air

Kadar air adalah kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan
hilangnya kandungan air tersebut dan dinyatakan dalam persen. Kadar
air yang terkandung di dalam benih akan sangat mempengaruhi kualitas
fisiologis benih. Bahkan untuk kondisi tertentu dapat berpengaruh juga
terhadap kualitas fisik benih.

Penentuan kadar air benih dari suatu kelompok benih


sangat penting untuk dilakukan. Hal ini dengan dasar
pemikiran bahwa laju kemunduran suatu benih
dipengaruhi oleh kadar airnya. Di dalam batas
tertentu, makin rendah kadar air benih makin lama
daya hidup benih tersebut. Kadar air optimum dalam
penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah 6 %
- 8 % (jenis ortodoks). Sedangkan kadar air untuk jenis
Desikator rekalsitran > 12 %.

Kadar air yang terlalu tinggi untuk jenis-jenis benih ortodoks dapat
menyebabkan benih berkecambah sebelum ditanam. Sedangkan dalam
penyimpanan menyebabkan naiknya aktifitas pernapasan yang dapat
berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih.
Selain itu, dapat merangsang perkembangan cendawan patogen di
dalam tempat penyimpanan. Tetapi harus diperhatikan juga kondisi
sebaliknya, dimana pada saat benih memiliki kadar air yang terlalu rendah
dapat menyebabkan kerusakan pada embrio.

Secara umum, ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan pada saat


menguji kadar air adalah :

Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan 21


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

6Berat minimal contoh uji untuk analisa kadar air adalah 10 gram untuk
benih berukuran besar dan 5 gram untuk benih berukuran kecil.
Dibungkus terpisah dari contoh benih untuk pengujian viabilitas. Untuk
mencegah terjadinya perubahan kadar air benih selama dalam
pengiriman ke laboratorium, maka contoh benih harus dimasukkan
dalam kantong alumunium, kaleng atau botol yang tertutup rapat.
Contoh harus segera dikirimkan dan analisa harus secepat mungkin
dikerjakan. Pengujian harus cepat dilakukan karena benih memiliki
sifat higroskopis dan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan (suhu
dan kelembaban).

6Pembedaan contoh uji antara proses pengujian kadar air dengan


contoh uji untuk menguji viabilitas dikarenakan contoh uji yang
digunakan untuk pengujian kadar air menyebabkan kematian embrio,
sehingga apabila digunakan untuk pengujian viabilitas benih tidak
akan mewakili informasi yang diinginkan.

! Penentuan kadar air dikerjakan secara duplo. Perbedaan hasil antar


ulangan tidak boleh lebih besar dari 0.2%. Apabila didapati
perbedaan hasil yang lebih besar, maka analisa harus diulang kembali.

! Sebelum analisa dilakukan, contoh benih harus diaduk dengan


menggunakan alat pengaduk di dalam kaleng atau botol asalnya.
Pengaduk dimaksudkan untuk mendapatkan contoh uji yang
homogen. Untuk benih-benih tertentu (benih yang banyak tercampur
kotoran) harus diaduk di atas baki pencampur dan dikerjakan
secepatnya.

! Hasil pengukuran kadar air harus dicatat dan didokumentasikan


sebagai data yang mendukung untuk penerbitan sertifikat mutu benih.

Pada prinsipnya metode yang digunakan untuk mengukur kadar air benih
ada 2 macam, yaitu : metode praktis dan metode dasar.

1. Metode Praktis; metode ini mudah dilaksanakan tetapi hasilnya kurang


teliti, sehingga sering perlu dikalibrasikan terlebih dahulu. Metode
praktis terdiri dari : metode Calcium carbide, metode Electric moisture
meter dan lain-lain. Dengan menggunakan metode praktis ini akan
diperoleh data langsung dari alat yang digunakan.

22 Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Kesalahan dalam pengukuran dapat terjadi akibat alat yang


digunakan atau kesalahan dalam pembacaan.

2. Metode Dasar; dalam metode dasar ini kadar air ditentukan dengan
mengukur kehilangan berat yang diakibatkan oleh
pengeringan/pemanasan pada kondisi tertentu dan dinyatakan
sebagai persentase dari berat mula-mula. Penentuan kadar air benih
melalui metode dasar meliputi : metode oven, metode destilasi,
metode Karl Fisher dan lain-lain.

Pemilihan metode untuk mengukur kadar air akan sangat ditentukan oleh
ketersedian dari peralatan. Untuk pengukuran dengan metode praktis
lebih cenderung harus menyediakan peralatan khusus, tetapi kadar air
dapat diketahui dengan cepat. Sedangkan untuk metode dasar data
kadar air diperoleh cukup agak lama.

Metode yang digunakan untuk menguji kadar air benih dapat secara
langsung maupun tidak langsung. Pada dasarnya metode langsung, yaitu
menguji kadar air dengan menggunakan pengering (oven). Dalam hal
ini, perbedaan berat antara benih sebelum dioven dengan setelah dioven
merupakan air yang hilang (kadar air). Sedangkan metode tidak langsung
lebih menduga kadar air dengan menggunakan daya penghantar listrik.
Secara jelas teknik yang dapat dilakukan untuk menguji kadar air adalah :

1. Langsung

a. Metode oven temperatur rendah (konstan)

Menggunakan temperatur (103 + 2)oC dan


dikeringkan selama 17 + 1 jam. Periode
pengeringan dimulai pada waktu oven
menunjukkan temperatur yang diinginkan. Oven

Setelah pengeringan, contoh benih


beserta cawannya disimpan dalam
desikator selama 30 45 menit untuk
pendinginan, beru kemudian benih
ditimbang beserta wadahnya. Selama
penimbangan, kelembaban di ruang
laboratorium harus kurang dari 70%.

Desikator & Benih Uji

Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan 23


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

a. Metode oven temperatur tinggi (konstan). Cara kerja dengan


menggunakan metode ini sama dengan metode oven temperatur
rendah, hanya temperatur oven yang digunakan 130 133 oC dan
waktu yang digunakan relatif lebih rendah (4 jam untuk Zea mays, 2
jam untuk sereal lain dan 1 jam untuk jenis lainnya).

2. Tidak langsung

Dilakukan dengan menggunakan alat-alat yang berdasarkan


mekanismenya kepada daya penghantar listrik. Benih yang
mengandung lebih banyak air akan memiliki daya penghantar listrik
lebih besar apabila dibandingkan dengan benih yang relatif lebih
kering. Alat yang digunakan adalah steinlite, Dole, Dicky John dan lain-
lain.

Untuk pelaksanaan pengukuran kadar air, harus didukung oleh peralatan.


Peralatan yang diperlukan adalah :

1. Timbangan dengan ketelitian sampai dengan 1 mg.

2. Alat penggiling yang bisa diatur dan memenuhi persyaratan sebagai


berikut :

a. Terbuat dari bahan non-absorbat

b. Konstruksinya sedemikian rupa sehingga sebanyak mungkin dapat


melindungi benih atau bahan yang digiling dari udara terbuka.

c. Menghasilkan gilingan yang rata pada kecepatan yang tidak


menimbulkan panas pada bahan yang digiling.

3. Oven listrik dengan ventilasi baik dan alat pengontrol thermostik untuk
menjaga agar temperatur tetap konstan.

4. Alat mengukur kadar air (moisture tester).

5. Desikator yang dilengkapi dengan sebuah piring logam atau porselin


dan bahan pengering yang cukup (desikan).

6. Saringan kawat dengan diameter 0.5 mm, 1.0 mm dan 4.0 mm.

24 Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

7. Wadah yang terbuat dari logam anti karat atau gelas dengan
tebal + 0.5 mm, diameter minimal 5 cm dan dilengkapi tutup yang
baik.

Bagian dasar wadah datar dengan tepi membentuk sudut lengkung.


Beberapa jenis benih harus dihancurkan halus atau kasar, sebelum
dikeringkan.

Benih-benih yang mempunyai kadar minyak tinggi tidak perlu digiling,


karena benih tersebut sulit untuk dihancurkan. Lagi pula terjadinya
oksidasi dari minyak selama penggilingan akan menyebabkan
penambahan berat, yang akan berakibat terjadinya kesalahan dalam
penentuan kadar air benih.

Contoh penentuqn kadar dengan menggunakan metode langsung


seperti Tabel 3.

Tabel 3. Contoh Penentuan Kadar Air

No Parameter Ulangan

a. 5
1 Berat benih (g) b. 5
a. 127.82
2 Berat cawan (g) b. 130.25
a. 132.82
3 Berat cawan + benih (g) b. 135.25
a. 131.70
4 Berat cawan + benih kerin oven (g) b. 134.10
a. 22.40
5 Kadar air (%) b. 23.00

6 Kadar air benih (%) 22.70

Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan 25


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Berat 1000 Butir Benih

Penentuan berat untuk 1000 butir benih dilakukan karena karakter ini
merupakan salah satu ciri dari suatu jenis benih yang juga tercantum
dalam deskripsi jenis. Tujuan yang ingin dicapai dengan pengukuran
berat 1000 butir benih adalah untuk mengetahui berat setiap kelompok
benih per 1000 butir benih dan menentukan efisiensi penentuan berat 1000
butir yang dinyatakan dalam gram.

Penentuan berat 1000 butir dapat dipergunakan untuk mengetahui


jumlah benih per kg dari suatu jenis yang dapat dijadikan standar dalam
perencanaan kebutuhan benih untuk persemaian maupun penanaman.

Benih dapat dihitung secara manual dengan menggunakan sebuah


spatula dan diletakkan pada sebuah tempat dengan warna permukaan
kontras terhadap warna benih, kemudian jumlah benih tersebut
ditimbang. Pekerjaan menghitung jumlah benih akan lebih mudah
dengan menggunakan alat penghitung benih automatik. Bila alat
tersebut digunakan secara benar maka tingkat ketepatannya adalah
sekitar + 5%.

Menentukan berat 1000 butir benih dapat dilakukan dengan prosedur 1 x


1000 butir, yaitu dengan menghitung sejumlah 1000 butir benih kemudian
ditimbang beratnya. Teknik lain dapat dilakukan dengan prosedur 8 x 100
butir, yaitu dengan mengambil sejumlah 100 butir benih dengan 8 x
ulangan secara acak dari contoh kerja, kemudian ditimbang. Selanjutnya
menghitung koefisien keragaman dari berat 100 butir benih antara 8
ulangan tersebut dengan rumus :

Standar deviasi (s) = ?n (?x

Dimana :
x = berat masing-masing ulangan
= rata-rata berat seluruh ulangan
n = jumlah ulangan
? = jumlah total

26 Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Menurut peraturan ISTA jika koefisien keragaman tidak lebih kurang dari 4.0,
maka analisa diterima. Sedangkan jika CV lebih dari 4, maka ulangan
ditambah 8 ulangan (menjadi 16 ulangan).
Berat 1000 butir benih diperoleh dengan mengalikan berat rata-rata
dengan nilai 10. Contoh penentuan berat 1000 butir seperti Tabel 4.

Tabel 4. Contoh Penentuan Berat 1000 Butir

No Parameter Hasil

1 Ulangan berat benih (g):


1. 16.7
2. 17.0
3. 17.3
4. 17.0
5. 16.8
6. 17.0
7. 16.7
8. 17.3
2 CV (%) 1.746903243
3 S 0.290836206
4 X (g) 17.0

Berdasarkan Tabel 4, berat 1000 butir benih adalah 17.0 x 10 = 170 gram.

Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan 27


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

PENGUJIAN MUTU FISIOLOGIS BENIH

Pengujian mutu fisiologis benih


dimakasudkan sebagai penentuan
kualitas dari metabolisme yang terjadi di
dalam benih. Biasanya untuk
mengetahui bagaimana fisiologis dari
benih digunakan indikator daya hidup
dan daya kecambah.
Uji Daya Kecambah

Daya hidup merupakan bentuk informasi yang berhubungan dengan


peluang benih untuk hidup. Dalam hal ini yang dimaksud dengan daya
hidup (viabilitas) benih kemampuan benih untuk hidup dan berkembang
menjadi bibit (terbentuk akar, batang dan daun). Sedangkan daya
kecambah lebih cenderung menunjukkan kemampuan benih untuk
melakukan proses fisiologis mengeluarkan radiks.

Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa proses fisiologis


viabilitas berbeda dengan proses fisiologis perkecambahan. Dalam hal ini
viabilitas merupakan proses lanjutan dari perkecambahan. Dengan kata
lain bahwa benih yang berkecambah belum tentu viabel.

Viabilitas dan daya kecambah merupakan bentuk ekspresi dari proses


fisiologis yang terjadi pada benih. Oleh karena itu, semakin baik daya
hidup dan daya kecambah, maka mutu fisiologis benih semakin baik.
Terdapatnya perbedaan daya hidup dan daya kecambah pada asal-
usul benih yang sama menunjukkan kualitas genetik dari benih tersebut.
Dengan demikian informasi yang berhubungan dengan identitas asal-usul
benih harus tetap diketahui atau terdokumentasi dengan baik.

Daya Hidup (Viabilitas) Benih

Pada uji viabilitas benih, baik uji daya


kecambah atau uji kekuatan tumbuh
benih, penilaian dilakukan dengan
membandingkan kecambah satu
dengan yang lain dalam satu substrat.
Dengan demikian faktor subyektif dari si
penguji sulit untuk dihilangkan.
Bibit dari Benih Viabel

Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan 29


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Pada pengujian yang penilaiannya harus dilakukan dengan


membandingkan hasil perkecambahan dari berbagai substrat misal pada
penelitian pengaruh substrat dengan berbagai tekanan osmose terhadap
kekuatan tumbuh benih, ”mungkin” dapat digunakan parameter seperti
laju perkecambahan, berat kering/basah dari kecambah atau kotiledon,
berat epikotil atau plumula.

Umumnya sebagai parameter untuk viabilitas benih digunakan persentase


perkecambahan. Dimana perkecambahan harus cepat dan dan
pertumbuhan kecambahnya kuat dan mencerminkan kekuatan
tumbuhnya yang dapat dinyatakan dengan laju perkecambahan.

Persentase Perkecambahan (Germination Percentage)

Persentase perkecambahan menunjukkan jumlah kecambah normal


yang dapat dihasilkan oleh benih murni pada kondisi lingkungan tertentu
dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.

% perkecambahan = Jumlah kecambah normal yang dihasilkan x 100%


Jumlah contoh benih yang diuji

Laju Perkecambahan (Germination Rate)

Laju perkecambahan dapat diukur dengan menghitung jumlah hari yang


diperlukan untuk munculnya radikel atau plumula.
Rata-rata hari = N1T1 + N2T2 + ........... + NxTx
Jumlah total benih yang berkecambah

Dimana :
N= jumlah benih yang berkecambah pada satuan waktu tertentu
T= menunjukkan jumlah waktu antara awal pengujian sampai dengan akhir dari interval tertentu suatu pengamatan

Nilai Perkecambahan (Germination Value)


Parameter lain yang mencakup laju dan persentase perkecambahan dan
disebutnya sebagai ”nilai perkecambahan”. Untuk mendapatkan nilai
perkecambahan diperlukan suatu kurva perkecambahan yang diperoleh
dari pengamatan secara periodik dari meunculnya radikel

30 Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

atau plumula. Setelah suatu penundaan awal, maka jumlah benih yang
berkecambah meningkat, kemudian menurun.

T = titik dimana laju perkecambahan mulai menurun

G = titik dimana persentase perkecambahan berakhir

Kedua titik ini membagi kurva menjadi dua bagian yakni fase cepat dan
fase lambat.
Nilai puncak = % perkecambahan pada T
(peak value) Jumlah yang diperlukan untuk mencapainya

Rata-rata perkecambahan harian = % perkecambahan pada G


(mean daily germination) Jumlah hari uji seluruhnya

Nilai perkecambahan = nilai puncak x nilai rata-rata perkecambahan harian

Uji Daya Kecambah

Daya kecambah benih memberikan informasi kepada pemakai benih


akan kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang
berproduksi wajar dalam keadaan biofisik lapangan yang serba optimum.

Parameter yang digunakan dapat berupa persentase kecambah normal


berdasarkan penilaian terhadap struktur tumbuh embrio yang diamati
secara langsung atau secara tidak langsung dengan kehidupan benih.
Persentase perkecambahan adalah persentase kecambah normal yang
dapat dihasilkan oleh benih murni pada kondisi yang menguntungkan
dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan.

Pengujian pada kondisi lapangan biasanya tidak memuaskan karena


hasilnya kurang dapat dipercaya. Oleh karena itu, metode laboratorium
dikembangkan sedemikian rupa, dimana beberapa atau seluruh kondisi
luar/lapang dapat dikendalikan dengan teratur. Sehingga memberikan
hasil perkecambahan yang lengkap dan cepat dari contoh benih yang
dianalisa.

Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan 31


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Metode perkecambahan dengan pengujian di laboratorium hanya


menentukan persentase perkecambahan total. Dibatasi pada
pemunculan dan perkembangan struktur-struktur penting dari embrio,
yang menunjukkan kemampuan untuk menjadi tanaman normal pada
kondisi lapangan yang optimum. Sedangkan kecambah yang tidak
menunjukkan kemampuan tersebut dinilai sebagai kecambah yang
abnormal. Benih yang tidak dorman tetapi tidak tumbuh setelah periode
pengujian tertentu dinilai sebagai mati.
Agar hasil persentase perkecambahan yang didapat dengan metode uji
daya kecambah di laboratorium mempunyai korelasi positif dengan
kenyataan nantinya di lapangan, maka perlu diperhatikan faktor-faktor
berikut ini :
1. Kondisi lingkungan di laboratorium harus menguntungkan bagi
perkecambahan benih dan terstandarisasi.
2. Pengamatan dan penilaian baru dilakukan pada saat kecambah
mencapai suatu fase perkembangan, dimana dapat dibedakan
antara kecambah normal dan kecambah abnormal.
3. Pertumbuhan dan perkembangan kecambah harus sedemikian
sehingga dapat dinilai mempunyai kemampuan tumbuh menjadi
tanaman normal dan kuat pada keadaan yang menguntungkan di
lapangan.
4. Lama pengujian harus dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

Hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaan uji perkecambahan antara


lain adalah :
1. Alat-alat : meja analisa, alat pengecambah benih, pinset, kaca
pembesar dan lain-lain.
2. Substrat : kertas, pasir, tanah.
3. Kondisi yang serba optimum : kelembaban, aerasi, tmperatur,
cahaya.
4. Evaluasi kecambah ; normal, abnormal dan mati.
5. Perlakuan pemecahan dormansi (bila diperlukan).

Alat pengecambahan benih adalah alat yang digunakan untuk


mengecambahkan benih. Dimana dapat diatur kondisi lingkungan

32 Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

yang optimum untuk perkecambahan. Alat pengecambahan benih


buatan luar negeri antara lain : Burrows Model 1000A (1850), Mangelsdorf
dan Junior. Sedangkan buatan dalam negeri (Insitut Pertanian Bogor)
adalah tipe-tipe IPB-73-2A; IPB-73-2A/B; yang dapat digunakan untuk
menguji daya kecambah benih. Kelembaban relatif ruang
perkecambahan harus antara 90 95%. Variasi temperatur tidak boleh
lebih dari 1 oC pada setiap periode 24 jam.

Sumber cahaya putih (flourescent) baik untuk membantu memperlancar


perkecambahan dan lebih efektif daripada cahaya harian atau cahaya
pijar. Benih yang memerlukan cahaya butuh penerangan sekurang-
kurangnya 8 jam setiap 24 jam dan memerlukan intensitas cahaya rata-
rata 750 1250 lux. Untuk benih-benih yang tidak mengalami dormansi
kebutuhan tersebut mungkin hanya serendah 250 lux.

Jenis substrat kertas yang dapat dipergunakan adalah kertas blotter,


kertas kimpac, absorbent cotton, kertas towelling, kertas filter dan kertas
merang. Apabila contoh benih dengan substrat kertas tidak mau
berkecambah atau menghasilkan kecambah yang tidak dapat dinilai,
maka pegujian harus dilaksanakan pada media pasir atau tanah yang
terlebih dahulu harus disterilkan. Medium pasir yang dianjurkan :

!Tidak mengandung bahan yang beracun


!Lolos dalam saringan ø 0,8 mm dan tertahan dalam saringan ø 0.05 mm.
!pH = 6.0 7.5
Sedangkan untuk medium tanah yang dianjurkan adalah :

!Tidak bergumpal, sehingga harus disaring dulu sebelum digunakan.


!Untuk tanah liat harus dicampur dengan pasir.
Semua substrat, baik kertas, pasir dan tanah hanya boleh digunakan sekali
saja. Substrat kertas biasanya diletakkan pada baki perkecambahan
atau petridish. Sedangkan untuk pasir dan tanah digunakan kotak
alumunium atau kotak kayu. Ukurannya tergantung pada besar kecilnya
benih.

Tanah dan pasir diisikan 2 cm dari tepi kotak alumunium atau 4 cm dari tepi
kotak kayu. Setelah benih disemaikan bagian atas kotak dapat

Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan 33


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

ditutup dengan kertas filter atau kaca sampai kecambah muncul. Untuk
evaluasi kecambah digunakan kriteria sebagai sebagai berikut :

a. Kecambah normal

1. Kecambah yang memiliki perkembangan sistem perakaran yang


baik terutama akar primer dan untuk tanaman yang secara normal
menghasilkan akar seminal, maka akar ini tidak boleh kurang dari
dua. Dengan kata lain kecambah normal dapat didefinisikan
apabila memiliki radiks 2 kali panjang benih.

2. Perkembangan hipokotil yang baik dan sempurna tanpa ada


kerusakan pada jaringan-jaringannya.

3. Pertumbuhan plumula yang sempurna dengan daun hijau dan


tumbuh baik, di dalam atau muncul dari koleoptil atau
pertumbuhan epikotil yang sempurna dengan kuncup yang
normal.

4. Memiliki satu kotiledon untuk kecambah dari monokotil dan dua


bagi dikotil.

Kekurangan lain yang masih dapat diterima untuk dinyatakan sebagai


kecambah normal adalah :

! Untuk kecambah tanpa akar primer atau dengan akar primer yang
pendek ditambah dua akar seminal yang kaut.

! Hipokotil boleh memperlihatkan sedikit kerusakan atau kebusukan


yang terbatas asalkan jaringan-jaringan penting tidak terganggu
fungsinya.

! Untuk dikotil yang kehilangan satu kotiledonnya.


! Untuk benih pohon-pohonan dengan tipe perkecambahan
epigeal dikatakan normal apabila panjang akar 4 x panjang benih
dan mempunyai perkembangan struktur yang normal.

! Kecambah yang busuk karena infeksi oleh kecambah lain masih


dianggap normal, kalau jelas bahwa sebelumnya bagian-bagian
penting dari kecambah itu semua ada.

34 Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

b. Kecambah abnormal

1. Kecambah yang rusak, tanpa kotiledon, embrio yang pecah dan


akar primer yang pendek.

2. Kecambah yang bentuknya cacad, perkembangannya lemah


atau kurang seimbang dari bagian-bagian yang penting.

3. Kecambah yang tidak membentuk chlorophyl

4. Kecambah yang lunak

5. Untuk benih pohon-pohonan bila dari microphyl keluar daun dan


bukannya akar.

c. Mati

Kriteria ini ditujukan untuk benih-benih yang busuk sebelum


berkecambah atau tidak tumbuh setelah jangka waktu pengujian
yang ditentukan, tetapi bukan dalam keadaan dorman

d. Benih keras

Benih yang pada kahir uji daya kecambah masih keras karena tidak
menyerap air disebabkan kulit yang impermeabel, dianggap sebagai
benih yang berkulit keras. Persentase benih yang berkulit keras harus
disebutkan tersendiri dalam analisa.

e. Benih yang belum busuk tetapi tidak berkecambah/benih segar

Benih yang telah membengkak karena menyerap air tetap belum


berkecambah pada akhir pengujian harus dikategorikan tersendiri.
Untuk benih-benih pohon-pohonan sering ditemui benih yang tidak
busuk, masih hidup dan sudah membengkak tetapi belum
berkecambah. Untuk benih-benih yang demikian dapat diberi
perlakuan tersendiri (diperpanjang waktu pengujiannya, diberi
perlakuan khusus dan uji biokimia) serta harus disebut sebagai
persentase tersendiri.

Perlakuan-perlakuan khusus untuk memecahkan dormansi dapat


dilakukan dengan cara :

1. Prechiling
Benih-benih diletakkan pada substrat lembab dan disimpan pada
temperatur rendah. Untuk benih tanaman pertanian dan hortikultura

Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan 35


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

diperlakukan paling lama 10 hari pada temperatur 5o 10oC. Untuk


benih pohon-pohonan selama 7 hari sampai 12 bulan pada
temperatur 3o 5oC. Lamanya prechiling tidak termasuk dalam
perhitungan perkecambahan.

2. Predrying

Benih-benih yang dipanaskan paling lama 7 hari pada temperatur


tidak lebih dari 40oC dengan sirkulasi udara bebas.

3. Perlakuan dengan KNO3

Substrat dibasahi dengan 0.2% larutan KNO3 (2 gram dalam 1 liter air).
Bila substrat perlu dilembabkan pagi ditambahkan air biasa, hal ini
untuk mencegah makin tingginya konsentrasi KNO3 tersebut.

4. Pencucian pendahuluan

Bila perkecambahan dipengaruhi oleh suatu zat dari benih yang akan
menghambat perkecambahan, maka bahan tersebut sebaiknya
dihilangkan dengan mencuci benih dalam air sebelum
dikecambahkan.

Metode Pengujian Daya Kecambah

Metode uji daya kecambah secara langsung dengan substrat kertas


merang. Metode langsung ini dapat dilakukan dengan cara :

1. UDK (Uji Di atas Kertas) : UDKm (Uji Di atas Kertas dimiringkan) dengan
UDK; UDKm dimaksudkan menguji benih di atas lembar substrat.
Metode ini sangat baik digunakan untuk benih yang membutuhkan
cahaya bagi perkecambahannya.

Caranya :

! Substrat kertas (3 4 lembar) diletakkan pada alas petridish atau


cawan plastik.

! Basahi substrat, biarkan sampai kedap air meresap. Kemudian air


yang berlebih dibuang.

! Tanamlah benih di atas lembar substrat dengan pinset.

36 Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

! Untuk benih yang berukuran sedang cukup 10 butir dalam satu


petridish, sedangkan untuk benih sebesar tembakau sebanyak 25
butir.

Petridish dapat ditutup atau dibuka, tergantung pada ukuran


4
benih. Benih yang lebih besar petridish dapat dibuka,
sedangkan benih yang lebih kecil ditutup.

Letakkan petridish atau cawan plastik yang telah ditanami benih


4
dalam alat pengecambahan benih. Untuk metode UDKm,
letak trays di dalam alat pengecambah dimiringkan.

2. UAK (Uji Antar Kertas), UAKm (Uji Antar Kertas Dimiringkan)

Metode UAK digunakan bagi benih yang tidak peka terhadap cahaya
untuk perkecambahannya. Sehingga untuk benih-benih demikian,
benih ditanam diantara substrat kemudian substrat dilipat.

Cara :

! Siapkan substrat kertas berukuran 20 x 30 cm, 3 4 lembar atau


setebal + 1 mm.

! Rendam dalam air selama beberapa menit sampai basah.


Hilangkan air yang berlebihan dengan jalan memasukkan substrat
basah tersebut ke dalam alat pengepres substrat sampai air tidak
menetes lagi.

! Letakkan substrat dan bentuklah lipatan kertas pada bagian


tengahnya.

! Benih ditanam dengan pinset pada ½ bagian lipatan tadi agak


masuk ke dalam. Jarak tanam tidak saling berdekatan.

! Tutuplah substrat yang telah ditanami benih dengan ½ bagian


substrat yang lain tepat pada lipatan.

! Lipat lagi pinggir-pinggir substrat + 1 ½ cm ke dalam (kecuali) yang


telah ada lipatannya.

! Letakkan di dalam alat pengecambah benih. Untuk metode


UAKm letak trays dimiringkan.

Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan 37


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

3. UKD (Uji Kertas Digulung); UKDp (Uji Kertas Digulung dalam plastik)

Pada metode ini


benih diuji dengan
cara menanam benih
diantara lembar
substrat lalu digulung.
Dapat digunakan
untuk benih yang
tidak peka cahaya
untuk perkecambah-
annya.

Uji Daya Kecambah Di Atas Kertas

Cara :

! Siapkan substrat kertas berukuran 20 x 30 cm dan plastik dengan


ukuran yang sama.

! Tanam benih di atas lembaran substrat (3 4 lembar) yang telah


terlebih dahulu dibasahi.

! Tutup substrat yang telah ditanami benih dengan lembaran


substrat lain dan digulung.

! Letakkan dalam alat pengecambah benih.

! Untuk benih yang berukuran sebesar benih jagung, kedele,


kacang tanah substrat kertas dilapisi plastik di luarnya sehingga
menjadi metode UKDp.

Metode uji daya kecambah


secara langsung dengan substrat
pasir, tanah. Dengan metode ini
benih ditanam pada substrat
pasir, tanah. Benih yang
ditaburkan pada permukaan
tanah adalah benih-benih yang
berukuran kecil. Sedangkan
benih dengan ukuran sedang
sampai besar agak ditanam
pada media yang sudah
disiapkan (kedalaman tertentu). Uji Daya Kecambah dengan Media Pasir

38 Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Cara :

!Siapkan kotak alumunium/plastik berukuran 17,5 cm x 4,5 cm x 3,5 cm


untuk benih yang kecil, atau kotak kayu berukuran 44 cm x 30 cm x 6 cm
untuk benih besar.

!Pasir dan tanah yang telah disterilkan terlebih dahulu, diisikan 3 cm dari
tepi kotak alumunium/plastik atau 4 cm dari tepi kotak kayu.

!Basahi pasir, tanah secukupnya.


!Sebar benih dengan jumlah tertentu pada satu deretan. Deretan dapat
dipakai sebagai ulangan.

!Bagian atas kotak dapat ditutup dengan kertas filter atau kaca sampai
benih berkecambah.

Dalam pelaksanaan pengujian daya kecambah sebagai bahan informasi


sejauhmana mutu fisiologis benih dilakukan dengan menggunakan uji
daya hidup. Uji daya hidup dilakukan dengan menggunakan uji
Tetrazolium (uji-TZ). Hal ini dengan dasar pertimbangan bahwa uji-TZ ini
dapat digunakan untuk mengetahui daya hidup benih, namun dengan
waktu yang cepat. Meskipun dalam hal ini harus menggunakan bahan
kimia yang cukup mahal.

Untuk mengetahui sejauhmana daya kecambah dari benih yang diuji,


maka setiap penaburan benih yang dilaksanakan oleh produsen benih
harus dicatat dalam dokumen penaburan. Hasil perolehan data
perkecambahan benih sebaiknya dilaporkan kepada pengawas
penaburan (dalam hal ini adalah pihak yang berwenang mengawasi
penanganan benih). Sedangkan untuk mengontrol peredaran benih,
laporan tersebut harus ditembuskan kepada BPTH.

Selanjutnya BPTH mendokumentasikan seluruh informasi yang diperoleh


sebagai bentuk tanggung jawab dalam pengawasan peredaran benih
tanaman hutan.

Sertifikat Mutu Benih sangat Bermanfaat untuk Memberikan Jaminan Mutu Benih yang
Digunakan untuk Rehabilitasi Hutan dan Lahan Berkualitas

Sertifikasikan Benih …… Sebelum Dijadikan Bibit …… Demi Menciptakan Tegakan Berkualitas

Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan 39


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan 41


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Lampiran 1. Contoh Data Pengujian Benih

Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan 43


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Lampiran 2. Contah Data Pengujian Benih (lanjutan)

44 Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Lampiran3. Contoh Blanko Pengambilan Contoh Benih

Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan 45


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Lampiran 4. Contoh Sertifikat Mutu Benih Tanaman Hutan

46 Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Lampiran 5. Contoh Keterangan Hasil Pengujian Benih

Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan 47


ii
Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura

Lampiran 6. Contoh Label Benih

48 Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan


ii
MANUAL PENGUJIAN BENIH
TANAMAN HUTAN
BPTH
JAWA DAN MADURA
ISBN 978-979-16185-3-3

You might also like