Professional Documents
Culture Documents
Kembali pada persoalan ilmu sejarah dan hal lain yang terkait
dengan itu, bahwa apabila seseorang melakukan suatu tindakan, maka
hal yang akan terjadi adalah intended qonsequences, yakni dampak
yang ditimbulkan atas perilaku tindak sosial. Atau secara sederhananya
adalah konsekuensi dari apa yang dilakukan, tujuan atau misi yang
hendak didapatkan dari perencanaan dan tindakan dari laku yang
diperbuat. Selanjutnya, intended qonsequences lebih menuju pada hal
positif yang dituju (tujuan pokok yang hendak didapatkan) dan atau
sebaliknya, kegagalan yang akhirnya mendapatkan hawa konflik sosial
yang baru. Maksudnya bahwa intended consequences adalah dapat
berupa tujuan dari misi laku yang diperbuat atau justru dampak negatif
dari tindakan tersebut sebagai ekspresi kegagalan atau
ketidaksempurnaan dari tindak laku yang diperbuat tersebut.
Sebelum sampai pada titik lain, juga akan lebih bijak ketika
kita kemudian harus membaca dulu pada lingkup unintended
consequences, yakni munculnya atau terjadinya akibat tak
diperhitungkan dari tindakan yang dilakukan terhadap suatu susunan
kehidupan, baik tindakan-tindakan itu direncanakan sesuai planning
ataupun justru tanpa perencanaan sama sekali. Sebagai contoh
sederhana dari munculnya unintended consequences adalah terjadinya
apa yang kita sebut sebagai “Tragedi Mei 1998”. Dengan perencanaan
matang untuk menggulingkan penguasa otoriter Orde Baru, yang
memang menjadi tujuan bersama element gerakan mahasiswa, gerakan
ormas sampai gerakan yang melembaga non formal. Namun,
unintended consequences akan menggambarkan sisi lain dalam analisis
subjektif dalam menganalisis sesuatu. Misalnya, salah satu element
gerakan mahasiswa di Jogjakarta yang banyak memberi kontribusi
pemikiran yang memang matang pada medio mei 1998, ditengah
gempar-gemparnya isu menggulingkan presiden Soeharto, aktivis
tersebut banyak kemudian yang menelorkan teori-teori dan kajian-
kajian baru soal demokrasi, people power, kekuasaan rakyat,
pemerintahan pro poor, anti kekerasan dan diskirminasi etnis.
4 Hasil diskusi dengan Bapak Agus Sunyoto tahun 2008 di Semarang, Jawa Tengah. Referensi
yang digunakan oleh beliau adalah tulisan beliau dalam buku Pitutur, namun penulis belum dapat
menyajikan referensi tersebut karena beberapa faktor.
tua, zaman batu madya, zaman batu muda (neolithicum), zaman batu
besar (megaliticum) dan zaman logam.
5 Emile Durkheim, The Elementary Form of Religion Life, 2002, IRCISoD, Jogjakarta, hal. 253
Di kepulauan nusantara sendiri, penelitian yang dilakukan
oleh kebanyakan scientis dan sejarawan, bahwa kepercayaan
masyarakat zaman primitif adalah animisme dan dinamisme. Aliran ini
adalah aliran kepercayaan asli nusantara dimana nenek moyang bangsa
Indonesia sebelumnya melakukan penyembahan terhadap benda-benda
tertentu atau penyembahan terhadap arwah nenek moyang mereka. Di
zaman berburu, masyarakat Pithecantropus Erectus masih nomaden
gaya hidupnya, di saat melakukan perburuan, mereka apabila
menjumpai batu besar, pohon tua besar, atau apapun yang dalam
anggapan mereka sakral, maka mereka akan memberikan
penghormatan dan sembahyang untuk benda-benda tersebut dengan
ritus seperti yang biasa mereka lakukan. Dalam anggapan mereka,
benda-benda tersebut memiliki kekuatan yang akan melindungi mereka
dari marabahaya yang mungkin akan mereka jumpai saat mereka
melakukan perburuan di hutan tersebut, sehingga untuk
menghindarinya, mereka perlu melakukan ritual khusus kepada sesuatu
yang mereka anggap sebagai juru kunci hutan.
6 Mengenai Agama Kapitayan ini, penulis dapatkan data-data dari penulis buku Suluk Abdul Jalil,
Bapak Agus Sunyoto, pertama dalam diskusi Pelatihan Kader Lanjut (PKL) Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di Hotel eL Piramid, Kebumen tanggal 23-27 Desember 2007,
pada diskusi selanjutnya dengan beliau penulis sering mengikutinya di Semarang, Solo, Jogjakarta,
Solotigo dan berbagai tempat lainnya. Sayangnya, penulis tidak mampu menyajikan referensi,
karena menurut Bapak Agus Sunyoto, referensi yang beliau gunakan adalah buku klasik dengan
bahasa Jawa Kawi dan Sansekerta, tidak ada penjelasan mengenai identitas buku-buku tersebut.
langgar. Orang yang masuk didalamnya harus dalam keadaan suci dan
harus melepas alas kaki yang dikenakannya.
7 Tentang agama yang dianut oleh Kudungga, agama nenek moyang yang dianut adalah agama
Kapitayan.
Sumber-sumber sejarah dari kerajaan Tarumanegara relatif
lebih baik dari pada kerajaan Kutai yaitu tujuh buah prasasti batu,
berita Cina dari Fa hien dari dinasti Soui, dan Tang, arca-arca Rajasri,
arca wisni Cibuaya I, arca Cibuaya II. Dari bukti-bukti tersebut
menyebutkan puji-pujian terhadap raja Purnawarmman.
Para santri yang telah lulus di pesantren oleh para sunan itu
disebarkan diberbagai pelosok tanah air untuk mengenalkan kepada
masyarakat agama mereka. Mengajak untuk masuk ke dalam agama
Islam dan meninggalkan praktek peribadatan lama dengan cara yang
santun serta tidak konforontatif dengan masyarkat lokal. Ada yang
lebih unik dalam penyebaran Islam model ini, yakni dengan
menyilangkan kebudayaan, menggunakan praktik ritus keagamaan
klasik namun dikemas dalam gaya yang Islami, seperti praktek
nyadran, sedekah gunung, sedekah laut, ngapati, mitoni, mitungdino
dan sebagainya yang semula merupakan ritus agama Hindu, Budha dan
aliran kepercayaan digeser esensinya dalam kerangka keIslaman.
Hal ini terkait juga dengan penyebaran Islam melalui jalur
kesenian dan kebudayaan. Bahwa dengan proses akulturasi budaya
inilah masyarakat cenderung tidak melakukan perlawanan, bahkan
mengikuti secara perlahan dari inti ajaran keIslaman yang dianutnya.
Sampai sekarang yang paling terkenal untuk jalur ini adalah wayang
dan gamelan. Wayang menjadi proses Islamisasi yang tidak terlupakan
karena terrekam dalam sejarah hingga saat ini dengan menampilkan
tokoh ponakawan serta alur cerita yang digubah sedemikian rupa dari
daerah asalnya.
8 Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Dakwah Salafiyah adalah Dakwah
Ahlussunnah, makalah ini penulis temukan di internet merupakan kutipan dari
Majalah As Sunnah Edisi 11/X/1428 H/2007 M. di download pada, 23 Agustus 2009
pukul 23.34
misalnya KH. Nawawi Banten (1813 – 1897 H), KH. Khotib
Minangkabau dan ulama – ulama pesantren menjelang abad 19 hingga
sekarang, semuanya di dalam pengembangan ajaran agama aswajadi
Indonesia mempunyai andil yang cukup besar, sehingga budaya
Indonesia utamanya di Jawa adalah aswaja. Rumusan aswaja ini dapat
diperinci lagi sebagai berikut: Bahwa pengikut Aswaja di dalam
memahami agama dari sumber-sumbernya tersebut menggunakan
pendekatan:
9 PMII, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, adalah organisasi kemahasiswaan yang lahir
dalam rahim NU yang kemudian pada deklarasi Murnajati di Malang menyatakan Independen dan
keluar dari menjadi badan otonom NU secara struktural karena sikap politiknya. Dalam praktek
penggunaan Aswaja sebagai manhaj al Fikr, organisasi ini menerapkan prisip gerak dasar berupa
Nilai Dasar Pergerakan (NDP) yang kemudian konsepsi turuannya dalam gerakan diterjemahkan
melalui peraturan organisasi. PMII pertama kali diketuai oleh Mahbub Djunaedi hingga hari ini
tetap eksis dalam konstelasi gerakan mahasiswa.
etnis lain adalah sebuah keniscayaan. Sikap tasamuh dalam
penanamannya akan menjadi cerminan bahwa kesadaran pluralitas
akan dapat terselesaikan melalui sikap toleran tanpa upaya
menyeragamkan pada satu sistem kolektif untuk kepentingan sesaat atu
kepentingan golongan dan pribadi perseorangan yang memunculkan
wacana tersebut.
10 Hadits tersebut berbunyi, “Masyarakat Yahudi akan terpecah menjadi 71 golongan, Nasrani
menjadi 72 golongan, dan umatku akan pecah menjadi 73 golongan, hanya satu yang akan selamat
(dari 73 golongan tersebut)”. Ketika ditanya sahabat, “Golongan mana yang akan selamat?” Rasul
menJawab “Ahlussunah wal Jama’ah” Dan ketika ditanya lagi, “Apa Ahlussunah wal jama’ah
itu?” Beliau menJawab, “Mereka yang mengikuti jalanku dan para sahabatku”.
mengatur tentang persoalan teoritis dan kontekstual pada dataran sosial
keagamaan, juga perlu kiranya aswaja dikembangkan menjadi
bangunan dasar pemikiran sehingga cakrawala berpikir akan luas,
namun tetap mengidealkan sikap yang moderat dan toleran.
Berkat duet ini pula, PPP pada tahun 1977, pemilu kedua
yang diadakan oleh pemerintah orde baru mengalami kenaikan jumlah
suara, selain karena fusi partai juga karena mulai banyaknya
masyarakat yang simpati terhadap PPP. PPP mampu mengambil 99
kursi DPR dengan prosentase suara mencapai 29,29%.
Alasan lain dari para ulama yang ada dalam tubuh Nahdlatul
Ulama adalah pada awalnya Nahdlatul Ulama adalah organisasi Sosial
keagamaan yang mengedepankan aspek kesejahteraan agama dan
sosial, namun hari ini peranannya tergeser oleh kepentingan politik
dari segelintir elit Nahdlatul Ulama yang berupaya untuk merebut
kekuasaan akan tetapi mengabaikan kepentingan dasar Nahdlatul
Ulama. Ini menunjukkan nilai-nilai ke-NU-an yang ada telah
digeserkan peranannya menjadi hanya sebagai kendaraan politik.
Hak politik adalah salah satu hak dari seluruh warga Negara,
termasuk warga Negara yang menjadi anggota Nahdlatul
Ulama. Tetapi Nahdlatul Ulama bukan merupakan wadah
kegiatan politik praktis. Penggunakan hak politik
dilakukan menurut ketentuan perundang-undangan yang
ada dan dilaksankan dengan akhlakul karimah sesuai
dengan ajaran Islam, sehingga tercipta kebudayaan politik
yang sehat.
45 http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/2001/04/28/0037.html, Di
download pada 26 September 2009, pukul 17.15
secara hukum berujung pada pembentukan partai baru yang dia gagas
untuk menandingi PKB di pemilu 2004, partai yang ia dirikan bernama
Partai Kejayaan Demokrasi (PKD). Namun, partai tersebut ternyata
gagal menjadi peserta pemilu 2004.
48 http://www.ahmadheryawan.com/opini-media/sosial-politik/5748-menuju-
pilpres-babak-kedua.html, di download pada 26 September 2009 pukul 21.30