Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
ekonomi banyak negara di dunia. Bahkan negara yang semula bersikukuh menganut
sistem yang berlawanan dengan pasar bebas, yakni komunisme, tak kuasa menahan
dentang kematiannya sendiri, untuk kemudian secara terus terang memberlakukan
1
Sistem Pasar Bebas adalah konsepsi derivatif (kata jadian) dari sistem liberalisme
dan kapitalisme Barat, berarti bahwa terbukanya perdagangan antar negara tanpa batas-batas
atau tanpa campur tangan siapapun Sistem ini pertama kali dimunculkan oleh Adam Smith.
Sedangkan sistem komunisme adalah sistem ekonomi yang dipraktekkan oleh negara-negara
seperti Cina dan Rusia/Uni Sovyet yang berarti bahwa kepemilikan dan hak rakyat semua
sama, sama rasa, sama rata, sedangkan pengendalian sentral ada pada penguasa/pemerintah.
lihat Dawam Rahardjo, Pragmatisme dan Utopia; Corak nasionalisme Ekonomi Indonesia,
(Jakarta: LP3ES, 1992), h. 5
2
Husni Rasyad, "Peranan Koperasi dalam Ekonomi Pasar", Harian Terbit, (Jakarta)
25 Januari 1993.
3
Istilah Dunia Ketiga pertama kali dikemukakan oleh Alfred Sauvy pada tahun
1955. Istilah tersebut mengacu kepada berbagai kriteria, yaitu: dari segi politik (sekelompok
negara yang tidak menolak Blok Barat dan Blok Timur), segi ekonomi (negara yang
mempunyai karakteristik keterbelakangan yang sama), atau kombinasi kedua faktor tersebut.
Lihat Mohammad Bedjoui, Menuju Tata Ekonomi Dunia Baru, (Jakarta: Gunung Agung,
1985), cet. 2, h.15
1
2
sudah ditetapkan oleh para ekonom Indonesia, seperti Moh. Hatta, yang nota bene
terpengaruh konsep Pancasila sebagai ideologi dan UUD 1945 --terutama pasal 33--
yang kemudian terbentuk sistem ekonomi Pancasila sebagai alternatif sistem
perekonomian Indonesia.5
pemerintah itu. Frans Seda misalnya, mengatakan bahwa betapapun telah dilakukan
dalam seluruh tubuh politik, ekonomi, dan sosial bangsa dan negara kita.6
Dengan demikian, berlangsungnya ekonomi pasar bebas di Indonesia, seperti
4
Faisal H. Basri, "Indonesia dan Blok-blok Dagang", (SINTESIS; Jurnal Bulanan
CIDES), N0. 08, tahun 2, Januari-Februari 1994, h. 44
5
Dawam, op. cit., h. 16
6
Frans Seda, "Relevansi Pemikiran Bung Hatta dalam Era Globalisasi", dalam
Pemikiran Pembangunan Bung Hatta, Kumpulan tulisan, (Jakarta: LP3ES, 1995), h.143
3
mereka mudah terdesak oleh sektor yang besar, padat modal dan padat teknologi.
Bahkan pada gilirannya, tak jarang skala ekonomi kecil yang digarapnya menjadi
tidak mempunyai kekuatan yang berarti untuk bermain dalam persaingan tersebut.
Oleh Karena itu, Sri Edi Swasono, lebih cenderung agar Pasar Bebas --dalam arti
Free Fight Liberalism-- tidak diprakrekkan di Indonesia. Tetapi yang perlu
diterapkan adalah Sistem Ekonomi Pasar Terkendali, yang berarti bahwa pemerintah
7
Ekonomi Tradisional yang dimaksud terdiri dari ekonomi rakyat seperti pertanian,
kerajinan, industri kecil, koperasi, dan lain-lain. Lihat Irsan Azhary Saleh, Industri Kecil;
sebuah Tinjauan dan Perbandingan, (Jakarta: LP3ES, 1986), cet. 1, h. 20
8
Sri Edi Swasono, "Mewaspadai Pasar Bebas dalam Globalisasi", Ketahanan
Nasional Indonesia, LEMHANAS, No. 63/1995, h. 31
9
Ekki Syahruddin adalah seorang eksponen '66 yang aktif berbicara dalam
forum-forum ilmiah semisal diskusi atau seminar. FORSPIN (Forum Studi Pengembangan
Industri dan Investasi) adalah salah satu forum diskusi yang diikutinya sekaligus ia sebagai
presidiumnya. Diskusi ini dilaksanakan pada tanggal 16 Mei 1996 di Jakarta. Makalahnya
berjudul: "Ekonomi Kerakyatan, Akan Bertahankah".
4
bagaimana pelaksanaannya atau sejauh mana upaya yang telah dilakukan? Untuk
membantu pengembangan usaha kecil itu, selain yang diupayakan oleh pemerintah
--terutama dengan koperasi--, juga terdapat konsep ekonomi Islam, misalnya dengan
adanya Bank Mu'amalat Indonesia (BMI), Baitul Mal wa Tamwil (BMT), dan Bank
Perkreditan Rakyat Syari'ah (BPRS), yang mungkin menjadi alternatif yang terbaik.
Hal ini karena Islam memang sudah mempunyai konsep yang jelas tentang ekonomi.
Hatta), sejauh pengamatan penulis, adalah orang yang sangat peduli dengan keadaan
rakyat kecil. Bung Hatta telah meletakkan dasar Ekonomi Kerakyatan sebagaimana
diuraikan
diatas. Selain sebagai seorang ekonom, Bung Hatta juga menguasai ilmu
politik, filsafat, kenegaraan, dan lain-lain. Visinya menembus berbagai dimensi titik
tolak dan masa, yang meliputi agama, budaya, pendidikan, sejarah, politik, filsafat,
10
Ibid
11
Anwar Supriyadi, "Pembinaan Pengusaha Kecil Tak Bisa Sepotong-potong",
Jurnal Bank Syari'ah, Edisi -5/III/96
5
kerakyatan. Dalam bidang ekonomi ini, Bung Hatta sangat concern pada kondisi
rakyat kecil yang untuk penyelesaiannya kemudian dikembalikan pada ide pokok:
mengembangkan ekonomi rakyat kecil melalui koperasi13. Untuk itu, judul yang
yang dimunculkan berkenaan dengan konsep yang ditawarkan Bung Hatta. Pertama,
12
Sri Edi Swasono, "Kata Pengantar", dalam Emil Salim, Kerakyatan dalam
Pembangunan, (Padang: Univ. Bung Hatta), pidato dalam rangka Annual Memorial Lecture
Bung Hatta I, 13 Agustus 1988, h. 14
13
Ibid, h. 52
6
dimunculkan Bung Hatta, sehingga menjadi konsep yang baku di Indonesia. Kedua,
C. Metode Pembahasan
Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode deskriptif analitis
kritis. Penulis pertama-tama mendeskripsikan gagasan primer yang menjadi obyek
terdapat dalam buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi, IAIN Syarif
D. Sistematika Penyusunan
Sistematika penulisan skripsi ini disusun dalam lima bab, dengan penjelasan
sebagai berikut:
14
Jujun S. Suria Sumantri, "Penulisan Ilmiah, Kefilsafatan, dan keagamaan",
makalah Simposium Metode Penelitian Filsafat, IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 15 Juli
1992, h.8, t.d.
7
merupakan latar belakang dan signifikansi diangkatnya judul skripsi, Perumusan dan
Pembatasan Masalah, Metode Pembahasan, menjelaskan metode dan teknik yang
BAB II Biografi Mohammad Hatta. Dalam bab ini dibahas latar belakang
Mohammad Hatta baik secara internal maupun eksternal. Dalam biografi internal,
Bung Hatta dilihat dari latar belakang kehidupan beliau dan perjalanan hidupnya.
kerakyatan yang dimaksud dalam skripsi ini adalah koperasi. Penulis juga mencari
relevansi pemikiran Mohammad Hatta tersebut dengan konsep Islam.
bab-bab sebelumnya dengan tidak bertentangan dari pokok masalah yang telah
dirumuskan, sekaligus membuat saran-saran yang konstruktif dan inovatif bagi para