You are on page 1of 83

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wilayah Indonesia sangat luas, dengan sepertiga dari luasnya

merupakan daratan dan sisanya adalah lautan. Letaknya yang berada di

daerah katulistiwa menyebabkan Indonesia memiliki dua musim yaitu musim

kemarau dan musim hujan. Kondisi alam yang tidak merata menyebabkan

ada sebagian wilayah yang memiliki curah hujan cukup lama dan ada yang

memiliki curah hujan sedikit.

Negara Indonesia merupakan negara agraris dengan berbagai jenis

tanaman pertanian. Sayangnya sebutan tersebut kurang sesuai dengan kondisi

sesungguhnya dilapangan. Masih banyak sentra pertanian yang belum

memiliki sarana irigasi yang memadai. Sehingga ada sebagian wilayah yang

masih mengandalkan sistem pertanian tadah hujan dan itu berarti separuh

waktu dalam satu tahun hanya digunakan untuk menunggu waktu hujan tiba.

Sebenarnya tidak seluruhnya pertanian tadah hujan tersebut tidak

memiliki sumber air untuk mengairi lahan. Ada beberapa areal pertanian

yang memiliki sumber air irigasi, namun posisinya berada dibawah lahan

pertanian. Kondisi seperti ini sebagian besar belum terpecahkan apalagi

untuk daerah pertanian yang memiliki sumber air irigasi yang posisinya

cukup tinggi.

Sehubungan dengan kondisi tersebut kami mencoba merancang

sebuah alat yang memanfaatkan energi angin untuk menaikan air dari

1
2

kentinggian kurang lebih 30 meter yang saya beri judul “Merancang Kincir

Angin untuk Menggerakan Pompa Air Jenis Torak”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah tersebut diatas maka dapatlah kami membuat

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah mendesain kincir angin yang mampu menggerakan pompa

torak sehingga menghasilkan debit air yang dibutuhkan dengan kecepatan

angin yang ada.

2. Bagaimanakah mendesain sistem transmisi untuk mentransfer tenaga dari

putaran kincir sampai kepompa

1.3 Tujuan

Tujuan dari perancangan kincir air untuk menggerakan pompa torak

adalah

1. Mendesain kincir angin yang mampu menghasilkan daya yang cukup

untuk menaikan air dengan debit 5 liter per detik pada ketinggian

elevasi 30 meter pada kecepatan angin minimum rata-rata, dan

memiliki kekuatan menahan pada kecepatan angin maksimum rata-

rata.

2. Mendesain sistem transmisi yang sesuai untuk kebutuhan putaran

pompa minimal yang direncanakan dari putaran sudu yang dihasilkan.


3

1.4 Batasan Masalah

Pada tugas akhir tentang Perencanaan kincir angin untuk

menggerakan pompa torak ini kami batasi permasalahan pada :

1. Tidak merancang pompa secara mendetail, hanya pada dimensi dan

parameter-parameter tertentu untuk mengetahui daya teoritik yang

diperlukan.

2. Merancang dimensi sudu

3. Merancang poros kincir (poros mesin)

4. Merancang sistem transmisi dari kincir sampai ke pompa torak

5. Tidak menghitung estimasi biaya

6. Tidak merancang tower.


4

KONSEP DESAIN

1. Spesifikasi alat

 Alat yang direncanakan adalah kincir angin untuk penggerak pompa torak

 Pompa yang digunakan adalah pompa torak kerja tunggal

 Debir air yang direncanakan adalah 5 liter / dtk

 Kecepatan angin rata-rata 20 km/jam

 Jumlah kipas pada kincir berjumlah 3 buah

 Sistem transmisi menggunakan transmisi roda gigi miring yang berjumlah

dua pasang atas dan bawah

 Poros yang digunakan adalah poros bulat pejal

 Sudu terbuat dari alumunium

 Kincir diberi pengarah pada ujung ekor

2. Alasan pemilihan komponen

 Pompa yang digunakan adalah pompa torak kerja tunggal karena pompa

jenis ini memerlukan putaran rendah

 Sudu terbuat dari alumunium, karena ringan dan mudah dibentuk.

 Jumlah sudu yang direncanakan berjumlah 3 (tiga) buah, karena untuk

kincir ukuran sedang, semakin sedikit sudu maka akan mengurangi berat

dari sudu. Selain itu jumlah sudu sebanyak tiga buah dimaksudkan agar

gaya radial masing-masing sudu saling membebaskan. Maksudnya

dengan sedikit jumlah sudu yang menjadikan ringan juga putaran sudu

akan setabil karena jumlah sudu sebanyak tiga buah akan saling

membebaskan gaya radial.


5

 Tenaga dari kincir ditransmisikan menggunakan poros bulat pejal karena

selain mudah dalam pemasangan juga kekuatan poros lebih baik

dibandingkan dengan rantai, belt, atau jenis lainnya.

 Kincir diberi pengarah dibagian ekor agar mengikuti arah

hembusan/aliran angin.

 Sistem transmisi yang digunakan adalah roda gigi miring karena tenaga

dari kincir angin yang ditransmisikan membentuk sudut 90 derajat atau

tegak lurus.

3. Cara kerja alat

Cara kerja dari alat pengangkut air ini adalah sebagai berikut

 Hembusan angin memutar turbin yang menghasilkan energi mekanik

 Energi mekanik yang berasal dari kincir angin ditransmisikan oleh poros

kincir angin.

 Tenaga dari poros kincir kemudian ditransmisikan menggunakan

transmisi roda gigi miring yang kemudian memutar poros engkol

 Poros engkol mengubah gerak rotasi menjadi gerak translasi pada lengan

torak.

 Gerak translasi dari batang torak bergerak turun naik sehingga terjadi

menghisap air di tabung torak pada pompa air.


6

FLOW CHART
PERANCANGAN KINCIR ANGIN
PENGGERAK POMPA AIR JENIS TORAK

START

PERHITUNGAN TENAGA
POMPA

PERANCANGAN
KINCIR (SUDU)

PERANCANGAN TRANSMISI
RODA GIGI MIRING

PERANCANGAN
POROS TRANSMISI

PERANCANGAN
POROS ENGKOL

END
7
8

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 POMPA

Pompa adalah suatau alat yang digunakan untuk memindahkan fluida

(zat cair) dengan berdasarkan gaya tekan dari suatu tempat ketempat lain secara

kontinu.

2.1.1 Klasifikasi Pompa

Menurut jenisnya pompa dapat dibagi menjadi

1. Pompa torak (plunyer)

2. Pompa pusingan (pompa putar)

3. Pompa hidran

Sedang menurut pemakainnya pompa dapat digunakan untuk

1. Untuk pengairan

2. Untuk air minum

3. Dan lain-lain

Menurut penggeraknya

1. Penggerak manual

2. Pernggerak motor listrik

3. Penggerak motor listrik

4. Penggerak alam (angin, air, dll)

Dalam tugas akhir perancangan kincir angin untuk menggerakan pompa

air ini, yang digunakan adalah pompa torak.

Dikatakan pompa torak karena tekanan ke fluida dihasilkan dari

tekanan torak .

8
9

2.1.2 Cara kerja pompa

 Dimisalkan plunyer berada di titik mati kanan, ruangan di dalam

silinder hampa sehingga katup isap terbuka dan air di dalam

pembuluh isap naik masuk silinder, hal ini berjalan terus sampai

plunyer di titik mati kanan.

 Selanjutnya plunyer di titik mati kanan bergerak menuju ketitik mati

kiri, ruangan didalam silinder yang telah ada airnya ditekan,

sehingga katup isap tertutup sedangkan katup tekan terbuka, air

didalam silinder mengalir melalui katup tekan menuju ke saluran

tekan terus ke reservoir (tandon), hal ini berjalan selama plunyer

bergerak kekiri sampai ke titik mati kiri.

 Gerakan plunyer bolak-balik ini didapat dari putaran motor yang

diteruskan ke plunyer melalui engkol dan batang plunyer.

 Plunyer yang dipakai ini bisa diganti degan torak, perbedaan

plunyer dan torak adalah diameter torak lebih besar dari pafa

tebalnya sedangkan diameter plunyer besarnya lebih kecil dari pada

panjangnya.

Fungsi peralatan yang ada pada pompa plunyer

 Plunyer/torak berguna untuk merubah energi mekanik menjadi

energi potensial (tekanan ke air)

 Silinder berguna sebagai ruang kerja dari pada plunyer

 Saringan yang dipasang diujung dari saluran isap berguna untuk

menyaring agar air yang masuk pompa dalam keadaan bersih


10

 Saluran isap berguna untuk menjalankan air dari tandon ke pompa

dan tempat persiapan air sebelum masuk ke silinder pompa.

 Katup isap dapat bekerja secara sendiri tanpa ada pengaturnya,

berguna untuk membuka dan menutup (mengatur perjalalanan air

dari saluran isap ke silinder)

 Ketel angin isap berguna untuk menekan air dari silinder k saluran

tekan, katup ini dapat berjalan secara otomatis berdasarkan

perbedaan tekan yang ada di atas dan dibawah katup

 Saluran tekan berguna untuk menjalankan air dari silinder ke

reservoir (tandon)

 Ketel angin tekan berguna untuk memberikan tekanan air sidalam

saluran tekan agar perjalanan air dapat tenang, sehingga tidak

timbul hentakan / pukulan air yang dapat menimbulkan kerja katup

tekan tidak stabil

 Pada umumnya katup isap tidak hanya satu tetapi ada dua, yang satu

dipasang dengan saringan, hal ini bertujuan agar persediaan air

didalam saluran isap selalu siap

2.1.2 Perhitungan pompa

Dalam perhitungan pompa disini tidak memperhitungkan /

merencanakan popa sampai bahnnya tetapi kemampuan dan tenaga

yang diperlukan oleh pompa. Perhitungan pompa torak kerja tunggal

sekali puataran engkol sama dengan gerak torak bolak-balik.


11


 1 x putaran engkol menghasilkan Q  xD 2 xLx1
4


 2 x putaran engkol menghasilkan Q  xD 2 xLx 2
4


 N x putaran engkol menghasilkan Q  xD 2 xLxn
4

Bila pompa bekerja dengan n rpm :



Q xD xLxn (m3/menit)
4

(2.1-1)

Pada prakteknya hasil tersebut lebih kecil karena adanya kekurangan

volume yang disebabkan dari beberapa hal.

Sehingga hasil pompa akan berkurang, hasil bersih

dhitung dengan memakai rumus randemen volumetrik =  v

Jadi rumusnya menjadi


Q xD 2 xLxnx v (2.1-
4

2)

Perhitungan tenaga yang diperlukan oleh pompa tergantung dari

besarnya debit pompa. Tinggi cairan yang dipindahkan dan berat jenis

cairan. Untuk debit pompa telah diperhitungkan diatas.

Yang dimaksud dengan beda tinggi ini tidak hanya antara tandon

atas dan tandon bawah, tetapi juga hambatan-hambatan yang terjadi dari

gesekan, katup, keran, belokan dan sebagainya.

Didalam ketinggian ketinggian ada dua, yaitu ketinggian isap dan

ketinggian tekan dan perlu sekali diperhatikan adalah ketinggian isap.


12

Ketinggian isap adalah antara tandon bawah dengan pompa tidak boleh

lebih besar dari tekanan udara luar, karena dapat menyebabkan pompa

tidak mampu menghisap.

Misalkan tekanan udara luar 72 cm Hg, ini sama dengan untuk air

72 x 13,6 = 979,2 cm, sehingga pemasanagn pompa harus jauh lebih

rendah dari ukuran tersebut, tetapi harus dilengkapi dengan jet pump

yang berfungsi untuk menambah tekanan dari bawah air yang diisap.

Sehingga ketinggian air yang harus diatasi oleh pompa:

H = Hz + Hp + Hh

Dimana,

H = Ketinggian yang harus diatasi pompa,

Hz = Ketinggian saluran isap,

Hp = Ketinggian saluran tekan,

Hh = Ketinggian hambatan-hambatan

Sehingga randemen hidrolik dapat dihitung seagai berikut,

Hz  Hp
h  (2.1-
H

3)

Maka usaha yang dilakukan oleh pompa adalah sama dengan rumus

energi potensial Ep  m.g.h ,

yaitu,

Up  m.g .h (2.1-

4)

dimana,
13

m   .V

Maka,

Up   .V .g.h (2.1-

5)

Dimana,

Up = Usaha pompa (Nm)

V = Volume air yang dipompa (m3 )

ρ = Masa jenis cairan yang dipompa (kg/m3 )

g = Percepatan grafitasi (m/dt2)

h = Ketinggian yang harus diatasi (m)

Apabila engkol pompa berputar pada n putaran per detik, maka

Tenaga pompa

P  Upxn (2.1-6)

atau

n
P  Upx (2.1-
60

7)

Sehingga tenaga yang ahrus diberikan oleh poros

n
P  Upx
60
n
P   .V . g .hx (2.1-
60
 n
P xD 2 xLxxgx( Hz  Hp  Hh ) x
4 60

8)
14

2.2 KINCIR ANGIN

Sedikitnya empat syarat yang harus dipenuhi untuk kincir angin ini.

Yakni, kecepatan angin 8 km/jam dan terjadi selama 60 persen dari waktu.

Debit sungai harus cukup untuk melayani, minimum tiga hari kebutuhan.

Angin harus bisa bebas mengenai baling-baling. Karena itu, baling-baling harus

bisa diletakkan di atas menara yang tingginya 6 m dan baling-baling diberi

pengarah. (Republika, 2003)

2.2.1 Prinsip Dari Tenaga Angin

1. Tenaga total

Tenaga total dari aliran angin adalah sama dengan energi kinetik

yang masuk KE i , atau

Vi 2
Ptot  m KE i  m (2.2-1)
2g c

Dimana,

P = Tenaga total atau Watt

m =-Angka aliran masa , kg/dtk

V i = Kecepatan masukan , m/dtk

gc = Faktor konversi = 1.0 kg/(N.dtk2)

Nilai aliran masa diberikan oleh persamaan kontinuitas

m   . A.Vi (2.2-2)

Dimana

 =Densitas angin yang masuk kg/m3

A = Luas Persilangan dari aliran m2


15

Dengan semikian
1
Ptot  AVi 3 (2.2-3)
2g c

Dengan demikian tenaga total dari sebuah aliran angin adalah sebanding

langsung dengan densitasnya , luas dan pangkat tiga kecepatannya.

2. Tenaga maksimum

Hal tersebut akan segera terlihat bahwa tenaga total yang

didiskusikan diatas tidak semuanya di konversikan menjadi tenaga

mekanik. Kita anggap sebuah sumbu horisontal, kincir angin tipe

propeler, yang kemudian dinamakan turbin angin, yang mana sudah

banyak digunakan sekarang ini. Asumsikan bahwa roda seperti sebuah

turbin yang mempunyai ketebalan a – b . Bahwa kecepatan dan tekanan

angin yang masuk, Aliran yang paling ujung dari turbin adalah Pi dan

Vi , dan Kecepatan dan tekanan keluar angin, pada ujung bawah aliran

adalah Pe dan Ve, berturut-turut Ve lebih kecil dari Vi karena energi

kinetik diekstrak oleh turbin.

Perhatikan bahwa udara masuk antara i dan a sebagai sistem

termodinamik, dan diasumsikan bahwa masa jenis udara adalah

konstan, (ini adalah asumsi karena perubahan tekanan dan temperatur

sangat kecil untuk diperbandingkan), bahwa perubahan pada energi

potensial adalah nol , dan tidak ada panas atau kerja yang ditambahkan

atau dipindahkan antara i dan a, persamaan energi yang umum adalah


16

Vi 2 V2
Pi v   Pa v  a (2.2-4a)
2gc 2g c

atau

Vi 2 Va2
Pi    Pa   (2.2-4b)
2gc 2g c

Dimana v dan  adalah volume spesifik dan ia berbanding terbalik,

dan densitas, berturut-turut keduanya konstan. Persamaan (2-4b) adalah

persamaan Bernouilli yang sudah dikenal.

Dengan cara yang sama untuk daerah keluar b - e

Ve2 Vb2
Pe    Pb   (2.2-5)
2gc 2gc

Persilangan kecepatan angin yang melintasi turbin dari a ke b yang

disebabkan energi kinetik, di konversikan menjadi kerja mekanik di

wilayah tersebut. Kecepatan masuk Vi tidak secara tiba-tiba memotong,

tetapi secara bersangsur-angsur seraya pendekatan turbin ke Va dan

sambil meninggalkan ke Vc . Dengan demikian Vi > Va dan Vb > Ve, dan

meskipun demikian dari persamaan (2-4) dan (2-5), Pa > Pi dan Pb <

Pe. Bahwa tekanan nagin yang naik sebagai pendekatannya., sambil

kemudian ia meninggalkan lingkaran roda kincir.

Kombinasi dari persamaan (2-4) dan (2-5) memberikan

 Vi 2  Va2   Ve2  Vb2 


Pa  Pb   Pi      Pe    (2.2-6)
 2 g c   2gc 

Asumsi tersebut masuk akal, jauh dari turbin pada e, kembalinya

tekanan angin adalah,


17

Pe  Pi (2.2-7)

Turbine
wheel
Pa
Tekan

Pi Pe
an

Pi
Pb

i a e
b

Vi
Va
Kecepat
an

Vt Vt
Vb
Ve

a b e
i
Jarak x

Gambar 2.1 Tekanan dan Profil kecepatan dari sebuah angin yang
bergerak sepanjang sumbu horisontal tipe propeler
turbin angin

dan kecepatan dalam turbin Vt , tidak berubah karena lebar sudu (blade)

a - b adalah tipis bila dibandingkan dengan jarak total , sehingga,

Vt  V a  V b

(2.2-8)

Kombinasikan dengan persamaan (2-6) dan (2-8) memberikan,


18

 V 2  Ve2 
Pa  Pb    i 
 (2.2-9)
 2 gc 

Gaya aksial Fx , dalam arah aliran angin pada sebuah roda turbin

dengan arah proyeksi , garis tegak lurus untuk aliran A, yang diberikan

oleh,

 Vi 2  V e2 
Fx  ( Pa  Pb ) A  A 
 (2.2-10)
 2g c 

Gaya ini juga sama untuk merubah dalam momentum dari angin

 (m V ) / g c , dimana m adalah aliran masa yang diberikan oleh,

m  AVt (2.2-11)

dengan demikian

1
Fx  AVt (Vi  Ve ) (2.2-12)
gc

Kombinasikan persamaan (2-10) dan (2-12) memberikan,

1
Vt  (Vi  Ve ) (2.2-13)
2

Kita sekarang akan mempertimbangkan sistem termodinamik total yang

di peroleh oleh i dan e . Perubahan dalam energi potensial seperti diatas

adalah nol, tetapi juga perubahan energi internal (Tt = Te) dan energi

aliran Pi .v  Pe .v dan tidak ada panas yang ditambahkan atau

dikeluarkan. Persamaan energi umum sekarang dikurangi untuk aliran

steady kerja W dan bentuk energi kinetiknya,

V i 2  V e2
W  KEi  KE e  (2.2-14)
2gc
19

Tenaga P adalah hasil yang diterima dari kerja, menggunakan

persamaan (2-11)

V i 2  V e2 1
P  m  AVt (Vi 2  Ve2 ) (2.2-15)
2g c 2g c

Kombinasikan dengan persamaan (2-13)

1
P A(Vi  V e )(Vi 2  Ve2 ) (2.2-16)
4g c

Persamaan (2.2-15) dikembalikan lagi ke persamaan (2.2-3) untuk Ptot

apabila Vt = Vi dan Ve = 0 hal tersebut jika angin yang datang yang

disisakan setelah meninggalkan turbin. Dengan jelas adalah situasi yang

tidak mungkin karena angin tidak bisa bertumpuk/berkumpul pada

keluaran turbin. Hal tersebut dapat dilihat dari persamaan (2.2-16),

dimana Ve adalah positif dalam bentuk yang satu dan negatif pada

bentuk yang lain, itu adalah nilai yang terlalu rendah atau nilai yang

terlalu tinggi untuk hasil Ve dalam pengurangan tenaga.

Vi
Kecepatan

Ve
a b
i e
Jarak

Gambar 2.2 Konversi total dari energi kinetik yang masuk untuk
kerja
20

Dengan demikian sebuah kecepatan keluar optimum (Ve.opt) itu adalah

hasil tenaga maxsimum (Pmax), yang mana diperoleh dengan

mendeferensialkan P pada persamaan (2-16) dengan hasil untuk Ve

untuk yang diberikan Vi dan persamaan diturunkan sampai nol dP/dVe

= 0, yang mana memberikan

3V e2  2Vt V i  Vi 2  0

Ini adalah pemecahan untuk Ve untuk memberikan Ve.opt

1
Ve. opt  Vi (2.2-17)
3

kombinasikan dengan persamaan (2.2-16)

8
Pmax AVi 3 (2.2-18)
27 g c

Efesiensi teoritikal maksimum atau ideal  max (Koofsien tenaga) dari

turbin angin adalah rasio dari tenaga maksimum yang diperoleh dari

angin, untuk tenaga total dari angin persamaan (2.2-3) atau

Pmax 8 16
 max   x2 g c   0,5926 (2.2-19)
Ptot 27 g c 27

Dengan kata lain sebuah turbin angin mampu mengkonversikan tenaga

tidak lebih dati 60 persen dari tenaga total dari angin untuk tenaga yang

digunakan.
21

3. Tenaga Aktual

Seperti sudu turbin gas dan sudu turbin uap, penelitian sudu turbin

angin, perubahan kecepatan tergantung sudut masuk sudu dan

kecepatan sudu. Karena sudu-sudu mempunyai ukuran yang panjang,

kecepatan sudu bervariasi terhadap radius karena sudut sudu adalah

semakin ke ujung semakin besar karena bentuk sudu adalah melilit.

Efesiensi maksimum (atau efesiensi tenaga) diberikan oleh persamaan

(2.2-19) yang diasumsikan sebagai kondisi ideal sepanjang sudu

sepenuhnya. Perlakuan yang lebih teliti dari proses ektraksi dari angin

oleh propeler turbin angin memperlihatkan bahwa koefesien tenaga

adalah sangat tergantung dari sudu dan rasio kecepatan angin, yang

beraksi pada nilai maksimum kira-kira hanya 0,6 bilaman kecepatan

sudu maksimum, kecepatan sudu pada puncak, adalah 6 atau 7 kali

kecepatan angin, dan hal itu akan semakin berkurang pada ujung sudu

untuk rasio kecepatan angin berkurang kira-kira 2,0. Gambar dibawah

memperlihatkan koefesien tenaga untuk propeler turbin angin ideal dan

jenis turbin yang lain memiliki nilai yang bervariasi.

Karena sebuah roda turbin angin tidak dapat secara sempurna tertutup,

dan karena jatuh atau pengaruh lain, dalam prakteknya turbin mencapai

kurang lebih 50 sampai 70 persent dari efesiensi ideal. Efesiensi nyata

 yang dihasilkan dari sini dan  max dan perbandingan dari tenaga

aktual dan tenaga total,


22

Gambar 2.3 Koefesien tenaga dari jenis-jenis kincir angin terhadap


rasio kecepatan ujung sudu dan kecepatan angin

1
P  Ptot   AVi 2 (2.2-20)
2g c

dimana  bervariasi antara 30 dan 40 persen untuk turbin nyata.

Sedangkan daya kincir yang direncanakan adalah

Pd  f c xP (Sularso hal 7)

Dimana

Pd = Daya rencana

f c = 1,2 – 2,0

P = Daya total
23

4. Gaya Pada Sudu

Ada dua tipe dari operasi pada sudu propeler turbin angin, yaitu torsi

dan gaya aksial torsi T diperoleh dari:


P P
T 
 DN

(2.2-21)

Dimana

D =diameter dari roda turbin

N =Putaran roda

Untuk Sebuah turbin yang beroperasi pada tenaga P, torsi diberikan

oleh

1 DVi
3
T  (2.2-22)
8g c N

Sebuah turbin yang beropersi pada efesiensi maksimum  max =16/27,

torsi adalah diberikan oleh Tmax

2 DVi 3
T max 
27 g c N

(2.2-23)

Gaya aksial atau thrust aksial diberikan oleh persamaan (2.2-10) disini

diulang adalah

1 
Fx  A(Vi 2  Ve2 )  D 2 (Vi 2  Ve2 ) (2.2-10)
2g c 8g c
24

Gaya aksial pada operasi roda turbin pada maksimal efesiensi

1
dimana Ve  Vi adalah diberikan oleh
3

4 
Fx. max  AVi 2  D 2 Vi 2 (2-24)
9gc 9g c

Gaya aksial berbanding lurus dengan pangkat dua diameter roda turbin,

yang mana hal tersebut akan menjadi sulit dalam perhitungan mesin

yang menggunakan diameter besar yang ekstrim. Dengan demikian

sebuah batas tertinggi dari diameter harus ditentukan dengan

pertimbangan desain dan perkembangan ekonomi

Untuk menghitung densitas dari udara adalah

P
 (2-25)
RT

P =Tekanan (atm) atau Pascal (pa)

R =287 J/(kg.K)

T =Dalam Kelvin

2.3 RODA GIGI MIRING

Transmisi roda gigi miring digunakan untuk mentransmisikan tenaga pada

rasio kecepatan yang konstan antara dua poros yang mana sumbu yang

mendapat perhatian pada sudut tertentu. Permukaan puncak untuk roda gigi

miring adalah kerucut terpotong

Syarat-syarat yang digunakan dalam roda gigi miring

1. Puncak kerucut
25

2. Pusat kerucut

3. Sudut puncak

Perhatikan gambar sebuah roda gigi miring

 P1 = Sudut Puncak untuk pinion

 P2 = Sudut Puncak untuk gear

S = Sudut antara dua sumbu poros

Dp = Diameter puncak pinion

DG = Diameter puncak dari gear

D P TG N
V . R  Velocity . Ratio    P (3-1)
D P TP NG

Dari gambar kita temukan bahwa

 S   P1   P 2 (3-2)

 P 2   S   P1 (3-3)

atau

Sin  P 2  sin( S   P 1 )
(3-4)
Sin  P 2  sin  S . cos  P 1  cos  S . sin  P 1

Kita dapatkan jarak puncak

DP / 2 DG / 2
OP   (3-5)
sin  P 1 sin  P / 2

sin  P 1 DG
  V .R (3-6)
sin  P 1 D P

atau

sin  P 2  V . R. x sin  P1 (3-7)

dari persamaan (3-4) dan (3-7)


26

V . R. x sin  P1  sin  S  cos  S . sin  P 2 (3-8)

Bagilah seluruh persamaan dengan cos  P1 , kita dapatkan

V . R. tan  P1  sin  Ps  cos  S tan  P1

(3-9)

atau

sin  S
tan  P1  (3-10)
V . R.  cos  S

Jadi

sin  S
 P 1  tan 1 (3-11)
V .R.  cos  S

Dengan cara yang sama kita dapat temukan

sin  S
tan  P 2 
1 (3-12)
 cos  S
V . R.

Jadi

sin  S
 P 2  tan 1
1 (3-13)
 cos  S
V .R .

Jika sudut antar sumbu adalah 90o atau  S  90  maka

1 D T
tan  P 1   P  P (3-
V . R. DG TG

14)

dan

DG TG
tan  P 2  V .R.   (3-15)
D P TP
27

Ukuran proporsional untuk roda gigi miring

(i) Addendum, a=1m

(ii) Dedendum, d = 1,2 m

(iii) Jarak ruang, = 0,2 m

(iv) Kedalaman kerja =2m

(v) Tebal gigi-gigi = 1.5708 m

Dimana m adalah modul

(Sumber Khurmi : hal 1045)

Gambar 2.4 Roda gigi miring


28

Dimana,

P = Sudut puncak

R = Radius lingkaran puncak dari gear atau pinion puncak dan,

RB = Jarak kerucut belakang atau radius lingkaran puncak ekivalen dari

pinion atau gear

Sekarang lhat dalam gambar

Ra  R. sec  P

(3-16)

Kita ketahui bahwa jumlah ekivalen gigi adalah

2 RB
TE  (3-17)
m

2.R. sec  P
TE   T . sec  P (3-18)
m

T = jumlah gigi aktual pada gear

Kekuatan roda gigi miring

Kekuatan gigi-gigi dari roda gigi miring diperolrh dalam cara yang sama

dengan jenis roda gigi lainnya. Bentuk modifikasi dari persamaan Lewis untuk

beban gigi tangensial adalah diberikan sebagai berikut

 L b 
WT  ( f e xC v )b. .m . y ,   (3-19)
 L 

Dimana

fe = tegangan stataik yang diijinkan

Cv = faktor kecepatan

3
= , untuk potongan gigi dengan pemotong bentuk
3v
29

6
= , untuk pemotongan gigi dengan menggunakan
6v

mesin yang presisi

v = kecepatan keliling dalam m/dtk

b = lebar muka

m = modul

y’ = Faktor bentuk gigi untuk jumlah ekivalen gigi

L = Tinggi kemiringan dari kerucut puncak

2 2
 DG   D P 
=    
 2   2 

DG = Diameter puncak dari gear

DP = Diameter puncak dari pinion

Catatan :

 L b 
 Faktor   bisa disebut faktor kemiringan
 L 

 Untuk operasi yang memuaskan dari roda gigi miring lebar muka

L
merkisar dari 6,3 m sampai 9,5 m , dimana m = module. Juga rasio
b

tidak lebih dari 3. Untuk ini jumlah gigi pada pinion harus tidak kurang

48
dari , dimana V.R. adalah rasio kecepatan.
1  (V . R.) 2
30

 Bebean pemakaian dan beban dinamik untuk roda gigi miring mungkin

diperoleh dalam cara yang sama pada roda gigi lurus

Gaya aksi pada roda gigi miring

Gambar 2.5 Gara reaksi pada roda gigi miring

Gaya normal (WN) pada gigi adalah tegak lurus untuk profil gigi dan dengan

demikian membuat sebuah persamaan sudut unuk sudut tekan ( ) untuk

lingkaran puncak. Dengan demikian gaya normal dapat dipecah menjadi dua

komponen , satu adalah komponen tangensial (WT) dan komponen kedua

adalah komponen radial (WR). Komponen tangensial di hasilkan dari reksi

bantalan, sedangkan komponen radial diperoleh dari tekanan atau dorongan

poros. Besaran komponen tangensial dan radial adalah sebagai berikut


31

WT  W N cos  ,
dan
WR  W N sin  (3-20)
atau
W R  W T tan 

semua gaya adalah dimisalkan bekerja pada jari-jari utama (Rm), dari geometri

pada gambar

 b
Rm   L   sin  P 1
 2 DP / 2
Dimana sin  P 1  (3-21)
 b D L
Rm   L   x P
 2  2L

Sekarang gaya radial (WR) bekerja pada jari-jari utama mungkin dapat

dipecahkan menjadi dua komponen WRH dan WRV dalam arah radial dan aksial

seperti diperlihatkan dalam gambar. Denan demikian gaya aksial dari poros

pinion adalah

W RH  W R sin  P 1
(3-22)
W RH  W T Tan . sin  P 1

dan gaya aksi radial dari poros pinion adalah


W RV  W R cos  P 1
(3-23)
W RV  WT tan  . cos  P1

Merencanakan poros dari roda gigi miring

Dalam mendesain poros pinion langkah-langkah yang dapat diambil adalah

sebagai berikut

1. Pertama, carilah kerja torsi pada pinion , diberikan oleh


32

Px4500
T 
2N P

Dimana,

P = Tenaga kuda yang ditransmisikan

NP = Kecepatan putar dari pinion (rpm)

2. Carilah gaya tangensial (WT) yang bekerja pada radius utama (Rm), kita

ketahui bahwa

T
WT 
Rm

3. Kemudian cari gaya aksial dan gaya radial yang bekerja pada poros pinion

gaya aksial dari poros pinion adalah

W RH  W R sin  P 1
W RH  W T Tan . sin  P 1

dan gaya aksi radial dari poros pinion adalah

W RV  W R cos  P 1

W RV  WT tan  . cos  P1

4. Carilah resultan momen bending pada poros pinion sebagai berikut

Momen bending yang disebabkan oleh WRH dan WRV adalah diberikan oleh

M 1  W RV xoverhang  W RH xRm

dan momen bending yang disebabkan oleh WT

M 2  WT xoverhang

Resultan momen bending adalah

M M 12  M 22
33

5. Karena poros dikenai dua momen (T) resultan momen bending (M), maka

ekivalen kedua momen adalah

Te  M2 T2

6. Sekarang diameter dari poros pinion dapat digunakan menggunakan

persamaan torsi, kita tahu bahwa


Te  f s .dp 2
16

dimana

dp = diameter dari poros pinion

fs = Tegangan ijin untuk material dari poros pinion

7. Langkah yang sama dapat digunakan untuk mencari diameter gear

2.4 POROS

Tipe Poros

1. Poros Transmisi

Adalah jenis poros yang mentransmisikan tenaga antara sumber tenaga

dengan mesin yang meggunakan tenaga tersebut.

2. Poros mesin

Adalah jenis poros yang merupakan bagian integral dari mesin itu

sendiri. Sebagai contoh crank saft.


34

Tegangan pada poros

Tegangan-teganga yang terdapat pada poros

1. Tegangan geser (shear) yang disebabkan oleh torsi transmisi

(disebabkan oleh beban torsi)

2. Tegangan bending (tarik atau tekan) yang disebabkan oleh aksi gaya

pada elemen mesin seperti gigi, puli dan sebagainya, juga yang

disebabkan oleh berat poros itu sendiri.

3. Kombinasi torsi dan bending

Tegangan kerja ijin maksimum untuk poros transmisi

Tegangan kerja ijin maksimum dalam tarik maupun tekanan dapat

diambil

a 1120 kg/cm2 untuk poros tanpa alur untuk pasak

b 840 kg/cm2 untuk poros dengan alur pasak

Untuk pembelian poros dibawah spesifikasi fiskal yang pasti, tegangan tarik

ijin dapat diambil 60 persent dari batas elastik dalam tarikan, tetapi tidak lebih

dari 36 persen dari kekuatan tarik yang paling besar.

Tegangan geser ijin maksimum dapat diambil sebagai berikut

a 560 kg/cm2 untuk poros tanpa alur pasak

b 420 kg/cm2 untuk poros dengan alur pasak

Untuk pemebelian poros dibawah spesifikasi fiskal yang pasti tegangan geser

ijin dapat diambil 30 persent dari batas elastik dalam tarikan tetapi tidak lebih

dari 18 persen dari kekuatan tarik yang paling besar.

Desain dari poros


35

Desain poros yang utama adalah

a Kekuatan (strength)

b Kekakuan dan stifnes

Dalam mendesain poros dengan basis kekuatan kasus yang diikuti dapat

dipertimbangkan sebagai berikut

a Subyek poros untuk momen atau torsi saja

b Subjek poros untuk momen bending saja

c Subjek poros uuntuk kombinasi torsi dan bending

d Subjek poros untuk beban aksial dalam penjumlahan dari kombinasi torsi

dan bending

Poros mendapat beban torsi

Jika poros hanya mendapat beban torsi saja maka persamaan yang digunakan

adalah

T f
 s (i)
J r

Dimana

T = Torsi yang bekerja pada poros (kg/cm)

J = Momen polar dari inersia dari persilangan sumbu ketika

berputar (cm4)

fc = Tegangan geser torsional (kg/cm2)

r = Jarak sumbu netral sampai jarak terluar (cm)

Kita ketahui untuk poros peja


36

 4
J d
32

Persamaan (i) sekarang dapat ditulis sebagai

T fs

 4 d
d
32 2


T fsd 3
16

Dari persamaan ini kita dapat menetukan diameter dari poros

Poros mendapat beban aksial dan kombinasi momen bending dan torsi.

Jika poros yang mempunyai subjek untuk beban aksial yang merupakan

penjumlahan dari kombinasi momen bending dan momen torsi pada poros

propeler, bila tegangan disebabkan beban aksial harus ditambah dengan

tegangan bending f b . Kita ketahui dari persaamaan bending

M f
 b
I y
M y Mx ( d / 2) 32 M
fb   
I  4 d 3
.d
64

dan tegangan yang disebabkan oleh beban aksial adalah

F 4F
 
 2  .d 2 untuk poros solid (pejal)
d
4
37

Tegangan resultan (tarik atau tekan)


32 M 4F
f1  
 d 3 d 2
32  F .d   F .d 
f1  M  substitusikan  M 1  M  
d 
3
8   8 
32 M 1
f1 
 .d 3

2.5 BANTALAN

Bantalan adalah salah satu komponen mesin yang berfungsi sebagai penumpu

poros yang berputar. Karena beban kerja ditumpu oleh bantalan maka bantalan

harus memenuhi krieria kekuatan.

Dalam perancangan bantalan yang pertama diperhatikan adalah jenis gaya yang

bekerja dan yang kedua umur bantalan yang direncanakan.

Persamaan untuk mencari umur bantalan adalah


P
C 
L    juta perputaran
F 

dimana

L = Umur dalam putaran

F = Gaya yang ekerja (N)

C = Bialngan dukung dinamik bantalan, artinya daya

dukung untuk umur dari bantalan dari 1 juta perputaran. Eksponen 3 untuk

bantalan peluru, dan 10/3 untuk bantalan rol.

Pada umumnya penggunaan umur adalah dalam bentuk lama waktu. Hubungna
antara umur putaran dan umur waktu adalah

P
C 
L  Lh .n.x 60   
F

Dimana Lh = umur dalam jam (hour)


38

2.6 POROS ENGKOL

Mekanisme batang-hubung engkol diterapkan untuk mengubah gerak rotasi

menjadi gerak bolak-balik atau sebaliknya. Sedangkan pada pompa air jenis

torak yang digerakkan oleh kincir angin engkol berfungsi untuk mengubah

gerak rotasi menjadi gerak bolak-balik (translasi).

Untuk sementara diameter poros engkol d dapat ditentukan dengan

pertolongan momen puntir terbesar yang dihantarkan .

5M e
d 3


Dimana,

D = diamter poros engkol (mm)

Me = Momen puntir ekivalen (N.mm)

 = tegangan rata-rata (N/mm2)

Pada poros engkol dengan engkol lebih dari satu buah, jarak sumbu antara

blok-blok utama umumnya juga berkaitan dengan ukuran silinder yang letaknya

sedekat mungkin satu sama lain. Dalam prakteknya ukuran poros engkol dipilih

dengan pertolongan peraturan biro klasifikasi, misalnya Lloyds’s Register of

Shaping.
39

BAB III
PERHITUNGAN

3.1 POMPA

1. Merancang alat

Direncanakan:

Debit air 5 liter / dtk

Ketinggian elevasi : 30 meter

Kecepatan angin rata-rata = 20 km/jam atau 5,56 m/dtk

2. Daya untuk menaikan air


Bila pompa bekerja dengan n rpm : Q  xD 2 xLxn ...........m3/menit
4

Jika Q = 5 ltr/dtk = 5 dm3 / dtk = 0,005 m3 / dtk

Sehingga,


0,005  xD 2 xLxn
4

Untuk pompa torak, perbandingan diameter torak dan panjang lagkah diambil

D=1/2 L, maka diameter D dan panjang langkah L dapat dicari. Dimana

putaran yang di rencanakan = 30 put/menit.

 30
0,005  xD 2 xLx
4 60

0,04
D 2 .L 

1 3 0,04
L 
4 3,14
L  0,3707.m
D  1 / 2. L
D  0,1854.m
39
40

Tenaga yang diperlukan pompa untuk menaikan air dengan ketinggian 30

meter dan debit air 0,02 m3 / dtk atau 1,2 m3 / menit

H  HZ  HP  Hh

Dimana,

H = Ketinggian yang harus diatasi pompa,

Hz = Ketinggian saluran isap,

Hp = Ketinggian saluran tekan,

Hh = Ketinggian hambatan-hambatan

Gambar.3.1 Pompa torak dan saluran pipa isap


41

Karena saluran tekan adalah 0 (nol) maka rumusnya menjadi

H  HZ  Hh

1) Ketinggian saluran isap HZ = 30 m

2) Ketinggian karena hambatan-hambatan (Hh)

o Hambatan gesekan pipa air dengan ukuran diameter pipa 5,08 cm dan

aliran air 20 liter/dtk atau 66,66 gpm adalah 1,424 m / 30.48 m.

Panjang total saluran air adalah

Tinggi pompan = jarak sungai terhadap pompa (L) + Panjang pipa

yang masuk kedalam air = 30 m + 6 m + 1 m = 37 m

Maka kerugian yang disebabkan gesekan air terhadap pompa adalah

1,424 H h1

30, 48 37
H h1  1,728.m

(Hick Edwards , Teknologi pemakaian pompa hal 57-58)

o Hambatan yang disebabkan oleh bentuk sambungan

Sambungan yang digunakan adalah Elbow jari-jari panjang. Menurut

tabel memiliki hambatan 1,07 m. Karena terdapat dua sambungan

maka kerugian hambatannya adalah

Hh2 = 1,07 x 2 = 2,14 m

(Hick Edwards , Teknologi pemakaian pompa hal 57-58)

Maka total ketinggian yang disebabkan hambatan adalah

H h  H h1  H h 2
H h  1,728  2,14
H h  3,868.m
42

Maka daya untuk menggerakan pompa dapat dicari sebagai berikut

n
P  Upx
60
n
P   .V . g .hx
60
 n
P xD 2 xLxxgx( Hz  Hh ) x
4 60
 30
P  x 0,1854 2 x 0,3707 x1000 x9,81x (30  3,868) x
4 60
P  1661,653.Watt

Jadi, tenaga yang diperlukan untuk menggerakan pompa torak adalah

1661,653 Watt. Atau 2,227.h.p

3.2 MERANCANG KINCIR ANGIN

1. Masa Jenis angin

Massa jenis angin standart pada tekanan 1 atmosfir dan suhu 15o C adalah

P

RT

P = Tekanan (atm) atau Pascal (pa), 1 atm = 1,01325 x 105

Pa

R = 287 J/(kg.K)

T = Dalam Kelvin

(M. M. El-Wakil, Power Plant Technology, Hal 598)

Maka,

1,01325 x105

287(15  273,15)
  1,225.kg / m 3

Massa jenis angin adalah 1,225 kg/m3


43

2. Merancang dimensi sudu

Diketahui kecepatan angin rata-rata minimum = 5,56 m/dtk

Mencari luas sudu

Tenaga total (Ptot) Tenaga maksimal


(Pmax)

Vi Ve

Poros sudu

Sudu

Gambar 3.2. Proses ekstraksi kecepatan angin masuk hingga keluar menjadi
tenaga maksimal yang didapatkan kincir (turbin)

Diketahui Efesiensi maksimum dari tenaga angin dapat dicari dari persamaan

(2.2-19)

Pmax 8 16
max   x 2 gc   0,5926
Ptot 27 g c 27

Dari persamaan (2-3)

1
Ptot  AVi 3
2 gc
44

Tenaga maksimum

Tenaga maksimum yang diperoleh oleh sudu diperoleh dari persamaan (2-16)

8
Pmax  AVi3
27 g c

Maka tenaga total yang diperlukan didapat,

Pmax
max   0,5926
Ptot
1661,653
0,5926 
Ptot
Ptot  2804, 004.Watt

Menurut Sularso Hal 7 daya rencana adalah


Pd  f c .Ptot
Pd  (1,5).2804,004)
Dimana f c  1,2  2,0 kita ambil f c  1,5
Pd  4206,006.Watt
Pd  5,638.h. p

Setelah tenaga total didapat masukan kedalam persamaan (2-3), untuk

mencari luas sudu sebagai berikut,

1
Pd  AVi3
2gc
1
4206,006  (1.225). A.(5,56) 3
2.(1)

8412,012
A
210,552
A  39,9821.m 2
45

Maka diameter sudu adalah

1
A D 2
4
4A
D

( 4).(39,9821)
D
3,14
D  7,1367.m
r  3,568.m

Dengan jari-jari sebesar 3,568 meter maka bentuk sudu yang

direncanakan adalah jenis kitiran (baling-baling) dengan jumlah sudu

sebanyak 3 buah. Jumlah sudu yang direncanakan berjumlah 3 (tiga) buah,

karena untuk kincir ukuran sedang, semakin sedikit sudu maka akan

mengurangi berat dari sudu. Selain itu jumlah sudu sebanyak tiga buah

dimaksudkan agar gaya radial masing-masing sudu saling membebaskan.

Maksudnya dengan sedikit jumlah sudu yang menjadikan ringan juga putaran

sudu akan setabil karena jumlah sudu sebanyak tiga buah akan saling

membebaskan gaya radial.

3. Gaya Pada Sudu

Ada dua tipe dari operasi gaya pada sudu propeler turbin angin, yaitu torsi

dan

gaya aksial, torsi T diperoleh dari:

P P
T 
 DN

Dimana
46

D = diameter dari roda turbin (m)

N = Putaran roda (rpm)

Diameter sudu adalah D = 7,1458 m

Gaya aksial diberikan oleh persamaan (2-10)

1 
Fx  A(Vi2  Ve2 )  D 2 (Vi 2  Ve2 )
2g c 8g c

Kecepatan angin keluar pada operasi turbin pada efesiensi maksimal adalah

1
Ve  Vi
3

maka,

4 
Fx . max  AVi 2  D 2Vi 2
9gc 9gc

Fx . max  .(1,225).( 7,1367) 2 .(5,56) 2
9 .1
Fx . max  672,926. N

Kecepatan tangensial adalah kecepatan pada ujung sudu. Menurut grafik pada

gambar 3 diketahui untuk koefesien tenaga (efesiensi maksimum) 0,5926,

rasio kecepatan pada ujung sudu terhadap kecepatan angin masuk adalah 7

(turbin jenis propeler). Maka kecepatan ujung sudu atau kecepatan tangensial

adalah sebagai berikut.

VUjungsudu
7
Vi
Vujungsudu
7
5,56
Vujung . sudu  38,92.m / dtk

Mencari putaran sudu adalah sebagai berikut


47

Vujung . sudu   .r
2. . N
Vujung . sudu  .r
60
2. . N
38,92  .3,56835
60
N  104,207.rpm

Sebuah turbin yang beropersi pada efesiensi maksimum  max =0,5926, torsi

adalah diberikan oleh Tmax

2 DVi3
Tmax 
27 g c N

3
2 (1,225)( 7,1367)( 5,56)
Tmax 
27.(1) 1,7368
Tmax  64,088. N .m

Torsi maksimumnya adalah 64,088 .N.m.

4. Merancang Sudu

Bahan sudu adalah alumunium yang mempunyai kekuatan 70 N/mm2

Masa jenis  = 2700 kg/m2.

Titik lebur = 658oC.

Kekuatan alumunium = 70 N/mm2 .

Modulus elastisitas = 70.000 N/mm2 .

Untuk mencari lebar dan tebal sudu gunakan persamaan tegangan bending,

dimana pada sudu yang mendapatkan beban angin secara merata, maka

tegangan bendingnya adalah sebagai berikut:


48

Mb
b 
Wb
Faxial x 1 2 .r
b  2
6 .b .h
1

Mb
b 
Wb
1 672,976 x 1 2 .3,568
b  3
1 .b.h 2
6

2402,139
bxh 2 
b
3
7206,4176
bxh 2 
b

Diketahui kekuatan alumunium adalah 70 N/mm2

Maka

2402,139
bxh 2 
b
3
7206 ,4176
bxh 2 
70 x10 6
bxh 2  0,000103

perbandingan tebal dan lebar diambil 1 : 30

h 1
maka, 
b 25

25hxh 2  0,000103
h 3  0,000005
h  0,0171meter  1,71cm
b  30 h  25 x 0,0171  0,4275meter  42,75.cm

Masa total sudu adalah


49

V  Pxbxh  3,568 x 0,4275 x 0,0171  0,026m 3

Massa adalah

m  xV  2700 x 0,026  70,2kg


m tot  3 x 70,2  210,6kg

5. Menghitung gaya-gaya yang bekerja pada sudu

Untuk menghitung kekuatan dari kincir menggunakan kecepatan angin

maksimum

Gaya yang bekerja pada sudu dapat digambarkan sebagai berikut

r/2

Faxial
r

r/2

Gambar 3.3 Diagram benda bebas gaya yang bekerja pada sudu

Kecepatan maksimum rata-rata = 83 km/jam = 23,056 m/dtk

Luas sudu tetap menggunakan kecepatan angin minimum maka,

Dari persamaan (2-3)

1
Ptot  AVi 3
2gc
50

Dimana luas sudu A = 39,9821 m2

Maka tenaga maksimum yang diperoleh dari persamaan (2-16)

8
Pmax  AVi3
27 g c

8
Pmax  (1,225).( 23,056) 3
27 g c
Pmax  4448,506.Watt
atau
Pmax  5,963.h. p

Gaya Pada Sudu

Ada dua tipe dari operasi gaya pada sudu propeler turbin angin, yaitu torsi

dan gaya aksial, torsi T diperoleh dari:

P P
T 
 DN

Dimana

D = diameter dari roda turbin (m)

N = Putaran roda (rpm)

Diameter sudu adalah D = 7,1458 m

Gaya aksial diberikan oleh persamaan (2-10)

1 
Fx  A(Vi2  Ve2 )  D 2 (Vi 2  Ve2 )
2g c 8g c

Kecepatan angin keluar pada operasi turbin pada efesiensi maksimal adalah

1
Ve  Vi
3

maka,
51

4 
Fx . max  AVi 2  D 2Vi 2
9gc 9gc

Fx . max  .(1,225).( 7,1367) 2 .( 23,056) 2
9 .1
Fx . max  11571,403. N

Kecepatan tangensial adalah kecepatan pada ujung sudu. Menurut grafik pada

gambar 3 diketahui untuk koefesien tenaga (efesiensi maksimum) 0,5926,

rasio kecepatan pada ujung sudu terhadap kecepatan angin masuk adalah 7

(turbin jenis propeler). Maka kecepatan ujung sudu atau kecepatan tangensial

adalah sebagai berikut.

VUjungsudu
7
Vi
Vujungsudu
7
23,056
Vujung . sudu  161,392.m / dtk

Mencari putaran sudu adalah sebagai berikut

Vujung . sudu   .r
2. . N
Vujung . sudu  .r
60
2. . N
161,392  .3,56835
60
N  432,1218.rpm

Sebuah turbin yang beropersi pada efesiensi maksimum  max =0,5926, torsi

adalah diberikan oleh Tmax

2 DVi3
Tmax 
27 g c N
52

3
2 (1,225)( 7,1367)( 23,056)
Tmax 
27.(1) 7 ,2202
Tmax  1099,265. N .m

Torsi maksimumnya adalah 1099,265 .N.m.

3.3 MERANCANG TRANSMISI RODA GIGI

Maka untuk mencari dimensi roda gigi

Roda gigi yang dipakai adalah 20 full depth involute sistem, karena untuk

pemakaian yang lama.

Maka jumlah gigi minimum untuk 20 full depth involute sistem adalah 18

buah (Khurmi hal. 996)

Diketahui,

Tenaga P = 1661,653 Watt = 2,227 h.p.

Putaran NP1 = 104,207 r.p.m , ini juga merupakan putaran pinion pertama.

Putaran yang direncanakan NG2 adalah 30 rpm.

Maka, rasio kecepatannya dapat dicari

N P1 N P 2
V . R.  
N G1 N G 2
104,207 N P 2
 
N G1 30
 104,207 x30  N G 1 . N P 2
 N G2 1 / P 2  3126,21
 N G1 / P 2  55,912
104,07 55,912
V . R.  
55,912 30
V . R.  1,86

Jadi rasio kecepatannya adalah 1,86


53

Sudut antar poros adalah  S  90

Sudut puncak untuk pinion adalah

1
 P 1  tan 1
V .R
1
 P1  tan 1
1,86
 P 1  28,26 

Sudut puncak untuk gigi

 P 2  90   28,264 
 P 2  61,73 

jumlah formatif untuk gigi pinion adalah

TEP  TP .Sec P 1
TEP  18. sec 28,264
TEP  18 x1,135
TEP  20,43

Jumlah formatif untuk gear

TEG  TG .Sec P 2
TEG  34. sec 61,73
TEG  34 x 2,114
TEG  71,88

Faktor bentuk gigi pinion

0,912
y 'P  0,154 
TEP
0,912
y 'P  0,154 
20,43
y 'P  0,1093
54

Faktor bentuk untuk gear

0,912
y G'  0,154 
T EG
0,912
y G'  0,154 
71,88
y G'  0,1413

Pinion I

Gear I
Pasangan Roda gigi
I
Pasangan Roda gigi
II

Pinion II

Gear II

Gambar 3.4 Alur pentransmisian putaran oleh roda gigi miring

PERHITUNGAN PASANGAN RODA GIGI I

Pada pinion I

Torsi

Px4500
T 
2N P
55

P = Tenaga kuda yang ditransmisikan (Hp)

NP = Kecepatan putar dari pinion (rpm)

2,2274 x4500
T
2 xx104,207
T  15,316.kg .m
T  1531,6.kg.cm

Mencari modul dan lebar muka

Gaya tangensial dari pinion adalah

2T
WT 
DP
2.(1531,6)
WT 
m.TP
3063, 28
WT  Dimana, ( D P  mxT P )
m.TP
3063, 28
WT 
m.18
170,2
WT 
m

Kecepatan garis puncak

 . D P .104, 207
v
100
 . m .TP .104,207
v 
100
v  3,272.m .18
v  58,898.m .m / min
v  0,982.m .m / dtk

Tegangan kerja ijin

 280 
f w  1400 
 280  v 
 280 
f w  1400 
 280  0 ,982.m 
56

Panjang dari elemen kerucut puncak atau tinggi kemiringan dari kerucut

puncak

DP
L
2 sin . P 1
mxT P
L
2. sin . P 1
mx18
L
2. sin .28, 26
L  19,0084.m

1
Karena lebar muka gigi adalah dari tinggi kemiringan dari kerucut puncak,
4

dengan demikian

L 19,0084.m
b   4,752.m
4 4

Sekarang gunakan hubungan

 b
WT   f OP xCv b . .m. y 'P  L  
 L
dimana, f w  f op xC v
 b
WT  f w .b. .m. y 'P  L  
 L

170,2  280   4,752.m 


 1400  .4,752.m . .m .0,109319,0084.m  
m  280  0,982.m   19,0084.m 
170,2  280 x1400 x 4,752 x 0,1093 
  m . .m .19,0084.m  0, 25
m  280  0,982.m 
 280 x1400 x 4,752 x 0,1093  3
170,2   m (19,0084.m  0,25 )
 280  0,982.m 
 280 x1400 x 4,752 x 0,1093 x19,0084  4  280 x1400 x 4,752 x0,1093 x 0,25  3
170,2   m   m
 280  0,982.m   280  0,982.m 
 280 x1400 x 4,752 x 0,1093 x19,0084 xm  280 x1400 x 4,752 x0,1093 x 0, 25 xm 3 
4
170,2   
 280  0,982.m 
47656  167.m  3880776,355. .m 4  50900,5728. .m 3
12185637,75.m 4  159827,7986.m 3  167.m  47656  0
57

m  0,253

Modul yang direkomendasikan adalah minimal 1,

Maka dapat dicari lebar muka gigi

b  4,754.m
b  4,754.cm

Addendum

a  1.m  1

dan dedendum

d  1,2.m  1,2

Diameter luar

D o  DP  2.a. cos . P 1
D o  m.TP  2.a. cos . P 1
D o  1.(18)  2.(1). cos( 28,26)
D o  19,76.cm

Tinggi kemiringan

L  19,0084.m
L  19,0084.cm

Pada Roda gigi I

Torsi

Px4500
T 
2N P

P = Tenaga kuda yang ditransmisikan (Hp)

NG = Kecepatan putar dari gigi (rpm)


58

2, 2274 x 4500
T
2 xx56,025
T  28,4884.kg .m
T  2848,84.kg .cm

Gaya tangensial dari roda gigi adalah


2T
WT 
DG
2.( 2848,84)
WT 
m .TG
5697,69
WT  Dimana, ( DG  mxTG )
m .TG
5697,69
WT 
m .34
167,6
WT 
m

Kecepatan garis puncak

 . D G .56,025
v
100
 . m .TG .56, 025
v
100
v  3,272.m .18
v  59,8.m .m / min
v  0,99.m .m / dtk

Tegangan kerja ijin

 280 
f w  560 
 280  v 
 280 
f w  560 
 280  0,99.m 

Panjang dari elemen kerucut puncak atau tinggi kemiringan dari kerucut

puncak
59

DG
L
2 sin . P 2
mxTG
L
2. sin . P 2
mx 34
L
2. sin .61,73
L  19,3.m

1
Karena lebar muka gigi adalah dari tinggi kemiringan dari kerucut puncak,
4

dengan demikian

L 19,3.m
b   4,83.m
4 4

Sekarang gunakan hubungan

 b
WT   f OP xCv b . .m . y 'P  L  
 L
dimana, f w  f op xC v
 b
WT  f w .b. .m . y  L  
'
P
 L

167,6  280   4,83.m 


 560 .4,83.m . .m .0,1413 19,3.m  
m  280  0,99.m   19,3.m 
167,6  280 x560 x 4,83 x 0,1413 
  m . .m .19,3.m  0, 25
m  280  0,99.m 
 280 x560 x 4,83 x 0,1413  3
167,6   m (19,3.m  0,25)
 280  0,99.m 
 280 x560 x 4,83 x 0,1413 x19,3  4  280 x560 x 4,83 x 0,1413 x0, 25  3
167,6   m   m
 280  0,99.m   280  0,99.m 
 280 x560 x 4,83 x 0,1413 x19,3 xm  280 x560 x 4,83 x 0,1413 x0,25 xm 3 
4

167,6   
 280  0 ,99 .m 
46928  165,924.m  6485184,08 .m 4  84004,97.m 3
6485184,08.m 4  84004,97.m 3  165,924.m  46928  0

m  0,295

Modul yang direkomendasikan adalah minimal 1,


60

Maka dapat dicari lebar muka gigi

b  4,754.m
b  4,754.cm

Addendum

a  1.m  1

dan dedendum

d  1,2.m  1,2

Diameter luar

D o  DP  2.a. cos . P 1
D o  m.TP  2.a. cos . P 1
D o  1.(18)  2.(1). cos( 28,26)
D o  19,76.cm

Tinggi kemiringan

L  19,0084.m
L  19,0084.cm

PERHITUNGAN PASANGAN RODA GIGI II

Pada pinion II

Torsi

Px4500
T 
2N P

P = Tenaga kuda yang ditransmisikan (Hp)

NP = Kecepatan putar dari pinion (rpm)


61

2, 2274 x 4500
T
2 xx56,025
T  28,4884.kg .m
T  2848,4.kg .cm

Mencari modul dan lebar muka

Gaya tangensial dari pinion adalah


2T
WT 
DP
2.( 2848,4)
WT 
m .T P
5697,69
WT  Dimana, ( D P  mxT P )
m .TP
5697,69
WT 
m .18
316,5
WT 
m

Kecepatan garis puncak

 . D P .56,025
v
100
 . m .TP .56, 025
v 
100
v  1,759.m .18
v  31,66.m .m / min
v  0,528.m .m / dtk

Tegangan kerja ijin

 280 
f w  1400 
 280  v 
 280 
f w  1400 
 280  0 ,528.m 

Panjang dari elemen kerucut puncak atau tinggi kemiringan dari kerucut

puncak
62

DP
L
2 sin . P 1
mxT P
L
2. sin . P 1
mx18
L
2. sin .28, 26
L  19,0084.m

1
Karena lebar muka gigi adalah dari tinggi kemiringan dari kerucut puncak,
4

dengan demikian

L 19,0084.m
b   4,752.m
4 4

Sekarang gunakan hubungan

 b
WT   f OP xCv b . .m . y 'P  L  
 L
dimana, f w  f op xC v
 b
WT  f w .b. .m . y  L  
'
P
 L

316,5  280   4,752.m 


 1400 .4,752.m . .m .0,1093 19,0084.m  
m  280  0,528.m   19,0084.m 
316,5  280 x1400 x 4,752 x 0,1093 
 m . .m .19,0084.m  0,25
m  280  0,528.m 
 280 x1400 x 4,752 x0,1093  3
316,5   m (19,0084.m  0,25)
 280  0,528.m 
 280 x1400 x 4,752 x0,1093 x19,0084  4  280 x1400 x 4,752 x 0,1093 x 0,25  3
316,5   m   m
 280  0,528.m   280  0,982.m 
 280 x1400 x 4,752 x0,1093 x19,0084 xm  280 x1400 x 4,752 x 0,1093 x 0,25 xm 3 
4

316,5   
 280  0528.m 
88620  167 ,1.m  12152282,9 .m 4  159827,8.m 3

m  0,296

Modul yang direkomendasikan adalah minimal 1,


63

Maka dapat dicari lebar muka gigi

b  4,754.m
b  4,754.cm

Addendum

a  1.m  1

dan dedendum

d  1,2.m  1,2

Diameter luar

D o  DP  2.a. cos . P 1
D o  m.TP  2.a. cos . P 1
D o  1.(18)  2.(1). cos( 28,26)
D o  19,76.cm

Tinggi kemiringan

L  19,0084.m
L  19,0084.cm

Pada Roda gigi II

Torsi

Px4500
T 
2N P

P = Tenaga kuda yang ditransmisikan (Hp)

NG = Kecepatan putar dari gigi (rpm)

2,2274 x 4500
T
2 xx 30
T  53,2022.kg .m
T  5320,22.kg .cm
64

Gaya tangensial dari roda gigi adalah


2T
WT 
DG
2.( 5320,22)
WT 
m .TG
10640,44
WT  Dimana, ( DG  mxTG )
m .TG
10640,44
WT 
m .34
312,95
WT 
m

Kecepatan garis puncak

 . DG . N G 2
v
100
 .m .TG .30
v
100
v  0,942.m .34
v  32,028.m .m / min
v  0,53.m .m / dtk

Tegangan kerja ijin

 280 
f w  560 
 280  v 
 280 
f w  560 
 280  0,53.m 

Panjang dari elemen kerucut puncak atau tinggi kemiringan dari kerucut

puncak
65

DG
L
2 sin . P 2
mxTG
L
2. sin . P 2
mx 34
L
2. sin .61,73
L  19,3.m

1
Karena lebar muka gigi adalah dari tinggi kemiringan dari kerucut puncak,
4

dengan demikian

L 19,3.m
b   4,83.m
4 4

Sekarang gunakan hubungan

 b
WT   f OP xCv b . .m . y 'P  L  
 L
dimana, f w  f op xC v
 b
WT  f w .b. .m . y  L  
'
P
 L

312,95  280   4,83.m 


 560  .4,83.m . .m .0,1413 19,3.m  
m  280  0 ,53.m   19,3.m 
312,95  280 x 560 x 4,83 x0,1413 
  m . .m .19,3.m  0,25
m  280  0,53.m 
 280 x 560 x 4,83 x 0,1413  3
312,95   m (19,3.m  0,25)
 280  0,53.m 
 280 x 560 x 4,83 x 0,1413 x19,3  4  280 x 560 x 4,83 x 0,1413 x 0,25  3
312,95   m   m
 280  0,53.m   280  0,53.m 
 280 x 560 x 4,83 x 0,1413 x19,3 xm 4  280 x 560 x 4,83 x 0,1413 x 0,25 xm 3 
312,95   
 280  0,53.m 
87626  165,86.m  6485184,082.m 4  84004,97.m 3

m  0,345

Modul yang direkomendasikan adalah minimal 1,


66

Maka dapat dicari lebar muka gigi

b  4,754.m
b  4,754.cm

Addendum

a  1.m  1

dan dedendum

d  1,2.m  1,2

Diameter luar

D o  DP  2.a. cos . P 1
D o  m.TP  2.a. cos . P 1
D o  1.(18)  2.(1). cos( 28,26)
D o  19,76.cm

Tinggi kemiringan

L  19,0084.m
L  19,0084.cm

Dengan modul yang dihitung rata-rata dibawah 1 maka sesuai dengan

minimum modul yang direkomendasikan adalah 1 maka dimensi roda gigi

miring pada pasangan I dan II adalah sama.

6. Merancang poros kincir

Poros kincir adalah poros yang digunakan sebagai tempat pemasangan kincir

yang akan digunakan untuk mentransfer tenaga ke roda gigi miring.

Dapat digambarkan sebagai berikut


67

25 cm 25 cm 25 cm

D B
C
A

Gambar 3.5 Penampang poros kincir dilihat dari samping kanan

RBV D
RDH
RB
25 cm

C
WRH
RBH 25 cm RDV
B WRV
25 cm RD
A

FAxial
FWS

Gambar 3.6 Diagram benda bebas dari poros sudu.

Daya yang dipindahkan adalah 4448,506 Watt = 4,448506 kW putaran poros

pinyon adalah 432,1218 r.p.m

Pada sudu A terdapat gaya reaksi yang timbul akibat berat sudu dan gaya

tangensial sudu.

Gaya berat FWS = 2500 N


68

gaya aksial dari poros pinion adalah

W RH  W R sin  P1
W RH  WT Tan . sin  P 2
W RH  314,69.Tan.20. sin 61,73
W RH  100,87.N

dan gaya aksi radial dari poros roda gigi adalah

W RV  W R cos  P 1

W RV  WT tan  . cos  P 1
W RV  314,69.Tan20. cos 61,73
W RV  54, 25.N

Jumlah gay reaksi pada arah aksial adalah F aksial dan WRH diterima oleh dua

bantalan

Jadi

FAxial  WRH 11571,403  100,87


RBH  RDH    5836,14. N
2 2

Reaksi vertikalnya adalah

 M BV  0
 FWS x 0, 25  0,25 xWRV  RBD x0,5  0
 250 x 0,25  0,25 x54,25  RDV x 0,5  0
RDv  97,875.N

 M DV  0
 WRV x 0, 25  RBV x0,5  FWS x0,75  0
 54,25 x0,25  RBV x 0,5  250 x 0,75  0
RBV  347,875.N

maka gaya resultan yang bekerja pada bantalan adalah

RB  2
RBH  RBV
2

RB  5836,14 2  347,875 2
RB  5846,498 N
69

Dengan cara yang sama

RD  2
RDH  RDV
2

RD  5836,14 2  97,875 2
RD  5836,96 N

Garis tengah poros

Poros mendapat momen puntir dan bending

Dalam merancang poros ini poros dibuat dari Fe 490

Menurut table, karena poros mendapat beban puntiran maka

   23  34 N / mm 2

Diambil 30 N/mm2

Tahanan momen yang diperlukan oleh penampang berbentuk lingkaran harus

sama denga

M  1099,265 x103
W    26642,17mm2
 30

dari W  0,2d 3

M 26642,17
d1  3 3  51mm
0,2 0,2

Karena poros dipasang pasak maka di ambil 55 mm

Di posisi B poros dibebani lengkungan dan puntiran

M b  2500 x0,25  625 N .m


M   1099, 265N .m

maka

M i  ( M b2  M 2  6252  1099,2652  1264,52 N .m


70

Tegangan bending yang diijinkan untuk keadaaan tegangan III naka tegangan

bending yang diijinkan untuk Fe 490 adalah 40 sampai 60 N/mm2 , kita ambil

rata-rata 50 N/mm2

Maka momen tahanan penampang poros berbentuk lingkaran adalah

M i 1264,52 x103
Wb    25290,38mm 3
b 50

dari Wb  0,1d 23

Ditemukan bahwa

Wb 25290,38 Dibulatkan 65 mm
d2  3 3  63, 23mm
0,1 0,1

Beban di C dibebani lengkungan dan puntiran

M b  5836,96 x0,25  1459,24 N.m


M   1099, 265Nm

Dengan demikian

M i  ( M b2  M 2  1459,242  1099,2652  1826,95 N .m

Momen tahanan juga 50 N/mm2

M i 1826,95x103
Wb    36539,1mm3
b 50

dari Wb  0,1d 33

Ditemukan bahwa

Wb 36539,1
d3  3 3  71,5mm
0,1 0,1

Karena disini dipasang pasak maka dibulatkan 75 mm

Pada titik D poros tidak dibebani baik bending maupun puntiran


71

Jadi  0  2,5 N / mm2

Untuk diameter poros dititik D maka,

RD   0 xd42
RD 5836,49
d4    48,33mm
o 2,5

Diameter 4 lebih kecil dari pada dititik B, maka akan lebih praktis

menggunakan blok bantalan yang sama, yaitu menggunakan diameter 65 mm

Hasil perhitungan poros sudu digambarkan pada lampiran

7. Merancang pasak sudu

Pasak yang digunakan adalah pasak segi empat

Menurut tabel (Khurmi 463) lebar pasak untuk diameter poros 55 mm

memiliki lebar 16 mm tebal 10 mm.

Panjang pasak adalah dengan mempertimbangkan pasak dari segi geser

maupun kekuatan

Memepertimbangkan geser

Material yang digunakan untuk poros adalah Fe 490 yang memiliki tegangan

geser sebesar f s  420 kg/cm2 dan kekuatan f c  700 kg/cm2

d
T  lxwxf s x
2
 d
f s d 3  lxwxf s x
16 2
 2
d  lxw
16
d  ( 55) 2
l   65,96.mm
8w 8.18
72

Dengan mempertimbangkan kerusakan

t d
T  lx xf c x
2 2
 t d
f s d 3  lx xf c x
16 2 2
 . f c .d 2
l
4t . f s
 .420 x 552
l  142,477.mm
4.10.700

Kita ambil panjang terbesar yaitu 142,477 dibulatka 143 mm

8. Merancang pasak roda gigi pada poros sudu

Pasak yang digunakan adalah pasak segi empat

Menurut tabel (Khurmi 463) lebar pasak untuk diameter poros 75 mm

memiliki lebar 22 mm tebal 14 mm.

Panjang pasak adalah sama dengan panjang alur roda gigi pinyon yang

dirancang yaitu 8 cm

Memepertimbangkan geser

d
T  lxwxf s x
2
 d
f s d 3  lxwxf s x
16 2
 2
d  lxw
16
d  (75) 2
l   100,35.mm
8w 8.22

Dengan mempertimbangkan kerusakan


73

t d
T  lx xf c x
2 2
 t d
f s d 3  lx xf c x
16 2 2
 . f c .d 2
l
4t . f s
 . f c .22 2
8
4 x14 x . f s
fc 448

f s 1519,76

maka diperlukan material yang mempunyai nilai f s  1519,76 kg/cm2 dan

kekuatan f c  448 kg/cm2

9. Merancang bantalan poros sudu

Dengan menggunakan rumus-rumus dapat dihitung bilangan dinamik C yang

diisyaratkan untuk hal dimana beban kerja F dan umur L diketahui. Pada kasus

sudu kincir yang mendapat beban kerja F, maka mekanisme mencari C harus

 F L . Dan bantalan dapat dicari dalam katalog.

Antara umur putaran (L) da umur dalam jam terdapat hubungan

P
C 
L  Lb .nx 60    x10 6
F

C  F P ( Lh .nx60 x10 5 )

Jadi untuk bantalan peluru

C  Fx0,0392 x 3 ( Lh xn)

Gaya pada bantalan terbesar adalah pada bantalan B sebesar 5846,498 N dan

umur yang direncanakan 3 tahun dengan alasan pemasangan bantalan pada


74

poros sudu relatif sulit maka pilihan 3 tahun adalah jangka waktu yang relatif

lama.

3 tahun = 3 x 365 hari x 24 jam = 26280 jam

C  5846,498 x0,0392 x 3 ( 26280 x 401)


C  50243,7. N

maka dengan poros sebesar 65 mm maka bantalan yng dapat digunakan tipe

313 dengan nilai C adalah 72.000 N

10. Merancang poros transmisi roda gigi miring

Dalam mendesain poros gear langkah-langkah yang dapat diambil adalah

sebagai berikut

Pertama, carilah kerja torsi pada gear , diberikan oleh

Px 4500
T
2N G

P = Tenaga kuda yang ditransmisikan

NG = Kecepatan putar dari gear (rpm)

Px4500
T
2N G
4, 448 x 4500
T  57 ,0049. N .m
2. .(55,912 )

Carilah gaya tangensial (WT) yang bekerja pada radius utama (Rm), kita ketahui

bahwa

T
WT 
Rm
75

Kemudian cari gaya aksial dan gaya radial yang bekerja pada poros pinion

gaya aksial dari poros pinion adalah

W RH  W R sin  P1
W RH  WT Tan . sin  P2
W RH  170,2 x.Tan.20.x sin 61,73
W RH  54,56 N

dan gaya aksi radial dari poros gear adalah

W RV  W R cos  P 1

W RV  WT tan  . cos  P 1
W RV  170,2.Tan20. cos 61,73
W RV  29,34. N

Carilah resultan momen bending pada poros pinion sebagai berikut

Momen bending yang disebabkan oleh WRH dan WRV adalah diberikan oleh

M 1  W RV xoverhang  WRH xRm


M 1  ( 29,3x12)  ( 54,56 x 0,53)
M 1  322,68.Nm

dan momen bending yang disebabkan oleh WT

M 2  WT xoverhang
M 2  170, 2 x12
M 2  2042,4. Nm

Resultan momen bending adalah

M  322,68 2  2042,4 2
M  2067,7.Nm

Karena poros dikenai dua momen (T) resultan momen bending (M), maka

ekivalen kedua momen adalah


76

Te  M 2  T 2
Te  2067,7 2  57,009 2
Te  2068,48. Nm

Sekarang diameter dari poros pinion dapat digunakan menggunakan persamaan

torsi, kita tahu bahwa


Te  f s .dp 2
16

 2
2068,5  700.d G
16
2068,5 x16
dG 
700.
d G  3,88.cm

Maka diameter poros roda gigi dapat diambil 4 cm

11. Merancang bantalan poros transmisi

Dengan menggunakan rumus-rumus dapat dihitung bilangan dinamik C yang

diisyaratkan untuk hal dimana beban kerja F dan umur L diketahui. Pada kasus

poros vertikal yang mendapat beban kerja F dan gaya aksial, maka mekanisme

mencari C harus  F L . Dan bantalan dapat dicari dalam katalog.

Antara umur putaran (L) dan umur dalam jam terdapat hubungan

P
C 
L  Lb .nx 60    x10 6
F

C  F P ( Lh .nx60 x10 5 )

Jadi untuk bantalan peluru

C  Fx0,0392 x 3 ( Lh xn)
77

Gaya pada bantalan terbesar adalah pada bantalan sebesar 54,56 N dan umur

yang direncanakan 3 tahun dengan alasan pemasangan bantalan pada poros

sudu relatif sulit maka pilihan 3 tahun adalah jangka waktu yang relatif lama.

3 tahun = 3 x 365 hari x 24 jam = 26280 jam

C  54,56 x 0,0392 x 3 ( 26280 x 222,7)


C  3813,17. N

maka dengan poros sebesar 40 mm maka bantalan yng dapat digunakan tipe

408 dengan nilai C adalah 5000 N

3.4 Merancang poros engkol

Dengan panjang langkah dari pompa torak adalah 0,3707 meter maka diameter

putaran dari poros engkol adalah sama dengan panjang langkah pompa torak

yaitu 0,3707 meter.

Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut

F
D

F
A B
E

Gambar 3.8 Penampang poros engkol

Torsi yang terjadi pada poros engkol adalah sebagai berikut

Diketahui
78

Diameter pompa torak D = 0,1854 meter

panjang langkah L = 0,3707 meter,

Putaran N = 30 r.p.m

Tinggi H = 33,868 meter

Gaya torak terbesar

 2 
Fz  . D . H  .(185,4) 2 .0,33868  9138,58. N
4 4

Karena kerugian gesek, gaya terbesar dalam poros engkol

Fz 9138,58
F   10153,98. N
0,9 0,9

Momen puntir tebesar dalam poros engkol

M w  Fx 1 2 .  10153,98 x 0,085  863,088. N , m

 = derajat ketidak beraturan mesin

Untuk sementara garis tengah poros engkol dapat ditentukan dengan tegangan

putus geser rendah   24.N / mm 2

1 2 M
d 
5 

863,088
d 3  0,033.meter
24 x10 6

atau 3,3 cm

Garis tengah pena engkol diambil sebesar garis tengah poros d1, panjang

engkol l1  1,2d 1  1,2 x3,3  3,96.cm maka tekanan bidang yang diambil

F 10153,98
0    777,01. N / cm 2
l 1 .d1 3,96 x3,3
79

Material bahan dipilih Fe 390 yang memiliki tekanan ijin 120 sampai 180

N/mm2 maka tekanan pada poros engkol tersebuit diijinkan

Tebal pipi engkol

b = 0,7 d = 0,7 x 0,033=0,0231 meter = 2,31 cm

Lebar pipi

h = 1,4 d = 1,4 x 0,033 = 0,0462 meter = 4,62 cm

Panjang bantalan blok utama

l = 2d = 2 x 0,033 = 0,066 meter = 6,6 cm

Dari samping salah satu blok utama dipasang roda gigi penggerak pada poros .

Pada kedudukan mati hanya pipi engkol yang perlu dikontrol. Gay gigi=nol.

Reaksi dalam blok

F 10153,98
A B   5077.N
2 2

Pipi engkol oleh A atau ole B dibebani dengan gaya tarik atau dengan gaya

tekan dengan lengkungan

A 5077
t    475,72.N / cm 2
b.h 2,31x4,62
A.a 5077.( 2,005)
b  2
 2
 2477,46 N / cm 2
6 hxb 6 .4,62 x 2,31
1 1

Tegangan normal resultas yang terbesar adalah

 res   t   b  475,72  2477,46  2953,18.N / cm 2

pada kedudukan tengah engkol timbul momen puntir terbesar dalam poros .

gaya gigi
80

M  863,088
T   2328,26. N
r 0,3707

3.5 Tower

Tower dalam tugas akhir ini tidak dibahas secara mendetail, tetapi sebagai

informasi bahwa dalam merancang tower perlu diperhatihan hal-hal sebagai

berikut

1. Tinggi minimal antara permukaan tanah dan ujung sudu adalah 6

meter.

2. Tower harus bebas dari halangan apapun yang menyebabkan aliran

angin terganggu

3. Tower harus mampu menahan gaya aksial dari hembusan angin yang

menerpa sudu

(www.windpower.org).
81

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan perhitungan, maka dapat disimpulkan bahwa untuk

menaikan air dengan debit 5 liter perdetik dan ketinggian 30 meter

menggunakan pompa torak dibutuhkan

1. Silinder pompa dengan diameter 0,1854 meter dan panjang langkah

0,3707 meter

2. Daya teoritik untuk menggerakan pompa sebesar 1661,653 Watt

3. Diameter sudu sebesar 7,1367 meter dengan lebar 42,75 cm dan tebal

1,71 cm, dan jumlah sudu sebanyak tiga buah.

4. Daya rencana total yang dibutuhkan sebesar 4206,006 Watt

5. Rasio kecepatan roda gigi 1 : 1,8

6. Diameter poros sudu 55 mm pada bagian sudu, 65 mm pada bantalan

dan 75 mm pada roda gigi miring.

7. Bantalan yang digunakan adalah bantalan peluru tipe 313 dengan

diameter 120 mm lebar 33 mm dan dianeter lingkaran dalam 65 mm

dengan basis kapasitas sebesar 72.000 Newton.

8. Diameter poros antara roda gigi miring 40 mm

81
82

4.2. Saran

Angin merupakan sumber energi yang bersih yang saat ini belum

termanfaatkan secara maksimal. Bagi pembaca sekalian yang tertarik untuk

meneliti lebih jauh tentang energi angin, dapat mengambil aplikasi-aplikasi

lain terutama yang berkaitan dengan pangadaan energi listrik. Mahalnya

harga listrik saat ini karena biaya produksi yang cukup besar.

Dimasa mendatang masalah energi merupakan masalah yang serius,

terutama karena terbatasnya energi fosil (minyak bumi dan batu bara). Salah

satu solusinya adalah pengembangan sumber energi yang tidak pernah habis

yaitu angin dan matahari.

Pada tugas akhir ini masih banyak kekurangan terutama yang

berkaitan dengan perencanaan sudu (kincir). Referensi yang membahas

tentang hubungan dimensi sudu terhadap efesiensi masih kurang. Penulis

menyarankan kepada pembaca sekalian, apabila akan menyusun tugas akhir

yang berkenaan dengan energi angin (kincir), ambilah penelitian yang

berhubungan dengan dimensi maupun material yang paling efektif dan

efesien menerima energi angin. Akan lebih baik lagi jika dipraktekan

langsung dengan menggunakan prototipe-prototipe bentuk sudu yang

bervariasi dari dimensi dan materialnya.


83

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Irawan, Ir, Drs, MT,. Samsul Hadi, Drs,. Modul Mesin Konversi
Energi I, Politeknik Negeri Malang, Malang, 2000

Chu-Kia Wang, Phd, Statically Indeterminate Structures, Mc Graw Hill,


Kogahusha, 1983

Edwards, Hicks, Teknologi Pemakaian Pompa, Erlangga, Jakarta, 1996

El-Wakil, M. M., ‘Powerplant Technology“ ,McGraw-Hill Book Company,


New York, 1984

Harahap, Ghandi, Perencanaan Teknik Mesin,Erlangga, Jakarta,1984

Hibbeler, R.C., Structural Analysis, Prentice Hall, New Jersey, 1997

Jac Stolek, C. Kros, Elemen Mesin , Penerbit Erlangga, Jakarta pusat, 1986.
Pompa dan Kompresor

Khurmi, R.S., Gupta, J.K., Machine Design, Eurasia Publishing House, New
Delhi, 1980

Kadir, A.,“Energi Sumber Daya, Inovasi, Tenaga Listrik Dan Potensi


Ekonomi“,Universitas Indonesia Press, Jakarta 1992

Meriam, J.L.,Kraige, L.G., Engineering Mechanics „Dynamics“, John Wiley


& Sons, Inc, New York, 1997.

Sato, Takeshi,, Menggambar Mesin,

http://www.windpower.org

http://www.windenergy.com

You might also like