You are on page 1of 26

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Balakang Masalah


Indonesia termasuk negara maritim, yang secara geografis negara ini
dikelilingi oleh samudera yang begitu luas. Karena pengaruh tekanan di atmosfer
dan air laut merupakan problem utama penyebab korosi. Secara terus-menerus
setiap individu dihadapkan pada masalah korosi yang dapat menimbulkan
kerugian yang cukup besar.
Menurut definisinya korosi adalah kerusakan material padat (logam)
karena pengaruh dari lingkungannya. Korosi juga merupakan suatu proses alam
yang tidak bisa dicegah akan tetapi dapat dikendalikan agar umur logam
bertambah. Korosi adalah salah satu permasalahan material yang dapat
mengakibatkan kerusakan. Dengan terjadinya kerusakan ini, maka pada sektor
industri sering merasakan dampak dari korosi. Berupa kerusakan yang harus
diperbaiki dengan segera jika tidak dapat mengakibatkan terhentinya proses
produksi sehingga menimbulkan kerugian yang lebih besar serta turunnya tingkat
keamanan (safety).
Alumunium merupakan material nonferro yang sangat banyak
manfaatnya, kelebihan logam alumunium dibandingkan dengan logam nonferro
lainnya yaitu ringan, memiliki sifat konduktifitas yang baik dan memiki
ketahanan karat yang tinggi. Namun seiring dengan kemajuan teknologi,
kebutuhan akan material yang tahan lama dan tahan korosi yang tinggi menjadi
suatu prioritas utama dalam merancang dan memproduksi produk, untuk itu
walaupun sifat ketahanan korosinya tinggi, logam alumunium dapat
dimaksimalkan proteksi terhadap korosinya.
Salah satu cara melindungi atau memproteksi logam dari serangan korosi
adalah dengan melapisi logam tersebut dengan logam lain melalui proses
elektrokimia. Anodizing merupakan salah satu cara pelapisan oksidasi pada

1
2

alumunium yang dilakukan dengan oksidasi anodik pada suhu kamar (room
temperature) dengan bantuan arus listrik agar terjadi reaksi kimia sehingga
dihasilkan suatu lapisan yang dapat melindungi logam tersebut. Anodizing adalah
proses pelapisan secara elektrolisis dengan melapisi suatu permukaan logam
dengan suatu oksidasi yang melapisi dan bersifat melindungi logam dari pengaruh
korosi.
Teknik proteksi korosi ini tidak memerlukan biaya yang cukup tinggi
namun amat efektif dalam melindungi permukaan logam dari serangan korosi.
Mekanisme elektrolisis yaitu menghasilkan reaksi kimia dengan
menggunakan energi listrik. Anodizing terjadi disebabkan oleh adanya pertukaran
ion logam antara katoda dan anoda dimana pada percobaan ini, logam Al sebagai
anoda dan logam Pb sebagai katoda, dan material yang akan terkena korosi
pertama kali adalah Pb.

1.2 Tujuan Percobaan


Dalam praktikum Anodizing Al kali ini bertujuan untuk menunjukan salah
satu cara proteksi korosi dengan proses Anodizing.

1.3 Batasan Masalah.


Dalam percobaan anodizing Al kali ini yang menggunakan logam Pb
sebagai katodanya, dengan H2SO4 sebagai larutan elektrolitnya dan mengunakan
prinsip elektrolisis. Dengan mengubah nilai tegangan kita dapat mengetahui
variabel ini berpengaruh dalam mempercepat atau memperlambat proses
anodizing tersebut. Pada percobaan kali ini digunakan interval tegangan dari 7-15
volt dengan konsentrasi H2SO4 2M dan proses elektrolisis selama 15 menit.

1.4 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan dalam laporan ini adalah sebagai berikut :
Bab I pendahuluan yang berisi tentang latar belakang pengadaaan praktikum
anodizing ini, tujuan dari praktikum ini, batasan masalah pada praktikum ini dan
sistematika menulis laporannya. Bab II tinjauan pustaka yang berisi tentang teori-
3

teori yang menunjang materi ini. Bab III metode percobaan berisi tentang diagram
alir prosedur percobaan, alat dan bahan yang digunakan pada saat melakukan
percobaan dan prosedur yang dilakukan saat melakukan percobaan. Bab IV data
percobaan yang berisi tentang data-data hasil yang didapat setelah menjalankan
percobaan. Bab V pembahasan yang berisi tentang bahasan dari percobaan dan
hasil-hasil percobaan serta pembahasan gambar atau grafik yang ada. Selanjutnya
bab VI kesimpulan yang menerangkan hasil yang didapat dari percobaan. daftar
pustaka terdapat lampiran yang memuat contoh perhitungan, jawaban pertanyaan
dan tugas, gambar alat dan bahan serta blangko percobaan.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Elektrolit
Komponen penting yang lainnya yaitu larutan elektrolit. Elektrolit adalah
suatu senyawa yang bila dilarutkan dalam pelarut akan menghasilkan larutan yang
dapat menghantarkan arus listrik. Zat cair dipandang dari sudut hantaran
listriknya, dapat dibagi dalam tiga golongan yaitu: [Erlina Yustanti, 2005]
1. Zat cair isolator seperti air murni dan minyak
2. Larutan yang mengandung ion-ion seperti larutan asam,
basa, dan garam- garam di dalam air. Larutan ini dapat dilalui arus listrik
dengan ion-ion sebagai penghantarnya dan disertai dengan perubahan-
perubahan kimia.
3. Air raksa, logam-logam cair dapat dilalui arus listrik tanpa
ada perubahan kimia di dalamnya.
Elektrolit serng kali diklasifikasikan berdasarkan kemampuannya dalam
menghantarkan arus listrik. Elektrolit yang dapat menghantarkan dengan baik
digolongkan kedalam elektrolit kuat, contohnya yaitu HCl, HBr, HI, H2SO4 dan
HNO3 yang bersifat asam dan LiOH, NaOH, KOH, RbOH, Ca(OH)2, Sr(OH)2, dan
Ba(OH)2 yang bersifat basa, selain elektrolit kuat dan elektrolit basa kuat, ada
pula golongan elektrolit lemah seperti CH3COOH, Al(OH)3, AgCl dan CaCO3.
Larutan-larutan tersebut hanya dapat menghantarkan sedikit arus listrik. Suatu
larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik karena dalam suatu larutan
semisal NaCl. Zat NaCl yang larut dalam air akan terionisasi sebagai berikut:
NaCl Na+ + Cl-
Di dalam larutan terdapat ion positif ( Na+ ) dan ion negative (Cl-). Adanya
ion positif dan ion negatif dalam larutan menimbulkan beda potensial listrik
(tegangan listrik) dalam larutan NaCl karena dalam larutan ada beda potensial
listrik, arus listrik dapat mengalir sehingga larutan dapat menghantarkan listrik.

4
5

Zat-zat yang dalam larutannya dapat terionisasi (zat-zat elektrolit) adalah asam,
basa dan garam. Zat-zat selain asam, basa, dan garam termasuk zat nonelektrolit
karena dalam larutannya tidak terionisasi menjadi ion positif dan ion negatif.
Perbedaan dari larutan elektrolit kuat dan lemah terletak pada jumlah pertikel ion
(mol ion) dari tiap 1 mol zat. Jika 1 mol zat tersebut dilarutkan ke dalam air
ternyata semuanya terionisasi. Hal tersebut disebut zat elektrolit kuat dan zat
elektrolit lemah jika dilarutkan ke dalam air tidak semuanya 1 mol zat terionisasi.
Untuk menunjukan perbedaan elektrolit kuat dengan zat elektrolit lemah
dinyatakan dengan derajat ionisasi ( α ), yaitu perbandingan mol zat yang
terionisasi dengan mol zat mula-mula.
mol zat yang terionisas i
α= mol zat mula −mula

Untuk zat elektrolit kuat mempunyai derajat ionisasi = 1 dan zat elektrolit
lemah mempunyai derajat ionisasi 0< α <1.

2.2 Elektroda
Elektroda adalah sebuah konduktor yang digunakan untuk bersentuhan
dengan sebuah bagian non-logam dari sebuah sirkuit (misal semikonduktor,
sebuah elektrolit atau sebuah vakum). Kata ini diutamakan oleh ilmuwan Michael
Faraday dari bahasa Yunani elektron (berarti amber, dan hodos sebuah cara). Pada
percobaan anodizing ini, digunakan elektroda alumunium sebagai anoda dan
katodanya adalah logam timbal. Sebuah elektroda dalam sebuah sel elektrolisis
ditunjuk sebagai sebuah anoda atau sebuah katoda, kata-kata yang juga
diutamakan oleh Faraday. Anoda ini didefinisikan sebagai elektroda di mana
elektron datang dari sel dan oksidasi terjadi, dan katoda didefinisikan sebagai
elektroda di mana elektron memasuki sel dan reduksi terjadi. Setiap elektroda
dapat menjadi sebuah anoda atau katoda tergantung dari voltase yang diberikan ke
sel. Sebuah elektroda bipolar adalah sebuah elektroda yang berfungsi sebagai
anoda dari sebuah dan katoda bagi sel lainnya. Berikut ini adalah jenis elektroda:
[Michael Faraday, 1834]
6

1. Elektroda untuk kegunaan medis, seperti EEG, EKG, ECT,


defibrillator
2. Elektroda untuk teknik Electrophysiology dalam riset biomedikal
3. Elektroda untuk eksekusi oleh kursi listrik
4. Elektroda untuk electroplating
5. Elektroda untuk arc welding
6. Elektroda untuk cathodic protection
7. Elektroda inert untuk hidrolisis (terbuat dari platinum)

2.3 Elektrolisa
Elektrolisis adalah peristiwa berlangsungnya reaksi kimia oleh arus listrik.
Alat elektrolisis terdiri atas sel elektrolitik yang berisi elektrolit (larutan atau
leburan), dan dua elektroda, yaitu anoda dan katoda. Pada anoda terjadi reaksi
oksida sedangkan pada elektroda katoda terjadi reaksi reduksi. Pada suatu
percobaan elektrolisis reaksi yang terjadi pada katoda bergantung pada
kecenderungan terjadinya reaksi reduksi. Elektrolisis NaCl pada berbagai keadaan
menunjukkan pentingnya suasana sistem yang dielektrolisis. Jika larutan NaCl
yang sangat encer dielektrolisis menggunakan elektroda platina maka reaksi pada
kedua elektroda sebagai berikut:[Boyer Haward E, 1986]
anoda : 2 H2O → O2 + 4H+ + 4 e.............................(2.1)
katoda : 2 H2O + 2e → H2 + 2 OH-.....................................(2.2)
Jika larutan cukup pekat, reaksi-reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
anoda: 2 Cl- → Cl2 + 2 e........................................... (2.3)
katoda: 2 H2O + 2e → H2 + 2 OH-............................(2.4)
Jika leburan NaCl dielektrolisis maka reaksi pada elektroda adalah sebagai
berikut:
anoda: 2 Cl- → Cl2 + 2 e..............................................(2.5)
karoda: Na+ + e → Na..................................................(2.6)
Natrium yang berbentuk melarut dalam raksa membentuk amalgam.
7

Pada tahun 1833, M. Faraday menunjukkan bahwa jumlah zat yang


bereaksi pada elektroda-elektroda sel elektrolisis berbanding lurus dengan jumlah
arus yang melalui sel tersebut. Selain dari pada itu ia membuktikan bahwa jika
sejumlah arus tertentu mengalir melalui beberapa sel elektrolisis, maka akan
dihasilkan jumah ekivalen masing-masing zat. Hukum Faraday ini dapat
disimpulkan sebagai berikut:
AL
M =Q ..........................................................(2.7)
nF
dimana : M = jumlah zat
Q = jumlah listrik dalam Coulomb
A = massa atom
F = tetapan Faraday (1 Faraday 96 500 Coulomb)

2.4 Pengertian Anodizing


Menurut definisinya anodizing adalah merupakan proses pelapisan dengan
cara elektrolisis untuk melapisi permukaan logam dengan suatu material ataupun
oksida yang bersifat melindungi dari lingkungan sekitar. Dari definisi tersebut
dapat diketahui bahwa prinsip dasar proses anodizing adalah elekrolisis. Proses
elektrokimia yang merupakan proses kimia yang mengubah energi listrik menjadi
energi kimia. Pada proses ini komponen yang terpenting dari proses elektrolisis
ini adalah elektroda dan elektrolit. Pada elektrolisis, katoda merupakan kutub
negatif dan anoda merupakan kutub positif. [Boyer Haward E, 1986]
Pada dasarnya, proses anodizing merupakan proses rekayasa permukaan
yang bertujuan untuk memproteksi logam dari korosi. Proses anodizing juga dapat
digunakan untuk memperindah tampilan logam. Beberapa contoh benda hasil
proses anodizing dapat dilihat pada gambar 2.1. [Michael Faraday, 1834]
8

Gambar 2.1 Logam sebelum dilakukan anodizing (kiri), produk anodizing


(kanan) [http://groups.yahoo.com/group/Anodizing101/]

2.5 Macam-Macam Proses Anodizing


Reaksi dasar dari proses anodizing adalah merubah permukaan alumunium
menjadi alumunium oksida dengan menekan bagian logam sebagai anoda di
dalam sel elektrolisis. Proses anodizing terbagi menjadi tiga yaitu Chromic
Anodize, Sulfuric Anodize, Hard Anodize. [Boyer Haward E, 1986]

2.5.1 Chromic Anodize


Larutan ini mengandung 3 – 10% berat CrO3 larutan dibuat dengan
mengisi tangki setengah dengan air dan melarutkan asam ini ke dalamnya
kemudian menambahkan air sesuai dengan level operasi yang diinginkan. Larutan
anodizing asam kromik digunakan pada:
1. pH antara 0,5 – 1
2. Konsentrasi klorida (sebagai natrium klorida) kurang dari 0,02%
9

3. Konsentrasi sulfat (H2SO4) kurang dari 0,05%


Total kandungan asam krom sebanding dengan pH dan baume reading,
kurang dari 10%. Jika konsentrasinya berlebih bagian logam dicelupkan dan
diganti dengan larutan baru. Parameter untuk proses chromic anodize adalah:
1. Konsentrasi elektrolit 50-100 gr/L CrO3
2. Temperatur 37 ± 5 oC (100 ± 9 oF)
3. Time in Bath 40 – 60 menit
4. Tegangan yang digunakan meningkat dari 0 – 40 Volt dalam 10 menit
5. Penahanan pada tegangan 40 V untuk waktu keseimbangan
6. Kerapatan arus 0,15 – 0,30 A/dm2 (1,4 – 4,3 A/ft2)
Keuntungan dari proses chromic anodize antara lain CrO3 lebih sedikit
agresif dibandingkan dengan aluminium dan H2SO4, pada proses ini membentuk
0,7 mη dengan pengulangan tang tetap. Warna yang dihasilkan proses chromic
anodize dapat berubah jika ditambahkan komposisi paduan yang berbeda serta
perlakuan panas yang berbeda.

2.5.2 Sulfuric Anodize


Prinsip dasar operasi ini sama dengan proses asam kromik. Konsentrasi
asam sulfur (1,84 sp gr) dalam larutan anodizing adalah 12 sampai 20% berat
larutan mengandung 36 liter (9,5 gal) H2SO4 per 380 liter atau (100 gal) dari
larutan dapat menjadi lapisan anodik ketika di-seal pada didihan larutan dikromat.
Larutan anodizing asam sulfur jangan digunakan kecuali:
1. Konsentrasi klorida (sebagai natrium klorida) kurang dari
0,02%
2. Konsentrasi alumunium kurang dari 20 gr/lt (2,7 ons/gal)
Parameter untuk proses sulfuric anodize adalah:
1. Konsentrasi elektrolit 15 % H2SO4
2. Temperatur 21 ± 1 oC (70 ± 2 oF)
3. Time in Bath 30 – 60 menit
4. Tegangan 15 – 22 Volt, tergantung dari paduannya.
5. Rapat arus yang digunakan 1 – 2 A/dm2 (9,3 – 18,6 A/ft2)
10

2.5.3 Hard Anodize


Perbedaan pertama antara proses asam sulfur dan hard anodizing adalah
temperatur operasi dan kerapatan arus. Lapisan yang dihasilkan oleh hard
anodizing lebih tebal dari pada anodizing konvensional dengan waktu yang sama.
Proses hard anodizing menggunakan tangki asam sulfur anodizing berisi 10
sampai 15% berat asam, dengan atau tanpa tambahan. Temperatur operasi dari 0
sampai 10 0C (32 sampai 50 0F) dan kerapatan arus antara 2 dan 3,6 A/dm2 (20
dan 36 A/ft2). Temperatur yang tinggi menyebabkan struktur yang halus dan pori
yang banyak pada lapisan terluar dari lapisan anodik. Perubahan dari karakteristik
lapisan ini akan mengurangi ketahanan aus secara signifikan dan menuju ke batas
ketebalan lapisan. Temperatur operasi yang besar menyebabkan lapisan tidak
dapat larut dan dapat membakar dan merusak kerja.

2.6 Komponen Anodizing


Pada anodizing komponen yang terpenting adalah elektroda dan larutan
elektrolit. Definisi elektroda secara umumnya adalah sebuah konduktor yang
digunakan untuk bersentuhan dengan sebuah bagian non-logam dari sebuah
sirkuit (misal semikonduktor, sebuah elektrolit atau sebuah vakum). Untuk proses
anodizing tentunya adalah logam yang melapisi dan logam yang akan dilapisi.
Komponen yang tidak kalah pentingnya adalah larutan elektrolit. Elektrolit
adalah suatu senyawa yang bila dilarutkan dalam pelarut akan menghasilkan
larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Elektrolit biasanya digolongkan
menjadi elekrolit kuat dan elektrolit lemah. Larutan elektrolit kuat contohnya
adalah HCl, HBr, HI, H2SO4 dan HNO3, selain elektrolit kuat ada juga alektrolit
lemah contohnya CH3COOH, Al(OH)3, AgCl dan CaCO3 larutan-larutan tersebut
hanya dapat menghantarkan sedikit arus listrik. Suatu larutan elektrolit dapat
menghantarkan arus listrik karena jika dia dilarutkan dalam air akan terionisasi.
Contohnya elektrolit H2SO4 yang larut dalam air akan terionisasi sebagai berikut:
H2SO4  2 H+ + SO42-.........................................(2.8)
11

Maka di dalam larutannya akan terbentuk ion positif yaitu (H+) dan ion negatif
(SO42-) karena terbentuk ion itulah di dalam larutan timbul beda potensial
(tegangan listrik) yang terjadi pada larutan H2SO4 sehingga arus listrik dapat
mengalir, oleh karena itu larutan tersebut dapat menghantarkan listrik. Zat-zat
yang dalam larutannya dapat terionisasi adalah asam, basa dan garam. Selain dua
komponen yang terpenting tadi masih ada komponen lain yang berpengaruh yaitu
arus dan tegangan listrik yang dipakai juga harus sesuai. [Boyer Haward E, 1986]

2.7 Pengujian Pelapisan Anodizing


Kualitas produk pelapisan secara anodizing biasanya diketahui dengan
beberapa cara pengujian antara lain: pengamatan secara visual, uji ketahanan
korosi, wear resistance, ketahanan adhesi, pengujian ketebalan pelapisan dan
banyaknya pelapisan. Pengamatan secara visual dilakukan dengan cara
mengamati hasil keseluruhan permukaan pelapisan. Lapisan anodic film harus
seragam serta bebas dari retak, pecah serta tidak adanya daerah penyerbukan.
Sifat ketahanan korosi dari produk anodizing dapat diketahui dengan cara salt
spray, yaitu dengan cara membiarkan bagian yang telah dilapisi ke dalam larutan
garam lalu mendiamkannya dalam beberapa waktu (336 jam) kemudian diamati
korosi yang terjadi. [Boyer Haward E, 1986]

2.8 Mekanisme Anodizing


Mekanisme proses dari Anodizing menggunakan prinsip elektrolisis.
Prinsip dasar elektrolisis adalah bagian dari sel elektrokimia dan berlawanan
dengan prinsip dasar sel volta, yaitu sebagai berikut: [Boyer Haward E, 1986]
1. Proses elektrolisis, mengubah energi listrik menjadi energi
kimia.
2. Reaksi elektrolisis merupakan reaksi spontan, karena
melibatkan energi listrik dari luar.
Dalam proses Anodizing ini yang berperan sebagai anoda adalah
alumunium <Al> sedangkan yang berperan sebagai katoda adalah Timbal <Pb>
12

dan yang melapisi adalah alumunium <Al>. Reaksi elektrolisis Anodizing Al


adalah sebagai berikut:

H2SO4  2 H+ + SO42-
Katoda (Pb) : Pb2+ + 2 e-  Pb
Anoda (Al) : Al  Al2+ + 2e-
Al (anoda)  Pb (katoda)
Jika digambarkan proses anodizing adalah sebagai berikut:

e- e-

Al Pb
Anoda
Katoda
H2SO4

Gambar 2.2 Mekanisme Sel Elektrolisis pada Anodizing


Keterangan :
1. Elektron bergerak dari kutub (-) sumber arus ke katode; pada katode
terjadi reaksi reduksi.
2. Di anoda terjadi reaksi oksidasi dan elektron mengalir menuju ke
sumber arus listrik.
3. Ion (+) bergerak menuju ke kutub (-) dan ion (-) bergerak menuju ke
kutub (+), molekul pelarut, bebas tempatnya ada di anoda maupun
katoda.
4. Pada katoda akan terjadi endapan Alumunium (Al) dan Al pada anoda
akan terus menerus larut dan menempel pada katoda.
Dari mekanisme diatas kita dapat mengetahui bahwa logam pelapisnya
(Al) akan mengendap pada permukaan Pb yang terendam elektrolit, sehingga jika
13

dibiarkan maka reaksi tersebut akan terus berlangsung sebelum tegangan listrik
dimatikan atau logam Al pada anoda yang melapisi Pb habis.
Setelah proses anodizing tersebut produk yang diperoleh adalah Pb yang
dilapisi oleh Al. Alumunium tersebut yang nantinya dapat memproteksi atau
melindungi timbal dari korosi. Biasanya sesudah di anodizing logam Pb tersebut
tidak langsung dipakai tetapi perlu adanya pelapisan lagi yang berupa cat yang
dapat memproteksi logam Pb lebih baik lagi dan dapat tahan lama, selain itu
gunanya pengecatan adalah juga untuk memperindah atau mempercantik logam
tersebut sehingga mempunyai nilai estetika yang lebih tinggi karena lebih
menarik.

2.9 Proses Sealing


Karena pada proses anodizing menghasilkan lapisan porous Al2O3, maka
lapisan tersebut harus dilindungi dengan menutup porous tersebut serta
menghilangkan pori-pori masuk antara aluminium dan udara. Proses sealing
dilakukan pada temperatur 95 oC (200 oF) dalam waktu 15 menit. Proses sealing
hanya dilakukan pada proses chromic anodizing dan sulfuric anodizing,
sedangkan pada hard anodizing tidak dilakukan. [Boyer Haward E, 1986]
14

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Diagram Alir Percobaan

Preparasi logam Al dan Pb

Penimbangan berat awal elektroda Al dan Pb

Pembuatan Larutan H2SO4 2M sebanyak 50 ml

Melakukan proses anodizing

Mengeringkan dengan hair dryer

Pengukuran berat akhir elektroda Al dan Pb

Data Percobaan

Literatur
Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan
15

Gambar 3.1. Diagram Alir Proses Anodizing

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat-Alat yang Digunakan
1. Timbangan 14
2. Gelas ukur
3. Hair dryer
4. Power suplay
5. Stopwacth

3.2.2 Bahan-Bahan yang Digunakan


1. Anoda Al, Katoda Pb
2. Larutan H2SO4

3.3 Prosedur Percobaan


1. Melakukan preparasi logam Al dan Pb dengan cara penghalusan
permukaan (amplas), pembersihan permukaan dengan larutan alkali
(NaOH) dan bilas dengan aquades.
2. Keringkan logam Al dengan hairdryer dan timbang berat awal anoda Al.
3. Susun rangkaian percobaan seperti pada gambar
4. Lakukan proses anodizing dengan kondisi percobaan yang akan diberikan
oleh asisten
5. Lakukan proses sealing pada anoda Al
6. Keringkan anoda Al hasil sealing dengan hairdryer
Timbang berat akhir anoda Al
16

BAB IV
DATA PERCOBAAN

4.1 Data Percobaan


Dari hasil percobaan yang telah dilakukan maka didapatkan data
percobaan sebagai berikut:

Tabel 4.1 Data Percobaan Proses Anodizing


H2SO4 Tegangan (Volt) Berat Awal (gr) Berat Akhir (gr)
2M 7 Pb=3,461 Pb=3,456
Al=1,037 Al=1,035
2M 11 Pb=3,172 Pb=3,169
Al=0,922 Al=0,925
2M 15 Pb=1,857 Pb=1,856
Al=0,976 Al=0,979
17

BAB V
PEMBAHASAN

16

Dari hasil percobaan dapat kita amati beberapa hal yaitu :


Anodizing merupakan proses elektrolisis yang penempatan katoda dan
anodanya berdasarkan reaksi volta. Secara visual pada saat proses Anodizing
timbul gelembung-gelembung udara pada logam Al dan pada logam Pb terdapat
lapisan berwarna coklat. Gelembung-gelembung udara tersebut terjadi karena
adanya arus yang ditimbulkan dari sel percobaan. Pada dasarnya prinsip
Anodizing hampir menyerupai proses electroplating yaitu penempatan ion logam
ditambah elektron pada logam yang akan dilapisi, dimana ion tersebut didapat dari
katoda, logam yang melapisi berperan sebagai katoda sedangkan logam yang
dilapisi sebagai anoda.
Dari data hasil percobaan dapat kita buat grafik hubungan antara tegangan
dengan selisih berat alumunium awal dengan akhir dan tegangan 7-15 volt:

0.0035
0.003
Berat Al (gram)

0.0025
0.002
0.0015
0.001
0.0005
0
0 5 10 15 20
Tegangan (Volt)

Gambar 5.1 Grafik hubungan antara tegangan dengan selisih berat alumunium

17
18

0.0045
0.004
0.0035

Berat Pb (gram)
0.003
0.0025
0.002
0.0015
0.001
0.0005
0
0 5 10 15 20
Tegangan (Volt)

Gambar 5.2 Grafik hubungan antara tegangan dengan selisih berat Timbal

Berdasarkan garfik di atas dapat kita simpulkan bahwa dengan proses


anodizing akan didapatkan berat logam aluminium yang makin besar dan berat
logam Pb yang semakin kecil. Ini disebabkan karena logam Pb akan lebih cepat
terkorosi dibandingkan dengan Al melalui rekayasa permukaan logam.
19

BAB VI
KESIMPULAN

Dari data hasil percobaan, pengamatan hasil percobaan dan juga


pembahasan dapat disimpulkan adalah sebagai berikut :
1. Anodizing Al adalah merupakan proses pelapisan dengan cara
elektrolisis untuk melapisi permukaan logam dengan suatu material
ataupun oksida yang bersifat melindungi dari lingkungan sekitar.
2. Prinsip dari anodizing Al hampir sama dengan elektrolisis yaitu
merupakan proses kimia yang mengubah energi listrik menjadi energi
kimia tetapi penempatan katoda dan anodanya berdasarkan prinsip sel
volta.
3. Anodizing lebih banyak digunakan sebagai rekayasa permukaan
logam karena lebih ekonomis dibandingkan dengan coating.
4. Pada percobaan anodizing ini variabel yang diubah hanya tegangan
dan konsentrasi H2SO4, kesimpulannya sebagai berikut :
a. Jika tegangan dinaikan maka akan semakin berkurang berat
logam Al.
b. Jika tegangan diperbesar maka akan semakin kecil
penurunan berat logam Pb.
c. Jika konsentrasi H2SO4 dinaikan maka akan mempercepat
reaksi pada anoda dan katoda sehingga mempercepat proses
anodizing Al.
20

DAFTAR PUSTAKA
19

1. Faraday Michael.,1834. "On Electrical Decomposition", Philosophical


Transactions of the Royal Society,
2. Yustanti, Erlina, (2005). “DIKTAT KULIAH KIMIA FISIK II”, Fakultas
Teknik Untirta.
3. Haward E. Boyer,”Metal Hand Book”, Desk Edition American Society for
Metal, Metal Park, Ohio.
4. Asisten Laboratorium Metalurgi. 2006. Panduan Praktikum Laboratorium
Metalurgi II. Cilegon : F.T Untirta.
5. http://groups.yahoo.com/group/Anodizing101/
21

20

LAMPIRAN
22

Lampiran 1. Contoh Perhitungan

Perhitungan pengenceran konsentrasi H2SO4


Rumus : M1.V1 = M2. V2
Diketahui :
M1 = 2 M
V1 = 15 ml
V2 = 500 ml
Mencari M2 ?
M1.V1 = M2. V2
M 1.V1
M2= V2
2M x 15 ml
M2=
500 ml
M2= 0,06 M
23

Lampiran 2. Jawaban Pertanyaan dan Tugas

1. Apa yang dimaksud dengan proteksi korosi dengan anodizing?


Jawaban : suatu proses yang menghasilkan lapisan oksida dari logam dan
campurannya dengan cara reaksi elektrolisa dan menggunakan elektrolit
sebagai penghantar ionnya.

2. yang bertidak sebagai katoda dan anoda


Jawaban : katoda : Pb , anoda : Al
Reaksinya :
Anoda : Al2(SO4)3+ Al3+ + SO42-
Katoda : Pb2+ + 2e Pb

3. Sebutkan kegunaan dari larutan H2SO4 dalam percobaan ini?


Jawaban :
Kegunaan H2SO4 adalah sebagai larutan yang dapat menghantarkan arus listrik
yang memiliki sifat elektrolit yang kuat sehingga dapat terjadi pergerakan ion
ketika diberikan tegangan listrik.

4. jenis-jenis Anodizing
Jawab :
1. Chromic acid anodizing
Larutan ini mengandung 3 – 10% berat CrO3 larutan dibuat dengan
mengisi tangki setengah dengan air dan melarutkan asam ini ke dalamnya
kemudian menambahkan air sesuai dengan level operasi yang diinginkan.
Larutan anodizing asam kromik digunakan pada :
• pH antara 0,5 – 1
• konsentrasi klorida (sebagai natrium klorida) kurang dari
0,02%
• konsentrasi sulfat (H2SO4) kurang dari 0,05%
24

Total kandungan asam krom sebanding dengan pH dan baume reading,


kurang dari 10%. Jika konsentrasinya berlebih bagian logam dicelupkan dan
diganti dengan larutan baru. Pada awal proses anodizing tegangan dinaikkan
dari 0 sampai 40volt dalam waktu 5 sampai 8 menit tegangan menghasilkan
kerapatan arus tidak kurang dari 0,1 A/dm2 (1,0 A/feet2) dan anodizing
berlanjut hingga waktu yang ditentukan (biasanya 30 sampai 40 menit) akhir
proses harus berkurang hingga habis dan bagi logam dipindahkan dari tangki
selama 15 detik dibilas dan di-seal. Berat lapisan setelah di-seal minimal
200mg/m2 (19 mg/ft2).
2. Proses asam sulfur
Prinsip dasar operasi ini sama dengan proses asam kromik. Konsentrasi
asam sulfur (1,84 sp gr) dalam larutan anodizing adalah 12 sampai 20% berat
larutan menggandung 36 liter (9,5 gal) H2SO4 per 380 liter atau (100 gal) dari
larutan dapat menjadi lapisan anodik ketika di-seal pada didihan larutan
dikromat. Larutan anodizing asam sulfur jangan digunakan kecuali :
• konsentrasi klorida (sebagai natrium klorida) kurang dari 0,02%
• konsentrasi alumunium kurang dari 20 gr/lt (2,7 ons/gal)
Asam sulfur mengandung antara 165 sampai 200gr/lt (22-27 ons/gal),
pada awal operasi anodizing tegangan dialirkan sehingga menghasilkan
kerapatan arus dari 0,9 sampai 1,2 A/dm2 (9 hingga 12 A/ft2). Tegangan
meningkat seiring dengan kandungan alumunium dalam tangki bertambah.
Berbagai pendekatan tegangan yang diperlukan pada berbagai jenis paduan
alumunium dalam tangki asam sulfur pada 1,2 A/dm2 (12 A/ft2).
3. Hard anodizing
Perbedaan pertama antara proses asam sulfur dan hard anodizing adalah
temperatur operasi dan kerapatan arus. Lapisan yang dihasilkan oleh hard
anodizing lebih tebal dari pada anodizing konfensional dengan waktu yang
sama. Proses hard anodizing menggunakan tangki asam sulfur anodizing
berisi 10 sampai 15% berat asam, dengan atau tanpa tambahan. Temperatur
operasi dari 0 sampai 10 0C (32 sampai 50 0F) dan kerapatan arus antara 2
dan 3,6 A/dm2 (20 dan 36 A/ft2). Temperatur yang tinggi menyebabkan
25

setruktur yang halus dan pori yang banyak pada lapisan terluar dari lapisan
anodik. Perubahan dari karakteristik lapisan ini akan mengurangi ketahanan
aus secara signifikan dan menuju ke batas ketebalan lapisan. Temperatur
operasi yang besar menyebabkan lapisan tidak dapat larut dan dapat
membakar dan merusak kerja.
26

Lampiran 3. Gambar Alat dan Bahan

You might also like