You are on page 1of 8

STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI BIODIESEL

BERBASIS KELAPA DI MALUKU


Sjahrul Bustaman

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Jalan Tentara Pelajar No. 10, Bogor 16114
Telp. (0251) 8351277, Faks. (0251) 8350928, E-mail: bbp2tp@yahoo.com

Diajukan: 20 Maret 2009; Diterima: 27 Juli 2009

ABSTRAK
Biodiesel adalah salah satu jenis bahan bakar nabati (BBN) yang diperoleh melalui proses transesterifikasi minyak
kelapa dengan bantuan metanol dan natrium hidroksida (NaOH) sebagai katalis. Upaya pengembangan biodiesel
mendesak dilakukan antara lain untuk mengurangi beban masyarakat akibat mahalnya harga solar dan pasokan
yang tidak menentu, terutama pada pulau kecil dan terpencil. Makalah ini memberikan gambaran prospek
pengembangan biodiesel di Maluku. Hasil analisis faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman pada
pengembangan industri biodiesel memberikan gambaran strategi pengembangan kelapa melalui pemutakhiran data,
peningkatan produksi kelapa existing, dan perluasan pertanaman kelapa di Kabupaten Maluku Tenggara dan
Maluku Tenggara Barat. Untuk pengembangan biodiesel, strategi berpijak pada penerima manfaat utama yaitu
masyarakat di pulau-pulau yang jauh dari Ambon. Kelapa tidak seluruhnya diolah menjadi biodiesel, tetapi juga
untuk diversifikasi produk pangan. Pola pengembangan biodiesel dapat berupa usaha rumah tangga, usaha mikro
dan kecil, pola komersial, serta pola plasma dan inti. Beberapa langkah operasional yang perlu dilakukan Pemerintah
Provinsi Maluku adalah: 1) menciptakan keamanan yang kondusif sehingga menarik minat investor untuk
menanamkan modalnya di Maluku, 2) revitalisasi pertanaman kelapa yang ada, 3) mengembangkan usaha agribisnis
kelapa secara terintegrasi mulai dari aspek budi daya, pengolahan hingga pemasaran dalam berbagai skala dengan
nuansa corporate community, 4) memfasilitasi berkembangnya investasi dan menguatkan kelembagaan lokal, 5)
mendorong peningkatan pemanfaatan biodiesel sebagai substitusi solar, dan 6) melakukan transfer teknologi,
pelatihan, dan memanfaatkan tenaga sarjana yang belum bekerja sebagai pendamping dalam usaha industri biodiesel.
Kata kunci: Pengembangan biodiesel, kelapa, Maluku

ABSTRACT
Strategy of biodiesel development base on coconut in Moluccas

Biodiesel is an alternative fuel that can be produced from coconut oil through transesterification process using
methanol and sodium hydroxide (NaOH) as catalyst. Nowadays, the development of biodiesel is urgently required
to reduce people burden due to the price and the uncertain supply of diesel fuel in small and remote islands. This
paper gives the prospect of biodiesel development in Moluccas. The SWOT analysis results in the present study
gave strategy for the development of coconut plantations in the Southeast and West of Southeast Moluccas
Districts. Other strategy is for the development of biodiesel, that is useful especially for the people who live
faraway from Ambon. The utilization of coconut is recommended not only for biodiesel, but also for product
diversification. Alternative models/patterns of biodiesel development include a household, a small-micro, a
commercial, or a nucleus-plasma pattern. Some steps are required to be carried out by the Government of
Moluccas, namely: 1) establish a safe situation in Moluccas as some investors still hesitate to come there, 2)
revitalize the existing coconut plantations, 3) establish integrated coconut agribusiness, starting from cultivation
aspect, processing, up to marketing in various scales with corporate community orientation, 4) facilitate invest
development and strengthening of local institutions, 5) push increase of biodiesel utilization as diesel fuel substitute,
and 6) conduct technology transfer, training, and use unemployment people who graduated from the university as
partner in business of biodiesel industry.
Keywords: Biodiesel development, coconut, Moluccas

B ahan bakar nabati (BBN) atau biofuel


adalah bahan bakar transportasi ber-
basis komoditas pertanian yang biasanya
Di Indonesia, untuk memproduksi bio-
diesel umumnya digunakan metode tran-
sesterifikasi, dengan bahan baku jarak
Biodiesel dapat digunakan secara
murni maupun dicampur dengan bahan
bakar diesel fosil, dan dikhususkan untuk
digunakan untuk bahan makanan (OECD pagar, kelapa sawit, dan kelapa dalam mesin jenis diesel. Kebutuhan solar nasio-
2006). Produk komersial BBN yang cukup (Prastowo 2006; Prastowo dan Sardjono nal untuk transportasi mencapai 14 juta
populer adalah bioetanol dan biodiesel. 2007). kiloliter. Saat ini, Pertamina telah menjual

46 Jurnal Litbang Pertanian, 28(2), 2009


biodiesel B-5 di SPBU. Biodiesel B-5 me- Tulisan ini memberikan gambaran methyl ester (FAME) sebagai biodiesel.
rupakan campuran 5 liter biodiesel dalam tentang strategi pengembangan biodiesel Proses transesterifikasi juga menghasilkan
95 liter solar untuk menghasilkan 100 liter dari kelapa di Maluku. Pokok bahasan gliserin. Namun gliserin tidak dapat digu-
B-5. difokuskan pada keunggulan (kekuatan), nakan sebagai bahan bakar, tetapi ber-
Dalam upaya memenuhi kecukupan kelemahan, peluang, dan ancaman pe- manfaat untuk kosmetik dan sabun.
solar pada sektor transportasi, Pertamina ngembangan industri biodiesel, serta Transesterifikasi merupakan perubahan
membutuhkan 700 ribu kiloliter biodiesel. langkah strategis dan kebijakan operasi- bentuk dari satu jenis ester menjadi
Biodiesel dapat diproduksi di dalam negeri onal dalam pemberdayaan masyarakat bentuk ester yang lain. Bahan ester ini
sehingga akan menghemat devisa negara. untuk membangun Desa Mandiri Energi, memiliki komposisi yang sama dengan
Harga biodiesel B-5 saat ini belum memberi yaitu desa yang dapat memproduksi bahan bakar diesel solar, bahkan nilai
nilai keuntungan karena Pertamina masih sendiri kebutuhan energinya. Program ini cetane-nya lebih baik dibandingkan
menjualnya Rp4.500/l, sama dengan harga diharapkan mampu mengatasi kemiskinan dengan solar. Oleh karena itu, biodiesel
solar bersubsidi. Oleh karena itu, peme- dan menciptakan lapangan kerja. Di dapat dimanfaatkan untuk mengurangi
rintah perlu memberikan subsidi kepada Indonesia, saat ini terdapat lebih dari 40 konsumsi solar.
Pertamina agar usaha biodiesel meng- Desa Mandiri Energi yang menggunakan American Society of Testing Material
untungkan, selain memberikan kemudahan BBN (Sanusi 2008). (ASTM), suatu lembaga internasional
dan insentif kepada investor. yang menentukan standar spesifikasi
Provinsi Maluku memiliki luas wilayah biodiesel, mendefinisikan biodiesel seba-
57.326.817 ha, sebagian besar berupa ke- BIODIESEL, BIOENERGI gai campuran dari bahan bakar diesel fosil
pulauan dengan jumlah pulau 1.412 buah ALTERNATIF DAN (Stauffer dan Byron 2007). Oleh karena itu,
biodiesel campuran disebut B.X.X., di
(Titaley 2006). Kebutuhan BBM pada PROSPEKTIF
pulau-pulau ini bergantung pada pasokan mana XX mewakili volume (dalam persen)
dari Ambon. Umumnya masyarakat campuran bahan bakar biodiesel. Saat ini.
Biodiesel didefinisikan sebagai BBN yang
Maluku yang tinggal di pulau kecil meng- Pertamina telah menjual biodiesel jenis B-
dibuat dari minyak nabati, baik itu baru
gunakan solar untuk keperluan transpor- 5 di SPBU, yaitu campuran 5% FAME dan
maupun bekas penggorengan, melalui
tasi, usaha pertanian dan perikanan. Harga 95% solar murni. FAME dan solar murni
proses transesterifikasi dan esterifikasi.
BBM di daerah yang jauh dari Ambon dicampur dengan metode blending flash
Biodiesel dimanfaatkan untuk mengurangi
lebih tinggi 50−100% dari harga eceran dengan waktu pencampuran sekitar 10
konsumsi solar. Bahan dasar biodiesel
tertinggi (HET) pemerintah, dan waktu menit (Pertamina 2006). Ada dua standar
adalah minyak kelapa, kelapa sawit, dan
pasokannya tidak terjamin karena cuaca yang digunakan oleh biodiesel, yaitu
minyak jarak. Dari ketiga bahan dasar ter-
laut yang tidak menentu. Keadaan ber- ASTM-D6751 (di Amerika Serikat) dan
sebut, kelapa sawit menghasilkan minyak
tambah buruk setelah pemerintah pada 1 EN14214 (di Uni Eropa). Jika menggu-
nabati paling tinggi, yaitu 5.950 liter/ha/
Oktober 2005 menaikkan harga BBM 114% nakan dua standar tersebut maka pabrik
tahun, sedangkan kelapa 2.689 liter/ha/
dari harga semula (Sen dan Steer 2005). mesin akan memberikan garansi (Engine
tahun dan biji jarak 1.892 liter/ha/tahun
Program pemerintah tentang BBN disikapi Manufacturers Association 2003).
(Bajoe 2008). Biodiesel dapat pula diha-
oleh Pemerintah Provinsi Maluku dengan Penggunaan minyak nabati sebagai
silkan dari minyak jelantah atau minyak
mengembangkan usaha pembuatan bio- bahan bakar diesel dapat melalui beberapa
sisa penggorengan.
diesel jarak pagar di beberapa kabupaten alternatif, antara lain: 1) crude vegetable
seperti Kabupaten Buru, Seram Barat dan oil (CVO) murni, 2) campuran CVO
Maluku Tenggara, serta usaha pengolah- Proses Pembuatan Biodiesel dengan bahan bakar diesel fosil, 3) refined
vegetable oil (RVO) murni, 4) campuran
an kelapa terpadu di Kabupaten Maluku Kelapa
Tenggara. RVO dengan bahan bakar diesel fosil, 5)
methyl/ethyl ester vegetable oil murni,
Beberapa faktor pendukung pengem- Biodiesel adalah hasil proses transeste-
dan 6) campuran methyl/ethyl ester
bangan biodiesel dari kelapa di Maluku rifikasi minyak kelapa dengan meng-
vegetable oil dengan bahan bakar diesel
adalah: 1) bahan baku kelapa cukup gunakan katalis metanol dan etanol untuk
fosil.
tersedia, 2) teknologi pembuatan biodiesel mempercepat proses tersebut. Lembaga
relatif mudah dan tersedia, dan 3) adanya Minyak dan Gas (Lemigas) menggunakan
peluang pasar dan keuntungan yang men- metanol dan NaOH sebagai katalis dalam
janjikan. Pertimbangan lainnya adalah pembuatan biodiesel (Stauffer dan Byron Keunggulan dan Kelemahan
banyak pulau kecil di Maluku yang dapat 2007; Pertamina 2006). Katalis ditambah- Biodiesel
menjadi percontohan pembuatan dan kan ke dalam reaktor yang berisi minyak
penggunaan biodiesel secara mandiri. kelapa lalu diaduk pada kondisi operasi Biodiesel memiliki beberapa keunggulan
Selain itu, Pertamina wilayah Maluku dan yang standar. sebagai bahan bakar alternatif (Kemen-
Maluku Utara bersedia membeli biodiesel. Minyak kelapa dihasilkan dari peme- terian Negara Riset dan Teknologi 2006).
Dengan demikian, pengembangan bio- rasan kopra atau daging kelapa. Identik Pertama, angka cetane tinggi (> 50); makin
diesel akan membuka peluang kerja bagi dengan minyak kelapa sawit (CPO), tinggi bilangan cetane, makin cepat
masyarakat di pulau terpencil, selain minyak kelapa juga mengandung asam pembakaran dan makin baik efisiensi
menghemat pengeluaran untuk membeli lemak berupa olein. Dari unsur olein inilah termodinamisnya. Kedua, titik kilat tinggi,
solar bagi usaha perikanan, pertanian, dan terjadi proses transesterifikasi etanol dan yakni suhu terendah yang dapat menye-
transportasi. metanol sehingga diperoleh fatty acid babkan uap biodiesel menyala, sehingga

Jurnal Litbang Pertanian, 28(2), 2009 47


biodiesel lebih aman dari bahaya keba- pulau kecil dan terpencil, dan 5) payung kegiatan budi daya dan pascapanen, dan
karan pada saat disimpan maupun di- hukum (Inpres No 1/2006 dan Peraturan diversifikasi produk melalui pengolahan
distribusikan daripada solar. Ketiga, tidak Pemerintah No. 5/2006). produk jadi (Damanik 2007).
mengandung sulfur dan benzena yang Provinsi Maluku memiliki area kelapa Pemanfaatan kelapa sebagai bahan
mempunyai sifat karsinogen, serta dapat rakyat 90.310 ha dengan produksi 69.184 baku biodiesel akan memberikan nilai
diuraikan secara alami. Keempat, menam- t/tahun (Badan Pusat Statistik Maluku manfaat yang lebih besar dari buah kelapa,
bah pelumasan mesin yang lebih baik 2007). Areal kelapa tersebar hampir di antara lain: 1) menghasilkan bahan bakar
daripada solar sehingga memperpanjang seluruh kabupaten/kota, yaitu Maluku minyak diesel yang ramah lingkungan, 2)
umur pemakaian mesin. Kelima, mudah Tenggara Barat 144.69 ha, Maluku bahan baku dapat diperbaharui, 3) mem-
dicampur dengan solar biasa dalam ber- Tenggara 15.775 ha, Maluku Tengah buka diversifikasi produk olahan kelapa
bagai komposisi dan tidak memerlukan 10.398 ha, Buru 13.449 ha, Kepulauan Aru, selain kopra, 4) meningkatkan nilai eko-
modifikasi mesin apapun. Keenam, mengu- 4.825 ha, Seram Bagian Barat 12.823 ha, nomi kelapa dan kesejahteraan petani, dan
rangi secara signifikan asap hitam dari gas Seram Bagian Timur 16.399 ha, dan Ambon 5) menyerap tenaga kerja yang lebih
buang mesin diesel, walaupun penambah- 2.172 ha (Badan Pusat Statistik Maluku banyak karena proses produksi biodiesel
an biodiesel ke dalam solar hanya 5−10%. 2007). Areal pertanaman kelapa seluas kelapa relatif mudah dengan teknologi
Selain keunggulan, biodiesel memiliki 90.310 ha tersebut berpotensi menghasil- sederhana dan investasi rendah.
kelemahan. Minyak nabati mempunyai kan minyak kelapa 242,80 juta l/tahun atau Teknologi biodiesel relatif sederhana
viskositas (kekentalan) 20 kali lebih tinggi setara 218,50 juta l/tahun biodiesel dengan produk berupa alkil ester asam
daripada bahan bakar diesel fosil sehingga (Universitas Siliwangi 2008; Bajoe 2008). lemak (metil atau etil ester) yang dipro-
mempengaruhi atomisasi bahan bakar Pengembangan komoditas perke- duksi melalui proses transesterifikasi.
dalam ruang bakar motor diesel. Atomisasi bunan termasuk kelapa masih terbuka luas Teknologi tersebut telah menjadi “milik
yang kurang baik akan menurunkan daya di Maluku. Menurut Susanto dan umum” dan dikuasai Indonesia. Beberapa
(tenaga) mesin dan pembakaran menjadi Bustaman (2006), berdasarkan peta Zona rancang-bangun pabrik biodiesel telah
tidak sempurna. Karena itu, viskositas Agroekologi skala 1:250.000 terinventarisir dikembangkan dan produk yang dihasil-
minyak nabati perlu diturunkan melalui areal seluas 1.263.575,40 ha yang sesuai kan telah diuji, termasuk road test. Pusat
proses transesterifikasi metil ester nabati untuk kelapa. Areal tersebut tersebar di Penelitian dan Pengembangan Perke-
atau FAME. Proses ini menghasilkan kabupaten Maluku Tenggara Barat bunan/Badan Litbang Pertanian bekerja
bahan bakar yang sesuai dengan sifat dan (399.199,40 ha), Maluku Tenggara sama dengan Institut Teknologi Bandung
kinerja diesel fosil. Pembuatan biodiesel (61.906,90 ha), Maluku Tengah (165.847 telah mengembangkan mesin pengolah
juga masih menggunakan metanol impor. ha), Buru (34.923,40 ha), Seram Bagian biodiesel berkapasitas 50 liter dengan
Manfaat utama dari biodiesel adalah Barat (97.052,60 ha), Seram Bagian Timur waktu proses 6−8 jam. Mesin tersebut
mengurangi ketergantungan pada energi (332.328,50 ha), dan Kepulauan Aru cocok untuk pulau terpencil yang memiliki
fosil, menurunkan polusi udara, dan tentu (232.317,70 ha). Pengembangan kelapa pertanaman kelapa (Prastowo 2007).
saja energi ini tersedia di alam serta dapat rakyat secara ekstensifikasi maupun Pemakaian bahan bakar dari minyak
diperbaharui (MacLean dan Lave 2003; intensifikasi diarahkan di Kabupaten kelapa dapat dilakukan dengan dua cara,
Pertamina 2006). Tujuannya adalah men- Kepulauan Aru, Maluku Tenggara Barat, yaitu minyak kelapa dicampur dengan
substitusi bahan bakar fosil dan mencipta- dan Maluku Tenggara karena di wilayah solar atau langsung dipakai pada mesin
kan energi hijau (green fuel) yang ramah tersebut, kelapa memiliki keunggulan yang telah dimodifikasi atau yang ber-
lingkungan. Rendahnya kualitas udara komparatif yang lebih tinggi dibanding bahan bakar biodiesel (Cloin 2005). Dalam
diasosiasikan dengan hasil pembakaran komoditas perkebunan lainnya. upaya menurunkan biaya produksi dan
bahan bakar fosil. Sebagai contoh, untuk Produktivitas kelapa di Maluku masih memanfaatkan ampas kelapa telah dihasil-
lingkup Asia Tenggara, Jakarta memiliki rendah, yakni 1,17 t/ha/tahun, padahal kan teknologi transesterifikasi terinteg-
kualitas udara yang lebih rendah dari produksi kelapa Dalam unggul dapat rasi/serempak (Pasang 2007), sementara
Bangkok, Manila, dan Kuala Lumpur mencapai 4 t kopra/ha/tahun (Tenda et al. Prasetyo (2008) melakukan pemurnian
(Coxhead 2003). 1998 dalam Damanik 2007). Sebagian besar hasil transesterifikasi dengan metode
petani kelapa di Maluku mengolah kelapa adsorbsi menggunakan bentonit alam.
menjadi kopra, dan sebagian kecil Industri BBN umumnya bersifat padat
KEKUATAN, KELEMAHAN, membuat arang tempurung (karbon) dan karya sehingga dapat mengurangi pe-
PELUANG, DAN ANCAMAN minyak kelapa. Menurut Tarigans (2005), ngangguran hingga 3 juta orang sampai
PENGEMBANGAN petani kelapa masih mempunyai tenaga tahun 2010, menghemat devisa US$10
kerja yang tersedia dalam jumlah optimal miliar, serta memanfaatkan 5 juta hektar
BIODIESEL DI MALUKU
untuk meningkatkan pendapatannya. lahan kritis (Gianie 2007). Di Maluku,
Strategi pengembangan agribisnis kelapa sedikitnya 83.649 KK petani kelapa akan
Kekuatan pada bidang produksi meliputi pengem- meningkat penghasilannya selain mem-
bangan pusat pertumbuhan agribisnis, buka peluang kerja di pulau-pulau ter-
Faktor pendukung (kekuatan, S) dalam pengalihan teknologi input luar tinggi ke pencil (Badan Pusat Statistik Maluku
mengembangkan biodiesel di Maluku input luar rendah, penggunaan varietas 2007).
adalah: 1) ketersediaan bahan baku kelapa, unggul, serta pengendalian hama dan Pengembangan BBN merupakan pilih-
2) ketersediaan lahan, 3) ketersediaan penyakit. Strategi pengolahan hasil an strategis dan berdimensi jangka
teknologi, 4) ketersediaan tenaga kerja di meliputi perbaikan mutu kelapa melalui panjang. Hal ini antara lain tertuang dalam

48 Jurnal Litbang Pertanian, 28(2), 2009


Inpres No. 25/2006 tentang Penyediaan koperasi petani berperan dalam mem- 1) belum adanya usaha biodiesel di wila-
dan Pemanfaatan BBN (biofuel) sebagai fasilitasi perusahaan besar (Sanusi 2008). yah tersebut, 2) adanya potensi menam-
Bahan Bakar Lain. Selanjutnya, Peraturan Kesenjangan dana antara yang ter- bah pendapatan dan kesempatan kerja, 3)
Pemerintah No. 5/2006 tentang Kebijakan sedia dan yang dibutuhkan untuk industri mengurangi kebergantungan pada solar
Energi Nasional makin mempertegas arah BBN merupakan salah satu kelemahan Pertamina, 4) menghemat pemakaian solar,
pengembangan BBN. Salah satu butir dalam pengembangan industri biodiesel. dan 5) memperbaiki lingkungan.
penting dalam peraturan tersebut adalah Menurut Ketua Tim Nasional Pengem- Industri biodiesel berbahan baku ke-
perubahan pada bauran sumber energi bangan BBN, pengembangan BBN mem- lapa sampai saat ini belum ada di Maluku,
(energy mix) yang memberi ruang pening- butuhkan dana Rp25 triliun. Pada tahun meskipun di daerah lain mulai berkem-
katan pangsa BBN. Sampai saat ini, bauran 2007, pemerintah hanya mampu menyedia- bang. Kelapa sebagai bahan baku sudah
energi terdiri atas 54% minyak bumi, 26% kan subsidi Rp1 triliun (Dwiastuti 2008). tersedia (tidak perlu ditanam lagi) untuk
gas bumi, dan 14% batu bara. Pada tahun Usaha minyak kelapa umumnya berada diproses menjadi minyak kelapa. Usaha
2025, kontribusi minyak bumi diharapkan di pulau-pulau terpencil, sementara indus- biodiesel berpeluang menambah penda-
kurang dari 20%, gas bumi lebih dari 30%, tri biodiesel di ibu kota kabupaten/kota patan petani kelapa dan kesempatan kerja
batu bara lebih dari 33%, batu bara cair atau provinsi sehingga biaya transportasi bagi masyarakat di pulau-pulau terpencil
2%, biomas, air, angin, surya, dan nuklir menjadi tinggi. Akibatnya, harga jual bila kegiatan ini difasilitasi Pemda Maluku.
masing-masing 5%, dan BBN 5%. biodiesel tidak kompetitif dibandingkan Produksi kelapa Maluku yang menca-
Mengacu pada kebutuhan solar nasio- dengan harga solar bersubsidi sehingga pai 69.184 ton pada tahun 2006 (Badan
nal untuk transportasi sebesar 14 juta kilo- masyarakat enggan membeli biodiesel. Pusat Statistik Maluku 2007) dimanfaatkan
liter/tahun, dan pangsa BBN pada bauran Teknologi pembuatan biodiesel tergo- dalam bentuk buah segar (santan), minyak
energi sebesar 5%, maka kebutuhan bio- long baru bagi petani kelapa sehingga perlu goreng, dan kopra. Sampai saat ini belum
diesel untuk transportasi mencapai 700 disosialisasikan melalui pelatihan dan pen- tersedia data dan informasi tentang pe-
ribu kiloliter/tahun, yang selama ini lebih dampingan. Pemda Maluku dapat memberi manfaatan kelapa untuk pangan. Bila
banyak disuplai dari minyak kelapa sawit. tugas kepada Universitas Pattimura, Balai diasumsikan kebutuhan kelapa untuk
Peluang pengembangan biodiesel ber- Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku, pangan 25% dari total produksi, mengingat
basis kelapa di Maluku cukup potensial, dan penyuluh dalam transfer teknologi jumlah penduduk Maluku kurang dari 2
dengan produksi minyak kelapa 2.689 l/ pembuatan biodiesel. Bagi industri biodie- juta jiwa, masih ada 75% produksi yang
ha/tahun dan pertanaman kelapa ada di sel skala menengah dan besar, upah tena- dapat diolah menjadi biodiesel. Satu
seluruh desa di Maluku. ga kerja yang tinggi dan kepemilikan lahan hektar pertanaman kelapa menghasilkan
oleh adat merupakan faktor kelemahan. minyak 2.689 l/tahun. Hal ini berarti
Kelemahan lainnya adalah sistem pe- Maluku dapat menghasilkan minyak
Kelemahan masaran yang belum standar. Untuk itu kelapa 182 juta l/tahun atau setara 163,90
diperlukan prosedur pemasaran yang juta l/tahun biodiesel. Dengan harga pem-
Faktor penghambat (kelemahan, W) dalam standar sehingga produk akhir biodiesel belian biodiesel oleh Pertamina Rp5.585/l,
membangun industri biodiesel adalah: 1) siap dipasarkan di SPBU. Lokasi SPBU potensi ekonomi yang tersembunyi men-
kurangnya dana untuk modal kerja, per- yang menjual biodiesel juga belum banyak capai Rp915 miliar, dan dapat menjadi
alatan dan mesin, 2) lokasi pengolahan diketahui masyarakat. Sosialisasi penggu- salah satu sumber PAD Maluku. Masya-
minyak kelapa jauh dari usaha biodiesel, naan biodiesel oleh Pertamina masih rakat di pulau-pulau kecil juga terhindar
3) kurangnya sosialisasi biodiesel ke petani kurang, selain masyarakat kurang menya- dari kelangkaan solar akibat keterlambatan
kelapa dan pengguna, 4) sistem pemasaran dari manfaat biodiesel. Jika harga biodiesel pasokan dari Pertamina bila di lokasi
belum standar, 5) ketidakpastian harga murah dan masyarakat mengetahui mereka ada usaha biodiesel. Hal tersebut
biodiesel, dan 6) kurangnya insentif manfaat biodiesel bagi lingkungan dan berarti tercapainya ketahanan energi
terhadap industri biodiesel. ekonomi pedesaan, diperkirakan biodiesel (volume, harga, dan kesinambungan), dan
Untuk memulai usaha biodiesel, petani akan menjadi bagian dari gaya hidup pada masyarakat di pulau terpencil telah
kelapa memerlukan dana tunai untuk mem- masyarakat (Dwiastuti 2008). terbangun Desa Mandiri Energi.
beli peralatan dan mesin serta modal kerja. Seluruh faktor kelemahan industri Penggunaan biodiesel berpeluang
Kebutuhan dana tunai dapat diantisipasi biodiesel tersebut mengakibatkan bio- memperbaiki kualitas lingkungan, meng-
dengan pembentukan kelompok petani diesel belum mencapai harga keekono- gerakkan perekonomian khususnya sektor
kelapa untuk menghimpun modal ber- miannya. Dibandingkan dengan solar ber- pertanian, memperkuat sistem ekonomi
sama. Pemda Maluku dapat pula memberi subsidi, harga biodiesel belum kompetitif. daerah, dan peluang bagi pemerintah
bantuan peralatan dan pinjaman bergulir Ketidakpastian harga jual membuat setempat menarik minat investor dalam
melalui dinas terkait. Dana pengembangan produsen enggan untuk memproduksi negeri maupun luar negeri. Kabupaten
BBN juga dapat berasal dari pinjaman biodiesel dan masyarakat cenderung Maluku Tenggara telah membuat program
berbunga rendah dan tanpa agunan dari memilih solar yang harganya lebih pasti. industri pengolahan kelapa terpadu
Bank Pembangunan Daerah Maluku, atau (termasuk biodiesel) untuk meningkatkan
BUMN seperti PT Telkom, PLN, dan pendapatan masyarakat. Kegiatan dilak-
Pertamina, yang memiliki dana khusus Kesempatan sanakan dengan menghimpun kelompok
Corporate Social Responsibility (CSR). petani kelapa di setiap desa, dan hasil
Di Amerika dan Brasil, perusahaan besar Faktor peluang (kesempatan, O) dalam pe- olahannya ditampung pihak swasta yang
mendominasi industri bioenergi, tetapi ngembangan biodiesel di Maluku adalah: difasilitasi Pemda. Masyarakat juga ber-

Jurnal Litbang Pertanian, 28(2), 2009 49


sedia pertanaman kelapanya digunakan Keamanan yang belum kondusif men- juga industri BBN. Saat ini, pasar ekspor
sebagai percontohan. Hal tersebut meng- jadi pertimbangan bagi investor, selain mampu memberikan keuntungan yang
gambarkan keseriusan Pemda dan antu- lahan yang tidak dapat diperjualbelikan menjanjikan, sehingga pelaku usaha
sias masyarakat dalam industri biodiesel. karena sebagian masih milik adat. Pada cenderung memasarkan produknya ke luar
Sejak tahun 2004 hingga semester pertama sentra-sentra produksi kelapa, sarana pra- negeri. Seharusnya industri biodiesel
2007, investasi biodiesel Indonesia men- sarana yang belum memadai seperti jalan berjaya di pasar lokal dan bersaing di pasar
capai US$600 juta (Mubarak 2007). aspal, pelabuhan, dan sarana komunikasi, global.
akan meningkatkan biaya produksi.
Faktor pembatas lainnya adalah ting-
Ancaman ginya upah tenaga kerja dan kurang ter-
STRATEGI
sedianya tenaga ahli (terampil) di bidang
permesinan. Mendatangkan tenaga dari PENGEMBANGAN
Faktor ancaman dalam pengembangan
biodiesel di Maluku adalah: 1) keamanan luar Maluku akan memicu kecemburuan INDUSTRI BIODIESEL
daerah kurang stabil, 2) infrastruktur jalan sosial. Kedua faktor ini menjadi pertim- BERBASIS KELAPA
dan pelabuhan kurang memadai, 3) lahan bangan bagi investor usaha biodiesel
tanaman kelapa masih milik adat, 4) skala besar. Untuk menentukan strategi pengembang-
tingginya upah tenaga kerja dan biaya Pengembangan biodiesel dari kelapa an industri biodiesel di Maluku digunakan
transportasi, 5) kompetisi peruntukan dapat memicu persaingan pemanfaatan analisis SWOT (Matrik 1). Analisis SWOT,
kelapa untuk pangan dan energi, dan 6) kelapa antara sektor energi dan sektor menghasilkan strategi ST, SO, WO, dan
pengusaha cenderung mengekspor pangan. Kenaikan harga bahan baku tidak WT, yang bila dirumuskan memberikan
biodiesel daripada untuk pemakaian lokal. hanya mempengaruhi industri lain, tetapi tiga formulasi utama, yaitu: 1) strategi

Matrik 1. Matriks SWOT industri biodiesel di Maluku.

Strength – S (Kekuatan) Weaknesses – W (Kelemahan)


1. Sumber energi biodiesel dapat diperbarui 1. Kurangnya dana untuk modal kerja
2. Ketersediaan bahan baku kelapa, lahan 2. Letak pabrik minyak kelapa dan pabrik
dan teknologi pengolahan biodiesel berjauhan
3. Jumlah tenaga kerja di pulau-pulau cukup 3. Kurangnya sosialisasi produk biodiesel ke
tersedia masyarakat
4. Dapat mengurangi ketergantungan 4. Sistem pemasaran belum standar
pada solar 5. Ketidakpastian harga biodiesel
5. Biodiesel lebih irit, pembakaran lebih 6. Kurangnya insentif bagi industri
bersih, tidak ada asap dan jelaga biodiesel
6. Payung hukum Inpres No.1/2006 dan
PERPU No.5/2006

Opportunities – O (Peluang) Strategi SO Strategi WO


1. Belum ada usaha biodiesel di Maluku 1. Mendorong masuknya investor dengan 1. Mengembangkan biodiesel berbahan
2. Menambah pendapatan petani kelapa dan menciptakan iklim yang kondusif baku kelapa berdasarkan keuntungan
kesempatan kerja (infrastruktur dan kepastian hukum) ekonomi dan lingkungan
3. Tidak bergantung pada kiriman solar dari 2. Membuat peraturan daerah yang 2. Memberikan insentif kepada pengusaha
Pertamina Ambon mendukung industri biodiesel biodiesel
4. Sumber pendapatan asli daerah untuk 3. Melakukan peningkatan usaha tani 3. Pertamina menetapkan standar
memperbaiki ekonomi daerah kelapa pemasaran
5. Memperbaiki lingkungan hidup 4. Memberi kesadaran masyarakat akan 4. Membentuk kelompok petani kelapa
energi yang ramah lingkungan untuk membangun usaha biodiesel skala
kecil
5. Sosialisasi pengolahan kelapa menjadi
biodiesel dan manfaat pemakaiannya

Threats – T (Ancaman) Strategi ST Strategi WT


1. Kestabilan keamanan daerah Maluku 1. Memperbesar usaha biodiesel untuk 1. Melibatkan BUMD dan masyarakat
2. Kurangnya infrastruktur jalan dan mengatasi upah buruh dan biaya setempat dalam menginisiasi usaha
pelabuhan transportasi biodiesel
3 Tingginya upah tenaga kerja dan biaya 2. Menciptakan keamanan daerah lebih 2. Mengembangkan industri biodiesel
transportasi kondusif berkelanjutan
4. Kompetisi peruntukan bahan baku 3. Mengembangkan industri biodiesel 3. Memberikan subsidi ke biodiesel
kelapa untuk pangan dan energi pada pulau-pulau terpencil yang 4. Memanfaatkan dan melatih tenaga
5. Pengusaha cenderung menjual biodiesel mempunyai potensi tanaman kelapa setempat (lokal) untuk membantu
ke luar negeri daripada untuk lokal yang luas seperti di Kabupaten Maluku usaha biodiesel
Tenggara dan Maluku Tenggara Barat
untuk kebutuhan sendiri

50 Jurnal Litbang Pertanian, 28(2), 2009


pengembangan pertanaman kelapa, 2) sebagian untuk pangan, 3) strategi pe- digambarkan sebagai berikut: 1) pemilik
strategi pengembangan industri biodiesel, ngembangan meliputi skala rumah tangga, pertanaman kelapa dengan luasan 5−10 ha
dan 3) dukungan kebijakan Pemda UMKM dan skala besar (komersial), di- melakukan pembuatan biodiesel dengan
Maluku. lakukan secara bertahap dan dikembang- kapasitas 200 l/hari, 2) produk dipasarkan
kan sesuai dengan keekonomiannya. terbatas pada kabupaten atau pulau kecil,
Ilustrasi arah pengembangan biodiesel dan 3) produk untuk alat transportasi
Strategi Pengembangan dalam berbagai skala usaha disajikan pada dalam lingkup terbatas.
Pertanaman Kelapa Gambar 1. Dalam upaya mencapai tujuan
pengembangan biodiesel, berikut skenario
Strategi pengembangan pertanaman model yang dapat digunakan pada ber- Pola komersial
kelapa dilakukan berdasarkan: 1) kondisi bagai wilayah di Provinsi Maluku.
Model pengembangan ditujukan untuk
riil areal pertanaman kelapa saat ini, 2)
perusahaan besar dengan mutu produk
skenario kebutuhan lahan kelapa untuk
mendukung pangan dan energi, dan 3) Pola usaha rumah tangga tinggi. Biodiesel dijual ke Pertamina,
industri, dan ekspor. Pola ini digambarkan
permasalahan lainnya. Pengembangan
Model pengembangan ini bertujuan me- sebagai berikut: 1) pertanaman kelapa
pertanaman kelapa di Maluku difokuskan
ngurangi beban masyarakat akibat kelang- dalam perkebunan besar (10.000−50.000
pada: 1) pemutakhiran data dan informasi
kaan dan tingginya harga solar. Masya- ha) mengolah biodiesel, 2) pengolahan
dasar untuk membentuk pangkalan data
rakat di pulau-pulau kecil dan terpencil di dilakukan secara industrial dengan per-
pertanaman kelapa, 2) peningkatan pro-
Maluku sangat bergantung pada pasokan syaratan mutu tinggi, 3) biodiesel dijual
duksi pertanaman kelapa existing, dan 3)
solar dari Ambon. Pola ini digambarkan ke Pertamina untuk mengurangi impor
pengembangan pertanaman kelapa di
sebagai berikut: 1) masyarakat pemilik solar.
setiap kebupaten/kota, terutama di Kabu-
pertanaman kelapa mengolah biodiesel
paten Maluku Tenggara dan Maluku
secara berkelompok dalam skala kecil (50
Tenggara Barat.
l/hari), dengan mesin pengolah yang ter- Pola plasma dan inti
sedia di Puslitbang Perkebunan, dan 2)
biodiesel yang dihasilkan dibagi di antara Model pengembangan ini ditujukan untuk
Strategi Pengembangan rumah tangga anggota kelompok dengan meningkatkan efisiensi biaya. Usaha ini
Industri Biodiesel peraturan yang telah disepakati bersama. dikelola dengan prinsip ekonomi dan
manajemen secara komersial. Di Maluku,
Strategi pengembangan biodiesel di usaha ini dapat berjalan dengan baik jika
Maluku diharapkan berpijak pada hal-hal Pola usaha mikro dan kecil difasilitasi oleh Pemerintah Daerah atau
sebagai berikut: 1) penerima manfaat swasta. Pola ini digambarkan sebagai
utama adalah masyarakat kurang mampu Model pengembangan ini lebih ditujukan berikut: 1) industri dengan kebutuhan
untuk memenuhi kebutuhan sendiri energi untuk perkebunan rakyat dan industri biodiesel yang tinggi (misalnya Pertamina
sehingga mengurangi beban hidup akibat kecil. Lokasi usaha sebaiknya dekat dan PLN) memiliki lahan pertanaman
harga solar yang tinggi, 2) kelapa tidak dengan pasar lokal seperti di pinggiran kelapa sendiri atau sewa, dapat pula
seluruhnya diolah menjadi biodiesel, tetapi kota, kecamatan atau kabupaten. Pola ini membeli minyak kelapa dari industri kecil,

Konsumsi sendiri/
t

konsumsi komunal

Pengolahan/industri (kecil),
Lahan rakyat
t

biodiesel

Pertanaman kelapa Komersial


t

"non-SPBU Pertamina"
t

t t
Lahan khusus:
• Swasta Pengolahan/industri (besar),
t

• Pemerintah/Pemda biodiesel

Komersial
"SPBU Pertamina (Besar-5)"
t

Gambar 1. Arah pengelolaan pertanaman kelapa di Maluku.

Jurnal Litbang Pertanian, 28(2), 2009 51


2) pengolahan dilakukan dalam unit pe- dan tanpa agunan, dan kepada BUMN di di pulau-pulau yang jauh dari Ambon.
ngolahan milik sendiri, dan 3) produk di- Maluku untuk menyisihkan sebagian Produksi kelapa tidak seluruhnya diolah
manfaatkan sendiri untuk menekan biaya keuntungannya bagi penyediaan modal menjadi biodiesel, tetapi juga untuk
bahan bakar atau mendapat margin ke- petani kelapa, dan 5) mempromosikan dan pangan. Pengembangan usaha berbentuk
untungan yang lebih besar. mengundang investor yang berminat skala rumah tangga, UMKM dan komer-
dalam usaha biodiesel. sial, dengan model pilihan seperti pola
rumah tangga, pola usaha mikro dan kecil,
Dukungan Kebijakan Pemda pola komersial, serta pola plasma dan inti.
Maluku KESIMPULAN DAN Beberapa langkah operasional yang
IMPLIKASI KEBIJAKAN perlu dilakukan Pemda Maluku adalah: 1)
Beberapa kebijakan Pemerintah Daerah menciptakan keamanan yang lebih
yang diperlukan dalam memfasilitasi Usaha industri biodiesel berbasis kelapa kondusif sehingga dapat menarik minat
agribisnis biodiesel di Maluku adalah: 1) belum berkembang di Maluku. Sistem dan investor, 2) revitalisasi pertanaman kelapa
membuat regulasi (Perda) untuk men- usaha industri biodiesel yang prospektif yang ada (existing), 3) mengembangkan
dukung berdirinya usaha biodiesel, ter- berkinerja lebih baik dapat dikembangkan usaha agribisnis kelapa secara terintegrasi
utama tentang hak dan tata guna lahan berdasarkan keunggulan dan peluang mulai dari budi daya, pengolahan hingga
kelapa, serta insentif untuk investor, 2) pada setiap simpul dengan dukungan ke- pemasaran dalam skala yang bernuansa
melalui Bappeda, Dinas Pertanian, Dinas bijakan Pemda Maluku. corporate community, 4) memfasilitasi
Perindustrian dan Perdagangan di Kabu- Strategi pengembangan pertanaman berkembangnya investasi dan menguat-
paten dan Provinsi, membuat percontohan kelapa difokuskan pada pemutakhiran data kan kelembagaan lokal, 5) mendorong pe-
usaha biodiesel pada pertanaman kelapa dan informasi dasar, peningkatan produksi ningkatan pemanfaatan biodiesel sebagai
rakyat skala luasan 5−10 ha, 3) mewajibkan pertanaman kelapa existing, dan pengem- substitusi solar, dan 6) melakukan transfer
BUMD untuk membangun industri bio- bangan pertanaman kelapa terutama di teknologi, pelatihan dan memanfaatkan
diesel bekerja sama dengan pemilik Kabupaten Maluku Tenggara dan Maluku tenaga sarjana yang belum bekerja sebagai
pertanaman kelapa di setiap kabupaten/ Tenggara Barat. Strategi pengembangan tenaga pendamping dalam usaha industri
kota, 4) mewajibkan bank milik daerah biodiesel berpijak pada penerima manfaat biodiesel.
untuk memberi pinjaman berbunga rendah utama yaitu masyarakat yang berdomisili

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Maluku. 2007. Maluku Kementerian Negara Riset dan Teknologi. 2006. Prasetyo, K.A. 2008. Proses Adsorpsi untuk
dalam Angka 2007. Badan Pusat Statistik Biodiesel (BBM Alternatif Pengganti Solar): Pemurnian Tanpa Air pada Sistem Produksi
Maluku, Ambon. hlm. 257−259. Tanaman Jarak Pagar. http://www.ristek.go. Biodiesel. Skripsi. http://digilib.itb.ac.id/gd.
id/index.php?mod=File&conf=frame&abs php?mod=........ [2 Januari 2009].
Bajoe. 2008. Mengenal Biodiesel. Wikimu. http://
=1&file=file_upload/lain_lain/biodiesel/
w w w.wikimu.com/News/Print.aspx?id Prastowo, B. 2006. Development of biofuel in
biodiesel.htm. [2 Januari 2009].
=6030. [14 Februari 2009]. Indonesia. Paper presented in the Seminar
MacLean, H.L. and B. Lave L. 2003. Evaluating at the Agricultural Engineering Division,
Cloin, J. 2005. Coconut oil as a biofuel in Pacific
Automobile fuel/propulsion system tech- University of Hohenheim, 26 September
Island South Pacific. Refocus 6(4): 45-48.
nologies. Energy Combust Science 29(1): 1− 2006, Stuttgart, Germany.
doi:10.1016/51471-9846(05)70431-5. [7
69.
Februari 2009]. Prastowo, B. 2007. Potensi sektor pertanian
Mubarak, A. 2007. Prospek investasi energi sebagai penghasil pengguna energi terbaru-
Coxhead, I. 2003. Development and environment
alternatif. http://www.gp-ansor.org/opini/ kan. Perspektif Review Penelitian Tanaman
in Asia. Asian-Pacific Economic Literature
prospek-investasi-energi-alternatif.html. [2 Industri 6(2): 85−93.
17(1): 22−54.
Januari 2009].
Prastowo, B. and M. Sardjono, 2007. Biofuel
Damanik, S. 2007. Strategi pengembangan agri-
Organization for Economic Cooperation and development policy in Indonesia. Paper for
bisnis kelapa (Cocos nucifera) untuk me-
Development (OECD). 2006. Agricultural the East-West Agricultural Forum: “Agri-
ningkatkan pendapatan petani di Kabupaten
Market Impacts of Future Growth in the culture and Bioenergy-the lights will go out
Indragiri Hilir, Riau. Perspektif Review Pe-
Production of Biofuels. Directorate for Food, without agriculture” on 20 January 2007 in
nelitian Tanaman Industri 6(2): 94−104.
Agriculture and Fisheries, Committee for Berlin, in conjunction with the 72nd Inter-
Dwiastuti, I. 2008. Analisis manajemen strategi Agriculture. national Green Week.
industri energi alternatif, studi kasus biofuel.
Pasang, M.P. 2007. Studi Efektivitas Transesteri- Sanusi. 2008. Dampak pengembangan biofuel
Jurnal Ekonomi dan Pembangunan LIPI
fikasi Serempak pada Ampas Kelapa (Cocos terhadap kelestarian lingkungan hidup dan
XVI(1): 21−33.
nucifera) untuk Produksi Biodiesel. Tesis peningkatan perekonomian petani. Jurnal
Engine Manufacturers Association. 2003. Master. http://digilib.itb.ac.id/gd.php?mod Ekonomi dan Pembangunan LIPI XVI(1):
Technical statement on the use of biodiesel =....... [2 Januari 2009]. 47−56.
fuel in compression ignition engines. EMA,
Pertamina. 2006. Mengenal biodiesel crude palm Sen, K. and L. Steer. 2005. Survey of recent
Chicago, USA.
oil. http://www.pertamina.com/index.php? developments. Bull. Indon. Econ. Studies
Gianie. 2007. Butuh upaya bangun biofuel. http: option=com-contens&task=view&id=1295 41(3): 279−304.
//www.energi.lipi.go.id.utama.cgi?artikel& &Itemed=507. [2 Januari 2009].
117386515. [2 Januari 2009].

52 Jurnal Litbang Pertanian, 28(2), 2009


Stauffer, E. and D. Byron. 2007. Alternative Tarigans, D.D. 2005. Diversifikasi usaha tani Pattimura, Bappeda Maluku, Dinas Pertanian
fuels in fire debris analysis: Biodiesel basics. kelapa sebagai upaya untuk peningkatan Provinsi Maluku dan Balai Pengkajian
J. Forensic Sci. 52(2): 371−379. pendapatan petani. Perspektif Review Teknologi Pertanian Maluku, Ambon, 29−
Penelitian Tanaman Industri 4(2): 71−78. 31 Mei 2006.
Susanto, A.N. dan S. Bustaman. 2006. Data dan
Informasi Sumber Daya Lahan untuk Men- Titaley, P.P.A. 2006. Kebijakan revitalisasi per- Universitas Siliwangi. 2008. Penelitian peman-
dukung Pengembangan Agribisnis di Wilayah tanian di Maluku. hlm. 42−60. Prosiding faatan dan pengembangan potensi kelapa
Kepulauan Provinsi Maluku. Balai Pengkaji- Lokakarya Sagu: Sagu dalam Revitalisasi Per- sebagai sumber bahan bakar alternatif bio-
an Teknologi Pertanian Maluku, Ambon. 73 tanian Maluku. Kerja Sama Universitas diesel. www.litbangkabtsm.org. [14 Februari
hlm. 2009].

Jurnal Litbang Pertanian, 28(2), 2009 53

You might also like