You are on page 1of 3

Teks Khutbah Iedul Fitri 1430 H / 2009 M

Jamaah Rahimakumullah,

Pagi ini pajar Syawal 1428 H memancarkan sinar kemenangan, ditandai dengan takbir,
tahmid dan tahlil menghantarkan kita ke penghujung Ramadhan yang menggoreskan
seberkas prestasi ibadah puasa kita sebagai pengakuan imani kepada-Nya.
Dan inilah kurikulum kehidupan Ramadhan yang disabdakan Rasul saw ;

…barangsiapa yang berpuasa ramadhan dengan “imanan dan ihtisaban”maka Allah


hapuskan segala dosanya yang akan datang…

Betapa indah kenangan yang ditinggalkan ramadhan, berulang-ulang ritme peristiwa


religius ini melintas di tengah-tengah atmosfir kehidupan kita sesuai dengan dinamika
usia kita.

Namun sayang, kita tidak mampu menyikapi secara relegi dan hakiki. Idulfitri sering kita
asosiasikan dan sosialisasikan secara kerdil dan sempit. Barangkali terlalu rendah nilai
Idulfitri, jika hanya kita presentasikan dalam format pakaian baru, ketupat lebaran, tukar-
menukar parcel, kiriman sms, kiriman kartu lebaran dan lain sebagainya asesoris
hedonisme duniawi.

Sebab Idulfitri lebih tinggi derajatnya dari segala bentuk gegap-gempitanya pesta hura-
hura pasca ramadhan. Simbolisme religius Idulfitri tidak bisa diwakili oleh romantisme
kultural forum halal bi halal, karena tidak bersentuhan sama sekali dengan dialektika baik
nilai sosial maupun teologis yang sesungguhnya dikandung dan dituntut oleh konteks
nilai Idulfitri itu sendiri.

Sehingga Idulfitri bukanlah milik mereka yang berpakaian baru, punya makanan yang
lezat, bisa pulang kampung – mudik lebaran atau bukan pula milik mereka yang secara
demonstratif larut dalam ritus ”halal bi halal” ala tradisi kebudayaan kita selama ini.
Idulfitri milik hamba Allah yang tingkat kepatuhan Ilahiyahnya menyubur, mentalitas
religiusnya membaik, perspektif dimensi khilafahnya bersifat makruf dan langit-langit
rohaninya penuh taburan nuansa takwa plus kebersihan hati dan lingkungannya,
terpelihara, adipura ruhi dan jasadinya membentang keteladanan, lulus menjadi manusia
sejati – kembali, lahir dari sejarah pengembaraan dalam mencari dan menemukan simpul-
simpul kebenaran Ilahi, sehingga jati diri dan etos kemakhlukan insaniyahnya menjadi
semakin paripurna.

Jamaah Rahimakumullah,

Sungguh teramat panjang rentang sejarah, realitas wacana keagamaan kita terperangkap
dalam sangkaan-sangkaan kerdil tentang kesucian Idulfitri.
Mengapa ketika peta pemahaman agama semakin luas dan gairah keimanan semakin
meningkat tetapi Idulfitri masih tetap kita aktualisasikan secara konservatif dan sempit
sebagai kelegaan personal dan kegembiraan sosial sesaat, dalam bentuk budaya
konsumtivisme ? Bukankah hal ini bermakna bahwa ajaran agama berupa puasa
ramadhan terkesan sebagai pengekangan atau keterpaksaan ritus, bukan kepatuhan
religius yang ditaruh di atas basis keimanan ?

Kemudian ketika kekangan tersebut dilepaskan, maka kitapun tenggelam dalam euphoria
”balas dendam” ! Tidakkah fenomena seperti ini sangat bertolak belakang dengan
kontekstual ramadhan yang mengajarkan ”imsak” / nilai-nilai menahan dalam berbagai
aspek untuk diimplementasikan di luar bulan suci ramadhan ?.
Sangat disayangkan, justru di Idulfitri ini sering terjadi proses sublimasi nilai-nilai .
Gerbang Syawal yang semestinya merupakan langkah awal restorasi jatidiri, untuk
menapak hari esok yang lebih religi, tetapi sering kita kotori dengan sangkaan-sangkaan
takhayul tantang ajaran agama, melalui prilaku foya-foya dan kemubabadziran yang
sangat bersinggungan dengan kekufuran dan prilaku setan.
Al-Qur’an mengingatkan ;

...”sesungguhnya mubadzir itu, bersaudara kembar dengan setan dan setan adalah musuh
yang nyata”...

Di pentas Idulfitri, kita mempertontonkan kembali sepak terjang kita sebenarnya, wajah
bopeng kita sesungguhnya yang penuh keserakahan, kecurangan, kecongkakan, asosial,
asusila, penuh tipu daya dalam melakukan perampokan-perampokan struktural terhadap
milik hak-hak orang lain.

Padahal Idulfitri menurut filosofi syariat agama adalah hari kemenangan. Kemenangan
yang fithri (suci) melalui proses pembasuhan kedekilan masa lalu dengan metode
berpuasa di bulan Ramadhan.
Tetapi melalui sebuah perenungan jujur dan bening, berhakkah kita memperoleh
kemenangan tersebut, jika level dan kualitas puasa Ramadhan kita baru pada tingkat
elementery, tingkat dasar, sebatas tidak makan dn tidak minum dari imsak hingga
berbuka ?

Sementara kita masih belum sanggup melaksanakan puasa sosial, puasa ekonomi dan
puasa-puasa lainnya yang tidak menggunakan sewenang-wenang pedang kekuasaan yang
kita genggam dan puasa agar tidak menindas antar sesama ?
Kita manusia pada filosofnya adalah anak-anak yang tak pernah dewasa yang dalam
dinamikanya dikendalikan dan dikungkung oleh keegoan diri kita, perilaku kanibalisme
antar sesama merupakan catatan yang tidak pernah usang dalam prasasti sejarah
kehidupan anak manusia.

Kita sering mempertahankan ego pendapat kita dan bahkan kita mengabaikan pendapat
orang lain, kita bersikeras dengan satu hujjah dan menganggap remeh hujjah orang lain.
Itulah panggung peradaban kita dalam rivalitas keegoan kita, al-Qur’an mengingatkan
kita, manusia itu ;

...” dzalim lagi bodoh ”...


Jamaah Rahimakumullah,

Persoalan kalah – menang, lemah – kuat, menguasai dan dikuasai adalah sejarah
peradaban manusia, karena kemenangan dalam peta pemahaman budaya kita adalah
bagaimana menciptakan kekalahan terhadap pihak lain.
Kemenangan sejati ( ) bukanlah kemenangan atas kekalahan orang lain. Kemenangan
sejati adalah kemenangan menghadapi diri sendiri dalam menaklukkan nafsu keakuan
yang berkobar-kobar.

Bukankah sabda popular Rasul saw mengatakan bahwa kemenangan agung itu hanya bisa
diperoleh melalui peperangan sengit melawan hawa nafsu sendiri !

Musuh utama kita bukanlah siapa-siapa, melainkan nafsu kita sendiri, peperangan
tersebut telah kita laksanakan sebulan penuh melalui metode puasa Ramadhan.
Hakikat puasa Ramadhan adalah upaya untuk memerdekan diri dari segala jajahan nafsu
sendiri guna memperoleh kembali kefitrian diri yang sejati, karena kefitrian inilah
sebenarnya dicari dan diharapkan oleh jiwa manusia yang hakikatnya memang fitri.

You might also like