You are on page 1of 20

MAKALAH

TENTANG ETIKA DAN KODE ETIK KEBIDANAN

Disusun Oleh:
Siti Nur Fadzilah
08200061

PRODI DIII KEBIDANAN


STIKES SATRIA BHAKTI NGANJUK
TA 2009 / 2010
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, pemilik segala Ilmu
Pengetahuan atas segala rahmat dan karunia-Nya, penyusun diberi kekuatan,
kemampuan, kesabaran dan kesehatan untuk menyelesaikan makalah tentang etika dan
kode etik kebidanan.

Dalam penulisan makalah ini penyusun mendapat bantuan dari berbagai pihak
yang berupa bimbingan, pengarahan maupun dukungan moral yang sangat membantu
penyusun. Untuk itu pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini penyusun berusaha untuk membuat yang terbaik,
akan tetapi dengan keterbatasan yang ada penyusun menyadari dalam makalah ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun, supaya makalah ini menjadi lebih baik. Semoga ini
bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi pembaca.

Oktober 2009

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................2

I. Etika Pelayanan Kebidanan .................................................................2


II. Kode Etik..............................................................................................8
a. Pengertian Kode Etik .................................................................8
b. Kode Etik Profesi .......................................................................8
c. Tujuan Kode Etik........................................................................9
d. Dimensi Kode Etik .....................................................................10
e. Prinsip Kode Etik........................................................................11
f. Penerapan Kode Etik ..................................................................11
III. Kode Etik Kebidanan............................................................................11
1. Pendahuluan ...............................................................................11
2. Pengertian...................................................................................12

BAB III PENUTUP


I KESIMPULAN.....................................................................................16
II SARAN ................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................17


BAB I
PENDAHULUAN

Kebidanan merupakan salah satu profesi tertua di dunia sejak adanya peradaban
umat manusia. Bidan lahir sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong
Ibu-ibu yang melahirkan. Profesi ini telah mendudukkan peran dan posisi seorang bidan
menjadi terhormat di masyarakat karena tugas yang diembannya sangat mulia dalam
upaya memberikan semangat dan membesarkan hati ibu-ibu. Di samping itu dengan setia
mendampingi dan menolong ibu-ibu dalam melahirkan sampai sang ibu dapat merawat
bayinya dengan baik. Sejak zaman prasejarah, dalam naskah kuno sudah tercatat bidan
dari mesir (Siprah dan Poah) yang berani mengambil resiko membela keselamatan bayi
laki-laki bangsa Yahudi (sebgai orang-orang yang terjajah bangsa Mesir) yang
diperintahkan oleh Fir’aun untuk dibunuh. Mereka sudah menunjukkan sikap etika moral
yang tinggi dan takwa kepada Tuhan dalam membela orang-orang yang berada pada
posisi lemah, yang pada zaman modern, kita sebut peran advokasi. Dalam menjalankan
tugas dan prakteknya bidan bekerja berdasarkan pada pandangan filosofis yang dianut,
keilmuan, metode kerja, kode etik profesi, dan etika pelayanan kebidanan.
Pelayanan kebidanan terintegrasi dengan pelayanan kesehatan. Selama ini
pelayanan kebidanan tergantung pada sikap sosial masyarakat dan keadaan lingkungan
dimana bidan bekerja. Kemajuan sosial ekonomi merupakan parameter yang amat
penting dalam pelayanan kebidanan.
Parameter kemajuan sosial ekonomi dalam pelayanan kebidanan antara lain :
a. Perbaikan status gizi ibu dan bayi
b. Cakupan persalinan oleh bidan
c. Menurunnya angka kematian Ibu melahirkan
d. Menurunnya angka kematian neonatal
e. Cakupan penanganan resiko tinggi
f. Meningkatnya cakupan peemeriksaan antenatal
BAB II
PEMBAHASAN
ETIKA DAN KODE ETIK PELAYANAN KEBIDANAN

I. ETIKA PELAYANAN KEBIDANAN

Pelayanan Kebidanan yang Adil


Keadilan dalam memberikan pelayanan kebidanan adalah aspek yang
pokok dalam pelayanan bidan di Indonesia. Keadilan dalam pelayanan ini dimulai
dengan :
a. Pemenuhan kebutuhan klien yang sesuai.
b. Keadaan sumber daya kebidanan yang selalu siap untuk melayani.
c. Adanya penelitian untuk mengembangkan/meningkatkan pelayanan.
d. Adanya keterjangkauan ke tempat pelayanan.

Tingkat ketersediaan tersebut di atas adalah syarat utama untuk


terlaksananya pelayanan kebidanan yang aman. Selanjutnya diteruskan dengan
sikap bidan yang tanggap dengan klien, sesuai dengan kebutuhan klien, dan tidak
membedakan pelayanan kepada siapapun.

Metode Pemberian Pelayanan Kebidanan


Pelayanan kebidanan diberikan secara holistik, yaitu memperhatikan aspek
bio, psiko sosio dan kultural sesuai dengan kebutuhan pasien. Pelayanan tersebut
diberikan dengan tujuan kehidupan dan kelangsungan pelayanan. Pasien
memerlukan pelayanan dari provider yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
- semangat untuk melayani
- simpati
- empati
- tulus ikhlas
- memberikan kepuasan
setelah itu, bidan sebagai pemberi pelayanan harus memperhatikan hal-hal seperti
di bawah ini :
- aman
- nyaman
- privacy
- alami
- tepat

Bidan adalah tenaga pelayanan profesional yang memberikan pelayanan


sesuai dengan ilmu dan kiat kebidanan. Untuk dapat memberikan pelayanan yang
optimal kepada pasien diperlukan data masukan. Data tersebut dikumpulkan
dengan format pengumpul data yang didesain sesuai dengan kasus yang ada.
Teknik pengumpulan data memakai metode wawancara, observasi, inspeksi,
palpasi dan auskultasi serta pemeriksaan penunjang lainnya.

Metode pelayanan kebidanan yang sistematis, tearah dan terukur ini


dinamakan manajemen kebidanan. Langkah-langkah dari manajemen kebidanan
adalah :
a. Mengumpulkan data, dilanjutkan dengan membuat/menentukan diagnose
kebidanan.
b. Membuat perencanaan tindakan dan asuhan.
c. Melaksankan tindakan kebidanan sesuai kebutuhan.
d. Evaluasi.
Semua langkah manajemen kebidanan didokumentasikan sebagai aspek
legal dan informasi dalam asuhan kebidanan.

Dokumentasi Pelayanan Kebidanan


Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang berarti bahan pustaka, baik
berbentuk tulisan maupun berbentuk rekaman lainnya, seperti pita suara/cassette,
video, film, gambar dan foto (Suyono Trimo, 1987, hal 7).
Kegunaan dokumentasi adalah sebagai berikut:
a. Sebagai data atau fakta yang dapat dipakai untuk mendukung ilmu dan
pengetahuan.
b. Merupakan alat untuk mengambil keputusan, perencanaan, pengontrolan
terhadap suatu masalah.
c. Sebagai sarana penyimpanan berkas agar tetap aman dan terpelihara dengan
baik.

Sifat dokumentasi adalah : tertutup dan terbuka. Tertutup artinya apabila


didalamnya berisi rahasia yang tidak pantas untuk diperlihatkan, diungkapkan dan
disebarluaskan kepada masyarakat. Bersifat terbuka artinya, dokumentasi selalu
berinteraksi dengan lingkungannya untuk menerima dan menghimpun informasi.

Petugas yang bertanggung jawab untuk dokumentasi ini adalah mereka yang
bertugas langsung di institusi pelayanan yang bersangkutan. Bidan sebagai
provider dalam pelayanan kebidanan bertanggung jawab terhadap dokumentasi
kebidanan. Aspek pelayanan yang didokumentasikan adalah semua pelayanan
mandiri yang diberikan oleh bidan, pelayanan konsultasi dan pelayanan
kolaborasi.

Format dokumentasi kebidanan telah didesain sesuai dengan jenis pelayanan yang
diberikan oleh bidan. Semua format dokumentasi telah terdaftar pada register/
nomor catatanmedis untuk dokumentasi rumah sakit dan sudah tercatat pada
register puskesmas untuk pelayanan di Puskesmas, rumah sakit bahkan bidan
Praktek Swasta.

Keikutsertaan Suami dalam Pelayanan Kebidanan/Kelahiran


Dalam memberikan pelayanan kebidanan/kelahiran, bidan dituntut untuk
mengaplikasikan beberapa disiplin keilmuan, baik ilmu sosial, psikologi,
kebutuhan dasar manusia secara holistik, komunikasi serta ilmu kebidanan itu
sendiri. Interaksi pasien dengan lingkungannya merupakan faktor pendukung
terjadinya proses kelahiran yang fisiologis.
Suami adalah orang terdekat yang menyebabkan proses kehamilan terjadi.
Kehadiran suami dalam persalinan masih dianggap janggal. Beberapa tempat
persalinan belum memperbolehkan kehadiran suami dalam proses persalinan
isterinya. Apabila ada seorang pasien yang menginginkan suaminya menuggu
pada saat isterinya melahirkan, sebaiknya bidan memperbolehkan dengan lebih
dahulu memberikan wawasan pengertian dan penjelasan kepada suaminya dan
tidak mengganggu jalannya persalinan. Sebelumnya suami pasien diberi
penjelasan tentang persalinan yang meliputi: mekanisme persalinan, hal-hal yang
dialaminya oleh isterinya, dan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.
Semua penjelasan yang diberikan oleh bidan ditindak lanjuti dengan
penandatanganan informed consent.

Kehadiran suami untuk mendampingi istrinya saat melahirkan sangat diharapkan,


karena untuk memberikan dukungan kepada isterinya, agar isterinya merasa
aman, nyaman dan berbesar hati, sehingga kelahiran akan berjalan lancar dan
normal. Kehadiran suami akan lebih mendekatkan hubungan keluarga, yaitu
antara istri, anak dan suami. Peristiwa kelahiran adalah peristiwa yang sakral dan
otentik yang perlu disadari dan dihayati oleh suami, karena itu suami selalu
diikutsertakan.

Menjaga Mutu Pelayanan Kebidanan


Pelayanan kebidanan yang bermutu adalah pelayanan kebidanan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kebidanan yang sesuai dengan tingkat
kepuasan rata-rata penduduk, serta yang menyelenggarakannya sesuai dengan
kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.

Kode etik serta standar pelayanan profesi, pada dasarnya merupakan kesepakatan
antara warga profesi sendiri, dan karenanya bersifat wajib untuk dipakai sebagai
pedoman dalam penyelenggaraan setiap kegiatan profesi.
Dimensi kepuasan pasien dapat dibedakan atas dua macam :
a. kepuasan yang mengacu pada penerapan kode etik serta standar pelayanan
profesi kebidanan. Kepuasan yang dimaksud pada dasarnya mencakup
penilaian terhadap kepuasan pasien mengenai :
1. Hubungan bidan dengan pasien.
Hubungan antara bidan dengan pasien yang baik karena kepekaan,
kepedulian dan perhatian bidan terhadap pasien yang memungkinkan
bidan dapat memberikan penjelasan terhadap semua informasi
tindakan yang diperlukan pasien. Pasien mengerti, menerima dan
menyetujuinya.
2. Kenyamanan pelayanan
menyelenggarakan suatu pelayanan yang nyaman adalah salah satu
dari kewajiban etik.
3. Kebebasan melakukan pilihan
suatu pelayanan kebidanan yang bermutu apabila kebebasan memilih
ini dapat diberikan oleh bidan.
4. Pengetahuan dan kompetensi teknis (scientific knowledge and technical
skill)
makin tinggi pengetahuan dan tingkat kemampuan teknis bidan akan
lebih meningkatkan mutu pelayanan kebidanan.
5. Efektifitas pelayanan
makin efektif pelayanan yang diberikan oleh bidan, makin tinggi mutu
pelayanannya.

b. Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan


kebidanan. Suatu pelayanan dikatakan bermutu bila penerapan semua
persyaratan pelayanan kebidanan dapat memuaskan pasien.

Ukuran pelayanan kebidanan yang bermutu adalah :


a. Ketersediaan pelayanan kebidanan (available)
b. Kewajaran pelayanan kebidanan (appropiate)
c. Kesinambungan pelayanan kebidanan (continue)
d. Penerimaan jasa pelayanan kebidanan (acceptable)
e. Ketercapaian pelayanan kebidanan (accesible)
f. Keterjangkauan pelayanan kebidanan (affordable)
g. Efisiensi pelayanan kebidanan (afficient)
h. Mutu pelayanan kebidanan (quality)

Mutu pelayanan kebidanan berorientasi pada penerapan kode etik dan standar
pelayanan kebidanan, serta kepuasan yang mengacu pada penerapan semua
persyaratan pelayanan kebidanan. Dari dua dimensi mutu pelayanan
kebidanan tersebut, tujuan akhirnya adalah kepuasan pasien yang dilayani
oleh bidan.

Implementasi Pelayanan Kebidanan


Pelayanan kebidanan disuatu institusi pelayanan kesehatan, misalya rumah
sakit atau puskesmas memiliki norma atau budaya pelayanan yang unik. Setiap
institusi pelayanan memiliki norma sendiri dalam memberikan pelayanan. Yang
perlu diperhatikan oleh bidan adalah bahwa di suatu institusi pelayanan terdapat
beberapa praktisi dan profesi pelayanan kesehatan. Walaupun ada beberapa
pelayanan kesehatan, subyek pelayanan hanya satu, yaitu manusia atau individu.
Oleh karena itu, semua atau tiap profesi harus jelas batas wewenangnya. Batas
wewenang tersebut telah disetujui oleh antar profesi dan merupakan daftar
wewenang yang sudah tertulis. Apabila tiap profesi tersebut melanggar batas
wewenangnya, maka terjadilah konflik antar para praktisi pemberi pelayanan
tersebut.

Untuk mengantisipasinya terjadilah konflik peran, PP IBI telah membuat standar


praktek kebidanan dan standar operating prosedur untuk pelayanan kepada ibu,
bayi dan Keluarga Berencana. Standar ini merupakan alat/senjata dalam
memberikan pelayanan kebidanan. Sedangkan kapling/area dalam memberikan
pelayanan kebidanan telah tertuang pada permenkes 572/tahun 1996 tentang
wewenang dan Registrasi Praktek Bidan. Dalam implementsi pelayanan
kebidanan yang harus disadari oleh bidan adalah jenis pelayanan yang diberikan,
apakah itu pelayanan mandiri, pelayanan konsultasi atau pelayanan kolaborasi.

II. KODE ETIK


Setiap profesi mutlak mengenal atau mempunyai kode etik. Dengan demikian
dokter, perawat, bidan, guru dan sebagainya yang merupakan bidang pekerjaan
profesi mempunyai kode etik.

A. Pengertian kode Etik


Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus diindahkan
oleh setiap anggota profesi yang bersngkutan didalam melaksanakan tugas
profesinya dan dlam hidupnya di masyarakat.

Norma-norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi anggota profesi tentang


bagaimana mereka harus menjalankan profesinya dan larangan-larangan yaitu
ketentuan-ketentuan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh
diperbuat atau dilaksanakan oleh anggota profesi, tidak saja dalam
menjalankan tugas profesinya, melainkan juga menyangkut tingkah laku pada
umumnya dalam pergaulan sehari-hari di ddalam masyarakat.

B. Kode Etik Profesi


Sejak zaman sebelum Masehi dunia kedokteran sudah mengenal kode etik
yang dipergunakan untuk melaksanakan praktek kedokteran zaman itu. Kode
etik merupakan suatu kesepakatan yang diterima dan dianut bersama
(kelompok tradisional) sebagai tuntunan dalam melakukan praktek. Kode etik
ini disusun oleh profesi berdasarkan keyakinan dan kesadaran profesional
serta tanggung jawab yang berakar pada kekuatan moral dan kemampuan
manusia.
Kode etik profesi merupakan suatu pernyataaan komprehensif dari profesi
yang memberikan tuntunan bagi anggotanya untuk melaksanakn praktek
dalam bidang profesinya baik yang berhubungan dengan klien/psien, keluarga,
masyarakat, teman sejawat, profesi dan dirinya sendiri. Namun dikatakan
bahwa kode etik pada zaman dimana nilai-nilai peradaban semakin kompleks,
kode etik tidak dapat lagi dipakai sebagai pegangan satu-satunya dalam
menyelesikan masalah etik. Untuk itu dibutuhkan juga suatu pengetahuan
yang berhubungan dengan hukum. Benar atau salah pada penerapan kode etik,
ketentuan/nilai moral yang berlaku terpulang kepada profesi.

C. Tujuan Kode Etik


Pada dasarnya tujuan menciptakan atau merumuskan kode etik suatu profesi
adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi. Secara umum
tujuan menciptakan kode etik adalah sebagai berikut:
1. untuk menjunjung tinggi martabat dan citra profesi
dalam hal ini yang dijaga adalah image dari pihak luar atau masyarakat
mencegah orang luar memandang rendah atau remeh suatu profesi. Oleh
karena itu setiap kode etik suatu profesi akan melarng berbagai bentuk
tindak tanduk atau kelakuan anggota profesi yang dapat mencemarkan
nama baik profesi di dunia luar. Dari segi ini kkode etik juga disebut kode
kehormatan.

2. untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota


yang dimaksud kesejahteraan ialah kesejahteraan materiil dan spiritual
atau mental. Dalam hal kesejahteraan materiil anggota profesi kode etik
umumnya menetapkan larangan-larangan bagi anggotanya untuk
melakukan perbuatan yang merugikan kesejahteraan. Kode etik juga
menciptakan peraturan-peraturan yang ditujukan kepada pembahasan
tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur para anggota profesi dalam
interaksinya dengan sesama anggota profesi.
3. untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
Dalm hal ini kode etik juga beriasi tujuan pengabdian profesi tertentu,
sehingga para anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan
tanggungjawab pengabdian profesinya. Oleh karena itu kode etik
merumuskan ketentuan-ketentuan yang diperlukan oleh para anggota
profesi dalam menjalankan tugasnya.

4. untuk meningkatkan mutu profesi.


Kode etik juga memuat tentang norma-norma serta anjuran agar profesi
selalu berusaha untuk meningkatkan mutu profesi sesuai dengan bidang
pengabdiannya. Selain itu kode etik juga mengatur bagaimana cara
memelihara dan menigkatkan mutu organisasi profesi. Dari uraian di atas,
jelas bahwa tujuan suatu profesi, menjaga dan memelihara kesejahtereaan
para anggota, meningkatkan pengabdian anggota, dan meningkatkan mutu
profesi serta meningkatkan mutu organisasi profesi.

D. Dimensi Kode Etik


1. anggota profesi dan klien / pasien.
2. Anggota profesi dan sistem kesehatan.
3. Anggota profesi dan profesi kesehatan
4. Sesama anggota profesi

Kode etik kebidanan merupakan suatu pernyataan komprehensif profesi yang


memberikan tuntunan bagi bidan untuk melaksanakan praktek kebidanan baik
yang berhubungan dengan kesejahteraan, keluarga, masyarakat, teman
sejawat, profesi dan dirinya.
E. Prinsip Kode Etik
1. menghargai otonomi
2. Melakukan tindakan yang benar
3. Mencegah tindakan yang dapat merugikan
4. Memberlakukan manusia secara adil
5. Menjelaskan dengan benar
6. Menepati janji yang telah disepakati
7. Menjaga kerahasiaan

F. Penerapan Kode Etik


Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh organisasi untuk para anggotanya.
Penetapan kode etik IBI harus dilakukan dalam kongres IBI.Kode etik suatu
organisasi akan mempunyai pengaruh yang kuat dalam menegakkan disiplin di
kalangan profesi, jika semua orang yang menjalankan profesi yang sama
tergabung dalam suatu organisasi profesi. Apabila setiap orang yang menjalankan
suatu profesi secara otomatis tergabung dalam suatu organisasi atau ikatan profesi
maka barulah ada jaminan bahwa profesi tersebut dapat dijalankan secara murni
dan baik, karena setiap anggota profesi yang melakukan pelanggaran terhadap
kode etik dapat dikenakan sanksi.

B. KODE ETIK KEBIDANAN


1. Pendahuluan
Pola pikir manusia Indonesia dari tahun ketahun terus berkembang sejalan dengan
pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnoligi yang dari hari
kehari semakin cepat sehubungan dengan derasnya era informasi

Kemajuan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai permasalahan antara lain


mahalnya pelayanan medik. Selain itu terjadi pula perubahan tata nilai dalam
masyarakat, yaitu masyarakat semakin kritis memandang masalah yang ada
termasuk menilai pelayanan yang diperolehnya
Saat ini masyarakat acap kali merasakan ketidakpuasan terhadap pelayanan
bahkan tidak menutup kemungkinan mengajukan tuntunan kemuka pengadilan.
Apabila se4seorang bidan merugikan pasien dan dituntut oleh pasien tersebut
akan merugikan merugikan berita yang menarik dan tersebar luas di masyarakat
melalui media elektronik dan media massa lainnya. Hal tersebut menjadi
permasalahan yang perlu diperhatikan. Untuk itu dibutuhkan suatu pedoman yang
menyeluruh dan integratif tentang sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh
seorang bidan. Pedoman ini sudah ada yaitu Kode Etik Bidan. Sebelum
pembahasan mengenai Kode Etik Bidan, perlu dipahami terlebih dulu tentang
pengertian atau definisi bidan dan kodec etik kebidanan

2. Pengertian
a. Definisi bidan
Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan
bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan
yang berlaku, dicatat ( register ), diberi izin secara sah untuk menjaklankan
praktek

b. Definisi Kode Etik


Kode etik merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai – nilai internal
dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif suatu
profesi yang memberikan tuntutan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian
profesi

c.kode etik bidan


Kode etik bidan Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan disahkan
dalam Kongres Nasional Ikatan Bidan Indonesia X tahun 1988, sedang petunjuk
pelaksanaanya disahkan dalam Rapat Kerja Nasional ( Rekernas ) IBI tahun 1991,
kemudian disempurnakan dan disahkan pada Kongres Nasional IBI ke XII tahun
1998. Sebagai pedoman sdalam berperilaku, Kode Etik Bidan indonesia
mengandung beberapa kekuatan yang yang semuanya tertuang dalam mukadimah
dan tujuan dan bab. Secara umum kode etik tersebut berisi 7 bab. Ketujuh bab
dapat dibedakan atas tujuh bagian yaitu :
a. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat ( 6 butir )
b. Kewajiban bidan terhadap tugasnya ( 3 butir )
c. Kewajiban Bidan terhadap sejawab dan tenaga kesehatan lainnya ( 2 butir )
d. Kewajiban bidan terhadap profesinya ( 3 butir )
e. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri ( 2 butir )
f. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air ( 2 butir )
g. Penutup ( 1 butir )

Beberapa kewajiban bidan yang diatur dalam pengabdian profesinya adalah :


a. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat
1. Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan
mengamalkan sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas
pengabdiannya.
2. Setiap bidan dalam menjalankan tugas proofesinya menjunjung tinggi
harkat dan martabat kemanusiaan yang yang utuh dan memelihara
citra bidan
3. setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada
peran tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien,
keluarga dan masyarakat
4. setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan
klien, menghormati hak klien, dan menghormati niulai – nilai yang
berlaku dimasyarakat
5. setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan
kepentingan klien, keluarga dan masyarakat denganj indentitas yang
sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang
dimilikinya.
6. setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam
hubungan pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong partisipasi
masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal
b. Kewajiban Terhadap Tugasnya
1. Setiap bidan senantiasa mwemberikan pelayanan paripurna terhadap
klien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi
yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan
masyarakat
2. Setiap bidan berhal memberikan pertolongan dan mempunyai
kewenangan dalam mengambil keputusan mengadakan konsultasi dan
atau rujukan
3. setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan
atau dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan
atau diperlukan sehubungan kepentingan klien

c. kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya


1. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk
menciptakan suasana kerja yang serasi
2. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati
baik terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.

d. kewajiban bidan terhadap profesinya


1. setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra
profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan
memberikan pelatyanan yang bermutu kepada masyarakat
2. Setiap harus senantiasa mengembangkan diri dan mmeningkatkan
kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
3. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan
kegiatan sejenisnya yang dapat meniingkatkan mutu dan citra
profesinya
e. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri
1. setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dalam melaksanakan
tugas profesinya dengan baik
2. Setiap bidan harus berusaha secara terus – menerus untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

f. Kewajiban bidan terhadap pemerinytah nusa, bangsa dan tanah air


1. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan
ketentuan – ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya
dalam palayanan KIA / KB dan kesehatan keluarga dan masyarakat
2. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan
pemikirannya kepada pemerintahan untuk meningkatakan mutu
jangkauan pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA / KB dan
kesehatan keluarga
BAB III
PENUTUP

I. KESIMPULAN
Sebagai Seorang Bidan dalam menjalankan tugas dan kewajibanya harus
sesuai dengan etika dan Kode etik yang telah ditentukan.

II. SARAN
Kita sebagai mahasiswi harus mempelajari serta menanamkan sedini
mungkin sebagai tolok ukur dan rambu-rambu dalam melaksanakan praktek
pelayanan Kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA

Guwandi, Etika dan Hukum Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,


balai Penerbitan FKUI, 1991
Berten, Etika, Gramedia Pustaka utama, Jakarta : 1997
Hernawan, Etika Keguruan, Margi wahyu, Jakarta : 1979
Myle, Textbook for Midwives, Twelve edition, Great Britain by Buth Press Colourbooks,
Glasgow.
K. Bertens, Etika, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 1997.
Setiawan dan Maramis, Etika Kedokteran, Airlangga University Press, Surabaya, 19990.

You might also like