You are on page 1of 35

ADMINISTRASI PERPUSTAKAAN

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Definisi Perpustakaan
Secara tradisional arti perpustakaan adalah sebuah koleksi buku dan
majalah. Walaupun dapat juga diartikan sebagai koleksi pribadi perseorangan
namun lebih umum dikenal sebagai sebuah koleksi besar yang dibiayai dan
dioperasikan oleh sebuah kota atau institusi yang dimanfaatkan oleh masyarakat
yang rata-rata tidak mampu membeli sekian banyak buku atas biaya sendiri.
Secara modern perpustakaan diartikan sebagai sarana menyimpan koleksi buku
digunakan untuk menyimpan data yang sebagian besar berbentuk digital dan
diakses melalui computer ( Digital Library ).

Definisi perpustakaan sendiri terus berkembang sesuai dengan


perkembangan bahan pustaka dan manajemen perpustakaan itu sendiri. Beberapa
pengertian perpustakaan di antaranya seperti di bawah ini :
Menurut kamus “The Oxford English Dictionary”, kata “library” atau perpustakaan
mulai digunakan dalam bahasa Inggris tahun 1374, yang berarti sebagai “suatu
tempat buku-buku diatur untuk dibaca, dipelajari atau dipakai sebagai bahan
rujukan”.
Pengertian perpustakaan ini pada abad ke-19 berkembang menjadi “ suatu
gedung, ruangan atau sejumlah ruangan yang berisi koleksi buku yanng
dipelihara dengan baik, dapat digunakan oleh masyarakat atau golongan
masyarakat tertentu.
Dalam perkembangannya lebih lanjut, pengertian perpustakaan memperoleh
penghargaan yang tinggi, bukan sekadar suatu gedung yang berisi koleksi
buku yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Pada tahun 1970, The American Library Association menggunakan istilah
perpustakaan untuk suatu pengertian yang luas yaitu termasuk pengertian
“pusat media, pusat belajar, pusat sumber pendidikan, pusat informasi, pusat
dokumenstasi dan pusat rujukan”.

2
Dalam pengertiannya yang mutakhir, seperti yang tercantum dalam Keputusan
Presiden RI nomor 11, disebutkan bahwa “perpustakaan merupakan salah satu
sarana pelestarian bahan pustaka sebagai hasil budaya dan mempunyai fungsi
sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional”.

B. Fungsi Perpustakaan
Perpustakaan merupakan salah satu sarana pelestarian bahan pustaka.
Bahan pustaka yang dimaksud merupakan hasil budaya dan mempunyai fungsi
sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan, dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional.

Dalam pengertian perpustakaan yang mutakhir ini tersirat fungsi


perpustakaan pada umunya, yaitu sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan,
teknologi dan kebudayaan. Namun secara khusus, setiap jenis perpustakaan
mempunyai fungsi masing-masing, yang berbeda antara yang satu dan lainnya.
Fungsi Perpustakaan Nasional RI berbeda dengan fungsi Perpustakaan Umum,
fungsi Perpustakan Daerah berbeda dengan Perpustakaan Sekolah, fungsi
Perpustakaan Perguruan Tinggi berbeda dengan fungsi Perpustakaan
Khusus/Dinas. Karenanya berbeda-beda, maka masing-masing perpustakaan
memiliki tujuan yang berbeda-beda pula yang harus dicapai oleh masing-masing
jenis perpustakaan.

C. Fungsi Perpustakaan Sekolah


Perpustakaan Sekolah menurut Keputusan Menteri Pendidiknan dan
Kebudayaan nomor 0103/O/1981, tanggal 11 Maret 1981, mempunyai fungsi
sebagai :
Pusat kegiatan belajar-mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan
sepertitercantum dalam kurikulum sekolah.
1. Pusat Penelitian sederhana yang memungkinkan para siswa
mengembangkan kreativitas dan imajinasinya.
2. Pusat membaca buku-buku yang bersifat rekreatif dan mengisi waktu luang
(buku-buku hiburan)

3
Sedangkan menurut Yoseph Mbulu, perpustakaan sekolah sangat
diperlukan keberadaannya dengan pertimbangan bahwa :
a. Perpustakaan sekolah merupakan sumber belajar dilingkungan sekolah
b. Perpustakaan sekolah merupakan salah satu komponen sistem pengajaran
c. Perpustakaan sekolah merupakan sumber untuk menunjang kualitas
pendidikan dan pengajaran
d. Perpustakaan sekolah sebagai laboratorium belajar yang memungkinkan
peserta didik dapat mempertajam daya pikirnya.

4
D. Fungsi Manajemen Perpustakaan

Agar perpustakaan dapat dilaksanakan dengan baik dibutuhkan suatu


manajemen yang baik pula. Pada prinsipnya tugas seorang kepala perpustakaan
dapat dibagi dalam beberapa fungsi yang disebut POSDCORB yaitu akronim dari
Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating dan Budgeting.
Perencanaan (Planning), penetapan tujuan, penentuan strategi, kebijakan,
prosedur dan dana yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Pengorganisasian (Organizing). Penentuan struktur formal dengan
mengelompokkan aktifitas-aktifitas ke dalam bagian-bagian, koordinasi dan
pendelegasian wewenang kepada individu-individu untuk melaksanakan
tugasnya.
Penyusunan personalia (Staffing). Penempatan staf pada berbagai posisi sesuai
dengan kemampuannya. Fungsi ini mencakup kegiatan penilaian karyawan
untuk promosi, transfer atau bahkan demosi dan pemecatan serta latihan dan
pengembangan karyawan Pengarahan (Directing). Sesudah rencana dibuat,
organisasi dibentuk dan disusun personalianya, langkah selanjutnya
menugaskan staf untuk bergerak menuju tujuan yang telah ditentukan.
Koordinasi (Coordinating). Pengkoordinasian berbagai kegiatan pada pekerjaan-
pekerjaan.
Pelaporan (Reporting). Pimpinan harus selalu mengetahui apa yang sedang
dilakukan, karena itu laporan diperlukan.
Penganggaran (Budgeting) adalah pembiayaan dalam bentuk rencana anggaran
dan pengawasan anggaran.

Sebagian besar perpustakaan sekolah di Indonesia masih minim


manajemen, sehingga belum bisa berjalan sebagaimana mestinya. Faktor minim
manajemen tersebut berasal dari dua aspek. Pertama adalah aspek struktural,
dalam arti keberadaan perpustakaan sekolah kurang memperoleh perhatian dari
pihak manajemen sekolah. Kedua adalah aspek teknis, artinya keberadaan
perpustakaan sekolah belum ditunjang aspek-aspek bersifat teknis yang sangat
dibutuhkan oleh perpustakaan sekolah seperti manajemen sumber daya manusia,
pendanaan, serta sarana dan prasarana.

5
BAB II
PERSPEKTIF PERPUSTAKAAN MTs AL NAHDLAH

A. Profil MTs Al Nahdlah

Madrasah Tsanawiyah al-Nahdlah yang berkedudukan di Pondok Petir


Sawangan Depok mulai berdiri pada tahun 2006. MTs al-Nahdlah menerapkan
sistem pembelajaran terintegrasi (Integrated Learning System) yang memadukan
antara sistem pembelajaran modern dan salaf (pesantren) dan memadukan jalur
pendidikan formal, non formal dan informal dalam satu kesatuan.

Proses pembelajaran dilaksanakan dalam pembinaan dan pengawasan


pengasuh dan pembimbing khusus. Di pagi hari dilaksanakan dengan model klasikal
dan formal, sore hari pembelajaran kitab, dan malam hari pembelajaran mandiri
terbimbing.

MTs al-Nahdlah menekankan sistem kompetisi dan menerapkan sistem


gugur di setiap tingkatannya. Konsekuensinya peserta didik yang tidak dapat
mengikuti program pembelajaran dengan baik akan dikembalikan kepada orang
tuanya.
B. Manajemen Perpustakaan Al Nahdlah
Perpustakaan MTs Al-Nahdlah yang berfungsi sebagai pusat sumber belajar
bagi seluruh civitas pendidikan di MTs Al-Nahdlah sangat penting dalam mendukung
proses pembelajaran. Agar berfungsi maksimal, pihak penyelenggara terus
berupaya mengembangkan perpustakaan dalam segala bidang, terutama
manajemen perpustakaan sekolah.

a. Pengelola

Pengelolaan Perpustakaan MTs Al-Nahdlah melibatkan unsur guru dan


siswa. Tenaga pengelola terdiri dari 1 orang guru bertindak sebagai kepala
perpustakaan dan 2 orang siswa yang bertugas dalam pelayanan. Pengelola
bertanggung jawab kepada Kepala Madrasah.

b. Sarana & Koleksi

6
Perpustakaan MTs Al Nahdlah menempati 1 ruang sederhana seluas
sekira 7x8 m2, disekat menjadi 2 bagian: ruang pelayanan dan ruang baca, dan
ruang penyimpanan rak buku. Sarana yang dimiliki Perpustakaan MTs Al-
Nahdlah antara lain :
1) beberapa buah rak buku
2) 1 meja layanan
3) 1 lemari administrasi
4) beberapa meja baca
Sampai akhir tahun 2008, Perpustakaan MTs Al Nahdlah memiliki koleksi
2.500 buku, terdiri dari 1.647 buku pelajaran dan 853 buku umum.

c. Pengolahan Koleksi & Pelayanan

Pengolahan dan penyajian koleksi dilaksanakan secara sederhana


namun terkontrol. Hal ini dikarenakan jumlah koleksi belum terlalu banyak dan
jumlah pengguna juga masih terbatas siswa MTs Al Nahdlah sendiri.
Beberapa point pengelolaan yang diselenggarakan oleh Perpustakaan MTs Al
Nahdlah antara lain:
1) Inventarisasi dan Registrasi buku berjalan baik dan sesuai standar.
2) Klasifikasi menggunakan Standar DDC (Dewey Decimal Classification)
3) Katalogisasi masih dalam pengembangan, dan direncanakan segera
menggunakan katalog digital.
4) Label dan kartu buku masih belum dibuat secara menyeluruh.
Sistem layanan yang dilaksanakan menggunakan Open Access (Layanan
Terbuka), yakni siswa dan pengguna bisa langsung mencari buku sendiri di rak
buku setelah mengisi daftar pengunjung. Layanan juga ditekankan pada kegiatan
membaca di tempat, khususnya pada jam-jam tertentu yang diwajibkan
pembelajaran mandiri.

d. Pemeliharaan & Pelaporan

Pemeliharaan dilakukan secara berkesinambungan untuk menghindari


dan memperbaiki kerusakan bahan pustaka. Segala kegiatan dan pengelolaan
perpustakaan dilaporkan setiap bulan.

7
BAB III

MANAJEMEN PERPUSTAKAAN SEKOLAH

A. Manajemen Sumber Daya Manusia

a. Tenaga Kepustakaan
Keberhasilan penyelenggaraan perpustakaan sangat tergantung pada
sumberdaya tenaga yang tersedia di dalam dan di luar perpustakaan sekolah.
Karena itu, amatlah penting bagi perpustakaan sekolah memiliki tenaga
berpendidikan serta bermotivasi tinggi, jumlahnya mencukupi sesuai dengan
ukuran sekolah dan kebutuhan khusus sekolah menyangkut jasa perpustakaan.
Pengertian “tenaga”, dalam konteks ini, adalah pustakawan dan asisten
pustakawan berkualifikasi. Di samping itu, mungkin masih ada tenaga
penunjang, seperti para guru, teknisi, orang tua murid dan berbagai jenis
relawan.

Pustakawan sekolah idealnya memiliki pendidikan profesional dan


berkualifikasi, dengan pelatihan tambahan di bidang teori pendidikan dan
metodologi pembelajaran. Akan tetapi, tenaga minimal untuk menjalankan roda
penyelenggaraan perpustakaan secara professional dan berkualitas adalah
tenaga yang memiliki kecakapan dalam ilmu perpustakaan melalui pelatihan
penyelenggaraan dan pengelolaan perpustakaan. Sukarelawan hendaknya tidak
dipekerjakan sebagai pengganti tenaga yang digaji, melainkan dapat bekerja
sebagai tenaga pendukung berdasarkan kontrak yang memberikan kerangka
kerja formal untuk keterlibatan mereka dalam berbagai aktivitas perpustakaan.

Salah satu tujuan utama manajemen tenaga perpustakaan sekolah ialah


agar semua anggota staf harus memiliki pemahaman yang jelas mengenai
kebijakan jasa perpustakaan, tugas dan tanggung jawab yang jelas, kondisi
peraturan yang sesuai menyangkut pekerjaan dan gaji yang kompetitif yang
mencerminkan profesionalisme pekerjaan.

b. Organisasi dan Manajemen

Perpustakaan Sekolah ditinjau dari struktur organisasinya dapat dibagi atas dua
kelompok; Secara makro dan secara mikro

8
Organisasi Perpustakaan Sekolah secara makro menggambarkan
kedudukan Perpustakaan Sekolah dalam organisasi sekolah secara
keseluruhan. Sedangkan secara mikro organisasi Perpustakaan Sekolah
menggambarkan kedudukan unit unit kerja dalam keseluruhan organisasi
Perpustakaan Sekolah. Mengingat pentingnya fungsi Perpustakaan Sekolah
sebagai instansi pendidikan yang bersifat teknis edukatif, bersama-sama dengan
unsur pendidikan lainnya ikut menentukan berhasilnya proses pendidikan, maka
kedudukan Perpustakaan Sekolah harus secara jelas tergambar di dalam
struktur organisasi sekolah.

Memang sampai sekarang belum ada struktur organisasi Perpustakaan


Sekolah yang baku, namun secara sederhana organisasi perpustakaan sekolah
bisa digambarkan dalam bagan sebagai berikut:

Kepala
Sekolah
Ka.
Perpustakaa
n

Teknisi Layanan

Pengadaan Sirkulasi

Pengolahan Referensi

Penyusunan Membaca

9
B. Sarana & Perlengkapan Perpustakaan

a. Ruang Perpustakaan
Gedung atau ruangan perpustakaan adalah bangunan yang sepenuhnya
diperuntukkan bagi seluruh aktivitas sebuah perpustakaan. Disebut gedung
apabila merupakan bangunan besar dan permanent, terpisah dari gedung lain
sedangkan apabila hanya menempati sebagian dari sebuah gedung atau hanya
sebuah bangunan (penggunan ruang kelas), relatif kecil disebut ruangan
perpustakaan.

Penentuan lokasi perpustakaan agar dapat maksimal pemanfaatannya


harus dapat memenuhi kriteria diantaranya :
Berada ditempat yang luas tanahnya memungkinkan dilakukannya perluasan
pada masa yang akan datang, sesuai dengan perkembangan perpustakaan.
Berada di sekitar pusat kegiatan masyarakat seperti pusat pendidikan (sekolah),
pemerintahan dan tentunya pemukiman.
Merupakan gedung/satu ruangan utuh yang tidak bergabung dengan ruangan lain
Mudah dicapai oleh pemakai, sehingga pemakai tidak membuang waktu secara
sia-sia.
Cukup tenang dan aman untuk menghindari dari gangguan suara keras dan
kegaduhan.

Perpustakaan pada umumnya minimal memiliki 4 (empat) macam ruangan


diantaranya :

1. Ruang Koleksi Buku (Rak-rak Buku)


1 rak (1 sisi, 5 susun, lebar 100 cm) dapat memuat 115-165 eksemplar buku
dan jarak antar rak 100-110 cm. Jadi dapat dihitung berapa kebutuhan luas
ruang yang diperlukan untuk menempatan rak dan dapat disesuaikan dengan
bahan pustaka yang dimiliki. Hal ini pun perlu dipertimbangkan untuk tahun-
tahun yang akan datang.
2. Ruang Baca
Disesuaikan dengan ruang yang ada. Idealnya terpisah dari ruang koleksi
dengan lulas yang mencukupi.
3. Ruang Pengolahan Bahan Pustaka dan Ruang Staf

10
Untuk melakukan aktifitas pengadaan dan pengolahan buku luas ruangan
tergantung berapa jumlah pengelola perpustakaan diperkirakan setiap petugas
memerlukan 2,5 m2.
4. Ruang Sirkulasi
Ruang ini dipergunakan untuk melayani peminjaman dan pengembalian buku,
ruang yang diperlukan minimal cukup untuk meletakan meja sirkulasi dan
perlengkapan lainnya.

b. Perabotan dan Peralatan


Perabot perpustakaan adalah sarana pendukung atau perlengkapan
perpustakaan yang digunakan dalam proses pelayanan pemakai perpustakaan
dan merupakan kelengkapan yang harus ada untuk terselenggaranya
perpustakaan.

Yang termasuk dalam perabot/perlengkapan perpustakaan antara lain :


Rak buku
Rak majalah
Rak surat kabar
Rak atlas dan kamus
Papan peraga / pameran
Laci penitipan tas
Lemari catalog
Lemari multi media
Lemari Arsip
Meja dan kursi sirkulasi
Meja dan kursi baca
Meja dan kursi pegawai
Kereta buku, barang
Tangga beroda

Peralatan perpustakaan adalah barang-barang yang diperlukan secara


langsung dalam mengerjakan tugas/kegiatan di perpustakaan. Yang termasuk
dalam perlengkapan perpustakaan antara lain :
buku pedoman perpustakaan
Buku klasifikasi
Kartu catalog

11
Buku Induk
Kantong buku
Lembar tanggal kembali
Label
Cap inventaris
Cap perpustakaan
Bak stempel
Kartu pemesanan
Mesin ketik/Komputer
ATK
Selotip
Lem dll.

c. Penataan Ruangan dan Tempat Penyimpanan


Penataan ruang perpustakaan harus didasari dengan hubungan antar
ruang yang dipandang dari segi efisiensi, alur kerja, mutu layanan, keamanan dan
pengawasan. Penempatan perabotan perpustakaan diletakkan sesuai dengan
fungsi dan berdasarkan pembagian ruang diperpustakaan sebagai contoh :
1. Lobi
Di dalam lobi biasanya berisi perabotan: lemari penitipan barang, papan
pengumuman dan pameran, kursi tamu, meja dan kursi petugas.
2. Ruang Peminjaman
Ruang Peminjaman berisi perabotan: meja dan kursi sirkulasi, kereta buku,
lemari arsip, laci-laci kartu pengguna, komputer, bacode reader dan kursi
petugas.
3. Ruang Koleksi Buku
Ditempati perabotan: rak buku baik dari satu sisi atau dua sisi, kereta buku,
tangga beroda.
4. Ruang Baca
Meja kursi baca kelompok, perorangan (studi karel) dan meja kamus.
5. Ruang Administrasi
Meja kursi petugas, lemari arsip, mesin ketik, komputer, telpon, kereta buku,
lemari buku dsb.

12
C. Pengadaan dan Pengolahan Bahan Pustaka

a. Pengadaan Bahan Pustaka


Kegiatan pengadaan bahan koleksi adalah kegiatan mengadakan bahan
koleksi untuk dijadikan koleksi perpustakaan. Kegiatan pengadaan terdiri dari
berbagai kegiatan antara lain

Pemilihan bahan koleksi, yaitu pemilihan koleksi berdasarkan kebutuhan


pengguna perpustakaan, jenis koleksi, bidang ilmu, dll.

Pelaksanaan pengadaan, ialah kegiatan mengusahakan adanya bahan


koleksi dengan berbagai cara semisal membeli, dengan meminta
bantuan/sumbangan baik berupa koleksi atau dana/anggaran, atau dengan
cara tukar menukar bahan koleksi perpustakaan dengan pihak perpustakan
lain.

Mengumpulkan alat-alat informasi yang dapat digunakan untuk keperluan


memilih bahan pustaka dalam rangka melaksanakan kegiatan mengadakan
bahan koleksi untuk perpustakaan, misalnya saja, berupa: daftar tawaran
buku yang baru terbit, akan terbit, dan telah terbit, atau lainnya.

Mempertanggungjawabkan pengeluaran uang yang telah digunakan untuk


keperluan pembelian bahan koleksi, jika di perpustakaan memang
mempunyai dana/ anggaran untuk itu.

Membuat laporan tertulis secara berkala tentang kegiatan-kegiatan yang telah


dilakukan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengadaan bahan koleksi.

b. Pengolahan Bahan Pustaka


Pengolahan atau processing koleksi perpustakaan merupakan
serangkaian pekerjaan yang dilakukan sejak bahan pustaka diterima
perpustakaan sampai dengan siap dipergunakan oleh pemakai. Tujuannya agar
semua koleksi dapat ditemukan/ditelusur dan dipergunakan dengan mudah oleh
pemakai. Pengolahan merupakan pekerjaan yang berurutan, mekanis, sistematik
dan runtut.
Adapun tahapan proses pengolahan bahan pustaka biasanya sebagai
berikut:

13
1. Inventarisasi dan Registrasi

Inventarisasi adalah kegiatan pencatatan bahan pustaka ke buku inventaris


atau buku induk, atau disebut juga pendaftaran buku (registrasi).

Buku Induk berfungsi sebagai:


mengetahui jumlah koleksi
mengetahui asal perolehan
mengetahui komposisi bahasa
mengetahui judul buku yang hilang

Kegiatan inventarisasi terdiri dari:

Pertama, mencatat semua koleksi dalam buku induk dan identifikasi koleksi,
sehingga semua koleksi diketahui jumlahnya, tercatat rapi dan jelas. Termasuk
catatan keterangan fisik seperti pengarang, judul, jumlah eksemplar, dan
informasi lain yang dianggap penting.

Contoh format buku induk pustaka:

Penerbi Jumlah Jenis Asal


No Tgl. No
Pengara t/ Ke
Uru Terim Inv Judul Ek N
ng Thn Jd F R P H Tk t
t a . s F
terbit

Keterangan:
NF : Non Fiksi H : Hadiah
F : Fiksi Tk : Tukar menukar
R : Referensi
P : Pembelian

Kedua, memberikan identitas agar semua koleksi memiliki ciri atau tanda
sebagai bukti miliki perpustakaan, dengan cara:
mencatat tanggal penerimaan, nomor induk, asal buku di balik halaman judul
dalam.
membubuhkan stempel pada halaman tertentu. Tempat-tempat yang perlu
dibubuhi stempel yaitu : dibalik halaman judul dalam, halaman judul bab,
bagian tengah halaman, pada halaman akhir dan pada halaman yang
dianggap rahasia.

14
2. Klasifikasi
Klasifikasi dalam bidang perpustakaan dapat didefinisikan sebagai
penyusunan dan pengelompokan sistematik terhadap buku dan bahan pustaka
lain berdasarkan subjek (isi buku). Klasifikasi berfungsi untuk memudahakan
pengguna perpustakaan dalam menemukan bahan pustaka yang dicari.
Ada berbagai pedoman umum klasifikasi. Yang paling populer dan
banyak digunakan adalah Pedoman Klasifikasi Standar DDC (Dewey Decimal
Classification). DDC (Dewey Decimal Classification (DDC), adalah sebuah
sistem klasifikasi perpustakaan yang diciptakan oleh Melvil Dewey (1851–
1931) pada tahun 1876, dan sejak saat itu telah banyak dimodifikasi dan
dikembangkan dalam duapuluh dua kali revisi yang telah terjadi hingga tahun
2004.
Dewey membagi berbagai disiplin pengetahuan yang ada ke dalam
sepuluh kelas utama (main class), dengan satu “generalities”. Selanjutnya,
kelas-kelas utama tersebut dibagi lagi ke dalam sepuluh divisi, dan setiap divisi
dibagi lagi ke dalam sepuluh section. Ke-sepuluh kelas utama tersebut adalah:
000 Generalities
100 Philosophy, psychology
200 Religion
300 Social Science (incl. economics).
400 Language
500 Natural Science.
600 Technology (incl. medicine, management).
700 Art (incl. architecture, paintings, photography).
800 Literature
900 History, geography, biography.

Hasil klasifikasi adalah penentuan nomor klasifikasi dan kelompok


koleksi informasi menurut isi dan subyek bahan pustaka. Nomor klasifikasi
selanjutnya siap digunakan untuk pembuatan nomor panggil, kartu katalog,
label buku dan perlengkapan lain yang digunakan perpustakan sampai bahan
pustaka siap digunakan.

15
3. Katalogisasi
Katalogisasi adalah proses pembuatan katalog. Dalam istilah
perpustakaan, katalog adalah sebuah daftar menurut susunan tertentu, yang
memuat keterangan tentang semua pustaka yang terdapat dalam koleksi
perpustakaan tersebut. Biasanya katalog perpustakaan berupa deret kartu
katalog, yang tersimpan dalam laci katalog.
Perpustakaan sebagai suatu sistem informasi berfungsi menyimpan
pengetahuan dalam berbagai bentuk serta pengaturannya sedemikian rupa,
sehingga informasi yang diperlukan dapat diketemukan kembali dengan cepat
dan tepat. Jika Anda ingin mengetahui apakah perpustakaan memiliki buku
yang anda perlukan, terlebih dulu anda akan mencarinya dalam katalog
perpustakaan itu. Untuk itu informasi yang ada diperpustakaan perlu diproses
dengan system katalogisasi (cataloging).
Adapun system katalogisasi yang dikembangkan mengalami berbagai
tahapan penyeragaman peraturan katalogisasi. perkembangan terakhir yang
sampai sekarang masing digunakan untuk pedoman katalogisasi secara
internasional adalah : Anglo American Cataloguing Ruler 2 : Revised
(1988)/ AACR2R.
Sedangkan perpustakaan mempunyai bentuk fisik catalog yang
bermacam-macam:
Katalog Kartu (Card Catalog) ukuran 7,5cm x 12,5 cm
Katalog Berkas (Sheaf Catalog) ukuran 10 cm x 20 cm
Katalog Cetak atau Katalog Buku (Printed Catalog)
Katalog OPAC (Online Public Access Catalog)
OPAC adalah sarana (sistem) untuk mencari koleksi perpustakaan dengan
menggunakan data digital yang tersimpan di komputer.
Sedangkan untuk jenis katalog perpustakaan ada beberapa jenis.
Setiap pustaka biasanya diwakili oleh tiga kartu atau lebih. Jenis-jenis katalog
tersebut adalah:
Katalog Shelflist
Katalog Pengarang
Katalog Judul
Katalog Subyek
Katalog Penerbit

16
Unsur-unsur yang perlu dicantumkan pada penulisan katalog:
Identitas ( nomor klasifikasi, tiga huruf pertama entri utama, satu huruf
pertama judul).
Nama Pengarang. Cara penulisannya seperti peraturan pembuatan
bibiografi (daftar pustaka).
Judul buku. Ditulis sesuai dengan apa yang tertera di halaman judul.

Contoh kartu katalog:

1. Contoh Kartu Katalog Utama (Pengarang)

633.18 1
WIN
c

WINARNO, Agus
Cara Penanaman Sampai Pasca Panen/Agus
Winarno.--Bogor: [IPB], 1996.
ix, 85 p.: il; 23 cm.

Bibl. P 82-85
828/D/86 633.18 1
RICE
I. JUDUL II. INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2. Contoh Kartu Katalog berdasarkan Judul

Cara Penanaman Sampai Pasca Panen….


633.18 1
WIN
c
WINARNO, Agus
Cara Penanaman Sampai Pasca Panen/Agus
Winarno.--Bogor: [IPB], 1996.
ix, 85 p.: il; 23 cm.

Bibl. P 82-85
828/D/86 633.18 1
RICE
I. JUDUL II. INSTITUT PERTANIAN BOGOR

17
3. Contoh Kartu Katalog berdasarkan Subyek (Klasifikasi)

633.18 1
633.18 1
WIN
c
WINARNO, Agus
Cara Penanaman Sampai Pasca Panen/Agus
Winarno.--Bogor: [IPB], 1996.
ix, 85 p.: il; 23 cm.

Bibl. P 82-85
828/D/86 633.18 1
RICE
I. JUDUL II. INSTITUT PERTANIAN BOGOR

4. Contoh Kartu Katalog berdasarkan Penerbit

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


633.18 1
WIN
c
WINARNO, Agus
Cara Penanaman Sampai Pasca Panen/Agus
Winarno.--Bogor: [IPB], 1996.
ix, 85 p.: il; 23 cm.

Bibl. P 82-85
828/D/86 633.18 1
RICE
I. JUDUL II. INSTITUT PERTANIAN BOGOR

18
4. Nomor Panggil
Nomor Panggil atau Call Number adalah suatu kode yang dibuat untuk
suatu bahan pustaka agar bahan pustaka tersebut dapat dengan mudah
dikenali, disusun dalam katalog, dalam rak, dan mudah ditelusuri kembali.
Penentuan nomor panggil dibuat pada saat proses katalogisasi. Kartu katalog
yang telah siap, segera dibuatkan nomor panggilnya.
Nomor panggil terdiri dari 3 bagian:
a. Nomor klasifikasi subyek
b. Tiga huruf pertama tajuk entri utama.
Entri utama yang biasa digunakan adalah nama pengarang (inverted name)
atau entri utama lain tergantung jenis bahan pustaka, ditulis dalam huruf
capital.
c. Satu huruf pertama judul
Ditulis dengan huruf kecil, pada baris terakhir setelah tajuk entri utama.
Untuk judul dalam Bahasa Inggris, kata sandang “a, an, dan the” tidak
dipakai. Yang digunakan adalah kata yang berada di belakang kata
sandang tersebut.

Contoh Penulisan Nomor Panggil (Call Number):

633.18 1
WIN
c

5. Label Buku
Label buku adalah identitas yang ditempelkan pada punggung buku sebagai
tanda kepemilikan buku dan informasi tentang buku. Pemberian label juga
bertujuan memudahkan pencarian buku di rak.

Contoh Label Buku :


Perpustakaan MTs Al
Nahdlah
Pondok Petir Sawangan 633.18 1 : nomor klasifikasi
Depok WIN : 3 huruf pertama entri utama
c : 1 huruf pertama judul
633.18 1 c.1 : menunjukkan copy buku jika koleksi lebih dari 1.
WIN
c
c.1

19
6. Kartu Buku
Kartu buku adalah kartu yang dibuat pada waktu pengolahan bahan
pustaka. Kartu ditempatkan dalam kantong yang ditempelkan di bagian dalam
sampul belakang buku. Di sisi kartu buku atau berhadapan dengan katu buku
juga ditempelkan slip tanggal kembali.

Contoh kartu buku dan slip tanggal kembali:


Perpustakaan MTs Al
633.18 1 Nahdlah
WIN Winarno, Agus
Pondok Petir Sawangan
c Cara Penanaman Depok
c.1 Sampai Pasca Panen
Nama Tanggal Kembali

Nama Tanggal Kembali

7. Filing & Shelving

Filing & Shelving adalah penyimpanan, pengaturan dan penempatan


buku-buku di rak, baik buku baru atau buku setelah dibaca atau dipinjam. Buku
diatur di rak dengan baik dan teratur sehingga waktu pemakai dapat dihemat.
Karena itu buku di perpustakaan disusun dalam berbagai koleksi/urutan
memenuhi kebutuhan pemakai, contoh : buku teks (pengajaran ), buku
referensi, majalah, khusus ( buku langka, mahal, mini), skripsi, pustaka non
buku : kaset dsb.
Penempatan buku di rak dilakukan untuk :
1) buku yang memerlukan koreksi/ perbaikan
2) buku yang diterima dari bagian penjilidan
3) buku untuk keperluan khusus
4) buku baru.

20
D. Manajemen Layanan

a. Sistem Layanan

Sistem Pelayanan Perpustakaan dapat menggunakan Sistem Layanan


Terbuka (Open Access) dan Sistem Layanan Tertutup (Close Access).
1) Akses Layanan Terbuka (Open Acces)
Akses layanan terbuka memberikan kesempatan kepada pemakai
untuk menemukan dan mencari bahan pustaka yang diperlukannya. Pemakai
diizinkan langsung ke ruang koleksi perpustakaan dan mengambil bahan
pustaka yang diinginkannya. Tujuan akses layanan terbuka adalah
memberikan kesempatan seluas-luasnya, tidak hanya sekedar membaca-baca
di rak, tetapi juga mengetahui berbagai alternatif dari pilihan koleksi yang ada
di rak, yang kira-kira dapat mendukung penelitiannya, akses layanan terbuka
biasanya diterapkan untuk layanan di perpustakaan umum, perpustaaan
sekolah, dan perpustakaan perguruan tinggi.
Cara pelaksanaannya:
• Pemakai langsung mencari bahan pustaka di rak atau mengecek terlebih
dahulu di katalog.
• Bahan pustaka yang sudah ditemukan segera dibawa ke ruang baca.
• Setelah selesai dibaca, pemakai mengembaikan bahan pustaka tersebut ke
dalam rak.
• Apabila bahan pustaka akan dipinjam untuk dibawa pulang, maka pemakai
harus membawa ke bagian petugas pencatatan peminjaman.
• Pemakai dapat memilih lagi bahan pustaka lain ke dalam rak.

2) Akses Layanan Tertutup (Close Acces)

Pada akses layanan tertutup, koleksi tertutup bagi pemakai, dalam arti
pemakai tidak boleh langsung mengambil bahan pustaka di rak, tetapi petugas
perpustakaan yang akan mengambilnya. Dengan menggunakan akses ini
petugas akan lebih sibuk karena harus mencari bahan pustaka di rak, terutama
pada jam-jam sibuk pada saat banyak pemakai yang memerlukan bahan
pustaka. Tujuan akses layanan ini adalah memberikan layanan secara terbatas
kepada pemakai, sehingga pemakai tidak dapat mencari bahan pustaka yang
dibutuhkannya di rak, tetapi akan dilayani oleh petugas. Oleh karena itu,

21
pemakai harus mencari nomor panggil bahan pustaka melalui katalog yang
disediakan.
Cara pelaksanaannya:
• Pemakai mencari data koleksi melalui katalog.
• Pemakai mencatat judul bahan pustaka dan nomor panggil pada bon
permintaan atau peminjaman.
• Pemakai memberikan bon peminjaman kepada petugas.
• Petugas memeberikan bon peminjaman kepada petugas.
• Petugas mencari bahan pustaka ke rak, menemukan bahan pustaka,
dan menyerahkan kepada pemakai.
• Pemakai membawa bahan pustaka ke ruang baca.
• Apabila bahan pustaka dapat dipinjam untuk dibawa pulang, pemakai
melaporkan kepada pencatat sirkulasi.

b. Jenis Layanan

Berbagai perpustakaan menyelenggarakan bermacam jenis layanan


dengan tujuan agar jasa yang disediakan dapat digunakan semaksimal mungkin
oleh pemakai. Beberapa jenis layanan yang biasa dilakukan oleh sebuah
perpustakaan adalah:

1) Layanan Sirkulasi

Kegiatan pada layanan sirkulasi merupakan ujung tombak jasa


perpustakaan, karena pada bagian sirkulasi pertama kali pemakai harus
berhubungan dengan masalah administrasi peminjaman bahan pustaka.
Kegiatan peminjaman ini sering dikenal dengan istilah sirkulasi. Bagian
sirkulasi berkaitan dengan masalah peredaran koleksi yang dimiliki
perpustakaan. Tujuan layanan sirkulasi adalah memperlancar dan
mempermudah proses peminjaman bahan pustaka untuk dibawa pulang oleh
pemakai.

22
a) Tugas bagian sirkulasi

Mengawasi pintu masuk dan keluar perpustakan.


Pendaftaran anggota, perpanjangan keanggotaan, dan pengunduran diri
anggota perpustakaan.
Meminjamkan serta mengembalikan buku dan memperpanjang waktu
peminjaman.
Menarik denda bagi buku yang terlambat dikembalikan.
Mengeluarkan surat peringatan bagi buku yang belum dikembalikan pada
waktunya.
Tugas yang berkaitan dengan peminjaman buku, khususnya buku hilang
atau rusak.
Bertanggung jawab atas segala berkas anggota, peminjaman buku-buku
terlambat dikembalikan, buku tandon, uang denda, dan uang ganti
rugi buku yang hilang.
Membuat statistik peminjaman.
Peminjaman antara perpustakaan.

b) Unsur Pendukung Layanan Sirkulasi


Kelancaan pekerjaan pada bagian sirkulasi sangat berpengaruh
terhadap kelancaran seluruh kegiatan layanan. Oleh karena itu pada
bagian sirkulasi perlu didukung beberapa unsur sebagai berikut:
Buku keterangan yang memuat keterangan mengenai peraturan
penggunaan bahan pustaka, bahan pustaka yang boleh dipinjam,
kebijaksanaan mengenai denda, penggantian buku hilang, jam buka
perpustakaan, dan keterangan lain yang memberikan pedoman
kepada pembaca.
Meja peminjaman dengan ukuran dan bentuk khusus, misalnya berbentuk
huruf “U” atau “L”.
Laci temapat penyimpanan uang denda, kunci-kunci dan barang lain.
Bermacam-macam stempel, misalnya tanggal peminjaman dan tanggal
bahan pustaka harus kembali.
Tinta dan antalan stempel.
Ruang tempat penitipan tas.
Kotak tempat enyimpan kartu buku yang dipinjam.

23
Lem dan blanko batas waktu peminjaman atau kartu buku.
Formulir pendaftaran anggota perpustakaan.
Alat-alat dan perlengkapan lain seperti gunting, pulpen, dan sebagainya.
Formulir untuk pemesanan buku yang sedang dipinjam.
Petugas yang selalu siap melayani dengan ramah dan sopan.
Kelengkapan buku seperti kartu buku, kantong buku, kantong peminjaman,
lembar tanggal kembali, kotak kartu peminjaman, dan buku daftar
peminjam.
Kertas kosong.
Kotak saran.

c) Cara Pelaksanaan

Setiap kali ada pembaca yang ingin meminjam bahan pustaka,


maka petugas bagian sirkulasi melakukan hal-hal sebagai berikut:
Mengambil kartu buku dari kantong buku, tulis tanggal buku harus
dikembalikan pada lajur tanggal kembali, minta kartu peminjaman dan
kartu buku.
Mencatat tanggal kembali dalam lembar pengembalian yang distempel
pada bahan pustaka. Catatan ini merupakan peringatan bagi
pembaca kapan ia harus mengembalikan bahan pustaka.
Setelah jam peminjaman selesai, petugas menyusun kantong-kantong
peminjam dalam kotak peminjaman.
Dalam proses pengembalian bahan pustaka maka petugas mengambil
kartu buku ke kantong buku, kantong peminjaman dikembalikan
kepada pembaca, coret catatan tanggal kembali, kembalikan buku ke
rak.
Bila buku terlambat dikembalikan, petugas menghitung denda sesuai
dengan peraturan yang telah ditetapkan. Apabila tejadi keterlambatan
dalam pengembalian dalam mengembalikan buku, petugas perlu
mengirim surat peringatan.
Bila ada buku yang rusak atau hilang, maka anggota harus mengganti
dengan buku yang sama. Bila buku tersebut tidak dapat diganti,
anggota harus membayar ganti rugi sebesar harga buku harga buku
pada nilai pasar ditambah biaya pengolahan.

24
Petugas bagian layanan sirkulasi juga harus membuat statistik
peminjaman, baik tentang tambahan anggota baru, jumlah buku yang
dipinjam, peminjaman buku berdasarkan subjek atau klasifikasi, dan
jumlah pengunjung.

d) Sistem Peminjaman
Tidak semua pemakai senang membaca di perpustakaan terutama
untuk buku-buku fiksi. Umumnya buku tersebut dipinjam untuk dibaca di
rumah.
Beberapa sistem peminjaman yang dapat diterapkan antara lain:
1. Sistem Brown
Setiap anggota perpustakaan memperoleh tiket pembaca, jumlahnya
sama dengan buku yang boleh dipinjam oleh anggota perpustakaan.
Tiket anggota berbentuk kantong dan berisi nomor anggota, nama,
serta alamat yang diketik pada masing-masing tiket. Untuk
mendampingi tiket diperlukan kartu buku. Kartu buku ini dimasukkan ke
dalam kantong buku. Label tanggal atau slip tanggal diletakkan di
bagian akhir buku.
Cara kerjanya:
Bila peminjam ingin meminjam buku maka petugas mencabut kartu
buku dari kantong buku kemudian dimasukkan ke tiket pembaca.
Tanggal kembali harus diterakan pada slip tanggal. Kantong buku
kemudian disusun menurut tanggal harus kembali. Bila pada
tanggal kembali yang sama terdapat berbagai kantong buku, maka
kantong disusun menurut nomor panggil.
Bila anggota mengembalikan buku yang dipinjamnya, lokasi kartu
buku dicari berdasarkan tanggal pada slip tanggal.
Tiket buku kemudian dikembalikan kepada anggota sedangkan
kartu buku dikembalikan ke dalam kantong.

25
2. Sistem Newark
Anggota perpustakaan memperoleh kartu peminjam. Kartu
peminjam berisi nama, alamat, nomor pendaftaran, tanggal berakhirnya
kartu anggota, tanda tangan anggota, serta kolom tanggal pinjam, dan
tanggal harus kembali.
Sistem Newark menggunakan kartu buku, kantong buku, serta
slip tanggal. Kartu buku berisi keterangan mengenai buku, termasuk di
dalamnya nomor panggil, pengarang, judul, nomor induk beserta kolom
untuk tanggal harus kembali, dan nama peminjam atau tanda tangan
peminjam.
Kantong buku merupakan kantong yang diletakkan di bagian
akhir buku, pada fly leaf. Di kantong buku lazimnya diketik nama
pengarang, judul, serta nomor induk.
Slip tanggal diletakkan di bagian dalam buku, khususnya pada
bagian yang berhadapan dengan halaman akhir buku.
Cara kerjanya:
Pemakai perpustakaan membawa buku yang akan dipinjamnya beserta
kartu anggota ke meja peminjaman. Petugas sirkulasi mencap
tanggal harus kembali pada kartu peminjam, slip tanggal, dan kartu
buku. Nomor registrasi anggota ditulis di kartu buku. Anggota
diminta memberi paraf atau tanda tangan di kartu buku dekat nomor
registrasi. Buku beserta kartu anggota kemudian diserahkan kepada
peminjam. Kartu buku kemudian dijajarkan menurut tanggal harus
kembali. Bila terdapat kartu buku dengan tanggal harus kembali
yang sama maka kartu buku disusun menurut nomor klasifikasi.
Tatkala mengembalikan buku, pemnjam harus menyertakan kartu
anggota. Petugas harus memeriksa tanggal kembali yang tertera di
slip tanggal, kemudian mencabut kartu buku yang berada di sebuah
jajaran.
2) Layanan Rujukan atau Referens

26
Layanan rujukan atau referens merupakan jenis layanan yang diberikan
di semua jenis perpustakaan, yang intinya menjawab atau memberikan
bantuan kepada pemakai perpustakaan. Layanan rujukan dapat berupa hal-hal
yang mudah seperti memeberikan informasi dimana bagian buku anak-anak,
bagaimana menjadi anggota perpustakaan, tetapi dapat pula berupa bantuan
dalam penyiapan bahan-bahan penelitian, ara menggunakan bahan rujukan
seperti kamus, ensiklopedi, direktori, dan alamanak. Pada prinsipnya layanan
rujukan adalah menjawab pertanyaan pemakai, bak secara langsung maupun
melalui sarana komunikasi, dan membimbing pemakai agar dapat mencari
informasi secara mandiri dan mengetahui jenis-jenis informasi, serta dimana
informasi tersebut dapat diperoleh. Layanan rujukan atau referensi dapat
digunakan sebagai tolak ukur bagus atau tidaknya perpustakaan. Petugas
bagian ini perlu wawasan yang luas dan memahami seluk beluk koleksi dan
dapat memberikan informasi secara cepat, tepat dan akurat. Agar petugas
rujukan dapat memberikan tugasnya dengan baik, perlu ditunjang dengan
buku-buku rujukan. Ada 12 type buku rujukan, yakni:
1. Bibliografi
2. Kamus
3. Ensiklopedi
4. Buku Tahunan
5. Buku Petunjuk
6. Sumber Biografi
7. Indeks
8. Terbitan Berseri
9. Buku Pegangan
10. Direktori
11. Sumber Geografi
12. Terbitan Pemerintah

27
E. Manajemen Keanggotaan

a. Buku Induk Anggota

Contoh Format Buku Induk Anggota

N No Nama TTL Alamat Kelas/Fak/ Telp. Ket


A A
n sa
g l
g
o
t
a

b. Kartu Anggota

Kartu Anggota Perpustakaan diberikan kepada anggota yang telah resmi


terdaftar. Bentuk dan desain kartu anggota disesuaikan dengan kreatifitas
pengelola perpustakaan. Pepustakaan yang sudah menggunakan sistem digital
melengkapi kartu anggotanya dengan label barcode. Namun sebagai contoh
salah satu kartu anggota adalah sebagai berikut:

Kartu Anggota perpustakaan


Al-Nahdlah Islamic Boarding School
Jl. Raya serua bulak no.1 Pondok Petir Sawangan Depok

Nomor : 0065
Nama : Oktaviani
Kamar : Mawar
Alamat : Lampung

28
c. Kartu Peminjaman

Kartu Peminjam digunakan pada peminjaman sistem Newark. Contoh Kartu


Peminjaman:

Perpustakaan MTs Al Nahdlah


Pondok Petir Sawangan Depok

KARTU PEMINJAMAN
No. Anggota:
………………………………………
Nama :
………………………………………
Alamat :
………………………………………

NoTgl PinjamNo Reg BukuTgl


KembaliParafKet

e. Buku Peminjaman

Contoh Format Buku Peminjaman

29
N Nama Judul Buku Tgl Tgl Ket
P K
i e
n m
j b
a a
m l
i

30
f. Daftar Pengunjung

Contoh Format Buku Daftar Pengunjung

Tang No Nama Kelas/A Alamat Tujuan Ket

g. Peraturan dan Tata Tertib Perpustakaan


Peraturan dan tata tertib perpustakaan harus dibuat dengan lengkap dan
jelas agar mudah dimengerti dan difahami oleh pengguna yang memanfaatkan
jasa pelayanan perpustakaan. Perlu diperhatikan bahwa peraturan dan tata tertib
tersebut jangan sampai mempersulit atau memberi hambatan bagi pemakai
perpustakaan.
Peraturan dan tata tertib tersebut mencakup:
a. Jam buka perpustakaan
Jam buka perpustakaan perlu dijdwalkan secara tepat sehinga dapat memberi
waktu yang cukup banyak bagi pengguna perpustakaan.
b. Keanggotaan
Peraturan Keanggotaan mengatur syarat-syarat untuk menjadi anggota dan
tata tertib setelah menjadi anggota.
Sekalipun Perpustakaan Sekolah anggotanya terdiri dari guru dan murid,
namun perlu dicantumkan di dalam peraturan keanggotaannya.
c. Peminjaman Buku
Peraturan dan lata tertib peminjaman perlu disusun secaa jelas, yaitu :
1. Jadwal peminjaman
2. Lama peminjaman
3. Jumlah buku yang boleh dipinjam sekaligus
4. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan peminjaman

Contoh Tata Tertib Perpustakaan:

31
1. Setiap pengunjung diwajibkan menggesek ID CARD pada pintu masuk
perpustakaan.
2. Setiap pengunjung perpustakaan diminta untuk turut menjaga ketenangan,
ketertiban, dan kebersihan ruang perpustakaan dengan :
a. Tidak membuat keributan, bercanda, berteriak, mengobrol, dan tindakan-
tindakan lain yang dapat mengganggu sesama pemakai.
b. Tidak makan, minum dan merokok dalam ruang perpustakaan
c.Tidak mencoret-coret meja dan peralatan lain dalam ruang perpustakaan
d. Tidak memindahkan meja dan kursi yang talah ditata
e. Membuang sampah di tempat yang telah disediakan
f. Tidak diperkenankan membawa tas dan bungkusan lain ke dalam ruang
perpustakaan. Disediakan tempat khusus untuk menaruh barang-barang
tersebut. Barang-barang berharga seperti uang dan sebagainya agar
dibawa, karena perpustakaan tidak bertanggung jawab akan adanya
kehilangan serta barang yang tertinggal.
g. Tidak diperkenankan membawa keluar buku / majalah / bahan
pustaka lainnya milik perpustakaan, tanpa dicatat dahulu di bagian
peminjaman.
h. Pencurian dan penyobekan bahan pustaka merupakan
pelanggaran. Untuk itu pelanggar dapat dicabut keanggotaannya atau
dikenakan sanksi administrasi atau akademik.
3. Sanksi dapat dikenakan kepada setiap anggota/pemakai perpustakaan
yang tidak mentaati tata tertib.
4. Staf/petugas perpustakaan berhak untuk menegur dan meminta kepada
pemakai yang dianggap mengganggu ketenangan suasana untuk
meninggalkan ruang perpustakaan.
5. Tata tertib ini berlaku bagi semua pemakai/pengunjung /anggota
perpustakaan

E. Pemeliharaan & Pelaporan


a. Pemeliharaan
Agar koleksi perpustakaan dapat didayagunakan dan dimanfaaatkan
lebih lama perlu dilakukan upaya pelestarian dan pemeliharaan untuk mencegah
kerusakan. Pemeliharaan Bahan pustaka dilakukan dengan cara melakukan

32
pencegahan kerusakan bahan-bahan pustaka, baik dari faktor lingkungan dan
dari faktor manusia.
Upaya pemeliharaan yang paling utama adalah pencegahan dini
terhadap kerusakan-kerusakan tersebut. Namun bila kerusakan terlanjur terjadi,
hendaknya segara ditangani dan diperbaiki agar tidak lebih parah. Kerusakan
yang sering terjadi adalah rusaknya jilid buku baik ringan atau berat. Penjilidan
kembali perlu segera dilakukan pada kasus-kasus seperti itu.
Contoh lain adalah bila label buku copot atau kabur tulisannya, perlu
segera diperbaiki. Juga bila pemakai menempatkan buku yang salah pada
tempatnya., maka pustakawan melakukan pembetulan letak buku. Dalam
pemeliharaan dan pemeriksaan koleksi di rak ada kegiatan penghitungan
kembali buku milik perpustakaan, dalam arti pemeriksaan fisik terhadap buku
yang tercatat sebagai milik perpustakaan (stok opname). Hal ini dinamakan
verifikasi koleksi. Dilakukan karena buku dapat hilang, rusak atau salah tempat.

b. Pelaporan
Pelaporan perpustakaan diperlukan dalam setiap kegiatan dan program
yang telah dikerjakan oleh perpustakaan. Pelaporan ini merupakan pertanggung
jawaban perpustakaan dalam aktivitasnya. Pelaporan ini juga berfungsi sebagai
tolok ukur keberhasilan dan kemajuan perpustakaan. Data statistik yang dapat
digunakan sebagai laporan perpustakaan meliputi: statistik bahan pustaka,
statistik anggota, dan statistik pengunjung. Laporan Perpustakaan Sekolah
disampaikan setiap bulan pada akhir tahun. Laporan tahunan merupakan
rangkaian dari semua laporan bulanan.
Laporan perpustakaan mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1. Pengadaan bahan pustaka: meliputi jumlah koleksi yang dibeli, hadian
dan atau pertukaran. Data ini dikelompokkan berdasarkan jenis koleksi dan
jenis subyek.
2. Pengolahan bahan pustaka: meliputi jumlah koleksi yang sudah di catalog
dan diklasifikasi.
3. Keanggotaan: meliputi jumlah anggota berdasarkan katagori tertentu
(umum, jenis kelamin, pekerjaan, tempat tinggal dan sebagainya) dan jumlah
pengunjung.

33
4. Koleksi yang dipinjam: meliputi jumlah koleksi yang dipinjam baik buku
maupun bentuk lainnya, yang dikelompokkan berdasarkan bahasa, subyek
dan sebagainya.
5. Layanan rujukan: meliputi jumlah pertanyaan yang diberikan, pertanyaan
yang dijawab dalam bentuk singkat atau memerlukan waktu penelusuran
yang lama.
6. Jasa reproduksi: meliputi berapa jumlah koleksi yang direproduksi,
termasuk berapa jumlah koleksi yang sudah di fotokopi.

34
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perpustakaan Sekolah merupakan unit kerja dan perangkat pokok dari
suatu sekolah. Tujuan Perpustakaan sekolah adalah menyediakan koleksi
pustaka untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar.
Perpustakaan juga sebagai “jantung” pelaksanaan pendidikan di sekolah itu.
Sedangkan fungsi utama perpustakaan sekolah adalah sebagai pusat
sumber belajar, pusat sumber informasi dan pusat bacaan rekreasi. Selain itu
sebagai tempat membina minat dan bakat siswa. Karena vitalnya fungsi
perpustakaan sekolah, maka perlu dilakukan usaha untuk peningkatan
manajemen yang handal dan profesional

B. Saran
Sebagian besar perpustakaan sekolah di Indonesia masih minim
manajemen, sehingga belum bisa berjalan sebagaimana mestinya. Faktor
minim manajemen tersebut berasal dari dua aspek: struktural dan teknis.
Karena vitalnya fungsi perpustakaan sekolah, maka perlu dilakukan
usaha-usaha semua pihak secara berkesinambungan dalam upaya
peningkatan manajemen perpustakaan sekolah yang handal dan
professional.

35

You might also like