Professional Documents
Culture Documents
Gambar 3. Gambaran geomorfologi pada zona subduksi dan kenampakan seamount di kerak
samudera India, sumbu palung laut dan prisma akresi di lepas pantai Bengkulu.
Gambar 5. Geomorfologi prisma akresi yang naik kepermukaan sebagai pulau prisma akresi di
lepas pantai sebelah barat Aceh.
Gambar 6. Geomorfologi prisma akresi di selatan Jawa yang belum muncul ke permukaan laut.
4. Geomorfologi Cekungan Busur Muka
Survey kemitraan Indonesia-Jerman Sonne Cruise 186-2 SeaCause-II dilaksanakan pada tahun
2006 di perairan barat Aceh sampai ke wilayah Landas Kontinen di luar 200 mil. Hasil
interpretasi lintasan-lintasan seismik yang memotong cekungan Simeulue yaitu lintasan 135-139
memperlihatkan indikasi cekungan busur muka Simelue merupakan cekungan a-symetri laut
dalam dengan kedalaman laut antara 1.000-1.500m, makin ke barat ketebalan sedimen makin
tebal mencapai 5.000m lebih.
Di sisi barat cekungan ini ditemukan sesar-sesar mendatar (kelanjutan Sesar Mentawai?) yang
mengontrol aktifnya sesar-sesar tumbuh (growth fault) sehingga mengakibatkan deformasi
struktur batuan sedimen pada tepian cekungan.
Berdasarkan seismik stratigrafi, umur sedimen pengisi cekungan ini relatif muda (Miocene)
sehingga kurang memungkinkan terjadi pematangan sebagai source rock (IPA, 2002). Selain itu,
tingkat pematangan (maturitas) batuan reservoar relatif rendah karena laju pengendapan yg
relatif cepat di laut dalam, demikian pula dengan pengaruh proses pematangan diagenesa
volkanisme di bagian timur yang jaraknya terlalu jauh.
Salah satu contoh terbaik terbentuknya cekungan busur muka adalah cekungan Lombok yang
telah teridentifikasi memiliki komponen toponimi yang lengkap, seperti koordinat (x,y,z), batas-
batas cekungan, luas, kedalaman, dsb. (Gambar 7).
Gambar 7. Geomorfologi cekungan Lombok sebagai cekungan busur muka (PPPGL, 2008)
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil re-interpretasi rekaman seismic, citra seabeam, serta data batimetrik dari
beberapa lintasan yang memotong zona subduksi pada system tektonik tepian lempeng aktif,
dapat dikemukakan beberapa kesimpulan, diantaranya:
• Batas penunjaman lempeng samudera India dengan lempeng Eurasia secara tegas membentuk
satuan geomorfologi palung samudera dengan kedalaman antara 6.000-7.000 meter yang arahnya
tegak lurus terhadap arah penunjaman.
• Sebagai konsekuensi logis penunjaman lempeng samudera yang mempunyai densitas lebih
tinggi dibandingkan lempeng benua maka terbentuk satuan geomorfologi prisma akresi yang
merupakan proses campur-aduk dimana terjadi deformasi dasar laut secara besar-besaran. Proses
geologi yang umum terjadi adalah perlipatandan sesar-sesar naik yang disertai dengan proses
pengangkatan. Sesar-sesar normal dan mendatar banyak dijumpai pada daerah yang jauh dari
palung samudera terutama pada punggungan dan tepian cekungan.
• Cekungan busur muka terbentuk antara punggungan busur muka dan busur gunungapi dimana
proses sedimentasi dominan berasal dari bagian kontinen, sehingga umumnya membentuk
geomorfologi cekungan memanjang a-symetri.
• Gambaran geomorfologi dasar laut di tepian lempeng aktif di barat Sumatera dan selatan Jawa
memperlihatkan batas satuan yang jelas dan tegas sehingga merupakan contoh bentuk
geomorfologi zona penunjaman yang terbaik di dunia.