Professional Documents
Culture Documents
BUKTI PEMERIKSAAN
I. Jenis Bukti.
Pengendalian Intern merupakan metode yang berguna bagi manajemen untuk menjaga
kekayaan organisasi, meningkatkan efektivitas dan efisiensi kinerja. Disamping
itu, sistem pengendalian intern dapat mengendalikan ketelitian dan akurasi
pencatatan data akuntansi.Menurut Committee of Sponsoring Organizations ( COSO)
:�Internal controls are the tools that managers use (but are often not taught) to
help achieve theirbusiness objective in the following categories :
Definisi ini dapat diartikan Pengendalian Intern adalah alat yang digunakan oleh
para manajer (tetapi jarang diajarkan) untuk membantu dalam pencapaian tujuan
usaha mereka dalam kategori berikut ini :
� Ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku (Audit Finansial, Audit
Manajemen, Dan Sistem Pengendalian Intern 55)
Pengendalian Intern harus memberi keyakinan bahwa seluruh transaksi telah mendapat
otorisasi dan dilaksanakan dengan benar sesuai kebijakan perusahaan, serta
pencatatan transaksi tersebut dengan benar. Dibawah ini terdapat 5 tujuan
pengendalian Intern atas transaksi, yaitu :
1. Otoritas ( wewenang)
2. Pencatatan
Pencatatan atas transaksi harus dilaksanakan sebagaimana mestinya dan pada waktu
yang tepat dengan uraian yang wajar. Transaksi yang dicatat adalah transaksi yang
benar-benar terjadi dan lengkap.
3. Perlindungan
Harta fisik berwujud tidak boleh berada di bawah pengawasan/penjagaan dari mereka
yang bertanggung-jawab. Dalam hal ini Pengendalian Intern memperkecil resiko
terjadinya kecurangan oleh karyawan atau manajemen sekalipun.
4. Rekonsiliasi
Rekonsiliasi secara kontinu dan periodik antar pencatatan dengan harta fisik harus
dilakukan misalnya mencocokkan jumlah persediaan barang antara kartu persediaan
denganpersediaan fisik di gudang.(Audit Finansial, Audit Manajemen, Dan Sistem
Pengendalian Intern 56)
5. Penilaian
Harus dibuat ketentuan agar memberikan kepastian bahwa seluruh harta perusahaan
dicatat berdasarkan nilai yang wajar. Tidak boleh terjadi over maupun undervalved
atas harta tersebut.
Elemen/Unsur SPI.
Bahan bukti diartikan sebagai segala merupakan informasi yang digunakan auditor
dalam menentukan kesesuaian informasi yang sedang diaudit dengan kriteria yang
ditetapkan. Adalah penting untuk memperoleh bahan bukti dalam jumlah dan kualitas
yang cukup untuk memenuhi tujuan audit. Proses penentuan jumlah bahan bukti yang
diperlukan dan penilaian kelayakan informasi sesuai dengan kriteria merupakan
bagian penting dari audit.
b. Bukti fisik. Adalah bukti audit yang diperoleh dengan cara inspeksi atau
perhitungan aktiva berwujud seta merupakan cara mengidentifikasi sesuatu yang
diperiksa, untuk menentukan kuantitas dan setidak-tidaknya merupakan suatu usaha
untuk menentukan mutu atau keaslian kekeyaan tersebut. Tipe bukti ini pada umumnya
dikumpulkan oleh auditor dalam pemeriksaan terhadap persediaan, kas surat
berharga, piutang wesel, investasi jangka panjang dan aktiva berwujud. Pemeriksaan
terhadap aktiva merupakan cara langsung untuk membuktikan kebenaran adanya aktiva
tersebut. Oleh karena itu, untuk jenis aktiva terentu bukti fisik dianggap sebagai
bukti audit yang paling andal dan bermanfaat karena dapat menilai mutu serta
kondisi aktiva tertentu. Seringkali bukti fisik bukan merupakan audit konklusif
sifatnya, contoh: kas yang ada ditangan, yang dihitung oleh auditor terdiri dari
uang dan cek yang diterima dari customer. Perhitungan kas tersebut tidak dapat
memberikan jaminan bahwa semua cek dapat diuangkan pada saat disetorkan ke bank,
karena adanya kemungkinan cek tersebut kosong. Kelemahan dari bukti fisik tidak
dapat membuktikan adanya hak kepemilikan terhadap suatu aktiva jadi masih harus
didukung oleh tipe bukti audit yang lain.
c. Bukti dokumenter. Tipe bukti audit ini dibuat dari kertas bertuliskan huruf
dan atau angka atau simbol-simbol yang lain. Menurut sumbernya, bukti dokumenter
dapat dibagi menjdai 3 golongan :
1. Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang dikirimkan
langsung kepada auditor.
2. bukti dokumenter yang dibuat pihak luar yang bebas yang disimpan dalam arsip
klien.
3. Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien.
Dokumen intern adalah dokumen yang disiapkan dan digunakan dalam organisasi klien
dan disimpan tanpa pernah keluar ke pihak lain seperti pelanggan atau penjual.
Contoh dari dokumen intern adalah salinan faktur penjualan, laporan jam kerja,
laporan penerimaan persediaan.
Dokumen Ekstern adalah dokumen yang telah ada ditangan seseorang diluar organisasi
klien yaitu pihak yang mendokumentasikan transaksi, tetapi saat ini ada di tangan
klien atau tersedia untuk diperoleh. Contoh dokumen jenis ini adalah faktur
pembelian, wesel bayar yang ditolak dan polis asuransi.
d. Catatan akuntansi, jurnal, buku besar dan buku pembantu merupakan catatan
akuntansi yang digunakan oleh klien untuk mengolah transaksi keuangan guna
menghasilkan laporan keuangan. Oleh karena itu, pada waktu auditor melakukan
verifikasi terhadap suatu jumlah tercantum dalam laporan keuangan, ia akan
melakukan penelusuran kembali jumlah tersebut melalui catatan akuntansi. Dengan
demikian, catatan akuntansi merupakan audit bagi auditor mengenai pengolahan
transaksi keuangan yang telah dilakukan oleh klien.
1. jika buku pembantu dipegang oleh karyawan yang tidak memegang buku besar dan
secara periodik diadakan rekonsiliasi antara buku pembantu dengan akun kontrol
(controlling accont) yang berkaitan dalam buku besar.
2. semua jurnal umum harus mendapat persetujuan tertulis dari manajer
akuntansi, maka auditor dapat menagngkat jurnal, buku besar dan buku pembantu
sebagai bukti audit yang andal, yang mendukung angka-angka dalam laporan keuangan.
Disamping jurnal, buku besar dan buku pembantu, catatan akuntansi sebagai bukti
audit meliputi pula : rekapitulasi biaya, penjualan dan rekapitulasi angka yang
lain, daftar saldo, laporan keuangan intern dan laporan keuangan yang dibuat untuk
kepentingan manajemen.
e. Bukti lisan. Dalam mengumpulkan audit, auditor banyak meminta keterangan secara
lisan. Keterangan yang diminta oleh auditor akan meliputi masalah-masalah yang
sangat luas, seperti kebijakan akuntansi, lokasi catatan dan dokumen, alasan
penggunaan prinsip akuntansi yang tidak berterima umum di Indonesia, kemungkinan
pengumpulan piutang usaha yang tak tertagih, serta kemungkinan adanya hutang
bersyarat. Umumnya bukti lisan tidak cukup tetapi buktiaudit ini dapat menunjukkan
situasi yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut atau pengumpulan bukti audit
lain yang menguatkan bukti lisan tersebut. Dalam mengajukan pertanyaan auditor
hendaknya tidak bersikap otoriter maupun bersikap terlalu merendahkan diri.
Auditor melaksanakan audit atas permintaan klien, oleh karena itu adalah
kepentingan klien untuk menyadarkan karyawannya agar bekerjasama denga auditor
dalam menyediakan informasi yang diperlukan oleh auditor tersebut. Di lain pihak,
auditor harus menghindari sikap sebagai polisi. Auditor tidak boleh melakukan
penyelidikan silang terhadap karyawan klien dan tidak boleh melakukan penekanan
untuk memperoleh informasi.
g. Perbandingan. Untuk menentukan akun atau transaksi yang akan dipisahkan guna
penyelidikan yang lebih intensif, auditor melekukan analisis terhadap perbandingan
setiap aktiva, hutang, penghasilan dan biaya dengan saldo yang berkaitan dalam
tahun sebelumnya. Jika tredapat perubahan yang bersifat luar biasa, diadakan
penyelidikan sampai auditor memperoleh alasan yang masuk akal mengenai
penyebabnya. Misalnya membandingkan jumlah rupiah dari tahun ke tahun, auditor
juga mempelajari hubungan persentase berbagai unsur dalam laporan keuangan.
Sebagai contoh : auditor mengetahui bahwa dalam tahun-tahun sebelumnya klien
menentukan besarnya kerugian akibat tidak tertagihnya piutang usaha sebesar 1%
dari hasil penjualan bersih. Dalam tahun yang diaudit, klien menaikkan besarnya
kerugian tersebut menjadi 8% dari hasil penjualan bersih. Perubahan yang cukup
besar ini menyebabkan auditor melakukan penyelidikan secara seksama terhadap semua
piutang usaha yang dihapus dalam tahun yang diaudit untuk menentukan penyebab
kenaikan jumlah taksiran kerugian piutang usaha tersebut.
Bukti audit berupa perbandingan dan ratio ini dikumpulkan oleh auditor pada awal
audit untuk membantu penentuan objek audit yang memerlukan penyelidikan yang
mendalam dan diperiksa kembali pada akhir audit untuk menguatkan kesimpulan-
kesimpulan yang dibuat atas dasar bukti-bukti lain.
Auditor harus membuat surat perjanjian kerja dengan spesialis, tetapi tidak boleh
menerima begitu saja hasil-hasil penemuan spesialis tersebut. Ian harus memahami
metode-metode dan asumsi-asumsi yang digunakan oleh spesialis tersebut sebagai
bukti audit yang andal, kecuali jika menurut hasil pengujiannya menyebabkan ia
berkesimpulan bahwa hasil penemuan spesialis tersebut tidak masuk akal.
Dalam SA Seksi 336 Penggunaan Pekerjaan Spesialis, diatur : Jika auditor menerima
hasil penemuan spesialis sebagai bukti audit yang kompeten, hasil kerja spesialis
tersebut tidak perlu disebut dalam laporan auditor yang berisi pendapat wajar.
Jika auditor puas dengan hasil penemuan spesialis dan jika memberikan pendapat
selain pendapat wajar maka ia dapat menunjukkan hasil pekerjaan spesialis tersebut
untuk mnedukung alasan tidak diberikannya pendapat wajar dalam laporan auditnya.
i. Konfirmasi.
Lapping dapat dicegah dengan adanya pemisahan fungsi piutang usaha dan kasir dan
dengan mewajibkan semua pegawai untuk mengambil cuti.
j. Pernyataan tertulis manajemen, Salah satu tipe bukti audit yang penting yang
dibuat dalam organisasi klien adalah surat representasi manajemen (Letter of
representation atau management representation letter). Surat ini dibuat oleh
manajer tertentu dalam organisasi klien atas permintaan auditor, yang berisi fakta
tertentu mengenai posisi keuangan dan kegiatan perusahaan. Contohnya : manajer
keuangan perusahaan klien diminta oleh auditor untuk menulis suatu surat
pernyataan yang menjelaskan bahwa menurut pengetahuannya semua hutang perusahaan
telah dicantumkan dalam neraca. Tujuan auditor meminta surat representasi
manajemen adalah untuk menyadarkan manajemen bahwa tanggung�jawab atas kewajaran
laporan keuangan terletak di tangan manajemen. Surat representasi manajemen ini
merupakan bukti yang penting tetapi bagi auditor bukti audit ini tidak membebaskan
dirinya dari tugas untuk melakukan verifikasi terhadap informasi yang tercantum
dalam surat tersebut. Oleh karena itu, surat bukti representasi manajemen tidak
setingkat kompetensinya dengan bukti dokumenter lainnya.
a. Prosedur audit. Adalah petunjuk rinci untuk pengumpulan jenis bahan bukti audt
tertentu yang diperoleh pada waktu tertentu selama audit.
b. Ukuran sampel. Dalam audit dimungkinkan untuk menentukan besar sampel dari satu
sampai keseluruhan pos dalam populasi yang diuji. Misalkan ada 6.600 cek yang
dicatat dalam jurnal pengeluaran kas. Auditor mungkin memilih sampel sebesar 200
cek untuk dibandingkan dengan jurnal pengeluaran kas. Keputusan menegnai berapa
banyak pos yang harus diuji akan dibuat oleh auditor untuk setiap prosedur audit.
Besar sampel untuk satu prosedur tertentu akan bervariasi dari satu audit ke audit
lainnya.
c. Item yang dipilih. Setelah besar sampel ditentukan bagi suatu prosedur audit
tertentu, tetap diperlukan untuk memutuskan pos atau unsur mana yang akan
dipilih. Kalau auditor memutuskan, misalnya : memilih 200 cek dari populasi
sebesar 6.000 untuk dibandingkan dengan jurnal pengeluaran kas, beberapa metode
yang berbeda dapat digunakan untuk memilih cek tertentu yang akan diperiksa.
Auditor dapat :
d. Pengaturan waktu. Audit dalam laporan keuangan biasanya mencakup suatu periode
seperti 1 tahun dan audit biasanya belum selesai sampai beberapa minggu setelah
akhir periode. Sampai pelaksanaan prosedur audit dengan bervariasi dari permulaan
periode akuntansi sampai lama setelah periode tersebut berakhir. Dalam audit atas
laporan keuangan, klien biasanya menginginkan audit selesai 1 atau 3 bulan setelah
akhir tahun.
1. Auditor meminta dari klien untuk menanyakan informasi tertentu kepada pihak
luar
2. Klien meminta kepada pihak luar yang ditunjuk oleh auditor untuk memberikan
jawaban langsung kepada auditor mengenai informasi yang ditanyakan oleh auditor
tersebut.
3. Auditor menerima jawaban langsung dari pihak ketiga tersebut.
c. Observasi, Merupakan prosedur audit yang digunakan oleh auditor untuk melihat
atau menyaksikan pelaksanaan suatu kegiatan. Observasi terhadap penerapan dari
prosedur dan kebijakan. Observasi yang paling efektif adalah ketika dilakukan
dengan basis kejutan (surprise basis). Contoh kegiatan yang biasa diamati oleh
auditor dalam auditnya adalah : penghitungan fisik persediaan yang ada di gudang
klien, pembuatan dan perstujuan voucher, cara penyimpanan kas yang ada di tangan
klien. Dengan pengamatan ini auditor akan dapt memperoleh bukti visual mengenai
pelaksanaan suatu kegiatan. Objek yang diamati adalah karyawan, rosedur dan
proses.
g. Scanning, merupakan review secara cepat terhadap dokumen, catatan dan daftar
untuk mendeteksi unsur-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan penyelidikan
lebih mendalam.
1. Penghitungan fisik terhadap sumber daya berwujud seperti kas atau persediaan
di tangan.
2. Pertanggung-jawaban formulir bernomor urut tercetak. Penghitungan fisik
digunakan untuk mengevaluasi bukti fisik kuantitas yang ada di tangan, sedangkan
pertanggung-jawaban formulir bernomor urut tercetak digunakan untuk mengevaluasi
bukti dokumenter yang mendukung kelengkapan catatan akuntansi.
a. Kompetensi, mengacu kepada derajat dapat dipercayanya suatu bahan bukti. Kalu
bahan bukti dianggap sangat kompeten. Akan sangat membantu meyakinkan auditor
bahwa laporan keuangan disajikan dengan wajar. Misalkan, auditor menghitung
persediaan, bahan bukti tersebut akan lebih kompeten daripada manajemen memberikan
auditor gambarannya sendiri. Sebagian auditor, menggunakan istilah keandalan bukti
yang sama dengan kompetensi.
Kompetensi bahan bukti hanya berkaitan dengan prosedur audit yang dipilih.
Kompetensi tidak dapat diperbaiki dengan memperbesar smapel atau memilih pos yang
lain dari populasi yang akan diaudit. Kompetensi dapat diperbaiki hanya dengan
memeilih prosedur yang berisi satu atau lebih dari lima karakteristik bahan bukti
yang kompeten berikut ini :
1. Relevansi
2. Sumber
3. Ketepatan waktu
4. Objektivitas
5. Cara pemerolehan bukti
c. Ketepatan waktu, mengacu kepada kapan bahan bukti dikumpulkan atau periode yang
dicakup oleh audit. Bahan bukti biasanya lebih membantu dalam memberikan
kesimpulan bagi perkiraan neraca kalau diperoleh sedekat mungkin dari tanggal
neraca. Misalkan, perhitungan efek-efek oleh auditor pada tanggal neraca akan
lebih dapat menyimpulkan daripada menghitung 2 bulan sebelumnya. Bagi akun R/L,
bahan bukti akan lebih dapat menyimpulkan kalau dilakukan uji petik untuk seluruh
periode yang diaudit daripada hanya sebagian periode. Misalkan, uji petik acak
atas transaksi penjualan selam setahun akan lebih dapat menyimpulkan daripada uji
petik hanya untuk 6 bulan pertama.
V. Evaluasi Bukti.
a. Kehati-hatian.
c. Menyeluruh.
a). Prosedur analitikal: Jika terjadi kejanggalan, tujuan utama dari adalah untuk
membantu perencanaan sifat, saat dan luas prosedur audit yang akan digunakan untuk
memperoleh bukti tentangsaldo akun atau jenis transaksi tertentu. Untuk maksud
ini, prosedur analitik dalam perencanaan audit harus ditujukan untuk :
1. Meningkatkan pemahaman auditor atas usaha klien dan transaksi atau peristiwa
yang terjadi sejak tanggal audit terakhir.
2. Mengidentifikasi bidang yang kemungkinan mencerminkan resiko tertentu yang
bersangkutan dengan audit.
Resiko (risk) atau exposure adalah kondisi yg dpt mengakibatkan kerugian bagi
o
organisasi
a. SPI lemah, dalam situasi PI dalam suatu bidang melemah, auditor harus waspada
dan mengumpulkan bentuk bukti audit rinci yang lain yang dapat mengganti bukti-
bukti yang dihasilkan oleh pengendalian PI yang lemah tersebut.
b
Keputusan utama yang dihadapi auditor terkait bahan bukti adalah menentukan jenis
dan jumlah bahan bukti, agar memperoleh keyakinan memadai bahwa seluruh komponen
laporan keuangan telah disajikan wajar, dan bahwa klien telah menerapkan
pengendalian intern yang efektif.
p
3. Pos/unsur mana yang akan dipilih dari populasi? (Unsur yang dipilih)
3
Kompetensi Bahan Bukti. Mengacu kepada reliabilitas bahan bukti, sejauh mana bahan
bukti tersebut dapat diyakini kebenarannya.
b
1. Relevansi. Bahan bukti yang dikumpulkan harus selaras dengan tujuan audit.
2. Independensi penyedia data. Bahan bukti/data yang berasal dari sumber luar
lebih dapat dipercaya daripada data yang berasal dari dalam perusahaan.
3. Efektifitas Pengendalian Intern. Bahan bukti yang diperoleh dari suatu
perusahaan yang memiliki pengendalian intern yang efektif lebih dapat diandalkan
daripada jika pengendalian intern lemah
4. Pemahaman langsung yang diperoleh auditor. Informasi yang diperoleh langsung
sendiri oleh auditor lebih dapat diandalkan daripada jika informasi tersebut
berasal dari orang lain
5. Kualifikasi orang yang menyediakan informasi. Informasi dari orang yang
memiliki kualifikasi lebih dapat dipercaya daripada informasi yang berasal dari
orang yang tidak memiliki kualifikasi.
6. Tingkat Obyektifitas. Bahan bukti obyektif adalah bahan bukti yang bersumber
dari luar/ekstern perusahaan, seperti konfirmasi, faktur pembelian dll. Bahan
bukti subyektif adalah bahan bukti yang bersumber dari intern perusahaan, seperti
salinan faktur penjualan, ayat-ayat jurnal, dll.
7. Ketepatan Waktu. Ketepatan waktu ini mengacu, baik kepada kapan bahan bukti
tersebut dikumpulkan, dan periode akuntansi yang dicakup oleh audit.
t
Kecukupan Bahan Bukti. Mengacu kepada jumlah bahan bukti yang dikumpulkan, berapa
besar ukuran sampel yang akan diambil.
b
Konfirmasi. Yaitu penerimaan tanggapan dari pihak ketiga yang independen mengenai
akurasi informasi sebagaimana yang dimaksud oleh auditor. Contoh: konfirmasi atas
piutang usaha, hutang usaha, dll.
Tanya jawab dengan klien. Mendapatkan informasi dengan cara mengajuan pertanyaan
baik secara lisan maupun tertulis kepada klien/pegawai klien.