Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh
Apriastuti Puspitasari, 0706272585
Makalah
Mata Kuliah Prinsip Dasar Proses Industri
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah, rahmat, dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sebagaimana
mestinya. Makalah ini merupakan tugas akhir dari mata kuliah Prinsip Dasar Proses
Industri Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Univesitas Indonesia.
Makalah ini berjudul Potensi Bahaya dan Upaya Pengendalian K3 pada
Industri Perakitan Mobil. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui potensi-potensi
bahaya yang dapat terjadi pada industri perakitan mobil. Tak hanya itu, sebagai ahli
keselamatan dan kesehatan kerja, juga perlu mengidentifikasi dampak kesehatan apa
saja yang terjadi bila pengendalian K3 dalam industri perakitan mobil tidak
dilaksanakan.
Dengan segenap usaha dan tenaga, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang membantu menyelesaikan makalah ini sehingga akhirnya makalah ini
dapat hadir di tengah pembaca sekalian. Penulis berharap makalah ini dapat memberi
manfaat bagi seluruh pihak. Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
adanya saran dan kritik yang membangun dari pembaca.
Penulis
1.2 Permasalahan
Potensi bahaya yang selalu membayangi pekerja di industri perakitan mobil
harus diminimalisir agar loss tidak terjadi. Mengidentifikasi bahaya melalui flow
process setiap produksi merupakan hal yang penting dilakukan agar pelaksanaan K3
dalam perusahaan dapat berjalan lancar. Namun, karena keterbatasan pengetahuan
dan informasi, banyak pekerja yang tidak mengetahui bahaya apa saja yang telah
mereka dapat sewaktu bekerja. Oleh karena itu, pihak perusahaan sebaiknya
bertindak tegas dalam memegang prinsip K3 di setiap alur proses produksi. Untuk itu
penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian terhadap potensi bahaya yang
berisiko dalam proses produksi industri perakitan mobil. Selain itu, diharapkan hal ini
dapat menjadi perhatian perusahaan untuk meningkatkan upaya pengendalian
sehingga menurunkan angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Gambar 2.1 Keseluruhan flow process pada industri otomotif, mulai dari pembuatan material
body mobil sampai distribusi mobil kepada konsumen.
Inner
assembly
Underbody
Gambar 2.2 Flow process dari proses assembly pada industri otomotif
2.1.2 Welding
Pada bagian ini, part-part mobil yang sudah dipres digabung menjadi sebuah
kerangka mobil melalui suatu pengelasan yang menggunakan alat spot welder. Proses
2.1.3 Painting
1. Pre treatment chamber, terdiri dari 8 bak
a. Pre degreasing, tujuannya untuk membersihkan oli agar cat yang dihasilkan
bagus.
b. Degreasing, tujuannya untuk membuang seluruh lemak yang menempel di
badan mobil.
c. Rinsse I, bak ini berisi air pam. Tujuannya untuk pembilasan dan
menghilangkan senyawa ridholin yang melekat pada badan mobil.
d. Activation, bak ini berisi fixodin + demin water. Tujuannya untuk
menghaluskan lapisan metal.
3. Elekrodyalisis/ Elaktrodipping
a. Elekrodyalisis main tank, pada bagian ini dilakukan pelapisan cat.
b. UF (Ultra Filtrate) Rinse I, pada bagian ini dilakukan pembilasan
menggunakan demin water.
c. UF (Ultra Filtrate) Rinse II, pada bagian ini proses yang dilakukan sama
dengan UF Rinse I.
d. Final, pada bagian ini juga dilakukan pembilasan untuk ketiga kalinya dengan
menggunakan demin water.
4. Oven
Sebelum dimasukkan ke oven, mobil dikeringkan terlebih dahulu dengan cara
diblow. Tujuannya untuk meletakkan base coat ED.
7. Oven
Dilakukan pemanasan selama beberapa menit dengan temperatur di atas 100
o
C. Tujuannya untuk mengeringkan dan melekatkan sealer body mobil dari proses
sebelumnya.
8. Wet Sanding
Pada proses ini body mobil dilakukan pengamplasan dengan cara dilap untuk
menghilangkan kotoran dan agar daya lekat cat bagus.
9. Pre Sanding
Pada proses ini terdiri dari beberapa pos, body mobil dilakukan pencucian,
pengamplasan menggunakan amplas. Tujuannya menghaluskan body mobil dan
melihat ada/tidaknya defect.
10. Oven
Dilakukan pemanasan dengan menggunakan temperatur di atas 100 oC.
Tujuannya untuk mengeringkan dan menghilangkan sisa pengamplasan.
13. Oven
Dilakukan pemanasan dengan suhu di atas 100 oC selama beberapa menit.
2.1.4 Assembly
Setelah body dinyatakan baik dan selesai dari proses pengecatan menurut
kriteria tertentu, maka tahap pemasangan mesin dan assesoris segera dilakukan.
2.2.2 Welding
Setelah proses pressing, lembaran-lembaran baja dirakit menjadi beberapa
sub-group part body mobil dengan melakukan transfer elektrik pada mesin welding.
Selama proses welding, pekerja akan terkena pajanan yang besar pada
penglihatannya, terkena radiasi sinar ultraviolet, inhalasi gas pembakaran, uap dari
pengawetan asam, asap logam, dan terpajan gas-gas dari lapisan elektroda seperti
oksida, mangan, tembaga, zinc, besi, silika, karbonmonoksida, nitrogen oksida,
karbondioksida, ozon, dan lain-lain.
Potensi bahaya pada proses welding adalah bahaya kimia, fisik dan mekanik.
Bahaya kimia pada proses ini adalah asap logam, debu las logam, dan inhalasi gas
pembakaran dan gas dari lapisan elektrode. Asap logam pada welding dapat
menyebabkan metal fume fever dan debu las akan menyebabkan penyakit silikosis
dan penyakit ISPA lainnya. Selain itu pada tahapan metal finishing dalam proses
welding, penggerinderaan dan penajaman alat-alat juga berisiko menimbulkan
pneumoconiosis dimana silikon karbida dan alumunium oksida digunakan. Bahaya
juga masih timbul dari ledakan roda gerinda dan partikel-partikel yang terbang serta
alumunium dari logam campuran. Dalam proses soldering dan grinding juga
memproduksi timah yang berbahaya bagi sistem peredaran darah serta sistem saraf
pusat manusia.
Sedangkan bahaya fisiknya adalah percikan api, radiasi sinar ultraviolet,
bising, dan suhu yang tinggi. Percikan api akan menimbulkan kulit tersengat,
sedangkan radiasi sinar UV akan mempengaruhi indera penglihatan dan dapat
menimbulkan kanker kulit. Bising pada proses grinding/penggerinderaan juga dapat
2.2.3 Painting
Dalam proses painting, terdapat banyak potensi bahaya kimia diantaranya
terpajan oleh inhalasi toluene, xylene, propylene, butyl, dan amyl asetat serta uap
metil alkohol. Inhalasi dari partikel-partikel cat juga harus diperhatikan pada
beberapa cat yang masih mengandung garam-garam dalam chromium dan timah.
Timah atau lead merupakan poison yang tetap exist dalam tetraetyl lead yang
digunakan dalam leaded gasoline. Timah dapat mengganggu peredaran darah, sistem
pencernaan, dan sistem saraf pusat termasuk otak. Selain itu, bila melakukan praktek
autopsi akan memperlihatkan terdapat kerusakan pada ginjal, liver dan sistem
reproduksi akibat terpajan timah. Pada tahapan spray booth, material yang digunakan
bersifat flammable (mudah terbakar) yang juga merupakan potensi bahaya kimia.
Proses painting juga mengeluarkan emisi berupa Limbah cair yang
mengandung merkuri, krom (Cr), kadmium, zinc dan timbal. Seperti yang kita
ketahui bahwa zat-zat tersebut sangatlah berbahaya, seperti merkuri yang dapat
mengganggu aliran darah sampai ke otak dan timbal juga dapat mengakibatkan
plumbism (gangguan gastro intestinal track) & anemia serta gangguan neuro-
muscular system.
Potensi bahaya fisik yang terdapat pada proses ini adalah penerangan
(lighting) yang buruk yang dimiliki oleh beberapa pabrik otomotif. Penerangan yang
buruk akan mengakibatkan gangguan pada indera penglihatan, kelelahan mata dengan
berkurangnya daya dan efisiensi kerja, dan lain-lain.
2.3.2 Welding
Potensi bahaya yang terdapat pada prose welding berupa bahaya fisik, kimia,
dan mekanik. Untuk meminimalisasi dampak kesehatan dari proses welding,
perusahaan harus menyediakan ventilasi yang baik, yaitu dengan menggunakan
exhaust lokal sebagai alat untuk membuang gas-gas hasil welding ke luar ruangan.
Tak hanya itu, harus tersedia pula screen proteksi dan partisi serta pekerja harus
menggunakan APD seperti kacamata google, gloves, dan apron. Subtitusi alat atau
melakukan segresi yaitu memisahkan pekerja dengan alat dengan jarak dan lama
waktu bekerja juga harus dilakukan untuk meminimalisasi dampak produksi timah
yang dikeluarkan pada proses soldering dan grinding. Pekerja las juga sebaiknya
diberikan pelayanan kesehatan yang baik dengan melakukan medical check-up secara
periodik. Untuk mengurangi dampak suhu yang tinggi dari proses welding, harus
disediakan air minum yang cukup dan tablet-tablet garam dapur di tempat kerja. Pada
proses metal finishing yaitu penggeridaan, pekerja sebaiknya menggunakan screen,
serta alat pelindung mata, muka, telinga dan saluran pernapasan. Untuk mengurangi
kebisingan dari proses grinding, pekerja juga harus menggunakan pelindung telinga
yang sesuai dengan besarnya bising.
2.3.3 Painting
Untuk mengurangi terjadinya pengecatan yang berlebihan dan meningkatkan
keamanan bagi karyawan direkomendasikan untuk menggunakan pengecatan semi
otomatis, dimana ruang pengecatan dilengkapi dengan tangan-tangan robot yang
bergerak fleksible. Hanya bagian-bagian yang sulit saja dilakukan secara manual.
Oleh karena itu diperlukan penerangan yang cukup, berupa penyediaan jendela-
jendela, dinding gelas dan lain-lain. Namun, pada beberapa industri masih
menggunakan sistem manual sehingga pengendalian bahaya yang harus dilakukan
2.3.4 Assembly
Rekomendasi pengendalian yang harus dilakukan adalah penggunaan APD
yang baik agar terhindar dari bahaya mekanik. Seperti pemakaian helmet sebagai
pelindung kepala, penggunaan gloves agar jari tangan tidak terjepit atau terpotong
saat merakit body-body mobil, safety shoes yang dapat melindungi telapak kaki dari
komponen mobil yang terjatuh, bahkan penggunaan masker juga diperlukan untuk
melindungi saluran pernapasan pekerja dari debu partikel yang beterbangan sisa dari
proses sebelumnya. Untuk mengatasi kejenuhan pekerja akibat pekerjaan yang
monoton, perusahaan sebaiknya melakukan rotasi job desk masing-masing pekerja
pada bagian assembling. Rotasi dapat dilakukan minimal setiap enam bulan sekali
agar pekerja dapat menyesuaikan diri dengan job desk barunya.
Produksi timah yang Timah dapat menggangu Subtitusi alat atau melakukan segresi
berbahaya pada proses peredaran darah serta sistem saraf yaitu memisahkan pekerja dengan
*Fisika
Radiasi sinar ultraviolet Menyebabkan penyakit katarak Menggunakan apron, atau screen
kanker kulit, dan lain-lain. untuk menghindari kontak radiasi
langsung.
Ledakan roda gerinda. Membahayakan mata dan kulit Menggunakan kacamata googles,
pekerja. pelindung muka, gloves, dan apron.
Bising pada proses Menimbulkan noise induced Menggunakan ear muff atau ear plug.
grinding/penggerinderaan. hearing loss dan gangguan
pendengaran lainnya.
*Mekanik
Injury, seperti tangan Luka serta amputasi yang parah. Menggunakan gloves, apron, dll agar
terluka dan terpotong terhindar dari injury.
akibat aktivitas peng-
gerinderaan, dan peng-
amplasan.
3 Painting * Kimia
Inhalasi toluene, xylene, Inhalasi zat-zat berbahaya ini Menggunakan alat pelindung sistem
propylene, butyl, dan amyl akan menimbulkan gangguan pernapasan yang aman.
asetat serta uap metil alko- pada paru-paru. Kandungan timah
hol, dan inhalasi cat yang pada cat juga akan mengganggu
masih mengandung peredaran darah, sistem
chromium dan timah. pencernaan, dan sistem saraf
pusat termasuk otak.
4 Assembly *Fisik
Debu akibat partikel- Menimbulkan alergi, asma, batuk, Menggunakan alat pelindung
partikel yang beterbangan dada sesak, dan lain-lain. pernapasan, seperti masker dan lain-
sisa proses sebelumnya. lain.
*Mekanik
Berbagai macam, injury Lebam pada kepala ataupun Menggunakan Alat pelindung diri
misalnya, injury pada bagian lainnya sehingga menjadi seperti helmet, gloves, safety shoes,
kepala saat bekerja di pusing dan mengganggu dan lain-lain.
bawah mobil yang dibawa pekerjaan. Injury pada tangan
*Ergonomik
Melakukan pekerjaan Menimbulkan penyakit Mengurangi aktivitas ini dengan
mengangkat (lifting) musculoskleletal disorders atau memberlakukan rotasi kerja.
berulang-ulang. low back pain pada pekerja.
*Psikososial
Stess akibat pekerjaan Produtivitas kerja menjadi Memberlakukan rotasi kerja pada job
yang monoton, terutama menurun, meningkatnya absen desk masing-masing pekerja di
pada pekerja muda. kerja dan lain-lain. bagian assembling. Rotasi dapat
dilakukan minimal 6 bulan sekali
agar pekerja dapat menyesuaikan diri
dengan job desk barunya.
3.1 Kesimpulan
Berbagai macam bahaya dapat dijumpai dalam industri perakitan mobil, mulai
dari proses pressing, welding, painting, sampai assembly. Bahaya-bahaya yang
ditimbulkan berupa bahaya kimia, fisik, mekanik, bahkan psikologi. Terkadang
perusahaan tidak memperhatikan aspek K3 dalam pelaksanaan proses-proses
produksinya, sehingga berisiko kehilangan aset-aset perusahaan dan pekerja yang
terampil bahkan lingkungan sekitar pabrik akan tercemar oleh limbah yang kurang
penanganannya. Perusahaan bukan semata-mata objek yang dapat disalahkan,
kurangnya informasi pada pekerja mengenai potensi bahaya yang ada pada
pekerjaannya juga merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja. Oleh karena itu, mengadakan training pada pekerja baru
dapat dilakukan untuk menanamkan prinsip K3 dalam benak para pekerja tersebut.
3.2 Saran
Upaya pengendalian dapat dilaksanakan melalui pengendalian engineering,
pengendalian secara administratif, dan pengendalian melalui penggunaan APD.
Ketiganya harus dilakukan agar tidak menimbulkan loss pada perusahaan yang
bersangkutan. Perusahaan sebaiknya menyediakan kebutuhan APD yang memadai,
memberlakukan shift kerja dan rotasi job desk kerja pada setiap pekerja dan lain-lain.
Selain dapat mengurangi kerugian ekonomi akibat kecelakaan kerja dan penyakit
pada para pekerja, perusahaan akan mendapatkan image yang baik sehingga
memudahkan kerjasama nasional dan internasional.
Asfahl,C. Ray. 1990. Industrial Safety and Health Management. New Jersey:
Prentice Hall.
Deroche, A.G. 1996. The Principles of Auto Body Repairing and Repainting. New
Jersey: Prentice Hall.
ILO. 1983. Encyclopaedia of Occupational Health and Safety. ILO: Geneva.
Sumamur. 1991. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT Gunung
Agung.
Widiasari, Dian. 2002. Tinjauan Upaya Minimisasi Limbah Cair pada Industri
Perakitan Kendaraan Bermotor (Studi Kasus pada PT ‘X’). FKM UI: Depok.
Yunita Sari, Irna. 2003. Identifikasi Potensi Bahaya pada Proses Perakitan Body
(Welding) Isuzu Panther di PT Gaya Motor. FKM UI: Depok.
http://www.aseanenergy.org
http://www.deming.ch
http://www.nipc.mporg.ir
http://www.toyota.astra.co.id
http://www.toyota.ca