You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Kamera, mikroskop, teropong, teleskop, lup, dan
lainnya merupakan peralatan optik yang dari tahun ke
tahun semakin canggih dan alat-alat tersebut sudah tidak
asing bagi kita. Kesemua alat tesebut menggunakan lensa
yaitu zat optis yang dibatasi oleh dua permukaan
lengkung atau salah satu permukaannya datar.
Untuk mendapatkan hasil bayangan yang kita
harapkan, kita harus mengetahui segala sesuatu mengenai
lensa, seperti fokus dari lensa yang digunakan, jari-
jari kelengkunagn bidang lensa, bentuk (jenis) lensa,
indeks bias lensa dan lain-lain. Karena lensa adalah
salah satu bagian terpenting dalam optik, maka perlu
dikaji. Untuk itulah percobaan ini dilakukan.

I.2 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :
α a. Menentukan jarak titik api lensa.
b. Menentukan jari-jari kelengkungan bidang lensa.
c. Menentukan indeks bias lensa dan zat cair.

I.3 Permasalahan
Permasalahan yang akan dipecahkan dalam percobaan ini
adalah :
a. Bagaimana menentukan jarak titik api lensa.
b. Bagaimana menghitung jari-jari kelengkungan kedua
bidang setiap lensa.
c. Bagaimana menghitung indeks bias lensa
d. Bagaimana menghitung indeks bias air
e. Menarik kesimpulan dari percobaan yang telah
dilakukan

1
I.4 Sistematika Laporan
Laporan ini disusun dengan menggunakan sistematika
laporan sebagai berikut : Bab I yaitu Pendahuluan yang
terdiri dari latar belakang, tujuan percobaan,
permasalahan, dan sistematika laporan. Bab II Dasar
teori yang menjadi dasar atas dilaksanakannya percobaan
ini, Bab III Peralatan dan Cara kerja. Bab IV berisi
Analisa data dan Pembahasan. Dan Bab V Kesimpulan dari
serangkaian percobaan yang kami laksanakan.

2
BAB II
DASAR TEORI

Cermin Datar
Ada tiga macam bentuk cermin, yaitu :
a. Cermin datar
b. Cermin cekung
c. Cermin cembung
Cermin datar merupakan cermin yang tidak memiliki jari-
jari kelengkungan. Sifat bayangan yang dibentuk olehnya
adalah :
1. Maya
2. Sama besar dengan bendanya
3. Tegak dan menghadap berlawanan arah terhadap bendanya.
4. Jarak benda terhadap cermin sama dengan jarak bayangan
terhadap cermin.
Bayangan yang dibentuk pada cermin datar adalah maya,
yaitu bayangan yang terjadi karena pertemuan perpanjangan
sinar-sinar cahaya. Sinar cahaya adalah sinar yang terdapat
di depan cermin sedangkan perpanjangan sinar cahaya yang
dimaksud adalah menuju bagian belakang cermin. Pada cermin
lengkung (cekung dan cembung ) ada bayangan yang sifatnya
nyata, yaitu bayangan yang terjadi karena pertemuan langsung
sinar-sinar cahaya (bukan perpanjangan) dan dapat ditangkap
oleh layar. Pembentukan bayangan pada cermin datar dapat
dilukiskan sebagai berikut :
1. lukis sinar pertama yang datang dari benda menuju
cermin dan pantulkan ke mata sesuai hukum pemantulan
yaitu sudut datang = sudut pantul.
2. lukis sinar kedua yang datang dari benda menuju ke
cermin dan dipantulkan ke mata sesuai hukum
pemantulan.
3. perpanjangan sinar pantul pertama dan sinar pantul
kedua di belakang cermin akan berpotongan dan
merupakan bayangan.

3
Gambar 1. Pembentukan bayangan pada cermin datar.
II.2 Lensa
Ada dua jenis lensa, yaitu lensa cembung dan lensa
cekung. Pada lensa cembung (konveks) bagian tengahnya lebih
tebal,mengumpulkan sinar (konvergen), memiliki tiga golongan
yaitu cembung ganda (bikonveks), cembung datar (plankonveks),
cembung cekung (konkaf-konveks). Pada lensa cekung (konkaf)
yang bersifat memencarkan sinar (divergen) memiliki tiga
golongan, yaitu bikonkaf, plankonkaf, dan konkaf-konveks.

bikonveks plankonveks konkaf-konveks bikonkaf plankonkaf konveks-konkaf

Gambar 2. Jenis lensa

Tiga sinar istimewa pada lensa cembung :


1. Sinar datang sejajar sumbu utama lensa dibiaskan melalui
titik fokus aktif f1.
2. Sinar datang melalui titik fokus pasif f2 dibiaskan sejajar
sumbu utama.
3. Sinar datang melalui titik pusat optik O diteruskan tanpa
membias.

f2 O f1

Gambar 3. Pembentukan bayangan pada lensa cembung

4
Bayangan yang dibentuk pada lensa cembung tergantung
dari letak benda tersebut.
Ada beberapa kemungkinan sifat bayangan pada lensa cembung
diantaranya :
1. Benda terletak antara O dan f2 bayangan yang dibentuk
bersifat maya tegak diperbesar.
2. Benda terletak di R1 bayangan yang dibentuk bersifat
nyata, terbalik dan sama besar.
3. Benda terletak di f1 bayangan di tak terhingga (sinar bia
sejajar).

Tiga sinar istimewa pada lensa cekung :


1. Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan seakan-
akan dari titik fokus aktif f1.
2. Sinar datang seolah-olah menuju ke titik fokus pasif f2
dibiaskan sejajar sumbu utama.
3. Sinar datang melalui pusat optik O diteruskan tanpa
membias.

f1 f2

Gambar 4. Pembentukan bayangan pada lensa cekung

Bayangan yang dibentuk oleh lensa cekung bersifat maya,


tegak, dan diperkecil.
Pada lensa berlaku persamaan-persamaan :

1 1 1
= +
f s s'

dengan s : jarak benda ke lensa

5
s’ : jarak bayangan ke lensa
f : fokus lensa
Apabila n adalah indeks bias lensa dan R1, R2 jari-jari kedua
bidang lensa maka :

1  1 1 
= ( n −1) + 
f  R1 R2 

II.3. Pembiasan Cahaya


a. Hukum I Pembiasan
Menyatakan bahwa “sinar datang (i), sinar bias (r) , dan
garis normal terletak pada satu bidang datar ”.

θ i

medium 1
medium 2

θ r

Gambar 5. Pembiasan
b. Indeks bias mutlak
Sekitar tahun 1591-1626, Snellius, ahli matematika dari
Belanda menemukan persamaan untuk indeks bias mutlak n dari
vakum (udara) menuju ke suatu medium tertentu, yaitu :
c
n=
v
n : indek bias
v : kecepatan cahaya dalam medium
c : kecepatan cahaya dalam vakum
Maka indeks bias mutlak dapat dipandang sebagai suatu
ukuran kemampuan medium itu untuk membelokkan cahaya. Semakin
besar indeks bias suatu medium, maka semakin kuat membelokkan
cahaya.

6
c. Indeks bias relatif
Apabila cahaya datang dari gelas menuju air dianggap ada
lapisan udara di antaranya,sehingga berlaku persamaan :
n1 sin θ i = n2 sin θ r

n2 Sin θ i
=
n1 Sin θ r
dimana : n1 : indeks bias medium 1
θ i : sudut datang medium 1
n2 : indeks bias medium 2
θ r : sudut bias medium 2

7
BAB III
PERALATAN DAN CARA KERJA

III.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
1. Lensa bikonveks 1 buah
2. Cermin datar 1 buah
3. Jarum berbentuk garpu 1 buah
4. Statis 1 buah
5. Air

III.2 Cara Kerja


Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam percobaan
ini adalah sebagai berikut :
1. Menyusun peralatan seperti pada gambar 6.
2. Meletakkan ujung jarum pada sumbu optis lensa.
3. Meletakkan mata pada sumbu optis lensa dan menggeser
jarum sehingga ujung jarum berimpit dengan bayangannya.
Kemudian mencatat jarak antara ujung jarum dengan lensa.
Hal ini dilakukan sebanyak 5 kali.
4. Membalik lensa dan mengerjakan langkah 1-3 (dibedakan
antara bidang atas dan bidang bawah).
5. Mengulangi langkah 1-4 tetapi antara cermin datar dan
lensa diberi cairan.

f
f
lensa
lensa

cairan
Cermin datar Cermin datar

Gambar 6. Susunan peralatan percobaan

8
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

IV.1 Analisa Data


1/ 2
[ x − x rat ] 2 
Ralat Mutlak : ∆= 
 n(n − 1) 

Ralat Nisbi : I= .100 %
x rat

Keseksamaan : K = 100% -I

1. Lensa + cermin
a. Sisi atas.
no f1 f1-f1rata (f1-f1rata)2
1. 0,5 -0,2 0,04
2. 0,6 -0,1 0,01
3. 0,9 0,2 0,04
4. 0,7 0 0
5. 0,8 0,1 0,01
0,7 0,1
Tabel 1. Ralat f1 pada percobaan lensa + cermin
Ralat mutlak (∆ ) : 0,0707
Ralat Nisbi (I) : 10,1 %
Keseksamaan (K) : 89,9 %
Jadi harga pengukuran = (0,7 ± 0,0707) cm
b. Sisi bawah
no f1 f1-f1rata (f1-f1rata)2
1. 0,6 -0,12 0,0144
2. 0,9 0,18 0,0324
3. 0,8 0,08 0,0064
4. 0,7 0,02 0,0004
5. 0,6 -0,12 0,0144
0,72 0,068
Tabel 2. Ralat f2 pada percobaan lensa + cermin

Ralat mutlak (∆ ) : 0,058


Ralat Nisbi (I) : 8,09%
Keseksamaan (K) : 91,91%

9
Jadi harga pengukuran = (0,72 ± 0,058) cm

2. Lensa
a. Sisi atas
no p1 p1-p1rata (p1-p1rata)2
1. 1,4 -0,06 0,0036
2. 1,5 0,04 0,0016
3. 1,5 0,04 0,0016
4. 1,4 -0,06 0,0036
5. 1,5 0,04 0,0016
1,46 0,012
Tabel 3. Ralat p1 pada percobaan lensa
Ralat mutlak (∆ ) : 0,024
Ralat Nisbi (I) : 1,6 %
Keseksamaan (K) : 98,4 %
Jadi harga pengukuran = (1,46 ± 0,024) cm
b. Sisi bawah
no p2 p2-p2rata (p2-p2rata)2
1. 1,7 -0,18 0,0324
2. 1,8 -0,08 0,0064
3. 2,1 0,22 0,0484
4. 2 0,12 0,0144
5. 1,8 0,08 0,0064
1,88 0,108
Tabel 4. Ralat p2 pada percobaan lensa
Ralat mutlak (∆ ) : 0,073
Ralat Nisbi (I) : 3,9 %
Keseksamaan (K) : 96,1 %
Jadi harga pengukuran = (1,88 ± 0,073) cm

3 Lensa + cermin + cairan


a. Sisi atas
no f1 f1-f1rata (f1-f1rata)2
1. 21,5 0,24 0,0576
2. 21,6 0,34 0,1156
3. 20,8 -0,46 0,2116
4. 21,4 0,14 0,0144
5. 21 -0,26 0,0676

10
21,26 0,4668
Tabel 5. Ralat f1 pada percobaan lensa + cermin + air
Ralat mutlak (∆ ) : 0,152
Ralat Nisbi (I) : 0,71 %
Keseksamaan (K) : 99,29 %
Jadi harga pengukuran = (21,26 ± 0,152) cm
b. Sisi bawah
no f2 f2-f2rata (f2-f2rata)2
1. 21,7 0,66 0,4356
2. 20,7 -0,34 0,1156
3. 21,2 0,16 0,0256
4. 20,4 0,36 0,1296
5. 21,2 0,16 0,0256
21,04 0,732
Tabel 6. Ralat f2 pada percobaan lensa + cermin + air
Ralat mutlak (∆ ) : 0,191
Ralat Nisbi (I) : 0,9%
Keseksamaan (K) : 99,1 %
Jadi harga pengukuran = (21,04 ± 0,191) cm

11
IV.2 Pembahasan
1. Jari-jari kelengkungan lensa didapat dengan cara sebagai
berikut :
A. Jari-jari kelengkungan lensa sisi atas ( R1 )
Untuk menghitung R1, dicari terlebih dulu f dan p1.
Dimana f didapat dari persamaan sebagai berikut :
f 1 +f 2
f =
2
= 0,7 + 0,72
2
= 0,71
☛ Jadi f = 0,71 cm
Dan jarak lensa- jarum ( p1 ) adalah :
p1 = ( 1,46 ± 0,024 ) cm
Sehingga R1 dihitung dengan persamaan :
p1 . f
R1 =
f - p1
R1 = 1,484 . 0,71
1,484 – 0,71
= 1,36
☛ Jadi didapatkan R1 = 1,36 cm.

B. Jari-jari kelengkungan lensa sisi bawah ( R2 )


Untuk menghitung R2, dicari terlebih dulu f dan p2.
Dimana f didapatkan :
f = 0,71 cm
Dan jarak lensa-jarum ( p2 ) adalah :
p2 = ( 1,88 ± 0,073) cm
Sehingga R2 didapatkan :
R2 = 1,335
1,17
= 1,14
☛ Jadi didapatkan R2 = 1,14 cm

12
2. Indeks bias lensa ( n )
Indek bias lensa didapatkan dengan persamaan sebagai
berikut :
f (p 1 + p 2 ) - p1 .p 2
n =
f (p 1 + p 2 ) - 2.p 1 .p 2

= 0,71 ( 1,46 + 1,88 ) – 1,46 . 1,88


0,71 ( 1,46 + 1,88 ) – 2. 1,46 . 1,88
= 0,11
☛ Jadi didapatkan indeks bias lensa ( n ) = 0,11

3. Indeks bias air ( n’ )


Untuk mendapatkan indek bias air, dicari terlebih dulu f
dengan persamaan :
f1’ = ( 21,6 ± 0,04 ) cm
f2’ = ( 21,8 + 0,01 ) cm
f 1 ' +f 2 '
f’ =
2
= 21,26 + 21,04
2
= 21,15
☛ Jadi f’ = 21,15 cm
Indek bias air didapat dengan persamaan :
f ( p1 - f' )
n’ =
f' ( p1 - f )

n’ = 0,71 ( 21,26 – 21,15 )


21,15( 1,46 – 0,71 )
= 0,005
☛ Jadi indeks bias air ( n’ ) = 0,005

Dari perhitungan yang telah dilakukan untuk menentukan


fokus , jari-jari kelengkungan lensa, indeks bias lensa ,
dan indeks bias air ternyata didapatkan hasil yang
berbeda. Kedua sisi lensa mempunyai nilai yang agak

13
berbeda dari faktor- faktor tersebut. Perbedaan ini dapat
disebabkan oleh :
a. Kekurang telitian praktikan .
b. Keterbatasan panca indera dalam menentukan berimpitnya
jarum dengan bayangannya di lensa.
c. Pembulatan dalam perhitungan.
Untuk indeks bias lensa didapatkan harga n =
0,11. Sedangkan nilai indeks bias air yang sebenarnya 1,33
ternyata diperoleh nilai n’ yang tidak mendekati harga
indek bias air yang sesungguhnya, yaitu= 0,005.

Pembentukan Bayangan :

1. Percobaan I (Lensa + Cermin Datar)

f2

f1

2. Percobaan II (Lensa)

f2 R2
R1 f1

14
3. Percobaan III (Lensa + Cermin Datar + Air)

f1

15
BAB V
KESIMPULAN

Dari percobaan serta perhitungan yang telah dilakukan


diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Titik api lensa ( f ) = 0,71 cm
2. Jari-jari kelengkungan lensa bidang atas (R1) = 1,36cm
3. Jari-jari kelengkungan lensa bidang bawah (R2) = 1,14cm
4. *Indeks bias lensa ( n ) = 0,11
*Indeks bias air ( n’ ) = 0,005

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Sears & Zemansky; Fisika untuk Universitas 2; Bina Cipta;


Jakarta; 1994.
2. Halliday, Resnick; Fisika Dasar 2; Erlangga; Jakarta;
1977.
3. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar; ITS; Surabaya; 1998.

17

You might also like