Professional Documents
Culture Documents
Dipublikasikan Oleh:
Departemen Komunikasi & Informatika
Repubik Indonesia
Dokumentasi: Televisiana Indonesia [ http://televisiana.net ] INTERNAL USED ONLY
DAFTAR ISI
Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel dan Gambar
Bab 1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Sasaran
1.3. Metodologi
1.4. Persiapan Pemerintah dalam Penyelenggaraan Layanan TVD-TT
BAB I: PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi digital yang sangat pesat memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap
konvergensi di bidang penyiaran, telekomunikasi dan transaksi elektronik, yang antara lain menghasilkan siaran TV
Digital yang berkualitas tinggi, jumlah siaran/program per saluran frekuensi yang lebih banyak/variatif dan dapat
dinikmati oleh pemirsa melalui pesawat TV standar, telepon genggam (Handphone), PDA (Personal Digital Assistant)
dan komputer.
Sistem penyiaran digital saat ini sudah menjadi kebutuhan masyarakat dunia untuk memperoleh informasi.
Sejarah pertelevisian di Indonesia mulai pada tahun 1962 dengan satu stasiun TVRI, yang kemudian berkembang di
tahun 1990-an menjadi 6 stasiun TV (5 swasta + 1 TVRI), dan selanjutnya bertambah lagi dengan 5 stasiun swasta di
tahun 2002, sehingga pada saat ini ada 11 stasiun TV Terestrial yang beroperasi di seluruh Indonesia disamping
kurang lebih 100 stasiun TV Lokal yang mulai beroperasi di beberapa daerah tertentu.
Dari perkembangan siaran TV di Indonesia diperoleh bahwa TV merupakan suatu media informasi yang sangat
strategis dan efektif bagi masyarakat untuk penyampaian/penyebaran informasi yang dapat berperan dalam
pembangunan karakter bangsa, memajukan ekonomi negara, dan mempererat persatuan bangsa.
Menyadari manfaat seperti tersebut diatas, minat masyarakat begitu besar, seperti terlihat pada pemohon izin LPS
(Lembaga Penyiaran Swasta) Lokal yang jumlahnya begitu banyak, sehingga tidak mungkin tertampung dalam
alokasi frekuensi yang tersedia. Dengan terselenggaranya siaran digital yang dapat memuat 6 kali lebih banyak
program siaran dalam satu kanal, diharapkan masalah ini dapat teratasi.
Dokumentasi: Televisiana Indonesia [ http://televisiana.net ] INTERNAL USED ONLY
Menyadari kebutuhan frekuensi yang makin meningkat, masyarakat yang menuntut kualitas, ragam dan jumlah
program siaran untuk meningkatkan kualitas hidup, pemerintah telah mengadakan studi untuk melakukan migrasi
dari siaran analog ke digital. Buku Putih ini akan membahas mengenai rencana penyelenggaraan TV Digital
Penerimaan Tetap (TVD-TT).
Pelaksanaan migrasi ke TV Digital akan dilakukan 2 tahap, yaitu Tahap “Simulcast” (tahap dimana TV analog dan
digital disiarkan bersama-sama) dan Tahap ”Cut Off” (tahap dimana siaran TV analog dihentikan secara total). Tahap
simulcast bertujuan mempersiapkan masyarakat agar secara bertahap menggunakan alat bantu penerima siaran TV
digital (set-top box/STB) atau sekaligus menggunakan pesawat TV digital, dan kepada Lembaga Penyiaran untuk
mengalihkan siarannya dari analog ke digital.
1.2 Sasaran
Peralihan siaran dari analog ke digital khususnya siaran televisi akan memungkinkan pemirsa memperoleh suatu
layanan yang “terintegrasi” dan “terkonvergensi” yang memberikan keuntungan-keuntungan sebagai berikut :
Penggunaan atau pemanfaatan kanal frekuensi secara lebih efisien, karena dengan satu kanal frekuensi dapat
digunakan untuk beberapa program siaran dalam waktu bersamaan, dibandingkan dengan siaran analog yang
menggunakan satu kanal frekuensi untuk satu program siaran. Dengan standar DVB-T, dan menggunakan
video compression MPEG-2, satu kanal frekuensi dapat dimanfaatkan untuk 6 program siaran SDTV atau 1
HDTV; dan dengan video compression MPEG-4, satu kanal frekuensi dapat dimanfaatkan untuk 10-12 program
siaran SDTV atau 2-4 HDTV. Pada saat ini standar DVB-T sedang dikembangkan ke standar DVB-T2 yang
akan memuat kira-kira 3 kali lebih banyak program dari DVB-T.
Menampung permintaan izin penyelenggaraan penyiaran televisi swasta yang melebihi ketersediaan frekuensi.
Pada saat ini LPS analog yang telah mendapat izin penyiaran berjumlah 11, dan LPS analog lokal 115,
pemohon baru yang tidak tertampung berjumlah kurang lebih 450.
Meningkatkan kualitas penerimaan program siaran televisi.
Dokumentasi: Televisiana Indonesia [ http://televisiana.net ] INTERNAL USED ONLY
Dengan penetrasi yang luas ke seluruh pelosok Indonesia, beragam dan variatifnya program siaran, serta
jumlah siaran yang meningkat, maka masyarakat dapat meningkatkan pengetahuannya memilih konten-konten
yang edukatif dan informatif, sehingga akan tercipta suatu masyarakat informasi (“information society”) yang
kritis, dan semangat untuk membangun persatuan dan kesatuan bangsa serta meningkatkan kesejahteraan dan
kualitas hidup.
Mendorong tumbuhnya program-program siaran dengan segmentasi yang khusus.
Penyiaran TV digital diharapkan dapat memacu bisnis media TV di Indonesia, membuka peluang sekaligus
tantangan bagi pebisnis media di bidang “content service provider”, “content provider”, “industri kreatif”,
penyedia multiplekser, transmisi, dll. Bisnis media tentunya akan menjadi potensi ekonomi yang sangat besar
bagi masyarakat. Penyedia perangkat alat bantu penerima siaran TV digital atau STB yang merupakan salah
satu kunci keberhasilan penggelaran TV digital, akan menjadi peluang bagi industri dalam negeri untuk
memproduksi di dalam negeri. Video kompresi MPEG2 dan SDTV telah dipilih agar diperoleh harga STB-T
dengan harga terjangkau bagi masyarakat. Jumlah TV analog yang telah dimiliki oleh 30-40 juta rumah tangga
(household) diharapkan dapat memacu industri dalam negeri untuk mendesain, dan memproduksi STB dengan
harga yang terjangkau. Regulator/pemerintah tentunya akan memberikan kesempatan dan kemudahan-
kemudahan bagi industri dalam negeri, agar siaran TV digital bermanfaat tidak saja bagi pemirsa atau lembaga
penyiaran tetapi juga bagi industri dalam negeri.
Mendorong konvergensi layanan multimedia.
Menumbuhkan industri konten, perangkat lunak, dan perangkat keras terkait penyiaran televisi digital.
Dengan diterbitkannya kebijakan penyelenggaraan siaran TV Digital Penerimaan Tetap ini, maka akan ada
“kepastian hukum” bagi pelaku bisnis penyelenggara penyiaran untuk menyelenggarakan layanan TV digital dan
bagi industri perangkat untuk dapat memproduksinya dengan harga terjangkau serta bagi masyarakat untuk
menikmati siaran TV digital yang beragam, variatif, terlindungi dan berkualitas.
1.3 Metodologi
Dokumentasi: Televisiana Indonesia [ http://televisiana.net ] INTERNAL USED ONLY
Penyusunan Buku Putih ini diawali dengan melihat kondisi saat ini (eksisting) telah berjalan. Hal-hal yang terkait
langsung dengan frekuensi dan infrastruktur akan dijadikan sebagai indikator utama. Banyaknya pemohon
penyelenggaraan penyiaran TV, terutama di daerah-daerah, keterbatasan frekuensi yang dialokasikan untuk
penyiaran TVD-TT (FTA) akan menjadi salah satu pertimbangan. Perkembangan dari negara lain yang telah
menggelar penyiaran TV digital Terestrial akan dijadikan sebagai masukan dalam kebijakan yang akan diambil.
Setelah melakukan studi banding dengan negara lain yang sudah menggelar dan melakukan kajian terhadap standar
internasional maka dilakukan perkiraan terhadap kondisi yang diharapkan untuk layanan TV Digital.
Secara umum indikator akan dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri dari Penyelenggara Program Siaran
(“content service provider”), Multipleks, Transmisi, dan Menara serta regulasi/kebijakan yang akan mengatur
pelaksanaannya.
Kemudian dilanjutkan dengan menyiapkan Rancangan Peraturan Menteri beserta naskah akademik penunjangnya.
Rancangan Peraturan Menteri tersebut kemudian dikonsultasikan kepada publik melalui “konsultasi publik”. Setelah
itu dilakukan legal review yang melibatkan pakar hukum terkait untuk menyusun Draft Peraturan Menteri TV Digital
Terestrial Penerimaan Tetap. Dilanjutkan dengan mengadakan Focus Group Discussion yang melibatkan regulator,
pelaku usaha, penyedia teknologi, dan pengguna. Kemudian dilakukan finalisasi dan legalisasi naskah Peraturan
Menteri tentang TV Digital Terestrial Penerimaan Tetap.
7. Penetapan Peraturan Menkominfo No.27/P/M.Kominfo/8/ 2008 tanggal 5 Agustus 2008 tentang Uji Coba
Lapangan Penyelenggaraan Siaran TV Digital (Penerimaan Tetap dan Bergerak).
8. Uji coba lapangan untuk pertama kali diluncurkan pada tanggal 13 Agustus 2008 oleh Wakil Presiden Republik
Indonesia di TVRI.
9. Uji coba lapangan TVD-TT kedua secara resmi diluncurkan oleh Presiden RI pada tanggal 20 Mei 2009 dan
dilaksanakan oleh dua operator yaitu KTDI (Konsorsium 6 LPS : SCTV, Metro, AnTV TVOne, TransTV dan
Trans7) dan konsorsium TVRI/Telkom.
10. Seleksi penyelenggara uji coba lapangan siaran TV digital terestrial penerimaan tetap dan bergerak yang
pemenangnya ditetapkan melalui Surat Penetapan Penyelenggara Uji Coba Lapangan Penyelenggaraan Siaran
Televisi Digital Free to Air No. 272/M.KOMINFO/11/2008 tanggal 10 November 2008 dan untuk Mobile TV No.
274/M.KOMINFO/11/2008 tanggal 10 November 2008.
11. Pembentukan Steering Committee dan Working Group berdasarkan KepMen No.26/Kep/M.Kominfo/1/2009,
tanggal 23 Januari 2009 Tentang Pembentukan Steering Committee dan Working Group Implementasi Migrasi
dari Sistem Penyiaran Analog ke Digital di Indonesia; dengan tugas menyusun instrumen-instrumen yang
dibutuhkan untuk mengimplementasikan migrasi dari sistem penyiaran TV analog ke digital.
12. Launching Uji Coba Siaran TV Digital Terrestrial Penerimaan Bergerak oleh Menkominfo pada tanggal 3 Agustus
2009.
13. Sesuai jadwal dalam Permen No.27/P/M.Kominfo/8/2008, uji coba lapangan kedua dan ketiga akan berakhir
selambat-lambatnya pada bulan Februari 2010.
Hasil uji coba lapangan cukup memuaskan, sehingga sementara menunggu Konvergensi UU penyiaran dan
telekomunikasi, pemerintah akan mengeluarkan kebijakan penggelaran TVD-TT dalam bentuk peraturan menteri
yang dapat digunakan sebagai payung hukum untuk pelaksanaan penggelaran siaran TV Digital Terestrial (FTA)
untuk penerimaan tetap yang diharapkan dapat digelar selambat-lambatnya di tahun 2011.
Untuk melaksanakan pembuatan peraturan TVD-TT, telah dibentuk Tim Penyiapan Regulasi Penyiaran Televisi
Digital sesuai KepMen No.207/KEP/M.Kominfo/7/2009 tanggal 3 Juli 2009.
Dokumentasi: Televisiana Indonesia [ http://televisiana.net ] INTERNAL USED ONLY
Standar DVB-T telah mengalami pengembangan menjadi DVB-T2 dan beberapa negara telah dan sedang dalam
persiapan untuk menggunakan DVB-T2. Perkembangan implementasi TVD-TT di Italia diambil sebagai contoh,
karena kesamaan standar teknologi yang digunakan dan jumlah TVD-TT menempati persentase cukup signifikan,
yaitu lebih dari 60%, dibandingkan dengan TVD-Satelit dan TVD-Cable. Perkembangan teknologi TV Digital di Italia
dapat dilihat pada tabel 2.2.
Thailand 2010 ?
Since 2007
Vietnam 2015 MPEG2
(40 locations)
Technical MUX 1 MUX 2 MUX 3 MUX 4 MUX 5 MUX 6 MUX 7 MUX 8 MUX 9 MUX 10
standard
UHF/VHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF
DVB-T DVB-T DVB-T DVB-T DVB-T DVB-T DVB-H DVB-H DVB-T DVB-T DVB-T
Modulation 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM
Guard Band 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4
FEC 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3
Total 19.91 19.91 19.91 19.91 19.91 19.91 19.91 19.91
Capacity
% reserved 21% 18% 21% 18% 18% 21% 21% 21%
for non-TV
Remaining 15.74 16.34 15.741 16.34 16.34 15.741 15.741 15.741
capacity
Compression MPEG2 MPEG2 MPEG2 MPEG2 MPEG2 MPEG2 MPEG2 MPEG2
No.of 6 6 6 6 6 6 6 6
channels
Dokumentasi: Televisiana Indonesia [ http://televisiana.net ] INTERNAL USED ONLY
Technical MUX 1 MUX 2 MUX 3 MUX 4 MUX 5 MUX 6 MUX 7 MUX 8 MUX 9
standard
UHF/VHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF
DVB-T DVB-T2 DVB-T2 DVB-T2 DVB-T2 DVB-T2 DVB-H DVB-H DVB-T2 DVB-T2
Modulation 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM
Guard Band 1/32 1/32 1/32 1/32 1/32 1/32 1/32
FEC 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3
Total 36.19 36.19 36.19 36.19 36.19 36.19 36.19
Capacity
% reserved 13% 11% 13% 11% 11% 13% 13%
for non-TV
Remaining 31.47 32.07 31.47 32.07 32.07 31.47 31.47
capacity
Compression MPEG4 MPEG4 MPEG4 MPEG4 MPEG4 MPEG4 MPEG4
No. of 26 or 6 26 or 6 26 or 6 26 or 6 26 or 6 26 or 6 26 or 6
channels
Dokumentasi: Televisiana Indonesia [ http://televisiana.net ] INTERNAL USED ONLY
Technical MUX 10 MUX 11 MUX 12 MUX 13 MUX 14 MUX 15 MUX 16 MUX 17 MUX 18
standard
UHF/VHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF
DVB-T DVB-T2 DVB-T2 DVB-T2 DVB-T2 DVB-T2 DVB-T2 DVB-T2 DVB-T2 DVB-T2
Modulation 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM
Guard Band 1/32 1/32 1/32 1/32 1/32 1/32 1/32 1/32 1/32
FEC 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3
Total 36.19 36.19 36.19 36.19 36.19 36.19 36.19 36.19 36.19
Capacity
% reserved 13% 13% 13% 13% 13% 13% 13% 13% 15%
for non-TV
Remaining 31.47 31.47 31.47 31.47 31.47 31.47 31.47 31.47 26.95
capacity
Compression MPEG4 MPEG4 MPEG4 MPEG4 MPEG4 MPEG4 MPEG4 MPEG4 MPEG4
No. of 26 or 6 26 or 6 26 or 6 26 or 6 26 or 6 26 or 6 26 or 6 26 or 6 26 or 5
channels
Dokumentasi: Televisiana Indonesia [ http://televisiana.net ] INTERNAL USED ONLY
Pada tabel perubahan dalam migrasi DVB-T ke DVB-T2 di atas, tampak bahwa perubahan jumlah MUX dan jumlah
chanel per MUX sangat besar, yaitu dari 8 menjadi 16 MUX dan jumlah saluran siaran per MUX dari 6 menjadi 22-26.
Hal ini berarti dengan DVB-T2 dapat dihasilkan jumlah program dapat mencapai maksimal 416 program siaran.
Ada beberapa standar teknologi transmisi yang sekarang telah berkembang di dunia, yaitu :
- ATSC dari Amerika, yang diluncurkan sejak November 1998
- DVB-T dari Eropa, yang diluncurkan sejak September 1998
Dokumentasi: Televisiana Indonesia [ http://televisiana.net ] INTERNAL USED ONLY
Masing-masing standar dan beberapa variannya telah diadopsi oleh sejumlah negara. Untuk negara-negara di Eropa,
Asia dan Australia, termasuk Indonesia, telah memilih DVB-T sebagai standar teknologinya. Bahkan standar-standar
tersebut sudah mengalami pengembangan-pengembangan menuju teknologi yang lebih maju, seperti DVB-T menjadi
DVB-T2.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa standar, teknologi, perangkat keras, perangkat lunak baik untuk operator
maupun pengguna telah siap (mature) di pasar dunia.
Di Indonesia sampai dengan tahun 2009, Lembaga Penyiaran Berlangganan baik melalui satelit dan kabel telah
menggunakan teknologi digital DVB-S untuk satelit dan DVB-C untuk kabel. Jumlah total pelanggannya saat ini
kurang lebih 1,1 juta pelanggan. Dengan fitur-fitur yang lebih beragam, lebih menarik, lebih berkualitas, maka jumlah
pemirsa penyiaran analog teresterial yang saat ini telah dinikmati oleh 30-40 juta rumah tangga diharapkan akan
meningkat lebih pesat dengan TVD-TT.
Setelah penyiaran analog secara bertahap dihentikan total mulai tahun 2013, maka diharapkan : teknologi DVB-T2,
MPEG4 yang saat ini masih diuji lapangan di negara-negara maju akan sudah matang dan tahan uji di lapangan,
harga STB/MPEG4 semakin murah, masyarakat Indonesia telah siap dan memahami siaran TV digital sehinga TVD-
TT yang dimulai dengan DVB-T/MPEG2/SDTV dapat beralih ke DVB-T2/MPEG4/SDTV/HDTV sehingga kualitas
hidup masyarakat dan industri di Indonesia dapat makin meningkat.
Dokumentasi: Televisiana Indonesia [ http://televisiana.net ] INTERNAL USED ONLY
Optimasi kualitas Perubahan MPEG2 • Perlu teknologi baru Peningkatan dari • Membutuhkan
untuk system transmisi peralatan baru untuk
saluran siaran ke MPEG4 dan pesawat penerima DVB-T ke DVB-T2 transmisi dan pesawat
penerima
Peningkatan • Sudah tersedia
teknologi tersebut Migrasi dari • Membutuhkan
saluran siaran pada Mux perencanaan jaringan • Membutuhkan
dengan standar MFN ke SFN secara cermat peralatan baru untuk
MIMO
transmisi dan pesawat
kompresi yang penerima
ditetapkan • Dibutuhkan pesawat
Mulai menerapkan • Kemungkinan
penerima HDTV
HDTV Realokasi memerlukan koordinasi
Pendistribusian • Sudah tersedia internasional
teknologi tersebut Frekuensi
program siaran pada Mux
dalam Multipleks
secara statistik Peningkatan ke • Tidak dibutuhkan
peralatan baru, namun
modulasi s/d mungkin perlu
Pengaturan Mux • Perlu koordinasi 256QAM perencanaan ulang
dan perencanaan jaringan
dalam zona dari Penyelenggara
layanan Multipleks
Proses migrasi dari analog ke digital dengan menggunakan standar teknologi DVB-T, tidak berhenti sampai pada
implementasi DVB-T. Seperti telah disebutkan di atas bahwa DVB-T telah mengalami pengembangan-
pengembangan menjadi DVB-T2. Sehingga migrasi dari analog ke DVB-T akan dilanjutkan menuju tahap berikutnya
yaitu tahap adopsi DVB-T2.
Proses migrasi dari siaran TV analog ke TVD-TT dapat dibagi dalam 3 tahap sebagai berikut, yaitu :
• Tahap 1 :
Simulcast penyiaran TV analog bersamaan dengan TVD-TT dengan menggunakan kompresi video MPEG-2
dan SDTV
• Tahap 2 :
Tahapan dimana siaran TV analog dihentikan secara total (analog switch off, fully digital), secara bertahap
mulai dengan daerah-daerah yang masyarakatnya telah siap menerima siaran digital.
Untuk daerah yang sudah fully digital, maka migrasi ke tahap berikutnya dapat direncanakan dari MPEG2 ke
MPEG4, sehingga jumlah saluran siaran dapat lebih banyak, HDTV dapat mulai diuji coba dan bila dibutuhkan
sistem MFN (Multi Frequency Network) dapat dialihkan menjadi SFN (Single Frequency Network) untuk
menghemat penggunaan frekuensi.
• Tahap 3 :
Di tahap 3, Indonesia diharapkan sudah fully digital secara menyeluruh yang jadwalnya dalam 2015-2018.
Pada masa tahap 3 ini, adopsi teknologi yang lebih advanced (DVB-T2) dengan fitur-fitur serta keuntungan
yang lebih besar, akan dapat mulai diterapkan.
analog lokal 115, pemohon baru yang tidak tertampung berjumlah kurang lebih 450. Di sisi lain sumber daya
frekuensi merupakan sumber daya yang sangat terbatas, baik dibatasi oleh alam maupun oleh adanya standar
internasional yang berlaku. Keterbatasan spektrum frekuensi ini, secara teknis menjadi sulit untuk dapat
mengakomodasi izin penyiaran yang telah dikeluarkan.
Digitalisasi sinyal dalam sistem TVD-TT memungkinkan kompresi data dan transmisi yang jauh lebih efisien,
sehingga penggunaan frekuensi jadi lebih efisien pula dimana 1 (satu) saluran frekuensi dapat menampung 4-6
(empat sampai enam) saluran siaran. Dengan demikian meskipun alokasi frekuensi terbatas, tetapi kebutuhan
frekuensi untuk penyiaran masih tetap dapat dipenuhi.
Proses migrasi dari analog ke digital, harus melalui masa transisi simulcast, agar bagi penyelenggara dapat
menggelar siaran TVD-TT secara merata di wilayah layanannya dan bagi masyarakat agar memahami dan merasa
nyaman menikmati siaran TVD-TT. Selama masa simulcast ini, spektrum frekuensi akan digunakan bersama-sama
untuk siaran analog dan digital. Hal ini akan menyebabkan penggunaan spektrum frekuensi relatif lebih besar,
sehingga alokasi frekuensi utk penyiaran digital semakin berkurang.
sebagai media informasi dan hiburan keluarga yang berkualitas. Dengan semakin besarnya minat masyarakat untuk
membeli televisi dengan teknologi yang tinggi dan semakin banyak jumlah pelanggan untuk TV Berlangganan,
membuktikan bahwa masyarakat pada saat ini semakin membutuhkan layanan siaran TV yang berkualitas dan
beragam.
Masyarakat Indonesia memiliki budaya yang sangat beragam dan latar belakang sosial yang berbeda-beda,
sehingga kebutuhan jenis siaran juga berbeda-beda. Pada TVD-TT ragam siaran yang lebih banyak dapat
mengakomodasi kebutuhan masyarakat yang makin spesifik terhadap jenis siaran akan dapat diwujudkan.
Secara ekonomi, belanja iklan yang merupakan salah satu sumber penghasilan Penyelenggara Penyiaran akan
meningkat secara signifikan, seiring dengan jumlah program siaran dalam TVD-TT.
Dapat disimpulkan bahwa dengan sistem penyiaran digital, akan memberikan kualitas, kinerja dan keandalan sistem
penyiaran yang jauh lebih baik dibanding sistem penyiaran analog.
Untuk peralatan transmisi analog yang digunakan saat ini sebagian juga telah bersifat “digital ready”. Sedangkan
lokasi, menara, dan fasilitas analog lainnya masih dapat digunakan untuk siaran digital sehingga tidak harus
mengganti semua perangkat.
• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Thn. 2000 Tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi dan
Orbit Satelit.
• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Thn. 2005 Tentang Lembaga Penyiaran Swasta.
Bahkan dalam Penjelasan PP 50 tahun 2005, telah disebutkan tentang beberapa hal yang berkaitan dengan
penyelenggaraan televisi secara digital yaitu pada :
• Pasal 2, Ayat (1), Huruf a, Angka 4
Penyiaran multipleksing adalah penyiaran dengan transmisi 2 (dua) program atau lebih pada 1 (satu) saluran
pada saat yang bersamaan.
• Pasal 2, Ayat (3)
Yang dimaksud dengan penyelenggaraan penyiaran melalui sistem terestrial dan melalui sistem satelit meliputi
perkembangan teknologi komunikasi dan informasi di bidang penyiaran, antara lain sistem penyiaran digital,
multipleksing, serta konvergensi aplikasi teknologi komunikasi dan informasi.
• Pasal 12
Ketentuan ini dimaksudkan untuk mengantisipasi terjadinya migrasi dari sistem penyiaran analog ke sistem
penyiaran digital, dimana 1 (satu) saluran pada sistem penyiaran analog dapat menampung 2 (dua) program
atau lebih pada sistem penyiaran digital sehingga kapasitas saluran yang tersisa dapat dimanfaatkan untuk
program lain atau digunakan oleh lembaga penyiaran lain.
Dengan demikian maka Penyelenggaraan Program Siaran TVD-TT tidak bertentangan dengan Undang-undang
maupun Peraturan Pemerintah yang berlaku.
Dokumentasi: Televisiana Indonesia [ http://televisiana.net ] INTERNAL USED ONLY
Dampak utama dengan adanya TVD-TT sebagai salah satu wujud konvergensi informasi adalah akan munculnya
pemain-pemain baru di bidang bisnis teknologi informasi untuk mendukung tergelarnya TVD-TT. Hal ini bisa terjadi,
disebabkan dengan timbulnya paradigma dari struktur pasar yang monopolystik dan cenderung memiliki semua
unsur pendukung, ke iklim sistem yang lebih efisien, kerjasama ataupun kompetisi yang sehat.
Bisnis baru dan pemain baru akan sangat mendorong peningkatan jumlah tenaga kerja yang dapat berperan dalam
bisnis teknologi informasi pada umumnya dan TVD-TT pada khususnya.
Pergeseran paradigma ini mengakibatkan terjadinya pergeseran struktur bisnis dari ”vertikal” ke ”horizontal”,
sehingga dibidang penyiaran TVD-TT, Penyedia Konten, Penyelenggara Program Siaran (content service provider),
Multiplekser,Transmisi dan Penyedia Menara dapat dikelola secara terpisah.
Hal ini akan mendorong lebih banyak pemain bisnis ”baru” yang berperan dan masing-masing penyelenggara akan
lebih fokus dan profesional dibidangnya.
Bisnis penyelenggaraan siaran yang diharapkan akan muncul setelah penggelaran TVD-TT antara lain sebagai
berikut :
1. Peluang penyelenggaraan program siaran yang spesifik dan tersegmentasi untuk kelompok tertentu (minat,
budaya, bisnis, anak-anak, belanja, edukasi, dll). Karena penyelenggara siaran tidak harus memiliki
Dokumentasi: Televisiana Indonesia [ http://televisiana.net ] INTERNAL USED ONLY
infrastruktur sendiri untuk menyiarkannya ke pemirsa, maka ”harga produksi program siaran” dapat ditekan
lebih rendah dan juga lebih profesional.
2. Penyedia jasa dan perangkat yang mendukung penyelenggara multipleks, transmisi dan menara.
3. Penyedia jasa ”aplikasi software” atau ”middleware” untuk perangkat penerima TVD-TT.
4. Dll.
Dengan penggelaran TVD-TT diharapkan konten lokal akan lebih meningkat lagi, untuk memenuhi kebutuhan di
dalam negeri atau dieksport.
Saat ini meskipun masih dalam tahap uji coba, ternyata industri dalam negeri telah secara proaktif memproduksi STB
jenis standar, dan sudah dapat diperoleh dipasaran, khususnya di wilayah Jabodetabek. Diharapkan dengan
penggelaran TVD-TT maka jumlahnya makin meningkat sehingga harga STB dapat semakin rendah.
Penggelaran TVD-TT juga diharapkan dapat menumbuhkan industri perangkat untuk masyarakat pemirsa (STB) dan
perangkat penerima TV digital, serta menumbuhkan industri perangkat transmisi.
Untuk dapat beroperasi secara maksimal, menikmati fitur-fitur yang disiarkan oleh Penyelenggara TVD-TT,
dibutuhkan aplikasi software atau middleware yang harus dimasukkan (”embedded”) dalam STB. Dengan demikian
maka industri aplikasi software atau middleware juga berkembang, khususnya untuk STB jenis ”advanced” yang akan
segera diperkenalkan ke masyarakat pada waktu penggelaran TVD-TT.
Secara umum, industri perangkat yang diharapkan akan berkembang antara lain :
• Industri STB termasuk ”middleware” baik untuk jenis ”standard” maupun ”advanced”.
• Industri perangkat utama dan pendukung infrastruktur seperti pemancar, antenna, combiner, catu daya, dll.
Sementara menunggu konvergensi undang-undang tentang penyiaran, telekomunikasi dan transaksi elektronik yang
diharapkan dapat ditetapkan pada akhir 2010, dan mempertimbangkan penggelaran layanan TVD-TT perlu segera
dilaksanakan mengingat tahapan-tahapan uji coba telah dilakukan, maka pemerintah akan menerbitkan suatu
kebijakan tentang TVD-TT dengan memperhatikan dan mematuhi undang-undang yang berlaku dan aturan-aturan
yang dirancang yang antara lain terdiri dari :
• UU RI No. 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran :
“LPS jasa penyiaran radio dan jasa penyiaran TV masing-masing hanya dapat menyelenggarakan 1 (satu) siaran
dengan 1 (satu) saluran siaran pada 1 (satu) cakupan wilayah jangkauan siaran”
• UU RI No. 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi.
o Pasal 33 ayat (1) :
“penggunaan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit wajib mendapatkan izin dari Pemerintah.”
“ Dalam menyelenggarakan penyiaran multipleksing, Lembaga Penyiaran Swasta hanya dapat menyiarkan 1 (satu)
program siaran”
• PP 53 Tahun 2000 Tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi dan Orbit Satelit.
• PP 52 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi
Wilayah Jangkauan Siaran adalah wilayah layanan siaran sesuai dengan izin yang diberikan, yang dalam
wilayah tersebut dijamin bahwa sinyal dapat diterima dengan baik dan bebas dari gangguan atau interferensi
sinyal frekuensi radio lainnya.
1.2 Menurut KM 76/2003
Wilayah layanan (service area) adalah wilayah penerimaan stasiun radio yang diproteksi dari
gangguan/interferensi sinyal frekuensi radio lainnya
Berdasarkan butir 1.1 dan 1.2 diatas maka, wilayah jangkauan siaran atau wilayah layanan (service area)
adalah wilayah layanan siaran sesuai dengan izin yang diberikan, yang dalam wilayah tersebut dijamin bahwa
sinyal dapat diterima dengan baik dan bebas dari gangguan atau interferensi sinyal frekuensi radio lainnya.
2. Wilayah cakupan (coverage area)
Wilayah cakupan (coverage area) adalah suatu wilayah yang merupakan bagian dari wilayah jangkauan siaran
yang nilai kuat medan (field strength) terluarnya adalah sama dengan nilai kuat medan minimum (Minimum
Field Strength) dan tidak menimbulkan interferensi terhadap wilayah jangkauan siaran di sekitarnya.
3. Zona layanan
Zona layanan adalah suatu wilayah yang merupakan kumpulan dari beberapa wilayah jangkauan siaran.
Zona layanan merupakan “wilayah layanan baru” yang diperkenalkan dalam Penyelenggaraan TVD-TT untuk
Penyelenggara Multipleks.
Dokumentasi: Televisiana Indonesia [ http://televisiana.net ] INTERNAL USED ONLY
Wilayah
Layanan 5
Wilayah
Wilayah
Layanan 1
Layanan 2
Wilayah
Wilayah Layanan 6 Wilayah
Layanan 3 Layanan 7
Wilayah
Layanan 4
Wilayah
Layanan 8
Perijinan Sertifikasi
Rantai produksi penyiaran TVD-TT dapat diuraikan sesuai Gambar 4.1 Rantai Produksi TVD-TT sebagai berikut :
1. Konten, akan diproduksi oleh Penyedia Konten, individu atau Penyelenggara Program Siaran.
2. Program Siaran, merupakan gabungan dari konten-konten yang siap disiarkan serta disusun berdasarkan
jadwal yang telah ditentukan.
3. Multiplekser, merupakan suatu sistem perangkat untuk menyalurkan beberapa program siaran dari para
Penyelenggara Program Siaran yang kemudian dipancarkan kepada masyarakat/pemirsa melalui suatu
perangkat transmisi. Sistem perangkat Multiplekser terdiri dari encoder, Multiplekser, dll.
4. Transmisi, merupakan perangkat untuk memancarkan siaran dari Multiplekser kepada masyarakat/pemirsa
dengan menggunakan media spektrum frekuensi radio. Sistem perangkat transmisi terdiri atas peralatan
pemancar, program input monitoring, sistem antena, dll.
Dokumentasi: Televisiana Indonesia [ http://televisiana.net ] INTERNAL USED ONLY
5. Perangkat Penerima, dapat berbentuk sebagai pesawat penerima TV digital atau pesawat TV analog yang
dilengkapi dengan alat bantu penerima TV digital (Set-top Box).
Penyedia
Konten (PK)
Penyelenggara
Program Siaran (PS)
Penyelenggara
Multipleks (PMx)
Terkait Regulasi
Pemegang Hak
Penggunaan Frekuensi
Penyedia
Menara (PM)
Perangkat
Penerima
Dalam penyelenggara TV analog – TT, LPS mendapat satu lisensi untuk menyelenggarakan semua fungsi-fungsi
yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan siaran. Dengan kemajuan teknologi digital dan keterbatasan alokasi
Dokumentasi: Televisiana Indonesia [ http://televisiana.net ] INTERNAL USED ONLY
frekuensi untuk penyiaran TVD-TT, maka fungsi-fungsi penyelenggara TVD-TT dapat dibagi seperti blok diagram di
atas :
1. Penyedia konten (PK) : tanpa lisensi
2. Penyelenggara Program Siaran (PS) : Lisensi LPS
3. Penyelenggara Multipleks (PMx) : Lisensi Infrastruktur
4. Pemegang Hak Penggunaan Frekuensi : Lisensi BHP
5. Penyedia Menara (PM) : Standarisasi
6. Perangkat Penerima : Sertifikasi
Agar dapat terjadi efisiensi biaya (cost), fokus atas bisnis sesuai fungsi-fungsinya dan terjadi kompetisi yang sehat
maka Penyelenggara Program Siaran (content service provider) dan Penyelenggara Multiplekser yang juga
Pemegang Hak Penggunaan Frekuensi, masing-masing memiliki lisensi tersendiri dan tidak harus dimiliki oleh satu
badan hukum tertentu.
Pemberian izin penyelenggaraan multiplekser/transmisi ini akan melalui tahapan/mekanisme seleksi (lelang atau
beauty contest). Izin Penyelenggara Program Siaran berlaku untuk wilayah jangkauan siaran sesuai wilayah
jangkauan siaran yang tercantum dalam IPP setiap Penyelenggara Program Siaran, sedangkan izin Penyelenggara
Multiplekser berlaku untuk satu zona layanan.
Dalam satu wilayah jangkauan siaran, Penyelenggara Multipleks hanya boleh menggunakan 1 kanal frekuensi.
Penyelenggara Program Siaran (PS) Swasta hanya boleh menyiarkan 1 (satu) program siaran yang disalurkan
melalui Penyelenggara Multipleks yang beroperasi dalam wilayah jangkauan siaran sebagaimana tercantum pada
IPP yang dimiliki PS tersebut. Tidak boleh ada kepemilikan silang pada Penyelenggara Multipleks dalam 1 (satu)
zona layanan.
Penyelenggara Multipleks harus memiliki izin stasiun radio (ISR) untuk zona layanannya dan membayar BHP pita
frekuensi. BHP Pita Frekuensi untuk Penyelenggara Multiplex akan dikenakan secara bertahap dari harga sekarang
menjadi harga sesuai dengan nilai spektrum frekuensi yang diduduki (spectrum denial) dalam masa transisi 5 tahun.
Dokumentasi: Televisiana Indonesia [ http://televisiana.net ] INTERNAL USED ONLY
BHP frekuensi untuk penyelenggara analog akan dikenakan langsung sesuai dengan nilai frekuensi yang diduduki
pada saat sudah ada Penyelenggara Multipleks didaerahnya. Pemerintah akan menetapkan harga sewa maksimum
untuk sewa saluran siaran pada Penyelenggara Multipleks.
PS Kanal
PK PMx Frekuensi
PK
PS
PK PM
PK Kanal
Frekuensi
PS PMx
PK
PK
PS
PK
Kanal
PK Frekuensi
PMx PM
PS
PK
Gambar 4.4 Arsitektur Layanan TVD-TT dalam 1 (satu) Wilayah Jangkauan Siaran
Dokumentasi: Televisiana Indonesia [ http://televisiana.net ] INTERNAL USED ONLY
Dari blok diagram pada Gambar 4.2 tersebut diatas, dapat dijelaskan tentang siapa ”pemain” dan apa ”tugas dan
wewenang” masing-masing terkait dengan penyelenggaraan TVD-TT :
• Penyedia Konten (PK)
o Penyedia konten memproduksi siaran-siaran seperti : berita, siaran pendidikan, program anak-anak, program
budaya dan kesenian, penyuluhan masyarakat, iklan, dsb.
o Konten dapat diproduksi oleh individu, ”production house” atau Penyelenggara Program Siaran .
• Penyelenggara Program Siaran (PS)
o Penyelenggara Program Siaran berfungsi menggabungkan program-program siaran dari Penyedia Konten
sesuai dengan susunan dan jadwal tertentu untuk dipancarkan melalui Penyelenggara Multiplekser.
o Penyelenggara Program Siaran wajib mematuhi aturan-aturan konten yang telah ditetapkan dalam UU RI No.
32 Tahun 2002 dan PP No. 50 Tahun 2005.
o Penyelenggara Program Siaran wajib memiliki lisensi IPP yang akan diatur tersendiri.
• Penyelenggara Multiplekser (PMx)
o Penyelenggara Multiplekser berfungsi menggabungkan beberapa program siaran dari Penyelenggara Program
Siaran untuk kemudian dipancarkan ke pemirsa melalui suatu sistem peralatan transmisi (pemancar, sistem
antena dan menara).
o Jumlah Penyelenggara Multiplekser dalam satu zona layanan disesuaikan dengan ”Master Plan” TVD-TT yang
ditetapkan oleh Menteri/Ditjen Postel.
o Penyelenggara Program Siaran dapat mengajukan permohonan izin baru sebagai Penyelenggara Multiplekser,
namun mengingat jumlahnya tidak sebanyak jumlah PS, maka pemberian izin/lisensi dilakukan melalui
mekanisme seleksi.
• Penyedia Menara (PM)
Dokumentasi: Televisiana Indonesia [ http://televisiana.net ] INTERNAL USED ONLY
o Penyedia Menara adalah perusahaan yang menyediakan menara untuk menyiarkan siaran dari beberapa
Penyelenggara Multipleks.
o Menara yang digunakan, wajib mengikuti standar dan persyaratan teknis yang ditetapkan oleh Menteri.
Penyedia
Konten
Lembaga Penyiaran
Penyelenggara
Program Siaran
Penyelenggara
Multipleks
Pemegang Hak
Penggunaan
Penyedia
Menara
Perangkat
Harus
Penerima
Dapat
Sesuai ketentuan/aturan dalam UU 32/2002 dan PP 50/2005, LPS harus bertanggung jawab atas isi siaran, sehingga
kedudukan LPS penyiaran analog-TT dapat diposisikan sebagai Penyelenggara Program Siaran (content service
provider).
Penyelenggara Multiplekser mempunyai fungsi menyalurkan program-program siaran dari para Penyelenggara
Program Siaran dan kemudian memancarkannya secara teresterial melalui menara kepada pemirsa. Penyelenggara
Program Siaran dapat mengajukan sebagai Penyelenggara Multiplekser namun hanya dapat menyiarkan satu
saluran siaran yang dimiliki dalam satu wilayah jangkauan siaran dan sisa kapasitasnya digunakan untuk
menampung Penyelenggara Program Siaran yang bukan miliknya.
Penggunaan Frekuensi dalam zona layanan dan wilayah jangkauan siaran harus mematuhi UU RI No.36 Tahun 1999
Tentang Telekomunikasi, PP 52 Tahun 2000, PP 53 Tahun 2000 dan aturan-aturan terkait yang ditetapkan oleh
Menteri/Ditjen Postel.
Dokumentasi: Televisiana Indonesia [ http://televisiana.net ] INTERNAL USED ONLY
Kebijakan dalam bentuk regulasi yang akan dirumuskan sedemikian rupa sehingga tidak semata-mata bertujuan
mengakomodasi kepentingan industri, namun lebih mengutamakan kepentingan publik.
Lembaga regulasi di dunia mengambil kebijakan yang berbeda-beda, sesuai dengan kepentingan dan prioritas
negara masing-masing. Regulasi yang disusun akan mempertimbangkan kesempatan yang adil, peningkatan
efisiensi serta kerjasama antar pemain bisnis penyiaran TVD-TT.
Kondisi eksisting sebagai suatu Negara berkembang yang memiliki situasi khusus dimana jaringan akses informasi
masih terbatas dan tersebar secara tidak merata, perlu diperhatikan.
Dokumentasi: Televisiana Indonesia [ http://televisiana.net ] INTERNAL USED ONLY
Menuju ke era konvergensi UU Telekomunikasi, Penyiaran dan UU terkait lainnya, maka struktur usaha dan perizinan
perlu disesuaikan dari “vertikal” ke “horizontal”, namun pelaksanaannya akan dilakukan secara bertahap agar bisa
berlangsung tanpa goncangan (discruption) dan lancar/mulus (seamless).
o Penyelenggara Multipleks, yaitu penyelenggara yang menyalurkan program-program siaran dari beberapa
Penyelenggara Program Siaran dalam suatu perangkat multiplex dan mentransmisikan kepada
pemirsa/masyarakat melalui suatu perangkat transmisi.
2. Masing-masing penyelenggara membutuhkan izin tersendiri.
3. Dalam memberikan layanannya,
o Penyelenggara Program Siaran dapat bekerja sama dengan Penyedia Konten dan harus bekerja sama
dengan penyelenggara multipleks yang beroperasi pada wilayah jangkauan siarannya
o Penyelenggara multipleks harus bekerja sama dengan penyelenggara program siaran dan penyedia
menara pada tiap wilayah jangkauan siaran yang berada pada zona layanannya
Penyelenggara Multipleks berhak menggunakan frekuensi yang dimiliki untuk menyalurkan program siaran
dari Penyelenggara Program Siaran yang bekerja sama dengannya.
Dalam kegiatan penyaluran tersebut, Penyelenggara Multipleks berkewajiban untuk mencegah terjadinya
interferensi dengan Penyelenggara Multipleks pada wilayah jangkauan siaran yang sama dan yang
bersebelahan. Daya pemancar dalam setiap wilayah jangkauan siaran akan dikaji secara teknis agar tidak
terjadi interferensi.
Kriteria interferensi tersebut ditetapkan dalam peraturan tersendiri. Pada saat buku putih ini disusun,
Rencana Dasar Teknik Penyiaran sedang dalam proses penyusunan.
13. Penyelenggara multipleks wajib memenuhi komitmen pambangunan dalam zona layanan dimana izinnya
berlaku. Seluruh wilayah dalam zona layanan harus dapat dilayani sepenuhnya sesuai komitmen yang
diberikan.
14. Komitmen ini harus dituangkan dalam pengajuan izinnya dan bersifat mengikat. Perubahan atas komitmen
pembangunan hanya dapat dilakukan atas izin menteri.
15. Keterlambatan pemenuhan komitmen pembangunan akan dikenai denda sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
16. Lembaga penyiaran dapat mengajukan Penyelenggara Multipleks dengan cara mengajukan permohonan
izin tersendiri diluar IPP yang telah dimilikinya.
17. Penyelenggara multipleks harus lulus uji laik operasi sebelum dapat mengkomersialkan layanannya sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
18. Uji laik operasi tersebut meliputi uji laik operasi perangkat multipleks untuk zona layanan dan perangkat
transmisi untuk tiap wilayah jangkauan siaran.
19. Izin Penyelenggara Multipleks berlaku 10 (sepuluh) tahun dan dievaluasi setiap 5 (lima) tahun
20. Dalam hal Penyelenggara Multipleks akan menggunakan sebagian kapasitas salurannya untuk jasa
tambahan, Penyelenggara tersebut harus mengajukan permohonan izin kepada menteri sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
21. Apabila terjadi blank spot di zona layanannya, Penyelenggara Multipleks dapat melakukan relai siaran dari
wilayah siaran sekitar area blank spot dengan metode Single Frequency Network (SFN).
2. Penyedia Menara diharuskan mengikuti ketentuan yang berlaku tentang menara penyiaran. Dalam hal ini
pemerintah akan menetapkan standar dan spesifikasi teknis yang harus dipenuhi oleh Penyedia Menara.
3. Menara yang disediakan harus mengikuti ketentuan teknis yang berlaku meliputi penentuan lokasi dan
ketinggian serta harus diperhitungkan kekuatannya untuk menampung kebutuhan Penyelenggara
Multipleks. Diharapkan ketentuan ini dapat mewujudkan konsep pemakaian menara bersama (one tower
policy).
4. Penyedia Menara harus menerapkan harga sewa yang ditetapkan sesuai peraturan perundangan yang
berlaku. Sehingga harga sewa yang ditetapkan oleh Penyedia Menara adalah harga yang layak.
3. Apabila pada satu wilayah jangkauan siaran telah terdapat Penyelenggara Multipleks, maka ISR yang
dipegang oleh Lembaga Penyiaran tidak dapat diperpanjang lagi setelah periode simulcast berakhir.
4. Penyiaran secara simulcast antara TV Analog dan TV Digital diselenggarakan paling lambat sampai akhir
tahun 2017.
5. Selama masa simulcast, Lembaga Penyiaran yang telah beroperasi diharuskan menayangkan penjelasan
migrasi ke TV Digital setiap dua jam sekali.
6. Permohonan Izin Penyelenggara Penyiaran yang sedang dalam proses akan memperoleh IPP dengan ISR
sekunder
7. Permohonan Izin Penyelenggara Penyiaran yang sedang dalam proses akan memperoleh IPP dengan ISR
sekunder
8. Semua Lembaga Penyiaran dengan IPP sekunder diharuskan melakukan migrasi ke penyiaran digital
selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah tersedianya penyelenggara multipleks yang beroperasi di
wilayah jangkauan siarannya
9. Masa transisi ke TV Digital (simulcast) bagi lembaga penyiaran yang telah beroperasi adalah selambat-
lambatnya 3 tahun untuk daerah ekonomi maju dan 5 tahun untuk daerah ekonomi kurang maju sejak
tersedianya penyelenggara multipleks
10. Selama masa simulcast perangkat penerima televisi analog harus tetap dapat dipakai menerima siaran dari
pemancar TV digital (dengan alat bantu penerima siaran (STB)).
11. Selama masa transisi alokasi frekuensi yang digunakan untuk penyiaran TV digital harus disesuaikan
kembali dengan rencana dasar induk frekuensi siaran TV digital.
12. Penyelenggara Multipleks yang juga sebagai Lembaga Penyiaran diwajibkan membuat pembukuan
akunting secara terpisah (accounting separation) untuk setiap izinnya.
13. Layanan televisi digital teresterial penerimaan tetap yang diselenggarakan oleh Lembaga Penyiaran
Komunitas akan diatur dengan peraturan Menteri tersendiri.
Dokumentasi: Televisiana Indonesia [ http://televisiana.net ] INTERNAL USED ONLY
Penerapan TVD-TT dilakukan secara bertahap dengan batas waktu cut-off TV Analog paling lambat 2017;
implementasi akan dimulai secara bertahap dengan kota-kota besar seperti Jabodetabek, Surabaya, Bandung,
Yogyakarta, Medan, Palembang, Makasar, Denpasar, Banjarmasin dan kota-kota lainnya.
Sosialisasi kepada masyarakat secara lebih intensif akan dilakukan melalui promosi, iklan masyarakat, pampflet,
penyuluhan ke sekolah-sekolah, dealer-dealer/took-toko pesawat penerima TV dll. Dengan cara sosialisasi yang
insentif, diharapkan masyarakat dapat memahami TVD-TT, langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan untuk
menerima/menikmati siaran TVD-TT dan juga memahami bahwa dalam jangka waktu tertentu, siaran TV Analog
akan dihentikan sama sekali.
Selama masa transisi migrasi atau simulcast, masyarakat dapat menikmati siaran TVD-TT dengan alat bantu
penerima STBT yang dihubungkan ke pesawat penerima TV analog yang telah dimiliki. Pemerintah akan mendorong
agar industri dalam negeri dapat memproduksi STB standar dengan harga terjangkau oleh masyarakat.
Pusat-pusat bantuan masyarakat atau ”call center” akan disediakan oleh semua stakeholder termasuk pemerintah,
industri penyiaran, industri STB dan dealernya; agar transisi dapat berjalan secara mulus dengan kerugian seminimal
mungkin bagi masyarakat dan industri.
Diharapkan bila penetrasi jangkauan dalam suatu wilayah telah mencapai lebih dari 80% (delapan puluh per seratus)
dan 80% (delapan puluh per seratus) pemirsa telah memiliki STB atau pesawat TV digital maka siaran analog di
wilayah akan dihentikan.
Masa simulcast diperkirakan berjangka waktu + 3 (tiga) tahun di daerah ekonomi maju dan + 5 tahun di daerah
ekonomi kurang maju dan dapat ditinjau kembali sesuai kesiapan masyarakat dan penyelenggara, sehingga
diperkirakan pada tahun 2018 – 2020 TV analog dapat dihentikan secara total.
Bila terdapat pemirsa yang masih tidak dapat menerima siaran TVD-TT setelah ”analog cut off”, maka pemirsa
tersebut masih dapat menerima siaran TVD melalui siaran TV kabel atau satelit.
Alokasi frekuensi yang digunakan untuk TVD-TT selama simulcast dan setelah ”analog cut off” akan diatur melalui
peraturan Ditjen Postel yang akan segera disusun.
Dokumentasi: Televisiana Indonesia [ http://televisiana.net ] INTERNAL USED ONLY
DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3881);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4252);
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 52 Thn. 2000 Tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Thn. 2000 Tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi dan
Orbit Satelit;
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Thn. 2005 Tentang Lembaga Penyiaran Swasta;
6. Laporan Tim Nasional Tahun 2005/2006;
7. Laporan Working Group Master Plan dan Working Group Teknologi Peralatan Tahun 2008;
8. Kebijakan Migrasi Penyiaran Televisi Terestrial Digital di Jepang, oleh Mr. IMAI Chikara/MIC, Agustus 2008;
9. Broadcast Migration Study in Europe; Final Report, Oktober 2008; Value Partners;
10. Sistem TV Digital dan Prospeknya di Indonesia oleh Satriyo Dharmanto Tahun 2007;
11. Kajian Konvergensi Teknologi Informasi dan Komunikasi oleh Tim BPPT Tahun 2007;
12. Laporan Pertemuan ADB (Asean Digital Broadcasting), Quezon City, Juli 2009;
13. Hasil studi banding di Cina, Australia, Malaysia, Singapura, Korea Tahun 2005-2007;
14. Pengembangan Industri Kreatif Menuju Visi Ekonomi Kreatif Indonesia 2025, DepDag, April 2008;