You are on page 1of 2

TES

1. Pengertian

Secara harfiah kata “test” berasal dari kata bahasa prancis kuno: testum yang berarti
piring untuk menyisihkan logam-logam mulia, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan
dengan tes yang berarti ujian atau percobaan.
Dari segi istilah, menurut Anne Anastasi, test adalah alat pengukur yang mempunyai
standar obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul
digunakan dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu. Sedangkan
menurut F.L. Geodenough, test adalah suatu rangkaian tugas yang diberikan kepada
individu atau sekelompok individu dengan maksud untuk membandingkan kecapan
antara satu dengan yang lain.

1. Menurut Hetzel 1973: proses pemantapan kepercayaan akan kinerja program atau
sistem sebagaimana yang diharapkan.
2. Menurut Myers 1979: proses eksekusi program atau sistem secara intens untuk
menemukan error.
3. Menurut Hetzel 1983 (Revisi): tiap aktivitas yang digunakan untuk dapat
melakukan evaluasi suatu atribut atau kemampuan dari program atau sistem dan
menentukan apakah telah memenuhi kebutuhan atau hasil yang diharapkan.
4. Menurut Standar ANSI/IEEE 1059: proses menganalisa suatu entitas software
untuk mendeteksi perbedaan antara kondisi yang ada dengan kondisi yang
diinginkan ( defects / errors / bugs ) dan mengevaluasi fitur- fitur dari entitas
software.
5. menurut Linn & Gronlund (1990: 5) tes adalah “Instrumen atau suatu prosedur
sistematis untuk mengukur perilaku sampel”.
6. Disatu sisi Djemari Mardapi (2004: 71) menambahkan bahwa tes merupakan
sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah.
7. Secara lebih lengkap, Lee J. Cronbach (1970) menambahkan bahwa tes adalah
“prosedur sistematis untuk mengamati perilaku seseorang dan menggambarkan
dengan bantuan sebuah skala numerik atau sistem kategori”.

Dari pengertian diatas, dapat dipahami bahwa test adalah cara yang dapat digunakan
atau prosedur yang dapat ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian yang dapat
berbetuk pemberian tugas, atau serangkaian tugas sehingga dapat dihasilkan nilai yang
dapat melambangkan prestasi.

2. Klasifikasi Tes

Ada dua cara yang sering digunakan untuk mengukur aspek psikologi seseorang
termasuk belajar yaitu dengan tes dan nontes. Sebagai salah satu alat untuk
mengkuantifikasi sampel prilaku, maka para ahli memberikan berbagai macam klasifikasi
tes yang berbeda tergantung perspektif sang ahli tersebut. Beberapa klasifikasi tersebut
disebutkan di bawah ini. Cangelosi (1995: 23) membedakan tes menjadi 2 buah yaitu tes
baku dan tes buatan guru. Sumadi Suryabrata (2005: 14) membuat penggolongan tes
berdasarkan atribut psikologis menjadi : (1) tes kepribadian, (2) tes intelegensi, (3) tes
potensi intelektual dan (4) tes hasil belajar. Cronbach (1970) sebagaimana dikutip
Saifuddin Azwar (2004: 5) membedakan tes menjadi dua kelompok besar yaitu tes yang
mengukur performansi maksimal (maximal performance) dan tes yang mengukur
performansi tipikal (typical performance).
Klasifikasi tes yang lebih lengkap disampaikan oleh Anas Sudijono (2005: 68 - 75)
yang mengklasifikasikan tes berdasarkan perspektif tertentu. Jika tes digolongkan
berdasarkan fungsi sebagai alat ukur perkembangan, maka ada 6 jenis tes yaitu : tes
seleksi, tes awal, tes akhir, tes diagnostik, tes formatif dan tes sumatif. Berdasarkan aspek
psikis yang ingin dinilai, tes dibedakan menjadi tes intelegensi, tes kemampuan, tes sikap,
tes kepribadian dan tes hasil belajar. Berdasarkan banyaknya orang yang mengikuti maka
tes dibedakan menjadi tes individu dan tes kelompok. Jika digolongkan berdasarkan
waktu yang disediakan, maka akan ada dua jenis tes yaitu power test dan speed test.
Ditinjau dari segi respon tes dapat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu tes verbal dan tes
non verbal. Dan jika ditinjau dari cara mengajukan pertanyaan, akan ada dua tes yaitu tes
tertulis dan tes lisan.

You might also like