Professional Documents
Culture Documents
17
Alquran surat Adz-Dzariat (51) ayat 21 :
َ صُرو
ن ِ ل ُتْب
َ سُكْم َأَف
ِ َوِفي َأْنُف
“ Dan pada diri kamu kamu sendiri maka mengapa
kamu tidak mau melihat dan memikirkannya.”?
Umar ibn Khattab pernah mengatakan hasibu
anfusakum qabla an tuhasabu (evaluasilah diri kamu
sendiri sebelum kamu mengevaluasi orang lain).
Manusia dituntut untuk waspada dalam melakukan
berbagai perbuatan karena semua perbuatan manusia
tidak lepas dari evaluasi Allah serta dua malaikat
sebagai supervisor dan evaluator yaitu Raqib dan
‘Atid berdasarkan surat Albaqarah (2) ayat 115 :
عِليٌم
َ سٌع
ِ ل َوا
َّ ن ا
ّ ل ِإ
ِّ جُه ا
ْ ب َفَأْيَنَما ُتَوّلوا َفَثّم َو
ُ ق َواْلَمْغِر
ُ شِر
ْ ل اْلَم
ِّ َو
“ Dan kepunyaan Allah Timur dan Barat maka
dimanapun kamu menghadap maka disanalah wajah
Allah sesungguhnya Allah Maha luas limpahan
Rahmat dan Karunianya lagi Maha Mengetahui.”
Dan juga terdapat pada surat Qaf (50) ayat 18 :
عِتيٌد
َ ب
ٌ ن َقْوٍل ِإّل َلَدْيِه َرِقي
ْ ظ ِم
ُ َما َيْلِف
“ Tidak ada satu perkataan yang dilafazkan melainkan
disisinya terdapat malaikat Raqib dan ‘Atid yang siap
menuliskan segala perbuatannya.”
18
Hasil penilaian yang baik mendapatkan surga
sedangkan hasil penilaian buruk mendapatkan
neraka.
صْبِر
ّ صْوا ِبال
َ ق َوَتَوا
ّح
َ صْوا ِباْل
َ ت َوَتَوا
ِ حا
َ صاِل
ّ عِمُلوا ال
َ ن َآَمُنوا َو
َ ِإّل اّلِذي
“ Kecuali orang-orang yang beriman dan ber’amal
shalih saling menasihati untuk kebenaran dan saling
menasihati untuk kesabaran.”
Ada satu asumsi bahwa dalam kondisi tertentu,
seseorang terkadang lepas kendali, sehingga ia
melakukan tindakan tidak dalam kesadarannya yang
hakiki, karena terpengaruh oleh emosi dan sifat
subjektivitasnya. Pada saat inilah, orang lain mudah
menilai dan mengevaluasi kegiatan tersebut,
sedangkan pelaku sendiri tidak mengerti apakah
tindakannya itu benar atau salah. Pengevaluasian dari
19
orang lain (pendidik) dalam hal ini lebih bersifat
komparabel, menilai anak didik secara jelas dan
jawaban yang salah segera dibenarkan bukan
dibiarkan berlarut-larut, sehingga anak didik tetap
tenggelam dalam kebimbangan, kebodohan dan tidak
dapat melangkah yang lebih maju. (Muhaimin, 1993 :
280).
20
ukhrawi.
21
psikopisik manusia, seperti segi jasmaniyyah
(fisik), aqliyyah (akal),
akhlaqiyyah(adab/perilaku),ijtimai’yyah(kemasy
arakatan atau sosial), dan fannaniyyah
(artistik/seni).
22
4. Dilihat dari domain atau ranah yang terdapat pada
diri peserta didik
Taksonomi Bloom yang telah merakyat meliputi
kognitif, afektif dan psikomotor hampir mendekati
taksonomi dalam pendidikan Islam. Kedekatan
tersebut dapat dilihat dari beberapa ciri, yaitu:
a. Aspek kognitif : berupa pengembangan
pengetahuan agama termasuk di dalamnya fungsi
ingatan dan kecerdasan. Di samping pembinaan sikap
dan pertumbuhan keterampilan beragama, maka
perlu sekali diketahui oleh pendidik adalah pemberian
pelajaran agama kepada peserta didik. Pelajaran
agama yang diberikannya kepada peserta didik
tersebut hendaklah yang dapat dikuasai, dipatuhi,
dianalisa dan dapat digunakan oleh peserta didik
dalam situasi konkrit yang ditemui dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Aspek afektif, berupa pembentukan sikap terhadap
agama termasuk di dalmnya fungsi perasaan dan
sikap. Tujuan utama dan pertama dalam pendidikan
agama adalah pertumbuhan dan pengembangan
sikap positif dan cinta kepada agama. Tujuan utama
ini nantinya yang akan membuat anak menjadi orang
23
dewasa yang hidup sesuai dengan ajaran agama,
berakhlak dan beraktivitas sesuai dengan tuntunan
ajaran agama. Sikap ini nantinya yang akan dapat
menjauhkan peserta didik dari berbagai godaan
duniawi yang bertentangan dengan agama. Bahkan
peserta didik akan menjadi pribadi tangguh dalam
menghadapi segala persoalan dan kesukaran hidup
dan bertahan dalam kondisi moral yang diridhoi oleh
Allah Swt.
c. Aspek psikomotor berupa menumbuhkan
keterampilan beragama, termasuk di dalamnya fungsi
kehendak, kemauan dan tingkah laku. Keterampilan
beragama harus ditumbuhkan dan dibina pada
peserta didik meliputi keterampilan beragama dalam
menghubungkannya dengan Tuhan dalam ibadah.
Perlu diperhatikan penanaman keterampilan
melakukan ibadah harus pula disesuaikan dengan
pertumbuhan dan perkembangan anak, dilakukan
dengan latihan dan pembinaan secara berangsur-
angsur. Demikian pula terhadap keterampilan dalam
hubungan dengan sesama manusia dan alam sekitar.
24
Swt dan Rasul-Nya yang berimplikasi pedagogis
sebagai berikut:
a. Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman
terhadap berbagai macam problema kehidupan yang
dialami sesuai dengan Alquran surat Albaqarah ayat
155 :
شِر
ّ ت َوَب
ِ س َوالّثَمَرا
ِ ن اَْلْمَواِل َواَْلْنُف
َ ص ِم
ٍ ع َوَنْق
ِ جو
ُ ف َواْل
ِ خْو
َ ن اْل
َ يٍء ِم
ْ ش
َ َوَلَنْبُلَوّنُكْم ِب
َ صاِبِري
ن ّ ال
“ Dan benar-benar Kami uji kamu manusia dengan
sesuatu berupa rasa takut, rasa lapar dan kekurangan
harta serta hilangnya jiwa berupa kematian serta
kekurangan buah-buahan semacam paceklik namun
demikian berilah kabar gembira bagi orang-orang
yang sabar.”
b. Untuk mengetahui sejauhmana atau sampai
dimana hasil pendidikan wahyu yang telah
diaplikasikan oleh Rasulullah Saw kepada umatnya
sesuai dengan Alquran surat an-Naml ayat 27 :
شَكَر
َ ن
ْ شُكُر َأْم َأْكُفُر َوَم
ْ ضِل َرّبي ِلَيْبُلَوِني َأَأ
ْ ن َف
ْ َهَذا ِم
“ … Ini adalah limpahan Karunia Tuhanku untuk
menguji apakah aku adalah orang yang bersyukur
atau tidak atas nikmat pemberianNya.”
c. Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat hidup
25
keislaman atau keimanan seseorang, seperti
pengevaluasian Allah terhadap Nabi Ibrahim yang
meyembelih Ismail putera yang dicintainya.
d. Untuk mengukur daya kognisi, hafalan manusia dari
pelajaran yang telah diberikan padanya, seperti
pengevaluasian terhadap Nabi Adam tentang asma-
asma yang diajarkan kepadanya dihadapan para
Malaikat.
e. Memberikan semacam tabsyir (berita gembira)
bagi yang beraktivitas baik, dan memberikan
semacam iqab (siksa) bagi mereka yang beraktivitas
buruk.
26