Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H.I)
Disusun Oleh :
MAIMUN
NIM. 211 02 029
JURUSAN SYARIAH
PROGRAM STUDI AL AHWAL AL SYAKHSYIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2007
DAFTAR ISI
DEKLARASI .................................................................................................. ii
PENGESAHAN .............................................................................................. iv
MOTTO .......................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
BAWAH UMUR
Dewasa ................................................................................... 19
ii
C. Usia Pernikahan Menurut Undang-undang Perkawinan
No. 1/1974............................................................................... 21
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 54
B. Saran-saran ............................................................................. 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
itu, manusia terdorong untuk melakukan hubungan diantara lawan jenis sesuai
dengan prinsip-prinsip hukum Islam itu sendiri. Hal ini diharapkan agar
1
Departemen Agama RI, Al Qur'an Terjemah, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al
Qur'an, Jakarta, 1980, hlm. 114
Perkawinan suatu cara yang dipilih Allah sebagai jalan bagi manusia
tujuan perkawinan.2
dengan seorang perempuan untuk hidup berumah tangga yang bahagia dan
belah pihak agar dapat mencapai tujuan dari perkawinan tersebut, sehingga
dengan demikian perlu adanya kesiapan-kesiapan dari kedua belah pihak baik
mental maupun material. Artinya secara fisik laki-laki dan perempuan sudah
sampai pada batas umur yang bisa dikategorikan menurut hukum positif dan
baligh menurut hukum Islam. Akan tetapi faktor lain yang sangat penting
yaitu kematangan dalam berfikir dan kemandirian dalam hidup (sudah bisa
2
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah , Darul Fikry, Beirut, t.t., hlm. 19
3
Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 847
4
Undang-undang Perkawinan di Indonesia dan, Peraturan Pelaksanaan, PT.Pradya
Paramita, Jakarta, 1974, Pasal 1
2
memberikan nakah kepada isteri dan anaknya). Hal ini yang sering dilupakan
oleh masyarakat.
Sedangkan tujuan yang lain dari perkawinan dalam Islam selain untuk
terjadinya pernikahan yang dilakukan oleh seseorang yang belum cukup umur
telah ditentukan dalam UU No. 1/1974 pasal 7 ayat (1), bahwa pernikahan
hanya diizinkan jika pria sudah mencapai umur 19 tahundan pihak wanita
sudah mencapai umur 16 tahun. Ketentuan batas umur ini, seperti disebutkan
prinsip yang diletakkan UU perkawinan, bahwa calon suami istri harus telah
siap jiwa raganya, agar dapat mewujudkan tujuan perkawinan secara baik
tanpa berakhir pada perceraian dan mendapat keturunan yang baik dan sehat.
5
Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1996,
hlm. 26-27
3
Untuk itu harus dicegah adanya perkawinan antara calon suami istri yang
Linggau Selatan, Kota Lubuk Linggau. Dimana Kota Lubuk Linggau ini
dan II, kecamatan Lubuk Linggau Barat I dan II, Kecamatan Lubuk Linggau
Timur I dan II, dan Kecamatan Lubuk Linggau Selatan I dan II. Dan setiap
umur, faktor-faktor tersebut, yaitu karena dijodohkan oleh orang tua, faktor
ekonomi, faktor pendidikan, faktor agama, faktor adat dan budaya, dan karena
Pernikahan dibawah umur ini sangat menarik untuk diteliti, oleh sebab
Lubuk Linggau Selatan II, Kota Lubuk Linggau Sumatra Selatan Tahun 2004-
6
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998,
4
Kelurahan Karang Ketuan, Kecamatan Lubuk Linggau Selatan II, Kota Lubuk
B. Pokok Masalah
Ketuan ?
umur ?
Ketuan ?
1. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini oleh penulis adalah :
umur.
hlm. 76-77
5
2. Kegunaan
melaksanakan pernikahan.
D. Telaah Pustaka
Telah ada beberapa buku dan juga kitab-kitab fiqih yang mengkaji
hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam ikatan penrikahan, baik pada
keluarga.
Aturan-aturan tentang pernikahan itu ada yang cukup rinci dan ada
yang bersifat global. Salah satu aturan yang bersifat global itu adalah tentang
menimbulkan perbedaan baik dari Imam Madzhab maupun ahli fiqh. Hal ini
terkait dengan perbedaan pendapat tentang masa taklif, yaitu ketika seseorang
orang dianggap sudah baligh (dewasa) dan dikenai kewajiban secara hukum.
Dalam buku Hukum Perkawinan Islam, karya Ahmad Azhar Bashir, MA,
Dia berlandaskan bahwa tidak ada nash Al Qur'an dan hadits yang melarangnya.
6
Menurut buku ini juga sejalan dengan tujuan perkawinan menurut
Dalam buku Fiqh Sunnah 6 karya Sayyid Sabiq yang dialih bahasakan
oleh Moh Thalib, mengatakan bahwa di dunia dewasa ini umur orang kawin
rata-rata 24 tahun bagi perempuan dan pada laki-laki 28 tahun. Umur tersebut
oleh Dr. H. Chuzaimah T. Yanggo dan Drs. H.A. Hafidz Anshary AZ, MA
manusia (muamalah) yang oleh agama hanya diatur dalam bentuk prinsip-
prinsip umum. Tidak adanya ketentuan agama tentang batas usia maksimal
dan minimal untuk menikah dapat dianggap sebagai suatu rahmat. Maka,
menikah.
Masih dalam buku yang sama dijelaskan bahwa batas usia menikah
bagi kaum pria juga tidak ada ketentuannya. Adanya seruan Nabi kepada
7
suatu kemestian pembatasan usia. Menurut kondisi Indonesia sekarang, usia
E. Kerangka Teori
1. Batas usia dalam perkawinan diatur dalam pasal 7 ayat (1) yang berbunyi :
(sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam
belas) tahun. Dan selanjutnya dalam pasal 6 ayat (2), dinyatakan bahwa
izin dari orang tua (wali) yang diwujudkan dalam bentuk surat izin
sebagai salah satu syarat untuk melangsungkan pernikahan dan bagi calon
dari pengadilan. Adanya ketentuan ini dimaksudkan agar calon yang akan
7
Undang-undang Perkawinan di Indonesia, op. cit., hlm. 7-8
8
Artinya : Dari Aisyah, ia berkata : Rasulullah menikahi aku sewaktu aku
masih berusia enam tahun, lalu beliau memboyongku ketika aku
sudah berusia sembilan tahun. 8
3. Pendapat Imam Abu Hanifah yang masyhur adalah bahwa anak dianggap
baligh jika sudah berumur 18 tahun bagi laki-laki dan 17 tahun bagi
dengan batas usia dalam pernikahan, yaitu adanya kesiapan secara fisik,
memasuki jenjang kehidupan baru tersebut. Hal ini tidak lain karena
masing-masing pihak harus sadar akan tugas dan kewajibannya, harus toleran
F. Metode Penelitian
dan prilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subyek) itu sendiri.10
8
Adib Bisri Mustofa, Terjemah Shahih Muslim II, terj. Adib Bisri Mustofa, CV. Asy
Syifa, Semarang, 1993, hlm. 777
9
Muhammad Ali As Sayis, Tafsir Ayat Al Ahkam, Muhammad Ali Sabik, 1983,
hlm. 185
10
Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Modern English
Press, Jakarta, 1991, hlm. 781
9
1. Jenis Penelitian
dibahas.11
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama
seterusnya.13
11
Sutrisno Hadi, Metodologi Penelitian Research I, Yayasan Penelitian Fakultas
Psikologi UGM, Yogyakarta, 1981, hlm. 4
12
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Yogyakarta, 1986, hlm. 12
13
Ibid.
14
Suharsimi Arikunto, Prosedur Pendekatan suatu Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 1998,
hlm. 115
10
untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis dengan
3. Pendekatan Masalah
15
Sutrisno Hadi, Metodologi Researh: untuk Penulisan Paper, Tesis dan Disertasi, cet.
21, Yogyakarta: Andi Offset, 1994, hlm. 193
16
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press, 1992, hlm. 263
11
4. Analisa Data
deskriptif non statistik. Metode ini digunakan untuk data nonangka maka
metode induktif, yaitu cara berpikir yang bertolok dari hal-hal yang
umum. Dan metode deduktif, yaitu berfikir yang berangkat dari masalah-
khusus. 17
G. Sistematika Pembahasan
Secara global, skripsi ini dibagi dalam lima pembahasan yang satu
sama lain saling berkait dan merupakan suatu sistem yang urut untuk
BAB I : PENDAHULUAN
BAWAH UMUR
17
Sutrisno Hadi, op. cit., hlm. 36
12
menurut UU No. 1/1974, dan pengertian pernikahan di bawah
umur.
13
pernikahan di bawah umur di Kelurahan Karang Ketuan,
BAB V : PENUTUP
14
BAB II
Pengertian Pernikahan
Pernikahan bukan hanya sekedar jalan yang amat mulia untuk mengatur
Dan pengertian pernikahan itu sendiri dapat dilihat dari segi bahasa
18
حاكن حكني حكن
Sedangkan dalam Kamus Besar Indonesia nikah mempunyai arti
hubungan antara laki-laki dan perempuan untuk menjadi suami istri secara
resmi.19
Ada juga arti nikah menurut syara’ yaitu akad yang membolehkan
seorang laki-laki bergaul bebas dengan perempuan tertentu dan pada akad
menggunakan akad nikah.20 Jadi apabila antara laki-laki dan perempuan yang
sudah siap untuk membentuk suatu rumah tangga, maka hendaklah perempuan
18
Syarifuddin, Kamus Al Misbah, Bina Aksara, Jakarta, t.t., hlm. 573
19
Departemen P dan K, Kamus Besar Indonesia, cet. 3, Balai Pustaka, Jakarta, 1990,
hlm. 614
20
Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam: Suatu Studi Perbandingan dalam Kalangan
Ahli Sunnah dan Negara-negara Islam, cet. I, Bulan Bintang, Yogyakarta, 1980, hlm. 104
15
harus melakukan akad nikah terlebih dahulu. Dalam Al Qur'an bahwa
semuanya mengarah kepada makna akad kecuali pada penekanan redaksi yang
digunakan. Nikah pada hakekatnya adalah akad yang diatur oleh agama untuk
memberikan kepada pria hak memiliki dan menikmati faraj dan seluruh tubuh
sebagaimana yang dapat ditemukan hampir semua definisi dari fuqaha, ialah
milk al intifa’, yaitu hak milik penggunaan atau pemakai suatu benda.
istri berhak memiliki kesenangan (mik al mut’ah) dari istrinya, dari ulama
memandang bahwa akad nikah bukanlah untuk memberikan hak milik pada
kaum laki-laki saja akan tetapi kedua belah pihak. Maka golongan itu
21
Dengan kata Nikah perhatikan surat An Nisa’ (4) : 3 dan An Nur (24): 32, sedangkan
kata mitsaq dalam surat An Nisa’ (4) : 21
22
Bakri A. Rahman dan Ahmadi Sukadja, Hukum Perkawinan Menurut Islam, Undang-
undang Perkawinan dan Hukum Perdata/BW, Hidakarya Agung, Jakarta, 1981, hlm. 13
23
Abdu Ar Rahman Al Jaziri, Kitab al Fiqih ‘Ala Al Ma’zahib Al Arba’ah, Dar Al Fikr,
Beirut, 1969, hlm. 2-3
16
dan suami berkewajiban memenuhinya sebagaimana suami berhak
lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
pernikahan berdasarkan hukum agama Islam. Dalam hal ini hukum Islam
sebagian dari hakekat pernikahan itu sendiri dan jika tidak dipenuhi maka
24
Ibid., hlm. 40
25
Undang-undang Perkawinan di Indonesia dan Peraturan Pelaksanaan, PT. Pradya
Paramita, Jakarta, No. 1/1974, pasal 2 ayat (1)
26
Ahmad Ichsan, Hukum Perkawinan bagi yang Beragama Islam, Suatu Tinjauan dan
Ulasan secara Sosiologi Hukum, Pradia Paramita, Jakarta, 1986, hlm. 31
17
4. Adanya shighot akad nikah atau ijab qabul
antara lain :
ayat (1)
ijin dari pengadilan, pasal 3 ayat (2) dan pasal 27 ayat (2)
21 tahun harus mendapat ijin kedua orang tua. Pasal 6 ayat (2). Bila orang
tua berhalangan, ijin diberikan oleh pihak lain yang ditentukan dalam
tahun, dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. Pasal 7 ayat (1),
selaras dengan system terbuka yang dibakai Al Qur'an dalam hal ini.
hukum mementukan lain. Pasal 6 ayat (1), hal ini untuk menghindarkan
paksaan bagi calon mempelai dalam memilih calon isteri atau suami.
27
Slamet Abidin dan H. Aminudin, Fiqih Munakahat, Pustaka Setia, Bandung, 1999,
hlm. 72
18
Diantara syarat-syarat tersebut adalah salah satu cara yang harus dipenuhi
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa. Untuk itu suami istri perlu saling membantu dan melengkapi agar
bahwa pernikahan tersebut dapat melahirkan kebahagiaan lahir dan batin yang
ulama adalah sebagai berikut : para ulama ahli fiqh sepakat dalam
menentukan taklif (dewasa dari segi fisik, yaitu seseorang sudah dikatakan
mukallaf/baligh) ketika sudah keluar mani (bagi laki-laki), sudah haid atau
umur sebagai suatu ukuran, akan tetapi mereka berselisih faham mengenai
28
Muhammad Ali Assayis, Tafsir Ayat Al Ahkam Al Qur'an, terj. Muhammad Ali Sabiq,
1983, hlm. 212
19
Akan tetapi berdasarkan ilmu pengetahuan kedewasaan seseorang
seseorang.
pola-pola sikap, pola perasaan, pola pikir dan pola prilaku nampak
diantaranya :
a. Stabilitas mulai timbul dan meningkat, pada masa ini terjadi banyak
b. Citra diri dan sikap pandangan lebih realistis, pada masa ini mulai
tenang.
20
mengakibatkan mereka tidak terlalu kecewa dengan adanya kegagalan-
mereka.29
1/1974
tahun bagi laki-laki dan 16 tahun bagi perempuan, (pasal 7 ayat (1)), namun
batas usia tersebut bukan merupakan batas usia seseorang telah dewasa
yang cukup dewasa untuk bertindak, akan tetapi batas usia tersebut
pernikahan.
29
Andi Mapreare, Psikologi Remaja, Usaha Nasional, Surabaya, 1982, hlm. 36-40
21
melakukan pernikahan tidak perlu mendapatkan izin dari kedua orang tuanya.
Pasal 6 ayat 2 ini sejalan dengan pemikiran Yusuf Musa yang berpendapat
umur 21 tahun. Mengingat situasi dan kondisi zaman dan sekaligus juga
orang menikah tidak harus mencapai usia yang ditentukan dalam pasal-pasal
undang-undang tersebut. Seseorang sudah boleh menikah jika sudah siap lahir
dan batin. Kesiapan mental dan fisik harus diperhatikan, mengingat tanggung.
bawah batas minimum yang diatur oleh Undang-undang. Dan kedua calon
mempelai tersebut belum siap secara lahir maupun batin, serta kedua calon
mempelai tersebut belum mempunyai mental yang matang dan juga ada
kedewasaan seseorang tersebut ditentukan secara pasti baik oleh hukum positif
maupun hukum Islam. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa batasan usia
dikatakan di bawah umur ketika seseorang kurang dari 25 tahun bagi laki-laki
22
dan kurang dari 20 tahun bagi perempuan. Sedangkan kata di bawah umur
umur asli yaitu pernikahan di bawah umur yang benar murni dilaksanakan
oleh kedua belah pihak untuk menghindarkan diri dari dosa tanpa adanya
dilakukan oleh kedua mempelai. Kedua pernikahan di bawah umur palsu yaitu
kamuflase dari kebejatan prilaku dari kedua mempelai, pernikahan ini hanya
untuk menutupi perilaku zina yang pernah dilakukan oleh kedua mempelai.
Hal ini berarti antara anak dan kedua orang tua bersama-sama untuk menipu
maksud untuk menutupi aib yang telah dilakukan oleh anaknya. Dan mereka
berharap agar masyarakat untuk mencium “bau busuk” yang telah dilakukan
oleh anaknya bahkan sebaliknya memberikan ucapan selamat dan ikut juga
berbahagia.30
yang diterapkan oleh ulama fiqh adalah tercapainya usia yang menjadikan
yang sudah bermimpi keluar mani dan perempuan yang sudah haid, yang
demikian dipandang telah siap nikah secara biologis. Akan tetapi dalam
23
perkembangan yang terjadi kemampuan secara biologis tidaklah cukup untuk
psikis.
dan sudah mampu mebmayar mahar, seangkan secara psikis adalah kedua
belah pihak sudah masak jiwa raganya. Perkawinan dapat dikatakan ideal jika
seseorang ketika sudah berumur 19 tahun bagi laki-laki dan 16 tahun bagi
perempuan.31
biologis saja yang bersifat seksual akan tetapi pernikahan merupakan suatu
ibadah yang mulia yang diridhoi oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Maka
pernikahan tersebut akan terwujud jika diantara kedua belah pihak sudah
bentuk sikap dan tindakan yang bersumber dari jiwa yang matang sehingga
30
Abu Al Ghifari, Pernikahan Dini Dilema Generasi Extravaganza, Mujahid Press,
24
BAB III
Sumatera Selatan dengan luas wilayah 401,50 km2, beriklim tropis, topografi
bervariasi, dengan ketinggian 129 m dpl dan secara umum anah dan sumber
kota-kota lain di luar provinsi Sumatera Selatan seperti Jambi, Bengkulu dan
Padang. Selain kondisi geografis yang strategis, kota Lubuk Linggau juga
25
Dari 8 (delapan) Kecamatan tersebut, kelurahan Karang Ketuan
Tugumulyo (Mirasi).
penduduk sebanyak 1401 jiwa terdiri dari 708 jiwa laki-laki dan 695 jiwa
Karang Ketuan Kecamatan Lubuk Linggau Selatan II, Kota Lubuk Linggau
yang kami himpun data statistik Kelurahan Karang Ketuan Kecamatan Lubuk
Linggau Selatan II, Kota Lubuk Linggau tahun 2006 adalah sebagai berikut :
TABEL I
JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN UMUR
No Umur Jumlah
31
UUP, op.cit., pasal 7 ayat 1
26
No Umur Jumlah
Selatan II, Kota Lubuk Linggau rata-rata berpendidikan rendah, hal tersebut
TABEL II
JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN
27
Dari hasil prosentase tersebut dapat dilihat betapa terpaut jauh antara
belum dihitung dengan masih ada masyarakat yang buta huruf yang masih
TABEL III
JUMLAH PENDUDUK MENURUT AGAMA
No Agama Jumlah
1 Islam 1365 orang
2 Katolik 10 orang
3 Protestan 20 orang
4 Hindu 6 orang
Sumber : Data monografi Kelurahan Karang Ketuan Kecamatan
Lubuk Linggau Selatan II, Kota Lubuk Linggau, Desember
2006
Linggau Selatan II, Kota Lubuk Linggau untuk periode mulai tahun 2004
28
TABEL IV
TABEL DATA PERNIKAHAN DI BAWAH UMUR
DI KELURAHAN KARANG KETUAN TAHUN 2004-2006
Nama Umur Pendidikan Tanggal
No Alamat
Suami Istri Suami Istri Suami Istri Menikah
1 Junaidi Elia Jaliah 15 th 15 th SD SD 22-6-2004 RT 01
2 M. Rosyid Elfa S. 26 th 15 th SMP SD 20-5-2003 RT 04
3 Rusdi Ika Eriyana 18 th 16 th SMP SD 1-5-2005 RT 02
4 Firman Syah Heny H. 20 th 14 th SD SD 28-5-2006 RT 01
5 Agusman Nur A. Wasih 19 th 13 th SMP SD 18-8-2004 RT 01
6 Dedy H. Herlina 17 th 15 th SD SD 21-6-2006 RT 02
7 Suryanto Sumarti 18 th 14 th SD SD 20-10-2005 RT 04
8 Parji Heti Andriani 19 th 13 th SMP SD 1-2-2005 RT 01
9 Hariadi Mayya 21 th 14 th SMP SD 27-1-2006 RT 02
10 Haryono Desi 19 th 13 th SMP SMP 24-3-2005 RT 04
Kelurahan Karang Ketuan Kecamatan Lubuk Linggau Selatan II, Kota Lubuk
Linggau pada tahun 2004-2006 ada 91 data perkawinan tetapi data tersebut
Karang Ketuan Kecamatan Lubuk Linggau Selatan II, Kota Lubuk Linggau
merupakan suatu problematika dan simalakama karena ada rasa takut dan
khawatir pada diri orang tua, anaknya akan terjerumus ke jurang maksiat.
Sehingga pernikahan di bawah umur itu dianggap suatu jalan yang terbaik,
29
walaupun anak itu belum mampu baik secara materi maupun immaterial
(psikologis).32
merupakan kisah lama yang terjadi, peninggalan masa lalu yang dalam setiap
waktu masih ada dan terjadi. Walaupun dalam bentuk dan cara yang berbeda,
Kelurahan Karang Ketuan Kecamatan Lubuk Linggau Selatan II, Kota Lubuk
masyarakat desa lebih merupakan keluarga luas, yang hal ini sangat
diketahui secara pasti kapan awal mula terjadinya, namun yang pasti
sekarang. Kalau dilihat secara sepintas ada dua cara yang ditempuh oleh
yang kedua dengan melakukan pemalsuan umur yang dilakukan oleh orang
tua mereka sendiri. Tetapi yang melakukan dispensasi lebih kecil ketimbang
yang melakukan pemalsuan umur. Alasan orang tua yang tidak meminta
32
Wawancara dengan Bpak Musyhudin selaku tokoh masyarakat di RT 04 Kelurahan
Karang Ketuan tanggal 15 Januari 2007
30
dispensasi di Pengadilan Agama karena mereka takut bila tidak diberikan ijin
umur.
seorang anak adalah dari segi fisiknya, sehingga dengan melihat keadaan fisik
fisiknya walaupun masih dalam usia yang sangat muda. Hal yang semacam
ini sering dilakukan oleh orang tua dalam mendaftarkan pernikahan anaknya
Aparat desa juga tidak perlu lagi menanyakan kepada orang tuanya,
tentang usia sebenarnya anak mereka. Karena orang tua sudah berani memberi
izin dan menandatangani surat izin yang mengatakan bahwa benar apa yang
mereka tulis sudah sesuai dengan kenyataan yang ada. Sehingga aparat desa
undang Perkawinan No. 1/1974. Hal ini disebabkan kurang adanya sosialisasi
mengenai UUP No. 1/1997 oleh pihak yang berwenang, sehingga masyarakat
31
menentukan secara pasti batas-batas usia pernikahan seperti yang ditentukand
Kebanyakan masyarakat itu mendasarkan pernikahan yang mereka lakukan dengan pernikahan
yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw dengan Siti Aisyah yang masih
anaknya hanya cukup masimal tingkat Sekolah Dasar (SD). Jika diteliti ada
dua penyebab, yaitu pertama karena orang tua kurang mampu dalam ekonomi,
dan yang kedua karena orang tua ingin segera meminang cucu dan ada
dilakukan oleh kaum wanita daripada laki-laki. Hal ini karena umumnya
akan kembali ke dapur dan tinggal di rumah, agar terhindar dari fitnah. Dan
posisi wanita dalam sebuah rumah tangga harus berbakti dan patuh pada laki-
laki.
lain :
32
1. Faktor pernikahan atas kehendak orang tua
nantinya.
kebahagiaan, yang penting anak itu sudah aqil (baligh), aqil (baligh) bagi
sedangkan bagi laki-laki apabila suaranya sudah berubah dan sudah mimpi
basah.
maka orang tua segera mencari jodoh untuk anaknya, lebih-lebih orang tua
dari pihak perempuan. Sehingga bagi orang tua perempuan tidak mungkin
bertunangan.
adalah merupakan tugas dan tanggung jawab yang sangat penting bagi
orang tua. Sehingga banyak kasus bila anak tersebut sudah dewasa, maka
33
Akan tetapi orang tua dengan berbagai cara mempertahankan
untuk sampai ke pelaminan. Dan para orang tua yang egois dalam
anak dan mengklaim anaknya sebagai anak yang tidak berbakti kepada
2. Kemauan Anak
umur sangat populer dan banyak terjadi. Banyak anak yang melakukan
campur tangan dan dorongan dari orang tua, kenyataan itu disebabkan
Karena tidak seperti yang lainnya. Di sini peran orang tua hanya bersikap
pasif, mereka hanya mengikuti apa yang telah menjadi pilihan anaknya.
33
Wawancara dengan Eta S. selaku pelaku pernikahan di bawah umur yang dijodohkan
orang tua bertempat tinggal di RT 04 Kelurahan Karang Ketuan tanggal 19 Januari 2004
34
3. Pengaruh Adat dan Budaya
menjadi tradisi turun temurun dan sudah menjadi kebanggaan orang tua
masyarakat.
Suatu kebiasaan yang sudah sejak dahulu dan dipandang kolot pada
anggapan bahwa anak yang sudah baligh yang belum menikah atau belum
tua.
menutupi rasa malu itu maka orang tua menempuh dua jalan.
menikah.35
dan kuat dalam merubah suatu sistem adat dan kebudayaan yang sudah
34
Wawancara dengan Junaidi selaku pelaku pernikahan di bawah umur yang berdomisili
di RT 03 Kelurahan Karang Ketuan tanggal 16 Januari 2007
35
Wawancara dengan Bapak M. Taulus S. Kusuma selaku lurah Karang Ketuan tanggal
15 Januari 2007
35
mengakar di masyarakat. Hal ini terkait dengan banyaknya perkawinan di
5. Faktor Ekonomi
mendapati bahwa faktor ekonomi merupakan alasan pokok bagi orang tua
ada juga sebagian orang tua yang menikahkan anaknya dengan tujuan agar
anaknya dapat berfikir secara dewasa. Dewasa di sini artinya agar ia bisa
36
Wawancara dengan Bapak Marsimin selaku orang tua dari pelaku pernikahan di bawah
umur tanggal 17 Januari 2007
37
Wawancara dengan Bapak Ridwan selaku orang tua dari pelaku pernikahan di bawah
umur tanggal 17 Januari 2007
36
kenyataan yang ada. Ada juga yang beranggapan bahwa dengan cepatnya
6. Faktor Agama
bawah umur, karena mereka hanya tahu sebatasnya saja, tanpa harus
tersebut.
agama dan akhlak anak-anak, maka mereka mengambil jalan pintas untuk
tidak terjerumus dan dapat berfikir secara dewasa juga bertanggung jawab
37
D. Dampak Pernikahan di Bawah Umur
tidak sesuai dengan yang diidealkan oleh ketentuan yang berlaku dimana
undangan.
Hal ini tidak berarti bahwa perkawinan usia dibawah umur dapat
kedua belah pihak mempelai, tetapi juga berdampak pada anak hasil
38
Dari hasil wawancara dari 10 responden, dapat dilihat dampak
pernikahan di bawah umur sebagaimana yang terdapat dalam tabel berikut ini
TABEL V
DAMPAK-DAMPAK PERNIKAHAN DI BAWAH UMUR
No Dampak Pernikahan di Bawah Umur Jumlah
1 Proses persalinan istri
a. Lancar melalui proses alami 8 orang
b. Melalui operasi 2 orang
2 Kesehatan ibu setelah melahirkan :
a. Baik 8 orang
b. Tidak baik 2 orang
3 Kesehatan anak
a. Baik 8 orang
b. Tidak baik 2 orang
4 Masalah pendidikan dan pengajaran anak
a. Diserahkan orang lain 1 orang
b. Dididik sendiri 9 orang
5 Pengetahuan mengenai merawat anak
a. Sudah cukup 7 orang
b. Belum cukup 3orang
6 Cara menyelesaikan masalah keluarga
a. Musyawarah 6 orang
b. Menggunakan pihak ketiga 4 orang
7 Ekonomi keluarga
a. Bekerja sendiri 8 orang
b. Menggantungkan orang tua 2 orang
Hasil wawancara terhadap 10 orang responden
39
anaknya kepada orang lain, karena mereka kurang paham bagaimana cara
terhadap anak didiknya sendiri karena sudah siap dan paham bagimana cara
karena banyak tanya kepada orang lain bagaimana cara merawat anak dan 3
ada yang menyelesaikan secara musyawarah dan ada juga yang memerlukan
pihak ketiga, yaitu orang tua mereka sendiri. Karena tanpa pihak ketiga
sudah bekerja sendiri dan ada juga yang menggantungkan kepada orang tua
perekonomian dan diri mereka sendiri. Karena mereka sudah bekerja baik
kerja sebagai petani atau lainnya. Dua responden lagi masih menggantungkan
perekonomian mereka kepada orang tua, karena mereka belum bekerja dan
orang tua mereka selalu memberikan apa yang diminta oleh anaknya.
40
BAB IV
ANALISA PERNIKAHAN DI BAWAH UMUR DI KELURAHAN
KARANG KETUAN KECAMATAN LUBUK LINGGAU SELATAN II,
KOTA LUBUK LINGGAU
Perkawinan No. 1/1974 sesuai dengan ketentuan dalam pasal 6 ayat (1)
mempelai”
benar-benar berdasarkan atas suka sama suka tanpa paksaan dari orang tua,
41
karena yang demikian akan menimbulkan rasa tanggung jawab atas diri
masing-masing.
tahun 1974 pasal 6 ayat (2)) karena setiap pernikahan yang dilaksanakan
dengan paksaan akan menimbulkan akibat yang sangat rawan atau sensitif
tidak mau dinikahkan menurut pilihan orang tua dan apabila terjadi maka
dimiliki oleh orang tua (wali) untuk menikahkan anaknya yang masih dib
Kecamatan Lubuk Linggau Selatan II, Kota Lubuk Linggau anak yang
Perkawinan No. 1/1974 pasal 7 ayat (1). Namun secara psikologis calon
42
Hak perwalian orang tua yang terdapat dalam UU Perkawinan No.
1/1974 diatur dalam pasal 50 ayat (1) yang bunyinya bahwa “anak yang
Linggau pada umumnya wali nikah dari anak perempuannya adalah orang
tua kandungannya sendiri selama ia masih hidup ada juga yang orang tua
panggilan dari nalurinya, namun dipengaruhi oleh faktor dari luar, seperti
keinginan atau rayuan dari orang tua dan cemoohan dari masyarakat di
sekitarnya. Dan faktor kemauan anak ini masih ada hubungannya dengan
hak ijbar (orang tua/wali) yang menjadi pembeda keduanya adalah siapa
yang berhak menentukan pilihannya. Jika atas kemauan anak, maka anak
43
bersikap pasif saja, jika hak ijbar atau perjodohan orang tua, maka yang
Lubuk Linggau, menurut penulis merupakan tradisi yang sudah ada dalam
tentang arti sebuah pernikahan, yang menurut mereka merupakan suatu hal
dan tujuan sebuah pernikahan yang lebih dalam lagi, dimana hal itu akan
belum menikah, dengan kata-kata “tidak laku”, “perawan tua”, “sok jual
mahal” dan lain-lain. Da semua itu merupakan bagi seorang wanita yang
44
Dengan demikian penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa UU
masyarakat sudah tahu dengan adanya batasan usia pernikahan, akan tetapi
melakukan pernikahan.
45
4. Faktor Pendidikan
berpendidikan rendah akan berpikir sempit dan kurang maju serta jauh dari
pertimbangan-pertimbangan.
mempunyai pola berpikir yang lebih luas dan lebih bijaksana dalam
suatu bukti bahwa mereka yang belum bisa berfikir secara bijaksana dan
berpendidikan rendah.
46
tangganya menemukan permasalahan-permasalahan mereka tidak dapat
memecahkan secara sendiri, dan melibatkan orang tua atau pihak ketiga.
5. Faktor Ekonomi
Linggau Selatan II, Kota Lubuk Linggau menurut penulis lebih merupakan
kepada orang tuanya. Hal ini terbukti karena mereka belum mempunyai
hanya tujuan orang tua agar mereka bahagia dan lega karena sudah
orang tua.
sebaik-baiknya, (2) dan kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat
(1) pasal ini berlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri.
tua putus.
47
memberi nafkah, karena ia sudah menikah. Akan tetapi yang terjadi di
masyarakat pada umumnya orang tua masih ikut campur dalam ekonomi
Menurut penulis hal yang seperti itu akan membuat anak tersebut
lambat untuk berfikir dewasa dan kurang bertanggung jawab dan akan
keluarga.
Akan tetapi perlu penulis ingatkan bahwa ada juga merka yang
tua, akhirnya mereka terpaksa harus menikah agar tidak menjadi bahan
6. Faktor Agama
48
sunnah Rasulullah dan masyarakat menjadi pernikahan Rasulullah dengan
dan bukan termasuk perbuatan dosa, jika harus melanggar UU No. 1/1974,
di masyarakat.
sekarang kurang atau bahkan tidak cocok lagi untuk dilaksanakan, karena
49
dalam mengemudikan bahtera rumah tangga akan menimbulkan berbagai
perempuan dianggap sah, hanya saja dari segi kedewasaan (psikologi) atau
mereka yang sudah “mampu” tanpa memberi batasan usia, akan tetapi
ada bagi mereka yang melakukan pernikahan di usia di bawah umur masih
jauh dari taraf kematangan (mayoritas) baik secara fisik biologis mental
rumah tangga yang dibangun oleh anak-anak yang masih di bawah umur
50
Meskipun dampak negatif itu relatif kecil hanya terjadi pada beberapa
pasangan suami isteri dalam kehidupan rumah tangga karena tidak adanya
terhadap sang isteri, kuarngnya pengetahuan dari pihak istri dalam cara
Ada juga dampak positif dari pernikahan di bawah umur yang didapati
dalam kehidupan rumah tangga beberapa pasangan suami isteri. Karena tujuan
mencegah dari perbuatan zina dan kemaksiatan diantara mereka dan diawali
dengan niat yang suci sehingga kehidupan rumah tangga mereka tidak mudah
diombang ambing oleh masalah yang ada, dikarenakan adanya rasa tanggung
jawab dan rasa kasih sayang diantara anggota keluarga dan dapat dengan
harus sudah ada sebelum pernikahan jika tidak maka rumah tangga yang
setiap kali muncul dalam kehidupan berumah tangga, sehingga masa depan
akan suram.
51
1. Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal
untuk itu suami isteri perlu saling membantu dan melengkapi agar masing-
6. Hak dan kedudukan isteri seimbang dengan hak kedudukan suami baik
52
sehingga dengan demikian segala sesuatu dalam keluarga dapat
kekal abadi dan harus dipertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT. karena
38
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, cet. III, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
53
BAB V
PENUTUP
maka dalam mengakhiri skripsi tentang Perkawinan di Bawah Umur (Studi Kasus
di Kelurahan Karang Ketuan, Kecamatan Lubuk Linggau Selatan II, Kota Lubuk
Linggau) dari tahun 2000-2004 penulis akan membagi dalam dua sub judul
A. Kesimpulan
pembahasan ini.
merupakan suatu problematika dan simalakama karena ada rasa takut dan
khawatir pada diri orang tua, anaknya akan terjerumus ke jurang maksiat.
Sehingga pernikahan di bawah umur itu dianggap suatu jalan yang terbaik,
walaupun anak itu belum mampu baik secara materi maupun immaterial
54
dengan melakukan pemalsuan umur yang dilakukan oleh orang tua
mereka sendiri.
bagi laki-laki dan 16 tahun bagi perempuan (pasal 7 ayat (1)). Namun
batas usia tersebut bukan merupakan batas usia seseorang telah dewasa,
yang cukup dewasa untuk bertindak, akan tetapi batas usia tersebut hanya
faktor kehendak orang tua yang menikahkan anaknya, atas kemauan anak,
bawah umur ini membawa dampak dalam kehidupan rumah baik dari segi
4. Sesuai dengan data yang ada maka dampak negatif dari pernikahan di
Linggau Selatan II, Kota Lubuk Linggau tersebut relatif kecil hanya
55
adanya sikap keras suami terhadap isteri, kurangnya pengetahuan dari
mempunyai kemampuan dan persiapan yang matang baik dari segi lahir
pernikahan.
B. Saran-saran
karena telah menjalankan sunnah Rasul. Oleh sebab itu pernikahan tersebut
dan dengan niat yang suci yang memadai akan menimbulkan banyak sekali
tersebut.
56
DAFTAR PUSTAKA
As Sayis, Muhammad Ali, Tafsir Ayat Al Ahkam, terj. Muhammad Ali Sabik,
CV As Syifa, Bandung,1963.
B. Kelompol Al-Hadis
D. Kelompok Umum
57
Departemen P dan K, Kamus Besar Indonesia, cet. 3, Balai Pustaka, Jakarta,
1990.
Rofiq, Ahmad, Hukum Islam di Indonesia, cet. III, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 1998.
58
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Maimun
Agama : Islam
59