You are on page 1of 11

ERTEMUAN 6

BUKTI PEMERIKSAAN

I. Jenis Bukti.

a. SPI (Sistem Pengendalian Intern)

Pengendalian Intern merupakan metode yang berguna bagi manajemen untuk menjaga
kekayaan organisasi, meningkatkan efektivitas dan efisiensi kinerja. Disamping
itu, sistem pengendalian intern dapat mengendalikan ketelitian dan akurasi
pencatatan data akuntansi.Menurut Committee of Sponsoring Organizations ( COSO)
:�Internal controls are the tools that managers use (but are often not taught) to
help achieve theirbusiness objective in the following categories :

� Effectiveness and efficiency of operations

� Reliability of financial reporting

� Complience with external laws and regulations

Definisi ini dapat diartikan Pengendalian Intern adalah alat yang digunakan oleh
para manajer (tetapi jarang diajarkan) untuk membantu dalam pencapaian tujuan
usaha mereka dalam kategori berikut ini :

� Efektivitas dan efisiensi operasi

� Keandalan dari laporan keuangan

� Ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku (Audit Finansial, Audit
Manajemen, Dan Sistem Pengendalian Intern 55)

Pengendalian Intern harus memberi keyakinan bahwa seluruh transaksi telah mendapat
otorisasi dan dilaksanakan dengan benar sesuai kebijakan perusahaan, serta
pencatatan transaksi tersebut dengan benar. Dibawah ini terdapat 5 tujuan
pengendalian Intern atas transaksi, yaitu :

1. Otoritas ( wewenang)

Setiap transaksi harus mendapat otoritasi semestinya berdasarkan struktur dan


kebijakan perusahaan. Dalam keadaan atau masalah-masalah tertentu sangat mungkin
diperlukan otorisasi khusus.

2. Pencatatan

Pencatatan atas transaksi harus dilaksanakan sebagaimana mestinya dan pada waktu
yang tepat dengan uraian yang wajar. Transaksi yang dicatat adalah transaksi yang
benar-benar terjadi dan lengkap.

3. Perlindungan

Harta fisik berwujud tidak boleh berada di bawah pengawasan/penjagaan dari mereka
yang bertanggung-jawab. Dalam hal ini Pengendalian Intern memperkecil resiko
terjadinya kecurangan oleh karyawan atau manajemen sekalipun.

4. Rekonsiliasi
Rekonsiliasi secara kontinu dan periodik antar pencatatan dengan harta fisik harus
dilakukan misalnya mencocokkan jumlah persediaan barang antara kartu persediaan
denganpersediaan fisik di gudang.(Audit Finansial, Audit Manajemen, Dan Sistem
Pengendalian Intern 56)

5. Penilaian

Harus dibuat ketentuan agar memberikan kepastian bahwa seluruh harta perusahaan
dicatat berdasarkan nilai yang wajar. Tidak boleh terjadi over maupun undervalved
atas harta tersebut.

Elemen/Unsur SPI.

1. b. Sistem akuntansi. c. Pengendalian prosedur.

Bahan bukti diartikan sebagai segala merupakan informasi yang digunakan auditor
dalam menentukan kesesuaian informasi yang sedang diaudit dengan kriteria yang
ditetapkan. Adalah penting untuk memperoleh bahan bukti dalam jumlah dan kualitas
yang cukup untuk memenuhi tujuan audit. Proses penentuan jumlah bahan bukti yang
diperlukan dan penilaian kelayakan informasi sesuai dengan kriteria merupakan
bagian penting dari audit.

b. Bukti fisik. Adalah bukti audit yang diperoleh dengan cara inspeksi atau
perhitungan aktiva berwujud seta merupakan cara mengidentifikasi sesuatu yang
diperiksa, untuk menentukan kuantitas dan setidak-tidaknya merupakan suatu usaha
untuk menentukan mutu atau keaslian kekeyaan tersebut. Tipe bukti ini pada umumnya
dikumpulkan oleh auditor dalam pemeriksaan terhadap persediaan, kas surat
berharga, piutang wesel, investasi jangka panjang dan aktiva berwujud. Pemeriksaan
terhadap aktiva merupakan cara langsung untuk membuktikan kebenaran adanya aktiva
tersebut. Oleh karena itu, untuk jenis aktiva terentu bukti fisik dianggap sebagai
bukti audit yang paling andal dan bermanfaat karena dapat menilai mutu serta
kondisi aktiva tertentu. Seringkali bukti fisik bukan merupakan audit konklusif
sifatnya, contoh: kas yang ada ditangan, yang dihitung oleh auditor terdiri dari
uang dan cek yang diterima dari customer. Perhitungan kas tersebut tidak dapat
memberikan jaminan bahwa semua cek dapat diuangkan pada saat disetorkan ke bank,
karena adanya kemungkinan cek tersebut kosong. Kelemahan dari bukti fisik tidak
dapat membuktikan adanya hak kepemilikan terhadap suatu aktiva jadi masih harus
didukung oleh tipe bukti audit yang lain.

c. Bukti dokumenter. Tipe bukti audit ini dibuat dari kertas bertuliskan huruf
dan atau angka atau simbol-simbol yang lain. Menurut sumbernya, bukti dokumenter
dapat dibagi menjdai 3 golongan :

1. Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang dikirimkan
langsung kepada auditor.
2. bukti dokumenter yang dibuat pihak luar yang bebas yang disimpan dalam arsip
klien.
3. Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien.

Dokumen intern adalah dokumen yang disiapkan dan digunakan dalam organisasi klien
dan disimpan tanpa pernah keluar ke pihak lain seperti pelanggan atau penjual.
Contoh dari dokumen intern adalah salinan faktur penjualan, laporan jam kerja,
laporan penerimaan persediaan.

Dokumen Ekstern adalah dokumen yang telah ada ditangan seseorang diluar organisasi
klien yaitu pihak yang mendokumentasikan transaksi, tetapi saat ini ada di tangan
klien atau tersedia untuk diperoleh. Contoh dokumen jenis ini adalah faktur
pembelian, wesel bayar yang ditolak dan polis asuransi.

d. Catatan akuntansi, jurnal, buku besar dan buku pembantu merupakan catatan
akuntansi yang digunakan oleh klien untuk mengolah transaksi keuangan guna
menghasilkan laporan keuangan. Oleh karena itu, pada waktu auditor melakukan
verifikasi terhadap suatu jumlah tercantum dalam laporan keuangan, ia akan
melakukan penelusuran kembali jumlah tersebut melalui catatan akuntansi. Dengan
demikian, catatan akuntansi merupakan audit bagi auditor mengenai pengolahan
transaksi keuangan yang telah dilakukan oleh klien.

Keandalan catatan akuntansi sebagai bukti audit tergantung pada pengendalian


intern yang diterapkan dalam penyelenggaraan catatan akuntansi tersebut. Contoh :

1. jika buku pembantu dipegang oleh karyawan yang tidak memegang buku besar dan
secara periodik diadakan rekonsiliasi antara buku pembantu dengan akun kontrol
(controlling accont) yang berkaitan dalam buku besar.
2. semua jurnal umum harus mendapat persetujuan tertulis dari manajer
akuntansi, maka auditor dapat menagngkat jurnal, buku besar dan buku pembantu
sebagai bukti audit yang andal, yang mendukung angka-angka dalam laporan keuangan.
Disamping jurnal, buku besar dan buku pembantu, catatan akuntansi sebagai bukti
audit meliputi pula : rekapitulasi biaya, penjualan dan rekapitulasi angka yang
lain, daftar saldo, laporan keuangan intern dan laporan keuangan yang dibuat untuk
kepentingan manajemen.

e. Bukti lisan. Dalam mengumpulkan audit, auditor banyak meminta keterangan secara
lisan. Keterangan yang diminta oleh auditor akan meliputi masalah-masalah yang
sangat luas, seperti kebijakan akuntansi, lokasi catatan dan dokumen, alasan
penggunaan prinsip akuntansi yang tidak berterima umum di Indonesia, kemungkinan
pengumpulan piutang usaha yang tak tertagih, serta kemungkinan adanya hutang
bersyarat. Umumnya bukti lisan tidak cukup tetapi buktiaudit ini dapat menunjukkan
situasi yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut atau pengumpulan bukti audit
lain yang menguatkan bukti lisan tersebut. Dalam mengajukan pertanyaan auditor
hendaknya tidak bersikap otoriter maupun bersikap terlalu merendahkan diri.
Auditor melaksanakan audit atas permintaan klien, oleh karena itu adalah
kepentingan klien untuk menyadarkan karyawannya agar bekerjasama denga auditor
dalam menyediakan informasi yang diperlukan oleh auditor tersebut. Di lain pihak,
auditor harus menghindari sikap sebagai polisi. Auditor tidak boleh melakukan
penyelidikan silang terhadap karyawan klien dan tidak boleh melakukan penekanan
untuk memperoleh informasi.

f. Perhitungan. Perhitungan yang dilakukan sendiri oleh auditor untuk membuktikan


ketelitian perhitungan yang terdapat dalam catatan klien merupakan salah satu
bukti audit yang bersifat kuantitatif. Contoh tipe bukti audit ini adalah :

1. Footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan vertikal


2. Cross- footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan horisontal
3. Pembuktian ketelitian perhitungan biaya depresiasi dengan cara menggunakan
tarif depresiasi yang digunakan oleh klien.
4. Pembuktian ketelitian penentuan taksiran kerugiant piutang usaha, laba per
saham yang berdar, taksiran pajak perseroan dan lain-lain

g. Perbandingan. Untuk menentukan akun atau transaksi yang akan dipisahkan guna
penyelidikan yang lebih intensif, auditor melekukan analisis terhadap perbandingan
setiap aktiva, hutang, penghasilan dan biaya dengan saldo yang berkaitan dalam
tahun sebelumnya. Jika tredapat perubahan yang bersifat luar biasa, diadakan
penyelidikan sampai auditor memperoleh alasan yang masuk akal mengenai
penyebabnya. Misalnya membandingkan jumlah rupiah dari tahun ke tahun, auditor
juga mempelajari hubungan persentase berbagai unsur dalam laporan keuangan.
Sebagai contoh : auditor mengetahui bahwa dalam tahun-tahun sebelumnya klien
menentukan besarnya kerugian akibat tidak tertagihnya piutang usaha sebesar 1%
dari hasil penjualan bersih. Dalam tahun yang diaudit, klien menaikkan besarnya
kerugian tersebut menjadi 8% dari hasil penjualan bersih. Perubahan yang cukup
besar ini menyebabkan auditor melakukan penyelidikan secara seksama terhadap semua
piutang usaha yang dihapus dalam tahun yang diaudit untuk menentukan penyebab
kenaikan jumlah taksiran kerugian piutang usaha tersebut.

Bukti audit berupa perbandingan dan ratio ini dikumpulkan oleh auditor pada awal
audit untuk membantu penentuan objek audit yang memerlukan penyelidikan yang
mendalam dan diperiksa kembali pada akhir audit untuk menguatkan kesimpulan-
kesimpulan yang dibuat atas dasar bukti-bukti lain.

h. Spesialis. Adalah seorang atau perusahaan yang memiliki kehalian atau


pengetahuan khusus dalam bidang selain akuntansi dan auditing. Contohnya :
pengacara, insinyur sipil, geologist, penilai (appraiser). Ada pekerjaan yang
menurut auditor memerlukan pekerjaan spesialis dengan mempertimbangkan pada hal-
hal berikut ini :

1. Penilaian (misalnya : karya seni, obat-obatan khusus dan restricted


securities).
2. Penentuan karakteristik fisik yang berhubungan dengan kuantitas yang
tersedia atau kondisi (misalnya : cadangan mineral atau tumpukan bahan baku yang
tersedia di gudang).
3. Penentuan nilai yang diperoleh dengan menggunakan teknik atau metode khusus
(misalnya : beberapa penghitungan aktuarial).
4. Penafsiran persyaratan teknis, peraturan atau persetujuan (misalnya :
pengaruh potensial suatu kontrak atau dokumen hukum lainnya atau hak atas
properti).

Auditor harus membuat surat perjanjian kerja dengan spesialis, tetapi tidak boleh
menerima begitu saja hasil-hasil penemuan spesialis tersebut. Ian harus memahami
metode-metode dan asumsi-asumsi yang digunakan oleh spesialis tersebut sebagai
bukti audit yang andal, kecuali jika menurut hasil pengujiannya menyebabkan ia
berkesimpulan bahwa hasil penemuan spesialis tersebut tidak masuk akal.

Dalam SA Seksi 336 Penggunaan Pekerjaan Spesialis, diatur : Jika auditor menerima
hasil penemuan spesialis sebagai bukti audit yang kompeten, hasil kerja spesialis
tersebut tidak perlu disebut dalam laporan auditor yang berisi pendapat wajar.
Jika auditor puas dengan hasil penemuan spesialis dan jika memberikan pendapat
selain pendapat wajar maka ia dapat menunjukkan hasil pekerjaan spesialis tersebut
untuk mnedukung alasan tidak diberikannya pendapat wajar dalam laporan auditnya.

i. Konfirmasi.

Auditor biasanya menggunakan konfirmasi, kecuali :

a. Piutang usaha tidak material

b. Penggunaan konfirmasi akan tidak efektif.

c. Gabungan tingkat risiko bawaan dan taksiran risiko pengendalian sedemikian


rendah, dan bukti substantif dari prosedur lain dapat diakumulasikan untuk
menyediakan bukti yang mencukupi.

Konfirmasi Positif, adalah konfirmasi dimana customer diminta untuk mengembalikan


konfirmasi secara langsung kepada auditor, menyatakan bahwa setuju atau tidak
setuju dengan jumlah yang ada dengan catatan klien.
* Konfirmasi positif digunakan bila saldo akun individual besar, atau bila
risiko bawaan dan pengendalian dipercaya akan tinggi dan adanya alasan bahwa
kemungkinan ada jumlah yang substansial atas salah saji dalam akun.
* Konfirmasi Negatif, pada umumnya berisi sama dengan konfirmasi positif ,
namun customer diminta untuk mengembalikan jika mereka tidak setuju dengan jumlah
yang ditunjukkan dalam konfirmasi.
* Konfirmasi negatif digunakan bila terdapat banyak akun-akun bersaldo kecil,
risiko bawaan dan pengendalian dianggap kecil, dan orang-orang yang menerima
permintaan konfirmasi dianggap akan memberikan auditor pertimbangan yang cukup.
* Jika konfirmasi positif telah dikirim dan tidak ada balasan yang diterima,
surat permintaan kedua dikirim. Jika balasan tidak diterima setelah surat kedua
dikirim auditor akan melaksanakan prosedur alternatif.
* Konfirmasi piutang usaha dapat mengurangi kecurangan, yaitu �lapping�.

Lapping dapat dicegah dengan adanya pemisahan fungsi piutang usaha dan kasir dan
dengan mewajibkan semua pegawai untuk mengambil cuti.

j. Pernyataan tertulis manajemen, Salah satu tipe bukti audit yang penting yang
dibuat dalam organisasi klien adalah surat representasi manajemen (Letter of
representation atau management representation letter). Surat ini dibuat oleh
manajer tertentu dalam organisasi klien atas permintaan auditor, yang berisi fakta
tertentu mengenai posisi keuangan dan kegiatan perusahaan. Contohnya : manajer
keuangan perusahaan klien diminta oleh auditor untuk menulis suatu surat
pernyataan yang menjelaskan bahwa menurut pengetahuannya semua hutang perusahaan
telah dicantumkan dalam neraca. Tujuan auditor meminta surat representasi
manajemen adalah untuk menyadarkan manajemen bahwa tanggung�jawab atas kewajaran
laporan keuangan terletak di tangan manajemen. Surat representasi manajemen ini
merupakan bukti yang penting tetapi bagi auditor bukti audit ini tidak membebaskan
dirinya dari tugas untuk melakukan verifikasi terhadap informasi yang tercantum
dalam surat tersebut. Oleh karena itu, surat bukti representasi manajemen tidak
setingkat kompetensinya dengan bukti dokumenter lainnya.

II. Tahap Pengumpulan Bukti.

a. Prosedur audit. Adalah petunjuk rinci untuk pengumpulan jenis bahan bukti audt
tertentu yang diperoleh pada waktu tertentu selama audit.

b. Ukuran sampel. Dalam audit dimungkinkan untuk menentukan besar sampel dari satu
sampai keseluruhan pos dalam populasi yang diuji. Misalkan ada 6.600 cek yang
dicatat dalam jurnal pengeluaran kas. Auditor mungkin memilih sampel sebesar 200
cek untuk dibandingkan dengan jurnal pengeluaran kas. Keputusan menegnai berapa
banyak pos yang harus diuji akan dibuat oleh auditor untuk setiap prosedur audit.
Besar sampel untuk satu prosedur tertentu akan bervariasi dari satu audit ke audit
lainnya.

c. Item yang dipilih. Setelah besar sampel ditentukan bagi suatu prosedur audit
tertentu, tetap diperlukan untuk memutuskan pos atau unsur mana yang akan
dipilih. Kalau auditor memutuskan, misalnya : memilih 200 cek dari populasi
sebesar 6.000 untuk dibandingkan dengan jurnal pengeluaran kas, beberapa metode
yang berbeda dapat digunakan untuk memilih cek tertentu yang akan diperiksa.
Auditor dapat :

1. memilih dan memeriksa 200 cek pertama dalam satu minggu


2. memilih dan memeriksa 200 cek yang berjumlah terbesar
3. memilih secara acak
4. memilih cek yang oleh auditor diperkirakan akan memiliki kemungkinan
kekeliruan.
5. atau dapat juga menggunakan kombinasi-kombinasi dari 4 metode-metode yang
telah disebutkan

d. Pengaturan waktu. Audit dalam laporan keuangan biasanya mencakup suatu periode
seperti 1 tahun dan audit biasanya belum selesai sampai beberapa minggu setelah
akhir periode. Sampai pelaksanaan prosedur audit dengan bervariasi dari permulaan
periode akuntansi sampai lama setelah periode tersebut berakhir. Dalam audit atas
laporan keuangan, klien biasanya menginginkan audit selesai 1 atau 3 bulan setelah
akhir tahun.

III. Prosedur Pemeriksaan.

a. Pengusutan/penelusuran, merupakan bentuk penyelidikan yang dilakukan oleh


seorang auditor dengan melakukan pemeriksaan hal-hal yang akan diaudit tidak sama
dalam hal jumlah yang diterima oleh auditor dengan jumlah yang ada pada laporan
keuangan dengan melakukan pengecekkan ulang sampai ditemukan sumber masalah. Atau
auditor bertolak dari dokumen kemudian mengusut pencatatannya kedalam catatan-
catatan akuntansi yang berkaitan. Dengan cara menyamakannya dengan sumber bukti-
bukti yang ada dan bukti-bukti pendukung lainnya. Mula-mula data tersebut direkam
pertama kali dalam dokumen, dilanjutkan dengan pelacakan pengolahan data tersebut
dalam proses akuntansi. Prosedur audit ini terutama diterapkan terhadap bukti
dokumenter. Contoh prosedur penelusuran yang dilakukan oleh auditor adalh
pemerikasaan terhadap transaksi penjualan yang dimulai oleh auditor dengan
memeriksa informasi dalam surat order dari customer, diusut kemudian dengan
informasi yang berkaitan dalam surat order penjualan, laporan pengiriman barang,
faktur penjualan, jurnal penjualan dan akun piutang usaha dalam buku pembantu
piutang usaha. Penelusuran dilakukan dengan tujuan untuk menentukan ketelitian dan
kelengkapan catatan akuntansi.

b. Konfirmasi, merupakan penerimaan jawaban tertulis maupun lisan dari pihak


ketiga yang independen dalam meverifikasi akurasi informasi yang telah diminta
oleh auditor atau bentuk penyelidikan yang memungkinkan auditor memperoleh
informasi secara langsung dari pihak ketiga yang bebas. Prosedur yang biasa
ditempuh oleh auditor dalam konfirmasi adalah sebagai berikut :

1. Auditor meminta dari klien untuk menanyakan informasi tertentu kepada pihak
luar
2. Klien meminta kepada pihak luar yang ditunjuk oleh auditor untuk memberikan
jawaban langsung kepada auditor mengenai informasi yang ditanyakan oleh auditor
tersebut.
3. Auditor menerima jawaban langsung dari pihak ketiga tersebut.

c. Observasi, Merupakan prosedur audit yang digunakan oleh auditor untuk melihat
atau menyaksikan pelaksanaan suatu kegiatan. Observasi terhadap penerapan dari
prosedur dan kebijakan. Observasi yang paling efektif adalah ketika dilakukan
dengan basis kejutan (surprise basis). Contoh kegiatan yang biasa diamati oleh
auditor dalam auditnya adalah : penghitungan fisik persediaan yang ada di gudang
klien, pembuatan dan perstujuan voucher, cara penyimpanan kas yang ada di tangan
klien. Dengan pengamatan ini auditor akan dapt memperoleh bukti visual mengenai
pelaksanaan suatu kegiatan. Objek yang diamati adalah karyawan, rosedur dan
proses.

d. Inspeksi, Merupakan pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen atau kondisi


fisik sesuatu. Prosedur audit banyak dilakukan oleh auditor. Dengan melakukan
inspeksi terhadap sebuah dokumen, auditor akan dapat menentukan keaslian dokumen
tersebut. Dengan melakukan inspeksi terhadap kondisi suatu aktiva tetap,
misalnya : auditor akan dapat memperoleh informasi mengenai eksistensi dan keadaan
fisik aktiva tersebut. Dalam melakukan inspeksi dokumen, auditor dapat
membandingkan dengan dokumen lain yang berhubungan.

e. Interview, bertanya kepada orang yang tepat di dalam perusahaan. Dari


interview yang dilaksanakan auditor dapat menentukan apakah kebijakan dan prosedur
pengendalian internal di dalam perusahaan tersebut berjalan dengan efektif sesuai
dengan apa yang telah direncanakan.

f. Bukti pendukung/vouching, merupakan prosedur audit yang meliputi :

1. Inspeksi terhadap dokumen-dokumen yang mendukung suatu transaksi atau data


keuangan untuk menetukan kewajaran dan kebenarannya.
2. Pembandingan dokumen tersebut dengan catatan akuntansi yang berkaitan.

Prosedur ini berlawanan arah dengan prosedur penelusuran/pengusutan. Dalam


vouching, auditor bertolak dari catatan akuntansi, kembali memeriksa dokumen-
dokumen yang mendukung informasi yang dicatat dalam catatan tersebut. Prosedur ini
dilaksanakan dengan tujuan untuk memperoleh bukti audit mengenai kebenaran
perlakuan akuntansi terhadap transaksi yang terjadi.

g. Scanning, merupakan review secara cepat terhadap dokumen, catatan dan daftar
untuk mendeteksi unsur-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan penyelidikan
lebih mendalam.

h. Perhitungan/counting, prosedur audit ini meliputi :

1. Penghitungan fisik terhadap sumber daya berwujud seperti kas atau persediaan
di tangan.
2. Pertanggung-jawaban formulir bernomor urut tercetak. Penghitungan fisik
digunakan untuk mengevaluasi bukti fisik kuantitas yang ada di tangan, sedangkan
pertanggung-jawaban formulir bernomor urut tercetak digunakan untuk mengevaluasi
bukti dokumenter yang mendukung kelengkapan catatan akuntansi.

IV. Faktor Penentu Bukti Yg Meyakinkan

a. Kompetensi, mengacu kepada derajat dapat dipercayanya suatu bahan bukti. Kalu
bahan bukti dianggap sangat kompeten. Akan sangat membantu meyakinkan auditor
bahwa laporan keuangan disajikan dengan wajar. Misalkan, auditor menghitung
persediaan, bahan bukti tersebut akan lebih kompeten daripada manajemen memberikan
auditor gambarannya sendiri. Sebagian auditor, menggunakan istilah keandalan bukti
yang sama dengan kompetensi.

Kompetensi bahan bukti hanya berkaitan dengan prosedur audit yang dipilih.
Kompetensi tidak dapat diperbaiki dengan memperbesar smapel atau memilih pos yang
lain dari populasi yang akan diaudit. Kompetensi dapat diperbaiki hanya dengan
memeilih prosedur yang berisi satu atau lebih dari lima karakteristik bahan bukti
yang kompeten berikut ini :

1. Independensi penyelia data


2. Efektifitas struktur pengendalian intern
3. Pengetahuan yang diperoleh sendiri oleh auditor
4. kualifikasi orang yang menyediakan informasi
5. Tingkat obyektifitas

Kompetensi informasi penguat dipengaruhi oelh berbagai faktor berikut ini :

1. Relevansi
2. Sumber
3. Ketepatan waktu
4. Objektivitas
5. Cara pemerolehan bukti

b. Kecukupan bukti, jumlah bahan bukti yang diperoleh menentukan kecukupannya


jumlah diukur terutama dengan besar sampel yang dipilih auditor. Bagi prosedur
auditing tertentu, bahan bukti yang diperoleh dari sampel sejumlah 200 lebih
mencukupi daripada dari sampel sejumlah 100.

c. Ketepatan waktu, mengacu kepada kapan bahan bukti dikumpulkan atau periode yang
dicakup oleh audit. Bahan bukti biasanya lebih membantu dalam memberikan
kesimpulan bagi perkiraan neraca kalau diperoleh sedekat mungkin dari tanggal
neraca. Misalkan, perhitungan efek-efek oleh auditor pada tanggal neraca akan
lebih dapat menyimpulkan daripada menghitung 2 bulan sebelumnya. Bagi akun R/L,
bahan bukti akan lebih dapat menyimpulkan kalau dilakukan uji petik untuk seluruh
periode yang diaudit daripada hanya sebagian periode. Misalkan, uji petik acak
atas transaksi penjualan selam setahun akan lebih dapat menyimpulkan daripada uji
petik hanya untuk 6 bulan pertama.

V. Evaluasi Bukti.

Seorang auditor harus bersikap:

a. Kehati-hatian.

b. Bersifat obyektif, dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus


mempertahankan sikap objektivitas serta integritas,. Harus bebas dari bneturan
kepentingan dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material yang
diketahuinya atau mengalihkan pertimbangannya kepada pihak lain. Oleh karena itu,
sebelum auditor menerima suatu perikatan audit. Ia harus memastikan bahwa setiap
profesional yang menjadi anggota tim auditnya tidak terlibat.

c. Menyeluruh.

VI. Pengujian Substantive.

a). Prosedur analitikal: Jika terjadi kejanggalan, tujuan utama dari adalah untuk
membantu perencanaan sifat, saat dan luas prosedur audit yang akan digunakan untuk
memperoleh bukti tentangsaldo akun atau jenis transaksi tertentu. Untuk maksud
ini, prosedur analitik dalam perencanaan audit harus ditujukan untuk :

1. Meningkatkan pemahaman auditor atas usaha klien dan transaksi atau peristiwa
yang terjadi sejak tanggal audit terakhir.
2. Mengidentifikasi bidang yang kemungkinan mencerminkan resiko tertentu yang
bersangkutan dengan audit.

Prosedur analitik dapat mengungkapkan :

1. Peristiwa atau transaksi yang tidak biasa


2. Perubahan akuntansi
3. Perubahan usaha
4. Fluktuasi acak
5. Salah saji

Tahap-tahap prosedur analitik ada 6 tahapan :

1. Mengidentifikasi perhitungan/perbandingan yang harus dibuat.


2. Mengembangkan harapan
3. Melaksanakan perhitungan/perbandingan
4. Menganalisis data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan
5. Menyelidiki perbedaan signifikan yang tidak terduga dan mengevaluasi
perbedaan tersebut.
6. Menentukan dampak hasil prosedur analitik terhadap perencanaan audit.

b). Pengujian terhadap saldo/transaksi, perhatian utama diberikan terhadap


pengujian efektifitas pengendalian intern dengan menggunakan pengujian atas
pengendalian. Tujuannya : untuk menentukan deviasi cukup rendah untuk mendasari
pengurangan resiko pengendalian yang ditetapkan untuk mengurangi pengujian
s
substantif.

VII. Situasi Pemeriksaan Dengan Resiko Besar.


V

Resiko (risk) atau exposure adalah kondisi yg dpt mengakibatkan kerugian bagi
o
organisasi

a. SPI lemah, dalam situasi PI dalam suatu bidang melemah, auditor harus waspada
dan mengumpulkan bentuk bukti audit rinci yang lain yang dapat mengganti bukti-
bukti yang dihasilkan oleh pengendalian PI yang lemah tersebut.
b

b. Pergantian akuntan/auditor, klien yang mennganti auditornya tanpa alasan yang


jelas, mungkin disebabkan oleh ketidakpuasan klien terhadap jasa yang diberikan
oleh auditor yang lama. Tetapi, seringkali terjadinya penggantian auditor tersebut
disebabkna adanya perselisihan antara klien dengan auditor publiknya mengenai
penyajian laporan keuangan dan pengungkapannya. Klien baru yang telah mengganti
auditornnya merupakan klien yang berisiko besar bagi auditor penggantinya.
a

c. Usaha spekulatif, auditor yang melaksanakan audit terhadap laporan keuangan


yang kegiatannya dalam usaha yang sifatnya spekulatif, akan menghadapi resiko yang
lebih besar bila dibandingkan dengan auditor yang melakukan audit terhadap
perusahaan yang kegiatan usahanya relatif stabil dalam jangka panjang.
p

d. Transaksi kompleks, klien yang kegiatannya menghasilkan transaksi yang sangat


rumit merupakan klien yang mengandung resiko besar bagi auditor bila dibandingkan
dengan klien yang kegiatannya bersifat konvensional.
d

e. Perubahan undang-undang pajak, jika tarif pajak penghasilan tiba-tiba sangat


besar, maka reaksi wajar perusahaan yang terkena adalah mencari cara meminimumkan
penghasilan atau laba kena pajak. Seringkali beban pajak ini menyebabkan
pergantian prinsip akuntansi yang diterapkan dalam perusahaan dan penafsiran
transaksi perusahaan yang tidak konsisten dengan yang telah diikuti dalam tahun-
tahun sebelumnya. Perubahan tarif pajak yang drastis akan mendorong perusahaan-
perusahaan untuk menggeser pengakuan pendapatan dalam periode yang pajaknya masih
relatif rendah.
r

f. Manajemen tidak kredibel/tak dapat dipercaya, sebelum menerima suatu


perusahaan sebagai klien, auditor harus memperoleh informasi mengenai latar
belakang atau riwayat direktur dan para manajernya. Auditor harus waspada terhadap
manajer yang pernyataan-pernyataan lisannya ternyata sebagian atau seluruhnya
tidak benar.
t

g. Kondisi keuangan tidak layak/sehat, suatu perusahaan yang mengalami kerugian


atau dalam posisi yang sulit untuk melunasi hutangnya akana mempunyai
kecenderungan untuk menunda penghapusan piuatangnya yang sudah sulit untuk ditagih
atau persediaan barang dagangnya yang sudah tak laku dijual atau lupa mencatat
utangnya. Hal ini tidak mungkin terjadi dalam perusahaan yang keadaan keuangannya
b
baik.
Bahan bukti adalah segala informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan
apakah laporan keuangan yang diaudit telah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.

Keputusan Bahan Bukti Audit


K

Keputusan utama yang dihadapi auditor terkait bahan bukti adalah menentukan jenis
dan jumlah bahan bukti, agar memperoleh keyakinan memadai bahwa seluruh komponen
laporan keuangan telah disajikan wajar, dan bahwa klien telah menerapkan
pengendalian intern yang efektif.
p

4 hal yang harus diputuskan auditor terkait bahan bukti adalah:

1. Prosedur audit yang manakah yang akan ditempuh? (Prosedur Audit)


1

2. Berapa besar ukuran sampel yang akan diambil? (Ukuran sampel)


2

3. Pos/unsur mana yang akan dipilih dari populasi? (Unsur yang dipilih)
3

4. Kapan prosedur audit tersebut akan dilaksanakan?(Saat Pelaksanaan)


4

PERSUASIVITAS BAHAN BUKTI AUDIT (Bahan bukti yang dapat menyimpulkan)


P

Persuasivitas bahan bukti dapat dilihat dari 2 sisi, yaitu:


P

Kompetensi Bahan Bukti. Mengacu kepada reliabilitas bahan bukti, sejauh mana bahan
bukti tersebut dapat diyakini kebenarannya.
b

7 Karakteristik kompetensi bahan bukti :

1. Relevansi. Bahan bukti yang dikumpulkan harus selaras dengan tujuan audit.
2. Independensi penyedia data. Bahan bukti/data yang berasal dari sumber luar
lebih dapat dipercaya daripada data yang berasal dari dalam perusahaan.
3. Efektifitas Pengendalian Intern. Bahan bukti yang diperoleh dari suatu
perusahaan yang memiliki pengendalian intern yang efektif lebih dapat diandalkan
daripada jika pengendalian intern lemah
4. Pemahaman langsung yang diperoleh auditor. Informasi yang diperoleh langsung
sendiri oleh auditor lebih dapat diandalkan daripada jika informasi tersebut
berasal dari orang lain
5. Kualifikasi orang yang menyediakan informasi. Informasi dari orang yang
memiliki kualifikasi lebih dapat dipercaya daripada informasi yang berasal dari
orang yang tidak memiliki kualifikasi.
6. Tingkat Obyektifitas. Bahan bukti obyektif adalah bahan bukti yang bersumber
dari luar/ekstern perusahaan, seperti konfirmasi, faktur pembelian dll. Bahan
bukti subyektif adalah bahan bukti yang bersumber dari intern perusahaan, seperti
salinan faktur penjualan, ayat-ayat jurnal, dll.
7. Ketepatan Waktu. Ketepatan waktu ini mengacu, baik kepada kapan bahan bukti
tersebut dikumpulkan, dan periode akuntansi yang dicakup oleh audit.
t

Kecukupan Bahan Bukti. Mengacu kepada jumlah bahan bukti yang dikumpulkan, berapa
besar ukuran sampel yang akan diambil.
b

2 faktor yang mempengaruhi keputusan ukuran sampel adalah:

1. Ekspektasi auditor akan kemungkinan salah saji material


2. Efektifitas pengendalian intern klien

JENIS-JENIS BAHAN BUKTI AUDIT

Pengujian Fisik. Yaitu menguji/menghitung fisik aktiva berwujud. Umumnya yang


diuji adalah persediaan, kas, surat-surat wesel, dll.

Konfirmasi. Yaitu penerimaan tanggapan dari pihak ketiga yang independen mengenai
akurasi informasi sebagaimana yang dimaksud oleh auditor. Contoh: konfirmasi atas
piutang usaha, hutang usaha, dll.

Dokumentasi. Yaitu pemeriksaan terhadap catatan-catatan yang dibuat oleh klien.


Biasanya disebut vouching.

Prosedur Analitis. Yaitu evaluasi informasi keuangan dengan cara mempelajari


hubungan logis antara data keuangan dengan data non keuanagan, meliputi rasio dan
perbandingan antara jumlah yang tercatat dengan ekspektasi auditor.

Tanya jawab dengan klien. Mendapatkan informasi dengan cara mengajuan pertanyaan
baik secara lisan maupun tertulis kepada klien/pegawai klien.

Reperformance/Pelaksanaan Ulang/Uji hitung. Auditor menguji perhitungan yang


dilakukan klien. Misalnya menghitung kembali penjumlahan ke bawah, menghitung
kembali perkalian antara harga jual per unit dengan kuantitas barang yang terjual,
d
dll.

Observasi/Pengamatan. Penggunaan alat indera untuk menentukan aktivitas tertentu,


seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, dll.

You might also like