Professional Documents
Culture Documents
\
|
+
C
o
t 206 , 13
255 , 1424
0821 , 6
Sifat Kimia
1. Reaksi Dehidrogenasi
Proses ini dilakukan pada fase gas dengan katalis Fe
2
O
3
. Reaksi berlangsung
secara seimbang dan membutuhkan panas.
Reaksi yang terjadi :
C
6
H
5
CH
2
CH
3
C
6
H
5
= CH
2
+ H
2
H (600 C) = 124,9 kJ/mol
Ethylbenzene Styrene Hidrogen
(Ullman, vol A 10, 1994)
2. Reaksi Oksidasi
Reaksi oksidasi menghasilkan Ethylbenzene Hidroperokside
Reaksi yang terjadi :
C
6
H
5
CH
2
CH
3
+ O
2
C
6
H
5
CH(OOH)CH
3
Reaksi fase cair dengan bubbling udara melalui cairan terhadap katalis. Akan
tetapi karena Hidroperokside merupakan senyawa yang tidak stabil, maka
kemungkinan kenaikan temperatur harus dihindari karena akan terjadi
dekomposisi.
Polyethylbenzene merupakan produk samping dari pembuatan Ethylbenzene.
3. Reaksi Hidrogenasi
Dapat terjadi dengan bantuan katalis Ni, Pt, atau Pd menghasilkan
Ethylcyclohexane.
Reaksi yang terjadi :
C
6
H
5
CH
2
CH
3
+ 3H
2
C6H11C
2
H
5
Ethylbenzene Ethylcyclohexane
BAB I PENDAHULUAN
Prarancangan Pabrik Styrene Monomer Proses Dehidrogenasi Katalitik
Kapasitas ......................Ton/Tahun
15
4. Reaksi Halogenasi
Dapat terjadi dengan adanya bantuan panas atau cahaya.
Reaksi yang terjadi :
2C
6
H
5
CH
2
CH
3
+ Cl
2
C
6
H
5
CH-ClCH
3
+ C
6
H
5
CH
2
Cl
Ethylbenzene 1-chloro-2phenilethan 2-chloro phenilethan
2. Produk : Styrene Monomer
Sifat Fisis :
Ujud
Berat molekul
Density
Density kritis
Volume kritis
Tekanan kritis
Suhu kritis
Flash point
Indek refraksi
Kelarutan
Viscositas
Panas spesifik
Surface tension (20
0
C)
Panas pembentukan (25
0
C)
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Cair
104,1036 gr / mol
pada 30 C = 0,8970 gr / ml
pada 40 C = 0,888 gr / ml
0,279 gr / ml
3,55 cm
3
/mol
37,6 atm
346,4 C
31 C
pada 20 C = 1,546
larut dalam ethanol dan ether, 0,032 %
dalam air
pada 20 C = 0,703 cp
pada 40 C = 0,586 cp
pada gas (25 C) = 0,2818 Kal / g C
pada cairan (40 C) = 0,4178 Kal/g C
30,86 dyne/cm
-12,456 KJ/mol
0
K
BAB I PENDAHULUAN
Prarancangan Pabrik Styrene Monomer Proses Dehidrogenasi Katalitik
Kapasitas ......................Ton/Tahun
16
Factor accentric : 0,257
Tekanan Uap : Log P (Kpa) =
|
.
|
\
|
+
C
o
t 43 , 209
58 , 1445
0821 , 6
Sifat Kimia
1. Polimerisasi Styrene menjadi Polyvinylbenzene
Reaksi yang terjadi :
n (C
6
H
5
CH = CH
2
) + O
2
(CHCH
2
)
n
-C
6
H
5
2. Styrene ditambah Ozon menjadi Benzaldehyde
Reaksi yang terjadi :
C
6
H
5
CH = CH
2
+ O
3
C
6
H
5
CHO
3. Alkilasi Styrene dengan Methanol menjadi Methylether
Reaksi yang terjadi :
C
6
H
5
CH = CH
2
+ CH
3
OH C
6
H
5
-CH(OCH
3
)CH
3
3. Produk Samping
A. Benzene
Sifat Fisik :
Ujud pada 25
0
C : cair
Rumus Molekul : C
6
H
6
Berat molekul : 78,11
Berat jenis : 0,879 gr/cm
3
Titik didih pada tekanan 1 atm : 80,10
0
C
Suhu peleburan : 5,26
0
C
Tekanan uap pada 25
0
C : 873,700 kPa
Viskositas pada 20
0
C : 13,330 cp
Tegangan permukaan pada 25
0
C : 28,180 dyne/cm
BAB I PENDAHULUAN
Prarancangan Pabrik Styrene Monomer Proses Dehidrogenasi Katalitik
Kapasitas ......................Ton/Tahun
17
Temperatur kritis : 289,0
0
C
Tekanan kritis : 48,6 atm
Flash point : -11,10
Flammisibility limit di udara : 1,5 80 % volume
Panas pembentukan : 48,66 kj/gmol
Panas peleburan : 9,874 kj/kmol
Panas penguapan pada 80,1
0
C : 33,847 kj/kmol
Panas pembakaran pada 25
0
C : -3267,6 kj/gmol
Kelarutan dalam air pada 25
0
C : 0,180 gr/100 gr air
B. Toluene
Ujud pada 25
0
C : cair
Rumus Molekul : C
6
H
5
.CH
3
Berat molekul : 92,13
Berat jenis : 0,86694 gr/cm
3
Titik didih pada tekanan 1 atm : 110,626
0
C
Suhu peleburan : -94,991
0
C
Temperatur kritis : -213,1
0
C
Tekanan kritis : 40,3atm
Flash point : 4,0
0
C
Explosion limit di udara : 1,4 6,7 % volume
Kalor pembentukan : 11,99 kj/gmol
Panas peleburan : 6,619 kj/gmol
Panas penguapan pada 80,1
0
C : 3,5 kj/gmol
Panas pembakaran pada 25
0
C : -3909,9 kj/gmol
Kelarutan dalam air pada 25
0
C : 0,050 gr/100 gr air
BAB I PENDAHULUAN
Prarancangan Pabrik Styrene Monomer Proses Dehidrogenasi Katalitik
Kapasitas ......................Ton/Tahun
18
1.4.5. Tinjauan Proses Dehidrogenasi secara umum
Dehidrogenasi adalah salah satu reaksi yang penting dalam industri kimia
meskipun penggunaannya relatif sedikit bila dibandingkan dengan proses Hidrogenasi.
Reaksi dehidrogenasi adalah reaksi yang menghasilkan komponen yang berkurang
kejenuhannya tetapi lebih reaktif. Pada prinsipnya semua senyawa yang mengandung
atom hidrogen dapat dihidrogenasi, tetapi umumnya yang dibicarakan adalah senyawa
yang mengandung Carbon seperti Hidrocarbon dan Alkohol. Proses dehidrogenasi
kebanyakan berlangsung secara Endothermis yaitu membutuhkan panas.
Reaksi dapat didefinisikan sebagai berikut :
Reaksi pembentukan Aldehyde dari Alkohol primer.
C
2
H
5
OH + O
2
CH
2
CHO + H
2
O
Reaksi pembentukan Keton dari Alkohol Sekunder.
CH
2
CHOH + O
2
CH
2
COCH
2
+ H
2
O
Dehidrogenasi adalah reaksi yang bersifat endothermis yaitu membutuhkan
panas untuk terjadinya reaksi dan suhu yang tinggi diperlukan untuk mencapai konversi
yang tinggi pula. Reaksi dehidrogenasi yang sering digunakan dalam skala besar adalah
dehidrogenasi Ethylbenzene menjadi Styrene.
Reaksi dehidrogenasi berperan pula dalam pirolitis, cracking, gasifikasi oleh
pembakaran sebagian karbonisasi dan reforming yang semuanya terjadi dalam industri
refining dan petrokimia.
Diharapkan reaksi dehidrogenasi sebagai berikut :
CH
2
CH
3
CH = CH
2
+ H
2
.( 1 )
BAB I PENDAHULUAN
Prarancangan Pabrik Styrene Monomer Proses Dehidrogenasi Katalitik
Kapasitas ......................Ton/Tahun
19
Reaksi bilangan tambahan untuk kepentingan identifikasi.
Maksud dan tujuan reaksi dan akibatnya harus dipertimbangkan untuk pemilihan
reaktor waktu dioperasikan.
Didalam pembahasan ini diasumsikan bahwa reaktor dioperasikan pada temperatur
lebih 600C dan tekanan atmosfer dan jika reaksi terjadi pada temperatur 650C atau
lebih dapat dipastikan konversi Ethylbenzene menjadi Styrene berada pada kondisi
kesetimbangan.
Beberapa macam kemungkinan percepatan atau reaksi paralel dan akibatnya.
- Reaksi pertama adalah pembentukan Ethylbenzene dari dehidrogenasi Styrene.
CH
2
CH
3
CH CH
2
+ H
2
( 2 )
Konstanta kesetimbangan reaksi untuk menghitung kesetimbangan
thermodinamika pembentukan yang tidak diinginkan dari produk, dan dapat
digambarkan bahwa pembentukan Ethylbenzene dapat dikontrol secara efektif
dari operasi reaktor pada temperatur di bawah 700C.
- Dua reaksi tambahan untuk pembentukan Benzene dan Toluene dari
Ethylbenzene adalah sebagai berikut :
CH
2
CH
3
+ C
2
H
4
..(3)
dan
CH
2
CH
3
CH
3
BAB I PENDAHULUAN
Prarancangan Pabrik Styrene Monomer Proses Dehidrogenasi Katalitik
Kapasitas ......................Ton/Tahun
20
+ H2 + CH
4
..(4)
- Reaksi ketiga adalah kebalikan dari reaksi Alkilasi Benzene.
Jadi jika hanya mempertimbangkan faktor thermodinamika saja maka seperti
kasus sintesa Methanol, pemilihan katalis memberikan hasil yang lebih tinggi
dalam dehidrogenasi dan meningkatkan angka reaksi seperti yang diinginkan
untuk perbandingan reaksi. Tetapi bagaimanapun juga perlu dipertimbangkan
analisa Kinetik.
Dari tinjauan Thermodinamika, pembuatan Styrene dari bahan Ethylbenzene dapat
ditentukan berdasarkan prinsipprinsip yang penting :
o Jika reaktor dioperasikan pada temperatur lebih dari 500
0
C maka kelayakan
konversi Ethylbenzene menjadi Styrene lebih terjamin.
o Dari konsep konversi kesetimbangan, sebaiknya temperatur reaktor
dioperasikan pada temperatur lebih dari 600
0
C, tetapi hal-hal seperti angka
percepatan reaksi, terjadinya cracking dari Ethylbenzene menjadi Benzene,
pembentukan Toluene dari Ethylbenzene, Hidrogen yang merupakan reaksi
pemanasan dari konversi pada semua temperatur harus menjadi pertimbangan.
o Pemakaian katalis untuk pembentukan Styrene dengan Dehidrogenasi adalah
penting, pada temperatur lebih dari 600
0
C dapat menyebabkan percepatan
Dehidrogenasi Ethylbenzene menjadi Styrene.
o Temperatur operasi reaktor diatur pada temperatur 600
0
C < T < 650
0
C
dengan katalis pada proses dehidrogenasi yang mungkin menghasilkan gas
inert.